Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 14
Penelusuran Asset dan
Pemulihan Kerugian

Capaian : Mahasiswa mengetahui dan


Pembelajaran memahami beberapa konsep
penelusuran aset dan pemulihan
angka kerugian negara yang
penting bagi akuntan forensik.
Sub Pokok : 14.1Audit Forensik dan
Bahasan Penelusuran Aset Melalui
Informasi Penyembunyian
dan/atau Pengkonversian
Aset
14.2 Autokrat dan kleptokrat
14.3 Taksiran nilai jarahan
Daftar Pustaka : Theodorus, M. Tuanakotta, 2007.
Akuntansi Forensik & Audit
Investigatif,. Jakarta:Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
14.1 Audit Forensik dan Penelusuran Aset Melalui Informasi
Penyembunyian dan/atau Pengkonversian Aset
Penelusuran aset adalah prosedur pelacakan aset atau dana untuk mencari
asal usul maupun keberadaannya baik itu yang berada di dalam negeri maupun di
luar negeri Penelusuran aset biasanya terjadi ketika ada kecurigaan atau tindakan
penipuan, pencucian uang, dan penggelapan, dan lain-lain.
Penyembunyian aset oleh pelaku kejahatan tindak pidana korupsi dan atau
tindak pidana pencucian uang, dapat menggunakan sarana perbankan yang mana
uang hasil tindak pidana tersebut disembunyikan ke bank-bank lokal maupun bank
luar negeri dan bisa juga uang dari hasil tindak pidana tersebut dikonversi dalam
bentuk barang, jadi tersangka melakukan pembelian barang dagangan, membuka
restaurant, usaha hiburan atau pembelian aset tetap lainnya seperti; mesin-mesin,
kendaraan, bangunan, tanah dll.
Untuk mengetahui tempat persembunyian tersebut, pihak penegak hukum
yang dibantu oleh auditor forensik akan dapat memperoleh informasi
penyembunyian tersebut dari sumber-sumber berikut ini:
1. Penyedia Jasa Keuangan
Laporan Transaksi Keuangan yang mencurigakan (Suspicius transaction
report) dan transaksi keuangan tunai (Cash transaction report) yang dikirim
Penyedia Jasa Keuangan kepada PPATK. Laporan ini mencantumkan detail dari
jumlah yang ditransfer, nama bank, dan nomor rekening bank pengirim (kalau
transfer bukan berasal dari setoran tunai) dan penerima. Informasi ini bermanfaat
untuk pembekuan rekening bank dan penelusuran lebih lanjut dari arus dana
berikutnya.
2. Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK)
PPATK juga mempunyai jaringan kerjasama dengan lembaga serupa di luar
negeri seperti Financial Inteligence Service (FIS) di Inggris, yang menjadi
counterpart-nya maupun pihak interpol. Informasi dari dalam dan luar negeri dapat
digunakan untuk maksud penelusuran aset sesuai dengan peraturan perundang-
undangan tindak pidana pencucian uang, misalnya oleh Tim Pemburu Koruptor.
3. Hasil Penelitian Akademisi dan LSM
Informasi lain adalah dari hasil penelitian dari orang-orang yang
mengkhususkan diri dalam ”perburuan harta haram”,. Biasanya ada beberapa
sumber dari LSM yang melakukaan wawancara terhadap mereka yang mengetahui
pelanggaran yang telah terjadi, tetapi lebih suka identitas diri mereka tidak
diungkapkan. Dengan kondisi semacam ini, mereka lebih bebas berbicara tanpa
perlu khawatir dengan tuntutan pencemaran nama baik.
4. Persengketaan di Pengadilan
Informasi penyembunyian aset juga dapat diperoleh dari sangketa-sangketa
yang sedang disidangkan di pengadilan baik dalam negeri mapun luar negeri.
Sangketa bisa terjadi antara keluarga maupun antar perusahaan atau organisasi
yang bisa diikuti, mungkin harta yang dipersengketakan diduga berasal dari tindakan
pidana.
5. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam rangka untuk menjalankan perintah undang-undang serta untuk
menguji integritas dan tranparansI, maka setiap pejaba/penyelenggara Negara
diwajibkan menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN
ke KPK. LHKPN dapat memberikan informasi kepada KPK tentang harta kakayaan
dan KPK akan menelusuri harta kekayaan yang telah dilaporkan dan jika ditemukan
kejanggalan makan akan dilakukan pemeriksaan dan penyedikan,
6. Kantor Pelayanan Informasi Untuk Publik
Di banyak negara dan macam-macam kantor pendaftaran (registrasi) yang
informasinya terbuka untuk umum karena memang dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan umum. Contoh di Indonesia, Badan Pertanahan Nasional, Bapepam
dan Bursa Efek merupakan sumber informasi mengenai perusahaan yang menjual
surat berharga (efek-efek) di pasar modal. Kelemahannya adalah untuk pemegang
saham yang tercatat di negara-negara yang disebut tax haven countries, tidak jelas
siapa pemegang saham sesungguhnya. Departemen Perdagangan mempunyai
Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan (Kantor Pendaftaran Perusahaan
Tingkat Pusat) kemana laporan keuangan perusahaan yang diaudit (baik perusahaan
tertutup maupun perusahaan TBK), dikirimkan. Ada kantor pengacara yang
mengkatalog anggaran dasar perseroan terbatas yang sudah mendapat pengesahan
Departemen Kehakiman. Kantor polisi yang mengelola pendaftaran kendaraan
bermotor juga merupakan sumber informasi penting (apakah ada mobil mewah atas
nama pejabat negara atau keluarganya).
7. Pembocoran informasi oleh orang dalam.
Alasannya bermacam-macam ,mulai dari kekecewaan atau sakit hati dengan
partner dagangannya, sampai harapan untuk memperoleh keringanan hukum karena
bekerja sama dengan penegak hukum untuk membongkar suatu kasus. Dalam
beberapa kasus,usia yang lanjut juga membawa dampak terhadap keinginan ”
mengaku dosa”.
8. Kerjasama International

