Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN KONFLIK

ETIKA BISNIS

INSTITUT TRANSPORTASI & LOGISTIK

TRISAKTI

Disusun oleh:

Fuad Hazmy (224114071)

Sultan Anugrah Putra (224315180)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan atas ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia
serta ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang bertema tentang
"MANAJEMEN KONFLIK". Walaupun banyak rintangan dan hambatan dalam proses
pengerjaan makalah ini, atas ridho dan berkah yang dilimpahkan kepada kami selama proses
pengerjaan karya tulis ini, kami haturkan terimakasih kepada Allah SWT, karena-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami haturkan juga terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua Ayah-Ibu kami yang
selalu senantiasa mendukung dan membantu kami dalam menjalani kehidupan kami termasuk
membantu pengerjaan makalah ini. Tak lupa kami haturkan terimakasih kepada Ibu Siti
selaku pembimbing teknis dan pembimbing materi kami selama pengerjaan makalah ini. Dan
juga kepada semua teman-teman kami yang telah memberi kontribusi secara langsung
maupun tidak langsung.
Tentunya ada maksud tertentu mengapa kami mengangkat tema ini sebagai bahan
makalah kami, yang mana adalah, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
lapisan masyarakat, dan demi menciptakan kegunaan yang sangat berarti bagi kita bersama.
Kami selaku penulis makalah ini juga menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna melengkapi makalah ini. Kami selaku penulis makalah ini berharap penuh
terhadap apresiasi kegunaan dan manfaat dari makalah ini, semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga para pembaca pada
umumnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 7

A. Pengertian Manajemen ......................................................................................... 3


B. Pengertian Konflik ............................................................................................... 4
C. Ciri-Ciri Konflik ................................................................................................. 5
D. Tahapan Perkembangan Akan Terjadinya Konflik ............................................. 5
E. Faktor-Faktor Penyebab Konflik ........................................................................ 6
F. Tingkatan Konflik ................................................................................................ 6
G. Pengelolaan Konflik ............................................................................................ 8
H. Pengertian Manajemen Konflik .......................................................................... 9
I. Tujuan Manajemen Konflik ................................................................................ 9
J. Manfaat Manajemen Konflik di Perusahaan ..................................................... 10
K. Tipe Manajemen Konflik ................................................................................... 10
L. Strategi Manajemen Konflik ............................................................................. 12

BAB III CONTOH KASUS .......................................................................................... 13

A. Latar Belakang Kasus ....................................................................................... 12


B. Penyelesaian Kasus ........................................................................................... 16
C. Analisis Kasus ................................................................................................... 16

BAB IV KESIMPULAN & SARAN ............................................................................ 18

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam situasi apa pun yang melibatkan lebih dari satu orang, konflik bisa saja
terjadi. Penyebabnya bisa saja perbedaan pendapat ataupun tujuan yang berat sebelah.
Jika konflik yang ada hanya dibiarkan saja tentu akan memberikan dampak buruk
bukan hanya yang ikut konflik tapi juga lingkungan sekitarnya.
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan.
Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan
konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi
senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan
menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai pemahaman yang
memadai terhadap ide-ide yang berkembang.
Konflik sering terjadi, baik dalam pelaksanaan operasional bisnis maupun
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai inovasi dan perubahan di masyarakat
seringkali menimbulkan adanya konflik, terutama jika perubahan tidak disertai
dengan pemahaman tentang ide-ide yang sedang berkembang.
Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi. Pemimpin
organisasi dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat
berdampak positif untuk meningkatkan mutu organisasi.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi
(termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat
tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat
terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Misal pada usaha kecil, di mana keberhasilan sering bergantung pada
kekompakan beberapa orang, hilangnya kepercayaan dan produktivitas akibat konflik

1
yang terjadi bisa membunuh bisnis kita. Untuk itu pemilik usaha kecil yang lebih baik
dapat menangani konflik sebelum meluas diperbaiki.
Bagaimana cara menanganinya? Caranya bisa kita mulai dengan melakukan
manajemen emosi pada diri kita dan juga rekan kerja. Bila masih terjadi konflik
panas bisa kita atasi dengan manajemen konflik. Apa itu manajemen konflik?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi
Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Manajemen belum memiliki definisi
yang luas dan diterima secara universal.
Terdapat 6 klasifikasi atau macam dari teori manajemen, yakni:
 Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-
fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan
pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
 Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan
manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan
perlunya manajemen memahami manusia.
 Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan matematika dan ilmu
statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan
kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk
menjelaskan masalah manajemen.
 Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah
yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
 Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil
diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran
ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada
interaksi kegiatan karyawan.
 Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan
pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau
konsumen.

