Anda di halaman 1dari 139

ANALISIS PENGARUH SELF EFFICACY, EMPOWERMENT

DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA DENGAN


KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
( Studi Kasus pada BAPPEDA Kabupaten Pemalang )

SKRIPSI

Oleh :
FIRANIDA FIRA
NIM : 1.4.17.029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE ASSHOLEH
PEMALANG
2021
ANALISIS PENGARUH SELF EFFICACY, EMPOWERMENT
DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA DENGAN
KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
( Studi Kasus pada BAPPEDA Kabupaten Pemalang )

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan


Jenjang Strata I dan memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Manajemen
STIE ASSHOLEH PEMALANG

SKRIPSI

Oleh :

FIRANIDA FIRA
NIM : 1.4.17.029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE ASSHOLEH
PEMALANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

Nama : FIRANIDA FIRA


Nomor Induk Mahasiswa : 1.4.17.029
Program Studi : Manajemen
Judul Skripsi :“Analisis Pengaruh Self Efficacy, Empowerment
dan Locus Of Control Terhadap Kinerja Dengan
Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening.
(Studi Kasus pada BAPPEDA Kabupaten
Pemalang )”

Disahkan pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

SANTI SUCININGTYAS, SE, M.Si SITI MASROKHAH, SE, M.Si


NIP. 1973090520055011002 NIDN. 0607087201

Mengetahui,
STIE ASSHOLEH PEMALANG
Ketua,

H. NOOR ROSYADI, SE, MM


NIDN : 0630105901
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : FIRANIDA FIRA
NIM : 1.4.17.029
Program Studi : Manajemen

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul “Analisis


Pengaruh Self Efficacy, Empowerment dan Locus Of Control terhadap
Kinerja dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. (Studi Kasus
pada BAPPEDA Kabupaten Pemalang )”
Benar-benar merupakan hasil karya saya tidak dibuatkan orang lain dan bukan
merupakan pengambil alihan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai
tulisan / pikiran saya.
Apabila dikemudian hari terbukti / dapat dibuktikan skripsi ini hasil duplikasi
(Plagiat) atau dibuatkan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Pemalang, 2021
Yang membuat pernyataan,

FIRANIDA FIRA
N I M : 1.4.17.029

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO

“Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu, maka ia berada

dijalan Allah hingga ia pulang (HR. Tirmidzi)”

“Jika kamu tidak membangun mimpimu, seseorang akan

mempekerjakanmu untuk membangun mimpinya (Tony Gaskins)”

“Pengetahuan adalah senjata yang paling hebat untuk mengubah dunia

(Nelson Mandela)”

PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis
persembahkan kepada :
1) Orang tua terutama Ibu,
Alm. Bapak, Kakak, saudara
tercinta yang telah
membantu dan memberi
motivasi baik moril maupun
materiil serta semangat
dalam penyusunan Skripsi
ini.
2) Bapak Ketua STIE
ASSHOLEH Pemalang.
3) Pimpinan BAPPEDA
Kabupaten Pemalang
4) Bapak dan Ibu Dosen STIE
ASSHOLEH Pemalang.
5) Teman-temanku di STIE
ASSHOLEH Pemalang.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya
serta petunjuk-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis mendapat kekuatan
serta ketabahan selama belajar sampai dengan pembuatan Skripsi ini. Guna
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang Strata 1 Program Studi
Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Assholeh Pemalang, maka
penulis menyusun Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Self Efficacy,
Empowerment dan Locus Of Control Terhadap Kinerja Dengan Kepuasan
Kerja Sebagai Variabel Intervening. (Studi Kasus pada BAPPEDA
Kabupaten Pemalang )”
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis memperolah petunjuk, bantuan,
dukungan, bimbingan, serta pengarahan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak H. Noor Rosyadi, SE, MM. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Assholeh Pemalang.
2. Ibu Santi Suciningtyas, SE, M.Si. selaku Ketua Program Studi Manajemen (S1)
3. Ibu Santi Suciningtyas, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu Siti Masrokhah, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Bapak Dr. Supa’at selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pemalang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
6. Seluruh Dosen dan Staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Assholeh
Pemalang.
7. Ibu, kakak dan saudaraku tercinta terima kasih atas doa dan bantuannya baik
moril maupun materiil dalam menyusun skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku tercinta (Marlinda Irtanti, Selly Rosanti, Laeli Tsani Afifah)
serta rekan-rekan seangkatan yang telah memberikan bantuan selama penulis
menyelesaikan Skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih
banyak kekurangan-kekurangan, walaupun telah diusahakan semaksimal
mungkin. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran yang bersifat
membangun guna mencapai kesempurnaan dalam penyusunan Skripsi ini.

