Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

METODOLOGI PENELIAN

” Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Rentabilitas Ekonomis dan


Rentabilitas Modal Sendiri Untuk Menilai Kinerja pada PT. Fastfood
Indonesia, Tbk. ( KFC )”

OLEH:
IDAMMANIS LAIA
NIM
21510072

FAKULTAS MANAJEMEN KEUANGAN


TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh

laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan

pada suatu periode tertentu. Dengan laba ini dapat digunakan perusahaan untuk

tambahan pembiayaan dalam menjalankan usahanya, dan yang terpenting adalah

sebagai alat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.

Laba hanya bisa diperoleh dengan adanya kinerja yang baik dari perusahaan itu

sendiri. Untuk itu penilaian terhadap perusahaan sangat penting dan bermanfaat, baik

bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap

perusahaan yang bersangkutan. Bagi suatu perusahaan kinerja dapat digunakan sebagai

alat ukur dalam menilai keberhasilan usahanya, juga dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan dimasa yang akan datang.

Sedangkan bagi pihak luar perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan ekonomi terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari aspek

keuangan dan aspek non keuangan. Dari aspek non-keuangan, kinerja dapat diketahui

dengan cara, mengukur tingkat kejelasan pembagian fungsi dan wewenang dalam

struktur organisasinya, mengukur tingkat kualitas sumber daya yang dimilikinya,

mengukur tingkat kesejahteraan pegawai dan karyawannya, mengukur kualitas


produksinya, mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan serta

dengan mengukur tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosisal

sekitarnya.

Penilaian kinerja melalui aspek non-keuangan relatif lebih sulit dilakukan,

karena penilaian dari satu orang berbeda dengan hasil penilaian orang lain. Sehingga

dalam penilaian kinerja kebanyakanperusahaan menggunakan aspek keuangan.

Analisis keuangan yang sering digunakan untuk menilai kinerja suatu

perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Dengan analisis rasio keuangan akan dapat

diketahui tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat rentabilitas

perusahaan. Dengan mengetahui tingkat suatu perubahan, maka akan dapat diketahui

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan jaminan

harta lancarnya. Tingkat likuiditas ini sangat berguna bagi perusahaan khususnya

kreditur yang memberikan kredit jangka pendek. Pada tingkat solvabilitas, akan dapat

diketahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dengan

jaminan harta yang dimilikinya, tingkat solvabilitas ini sangat berguna bagi

kreditur, untuk memberikan kredit jangka pendek maupun jangka panjang. Dan dengan

mengetahui rentabilitas, maka akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya, hal ini sangat penting untuk

mengetahui efisiensi suatu perusahaan.

Jadi dengan mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu

perusahaan, maka akan dapat diketahui keadaan perusahaan yang bersangkutan, apakah
perusahaan tersebut baik atau buruk sehingga dapat diperkirakan tentang kelangsungan

hidup perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Munawir (2004 : 64), mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos

dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk dapat mengintrepretasikan

kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan

yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam

jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyendiri bahwa rasio secara

individu akan membantu dalam menganalisa dan mengintretasikan posisi keuangan

suatu perusahaan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan atau perimbangan

(mathematical relationship) antara suatu terntu dengan jumlah yang lain, dan dengan

menggunakan alat analisa beruapa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi

gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan

suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka

rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

Franchising (pewaralabaan) pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran

dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Dengan

demikian, franchising bukanlah sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama

kuatnya, sama strategisnya dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha.

Bahklan sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut

pendanaan, SDM dan manajemen, kecuali kerelaan pemilik merek untuk berbagi
dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchiser.

Di Indonesia franchise dikenal sejak tahun 70an ketika masuknya Shakey Pisa,

KFC, Swensen, dan Burger King, yang perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai

sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan

penerima franchise di Indonesia tapi usaha franchise ini mengalami

kemerosotan ketika terjadi krisis moneter. Para penerima franchise asing terpaksa

menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam.

Hingga tahun 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu

disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabili ditandai dengan perseteruan

para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami

perkembangan yang sangat pesat (www.majalahfranchise.com).

Perkembangan bisnis waralaba atau franchise saat ini memicu pertumbuhan

ekonomi yang sehat dan membuka kesempatan lapangan kerja baru. Serta

mempermudah peluang pengadaan kesempatan bisnis kepada khalayak luas.

Krisis ekonomi global membuat bisnis waralaba sedikit mengalami penurunan.

Dari data yang ada, tahun 2007 kemarin omzet waralaba bisa mencapai Rp 81 Trilyun.

Pada tahun 2008 omzet naik signifikan mencapai 10 - 15 %. Untuk tahun ini hanya

diprediksi meningkat 5 %, ini dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat. Hingga

saat ini total bisnis waralaba di Indonesia mencapai 360 franchise baik lokal maupun

asing. Selama beberapa tahun franchise terus mengevaluasi diri dengan menempatkan

posisi sebagai pembawa gagasan bisnis yang berbekal semangat kewirausahaan, Serta
menyimpan potensi luar biasa terkait pengembangan perekonomian rakyat

(www.Detailnews.com).