3
B. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi
yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan
warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan
kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi
jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri
– sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di
dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya,
jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka
konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua
atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Menurut Pace & Faules (1994:249), Konflik merupakan ekspresi pertikaian
antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena
beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan
antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.
Menurut Folger & Poole (1984), Konflik dapat dirasakan, diketahui,
diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
4
C. Ciri-Ciri Konflik
Layaknya makhluk hidup, konflik juga mempunyai karakteristik atau ciri-ciri
yang menandakan bahwa sesuatu tersebut adalah konflik, Wijono (1993:37) dalam
bukunya menjelaskan 5 ciri-ciri mengenai konflik, yakni
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok
yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan
maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius
atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai dengan gejala-gejala perilaku
yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan
terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status,
jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik:
sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan
tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis
seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi
diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat
pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak
yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan,
kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

D. Tahapan-Tahapan Perkembangan Akan Terjadinya Konflik


Terdapat beberapa tahapan-tahapan yang dapat dilihat atau dirasakan akan
kemungkinan terjadinya suatu konflik, Wijono (1993:38-41) menjelaskan tahapan-
tahapan tersebut, yakni
1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa
dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum
mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti
timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.

5
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat
dirasakan (felt conflict)
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behaviour)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang
ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan
berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu
konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau
sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka
dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah
pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja

E. Faktor-Faktor Penyebab Konflik


Terdapat beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik,
diantaranya yakni
1. Perbedaan Individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2. Perbedaan latar belakang Kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda pula. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh
dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
3. Perbedaan Kepentingan antara individu atau kelompok, diantaranya
menyangkut bidang ekonomi, politik, dan social.
4. Perubahan-Perubahan Nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

F. Tingkatan Konflik
Didalam konflik terdapat beberapa tingkatan tentang antara siapa dengan siapa
konflik itu terjadi, yakni
1. Konflik Intrapersonal
Konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik intrapersonal
akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan yang
saling bertentangan, dan bimbang mana yang harus dipilih untuk
dilakukan.

6
2. Konflik Interpersonal
Konflik yang terjadi antar individu. Konflik yang terjadi ketika adanya
perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil bersama
sangat menentuan.
3. Konflik Intragrup
Konflik antara angota dalam satu kelompok. Setiap kelompok dapat
mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik substantif terjadi
karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari
suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama.
Sedangkan konflik efektif terjadi karena tangapan emosional terhadap
suatu situasi tertentu.
4. Konflik Intergrup
Konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik intergrup terjadi karena
adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, da
meningkatkatnya tuntutan akan keahlian.
5. Konflik Interorganisasi
Konflik yang terjadi antar organisasi. Konflik inter organisasi terjadi
karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain, konflik
terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan
dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi
antara lembaga pendidikan dengan salah satu organisasi masyarakat.
6. Konflik Intraorganisasi
Konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu organisasi, meliputi:
 Konflik Vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan yang
tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu.
Misalnya konflik antara Rektor dengan tenaga kependidikan
 Konflik Horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen
yang memiliki hierarkhi yang sama dalam organisasi Misalnya
antara tenaga kependidikan
 Konflik Lini-Staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan
persepsi tentang keterlibatan staf dalam proses pengambilan
keputusan oleh manajer lini. Misalnya konflik antara Rektor
dengan tenaga administrasi.

7
 Konflik Peran, yang terjadi karena seserang memiliki lebih dari
satu peran. Misalnya Rektor menjabat sebagai ketua dewan
pendidikan

G. Pengelolaan Konflik
Dalam menghadapi suatu konflik terdapat beberapa tindakan yang dapat
dilakukan guna mencegah atau menghindari timbulnya suatu konflik, dan mengelola
konflik tersebut jika sudah terjadi, yakni
1. Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah
konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-
peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus
mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan
sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat
junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih
tinggi.
3. Komunikasi
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang nyaman
dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk
menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif
dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara
hidup.
4. Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola
konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah
memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali
permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah
mendengarkan.

8
5. Teknik atau Keahlian untuk Mengelola Konflik
Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada: Konflik itu sendiri,
Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya, Keahlian individu
yang terlibat dalam penyelesaian konflik, Pentingnya isu yang
menimbulkan konflik, dan Ketersediaan waktu dan tenaga.

H. Pengertian Manajemen Konflik


Secara sederhana Manajemen Konflik merupakan suatu proses aksi dan reaksi
yang diambil oleh para pelaku konflik atau pihak ketiga secara rasional dan seimbang,
dalam rangka pengendalian situasi dan kondisi perselisihan yang terjadi antara
beberapa pihak.
Manajemen konflik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
proses mengarahkan dalam bentuk komunikasi dari para pelaku konflik dan pihak
ketiga, dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan interpretasi.
Menurut Howard Ross, manajemen konflik adalah langkah-langkah yang
diambil pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah
hasil tertentu yang mungkin/ tidak menghasilkan akhir berupa penyelesaian konflik,
dan mungkin/ tidak menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat atau
agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan
keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku
dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Menurut Minery, manajemen konflik adalah suatu proses rasional yang
sifatnya iteratif, dimana proses tersebut terjadi secara terus-menerus mengalami
penyempurnaan hingga tercapai model yang representatif dan ideal.

I. Tujuan Manajemen Konflik


Terdapat beberapa tujuan dari diadakannya Manajemen Konflik di dalam
suatu perusahaan ataupun bentuk organisasi lainnya, yakni
1. Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap anggota organisasi,
sehingga dapat fokus kepada visi dan misi organisasi
2. Untuk meningkatkan kreatifitas anggota organisasi dengan mengambil
manfaat dari konflik yang terjadi

9
3. Untuk membangun rasa saling menghormati antar sesama anggota
organisasi dan menghargai keberagaman

J. Manfaat Manajemen Konflik di Perusahaan


Mengacu pada pengertian manajemen konflik, semua organisasi yang
berorientasi pada keuntungan jangka panjang pasti menerapkan dan mengembangkan
manajemen konflik. Berikut ini adalah beberapa manfaat manajemen konflik pada
organisasi atau perusahaan:
1. Evaluasi Sistem
Organisasi tidak dapat melakukan evaluasi terhadap efektivitas sistem jika
tidak terjadi konflik di dalamnya. Dengan adanya konflik maka organisasi
akan dapat melakukan identifikasi apakah sistem yang diterapkan berjalan
dengan baik atau perlu perbaikan.
2. Mengembangkan Kompetensi
Penanganan manajemen konflik yang baik akan meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi sebuah organisasi, khususnya dalam hal
kompetensi non-teknis. Dengan strategi manajemen konflik yang tepat
maka kemampuan organisasi dalam menangani konflik internal akan
semakin kuat.

K. Tipe Manajemen Konflik


Dalam proses manajemen konflik, organisasi melakukan pengelolaan
informasi dari konflik dan menentukan solusi yang paling tepat. Menurut Dawn M.
Baskerville, ada enam tipe manajemen konflik, yakni
1. Avoiding
Individu atau organisasi pada umumnya cenderung menghindari konflik.
Berbagai hal sensitif dan berpotensi menyebabkan konflik sebisa mungkin
dihindari. Ini merupakan cara yang paling efektif menjaga lingkungan
terhindar dari konflik terbuka.
2. Acomodating
Ini merupakan kegiatan mengumpulkan berbagai pendapat dari banyak
pihak yang terlibat dalam konflik. Dengan mengumpulkan pendapat, maka
organisasi dapat mencari jalan keluar dengan tetap mengutamakan
kepentingan salah satu pihak yang berkonflik.