Pemalang, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .....................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN.......................................................................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................................................iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................v

DAFTAR ISI ........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv

ABSTRAKSI........................................................................................................xvi

ABSTRACT..........................................................................................................xvii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 11

D. Manfaat Penelitian 12

BAB II. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS............13

A. Penelitian Terdahulu 13

B. Manfaat Penelitian Terdahulu 16

C. Telaah Pustaka 18
1. Self Efficacy...............................................................................18

2. Empowerment............................................................................25

3. Locus of Control........................................................................34

4. Kepuasan Kerja.........................................................................38

5. Kinerja 38

D. Kerangka Pemikiran Teoritis 43

E. Pengembangan Hipotesis 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 57

A. Jenis Data dan Sumber Data 57

B. Metode Pengumpulan Data 58

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel....................................59

D. Definisi Operasional Variabel 61

E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis..........................................64

1. Analisis Kualitatif......................................................................64

2. Analisis Kuantitatif....................................................................64

3. Metode Analisa dan Pengujian Hipotesis..................................65

a. Uji Instrumen.................................................................................65

1) Uji Validitas (Uji Kesahihan)...........................................65

2) Uji Reliabilitas (Uji Kehandalan).....................................66

b. Uji Asumsi Klasik..........................................................................67


1) Uji Normalitas..................................................................67

2) Uji Multikolinearitas........................................................68

3) Uji Heteroskedastisitas.....................................................69

4) Uji Autokorelasi...............................................................70

5) Uji Linieritas.....................................................................71

c. Pengujian Hipotesis.......................................................................71

1. Uji Statistik t test (Uji Parsial).........................................71

2. Uji Koefisien Determinasi (R2)........................................72

d. Analisis Jalur (Path Analisys)........................................................73

e. Uji Sobel........................................................................................75

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................77

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian...........................................77

1. Sejarah Umum Puskesmas Mulyoharjo Kabupaten Pemalang....77

2. Topografi Puskesmas Mulyoharjo Kabupaten Pemalang............77

3. Keadaan Penduduk Puskesmas Mulyoharjo

Kabupaten Pemalang...................................................................78

4. Visi dan Misi Puskesmas Mulyoharjo Kabupaten Pemalang......78

5. Struktur Organisasi Puskesmas Mulyoharjo

Kabupaten Pemalang...................................................................79

6. Uraian Jabatan pada Struktur Organisasi Puskesmas

Mulyoharjo Kabupaten Pemalang................................................81

B. Hasil Penelitian dan Analisis Data...................................................88

1. Hasil Penelitian............................................................................88
a. Identifikasi Responden............................................................88

1) Responden Menurut Jenis Kelamin....................................88

2) Responden Menurut Umur.................................................89

3) Responden Menurut Status Pernikahan..............................90

4) Responden Menurut Pendidikan Terakhir..........................90

5) Responden Menurut Pendapatan Perbulan.........................91

6) Responden Menurut Banyaknya Rawat Jalan....................91

b. Data Deskriptif untuk Masing-masing Variabel.......................92

1) Penjelasan Data Variabel Kualitas Pelayanan (X1)............92

2) Penjelasan Data Variabel Kepercayaan (X2)......................93

3) Penjelasan Data Variabel Kepuasan Pasien (Z)..................95

4) Penjelasan Data Variabel Loyalitas Pasien (Y)..................96

2. Analisis Data................................................................................97

a. Uji Instrumen 97

1) Uji Validitas 97

2) Uji Reliabilitas 99

b. Uji Asumsi Klasik 100

1) Uji Normalitas 100

2) Hasil Uji Multikolinearitas...............................................102

3) Hasil Uji Heteroskedastisitas............................................103

4) Hasil Uji Autokorelasi104

5) Hasil Uji Linearitas 105

c. Analisis Regresi Linier Berganda.........................................106


d. Pengujian Hipotesis Secara Parsial dengan Uji t..................107

e. Analisis Jalur (Path Analisys)...............................................109

