Oleh:
Prof. Dr. Sukrisno Agoes, AK, MM, CPA
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara
2
PENDAHULUAN
Korupsi merupakan fenomena sosial yang hingga kini masih
belum dapat diberantas oleh manusia secara maksimal.
Hasil pengukuran Corruption Perception Index (CPI) Indonesia
tahun 2011 : 3.0 ( peringkat 100 dari 183 negara; naik 0.2 dari
tahun 2010 : 2.8)
Bandingkan dengan negara Asean lain : Singapore ( 9.2),
Brunei (5.2), Malaysia (4.3), Thailand (3.4),
Target pemerintah Indonesia : skor CPI 5.0 pada tahun 2014.
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau
menyogok.
Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana
pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya
menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi
menyangkut pula korupsi politik dan administratif. 3
Makalah ini pernah disampaikan pada seminar Akuntansi 1 Hari FE Universitas De La Salle Manado, 9
Juni 2012 dan National Anti Fraud Conference 2012 ACFE Jakarta, 21 Nopember 2012
Sebab-sebab Korupsi
1. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi
kunci yang mampu memberi ilham dan mempengaruhi tingkah
laku yang menjinakkan korupsi.
2. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
3. Kurangnya pendidikan.
4. Adanya banyak kemiskinan.
5. Greeds (keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku
serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
6. Opportunities (kesempatan) : berkaitan dengankeadaan
organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian
rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan.
7. Needs (kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg
dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya
yang wajar.
8. Exposures (pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau
konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila4
pelaku diketemukan melakukan kecurangan, dll.
Akuntansi forensik adalah
penerapan disiplin akuntansi
dalam arti luas, termasuk
auditing, pada masalah hukum
untuk penyelesaian hukum di
dalam atau diluar pengadilan, di
sektor publik maupun privat.
5
AKUNTANSI
HUKUM
AKUNTANSI AUDITING
HUKUM
Hubungan
Kerugian Kausalitas
10
14
KORUPSI, KOLUSI & NEPOTISME
(KKN)
KORUPSI adalah suatu
perbuatan yang dilakukan
oleh setiap orang yang
melanggar norma-norma
yang berlaku yang
merugikan negara dan atau
masyarakat dengan tujuan
untuk kepentingan atau
keuntungan
pribadi/keluarga/kelompok/
golongan
15
KOLUSI
KOLUSI adalah kerjasama yang bermakna dan
bertujuan negatif seperti : tidak sah, curang, jahat
dan tidak benar. Kolusi akan berarti korupsi jika
kerjasama atau perjanjian rahasia atau saling
pengertian yang terjadi dalam mengakibatkan
kerugian terhadap kepentingan negara dan
kesejahteraan masyarakat untuk kepentingan dan
keuntungan pihak-pihak yang bersekongkol.
16
NEPOTISME
NEPOTISME adalah kecenderungan
untuk memberikan prioritas diluar ukuran
kepada sanak saudara kadang dalam hal
pekerjaan, jabatan, pangkat dilingkungan
birokrasi kekuasaan.
17
MENGAPA BISA TERJADI KORUPSI?
Menurut teori GONE, ada 4 faktor yang dapat
mendorong seseorang melakukan tindakan fraud,
yaitu:
GREEDY OPPORTUNITY
G O
GONE
N E
NEEDS EXPOSURE 18
TEORI G-O-N-E
Greed dan Need merupakan faktor yang
berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan atau disebut sebagai faktor
individu.
Sedangkan faktor opportunity dan exposure
merupakan faktor yang berhubungan
dengan organisasi sebagai korban
perbuatan kecurangan atau disebut sebagai
faktor generik. 19
THE FRAUD TRIANGLE
Hal yang mendorong seseorang melakukan fraud:
OPPORTUNITY
(kesempatan)
20
2. JENIS-JENIS FRAUD
(KECURANGAN)
Fraud bisa terjadi dalam bentuk:
1. Collusion
2. Intentional misrepresentation
3. Negligent misrepresentation
4. False promises
5. Employee fraud
6. Management fraud
7. Organized crime
8. Computer crime
9. White colar crime
21
The World Top 10 Business Scandals:
No. Perusahaan Tahun Skandal
1 Enron 2001 Manipulasi laporan keuangan
2 Martha Stewart 2002 Insider trading
3 Merrill Lynch 2002 Kasus penggelapan keuangan
4 Tyco International 2002 Penggelapan pajak
5 WorldCom 2002 Manipulasi laporan keuangan
6 Xerox Corporation 2002 Manipulasi laporan keuangan
7 Healthsouth 2003 Penipuan Sekuritas
Freddie Mac and 2003-
8 Manipulasi laporan keuangan
Fannie Mae 2004
9 Volkswagen 2005 Kasus korupsi
10 Jerome Kerviel 2008 Kasus korupsi
Sumber: Salemme (2009:1), melalui: http://www.corporatenarc.com/World %20Top%2010%20
Business%20Scandals.php, dalam Amilin : 2010
22
Kasus Skandal Akuntansi di Amerika Serikat
Bulan Maret Tahun 2009:
Litigation Release
No. Perusahaan Tuduhan
Sumber: Securities Exchange Commision (2009), melalui: http://www.sec.gov/litigation/litreleases/2009/lr20927.shtml , dalam Amilin : 2010
Contoh - Contoh Fraud
yang Terjadi di Amerika Serikat
No. LITIGATION PELAKU JENIS
RELEASE FRAUD FRAUD
24
No. LITIGATION PELAKU JENIS
RELEASE FRAUD FRAUD
25
Contoh - Contoh Fraud
yang Terjadi di Indonesia
No. Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber
26
No. Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber
2. Danny Setiawan Dugaan Korupsi KPK Suara
(Mantan Gubernur Jawa Pengadaan Alat Pembaharuan
Barat) Berat dan Mobil
Pemadam
Yusuf Setiawan Kebakaran
(Ketua Kadin Depok) sebesar Rp. 56
Miliar
27
No Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber
.
4. Menteri Kehutanan MS Korupsi Hutan Pengadilan Kompas
Kaban Disebut akan mendapat Khusus
bagian Tipikor
28
No. Nama Dugaan Kasus Instansi Sumber
29
TANDA-TANDA TERJADINYA BRIBERY DAN
KICKBACK
1. Meningkatnya pengeluaran untuk barang dan jasa.
2. Lambatnya pengiriman atau rendahnya kinerja dari standar
seorang vendor.
3. Meningkatnya pembelian secara signifikan dari satu vendor.
4 Pembelian yang berlebihan atas barang atau jasa.
5. Tidak ada pemisahan personel untuk mengotorisasi vendor baru
dan otorisasi pembelian.
6. Kontrak tertulis untuk membatasi kompetisi.
7. Vendor yang sama selalu memenangkan kontrak dengan margin
yang rendah.
8. Kontrak selalu dimenangkan oleh peserta tender yang
berpartisipasi paling akhir.
9. Memisahkan satu pembelian ke beberapa pembelian yang lebih
kecil untuk menghindari proses otorisasi pembelian.
10. Membayar diatas harga pasar untuk barang dan jasa.
30
Tanda-tanda Terjadinya
Fraudulent Disbursement
1. Meningkatnya pengeluaran ringan (misalnya, biaya
konsultasi atau iklan).
2. Alamat rumah pegawai sama dengan alamat
vendor.
3. Alamat vendor merupakan PO. BOX.
4. Nama vendor terdiri atas inisial huruf atau tujuan
bisnis yang tidak jelas (pegawai kebanyakan
menggunakan inisial nama mereka untuk
mendirikan perusahaan fiktif.
30
Tanda-tanda Terjadinya
Skimming
1. Menurunnya kas dibandingkan dengan aktiva
lancar.
2. Menurunnya rasio kas terhadap penjualan dengan
menggunakan kartu kredit.