10
3. Compromising
Berbeda dengan acomodating, cara compromising cenderung
memperhatikan pendapat dan kepentingan semua pihak. Kompromi
merupakan cara penyelesaian konflik yang melakukan negosiasi pada
pihak-pihak yang berkonflik dan mencari jalan tengah bagi kebaikan
bersama.
Dengan kata lain, dengan kompromi maka semua pihak yang berkonflik
akan mendapatkan solusi yang memuaskan. Cara seperti ini dapat
menyelesaikan konflik tanpa menimbulkan konflik yang baru.
4. Competing
Ini adalah cara menyelesaikan konflik dengan mengarahkan pihak yang
berkonflik untuk saling bersaing dan memenangkan kepentingan masing-
masing.
Pada akhirnya salah satu pihak akan kalah dan mengalah atas kepentingan
pihak lain. Ini merupakan strategi cadangan dan dianggap kurang efektif
bila salah satu pihak lebih kuat dari yang lain.
5. Colaborating
Kolaborasi adalah cara menyelesaikan konflik dengan bekerjasama untuk
memperoleh hasil yang memuaskan karena semua pihak bersinergi dalam
menyelesaikan masalah dengan tetap memperhatikan kepentingan semua
pihak.
Dengan kata lain, kepentingan pihak-pihak yang berkonflik tercapai dan
menghasilkan win-win solution.
6. Conglomeration (Mixtured Type)
Ini merupakan penyelesaian konflik dengan mengkombinasikan kelima
tipe manajemen konflik di atas. Tipe manajemen konflik yang satu ini
membutuhkan waktu dan tenaga yang besar dalam proses penyelesaian
konflik.

11
L. Strategi Manajemen Konflik
Menurut Stevenin, ada lima langkah mendasar dalam memahami manajemen
konflik dengan baik. Dengan memahami kelima langkah dasar ini maka organisasi
akan lebih mudah dalam menentukan strategi terbaik dalam penanganan konflik.
Berikut ini adalah lima langkah manajemen konflik yang paling mendasar, yakni
1. Pengenalan
Ini merupakan langkah awal dalam manajemen konflik, yaitu dengan
mengenali permasalahan yang terjadi, siapa yang terlibat konflik, dan
bagaimana keadaan di sekitar selama terjadinya konflik. Ini merupakan
informasi awal yang penting dalam manajemen konflik.
2. Diagnosis
Setelah mendapat informasi pada point #1, selanjutnya adalah melakukan
analisis untuk mengetahui penyebab konflik. Untuk melakukan hal ini
diperlukan metode yang benar dan telah teruji, serta fokus terhadap
masalah utama dalam konflik yang terjadi.
3. Menyepakati Solusi
Setelah melalui proses diagnosis, selanjutnya organisasi bisa menemukan
dan menentukan solusi apa yang paling tepat untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi.
Solusi yang ditentukan harus dibicarakan secara bersama dengan pihak
yang berkonflik dengan bantuan pihak penengah. Selanjutnya, maka
semua pihak melakukan pelaksanaan kesepakatan.
4. Pelaksanaan
Setelah menyepakati solusi, selanjutnya adalah proses pelaksanaan
kesepakatan yang telah dibuat. Semua pihak yang terlibat dalam konflik
harus menerima dan melaksanakan kesepakatan tersebut dengan sebaik-
baiknya. Harus diperhatikan juga bahwa kesepakatan tersebut tidak
berpotensi menimbulkan konflik yang lain.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan hal yang penting dilakukan untuk menilai apakah
pelaksanaan kesepakatan tersebut berjalan dengan baik. Dengan
melakukan evaluasi maka organisasi bisa melakukan pendekatan alternatif
untuk konflik lain yang mungkin terjadi.