1) Pengaruh X Terhadap Z (Persamaan 1)............................109

2) Pengaruh X dan Z Terhadap Y (Persamaan 2)................118

f. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan

Pengaruh Total......................................................................120

g. Hasil Uji Sobel.... 122

C. Analisa Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu...................124

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN................................129


A. Simpulan.........................................................................................129

B. Keterbatasan...................................................................................130

C. Saran 130

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................133

LAMPIRAN.........................................................................................................136
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Jumlah Pasien Rawat Jalan....................................................................4

2. Hasil Kuesioner Pra Survey..............................................................................6

3. Penelitian Terdahulu 13

4. Distribusi Data dan Sampel.............................................................................60

5. Responden Menurut Jenis Kelamin.................................................................88

6. Responden Menurut Umur..............................................................................89

7. Responden Menurut Status Pernikahan...........................................................90

8. Responden Menurut Pendidikan Terakhir.......................................................90

9. Responden Menurut Pendapatan Perbulan......................................................91

10. Responden Menurut Banyaknya Rawat Jalan.................................................91

11. Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Pelayanan (X1)............................92

12. Tanggapan Responden Mengenai Kepercayaan (X2)......................................94

13. Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Kerja (Z)...................................95

14. Tanggapan Responden Mengenai Loyalitas Pasien (Y).................................96

15. Rangkuman Hasil Uji Validitas Masing-masing Variabel..............................98

16. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Dari Masing-masing Variabel................100

17. Hasil Uji Normalitas 101

18. Hasil Uji Multikolinearitas............................................................................102

19. Hasil Uji Glejser 103

20. Hasil Uji Durbin-Watson 104


21. Hasil Uji Linearitas 105

22. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda........................................................106

23. Hasil Analisis Uji t 108

24. Hasil Analisis Uji Normalitas (Regression Step 1).......................................110

25. Hasil Analisis Uji Multikolinearitas (Regression Step 1).............................111

26. Hasil Analisis Uji Glejser (Regression Step 1).............................................113

27. Hasil Durbin-Watson (Regression Step 1)....................................................114

28. Hasil Analisis Uji Linearitas (Regression Step 1).........................................115

29. Hasil Regresi Kualitas Pelayanan dan Kepercayaan Terhadap


Kepuasan Pasien (Regression Step 1) 116

30. Hasil Analisa Koefisien Determinasi (R2) (Regression Step 1)....................117

31. Hasil Regresi Kualitas Pelayanan, Kepercayaan dan Kepuasan


Pasien Terhadap Loyalitas Pasien (Regression Step 2).................................118

32. Hasil Analisa Koefisien Determinasi (R2) (Regression Step 2)....................119


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jumlah Pasien Rawat Jalan...............................................................................5

2. Model Penelitian 46

3. Diagram Jalur 75

4. Struktur Oraganisasi Puskesmas Mulyoharjo Kabupaten Pemalang..............80

5. Grafik Normal P-P Plot Regression..............................................................101

6. Grafik Scatterplot 103

7. Statistik d Durbin-Watson.............................................................................105

8. Grafik Normal P-P Plot Regression Step 1...................................................110

9. Grafik Scatterplot Regression Step 1............................................................112

10. Statistik d Durbin-Watson Regression Step 1...............................................114

11. Diagram Jalur 120


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian 133

2. Hasil Data Responden 142

3. Hasil Jawaban Responden.............................................................................145

4. Uji Frekuensi Responden 151

5. Uji Frekuensi Masing-masing variabel.........................................................153

6. Uji Validitas Masing-masing Variabel..........................................................159

7. Uji Realibilitas Masing-masing Variabel......................................................161

8. Hasil Uji Asumsi Klasik 163

9. Hasil Uji Hipotesis 166

10. Tabel Nilai-nilai r Produk Moment...............................................................170

11. Tabel Distribusi t 171

12. Tabel Nilai-nilai Durbin-Watson..................................................................172


ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Self Efficacy, Empowerment dan


Locus Of Control Terhadap Kinerja Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel
Intervening. (Studi Kasus pada BAPPEDA Kabupaten Pemalang )” Tujuan
penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan
kepercayaan terhadap loyalitas dengan kepuasan pasien sebagai variabel
intervening.
Pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dan accidental
sampling sebanyak 100 responden. Adapun pengujian pada penelitian ini
dilakukan dengan uji validitas, reliabilitas, asumsi klasik, uji hipotesis berupa uji
t, koefisien determinan, analisis jalur path dan uji sobel.
Dengan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini diperoleh hasil b 1
= 0,188 menunjukan pengaruh yang positif variabel kualitas pelayanan terhadap
loyalitas, b2 = 0,209 menunjukan pengaruh yang positif variabel kepercayaan
terhadap loyalitas, b3 = 0,353 menunjukan pengaruh yang positif variabel
kepuasan pasien terhadap loyalitas.
Untuk pengujian hipotesis secara parsial digunakan uji t, diperoleh nilai
thitung untuk kualitas pelayanan terhadap loyalitas sebesar 2,588, thitung untuk
kepercayaan terhadap loyalitas sebesar 2,352 dan thitung untuk kepuasan pasien
terhadap loyalitas sebesar 3,955. Kemudian berdasarkan dari hasil perhitungan
melalui uji sobel, kepuasan pasien memediasi hubungan antara kualitas pelayanan
terhadap loyalitas dengan nilai thitung sebesar 2,320, kepuasan pasien memediasi
hubungan antara kepercayaan terhadap loyalitas dengan nilai thitung sebesar 2,581.
Hasil kontribusi analisis jalur dimana pengaruh langsung antara kualitas
pelayanan terhadap loyalitas sebesar 0,188 sedangkan pengaruh tidak langsung
Kualitas Pelayanan (X1) terhadap Loyalitas Pasien (Y) melalui Kepuasan Pasien
(Z) adalah 0,180 x 0,353 = 0,06354. Maka (0,06354 < 0,188). Hal ini
menunjukkan bahwa secara tidak langsung Kualitas Pelayanan (X 1) melalui
Kepuasan Pasien (Z) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pasien
(Y). Pengaruh langsung antara Kepercayaan (X2) terhadap Loyalitas Pasien (Y)
adalah 0,209 sedangkan pengaruh tidak langsung Kepercayaan (X2) terhadap
Loyalitas Pasien (Y) melalui Kepuasan Pasien (Z) 0,333 x 0,353 = 0,117549.
Maka (0,117549 < 0,209). Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung
Kepercayaan (X1) melalui Kepuasan Pasien (Z) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Loyalitas Pasien (Y).

Kata Kunci : Kinerja, Kepuasan Kerja, Self Efficacy, Empowerment, dan Locus of
Control
ABSTRACT

This research entitle “The impact of service quality and trust to loyality
with patient satisfaction as intervening variable (Case Study at Mulyoharjo Public
Health Centre Pemalang Disctrict)”.
This research target is : To gain an understanding of the influence of the
service quality and trust to loyality with patient satisfaction as intervening
variable.
At this research used by purpossive sampling and accidental sampling as
much 100 responder. As for examination of at this research done with validity
test, reliability, classical assumptions, hypothesis test in the form of t test, F test,
coefficient determinant, path analysis and sobel test.
With multiple linear regression analysis at this research obtained by result
b1 = 0,188 showing influence which are positive of service quality variable to
loyality, b2 = 0,209 showing influence which are positive of trust to loyality, b3 =
0,353 showing influence which are positive of patient satisfaction variable to
loyality.
Where as for partial hypothesis testing the t test was used, obtained the tcount
for service quality to loyality of 2,588, tcount for trust variable to loyality of 2,352
and tcount for patient satisfaction to loyality of 3,955. Then based on the results of
calculations through the sobel test, patient satisfaction mediate the relationship
between service quality to loyality of 2,320, patient satisfaction mediate the
relationship between trust to loyality of 2,581.
The results of the analysis of the where its influence directly between the
quality of service to loyalty (X1) of 0,188 indirect effect and the quality of services
(X1) to patients loyalty ( Y ) through patient satisfaction ( z ) is 0,180x 0,353 =
0,06354. So (0,06354 < 0,188). This shows that indirectly service quality (X 1)
through patient satisfaction (Z) have significant impact on patients loyalty (Y).
The direct effect of trust (X2) to patients loyalty (Y) of 0,209 while is indirect effect
trust (X2) to patients loyalty (Y) through patient satisfaction (Z) 0,333 x 0,353 =
0,117549. So (0,117549 < 0,209). This shows that indirectly trust (X1) through
patient satisfaction (Z) have significant impact on patients loyalty (Y).

Keyword : Job Performance, Job Satisfaction, Self Efficacy, Empowerment, and


Locus of Control
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap organisasi didirikan dengan tujuannya masing-masing. Untuk

mencapai berbagai tujuan tersebut maka diperlukan instrumen-instrumen

pendukung di dalamnya. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah

satu instrumen yang paling penting dalam suatu organisasi, karena tanpa

adanya sumber daya manusia sebagai penggerak maka aktivitas organisasi

dalam mencapai tujuan tidak akan berjalan. Dalam hal ini, maka dapat

dikatakan bahwa pegawai merupakan asset berharga organisasi yang harus

dikelola dengan sebaik mungkin. Menurut Pribadi (2013) kualitas sumber

daya manusia (SDM) sebuah organisasi merupakan salah satu faktor utama

baik atau buruknya organisasi. Jika SDM lemah, maka perkembangan

organisasi dapat terhambat dan produktivitasnya menjadi terbatas sehingga

organisasi tidak mampu bersaing. Manajemen sumber daya manusia yang

baik dapat dicapai apabila organisasi mampu mewujudkan keseimbangan

antara pendayagunaan pegawai sesuai potensi yang dimiliki, pemeliharaan

dan pemenuhan hak pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi.

Melalui pengelolaan sumber daya manusia yang profesional maka akan

terlahir pegawai-pegawai potensial dengan kinerja yang produktif dan

berkualitas, dimana kualitas kinerja sumber daya manusia berpengaruh

secara langsung terhadap kualitas organisasi secara keseluruhan.


Dengan kinerja pegawai yang berkualitas maka tujuan-tujuan

organisasi yang telah ditetapkan akan lebih mudah untuk dicapai. Dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut maka organisasi akan

menempuh berbagai macam usaha untuk terus meningkatkan kinerja

pegawainya. Menurut Mangkunegara (2016) Kinerja didefinisikan sebagai

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Dengan demikian, selain usaha-usaha yang dilakukan organisasi

dalam upaya mendukung peningkatan kinerja pegawai, pegawai juga harus

memahami dengan benar seperti apa tanggung jawab pekerjaannya, tidak

hanya kuantitas kerja tetapi juga harus dilakukan dengan cara-cara yang

benar agar tercapai kinerja yang efektif dengan hasil berkualitas.

Salah satu faktor yang mendorong peningkatan kinerja adalah melalui

tercapainya kepuasan kerja, keduanya diduga memiliki pengaruh timbal

balik. Menurut Gibson (2000) secara jelas menggambarkan adanya

hubungan timbal balik antara kinerja dengan kepuasan kerja. Di satu sisi

kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang

puas akan menunjukkan kinerja yang baik pula. Di sisi lain kepuasan kerja

juga disebabkan oleh adanya kualitas kerja atau prestasi kerja sehingga

pegawai yang kinerjanya baik akan memperoleh kepuasan kerja pula.

Kepuasan kerja merupakan gambaran emosional pegawai yang

menyenangkan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka,

situasi kerja dan hubungan antar individu atau kelompok dalam kerja yang
tercermin melalui sikap dan perilaku pegawai. Menurut Kooesmono (2005)