3. Penjualan tetap atau turun dengan harga poskok
penjualan yang meningkat.
4. Meningkatnya piutang usaha dibandingkan
dengan kas.
5. Tertundanya posting pelunasan piutang usaha.
31
Tanda-tanda Terjadinya
Larceny
1. Tidak adanya penjelasan terhadap selisih kas
yang terjadi.
2. Slip deposito yang diubah atau disalahgunakan.
3. Keluhan atas tagihan dan pembayaran dari
pelanggan.
4. Meningkatnya setoran dalam perjalanan (deposit
in transit) pada rekonsiliasi bank.
32
HASIL PENELITIAN TENTANG FRAUD
Suatu penelitian terhadap 100 kecurangan di perusahaan
di Amerika menyimpulkan bahwa kecurangan yang
ditemukan oleh KAP dan internal auditor hanya 29%.
Beberapa penyebab terjadinya kecurangan antara lain:
1. Kelemahan pengendalian intern:
• tidak adanya job description sehingga terjadi
perangkapan tugas.
• kurang baiknya sistem otorisasi.
• tidak berfungsinya bagian internal audit
• kurangnya pegawai yang kapable
• tidak adanya rotation of duties.
34
HASIL PENELITIAN
TENTANG FRAUD (Lanjutan)
2. Adanya conflict of interest dari pejabat perusahaan.
3. Perusahaan tidak mempunyai kebijakan tertulis
mengenai "fair dealing".
3. Adanya pegawai dan pejabat perusahaan yang tidak
jujur.
4. Tidak tegasnya sangsi yang diberikan kepada mereka
yang melakukan kecurangan.
5. Manajemen terlalu yakin bahwa orang
kepercayaannya tidak mungkin berbuat curang,
padahal justru sering terjadi bahwa orang kepercayaan
tersebut yang melakukan kecurangan. 35
HASIL PENELITIAN
TENTANG FRAUD (Lanjutan)
6. Terlalu beratnya target yang ditentukan top
manajemen, sehingga manajer pelaksana
cenderung untuk melaporkan hasil kerja yang
lebih baik dari yang sebenarnya.
7. Bonus yang didasarkan pada performance akan
menggoda manajer pelaksana untuk melakukan
window dressing pada laporan divisinya.
8. Adanya manajer yang ambisinya terlalu besar,
sehingga sikut kiri kanan dan merugikan
manajer lainnya.
36
IV. PENGUNGKAPAN FRAUD
37
O Dalam hal ini internal auditor harus memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecurangan,
kesalahan, manipulasi, inefisiensi, pemborosan,
ketidak-efektifan dan conflict of interest. Mereka
juga harus hati-hati terhadap kondisi dan kegiatan
yang memungkinkan terjadinya irregularities.
38
Berarti auditor harus membuka mata lebar-lebar,
memasang telinga dengan baik dan harus
mengetahui modus operandi terjadinya macam-
macam kecurangan.
Adalah lebih baik mencegah terjadinya kecurangan
daripada menangani kecurangan yang sudah
terjadi.
Namun demikian jika kecurangan sudah terjadi atau
ada indikasi mengenai terjadinya kecurangan,
maka internal auditor harus turun tangan
39
Jika internal auditor menemukan indikasi dan
mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan,
maka ia harus memberitahukan hal tersebut
kepada top manajemen. Jika indikasi tersebut
cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu
tim untuk melakukan investigasi. Tim tersebut
biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer,
investigator, security dan spesialis dari luar atau
dalam perusahaan (misalkan ahli komputer, ahli
perbankan dan lain-lain).
40
Hasil investigasi tim harus dilaporkan secara tertulis
kepada top management yang mencakup fakta,
temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan
yang perlu dilaporkan.
Top Management setelah mempelajari laporan
tersebut, akan memutuskan apakah kecurangan
akan diselesaikan secara hukum (melalui kepolisian
dan pengadilan).
Peran internal auditor dalam menemukan indikasi
terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi
terhadap kecurangan, sangat besar.