Dalam kondisi ekonomi yang tak terduga dan ketidakadanya kepastian yang

dipengaruhi oleh krisis global yang berkepanjangan, peningkatan inflasi dan penurunan

GDP, PT. Fast Food Indonesia tetap memperoleh profitabilitas dan pertumbuhan yang

konsisten. Berdasarkan laporan keuangan KFC tahun 2008, penjualan naik sebesar

27,3% menjadi Rp. 2,023 triliun, pembukaan restoran baru bertambah 31 outlet di

hamper 90 kota diseluruh Indonesia. Laba ditingkat restoran naik menjadi 32,6% dan

laba Perseroan secara keseluruhan sebelum pajak naik menjadi 16,5%.

Selain itu hasil penjualan pada 2008 naik menjadi 2,023% menjadi Rp. 2,023

triliun, lebih tinggi dari Rp. 1,590 triliun pada tahun 2007. peningkatan tersebut berasal

dari kenaikan rata-rata harga jual yang terjadi pada tahun 2008 sebesar 17%, penjualan

restoran baru, dan pertumbuhan dari restoran dan fasilitas yang sudah hadir.

Peningkatan pun terlihat pada sejumlah indicator lain, laba bersih sebelum pajak tahun

2008 naik menjadi Rp. 167,90 milyar atau naik 16,5% dari Rp.144,16 milyar pada tahun

2007.

Harga pokok penjualan sebagai persentase penjualan sedikit turun dari 38,8%

pada tahun 2007 menjadi 38,6% pada 2008, sedikit menaikan margin laba kotor. Beben

usaha meningkat menjadi Rp. 1,100 triliun dari Rp. 838,81 milyar pada 2007 atau

sekitar 31,2% disebabkan oleh tekanan harga dari inflasi dan ketentuan upah minimum

yang baru dari pemerintah.


Aktiva meningkat menjadi Rp.784,76 milyar pada tahun 2008 dari Rp. 629,49

milyar pada tahun 2007 atau kenaikan 24,7% hasil dari investasi secara terus-menerus

untuk melakukan ekspansi jaringan restoran perseroan. Aktiva tak lancar meningkat Rp.

81, 57 milyar atau 21% pada tahun 2008, sementara aktiva lancar meningkat Rp. 73,69

milyar atau 30,6% pada tahun 2008. arus kas masuk bersihtahun 2008 Rp. 37,45

milyarhanya setengah dari kenaikan Rp. 76,48 milyar yang dihasilakn pada tahun 2007.

Kewajiban meningkat Rp. 50,08 milyar atau 19,9% dari Rp. 252,13 milyar pada

tahun 2007 menjadi Rp. 302,21 milyar pada tahun 2008. kewajiban lancar naik sebesar

Rp. 40,25 milyar atau 21,4%, tetapi peningkatan luar biasa pada aktiva lacar secara

dramatis mingkatkan current ratio dari 128% menjadi 137,9 % di tahun 2008.

perbandingan hutang jangka panjang denagn ekuitas turun dari 17% menjai 15,4% di

tahun 2008.

Beban pokok penjualan meningkat 26,7% dari Rp. 617,10% menjadi Rp. 781,63

milyar di tahun 2008. beban uasah meningkat hamper 31,2% dari Rp. 838,81 milyar

menjadi Rp. 1,100 triliun pada tahun 2008

Berdasarkan data dan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul laporan akhir yang di susun penulis adalah : “Analisis Rasio

Likuiditas, Rasio Rentabilitas Ekonomis dan Rentabilitas Modal Sendiri Untuk

Menilai Kinerja pada PT. Fastfood Indonesia, Tbk. ( KFC ) “

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan ditas maka peneliti merumuskan

permasalahan dalam peneliti adalah :

“Bagaimana kinerja PT. Fastfood ndonesia, Tbk (KFC) berdasarkan

analisis likuiditas dan rentabilitas ?”.

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ingin di teliti oleh peneliti maka yang

menjadi tujuan dari penelitian adalah :

“Untuk mengetahui kenerja PT. Fastfood Indonesia, Tbk (KFC) dilihat

dari rasio likuiditas dan rasio rentabilitasnya.”

4. Manfaat Penelitian

Adapin manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman yang pastinya berguna diwaktu yang akan datang.

2. Bagi perusahaan yang bersangkutan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan

sebagai referensi atau masukan untuk kebijakan kebijakan perusahaan pada

periode-periode selanjutnya.

3. Bagi pihak-pihak lain,diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat untuk

menambah pengetahuan serta menjadi referensi atau bahan masukan dalam

penelitian serupa pada penelitian yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai