Anda di halaman 1dari 45

Contoh Proposal Skripsi Manajemen Keuangan "Analisis Rasio Likuiditas,

Rasio Rentabilitas Ekonomis dan Rentabilitas Modal Sendiri Untuk


Menilai...
PROPOSAL SKRIPSI
METODOLOGI PENELITIAN

” Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Rentabilitas Ekonomis dan Rentabilitas Modal Sendiri
Untuk Menilai Kinerja pada PT. Fastfood Indonesia, Tbk. ( KFC )”

OLEH:

M.RIZKI WANAHDI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


TAHUN 2009

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang
menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode tertentu. Dengan laba ini dapat digunakan
perusahaan untuk tambahan pembiayaan dalam menjalankan usahanya, dan yang terpenting adalah sebagai alat untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Laba hanya bisa diperoleh dengan adanya kinerja yang baik dari perusahaan itu sendiri. Untuk itu penilaian
terhadap perusahaan sangat penting dan bermanfaat, baik bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yang
berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Bagi suatu perusahaan kinerja dapat digunakan sebagai alat ukur
dalam menilai keberhasilan usahanya, juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi pihak luar perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan ekonomi terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari aspek keuangan dan aspek non keuangan. Dari aspek
non-keuangan, kinerja dapat diketahui dengan cara, mengukur tingkat kejelasan pembagian fungsi dan wewenang dalam
struktur organisasinya, mengukur tingkat kualitas sumber daya yang dimilikinya, mengukur tingkat kesejahteraan pegawai
dan karyawannya, mengukur kualitas produksinya, mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan serta
dengan mengukur tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosisal sekitarnya.
Penilaian kinerja melalui aspek non-keuangan relatif lebih sulit dilakukan, karena penilaian dari satu orang berbeda
dengan hasil penilaian orang lain. Sehingga dalam penilaian kinerja kebanyakanperusahaan menggunakan aspek keuangan.
Analisis keuangan yang sering digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan adalah analisis rasio keuangan.
Dengan analisis rasio keuangan akan dapat diketahui tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat rentabilitas
perusahaan. Dengan mengetahui tingkat suatu perubahan, maka akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan jaminan harta lancarnya. Tingkat likuiditas ini sangat berguna bagi
perusahaan khususnya kreditur yang memberikan kredit jangka pendek. Pada tingkat solvabilitas, akan dapat diketahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dengan jaminan harta yang dimilikinya, tingkat solvabilitas
ini sangat berguna bagi kreditur, untuk memberikan kredit jangka pendek maupun jangka panjang. Dan dengan mengetahui
rentabilitas, maka akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya,
hal ini sangat penting untuk mengetahui efisiensi suatu perusahaan.
Jadi dengan mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu perusahaan, maka akan dapat
diketahui keadaan perusahaan yang bersangkutan, apakah perusahaan tersebut baik atau buruk sehingga dapat diperkirakan
tentang kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Munawir (2004 : 64), mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan
merupakan dasar untuk dapat mengintrepretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan
menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah,
prosentase serta trendnya, penganalisa menyendiri bahwa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan
mengintretasikan posisi keuangan suatu perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan atau perimbangan (mathematical relationship) antara
suatu terntu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa beruapa rasio ini akan dapat menjelaskan atau
memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama
apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Franchising (pewaralabaan) pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan
usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukanlah sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya,
sama strategisnya dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha. Bahklan sistem franchise dianggap memiliki
banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan manajemen, kecuali kerelaan pemilik merek untuk berbagi
dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada
konsumennya melalui tangan-tangan franchiser.
Di Indonesia franchise dikenal sejak tahun 70an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen, dan Burger King,
yang perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259
perusahaan penerima franchise di Indonesia tapi usaha franchise ini mengalami kemerosotan ketika terjadi krisis moneter.
Para penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam.
Hingga tahun 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan
politik yang belum stabili ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air
mengalami perkembangan yang sangat pesat (www.majalahfranchise.com).
Perkembangan bisnis waralaba atau franchise saat ini memicu pertumbuhan ekonomi yang sehat dan membuka
kesempatan lapangan kerja baru. Serta mempermudah peluang pengadaan kesempatan bisnis kepada khalayak luas.
Krisis ekonomi global membuat bisnis waralaba sedikit mengalami penurunan. Dari data yang ada, tahun 2007
kemarin omzet waralaba bisa mencapai Rp 81 Trilyun. Pada tahun 2008 omzet naik signifikan mencapai 10 - 15 %. Untuk
tahun ini hanya diprediksi meningkat 5 %, ini dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat. Hingga saat ini total bisnis
waralaba di Indonesia mencapai 360 franchise baik lokal maupun asing. Selama beberapa tahun franchise terus
mengevaluasi diri dengan menempatkan posisi sebagai pembawa gagasan bisnis yang berbekal semangat kewirausahaan,
Serta menyimpan potensi luar biasa terkait pengembangan perekonomian rakyat (www.Detailnews.com).
Dalam kondisi ekonomi yang tak terduga dan ketidakadanya kepastian yang dipengaruhi oleh krisis global yang
berkepanjangan, peningkatan inflasi dan penurunan GDP, PT. Fast Food Indonesia tetap memperoleh profitabilitas dan
pertumbuhan yang konsisten. Berdasarkan laporan keuangan KFC tahun 2008, penjualan naik sebesar 27,3% menjadi Rp.
2,023 triliun, pembukaan restoran baru bertambah 31 outlet di hamper 90 kota diseluruh Indonesia. Laba ditingkat restoran
naik menjadi 32,6% dan laba Perseroan secara keseluruhan sebelum pajak naik menjadi 16,5%.
Selain itu hasil penjualan pada 2008 naik menjadi 2,023% menjadi Rp. 2,023 triliun, lebih tinggi dari Rp. 1,590
triliun pada tahun 2007. peningkatan tersebut berasal dari kenaikan rata-rata harga jual yang terjadi pada tahun 2008 sebesar
17%, penjualan restoran baru, dan pertumbuhan dari restoran dan fasilitas yang sudah hadir. Peningkatan pun terlihat pada
sejumlah indicator lain, laba bersih sebelum pajak tahun 2008 naik menjadi Rp. 167,90 milyar atau naik 16,5% dari
Rp.144,16 milyar pada tahun 2007.
Harga pokok penjualan sebagai persentase penjualan sedikit turun dari 38,8% pada tahun 2007 menjadi 38,6%
pada 2008, sedikit menaikan margin laba kotor. Beben usaha meningkat menjadi Rp. 1,100 triliun dari Rp. 838,81 milyar
pada 2007 atau sekitar 31,2% disebabkan oleh tekanan harga dari inflasi dan ketentuan upah minimum yang baru dari
pemerintah.
Aktiva meningkat menjadi Rp.784,76 milyar pada tahun 2008 dari Rp. 629,49 milyar pada tahun 2007 atau
kenaikan 24,7% hasil dari investasi secara terus-menerus untuk melakukan ekspansi jaringan restoran perseroan. Aktiva tak
lancar meningkat Rp. 81, 57 milyar atau 21% pada tahun 2008, sementara aktiva lancar meningkat Rp. 73,69 milyar atau
30,6% pada tahun 2008. arus kas masuk bersihtahun 2008 Rp. 37,45 milyarhanya setengah dari kenaikan Rp. 76,48 milyar
yang dihasilakn pada tahun 2007.
Kewajiban meningkat Rp. 50,08 milyar atau 19,9% dari Rp. 252,13 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 302,21
milyar pada tahun 2008. kewajiban lancar naik sebesar Rp. 40,25 milyar atau 21,4%, tetapi peningkatan luar biasa pada
aktiva lacar secara dramatis mingkatkan current ratio dari 128% menjadi 137,9 % di tahun 2008. perbandingan hutang
jangka panjang denagn ekuitas turun dari 17% menjai 15,4% di tahun 2008.
Beban pokok penjualan meningkat 26,7% dari Rp. 617,10% menjadi Rp. 781,63 milyar di tahun 2008. beban
uasah meningkat hamper 31,2% dari Rp. 838,81 milyar menjadi Rp. 1,100 triliun pada tahun 2008

Berdasarkan data dan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul laporan akhir
yang di susun penulis adalah : “Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Rentabilitas Ekonomis dan Rentabilitas Modal Sendiri
Untuk Menilai Kinerja pada PT. Fastfood Indonesia, Tbk. ( KFC ) “
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan ditas maka peneliti merumuskan permasalahan dalam peneliti adalah :
“Bagaimana kinerja PT. Fastfood ndonesia, Tbk (KFC) berdasarkan analisis likuiditas dan rentabilitas ?”.

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ingin di teliti oleh peneliti maka yang menjadi tujuan dari penelitian
adalah :
“Untuk mengetahui kenerja PT. Fastfood Indonesia, Tbk (KFC) dilihat dari rasio likuiditas dan rasio
rentabilitasnya.”

4. Manfaat Penelitian
Adapin manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang pastinya berguna
diwaktu yang akan datang.
2. Bagi perusahaan yang bersangkutan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan
untuk kebijakan kebijakan perusahaan pada periode-periode selanjutnya.
3. Bagi pihak-pihak lain,diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta menjadi
referensi atau bahan masukan dalam penelitian serupa pada penelitian yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan:“Laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap,
dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.
Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota
kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku
perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.
Ada beberapa definisi laporan keuangan keuangan yang dikemiukakan oleh para ahli yaitu :
1. Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama
dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J. Fred Weston &
Thomas E. Copeland, 1994: 24). Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari
proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
2. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai unluk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari
neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan, dan laporan posisi keuangan, (Sawir ,2001.: 2).
3. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi, yang meliputi neraca, perhitungan rugi laba dan laba
vang ditahan. laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan, (Harnanto, 1987:9).
4. Laporan keuangan menurut Munawir adalah laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
vang dapat digunakan sebagai alat unluk berkomunikaxi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak vang berkepentingan dengan utau aktivitas pcrusahaann tersebut, (2000: 2) .

Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-
kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi
dihadapkan dengan kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk meminimkan
bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau
perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu.
Ada banyak laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan, tetapi yang umum digunakan adalah :
1. Laporan Laba Rugi
Munawir mendefinisikan laporan rugi laba adalah:"Laporan rugi laba merupakan sualu laporan yang sistemalis
tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh organisasi suatu perusahaan selama periode tertentu. (2000:26) ".
Menurut Harnanto, Laporan rugi/ laba adalah:"Suatu laporan yang disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi tentang hasil usaha dan perusahaan, selama jangka waktu yang tercakup dalam laporan tersebut, (1984:1) ".
Adapun bentuk Laporan Laba - Rugi ini yakni :
1. Single Step (Langkah Tunggal)
2. Multiple Step (Langkah Ganda)
Adapun penyajian Laporan Laba - Rugi ini harus memenuhi :
1. Beban atau Biaya disajikan berdasarkan klasifikasi sifat / fungsinya didalam perusahaan.
Beban atau biaya itu dapat digolongkan dalam :
i. Beban atau biaya yang berhubungan langsung dengan usaha ex : Biaya Penjualan, Biaya Adm. Umum
ii. Beban atau biaya yang tdk berhubungan lansung dengan usaha ex : Biaya Bank, Selisih Kurs.
2. Laporan Laba - Rugi disajikan secara komparatif

2. Neraca
Munawir menyatakan bahwa:"Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu laporan yang disusun pada suatu saat tertentu, (2000:13) ".
Menurut Harnanto, neraca adalah:"Suatu laporan yang disusun dengan maksud untuk menunjukkan keadaan
(posisi) finansial perusahaan pada saat (tanggal tertentu, (1984: I) ".
Bentuk meraca yang ada pada perusahaan-perusahaan tidak ada yang seragam, bentuk dan susunannya tergantung
pada tujuan yang akan dicapai. Bentuk neraca yang lazim digunakan adaiah sebagai berikut:
1. Bentuk skontro, dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/debet dan hutang serta modal tercantum
sebelah kanan/kredit.
2. Bentuk vertikal, dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal.

2. Laporan Perubahan Laba Ditahan


Laporan Perubahan Laba Ditahan menunjukkan laba yang diperoleh perusahaan dan dividen yang dibayarkan
selama satu periode sehingga menyebabkan perubahan laba ditahan.

2. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas merupakan ringkasan arus kas selama satu periode. Laporan ini menunjukkan perubahan arus
kas yang terjadi karena kegiatan operasi, investasi dan financial sehingga posisi/saldo kas berubah.
Tujuan yang paling utama dari Laporan Arus Kas ini adalah untuk memberikan informasi penting atau yang
relevan mengenai penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran kas selama periode berjalan. Adapun bentuk
penyajian Laporan Arus Kas ini dibagi menjadi empat, yakni :
1. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Operasi seperti Penjualan Tunai, Pelunasan Hutang, Pembayaran Biaya-
biayanya.
2. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Investasi seperti menginvestasikan dana yang tidak terpakai
3. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Pendanaan seperti dana pinjaman dari luar perusahaan (Hutang Jangka
panjang)
4. Disesuaikan dengan bisnis perusahaan

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan


Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia tujuan laporan keuangan
adalah Meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinereja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar pemakai. namun
demikian,laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil
keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi nonkeuangan.Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship),atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan (ekonomi). Keputusan ini menycakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual
investasi mereka dalam perusahaan atau keuputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

2.1.3 Sifat Laporan Keuangan


Menurut Munawir mengenai sifat laporan keuangan adalah sebagai berikut:"Laporan keuangan dipersiapkan atau
dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan
pihak manajemen yang bersangkutan". Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu
progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara lain:
1. Fakta yang telah dicatat (recordedfact).
Fakta-fakta yang telah dicatat berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi,
seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan
barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dan pos-pos ini berdasarkan catatan
historis dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos
itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate).
Prinsip-prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi, berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun
anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, hal ini dilakukan dengan tujuan
memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. Disamping itu di dalam akuntansi juga digunakan prinsip atau
anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain:
a. Bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern atau
kontinuitas usaha, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan
terus. Konsekuensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan
merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih yang berjalan yang
didasarkan pada nilai atau harga pada saat terjadinya peristiwa itu. Terjadi
jumlah-jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi
jika aktiva itu dijual atau dikuasai,
b. Daya beli dari uang dianggap tetap, stabil atau konstan, walaupun hal ini
bertentangan dengan kenyataan namun akuntansi mencatat semua transaksi
atau peristiwa dalam jumlah uangnya dan tidak mengadakan perbedaan antara
nilai-nilai dari berbagai tahun.
3. Pendapat pribadi (personal judgment).
Pendapat pribadi (personal judgment), dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh
konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar konvensi yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek
pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil-dalil dasar tersebut tergantung dari pada akuntan atau
manajemen perusahaan yang bersangkutan. Pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatnya
yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui
akan digunakan didalam beberapa hal, diantaranya menggunakan metode untuk menaksir piutang tidak dapat ditagih
dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dan suatu aktiva tetap akan sangat tergantung, pada pendapat
pribadi menajemennya dan berdasar pengalaman masa lalu.

4. Keterbatasan Laporan Keuangan


Dengan melihat beberapa sifat laporan keuangan tersebut di atas maka dapat dilihat bahwa laporan keuangan itu
mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
1. Laporan keuangan dibuat antara waktu tertentu (interm report) dan bukan merupakan laporan
final.
2. Adanya beberapa standar nilai yang bergabung.
Beberapa aktiva, biasanya aktiva tetap dilaporkan berdasarkan harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
penghapusannya, karenanya nilai aktiva itu dalam laporan keuangan akan tercantum sebesar nilai bukunya.
3. Adanya pengaruh daya beli uang berubah.
Daya beli uang dari hari kehari selalu berubah sesuai dengan kehidupan perekonomian sehari-hari.
4. Adanya faktor-faktor yang tidak dinyatakan dengan uang.
Laporan keuangan adalah akumulasi dari kejadian-kejadian atau transaksi transaksi perusahaan yang dapat
dinyatakan dengan satuan uang.
5. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat, oleh karena itu laporan
keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.
6. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak tertentu.
7. Proses penyusunan ilaporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran-taksiran dan berbagai pertimbangan.
8. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.
9. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
Bila terdapat beberapa kemungkinan konklusi yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya
dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
10. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya
(formalitas).
11. Laporan keuangan di susun dengan istlah-istilah teknis.
12. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran
sumber-sumber ekonomi dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
13. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
14. Nilai yang tercantum dineraca hanyalah nilai pada suatu saat tertentu saja.
15. Analisis harus menyadari kemungkinan adanya suatu window dressing.
16 Nilai beli rupiah makin lemah.

2.1.5 Analisis Laporan Keuangan


Salah satu tugas penting manajemen atau investor setelah akhir tahun adalah menganalisa laporan keuangan
perusahaan, sedangkan pengertian analisa laporan keuangan oleh beberapa ahli adalah:
Harahap mengemukakan anatisa laporan keuangan sebagai berikut:"Analisa laporan keuangan yaitu menguraikan
pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuiantitatif maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangatl penting dalam proses menghasilkan keputusan yung
tepat, (1998:3) ".
Sedangkan menurut Djahidin analisa laporan keuangan adalah:"Analisa laporan keuangan mencakup penerapan
metode dari teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan
hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan (1983) ".
Munawir mengemukakan pengertian analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:"Mempelajari hubungan-
hubungan di dalam suatu setiap laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan
ini sepanjang waktu (1998) ".
Dalam melakukan analisa laporan keuangan suatu perusahaan digunakan beberapa metode dan teknik analisa.
Metode dan teknik tersebut merupakan alat untuk mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan
sehingga diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut.
Ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan yaitu:
1. Analisa Horisontal (dinamis)
Adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat,
sehingga akan diketahui perkembangannya.
2. Analisa Vertikal (stalls)
Perbandingan antara pos-pos yang diliputi periode saja sehingga akan diketahui keadaan keuangan pada saat itu
saja.

Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Analisa perbandingan laporan keuangan
2. Trend
3. Laporan dengan persentase per komponen (common size statement)
4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja
5. Analisa sumber dan penggunaan kas
6. Analisa rasio
7. Analisa perubahan laba kotor
8. Analisa Break-even

2.1.6 Analisa Rasio Keuangan


Rasio finansial atau Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu
perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi,
laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau
pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan
penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan
tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun
didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di masa
yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-
rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-
persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan
analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk
melaporkan keadaan dan posisi keungannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan , terutama bagi pihak kreditur,
investor dan pihak-pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri.
Dengan menggunakan analisis rasio akan membantu stakeholder dalam hal :
1. Memberikan dasar dalam meramalkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
2. Memberikan petunjuk atau gejala-gejala yang timbul dari informasi yang disajikan.
3. Memudahkan dalam menginteprestasikan laporan keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu bentuk rumusan matematis yang menunjukan hubungan diantara angka-angka
tertenntu. Dalam analisis keuangan angka-angka berasala dari data-data keuangan, analisis rasio mampu menjelaskan
hubungan antara variable-variabel yang bersangkutan sehingga dapat digunakan untuk menilai kondisi keuangan
Analisis rasio pada dasarnya terdiri dari dua macam perbandingan, yaitu :
1. Perbandingan Eksternal (Cross Sectional Approach) yaitu dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan dari
satu perusahaan tertentu dengan rasio keuangan yang sama dari perusahaan lain yang sejenis/industri (rasio
industri) dalam waktu yang sama.
2. Perbandingan Internal (Time Series Analysis) yaitu dengan cara membandingkan rasio-rasio waktu-waktu tertentu
dengan rasio dari waktu-waktu sebelumnya dari perusahaan yang sama, cara ini akan membrikan informasi rasio
dari waktu kewaktu sehingga dapat diketahui perkembangannya dan untuk proyeksi dimasa yang akan dating.
Rasio-rasio keuangan dikelompokkan ke dalam lima kelompok dasar, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya
2. Rasio Leverage (hutang)
Rasio hutang digunakan untuk mengukur seberapa besar operasi perusahaan dibiayai dari hutang
3. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas operasi perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber
dana yang ada.
4. Rasio Profitabilitas
Yaitu rasio untuk mengukur efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan laba.
5. Rasio Penilaian
Yaitu nisbah untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai perusahaan.

Rasio keuangan menurut Skousen, dkk (2001 : 69) bertujuan untuk menekan bahwa pembuatan dari laporan
keuangan oleh akuntan bukanlah akhir dari proses, tetapi awal. Laporan kemudian dianalisis oleh penanam modal,
kreditur, dan manajemen untuk mendeteksi tanda adanya kinerja yang kurang dan memperkirakan bagaimana
perusahaan akan dilakujkan dimasan akan datang.
Kebenaran untuk mengartikan rasio tergantung pada perbandingan nilai rasio perusahaan dengan nilai untuk
perusahaan yang sama dalam tahun sebelumnya, sama seperti untuk menilai perusahaan lain dalam industri yang sama.
“Suatu rasio mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan
antara satu pos dengan pos lainnya” (Dwi Prastowo, 1995 : 54).

Sedangkan untuk jenis-jenis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Rentabilitas

2.1.7 Alat-alat Pengukur Kinerja


Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan financial suatu perusahaan, perlu diadakan interpretasi
atau analisis terhadap data financial dari perusahaan yang bersangkutan, yang tercermin dalam laporan keuangannya.

1. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi dan
likuiditas menunjukan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendek yang dimiliki (Brealey,
Myer dan Marcus, 1995). Dua faktor yang digunakan dalam rasio untuk mengukur likuditas perusahaan aktiva lancar dan
utang lancar, yang disebut likuid adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak
mampu disebut likuid.
Suatu keadaan likuid pada perusahaan berarti mengalami kerugian bagi kreditur dan bagi pihak managemen , Rasio likuiditas
menunjukan efisinsi modal kerja yang ada. Jadi rasio likuiditas mengukur kemampuan tersebut. Rasio likuiditas merupakan
indikator yang baik apakah perusahaan memiliki masalah dalam arus kas atau tidak. Ukuran yang sering digunakan adalah
Current ratio (CR) dan Quick (Acid-Test) Ratio (QR).

1. Current Rasio.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancer jadi current rasio
merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang
yang segera harusdipenuhi dengan aktiva lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio 1 : 1 atau 100% ini
berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar.
Aktiva Lancar

Current Rasio =

Hutang Lancar

Makin tinggi Current ratio makin baik bagi perusahaan.Current ratio = 2,0 dapat dikategorikan bahwa perusahaan
mempunyai kondisi likuiditas baik, walaupun hal ini tergantung pada industrinya.Misalnya rasio 1,0 baik bagi
perusahaan public utility tetapi tidak baik bagi industri manufaktur.

2. Acid Test Rasio.


Acid-Test Ratio adalah Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih likuid (quick assets). Acid-Test Ratio merupakan ukuran yang sama dengan current ratio, tanpa memperhitungkan
persediaan (persediaan adalah harta lancar yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual
biasanya dengan kredit/tidak tunai). Menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang-hutangnya tanpa
memperhitungkan persediaan
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin
besar ratio ini semakin baik.Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
direalisasikan menjadi uang.

Acid Test Rasio =

( Aktiva Lancar – Persedian )

Hutang Lancar

Ratio ini dimulai lebih tajam daripada current ratio karena lainnya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat
likwid.Apabila current ratio tetapi quick rationya rendah, hal ini menunjukan adanya investasi yang besar dalam
persediaan.

2. Perputaran Piutang.
Receivables ini adalah rasio yang membandingkan antara penjualan kredit bersih dan piutang dagang rata-rata atau
piutang akhir periode. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang tertanam dalam piutang berputar
dalam periode tertentu.
J

Total Penjualan Kredit

adi Turn Over Receivable menunjukan posisi piutang serta taksiran umur / waktu pengumpulanya.
Perputaran Piutang =

Piutang Rata-rata

Semakin tinggi ratio turn over menunjukan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah, sehingga
keuntungan bagi perusahaan.Sedangkan untuk mengetahui berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih
(days of receivable ) adalah:
Days of Receivable = Piutang Rata-rata x 360 atau 360

Penjualan Kredit Perputaran Piutang

Semakin tinggi ratio days of receivable menunjukan kelemahan bagian penagihan piutang.
Keterangan:1. Turn over menunjukan bahwa penagihan piutang rata-rata sebanyak 3 kali dalam satu tahun.2. Days of
receivable menunjukan bahwa rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang adalah selama 120 hari.3. Turn
over 3 atau 300% berarti bahwa penjualan tahun tersebut sebesar 300% dari rata-rata piutang.4. Ratio 300% juga
menunjukan bahwa Rp. 3 penjualan kredit maka sebesar Rp. 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun.

2. Perputaran Persediaan.
Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta tersimpannya persediaan
tersebut di dalam gudang.Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga macam persediaan:

a.RAW MATERIAL TURNOVER = Cost of raw material used


( Barang mentah ) Average raw material inventory
b.GOODS IN PROCESS TURNOVER = Cost of good manufactured
(Barang dalam proses) Average work in process inventory
c.FINISHED GOODS TURNOVER = Cost Of Goods Sold
(Barang jadi ) Average finished goods inventory

5. Perputaran Modal Kerja.


Untuk menganalisa posisi modal kerja dapat juga digunaka beberapa rasio lainnya, misalnya rasio antara aktiva
lancar dengan total aktiva,rasio antara tiap pos-pos dalam aktiva lancar dengan total aktiva lancar, rasio antara total
hutang lancar dengan total hutang lancar dan lain-lain. Maka perputararn modal kerja dapat diformulasikan sebagai
berikut :

2. Rasio Rentabilitas
Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan maka pihak manajemen perusahaan akan dapat
melakukan rencana-rencana untuk menentukan tujuan perusahaan. Salah astu rencana perusahaan adalah melakukan analisa
rentabilitas yang berkitan dengan peningkatan efisiensi kerja perusahaan.
Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba diperoleh dalam operasi
perusahaan dengan modal, dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa pendapat antara lain : Menurut pendapat S.
Munawir (2004 : 33), pengertian tentang rentabilitas sebagai berikut : ” Rentabilitas atau probabilitas adalah menunjkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (Bambang Riyanto, 1995 : 27) memberikan pengertian rentabilitas adalah
sebagai berikut : ”Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selam
periode tertentu.”
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas suatu perusahaan merupakan pencerminan
kemampuan modal perusahaan yang bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena rentabilitas merupakan
pencermian efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara mengguankan tingkat rentabilitas
untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik.
Dengan demikian jelaslah bahwa rentabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan,
sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap perusahaan dalam operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar asset
rentabilitas sesuai dengan standar.
Menurut Abbas Kartadinata (1983 : 66), pada dasarnya profitablitas dapat di bagi dalam 2 jenis, yaitu :
1. Perbandingan laba terhadap penjualan.
2. perbandingan laba terhdap aktiva.
Perbandingan antara laba dengan penjualan dikenal dengan profit on sales, sedangkan perbandingan antara laba
dengan aktiva dikenal dengan return on assets, sering juga disebut dengan rentabilitas.

1. Rentabilitas Ekonomis (Earning Power)


Protabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dengan modal asing yang
digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase (Riyanto, 2001: 26) dengan demikian
profitabilitas ekonomi menujukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan seluruh modal yang bekerja
didalamnya. Modal yang dipergunakan dalam menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja dalam
perusahaan demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas ekonomi hanya laba yang berasal dari
operasi perusahaan operating profit. Oleh karena itu, laba yang diperoleh diluar perusahaan atau dari efek tidak
diperhitungkan dalam menghitung profitabilitas ekonomi, bagi perusahaan disamping laba profitabilitas merupakan masalah
yang penting karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat bekerja secara efesien.
Efesiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan dengan modal yang digunakan.
Jadi yang dimaksud dengan rentalitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan
modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase. Loek karena
pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonimis
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk menghasilkan laba.
”Rentabilitas ekonomi merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari keseluruhan modal, baik modal asing
maupun sendiri yang diguakan menghasulkan laba tersebut”, ( Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo, 1998 : 255).
Laba yang besar bukanlah suatu ukuran bahwa perusahaan telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat
digunakan atau dengan menbandingakan laba yang diperoleh dengan modal yang digunakan atau dengan menghitung
rentabilitasnya.
Menurut Bambang Riyanto (1995 : 30), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis ditentukan oleh 2 (dua)
faktor yaitu :
1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales, perbandingan mana dinyatakan
dengan persentase.
2. Turnover of operating assets (tingkatan perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan perputaran operating assets dalam
suatu periode tertntu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating
assets.

Untuk dapat meningkatkan rentabilitas ekonomisatau earning power dari suatu perusahaan, terdapat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi earning power adalah sebagai berikut :
1. Profit margin
Yang dimaksud dengan profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan sales atau
penjualan bersih dan dinyataka dalam persentase, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

2. Turnover operating asset ( Tingkat perputaran modal usaha )


Yaitu denagn cara membandingkan antara net sales atau penjualan bresih dengan operating asset atau modal usaha,
dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dengan dasar kedua faktor di atas, maka secara matematis dapat diketahui besarnya rentabilitas ekonomi yaitu
hasil kali profit margin dan turnover of operating assets.

Apabila ingin memoerbesar rentabilitas ekonomi dengan memperbesar profit margin, ini berarti hubungan dengan
usaha untuk mempertinggi efisiensi di bidang produksi, penjualan dan pembenahan administrasi. Sedangkan untuk
memperbesar rentabilitas ekonomi dengan memperbesar turnover of operating assets, dan berhubungan dengan
kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.

2. Rentabiltas modal sendiri


Yang dimaksud dengan rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba dengan modal sendiri di
pihak lain, atau denan kata lain bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri
yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Namin dalam perhitunagn laba disini ada perbedaan dengan
rentabilitas ekonomi laba yang diperhitungkan adalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, sedangkan laba yang
diperhitungkan dalam rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing atau
pinjaman dan pajak perseroan. Dengan demikian maka jelaslah perbedaan antara rentabilitas ekonomis dengan rentabilitas
mosal sendiri baik dari segi modal yang diperhitungkan ataupun dari laba yang dipergunakn untuk menentukan tingkat
rentabilitas bagi suatu perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto (1995 : 28), rentabilitas juga di bedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Rentabilitas ekonomis ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakn
untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam proses.
Rentabilitas ekonomis dapat pula di artikan sebagai perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan
modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas
ekonomis sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan laba.
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah laba yang berasal dari operasi
perusahaan atau disebut dengan laba usaha. Sedangkan laba yang berasal dari luar usaha tidaklah diperhitungkan.
Begitu pula dengan modal, modal yang digunakan hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan sedangkan
modal yang berasal dari luar perusahaan tidak diperhitungkan.
A
dapun rumusnya dapat dilihat sebagai berikut:

2. Rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha ialah perbandingan antara jumlah laba tersedia bagi pemilik
modal sensiri di satu pihak, jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba di pihak lain atau dengan kata lain
rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya
untuk menghasilkan keuntungan. Dapat dirtikan juga sebagai perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi
pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak.
Atau dengan kata lain merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja untuk
menghasilkan keuntungan. Sehingga rumusnya adalah sebagai berikut:
Maka rentabilitas modal sendiri dapat diformulasikan sebagai berikut :

2.1.8 Kinerja
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur dengan cara menganalisis laporan keuangan yang
tersedia. Melalui analisis laporan keuangan, keadaan dan perkembangan financialperusahaan serta hasil-hasil yang telah
dicapai perusahaan dapat diketahui, baik di waktu lampau maupun di waktu yang sedang berjalan sehubungan dengan
pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan.

A. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja


Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa;
kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan.
Berdasarkan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. 740/KMK.00/1989 tanggal 28 januari
1989 tentang peningkatan efisiensi dan produktivitas badan usaha milik negara, disebutkan bahwakinerja adalah prestasi
yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan.
Kinerja (performance) suatu bank berarti bagaimana kemampuan bank dalam mengeelola dana masyarakat yang
dipercayakan kepadanya, tolak ukur yang dapat digunakan antara lain laba yang dihasilkan, pinjaman yang diberikan dan
lain-lain. Dalam penelitian ini, yang menjadi tolak ukur dari kinerja bank adalah EVA (Economic Value Added) atau nilai
tambahan ekonomis yang diperoleh bank.

2. Tujuan Pengukuran Kinerja


Tujuan pengukuran dan penilaian kerja adalah memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Selain itu, penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan
menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik
yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Mulyadi, 2001).
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.
Tujuan daripada pengukuran kinerja perusahaan adalah untuk mengetahui:
1. Tingkat likuiditas, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
2. Tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupu
jangka panjang.
3. Tingkat rentabilitas/profitabilitas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu.
4. Stabilitas usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk
membayar tingkat bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis
keuangan (Munawir, 2000).

Jadi penilaian kinerja dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas bisnis telah dijalankan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan dalam proses perencanaan strategis serta untuk mencegah pemborosan.

2.2 Penelitian Sebelumnya.


Nama peneliti : Devi Indah Sari
Judul penelititan : Analisis Rasio Likuiditas dan RASIO rentabilitas untuk
Menilai Kinerja Perusahaan pada PT. Berlian Maju Motor
Objek penelitian : PT. Berlian Maju Motor
Hasil pernelitian : Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa PT Berlian Maju Motor memilikiefisiensi yang
semakin menurun. Hal tersebut tampak dari meningkatnya beban usaha, namun
tidak diikuti oleh peningkatan penjualan. Keadaan yang demikian berakibat pada
menurunnya laba bersih perusahaan, selain itu berdasrkan analisis rasio, kinerja
PT Berlian Maju Motor cendrung menurun.

Nama Peneliti : Yaumil Nikmat, M. Pd


Judul peneliti : Analisis Rentabilitas untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Perusahaan pada CV Pandan Harum di Balikpapan.
Objek penelitian : CV Pandan Harum di Balikpapan
Hasil penelitian : Berdasarkan hasil analisa data yang telah diuraikan terdahulu dapatlah penulis memberikan kesimpulan
sebagai berikut :
1. CV Pandan Harum Balikpapan, mulai berdiri tahun 1989 sampai sekarang sudah mengalami perkembangan yang
cukup baik, dari segi manajemen maupun dari produk yang di hasilkan.
2. Dalam perkembangan usahanya pada tahun 1998,1999 sampai tahun 2000 telah terjadi penurunan tingkat
rentabilitas dikarenakan biaya operasional yang cukup tinggi dibandingkan keuntungan yang dicapai.
3. Dari hasil analisis pembuktian hipotesis maka dapat diketahui bahwa setelah diadaka perbaikan terhadap sistem
manajemen keuangannya yakni melalui penekanan biaya operasional diharapkan tingkat profitabilitas dapat
tercapai
2.3 Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari
PT.Fastfood Indonesia, Tbk(KFC),berupa laporan keuangan perusahaan yang berupa laporan labarugi dan laporan neraca.
Kemudian data-data tersebut dianalisis dengan dengan menggunakn analisis rasio likuiditas dan analisis rasio rentabilitas.
Dalam hal ini, analisis rasio likiuditas mencakup current rasio, acid test rasio, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan
mancakup rasio rentabilitas ekonomis (earning power) dan rasio rentabilitas modal sendiri. Setelah diketahui masing-masing
likuiditas dan rentabilitasnya, maka akan dilakukan intrepretasi hasil pengolahan data tersebut untuk mengetahui kinerja
pada PT. Fastfood Indonesia, Tbk(KFC).

Berikut adalah bagan yang menggambarkan kerangka pikir :


Gambar 1
Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN

1. Objek Penelitian
Adapun penelitian yang peneliti pilih adalah PT. Fastfood Indonesia Tbk . PT. Fastfood Indonesia Tbk.Adalah
sebuah badan usaha yang didirikan oleh Kelompok Gelael pada tahun 1978, dan dengan bergabungnya Kelompok Salim
pada tahun 1990, terdaftar sebagai perusahaan public pada tahun 1994. operasi restoran pertama pada bulan Oktober 1979
berawal dari pembukuan restoran pertama di Jalan Melawai, Jakarta. Suskses restoran QSR (Quick Service Restaurant) asing
pertam aini kemudian diikuti dengan penambahan ini kemudian diikuti dengan penambahan restoran ke kota-kota besar
lainya di Indonesia. Sebagai pemegang hak waralaba tunggal pada saat ini, Perseroan terus membangun KFC brand, dan
berbekal 26 tahun kesuksesannya di bidang ini telah menjadikan KFC pemimpin pasar restoran cepat saji yang dominant dan
dikenal luas. Pada saat ini memiliki 270 restoran termasuk 1 unit mobile catering yang terbesar di 60 kota di Indonesia, dan
memperkerjakan 10.293 karyawan dengan total penjualan lebih dari Rp. 1,276 triliun pada akhir 2006.
Perseroan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham mayoritas sebesar 79,54%
yang dimiliki oleh PT. Gelael Pratama (43,84%) dan PT Megah Eraraharja (35,84%), dan sisa saham lainya sebesar 20,32%
adalah milik Pershing Lic Main Costody Accc (10,31%), dan lain-lain (10,01%). PT Gelael Pratama dimiliki oleh Kelompok
Gelael sebagai pendiri KFC di Indonesia, sementara PT Megah Eraraharja (35,84%) adalah anak perusahaan Kelompok
Salim yang bergabung dengan Perseroan sebagai pemegang saham mayoritas pada tahun 1990.

Berikut adalah Struktur kepemilikan dan Franchise Relationship PT. Fastfood Indonesia Tbk :

MANAJEMEN

Komisaris : - Anthony Salim


- Elizabeth Gelael
- Benny S Santoso
- Rudy Tanudjaja Saputra
- Anton Aditya Subowo
- Ken Laksono

Direktur Utama : -Dick Gelael

Wakil Direktur Utama : -Fery Noviar Yosaputra

Direktur : - Ricardo Gelael


- Adhi Indrawan
- Leonny Elimin
-Justinus J Juwono

2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. data kuantatif, yaitu data berupa angka-angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu,yaitu laporan
keuangan perusahaan (neraca dan laporan laba rugi ).
2. data kuantitatif, yaitu data yang tidak dinyatakan dalm bentuk angka, seperti sejarah singkat perusahaan dan
bidang usaha perusahaan.

Adapin sumber data dalam penelititan ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari situs
internet ( www.idx.co.id )

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pegumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yakni pengumpulan data yang dilakukan dengan
memepelajari dokumen atau arsip-arsip dari perusahaan ataupun data-data yang berkaitan dengan keperluan penelitian.

4. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ. Penelitian ini menggunakan
sampel PT. Fastfood Indonesia, Tbk. ( KFC ), yaitu perusahaan yang telah terdaftar di BEJ.

5. Definisi Operasional
Berdasarkan perumusan masalah dan model analisis, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalh
sebagai berikut :
1. current rasio, yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harusdipenuhi dengan aktiva lancar.Semakin
besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
2. Acid Test Rasio, yaitu Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih likuid (quick assets). Acid-Test Ratio merupakan ukuran yang sama dengan current ratio, tanpa
memperhitungkan persediaan (persediaan adalah harta lancar yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual,
dan kalaupun dijual biasanya dengan kredit/tidak tunai).
3. Perputaran Piutang, adalah rasio yang membandingkan antara penjualan kredit bersih dan piutang dagang rata-rata
atau piutang akhir periode. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang tertanam dalam piutang
berputar dalam periode tertentu.
4. Perputaran Persediaan, Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta
tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang.
5. Perputaran Modal Kerja, yaitu untuk menganalisa posisi modal kerja dapat juga digunaka beberapa rasio lainnya,
misalnya rasio antara aktiva lancar dengan total aktiva,rasio antara tiap pos-pos dalam aktiva lancar dengan total
aktiva lancar, rasio antara total hutang lancar dengan total hutang lancar dan lain-lain.
6. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales, perbandingan mana dinyatakan
dengan persentase.
7. Turnover of operating assets (tingkatan perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan perputaran operating assets dalam
suatu periode tertntu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating
assets.
8. Rentabilitas Ekonomis (Earning Power), yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal
asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase.
9. Rentabiltas modal sendiri, perbandingan antara jumlah laba dengan modal sendiri di pihak lain, atau dengan kata
lain bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.

6. Teknik Analisa Data


Teknik analisis data dengan menggunakan rasio likuiditas terbaginatas, yaitu:
1. Current Rasio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancer jadi current rasio
merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang
yang segera harusdipenuhi dengan aktiva lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio 1 : 1 atau 100% ini
berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar.

Makin tinggi Current ratio makin baik bagi perusahaan.Current ratio = 2,0 dapat dikategorikan bahwa perusahaan
mempunyai kondisi likuiditas baik, walaupun hal ini tergantung pada industrinya. Misalnya rasio 1,0 baik bagi
perusahaan public utility tetapi tidak baik bagi industri manufaktur.

2. Acid Test Rasio


Acid-Test Ratio adalah Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih likuid (quick assets). Acid-Test Ratio merupakan ukuran yang sama dengan current ratio, tanpa memperhitungkan
persediaan (persediaan adalah harta lancar yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual
biasanya dengan kredit/tidak tunai).
R
asio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin
besar ratio ini semakin baik.Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
direalisasikan menjadi uang.

Ratio ini dimulai lebih tajam daripada current ratio karena lainnya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat
likwid.Apabila current ratio tetapi quick rationya rendah, hal ini menunjukan adanya investasi yang besar dalam
persediaan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/FASTFOOD_INDONESIA_Tbk%2C_PT/
http://wordpress.com/
http://www.wikipedia.com
http://idx.co.id
Djahidin, 1983, Analisa Laporan Keuangan.Ghalia Indonesia, Jakarta.
Harnanto, 1984, Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.Edisi Pertama, BPFE
Yogyakarta.
Munawir, 2000, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty Yogyakarta.
Sawir, A., 2001, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sofyan, 1999, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo Persada.
Subrolo, B., 1985, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Liberty Yogyakarta.
Tunggal, AW., 1995, Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Skousen, Fred K, W. Steve Albrecht, James D. STICE, Earl K. stice, Monte R. Swan. 2001. Akuntansi Keuangan.
Konsep dan Aplikasi. Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta.
Riyanto, Bambang. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta
Jumingan . 2006. Analisis Laporan Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta .
Kartadinata, Abbas. 1983. Pembelanjaan. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi yang Diperbaharui. Cetaka
Kedua. PT. Bina Aksara. Jakarta

PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS UNTUK MENGUKUR
KINERJA KEUANGAN PADA PT. KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL,
Tbk PERIODE 2004-2008
OLEH :
ADITYA RIEZKAN WAHDINE
NIM : C1B106072
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai perusahaan
baik kecil maupun besar sudah merupakan fenomena yang biasa. Fenomena ini
mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan bagi
perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu dorongan untuk selalu meningkatkan mutu produk
yang dihasilkan, akan tetapi persaingan juga menimbulkan dampak negatif bagi
perusahaan, yaitu produk mereka akan tergusur dari pasar apabila perusahaan gagal
meningkatkan mutu dan kualitas produk-produk yang dihasilkan. Selain itu penguasaan
teknologi dan kemampuan komunikasi juga sangat dibutuhkan untuk terus dapat bertahan
dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa depan. Dengan semakin ketatnya persaingan di
era globalisasi ini, Perusahaan dituntut untuk dapat bertahan untuk menghadapi semakin
ketatnya persaingan. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, harus dapat meningkatkan
kinerja perusahaan demi kelangsungan usahanya.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang stabil akan berpengaruh secara signifikan
terhadap permintaan produk perusahaan, yang akhirnya akan berdampak pada kinerja
perusahaan. Kinerja dari suatu perusahaan dapat menentukan berhasil atau tidaknya
perusahaan tersebut. Fungsi dari pengukuran kinerja adalah sebagai alat bantu bagi
manajemen perusahaan dalam proses pengambilan keputusan, juga untuk memperlihatkan
kepada investor maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan
mempunyai kredibilitas yang baik. Apabila perusahaan mempunyai kredibilitas yang baik,
maka hal itu akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya.
Untuk dapat mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari aspek non
keuangan dan aspek keuangan. Dari aspek non-keuangan, kinerja dapat diketahui dengan cara
mengukur tingkat kejelasan pembagian fungsi dan wewenang dalam struktur organisasinya,
mengukur tingkat kualitas sumber daya yang dimilikinya, mengukur tingkat kesejahteraan
pegawai dan karyawannya, mengukur kualitas produksinya, mengukur tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan serta dengan mengukur tingkat kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan sosial sekitarnya.
Namun penilaian kinerja melalui aspek non-keuangan ini relatif lebih sulit dilakukan,
karena penilaian tersebut tergantung dari pihak penilaian, dimana penilaian dari satu orang
akan berbeda dengan hasil penilaian orang lain. Sehingga dalam penilaian kinerja
kebanyakan menggunakan aspek keuangan, dan pada umumnya banyak yang beranggapan
bahwa keadaan keuangan akan mencerminkan keadaan seutuhnya kinerja sebuah perusahaan.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya menggunakan anaslisis likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas. Kelebihan pengukuran dengan metode tersebut adalah
kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia. Sedangkan kelemahannya
adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini
disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari
penafsiran atau estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi
sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat.
Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya,
penganalisa menyadari bahwa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan
menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa
berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang
baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka
rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk yang didirikan pada tahun 1973 merupakan perusahaan
multinasional yang memproduksi alat-alat rumah tangga yang meliputi Industri barang-
barang logam berlapis email, alumunium, dan barang-barang plastik dan kerajinan tangan
terutama alat-alat dapur serta alat-alat rumah tangga yang dioperasikan secara elektronik serta
anak perusahaan (PT. Kedawung Setia Corrugated Carton Box Industrial) yang memproduksi
kotak karton bergelombang. PT. Kedawung Setia Industrial Tbk merupakan salah satu
pemain besar perusahaan Indonesia yang memproduksi alat-alat rumah
tangga yang masih bertahan diantara produk-produk buatan China yang membanjiri pasaran.
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk sebagai salah satu pemain besar produsen industri
alat rumah tangga enamel di Indonesia, sudah tentu mempunyai laporan keuangan, laporan
keuangan merupakan salah satu informasi untuk menganalisa keadaan perusahaan di masa
akan datang, laporan keuangan diharapkan dapat memberi informasi tentang keadaan
perusahaan dari hasil-hasil usaha yang telah dicapai secara kuantitatif pada semua pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan itu. Informasi akan menjadi komoditi yang sangat penting
saat ini, sebab setiap pengambilan keputusan harus didasari pada informasi yang akurat.
Berikut merupakan gambaran data keuangan perusahaan periode 2004-2008 yang
digunakan dalam menganalisis laporan keuangan :
Tabel 1.1
Data Perusahaan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk Tahun 2004-2008
Tahun Penjualan Bersih Perubahan Laba/Rugi Bersih Perubahan
(dalam juta rupiah) (%) (dalam juta rupiah) (%)
2004 542.744 - (22.697) -
2005 631.078 16,27% (7.397) 67,41%

2006 657.923 4,25% 7.351 199,38%


2007 922.557 40,22% 14.500 97,25%
2008 1.078.022 16,85% 5.716 -60,58%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk Tahun 2004-2008 dari situs www.idx.co.id

Dilihat dari data perusahaan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk bahwa penjualan
bersih dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2004 dan
2005 perusahaan mengalami kerugian, dan pada tahun 2008 perusahaan mengalami
penurunan laba bersih dari Rp. 14,5 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 5,7 milyar pada
tahun 2008. Hal ini yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk meneliti PT. Kedawung Setia
Industrial Tbk karena latar belakang perusahaan sebagai salah satu produsen peralatan masak
enamel terbesar di Indonesia dan terus mengalami peningkatan penjualan setiap tahunnya
dilihat dari rasio likuiditas dan rasio rentabilitasnya. Dengan menggunakan rasio keuangan
tersebut dari sisi likuiditasnya apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, dan dari sisi rentabilitasnya ingin melihat seberapa besar potensi dari laba bersih
yang dihasilkan dari penjualan serta ingin melihat potensi keuntungan bagi pemegang saham
yang dihasilkan oleh laba bersih.
Pendapatan terbesar perusahaan berasal dari penjualan kotak karton bergelombang,
yaitu 85% dari total penjualan perusahaan, sedangkan 15% sisanya dihasilkan dari penjualan
alat rumah tangga enamel. Penjualan kotak karton bergelombang dan alat rumah tangga
enamel merupakan segmen bisnis utama PT. Kedawung Setia Industrial Tbk yang juga
merupakan penyumbang pendapatan terbesar perseroan. Selain produk utama yaitu alat
rumah tangga enamel dan kotak karton bergelombang, Kedawung Setia Industrial juga
memasarkan segmen bisnis lainnya seperti tikar, tempat telur, dan ebonit.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan sebesar 4-5 persen akan ditopang
perrmintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. Dengan demikian diyakini industri
alat rumah tangga, sebagai produk utama perseroan, tetap akan tumbuh. Jumlah penduduk
yang mencapai 200 juta jiwa, dengan lebih dari 50 juta keluarga di Indonesia tetap menjadi
pasar potensial perseroan. Sehingga penjualan perseroan diperkirakan akan tetap tumbuh
positif, (www.pefindo.com).
Untuk penjualan kotak karton bergelombang yang di jalankan anak perusahaan yakni
PT. Kedawung Setia Corrugated Carton Box Industrial (CCB) sebagai penyumbang terbesar
pendapatan perusahaan merupakan market leader untuk daerah Jawa Timur yakni sebesar
35%, dengan konsumen terbesar bergerak dalam industri rokok dan tembakau. Sedangkan
untuk skala nasional, CCB memiliki pangsa pasar yang cukup signifikan yakni sebesar 19%.
Dengan kapasitas terpasang 15.000 ton/bulan, CCB tidak dapat memenuhi semua permintaan
yang ada. Oleh karena itu, untuk saat ini CCB memfokuskan penerimaan order pembelian
dari perusahaan yang memberikan marjin yang besar dalam hal volume produksi dan harga,
(www.pefindo.com).
Analisis terhadap laporan keuangan memerlukan suatu ukuran dan cara, di mana dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan.
Perusahaan dapat menganalisis laporan keuangan dengan membandingkan rasio- rasio
keuangannya selama beberapa tahun untuk mengetahui bagaimana perkembangan kinerja
perusahaan dari tahun ke tahun. Selain itu, dengan melakukan analisis terhadap rasio
keuangan pihak manajemen dapat mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat demi
kelangsungan perusahaannya.
Mengingat pentingnya analisa rasio tersebut bagi pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan yang telah diuraikan diatas,
maka peneliti tertarik untuk meneliti kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
analisis likuiditas dan rentabilitas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan PT.
Kedawung Setia Industrial Tbk selama tahun 2004-2008 berdasarkan analisis likuiditas dan
rentabilitas?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT.
Kedawung Setia Industrial Tbk selama tahun 2004-2008 berdasarkan analisis likuiditas dan
rentabilitas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian digunakan untuk memperdalam pengetahuan dibidang manajemen
keuangan khususnya menganalisa kinerja keuangan perusahaan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak manajemen, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan
masukan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan..
b. Bagi peneliti, untuk memperdalam pengetahuan dibidang manajemen keuangan,
terutama yang berkaitan dengan analisis likuiditas dan rentabilitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan adanya keinginan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh informasi yang dapat
mendukung kebijakan yang akan diambil.
Munawir (2007 : 5) dalam Analisa laporan Keuangan yang dikutip dari Myer dalam
bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa laporan keuangan adalah dua
daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu
adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi.
Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba
yang ditahan).
Ada beberapa definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2) dalam Standar Akuntansi Keuangan
menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan,
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
2. Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan
keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba/rugi, atau hasil usaha,
laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan.
3. Mamduh (2003 : 12) laporan keuangan pada dasarnya ingin melaporkan kegiatan-kegiatan
pendanaan, dan kegiatan operasional sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan strategi
perusahaan untuk mencapai tujuan.
Analisa atas laporan keuangan pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian
atas keadaan keuangan atau posisi keuangan perusahaan pada suatu saat dan perubahan posisi
keuangan atau kemajuan-kemajuan suatu perusahaan melalui laporan keuangan yang
bersangkutan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (2004:4), tujuan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
2.1.3 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung
dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan
keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara
bagian, maupun secara keseluruhan.
Dwi Prastowo, Rifka Juliaty (2002 : 16) ada dua bentuk laporan keuangan (utama)
yang umumnya dibuat oleh perusahaan, yaitu :
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
(aktiva, kewajiban dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
2. Laporan Laba/Rugi
Laporan laba/rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode
tertentu.
2.1.4 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat,
karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis
yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat,
seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang
dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya.
Harahap (2007 : 120 – 124) para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya
dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, hasil,
biaya, dan laba. Pemegang saham ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan
manajemen yang diberikan amanah, ingin mengetahui jumlah deviden yang diterima,
jumlah pendapatan per saham, jumlah laba yang ditahan, dan ingin mengetahui
perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan
perusahaan lainnya.
2. Investor
Investor ingin melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan
yang dilaporkan.
3. Analis Pasar Modal
Analis pasar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan
perusahaan.
4. Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer
selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan
setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat, ia harus mengetahui selengkap-
lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca, laba/rugi,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor, dan sebagainya.
5. Karyawan dan Serikat Pekerja
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih
terus bekerja atau pindah dan untuk bisa menilai apakah penghasilan yang diterimanya
adil atau tidak.
6. Instansi Pajak
Instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk menentukan
kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga
dasar untuk penindakan.
7. Pemberi Dana (Kreditur)
Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti bank, investment fund, perusahaan
leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik
yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman .
8. Supplier
Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak untuk
diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko
yang dimiliki perusahaan.
9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan.
10. Langganan atau Lembaga Konsumen
Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan, konsumen sangat diuntungkan.
Konsumen berhak mendapat layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam
kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktik yang merugikan baik dari
segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya.
11. Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauhmana
perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam
melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan
atau perusahaan.
2.1.5 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan
keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai
laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang
diambil akan menjadi lebih baik (Dwi Prastowo, Rifka Juliaty, 2002 : 24).
Munawir (2007 : 36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa
laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. Analisis horizontal adalah
analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau
beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula
sebagai metode analisis dinamis. Analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang
dianalisis hanya meliputi satu atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut
juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk
periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Bernstein (1983) dalam Harahap (2007 : 18) analisis laporan keuangan dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari
laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3. Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan
datang.
4. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik
dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
2.1.6 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2007 : 209) kegiatan yang selalu lazim dilakukan dalam analisis laporan
keuangan dari berbagai teknik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung rasio, indeks, perbedaan, kenaikan, penurunan, atau persentase.
2. Membandingkan laporan keuangan baik dengan menggambarkannya, membuat indeks,
membuat angka asli. Angka ini dibandingkan dengan : periode sebelumnya, perusahaan
sejenis, industrial norm (rasio rata-rata industri).
3. Menilai angka-angka : kenaikan, perbedaan dengan lainnya, penurunan atau rasio lainnya.
4. Menganalisis hubungan satu sama lain atau mencari kemungkinan penyebab persoalan