Untuk itu internal auditor perlu mengetahui Empat
puluh macam bentuk "FRAUD" yang sering terjadi
41
Kriteria seorang Internal Auditor menurut
penulis adalah:
1. Sehat dan kuat, fisik dan mental,
2. Cerdas, tidak telmi,
3. Bermoral tinggi,
4. Positive thinking,
5. Rajin, jujur, dan penuh keingintahuan,
6. Sopan, supel, dan bisa mengendalikan
emosi,
7. Bisa bersikap tegas, tidak mudah
dipengaruhi orang lain.
42
Kriteria seorang Internal Auditor menurut
penulis adalah:
8. Tidak mudah / cepat percaya, tidak juga
terlalu / selalu mencurigai orang lain,
9. Bisa bekerja cepat tapi teliti,
10. Tulisan rapi dan bersih,
11. Tidak tenggo,
12. Memiliki sixth sense,
13. Menguasai ilmu padi,
14. Menguasai ilmu silat,
15. Memiliki hati nurani.
43
1. Lulusan S1 Akuntansi atau bidang yang berkaitan
(lebih disukai MBA)
2. Akuntan Publik berpengalaman (dari Big Four) dengan
latar belakang akuntansi dan keuangan
3. Pengalaman sebagai internal auditor antara 5 – 15
tahun
4. Memiliki sertifikasi CIA, CISA, CFE, CMA atau CFA
5. Berpengalaman dalam menangani / mengevaluasi
internal control dan kepatuhan terhadap Sarbox
44
6. Memiliki computer skills yang kuat termasuk
financial systems dan database, menguasai
software akuntansi dan auditing
7. Berpengalaman dalam berinteraksi dengan top
management, BOC dan Komite Audit
8. Memiliki Personality yang tinggi dan etika
profesional
9. Mempunyai kemampuan untuk menangani dan
memotivasi stafnya
10. Memiliki kemampuan menganalisis dan problem
solving
11. Dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan
maupun melalui tulisan.
Sumber : Cynthia Harrington, Internal Audit’r New Role, 2004, Journal Accountancy.
45
CERTIFIKASI AUDITOR
NO. PROFESI SERTIFIKASI ASOSIASI
1. Internal Auditor CIA IIA
2. Internal Auditor QIA YPIA
3. IT Auditor CISA ACISA
4. Fraud Auditor CFE ACFE
5. External Auditor CPA AICPA
6. Akuntan Publik CPA IAPI
46
TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK
O Beberapa Statements on Auditing Standards (SAS) yang
dikeluarkan oleh Auditing Standards Board (ASB) di Amerika
Serikat yang cukup penting adalah:
O SAS No. 53 tentang “The Auditor’s Responsibility to Detect and
Report Errors and Irregularities,” yaitu mengatur tanggung
jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan
adanya kesalahan (error) dan ketidakberesan (irregularities).
O SAS No. 55 tentang “Consideration of Internal Control in a
Financial Statement Audit,” yang merubah tanggung
jawab auditor mengenai internal control. Statement yang baru
ini meminta agar auditor untuk merancang pemahaman tentang
pengendalian intern yang memadai (internal control sufficient)
dalam merencanakan audit. SAS No. 55 kemudian
diperbaharui dengan diterbitkan SAS No. 78 pada tahun 1997,
dengan mencantumkan definisi ulang pengendalian intern
(redefined internal control) dengan memasukkan dua
komponen yaitu lingkungan pengendalian (control environment)
dan penilaian risiko (risk assessment) yang merupakan usulan
dari the Treadway Commission. 47
TANGGUNG JAWAB
AKUNTAN PUBLIK (Lanjutan)
O SAS No. 61 mengatur tentang komunikasi antara auditor dengan
komite audit perusahaan (Communication with Audit Committees).
Auditor harus mengkomunikasikan dengan komite audit atas
beberapa temuan audit yang penting, misalnya kebijakan akuntansi
(accounting policy) perusahaan yang signifikan, judgments,
estimasi akuntansi (accounting estimates), dan ketidaksepakatan
manajemen dengan auditor.
