Anda di halaman 1dari 11

Review Jurnal

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan dan Perubahan Usaha


Kecil Menengah: Review dari Jurnal “Implementasi Organisasi Pembelajar
bagi Keberlanjutan UKM Klaster Kerajinan Batik di Cirebon”
Tugas Individu Mata Kuliah Desain Organisasi dan Kepemimpinan
Dosen: Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM.

Disusun Oleh:

Maryam Jamilah
(H251180141)

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan dan Perubahan Usaha
Kecil Menengah: Review dari Jurnal “Implementasi Organisasi Pembelajar
bagi Keberlanjutan UKM Klaster Kerajinan Batik di Cirebon”

Maryam Jamilah

Program Studi Ilmu Manajemen, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK: Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


mempengaruhi keberlanjutan dan perubahan usaha kecil dan menengah (UKM) dengan
membandingkannya dengan beberapa hasil penelitian. Metode analisis data yang digunakan
adalah Structural Equation Model (SEM). Hasil diskusi menunjukkan bahwa terdapat variabel-
variabel yang dapat mempengauhi keberlanjutan dan perubahan usaha baik secara langsung
maupun tidak langsung diantaranya adalah kompetensi, organisasi pembelajar, karakteristik
industri, penerapan CAFTA, pengembangan usaha, motivasi usaha dan kebijakan pemerintah.
Kompetensi, organisasi pembelajar, karakteristik industri, penerapan CAFTA dan
pengembangan usaha memiliki pengaruh lansung yang positif dan signifikan terhadap
keberlanjutan UKM. Sedangkan variabel motivasi usaha dan kebijakan pemerintah berpengaruh
signifikan secara tidak langsung terhadap keberlanjutan UKM melalui mediator variabel
pengembangan usaha. Variabel organisasi pembelajar dan kompetensi berpengaruh secara
langsung terhadap perubahan UKM.

Kata Kunci: Kompetensi, organisasi pembelajar, karakteristik industri, CAFTA, pengembangan


usaha, motivasi usaha, kebijakan pemerintah, keberlanjutan ukm, perubahan ukm

PENDAHULUAN

Usaha Kecil Menengah (UKM) menyumbangkan kontribusi yang besar terhadap


perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan UKM pada tahun 2015
yang mencapai 8,7% lebih besar dari pertumbuhan usaha mikro yang sebesar 2,4%. Selain itu
nilai rata-rata investasi UMKM terus mengalami peningkatan dari tahun 2011-2015 yaitu sebesar
10,6% dengan kontribusi tebesar disumbangkan oleh usaha menengah sebesar 56,4% dan usaha
kecil sebesar 31,6% (Bappenas, 2016). Disamping itu UKM juga dinilai sebagai pelaku bisnis
yang tahan banting dimana UKM dapat bertahan dari kisis ekonomi yang terjadi di Indonesia
pada tahun 1998 dan tetap memperoleh laba yang tinggi walaupun puncak krisis pertumbuhan
ekonomi yang negatif 13.4% mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah unit usaha sebanyak
2,95 juta unit lebih (Ediraras, 2010).

Disamping perkembangan UKM yang semakin meningkat masih terdapat permasalah


yang kian dihadapi oleh UKM. Menurut Sri Susilo (2010) masalah yang masih dihadapi oleh
UMKM adalah rendahnya produktivitas yang berkaitan dengan rendahnya kualitas sumberdaya
manusia usaha skala mikro dan rendahnya kompetensi kewirausahaan usaha skala mikro. Selain
masalah internal yang dihadapi oleh UKM perubahan lingkungan bisnis juga menjadi ancaman
bagi UKM dalam bersaing. Dengan diberlakukannya China ASEAN Free Trade Area (CAFTA)
dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) UKM mendapatkan peluang sekaligus tantangan untuk
dapat bersaing di pasar global. Sebagaimana kita ketahui harga produk China yang masuk ke
pasar Indonesia sebagian besar lebih murah dibandingkan dengan harga produk lokal itu sendiri,
hal tersebut berpotensi menekan daya saing industri lokal dan mematikan pasar dalam negeri
serta menghambat perkembangan dan keberlanjutan (sustainability) industri lokal (Sarma et al.,
2014). Dengan demikian diperlukan adanya kajian yang membahas terkait keberlanjutan UKM
di Indonesia.