12
BAB III

CONTOH KASUS

Terdapat sebuah contoh kasus yang kami ambil terkait dengan Manajemen Konflik,
yakni sebuah kasus antara PT. Lintas Kumala Abadi melawan PT. Asuransi Tokio Marine
Indonesia, pada kasus ini terjadi sebuah kecelakaan yakni terjatuhnya container milik PT.
Lintas Kumala Abadi ke laut, sesuai dengan kesepakatan bahwa container tersebut sudah di
asuransikan kepada PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia, tetapi masih terdapat beberapan
permasalahan yang terjadi antara kedua pihak tersebut, yang pada akhirnya pengadilan
bertindak sebagai penengah serta penentu keputusan dari kasus tersebut.

A. Latar Belakang Kasus


Pada tanggal 27 Oktober 2008, PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia
menerbitkan Open Polis of Marine Insurance No.MOP/TM/08/108 untuk
menjamin risiko pengangkutan atas 900 unit container berbagai ukuran di wilayah
Indonesia atas nama PT. Lintas Kumala Abadi qq PT. Tal International Container
Corporation dan PT. Tex Tener Container Corporation, untuk masa
pertanggungan dari 27 Oktober sampai dengan 27 Oktober 2009, dengan dasar
penjaminan adalah peraturan Institue Cargo Clause “B” 1.1.82, dimana nilai atau
harga pertanggungan atas unit barang yang dijamin adalah :
a. Untuk Container 20” DC (New Condition) @ Rp. 19.000.000,-
b. Untuk Container 20” DC (Used Condition) @ Rp. 16.000.000,-
c. Untuk Container 40” DC (Used Condition) @ Rp. 22.500.000,-

Dalam pelaksanaan Open Polis Of Marine Insurance Nomor MOP/TM/08/108


yang diterbitkan oleh PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia, diterbitkan beberapa
polis diantaranya Polis Marine Cargo Nomor TMD/MINL/08-MO271573 tanggal
1 Desember 2008 yang menjamin 100 unit container jenis 20" milik PT. Lintas
Kumala Abadi dengan nilai pertanggungan 100 x Rp.19.000.000,- =
1.900.000.000,-. Dan premi yang dibebankan kepada PT. Lintas Kumala Abadi
atas polis tersebut sudah dibayar lunas.

Pada 17 April 2009, ketika pemuatan atas 73 Unit Container ukuran 20” di
Pelabuhan RAPP/Buatan di Pekanbaru, kapal pengangkut yakni KM. Lintas
Barito mengalami kecelakaan miringnya kapal (Capsized) yang menyebabkan 51

13
Unit Container dari 73 unit milik PT. Lintas Kumala Abadi yang telah dimuat
jatuh kelaut sehingga PT. Lintas Kumala Abadi pun mengalam kerugian berupa
biaya penyelamatan dan biaya perbaikan atas container yang jatuh kelaut tersebut
sebesar Rp. 187.360.000,- + USD. 76.187.43 atau Rp. 600.000.000,-.

Atas kecelakaan tersebut, pada 11 Desember 2008, PT. Lintas Kumala Abadi
mengajukan klaim kepada PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia berdasarkan
Polis Marine Cargo Nomor TMD/MINL/08-MO271573 sebesar Rp.
187.360.000,- + USD. 76.187.43 atau Rp. 600.000.000,-. Sesuai dengan kerugian
yang dialami PT. Lintas Kumala Abadi.

Dimana penyebab timbulnya kerugian tersebut (muatan yang jatuh kelaut)


diakibatkan oleh kapal miring (Capsized) termasuk yang dijamin dalam polis
Institute Cargo Clause “B” butir 1.1.2 yakni kapal terbalik yang menyebutkan
bahwa "Kerugian atau kerusakan pada objek yang diasuransikan yang secara
wajar diakibatkan oleh: (1.1.2) kapal atau perahu kandas, karam tengelam atau
"terbalik"; Disimpulkan terbalik pun karena tidak adanya pembatasan pengertian
kapal terbalik (Capsized) dalam polis.