O SAS No. 110 “Fraud & Error” dinyatakan bahwa auditor harus dapat
mendeteksi terhadap kesalahan material (material mistatement) dalam
laporan keuangan yang ditimbulkan oleh kecurangan atau kesalahan
(fraud or error). SAS 110 , paragraf 14 & 18 berbunyi sbb. :
“Auditors plan, perform and evaluate their audit work in order to have a
reasonable expectation of detecting material misstatements in the financial
statements arising from error or fraud. However, an audit cannot be
expected to detect all errors or instances of fraudulent or dishonest
conduct. The likelihood of detecting errors is higher than that of detecting
fraud, since fraud is usually accompanied by acts specifically designed to
conceal its existence…” 49
INSTITUSI PEMBERANTASAN
KORUPSI DI INDONESIA
O Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini
dilakukan oleh beberapa institusi:
O Tim Tindak Pidana Korupsi (Tastipikor)
O Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
O Kejaksaan
O BPKP
O Lembaga non-pemerintah: Media massa
Organisasi massa (mis: ICW)
50
V. INVESTIGASI KECURANGAN
Kennish (1986) menyarankan beberapa
tindakan berikut dalam investigasi kecurangan:
O Pertama dan terutama lindungi yang tidak
bersalah, kumpulkan fakta-fakta, pecahkan
persoalannya, dan buatlah suasana menjadi
tenang.
O Amankan lingkungan kejadian secepatnya untuk
menghentikan kerugian yang mungkin terjadi.
O Tentukan elemen-elemen yang penting dari
kecurangan tersebut untuk mendukung
keberhasilan tuntutan secara hukum.
51
O Identifikasikan, kumpulkan, dan amankan
bukti-bukti.
O Identifikasikan dan wawancarai saksi-saksi.
O Identifikasikan pola dan sifat kecurangan
yang terjadi.
O Tentukan motivasi dari kejadian tersebut
yang seringkali bisa membantu dalam
mengidentifikasikan tersangka utama.
52
O Siapkan fakta yang akurat dan objektif sebagai
dasar pertimbangan mengenai disiplin, pemecatan
atau penuntutan.
O Hitung kerugian yang terjadi dan kemungkinan
memperoleh kembali barang yang hilang atau ganti
rugi.
O Identifikasikan kelemahan-kelemahan tersebut
dengan merevisi sistem dan prosedur yang berlaku
atau menyarankan sistem dan prosedur yang baru
dan jika memungkinkan gunakan peralatan
keamanan.
53
Bantuan kepolisian akan diperlukan jika top management
memutuskan bahwa kecurangan yang terjadi akan
diselesaikan secara hukum (ada unsur pidana).
Untuk itu perusahaan harus membuat pengaduan ke
pihak kepolisian yang akan membuat berita acara.
Selanjutnya pihak kepolisian akan melakukan
pengusutan dan penyidikan dan tindakan-tindakan lain,
sesuai dengan prosedur yang berlaku di kepolisian.
Bantuan kepolisian juga dapat diminta, jika tersangka
melakukan ancaman-ancaman kepada manajemen atau
pegawai lainnya.
Interview merupakan bagian yang sangat penting dalam
proses investigasi kecurangan.
54
Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam interview:
O Gunakan cara interogasi yang halus dan sopan,
hindari kekerasan dan intimidasi.
O Gunakan azas praduga tak bersalah terhadap
tersangka.
O Kemukakan fakta, bukan opini.
O Tugaskan dua orang interviewer, satu mengajukan
pertanyaan dan satu lagi mendengarkan dan
memperhatikan (menyaksikan) dan mencatat.
55
O Gunakan alat perekam.
O Dengarkan jawaban tersangka dengan penuh
kesabaran, lakukan interupsi hanya untuk
memperjelas jawaban tersangka.
O Ajukan pertanyaan-pertanyaan atau kalimat-kalimat
untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan
keberanian tersangka untuk menceritakan dengan
kata-katanya sendiri kejadian yang sebenarnya.
56
O Walaupun sulit (hanya bisa dilakukan oleh
interogator yang terlatih dan berpengalaman) coba
untuk mengetahui apakah tersangka berbohong
atau menjawab dengan jujur.
O Jangan perbolehkan tersangka kembali ke ruang
kerjanya, untuk menghindari lenyapnya bukti-bukti
yang diperlukan.
O Perhatikan "body language".
57
Di Amerika dikenal adanya UU Anti Korupsi (Foreign
Corrupt Practice Act) yang mengatur sangsi untuk
mereka yang melakukan korupsi, menerima atau
membayar uang sogokan. Di Indonesia juga ada UU
Anti Korupsi, peraturan pemerintah mengenai
pengolahan limbah industri, UU lingkungan hidup dan
lain-lain.
58
VI. PENCEGAHAN FRAUD
59
Step 1: Antisipasi adanya pertanyaan maupun
permintaan dari Manajemen.
61
O Step 3: Memberikan Dukungan kepada
Managemen dan Komite Audit
62
O Step 4: Mengoptimalkan Keahlian/
pemahaman Mengenai Fraud didalam
Departemen Internal Audit
63
O Step 5: Mengelola Fraud dan Menilai Tingkat
Risiko
Penilaian fraud dan tingkat risiko secara efektif akan
dapat mengidentifikasi risiko yang tidak terdeteksi
sebelumnya dan meningkatkan kemampuan organisasi
untuk mencegah dan mendeteksi fraud dan misconduct.
Proses identifikasi fraud dan penilaian risiko meliputi
beberapa tahap berikut ini:
1. Membuat penilaian melalui siklus bisnis pada siklus fraud
yang terpisah.
2. Menentukan unit-unit dan lokasi-lokasi untuk menilai.
3. Mengidentifikasi skema dan skenario fraud dan
misconduct potensial.
4. Menilai kemungkinan adanya fraud dan risiko yang
signifikan.
64
O Step 6: Menghubungkan Aktivitas-
aktivitas Antifraud.
65
O Step 7: Melakukan Evaluasi dan Pengujian
Terhadap Efektifitas Desain dan
Pengendalian Operasi.
66
O Step 8: Perbaiki Audit Plan untuk
mengantisipasi adanya Risiko Residual dan
Incorporate Fraud Auditing.
67
O Step 9: Menyusun sebuah Standar Proses
untuk Menangani Dugaan Fraud atau
Misconduct.
Diharapkan program antifraud ini dapat mengatasi
setiap masalah yang berkaitan dengan tindakan
fraud dan misconduct. Setiap organisasi seharusnya
mengembangkan sebuah pedoman proses yang
terstandarisasi untuk merespon ketika muncul
dugaan adanya fraud. Penyusunan standar ini
seharusnya tidak menunggu sampai fraud
terdeteksi, kemudian baru mengembangkan sebuah
proses investigasi.
68
O Step 10: Memperbaiki dan Mencegah
Terjadinya Fraud.
Perbaikan umumnya meliputi 3 elemen:
1. Mengambil tindakan tegas dan tindakan
hukum untuk menangani pelaku fraud;
2. Melakukan pemulihan atas kerugian yang
disebabkan karena kerusakan maupun karena
sebab lain.
3. Belajar dari peristiwa masa lalu untuk
meningkatkan pengendalian dan mencegah
agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.
69
PENDEKATAN AUDIT UNTUK
MENCEGAH DAN MENDETEKSI FRAUD
O Terapkan GCG
O Optimalkan Komite Audit Independen dan
Komisaris Independen
O Optimalkan Internal Audit Department (Independent
bergelar CIA, CFE, berpengalaman di KAP)
O Forensic and Fraud Audit
O Gunakan Analisa Ratio (Irrational Ratios Raise a
Red Flag)
70
O When fraud occurs or is suspected, management is
sometimes tempted to resolve the matter internally.
This may expose the organisation to significant risk.
When you become aware of incidents or suspicions
of fraud in your organisation, we recommend that
you consider the following:
71
Do not
O Respond emotionally or act hastily.
O Immediately confront the suspects.
O Damage or mark any evidence or potential evidence.
O Limit the scope of your concerns to a specific issue.
72
Do
O Be objective in your assessment.
O Limit the number of people with whom you discuss
your suspicions.
O Carefully preserve any evidence by removing
access to documents and electronic media.
O Call in the specialists.
73
Ten tips to prevent corporate fraud
1. OK and safe for employee & suppliers to report any
questionable activities;
2. Ongoing communication about ethical behavior;
3. Establishing regular fraud detection procedures;
4. Have oversight of fraud risk by a senior management;
5. Have certified fraud examiners on staff;
6. Involve suppliers in fraud detection efforts;
7. Take all tips seriously and investigate them;
8. Decide who will be notified about tips;
9. Conduct background checks on all potential employees;
10. Set an ethical tone from the TOP.
74
75
76
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, (Auditing Pemeriksaan Akuntan) Auditing Pemeriksaan Akuntan Publik Jilid II, 2004, Lembaga Penerbit FE
UI.
--------------------, Bunga Rampai Auditing, 2009, Penerbit Salemba Emban Patria
--------------------, Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi, Dosen Tamu Program Pascasarajana, Magister Akuntansi Universitas
Mercu Buana, 2010, Jakarta
Arens, Alvin A., Elder, Randal J, Beasly, and Mark S, 2010, ”Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 9th
Edition,” Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Amilin, Disertasi Analisis Dampak Krakateristik Personal, Pengalaman Audit, dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Penerapan
Etika Akuntan Publik dan Implikasinya Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Para Akuntan Publik di Indonesia), Bandung,
2010
Konrath, Larry F. 2002, Auditing A Risk-Analysis Approach, 5th Edition, South Western, Thomson, USAMcNamee,
Kuliah Umum Universitas Widyatama, Pelaksanaan Audit yang BerKualitas untuk Mepertahankan Kelangsungan Hidup
Kantor Akuntan Publik, Bandung 2005
Moller, Robert R, Sarbanes-Oxley and the New Internal Auditing Rules, 2004, John Willey a Sons, Inc, New Jersey
Ratliff, Richard L, Wanda, (1996), Internal Auditing : Principles and Techniques, Florida: The Institute of Internal Auditors
Rezaee, Zabihollah, Corporate Governance and Ethics, 2006
Sawyer, Lawrence, (2003), Internal Auditing, The Practice of Modern Internal Auditing, Revised and Enlarged, The Institute
CFE Internal Auditors, Altamonte Springs, Florida
Seminar Nasional FE Ukrida, Pengendalian Anti Fraud Sebagai Alat Pencegahan Terjadinya Kecurangan, 18 Nopember 2008, Jakarta
Seminar Audit FE Untirta, Peran Auditor dalam Mengungkapkan Fraud, Cilegon, 18 Maret 2010
SEC (2008), http://www.sec.gov/divisions/enforce/friactions.shtml)
Tuanakotta, Theodorus M., Akuntansi Forensik & Audit Investigasi, ed2, 2010, Salemba Empat, Jakarta
Harian Kompas, 2008
Harian Suara Pembaharuan, 2008
PCW, 10 Steps to an Effective Internal Audit Antifraud Action, 2004, http://www.internalaudit.com
Pusdiklatwas BPKP, Fraud Auditing (2002)
KPMG, Fraud Survey Report 2004, www.kpmg.com
Association of Certified Fraud Examiners, Inc., 2008
ACFE, New Approaches for Fraud Deterrence, 2004, http://www.cfenet.com
ACFE, Follow Fraud to the Likely Perp, 2001, http://www.cfenet.com
CFE, 2008 Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse, 2008, www.cfenet.com 77
IIA, Recognizing the Elements of Fraud,1995, http://IIA.com
Terima kasih
78