Muslim et al. (2017) melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi


keberlanjutan UKM di Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pengaruh
langsung dan tidak langsung dari gaya kepempinan, siklus organisasi, kompetensi, dan organisasi
pembelajar terhadap keberlanjutan UKM yang berfokus pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
klaster kerajinan batik Cirebon. Kajian tekrkait keberlanjutan UKM lainnya dilakukan oleh
Sarma et al. (2014). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pengembangan dan
keberlanjutan UKM pada industri alas kaki dengan mengkaji karakteristik pengrajin dan profil
industri kecil dan rumah tangga alas kaki, menelaah masalah secara umum keadaan industri kecil
dan rumah tangga alas kaki, menyusun model keberlanjutan industri kecil dan kerajinan rumah
tangga alas kaki serta menganalisis pengaruh diberlakukannya CAFTA terhadap keberlanjutan
industri kecil dan kerajinan rumah tangga alas kaki.

Untuk dapat berlanjut (sustain) suatu UKM harus mampu memanfaatkan peluang yang
ada serta memiliki kemampuan daya saing yang baik dengan melakukan perubahan guna
menghadapi lingkungan bisnis yang senantiasa berubah. Kemampuan mengantisipasi perubahan
ini tergantung pada kreativitas, inovasi dan skill para anggota organisasi dan dapat ditumbuhkan
melalui pelatihan dengan proses pembelajaran secara berkesinambungan (learning organization)
(Mulyono dan Kresnaini, 2015). Penelitian terkait peubahan UKM dilakukan oleh Mulyono dan
Kresnaini (2015) dengan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung learning
organization dan kemampuan individu terhadap perubahan UKM serta menganalisis
implementasi learning organization pada UKM dengan objek penelitian seluruh UKM yang
berada di Malang dan bergerak dibidang industri kerajinan.

METODE PENELITIAN
Pada artikel ini akan dianalisis metode yang digunakan dalam jurnal utama yang ditulis
oleh Muslim et al. (2017) dan membandingkannya dengan metode yang digunakan pada jurnal-
jurnal terkait. Subjek penelitian yang dilakukan oleh Muslim et al. (2017) adalah karyawan dan
pemilik UKM. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 88 responden yang
diperoleh dengan metode quota sampling dan perhitungan menggunakan rumus Slovin dari total
populasi 112 responden. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer
didapat dari kuesioner yang diberikan kepada pemilik dan karyawan UKM.

Metode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model - Parsial Least
Square (SEM-PLS) dengan dua gugus model persamaan linear, yaitu model dalam (inner model
dan model luar (outer model). Dalam model dalam akan dianalisis hubungan antar vaiabel laten
sedangkan model luar melihat hubungan variabel laten dengan variabel indikator. Variabel laten
dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan, siklus hidup organisasi, kompetensi, organisasi
pembelajar, dan keberlanjutan UKM. Setiap variabel-vaiabel laten dalam model diukur
menggunakan variabel indikator yang ditentukan berdasarkan teori-teori penelitian terdahulu.
Dengan menggunakan metode SEM-PLS akan dianalisis pengaruh langsung dan tidak langsung
antar variabel laten, oleh karena itu hipotesis yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

H1: Gaya kepemimpinan mempengaruhi siklus hidup organisasi


H2: Gaya Kepemimpinan mempengaruhi kompetensi
H3: Gaya Kepemimpinan mempengaruhi organisasi pembelajar
H4: Siklus hidup organisasi mempengaruhi kompetensi
H5: Organisasi pembelajar mempengaruhi kompetensi
H6: Siklus hidup organisasi mempengaruhi sustainability UKM
H7: Kompetensi mempengaruhi sustainability UKM
H8: Organisasi pembelajar mempengaruhi sustainability UKM