Berdasarkan beberapa fakta diatas, PT. Lintas Kumala Abadi mengajukan


gugatan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tertuju kepada PT. Asuransi
Tokio Marine Indonesia, yakni:

1. Untuk dikabulkan segala gugatannya oleh pengadilan.


2. Untuk pengadilan menyatakan PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia
melakukan Wanprestasi atas pernjaian Asuran dengan Open Polis Of
Marine Insurance Nomor MOP/TM/08/108.
3. Untuk dibayarnya kerugian yang dialami oleh PT. Lintas Kumala Abadi
atas biaya penyelamatan dan biaya perbaikan container yang dijamin
dalam polis sebesar Rp. 187.360.000,- + USD. 76.187.43 atau Rp.
600.000.000,-.
4. Untuk menghukum PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia untuk
membayar ganti rugi keterlambatan pembayaran kepada PT. Lintas
Kumala Abadi 10% untuk setiap bulannya yang dihitung sejak mulai
tanggal 17 Mei 2008 sampai dengan PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia
melunasi seluruh hutangnya.

14
5. Untuk menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas harta kekayaan PT.
Asuransi Tokio Marine Indonesia baik berupa barang-barang bergerak
maupun yang tidak bergerak.
6. Untuk menghukum PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia membayar
biaya permasalahan atau perkara ini.

Atas gugatan yang dilayangkan oleh PT. Lintas Kumala Abadi kepada PT.
Asuransi Tokio Marine Indonesia, disebutkan beberapa pembelaan atas situasinya
yakni:

1. Gugatan yang dilayangkan oleh PT. Lintas Kumala Abadi tidak


mempunyai dasar hukum yang kuat, karena risiko yang digugat adalah
risiko yang tidak dapat di respons oleh Polis Marine Cargo tersebut.
2. Bahwa Polis Marine Cargo - Institute Cargo Clause B yang dibeli oleh PT.
Lintas Kumala Abadi hanya dapat menutup risiko kerugian apabila terjadi
kerugian secara menyeluruh atau total loss terhadap barang yang
diasuransikan.
3. Sehubungan dengan pembelaan no.2 faktanya adalah, KM. Lintas Barito
yang mengangkut container miring 80 derajat sehingga menyebabkan 38
dari 51 container milik PT. Lintas Kumala Abadi jatuh kelaut.
4. PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia menunjuk PT. McLarens Indonesia
sebagai Perusahaan penilai Kerugian Asuransi untuk melakukan survey
atas kejadian yang menyebabkan kerugian kepada PT. Lintas Kumala
Abadi.
5. Setelah survey dilaksanakan, pada 22 Mei 2009 PT. McLarens Indonesia
menyatakan bahwa “Berdasarkan kondisi kecelakaan kami mencermati
bahwa kecelakaan terjadi setelah proses pemuatan dan kontainer tidak
mengalami kerusakan total namun hanya rusak.Berdasarkan hal di
atas,kami berpendapat tidak ada tanggung jawab hukum Polis atas
kerugian ini”.

Atas dasar diatas, maka PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia menyatakan
bahwa klaim yang diajukan oleh PT. Lintas Kumala Abadi bukan merupakan
risiko yang dijamin dalam Polis Marine Cargo.

15
B. Penyelesaian Kasus
Pada tanggal 14 April 2011, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
dengan segala pertimbangannya dalam menilai, mengukur, dan berusaha
mengadili dengan seadil-adilnya, menyatakan mengeluarkan keputusan, yakni:
1. Menolak seluruh pembelaan PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia atas
kasus ini.
2. Mengabulkan sebagian gugatan PT. Lintas Kumala Abadi atas PT.
Asuransi Tokio Marine Indonesia.
3. Menghukum PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia atas biaya
penyelamatan dan biaya perbaikan container yang dijamin dalam polis
sebesar Rp. Rp. 187.360.000,- + USD. 76.187.43 atau Rp. 600.000.000,-.
4. Menghukum PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 341.000
5. Menolak gugatan PT. Lintas Kumala Abadi selain gugatan yang
dikabulkan diatas.