yang menyebabkan perbedaan penurunan/kenaikan.
5. Menghubungkan antara satu data dengan data lain baik antara data kuantitatif dengan data
kualitatif misalnya antara kenaikan penjualan dengan kenaikan biaya. Antara data
kuantitatif dengan data kualitatif misalnya antara angka penjualan dengan kondisi
ekonomi nasional.
6. Menggunakan model atau rumus-rumus tertentu dengan menggunakan metode interpelasi,
mengujinya sekaligus melihat hasilnya dan membandingkannya dengan kenyataan yang
terjadi.
2.1.7 Analisis Rasio Keuangan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan penilaian terhadap sesuatu
dengan menggunakan berbagai metode dan standarisasi. Begitu juga untuk penilaian suatu
perusahaan, kita dapat melakukan penilaian dengan berbagai metode, salah satu metode yang
dikenal adalah analisis rasio.
Harahap (2007 : 297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi
yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat
membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan
memberikan penilaian.
Sugiono (2009 : 64) yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang
menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hubungan tersebut
dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Berdasarkan sumber datanya, maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi :
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya berasal dari pos-
pos yang ada di neraca.
2. Rasio-rasio laba/rugi (income statement ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya berasal dari
pos-pos laba/rugi.
3. Rasio-rasio antarlaporan (inter statement ratio), yaitu gabungan dari pos-pos yang terdapat
di neraca dan laba/rugi.
Di samping penggolongan tersebut, rasio juga dibuat berdasarkan tujuan dari pihak si
penganalisis dalam mengevaluasi kinerja suatu perusahaan berdasarkan laporan
keuangannya. Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisnya cocok
untuk memahami perusahaan. Umumnya rasio yang dikenal dan populer adalah : rasio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas. Namun sebenarnya banyak lagi rasio yang dapat dihitung
dari laporan keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analis, misalnya rasio leverage,
produktivitas, rasio pasar modal, rasio pertumbuhan, dan sebagainya.
J. Fred Weston dalam buku Sugiono (2009 : 67 - 68), rasio-rasio keuangan
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage, bertujuan mengukur seberapa jauh kebutuhan keuangan perusahaan
dibiayai dengan dana pinjaman.
3. Rasio Aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana.
4. Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada
imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.
5. Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri.
6. Rasio Penilaian, bertujuan mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan karena rasio
ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil.
2.1.8 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2007 : 298 - 299) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik
analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi (Z-score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik seperti :
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran
danjudgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost)
bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio
d. Metode pencatatan yang tergambar pada dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda
oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung
rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak
sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.1.9 Rasio Likuiditas
Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek
(yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bisa dikarenakan
perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa mungkin saja
perusahaan memiliki dana, saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup)
secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva
lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga atau menjual sediaan atau
aktiva lainnya.
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan
dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak
manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak
mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi
karena nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah
menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui
dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat
berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama
analisis rasio likuiditas.
Banyak pakar ekonomi yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian likuditas,
antara lain :
1. Harahap (2007 : 301) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.
2. Dwi Prastowo, Rifka Juliaty (2002 : 78) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur
jangka pendek.
3. Kasmir (2009 : 130) rasio likuiditas atau rasio modal kerja merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total
passiva lancar (utang jangka pendek).
Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya atau yang akan jatuh tempo melalui sumber informasi tentang
modal kerja. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan
likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan
perusahaan dalam keadaan illikuid.
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak
hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya
terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas yang antara lain untuk mengukur
kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih, mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang, melihat
kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya
untuk beberapa periode, dan untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-
masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu dari rasio
likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Untuk menganalisa kondisi
keuangan suatu perusahaan dalam menghitung tingkat likuiditas diperlukan suatu alat ukur.
Dalam hal ini alat ukur yang digunakan penulis untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan
adalah :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Harahap (2007 : 301) mengemukakan bahwa rasio lancar menunjukkan sejauh mana
aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya.
Kasmir (2009 : 134) menyatakan bahwa rasio lancar atau (current ratio) merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang
segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara
total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Dalam prakteknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% atau
2 : 1 yang artinya satu rupiah utang lancar harus dijamin dengan dua rupiah aktiva lancar
terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu
perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik
aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran
yang terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio/Acid Test Ratio)
Sugiono (2009 : 69) menyatakan bahwa pos persediaan tidak dihitung dalam rasio ini
karena persediaan merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar. Hal ini
disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas.
Acid Test atau Quick Ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan
dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada
persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah
sumber kas yang bisa diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi
ekonomi yang lesu (Dwi Prastowo, Rifka Juliaty, 2002 : 80 -81).
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang-
hutangnya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Rasio yang baik umumnya adalah
100% atau 1 : 1, kurang dari ukuran tersebut dianggap kurang baik. Rasio ini lebih tajam dari
padacurrent ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan
atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratio tinggi tapi quick rationya rendah
menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
2.1.10 Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh
laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam
praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah di tetapkan. Artinya
besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal
untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan
atau rasio profitabilitas yang juga dikenal dengan nama rasio rentabilitas.
Munawir (2007 : 33) menyebutkan bahwa rentabilitas atau profitabilitas adalah
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan
menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan
dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
Houston dan Brigham (2001 : 89 ) rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio
yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang
terhadap hasil operasi.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa rentabilitas/profitabilitas merupakan
rasio yang mengukur sejauh mana usaha yang dilakukan suatu perusahaan mampu
menciptakan hasil kembali dari sejumlah modal dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan
rasio rentabilitas dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen
yang ada di laporan keuangan. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi
dengan tujuan agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen, apakah
mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah
ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil untuk beberapa periode atau beberapa periode.
Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini
akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan.
Seperti rasio-rasio lain, rasio rentabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat yang tidak
hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga pihak di luar perusahaan.
Tujuan penggunaan rasio rentabilitas antara lain untuk mengukur atau menghitung laba yang
diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu, menilai posisi laba perusahaan tahun
sebelumnya dengan tahun sekarang, dan untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke
waktu.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio rentabilitas
yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio rentabilitas digunakan untuk menilai serta
mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa
periode. Menurut Harahap (2007: 304-305) beberapa jenis rasio profitabilitas dikemukakan
sebagai berikut :
1. Margin Laba (Pofit Margin)
Margin laba (Profit margin) menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Rumus yang digunakan :
Pendapatan Bersih
Margin Laba (Profit Margin) =
Penjualan
2. Return On Asset (ROA)
Rasio ini menunjukan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari
nilai aktiva. Rumus yang digunakan :
Laba Bersih
Return On Asset (ROA) =
Total Asset
3. Return On Equity (ROE)
Rasio ini menunjukan berapa perrsen diperoleh laba bersih diukur dari modal pemilik.
Semakin besar semakin bagus. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang
perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar,
(R Agus Sartono 2000;131).
Rumus yang digunakan :
Laba Bersih
Return On Equity (ROE) =
Ekuitas (Equity)
4. Basic Earning Power