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sarma (2014) keberlanjutan UKM (Y2) diukur
dengan variabel-vaiabel bebas (X) dan variabel perantara (intervening) (Y1). Variabel -variabel
bebas dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik industri kecil/pengrajin (X1), karakteristik
usaha(X2), motivasi usaha (X3), intervensi kebijakan pemerintah (X4), penerapan CAFTA (X5)
dan pengembangan usaha pengrajin (Y1). Objek dalam penelitian ini adalah industri kecil yang
bergerak dibidang produksi alas kaki di wilayah Bogor. Populasi penelitian adalah seluruh
industri kecil di Bogor dan dengan metode purposive sampling diambil sampel penelitian
sebanyak 100 responden. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer yang
dikumpulkan berdasarkan metode kuesioner/angket, observasi lapangan, wawancara (indepth
interview), studi dokumentasi dan membuat lembar penilaian. Data yang telah didapat
selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode analisis data Structural Equation Model (SEM)
untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel bebas, variabel intervening
dan variabel terikat.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mulyono dan Kresnaini (2015) menggunakan
metode erplanatory research dan deskriptive research untuk menguji hipotesis penelitian serta
menjelaskan secaa terpeinci terkait hubungan learning organization dan kemampuan individu
(kompetensi) terhadap perubahan organisasi. Objek pada penelitian ini adalah seluruh UKM
yang berada di Malang dan bergerak dibidang industri kerajinan. Penentuan objek tersebut
berdasarkan dengan kriteria tertentu yaitu UKM yang memiliki volume penjualan ≤ Rp1 Milyar,
memiliki modal usaha di luar tanah dan gedung ≤ Rp200 Juta, terdaftar/memiliki ijin usaha dan
mempunyai tenaga kerja sedikitnya 5 sampai 99 orang. Penentuan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik multi stages sampling yang mana terdiri dari dua tahap pengambilan
sampel. Pada tahap pertama menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan
jumlah kecamatan yang dijadikan sampel dan didapatkan sebanyak sedangkan pada tahap kedua
menentukan sampel secara proporsional pada setiap kecamatan yang telah terpilih. Berdasarkan
kedua metode tersebut didapatkan 198 UKM yang dijadikan sampel yang diperoleh dari 5
kecamatan yaitu kecamatan Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru dan Sukun.
Proporsi sampel pada setiap kecamatan adalah Blimbing sebanyak 56, Kedungkandang sebanyak
27, Klojen sebanyak 33, Lowokwaru sebanyak 40 dan Sukun sebanyak 42 UKM. Metode
pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala Likert dengan
nilai 1 sampai 5. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan full model
Structural Equation (SEM). Variabel laten pada analisis SEM terdiri dari learning organization
yang merupakan variabel bebas, kemampuan individu sebagai variabel perantara (intervening)
dan perubahan organisasi sebagai variabel terikat. Dengan metode SEM akan dianlisis hubungan
learning organization dengan perubahan organisasi secara langsung dan secara tidak langsung
melalui perantasa kemampuan individu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gaya Kepemimpinan

Variabel gaya kepemimpinan diukur dengan enam variabel indikator yaitu, the coercive
style, the authoritative style, the affiliative style, the democratic style, the pacesetting style, dan
the coaching style. Berdasakan pengolahan data menggunakan metode SEM-PLS didapati bahwa
gaya kepempinan memiliki pengaruh positif secara langsung yang signifikan terhadap siklus
hidup organisasi, kompetensi, dan organisai pembelajar. Hal tersebut dilihat dari nilai koefisien
jalur dan nilai t-hitung dari hubungan masing-masing variabel. Gaya kemimpinan memiliki
hubungan positif yang signifikan terhadap siklus hidup organisasi dengan nilai koefisien jalur
sebesar 0,826 dengan t hitung 21,256 > 1,96. Gaya kepemimpinan memiliki hubungan positif
signifikan terhadap kompetensi dengan koefisien jalur sebesar 0,363 dan t hitung 3,473 > 1,96.
Gaya kepemimpinan memiliki hubungan positif signifikan terhadap organisasi pembelajar
dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,847dan t hitung 20,496 >1,96.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Siklus Hidup Oganisasi


Gaya kepemimpiinan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap siklus hidup
organisasi dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,826 dengan t hitung 21,256 > 1,96. Hasil
tersebut mengidentifikasikan bahwa pemimpin yang baik dalam suatu organisasi akan
menjadikan suatu organisai memiliki siklus hidup yang baik dan dapat terus berkembang. Hasil
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Bappenas (2016) yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mendukung UKM untuk dapat berkembang adalah karakteristik
pemilik (pemimpin), karakteristik usaha, jaringan bisnis dan iklim usaha.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap kompetensi