C. Analisis Kasus
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.

16
Berdasarkan kasus yang kami jabarkan diatas, dapat kami simpulkan bahwa
yang terjadi adalah konflik Interorganisasi, dimana yang berselisih adalah
antaraPT. Lintas Kumala Abadi melawan PT. Asuransi Tokio Marine Indonesia,
dimana mereka memiliki kepentingan dan pemahaman masing-masing terkait
dengan kasus yang terjadi tersebut.
Oleh karena terjadinya perbedaan pendapat tersebut maka dilakukan
penunjukan pihak ketiga yakni Pengadilan sebagai mediator sekaligus pemutus
dari perkara atau kasus tersebut. Dimana berdasarkan hal tersebut dapat kami
simpulkan juga bahwa Tipe Manajemen Konflik yang digunakan adalah
Competing atau persaingan antara kedua pihak tersebut untuk memenangkan
perkara atau kasus tersebut.
Secara etika jelas sekali bahwa kedua perusahaan telah melakukan kesalahan
dimana perusahan tidak memperhatikan kesepakatan yang telah mereka buat dan
sepakati sebelumnya, selain itu secara etika perusahaan tidak bisa atau kurang
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan atau mitra kerja.
Karena Etika Bisnis dalam hubungannya antar perusahaan dapat membentuk
nilai, norma dan perilaku antar organisasi dalam membangun hubungan yang adil
dan sehat dengan pelanggan atau mitra kerja, pemegang saham, dan masyarakat.

17
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan berdasarkan pembahasan sebelumnya, yakni
1. Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien.
2. Konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai
keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
3. Konflik memiliki ciri-ciri
4. Terdaoat tahapan berkembangnya konflik
5. Terdapat factor-faktor yang menyebabkan konflik
6. Terdapat tingkatan dari konflik
7. Konflik dapat dikelola
8. Manajemen Konflik merupakan suatu proses aksi dan reaksi yang diambil oleh
para pelaku konflik atau pihak ketiga secara rasional dan seimbang, dalam rangka
pengendalian situasi dan kondisi perselisihan yang terjadi antara beberapa pihak.
9. Manajemen Konflik memiliki tujuan
10. Manajemen Konflik memiliki manfaat pada perusahaan
11. Terdapat beberapa tipe dari Manajemen Konflik
12. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menentukan strategi
dalam Manajemen Konflik

B. Saran
Menurut kami, setelah membaca beberapa kasus terkait dengan konflik,
konflik sebenarnya dapat dihindari jika kita dapat merasakan dan membaca situasi
sebelum konflik tersebut terjadi, seperti menyaring informasi yang tepat,
melumpuhkan provokator, dan lainnya yang terkait dengan mencegah sesuatu menjadi
konflik terbuka.
Dan juga apabila konflik tersebut sudah terjadi, yang perlu kita lakukan adalah
jangan panik, yang terpenting adalah kita berusaha untuk tetap tenang menghadapi
situasi konflik tersebut, dan berusaha untuk me-review kembali bagaimana kejadian

18
atau konflik tersebut dapat terjadi, menyaring informasi, serta memilah-memilah
kejadian lain yang terkait dengan terjadinya konflik tersebut, dan kemudian barulah
kita berusaha untuk menentukan strategi terbaik yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Max Manroe. Pengertian Manajemen Konflik Secara Umum, Tujuan, Manfaat, Strategi, dan
Tipe Manajemen Konflik. Diperoleh 31 Juli 2018, dari
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-manajemen-konflik.html

Communicationista. 2009. MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI. Diperoleh 31


Juli 2018, dari https://communicationista.wordpress.com/2010/02/07/manajemen-
konflik-dalam-organisasi/

Rizkie Library. 2016. MANAJEMEN KONFLIK: Definisi, Penyebab, dan Pengelolaan


Konflik. Diperoleh 31 Juli 2018, dari http://rizkie-
library.blogspot.com/2016/02/manajemen-konflik-definisi-penyebab-dan.html

Pengertian Management. 2014. Manajemen Konflik : Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan
Strategi Mengatasi Konflik. Diperoleh 31 Juli 2018, dari
http://pengertianmanagement.blogspot.com/2013/03/manajemen-konflik-definisi-ciri-
sumber.html

Rocket Manajemen. 2018. Pengertian Manajemen Konflik dan 6 Tekniknya. Diperoleh 31


Juli 2018, dari https://rocketmanajemen.com/manajemen-konflik/

20

Anda mungkin juga menyukai