Kerjasama internasional dibidang penegakan hukum telah terbukti sangat


menentukan keberhasilan penegakan hukum nasional terhadap kejahatan
transnasional. Kerjasama Internasional tersebut akan sia-sia jika tidak ada
kerjasama melalui perjanjian bilateral atau multilateral dalam penyidikan,
penuntutan dan peradilan. Prasyarat perjanjian tsb tidak bersifat mutlak karena
tanpa ada perjanjian itupun kerjasama penegakan hukum dapat dilaksanakan
berlandaskan asas yang dikenal dan diakui oleh masyarakat internasional yang
dikenal dengan asas resiprositas (timbal balik) .
Kerjasama penegakan hukum tersebut secara lengkap diatur dalam Konvensi
PBB Anti Korupsi (UN Convention Against Corruption) tahun 2003 telah diratifikasi
dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 2006 tentang Pengesahan UN Convention
Against Corruption; dan Konvensi PBB Anti Kejahatan Transnasional Terorganisasi
(UN Convention Against Transnational Organized Crime) tahun 2000, sudah
ditandatangani Pemerintah Indonesia pada bulan Desember tahun 2000.
UN Model Treaty on Mutual Assistance in Criminal Matters (1990)
menegaskan antara lain, dalam Pasal 1 angka 3, Ketentuan Pasal 2 Asean Treaty on
Mutual Legal Assistance (2004) juga memuat ketentuan tsb sehingga secara a
contrario, perjanjian ekstradisi juga tidak dapat memuat ketentuan mengenai
pembekuan,penyitaan dan pengembalian aset.
UN Model (1990) tsb juga dilengkapi dengan Optional Protocol yang antara
lain menegaskan kewajiban negara diminta (requested state) untuk memenuhi
permintaan penelusuran, penetapan lokasi aset yang disembunyikan, melakukan
penyidikan ransaksi keuangan dari pemilik aset dimaksud, dan melakukan upaya
untuk memperoleh informasi atau bukti untuk “mengamankan” aset tersebut. Selain
hal tersebut, optional protocol juga mewajibkan negara diminta untuk membolehkan
putusan pengadilan di negara peminta (requesting state) dapat dilaksanakan di
negara diminta untuk membekukan dan menyita aset hasil kejahatan dimaksud.
Dalam kerjasama international ini terdapat kelemahan yaitu tidak semua
Negara mengikuti perjanjian Treaty on Mutual Assistance in Criminal Matters,
sehingga tidak semua Negara yang dapat di ajak kerja sama dalam pemberantasan
tindak pidana, bahkan ada beberapa Negara yang membantu pelaku tindak pidana
dalam menyembunyikan asset pelaku karena bagi Negara tersebut, asset pelaku
dapat mereka gunakan untuk membangun Negara mereka. Contohnya, seperti
antara Inonesia dengan Singapura yang tidak memiliki kerjasama extradisi dengan
Singapura sehingga banyak koruptor Indonesia yang menyembunyikan harta
kekayaanya di Singapura.
9. Lain-lain
a. Mengetahui kebiasaan etnik tertentu akan sangat membantu dalam
penelusuran aset. Pada umumnya ,etnik perantau akan
mengembalikan hasil jerih payah mereka ke kampung halaman. Hasil
korupsi atau kejahatan lain yang menghasilkan uang dalam jumlah
besar, akan dikonversikan dalam bentuk tanah-tanah yang serba luas,
bangunan yang serba megah dan mewah, resort yang serba wah. Etnis
lain membangun pabrik, bank, universitas, dan macam-macam proyek
mercu suar ditanah leluhur. Ini adalah cara manusia menyatakan
kepada masyarakat di kampung halamannya. Tingkah lakunya ini
diamati penyidik dengan dugaan bahwa ia membenahi dokumen
kepemilikan tanah.
b. Psikologi manusia yang mendadak kaya, atau mendadak kaya dengan
jalan pintas terlihat dari pola pengeluaran. Disamping keinginan untuk