Gaya kepemimpinan memiliki pengauh positif terhadap kompetensi dengan nilai


koefisien jalur sebesar 0,363 dan t hitung 3,473 > 1,96 dengan artian gaya kepemimpinan yang
baik akan mempengaruhi peningkatan kompetensi SDM dalam suatu organisasi. Hasil peneiltian
tersebut sesuai dengan teori yang mendefinisikan kepempinan sebagai cara mempengaruhi orang
atau kelompok untuk mengembangkan potensi, serta kemampuan mereka untuk mencapai tujuan
organisasi (Liao et al., 2017). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lian dan Tu (2012) yang menyatakan bahwa gaya kepimpinan berpengauh positif signifikan
terhadap kompetensi karyawan dan pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan yang
lebih transformasional ketika berhadapan dengan bawahan yang lebih kompeten untuk
memberikan lebih banyak dukungan kepada karyawan yang memiliki kemampuan tinggi
sehingga mereka dapat memiliki kinerja yang baik.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Organisasi Pembelajar

Gaya kepemimpinan memiliki hubungan positif signifikan terhadap organisasi


pembelajar dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,847dan t hitung 20,496 >1,96. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa gaya kepimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi akan memacu
setiap individu dalam organinasi untuk terus melakukan proses pembelajaran. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Liao et al. (2017) yang menyatakan bahwa
jenis kepemimpinan memiliki hubungan positif signifikan terhadap organisasi pembelajar.

Siklus Hidup Organisasi

Variabel siklus hidup organisasi diukur dengan empat variabel indikator yaitu,
entrepreneurial, collectivity, formalization, dan elaboration. Dari hasil analisis data didapati
bahwa siklus hidup organisasi memiliki hubungan positif signifikan dengan kompetensi dengan
nilai koefisien jalur sebesar 0,305 dan t hitung 2,796 > 1,96 sedangkan dengan sustainability,
siklus hidup organisai memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan dengan nilai
kefisien jalur sebesar 0,222 dan t hitung 1,738 < 1,96.

Pengaruh Siklus Hidup Organisasi terhadap Kompetensi


Siklus hidup organisasi memiliki hubungan positif signifikan dengan kompetensi dengan
nilai koefisien jalur sebesar 0,305 dan t hitung 2,796 > 1,96. Artinya kompetensi SDM dalam
suatu organisasi akan semakin baik diiringi dengan tingkatan siklus hidup yang dicapai suatu
organisasi tersebut.

Pengaruh Siklus Hidup Organisasi terhadap Keberlanjutan (Sustainability)

Siklus hidup organisai memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan terhadap
keberlanjutan UKM dengan nilai kefisien jalur sebesar 0,222 dan t hitung 1,738 < 1,96. Hasil
tersebut mengidentifikasikan bahwa suatu UKM dapat bertahan dan berlanjut di masa yang akan
datang tanpa dipengaruhi oleh siklus hidup organisasi dari UKM itu sendiri. Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan bisnis UKM baru berada pada tahap awal siklus hidup organisasi

Kompetensi

Variabel kompetensi diukur dengan enam variabel indikator yaitu knowledge, understand,
application, analysis, synthesis, dan evaluation. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa
kompetensi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap sustainability dengan nilai
koefisien jalur sebesar 0,435 dan t hitung sebesar 4,010 > 1,96. Hasil tersebut
mengidentifikasikan bahwa semakin baik kemampuan individu (kompetensi) SDM pada suatu
UKM maka akan meningkatkan keberlanjutan (sustainability) UKM di masa yang akan datang.
Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono et al. (2015) yang menyatakan
bahwa kemampuan individu (kompetensi) berpengauh positif signifikan terhadap perubahan
organisasi (UKM). Untuk dapat bertahan (sustain) suatu UKM harus dapat melakukan perubahan
guna menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang terus berubah, oleh karena itu semakin baik
kompetensi SDM dalam UKM maka semakin mudah UKM tersebut untuk dapat melakukan
perubahan.

Organisasi Pembelajar

Variabel organisasi pembelajar diukur dengan lima variabel indikator yaitu personal
mastery, mental model, shared vision, system thinking, dan team learning. Dari hasil yang
didapat menunjukkan bahwa organisasi pembelajar memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kompetensi dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,276 dan t hitung 2,954
>1,96. Selain itu organisai pembelajar juga memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
sustainability dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,273 dan t hitung 2,183 > 1,96.

Pengaruh Organisasi Pembelajar terhadap Kompetensi

Organisasi pembelajar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap


kompetensi dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,276 dan t hitung 2,954 >1,96. Artinya, semakin
baik proses pembelajaran yang diterapkan SDM dan adanya sharing knowledge (berbagi
pengetahuan) antar SDM dalam suatu organisasi akan meningkatkan kemampuan SDM dalam
organisasi itu sendiri. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mulyono et al. (2015) yang menyatakan bahwa organisasi pembelajar memiliki hubungan
positif signifikan terhadap kemampuan individu yang menunjukkan bahwa semakin intensif
learning organization maka semakin meningkat pula kemampuan seseorang dalam mengelola
UKM.

Pengaruh Organisasi Pembelajar terhadap Keberlanjutan (Sustainability)

Organisai pembelajar juga memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap


sustainability dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,273 dan t hitung 2,183 > 1,96. Artinya
semakin baik proses pembelajaran yang diterapkan SDM dalam UKM akan meningkatkan
kemampuan UKM itu sendiri untuk bertahan dan memiliki keberlanjutan usaha di masa depan.
Hasil penlitian ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Mulyono et al. (2015) bahwa
organisasi pembelajar memiliki pengauh positif signifikan terhadap perubahan organisasi yang
berarti bahwa semakin tinggi intensitas learning organization dilaksanakan dalam organisasi
UKM maka semakin mudah organisasi (UKM) melakukan peubahan dan semakin baik pula
tingkat keberlanjutan suatu organisasi tersebut.

Keberlanjutan UKM

Variabel keberlanjutan UKM diukur dengan delapan variabel indikator yaitu alignment,
shared purpose, leadership, locus of engangement, assessment and evaluation, balancing short
and long-term horizon, agility dan capability building. Keberlanjutan (sustainability) UKM
dipengaruhi oleh kompetensi dan organisasi pembelajar dengan artian untuk dapat bertahan dan
memiliki keberlanjutan usaha maka suatu UKM haus memiliki SDM yang kompeten dan
diperlukan adanya pembelajaran secara terus menerus oleh setiap anggota organisasi.

Selain dipengaruhi oleh kompetensi dan organisai pembelajar, berdasarkan penelitian


yang dilakukan oleh Sarma (2014) keberlanjutan UKM juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya yaitu karakteristik industri, penerapan CAFTA, pengembangan usaha, motivasi usaha
dan kebijakan pemerintah. Karakteristik industri berpengaruh secara langsung terhadap
keberlanjutan usaha. Artinya semakin baik suatu indurtri dalam mengoptimalkan
produktivitasnya dan berinovasi dalam memberikan variansi jenis usaha maka semakin mampu
usaha tersebut untuk berlanjut. Penerapan CAFTA berpengaruh secara langsung terhadap
keberlanjutan usaha. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa diberlakukannya CAFTA dapat
memberikan peluang kepada UKM untuk dapat bersaing secara global. Ketika suatu UKM dapat
menggunakan peluang tersebut dengan sebaik mungkin maka keberlanjutan usahanya dimasa
depan akan semakin baik. Variabel Pengembangan usaha berpengaruh secara langsung terhadap
keberlanjutan usaha. Ketika UKM melakukan suatu inovasi maka akan tercipta peningkatan
pengembangan usaha dengan demikian akan meningkatkan pula kemampuan UKM untuk dapat
berlanjut (sustain). Variabel motivasi usaha berpengaruh secara tidak langsung terhadap
keberlanjutan usaha melalui mediator pengembangan usaha. Hal tersebut mengidentifikasikan
bahwa dengan peningkatan pengembangan usaha maka suatu UKM akan memiliki kemampuan
untuk berlanjut di masa yang akan datang, sedangkan pengembangan usaha itu sendiri akan
dapat terwujud jika individu dalam suatu organisasi (UKM) memiliki motivasi yang tinggi dalam
menjalankan usahanya. Variabel kebijakan pemerintah berpengaruh secara tidak langsung
terhadap keberlanjutan usaha melalui peubah pengembangan usaha. Artinya peran pemerintah
dalam menetapkan kebijakan yang mampu memfasilitasi para pelaku UKM dapat meningkatkan
tingkat keberlanjutan usaha dari UKM itu sendiri.