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba
sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan denga total aktiva. Semakin besar rasio
ini semakin baik.
Rasio ini menunjukan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dari aktiva-aktiva
perusahaan, sebelum ada pengaruh dari pajak dan bunga, dan angka ini bermanfaat dalam
membandingkan perusahaan-perusahaan dengan berbagai situasi pajak, (Bringham dan
Houston 2006;109).
Rumus yang digunakan :
Laba sebelum Bunga dan Pajak
Basic Earning Power =
Total Aktiva
2.1.11 Kinerja Keuangan

Menurut Menteri Keuangan RI berdasarkan keputusan NO.740/kmk/00/1989 tanggal


28 Juni 1989 bahwa yang dimaksud kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh
perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan
tersebut.
Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan pada saat tertentu
dengan menggunakan perhitungan berdasarkan tolak ukur analisis rasio yang didasarkan pada
laporan keuangan. Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan dengan tujuannya untuk
menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan hasil nyata yang dicapai suatu badan usaha dalam suatu
periode tertentu yang dapat mencerminkan tingkat kesehatan keuangan badan usaha tertentu
dan dipergunakan untuk menunjukkan dicapainya hasil yang positif.
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur dengan cara menganalisis
laporan keuangan yang tersedia. Melalui analisis laporan keuangan, keadaan dan
perkembangan finansial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan dapat
diketahui, baik di waktu lampau maupun di waktu yang sedang berjalan sehubungan dengan
pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan.
Dari segi manajemen keuangan, perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang baik
atau tidak dapat diukur dengan (Sugiono, 2009 : 65) :
1. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) yang akan jatuh
tempo(liquidity).
2. Kemampuan perusahaan untuk menyusun struktur pendanaan, yaitu perbandingan antara
utang dan modal (leverage).
3. Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan (Profitability).
4. Kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth), dan
5. Kemampuan perusahaan untuk mengelola aset secara maksimal (activity).
Horne dan Wachowicz (2005 : 201 – 202) mengemukakan agar dapat mengevaluasi
kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analis keuangan perlu melakukan pemeriksaan
atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang sering digunakan selama
pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio) atau indeks, yang
menghubungkan data angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya. Agar rasio keuangan ada gunanya, maka diperlukan beberapa standar untuk
perbandingan. Praktek yang umum dilakukan adalah membandingkan rasio keuangan
perusahaan dengan pola rasio untuk industri atau lini bisnis di mana perusahaan beroperasi.
Masih dalam bukunya Horne dan Wachowicz (2005 : 202) analisis rasio keuangan
melibatkan dua jenis perbandingan, yaitu :
1. Perbandingan Internal
Analis dapat membandingkan rasio sekarang dengan rasio dahulu dan perkiraan di masa
mendatang untuk perusahaan yang sama. Misalnya rasio lancar (current ratio) untuk
tahun sekarang dapat dibandingkan dengan rasio lancar akhir tahun sebelumnya.
2. Perbandingan Eksternal dan Sumber Rasio Industri
Metode ini membandingkan antara rasio suatu perusahaan dengan berbagai perusahaan
lainnya yang hampir sama atau dengan rata-rata industri pada suatu periode.
Perbandingan semacam ini memberikan pandangan ke dalam mengenai kondisi keuangan
dan kinerja relatif perusahaan.
2.2 Penelitian Sebelumnya
1. Judul : Analisis Likuiditas dan Rentabilitas Ekonomi pada PT. Dok dan Perkapalan Kodja
Bahari Persero Cabang Banjarbaru
Nama : Jenny Romlah (2004)
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada PT. Dok dan Perkapalan Kodja
Bahari Persero Cabang Banjarbaru. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio keuangan
yang meliputi likuiditas dan rentabilitas.
Dari hasil penelitian ini didapat Likuiditas dinyatakan Current Ratio rata-rata
mendekati ketentuan rasio yang baik, Quick Ratio rata-rata sudah melebihi ketentuan
rasio yang baik, namun Cash Rationya cenderung mengalami penurunan dan rasionya
yang berada di bawah ketentuan rasio yang baik yaitu 50-75%. Sedangkan rentabilitas
ekonomi menyatakan rasio yang rendah, berarti kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba sangat rendah.
2. Judul : Analisis Likuiditas dan Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Meubel UD. Beda
Furniture
Nama : Andri Priyono (2002)
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada Perusahaan Meubel UD. Beda
Furniture. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang meliputi likuiditas
dan rentabilitas.
Penelitian ini mengemukakan hasilnya yaitu usaha-usaha untuk
mengendalikan/memperbaiki rasio likuiditas dan rentabilitas ekonomi dengan cara
mendapatkan tambahan modal sendiri yang digunakan untuk menambah aktiva lancarnya
dengan neraca tahun 2002 sebagai dasar analisa, dan untuk meningkatkan rentabilitas
ekonomi, dilakukan dengan memperbesar Profit margin yaitu dengan
menambahOperating Expenses, sampai tingkat tertentu diusahakan tambahan
penjualan/pendapatan yang lebih besar dari tambahan Operating Expenses tersebut, dan
usaha untuk mempertinggi Turnover Operating Asset yang menambah modal usaha
(Operating Asset) sampai pada tingkat tertentu diusahakan mencapai tambahan penjualan
dan pendapatan yang jauh lebih besar dari tambahan modal usaha tersebut.
Dari penelitian di atas terdapat persamaan dari penelitian yang dilakukan penulis,
yaitu sama-sama melakukan analisis likuiditas dan rentabilitas yang dilakukan oleh
perusahaan, untuk menjadikan bahan pertimbangan di masa yang akan datang mengenai
kebijakan-kebijakan finansial, sedangkan perbedaannya terdapat pada objek dan tahun
penelitian yang diteliti.
2.3 Kerangka Pikir
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan PT.
Kedawung Setia Industrial Tbk yang berupa neraca dan laporan laba rugi periode 2004-2008,
dari data laporan keuangan tersebut akan dihitung menggunakan analisis rasio likuiditas dan
rentabilitas.
Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi
tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar pada PT. Kedawung Setia
Industrial Tbk.
Rentabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajamen dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis
besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan, modal sendiri dan investasi
yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2004 dan 2005,
dan pada tahun 2006 perusahaan berhasil menghasilkan laba. Profit perusahaan mengalami
peningkatan pada tahun 2006 dan 2007, sedangkan pada tahun 2008 profit perusahaan
mengalami penurunan. Setelah dihitung selanjutnya dibandingkan hasil rasionya untuk
menentukan bagaimana kinerja keuangan perusahaan.
Analisis Rasio Industri
Analisis Rasio Keuangan PT.
Kedawung Setia Industrial, Tbk

Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Rentabilitas
Laporan Keuangan
Periode 2004-2008

PT. Kedawung Setia Industrial,


Tbk.
KERANGKA PIKIR

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yang berrsifat kuantitatif karena
penelitian ini berkaitan dengan objek
penelitian yaitu pada perusahaan dengan
kurun waktu tertentu dengan
mengumpulkan data dan informasi yang
berkaitan dengan perusahaan dan
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi yaitu data
dari laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi yang dikeluarkan oleh situs
idx.co.id. Data yang dikumpulkan tersebut berupa laporan keuangan perusahaan untuk
periode lima tahun terakhir yakni tahun 2004-2008.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data yang
penulis kumpulkan dalam bentuk angka-angka absolute dari laporan keuangan (Neraca/Laba
Rugi) perusahan industri alat rumah tangga Kedawung Setia Industrial tahun 2004-2008.
3.4 Sumber Data
Data penelitian yang digunakan merupakan data sekunder. Data yang diperoleh secara
tidak langsung dari pihak ketiga atau melalui dokumen (Sugiyono, 2004:129). Sumber data
penelitian ini diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, berupa neraca dan laporan
laba/rugi perusahan industri alat rumah tangga Kedawung Setia Industrial tahun 2004-2008.
3.5 Difinisi Operasional
Variabel yang akan digunakan dalam peneltian kali ini adalah rasio keuangan yaitu
Likuiditas dan Rentabilitas. Variabel-variabel tersebut meliputi :
1. Rasio Likuiditas yang terdiri dari :
a. Rasio lancar (current ratio)
b. Rasio cepat (quick ratio)
2. Rasio Rentabilitas yang terdiri dari :
a. Margin Laba (Profit margin)
b. ROA (Return On Asset)
c. ROE (Return On Equity)
d. Basic Earning Power
3.5.1. Likuiditas
Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek. Perusahaan dikatakan dalam keadaan likuid apabila
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya. Ada beberapa macam rasio likuiditas yang
digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industria Tbk :
1. Rasio Lancar (Current Ratio), yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancar
2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar.
3.5.2 Rentabilitas
Rentabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Ada beberapa rasio
yang dapat digunakan :
1. Margin laba (Profit margin), menunjukan seberapa besar persentase pendapatan bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi
2. ROA (Return On Asset), rasio ini menunjukan seberapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva
3. ROE (Return On Equity), rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih diukur
dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus
4. Basic Earning Power, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba
diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total
aktiva. Semakin besar rasio ini semakin baik.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian kali ini menggunakan teknik analisis deskriptif, artinya data yang diperoleh
di lapangan diolah sedemikian rupa sehingga memberikan data yang sistematis, faktual dan
akurat mengenai permasalahan yang diteliti. Teknik analisis deskriptif yang digunakan untuk
menganalisa data yaitu dengan cara :
1. Menghitung rasio likuiditas yang terdiri dari rasio lancar (current ratio) dan rasio
cepat(quick ratio).
Perhitungan rasio ini dengan rumus :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar (Current
= Aktiva Lancar
Ratio) Utang Lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat (Quick Ratio) = Aktiva Lancar - Persediaan


Utang Lancar
2. Menghitung rasio rentabilitas yang terdiri dari margin laba (profit margin), ROA (return
on asset), ROE (return on equity), dan basic earning power.
Perhitungan rasio ini dengan rumus :
a. Margin Laba (Profit Margin)
Pendapatan Bersih
Margin Laba (Profit Margin) =
Penjualan
b. Return On Asser (ROA)

Return On Asset (ROA) = Laba Bersih


Return On Equity (ROE) =

c. Return On Equity (ROE)


d. Basic Earning Power Basic Earning Power
= Total Asset

Laba Bersih
Ekuitas (Equity)

Laba sebelum Bunga dan Pajak


Total Aktiva
3. Membandingkan hasil perhitungan kedua rasio dengan metode cross section untuk
mengetahui bagaimana kinerja perusahaan. Metode cross section adalah metode analisis
laporan keuangan dengan perbandingan, meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan
perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Metode lintas
seksi/industri (Cross Section) yang secara sistematis dapat dilakukan dengan cara sebgai
berikut :
a) Untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan nilai pasar :
Rkit > Rkidt- 1..................Kategori Sehat
b) Untuk rasio leverage :
Rkit ≤ Rkidt- 1..................Kategori Sehat
Keterangan :
Rkit = rasio keuangan perusahaan i pada periode t
Rkidt- 1 = rasio keuangan rata-rata indistri pada periode t-1
Perhitungan rata-rata industri pada analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan
metode rata-rata aritmetika dan rata-rata tertimbang. Yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode rasio keuangan rata-rata aritmetika industri, yang dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut :
i1= I

Keterangan :
AM = rasio rata-rata aritmetika industri
Rki = rasio keuangan perusahaan ke i
i = perusahaan ke 1, 2, 3,……J
J = jumlah total perusahaan yang tercatat dalam sektor/industri yang diukur
3. Menganalisis kinerja keuangan PT Kedawung Setia Industrial Tbk berdasarkan
perbandingan rasio pasar dengan rasio rata-rata industri perusahaan alat rumah tangga
yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Eka Charlinie. 2009. Analisis Rasio Pasar Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT
Kimia Farma Tbk. Skripsi.
Bringham, E.F. & Houston, J.F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Erlangga.
Jakarta
Harahap, Sofyan S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Horne, J.C.V. & Wachowicz, J.M. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 12
(diterjemahkan oleh Fitriasari, D & Kwary, D.A ). Salemba Empat. Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Mamduh, M. Hanafi. 2003. Analisa Laporan Keuangan. UPP MPP YKPN. Yogyakarta.
Maria Agustina. 2009. Analisa Rasio Nilai Pasar Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Perusahaan Pada PT Astra Internasional Tbk. Skripsi.
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Edisi
Pertama. Bayu Media Publishing, Malang.
Muhammad Fachrianoor Gazali. 2009. Analisa Rasio Nilai Pasar Untuk Mengukur Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi.
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta.
Prastowo, Dwi, Rifka Juliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan-Konsep dan Aplikasi.
Cetakan Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.
Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi
RasioKeuangan. Grasindo.
Rata-Rata IndustriJakarta.
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan. Teori konsep dan aplikasi,
ahaan edisi
Alatpertama EKONISIA.
Perus
Yogyakarta. Rumah
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. BayuTangga
Media Publishing.Malang.
www.idx.co.id
www.pefindo.com

Anda mungkin juga menyukai