”diakui” di kampung halaman atau negeri leluhur, juga pola hidup
pelaku. Semuanya serba wah (besar, mewah, mahal, dengan
kecendrungan mengada-ada) properti di negeri asing yang serba wah
dilokasi orang kaya tingkat dunia, kapal pesiar, intan berlian dan
perusahaan. Pola konsumsi mewah ini seharusnya merupakan tanda-
tanda untuk indikasi fraud. Lebih dari itu, sang pelaku bahkan
memamerkan kekayaannya. Pada waktu kekayaan ini akan
disembunyikan, semua orang sudah mengetahuinya. Karena itu di
negara maju, lembaga-lembaga seperti PPATK kita membuat kaitan
antara uang hasil kejahatan dengan pembelian mobil, intan-berlian,
tanah dan bangunan melalui teknik data mining.
c. Advertensi mengenai perusahaan-perusahaan dalam iklan kematian.
Dalam etnis ini, iklan tentang berita duka cita dan iklan turut berduka
cita diiringi dengan daftar perusahaan yang dimiliki almarhum (ah)
beserta anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi bagi auditor
forensik dalam menelusuri aset. Keterkaitan pemilikan di berbagai
perusahaan yang tidak terungkap dalam laporan keuangan, justru
terungkap dalam iklan kematian dan turut berbela sungkawa.
(Kehadiran pejabat negara dipemakaman sang konglomerat, dan
kehadiran konglomerat dan karangan bunganya di pemakaman pejabat
juga merupakan bagian yang menarik).

14.2 Autokrat dan Kleptokrat


Koruptor terbesar di dunia, yang umumnya autokrat (diktator) mempunyai beberapa
kesamaan, yaitu mereka adalah pemimpin politik, presiden, atau perdana menteri
dengan kekuasaan yang sangat besar. Mereka menguasai semua unsur trias politika.
Pers dan oposisi dibungkam atau dihabisi dengan alasan keamanan negara. Kaum
kleptokrat memiliki kesamaan lain, yaitu mereka menyimpan jarahan mereka di luar
negeri, di tempat yang mereka persepsikan aman. Harapannya ialah jarahan ini
tetap dapat dinikmati sanak keluarga dan para kroni ketika mereka meninggal.
Korupsi merupakan opportunity cost untuk program kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan rakyat, keamanan negara dan lain-lain.
Kleptokrasi merupakan pola kejahatan yang dilakukan oleh masyarakat mapan di
Indonesia. Bentuknya berupa “kerjasama licik” yang dijalin antara aparat negara
(birokrat) dan pengusaha (korporat). Dengan kata lain, kleptokrasi adalah wujud
dari perpaduan antara “korupsi oleh birokrat” dan “tindakan merugikan keuangan
negara oleh korporat”.
Kleptokrat adalah seorang penguasa atau pejabat tinggi negara yang sasaran
utamanya dalam memegang jabatan adalah untuk selalu berusaha memperkaya diri
sendiri. Ia akan terus menggunakan kekuasaannya untuk mengejar tujuan tersebut
(Andreski, 1968).
Mancur Olson mengistilahkan para kleptokrat sebagai “Stationary Bandit” (bandit tak
bergerak). Mereka dapat bertindak sebagai pemegang monopoli sasta, mengejar
efisiensi produksi, tetapi membatasi hasil ekonomi untuk memaksimalkan
keuntungan (Olson, 1993). Para “bandit tak bergerak” ini tidak perlu susah-susah
mencuri uang negara. Mereka hanya memainkan regulasi dan memberikan hak
istimewa kepada orang-orang swasta yang dikehendaki untuk menguasai dan
memegang monopoli, yang sebelumnya menjadi hak dan kewenangan negara.
Biasanya dengan alasan efisiensi dan mengurangi beban biaya negara, tetapi
sesungguhnya negara dirugikan karena potensi keuntungan dari hak monopoli
tersebut dijual atau diberikan kepada pihak swasta.

14.3 Taksiran Nilai Jarahan


Beberapa taksiran dilakukan untuk memperkirakan nilai jarahan yang dilakukan oleh
koruptor di dunia dalam bentuk rentang tertinggi dan terendah. Berbagai kajian
telah dilakukan untuk menaksir banyaknya uang yang dicuci secara global. Karena
menaksir angka tersebut tidaklah mudah, maka taksiran terbaik yang bisa dilakukan
merupakan perkiraan kasar. Taksiran mengenai nilai jarahan dapat memberikan
indikasi mengenai rentang terendah dan tertinggi, berikut taksiran-taksiran tersebut
:
1. 2% - 5% dari GDP Global sekitar US$ 800 miliar – US$ 2 triliun dari segala
macam kegiatan melawan hukum.
2. US$20 miliar – US$40 miliar, merupakan taksiran aset yang dijarah pemimpin
korupdari negara-negara miskin, khususnya di Afrika yang disimpan di luar
negaranya.
3. US$500 miliar dalam kegiatan kriminal, US$ 20 miliar – US$40 miliar uang
hasilkorupsi, dan US$500 miliar dalam penyelundupan pajak per tahun.
Jumlah totalmelampaui US$1 triliun, separuhnya dari negara berkembang dan
negara yang barumeningkat dari perekonomian berkembang.
4. 25% dari GDP negara-negara Afrika hilang dikorupsi setiap tahunnya, atau
sekitarUS$148 miliar. Ini meliputi semua jenis korupsi, termasuk suap yang
diterima pegawainegeri tingkat rendah sampai kickback dalam pengadaan
barang di sektor publik, dansampai penjarahan uang negara secara terbuka
oleh pemimpin politik

KESIMPULAN
Penelusuran aset pada umumnya berkaitan dengan pengembalian
kembali aset yang dimiliki oleh suatu negara/organisasi atau suatu entitas yang
diambil oleh pihak lain dengan cara melawan hukum seperti perbuatan tindak pidana
korupsi dan atau tindak pidana pencucian uang. Tujuan penelusuran aset adalah
untuk mengetahui keberadaan dan jenis aset yang disembunyikan dan/atau yang
telah dikonversi menjadi barang dari hasil tindak pidana, yang akan digunakan untuk
penggantian kerugian negara.
Sumber informasi tentang penyembunyian dan/atau pengkonversian
asset yang dilakukan tersangka didapat dari Penyedia Jasa Keuangan untuk
mengetahui informasi secara detail transaksi keuangan pelaku fraud, Pusat
Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menelusuri asset sampai
dengan ke luar negeri, Hasil Penelitian Akademisi dan LSM, Persengketaan di
Pengadilan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kantor Pelayanan Informasi Untuk
Publik, Pembocoran Informasi Oleh Orang Dalam (Whistelblower), dan Dengan
Kerjasama International untuk mendapatkan informasi mendetail tentang pelaku
kecurangan yang menyembunyikan asset di LN dan melakukan kerjasama untuk
menegakkan keadilan dengan cara penegakan dalam bidang hukum.
Dasar hukum pemulihan kerugian negara dari hasil penelusuran aset
antara lain terdapat dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PPTPPU) dan
Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No.31 Tahun 1999 jo.
UU No 20 Tahun 2001).
Latihan
1. Jelaskan tentang apa yang dimaksud dengan penelusuran aset!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan autokrat!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kletokrat!
4. Sebutkan nilai-nilai nominal taksiran nilai jarahan!

Anda mungkin juga menyukai