KESIMPULAN

Dari hasil perbandingan jurnal diketehui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh


langsung terhadap keberlanjutan usaha kecil menengah (UKM) adalah kompetensi, organisasi
pembelajar, karakteristik industri, penerapan CAFTA dan pengembangan usaha. Sedangkan
variabel yang berpengaruh tidak lansung terhadap keberlanjutan UKM adalah gaya
kepemimpinan, motivasi usaha dan kebijakan pemerintah. Kesimpulan penelitian yang dilakukan
pada UKM klaster kerajinan batik di Cirebon adalah kompetensi dan organisasi pembelajar
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap keberlanjutan UKM. Artinya adanya SDM yang
kompeten dalam suatu UKM akan menjaga keberlanjutan UKM sedangkan kompetensi SDM
dapat terbentuk dari adanya pelaksanaan organizational learning sehingga pelaksanaan
organisasi pembelajar dapat menjaga keberlanjutan UKM. Gaya kepemimpinan berpengaruh
tidak langsung terhadap keberlanjutan UKM melalui perantara kompetensi dan organisasi
pembelajar. Artinya pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang baik akan meningkatkan
kompetensi SDM dan membangun organisasi pembelajar dalam suatu UKM sehingga secara
tidak langsung akan membuat keberlanjutan UKM dimasa depan akan terjaga.

Kesimpulan penelitian yang dilakukan pada UKM alas kaki di Bogor adalah karakteristik
industri, penerapan CAFTA dan pengembangan usaha berpengaruh langsung terhadap
keberlanjutan usaha. Artinya penerapan CAFTA dapat memberikan peluang kepada UKM untuk
dapat bersaing secara global dengan diiringi pengembangan usaha yang dapat dilakukan dengan
berinovasi dalam memberikan variansi jenis usaha yang nantinya akan berdampak pada pada
keberlanjutan usaha. Sedangkan motivasi usaha dan kebijakan pemerintah berpengaruh secara
tidak langsung terhadap keberlanjutan usaha dengan perantara variabel pengembangan usaha.
Artinya adanya motivasi usaha yang kuat dari SDM dan adanya dukungan dari pemerintah akan
menciptakan pengembangan suatu usaha yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan
keberlanjutan usaha pada UKM.

Untuk dapat memiliki keberlanjutan usaha di masa depan UKM perlu melakukan
perubahan dalam kegiatan usahanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada UKM industri
kerajinan di Malang dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
organisasi adalah learning organization dan kompetensi / kemampuan individu. Learning
organization dan kemampuan individu berpengaruh secara langsung terhadap perubahan
organisasi. Artinya semakin intensif dilakukannya organisasi pembelajar dalam suatu organisasi
maka akan meningkatkan kemampuan individu dalam organisasi tersebut sehingga semakin baik
pula kemampuan SDM dalam mengelola dan mengembangkan usaha yang akan menciptakan
perubahan usaha dalam organisasi (UKM). Learning organization berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemampuan individu, artinya SDM yang kompeten dapat diciptakan melalui
learning organization yang diterapkan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, k. P. (2016). Penguatan UMKM untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas.


Warta KUMKM.

Ediraras, D. T. (2010). Akuntansi dan Kinerja UKM. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2, Volume 15,
152-158.

Lian, L. K., & Tu, L. G. (2012). Leadership Styles and Organizational Citizenship Behavior: The
Mediating Effect of Subordinates’ Competence and Downward Influence Tactics.
Journal of Applied Business and Economics , 59-96.

Liao, S.-H., Chen, C.-C., Hu, D.-C., Chung, Y.-C., & Liu, C.-L. (2017). Assessing the influence
of leadership style, organizational learning and organizational innovation. Leadership &
Organization Development Journal , 590-609.

Mulyono, S., & Kresnaini, E. (2015). Memetakan Perubahan Organisasi dalam Desain Learning
Organization pada Usaha Kecil Menengah di Kota Malang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
101-118.

Muslim, M. I., Sukmawati, A., & Syafitri, U. D. (2017). Implementasi Organisasi Pembelajar
bagi Keberlanjutan UKM Klaster Kerajinan Batik di Cirebon. Jurnal Manajemen
Teknologi, 294-309.

Sarma, M., Dewi, F. R., & Siregar, E. H. (2014). Pengembangan Industri Kecil dan Rumah
Tangga Alas Kaki dalam Menuju Keberlanjutan Usaha dan Menghadapi China-ASEAN
Free Trade Agreement. Manajemen IKM, 67-75.

Sri Susilo, Y. (2010). Strategi Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi
Implementasi CAFTA dan MEA. Buletin Ekonomi Vol. 8, No. 2, 70-170.

Anda mungkin juga menyukai