Banyak hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, sehingga

perusahaan harus menjaga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

dapat terpenuhi secara maksimal. Pada umumnya kinerja maupun kepuasan

kerja dipengaruhi oleh faktor –faktor baik internal maupun eksternal, salah

satu faktor internal tersebut antara lain faktor karakteristik psikologis

individu seperti self efficacy (keyakinan individu tentang kemampuan dan

kemungkinan dirinya untuk menyelesaikan tugas dan mencapai hasil

tertentu). Menurut Cherian dan Jolly (2013) self efficacy yang tinggi dalam

diri seseorang mampu memberikan kemampuan untuk bertahan dalam

kesulitan yang dihadapi serta mampu mengatasi persoalan atau hambatan

yang mengganggu dalam mencapai tujuannya, sedangkan menurut Feist &

Feist (2002) menyebutkan bahwa ketika seseorang mengalami ketakutan

yang tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat stress yang tinggi, maka

biasanya mereka memiliki self efficacy yang rendah. Dengan demikian,

maka dapat dikatakan bahwa pegawai dengan self efficacy yang tinggi

menjadi sangat penting disebabkan karena individu tersebut memiliki tujuan

yang lebih terarah, motivasi yang lebih kuat serta emosi yang cenderung

positif terhadap kemampuannya sehingga akan terbentuk semangat yang

lebih tinggi untuk mencapai hasil optimal dan peningkatan dalam

kinerjanya.

Selain self efficacy, faktor pemberdayaan atau empowerment juga

sangat penting diperhatikan dalam rangka peningkatan kepuasan dan kinerja


pegawai. Self efficacy atau kepercayaan diri yang sangat dibutuhkan

terutama dalam menghadapi situasi tertentu dimana pegawai dituntut untuk

menyelesaikan situasi secara efektif dan efisien akan lebih optimal jika

pegawai juga diberikan kesempatan untuk berfikir, berbicara dan bertindak

guna mengambil keputusan terkait dengan pekerjaannya atau biasa disebut

dengan empowerment. Conger dan Kanungo (1988), mendefinisikan

pemberdayaan pegawai sebagai konsep motivasional dari self efficacy.

Pemberdayaan menurut mereka merupakan proses untuk meningkatkan

perasaan self efficacy diantara anggota-anggota organisasi melalui

identifikasi yang mendorong ketidakberdayaan dan menyingkirkan hal-hal

tersebut melalui praktek organisasi formal dan teknik informal dengan

menyediakan informasi. Melalui empowerment, pegawai akan lebih

termotivasi dan terdorong untuk menumbuhkan dan meningkatkan

kreatifitas karena mereka diberi kesempatan untuk berkontribusi secara

nyata terhadap prestasi organisasi melalui pendelegasian wewenang dan

tanggung jawab yang lebih besar dalam pengambilan keputusan.

Empowerment memungkinkan pegawai untuk membuat keputusan besar dan

lebih banyak tanpa harus mengacu pada pegawai lain yang lebih senior.

Menurut Hansen dan Mowen (2006) pemberdayaan pegawai adalah

pemberian wewenang kepada pegawai untuk merencanakan, mengendalikan

dan membuat keputusan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya, tanpa harus mendapat otoritas secara eksplisit dari manajer

diatasnya. Bagi organisasi, pemberdayaan akan meningkatkan kinerja


organisasi dan individu hingga dapat mengembangkan bakatnya secara

penuh.

Locus of Control sebagai faktor pribadi berupa karakter psikologis

juga diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja. Menurut Setiawan dan

Ghozali (2006) locus of control atau pusat kendali menunjukkan sejauh

mana individu meyakini bahwa dia dapat mengendalikan faktor-faktor yang

mempengaruhi diri sendiri. Menurut Robbins (2008) locus of control

dibedakan menjadi dua tipe meliputi locus of control internal dan locus of

control eksternal. Individu dengan locus of control internal meyakini bahwa

mereka dapat mengendalikan apa yang terjadi pada diri mereka,

keberhasilan maupun kegagalan yang mereka alami merupakan hasil dari

usaha dan kemampuan mereka sendiri, sedangkan individu dengan locus of

control eksternal meyakini bahwa apa yang terjadi pada diri mereka

dikendalikan oleh kekuatan dari luar, seperti nasib baik, kesempatan dan

pengaruh orang lain. Individu dengan kecenderungan locus of control

internal dianggap memiliki kinerja yang lebih baik karena mereka lebih bisa

meyakinkan diri sendiri dan mereka lebih sadar bahwa mereka dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang diharapkan atas usahanya

sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, nasib maupun

keberuntungan dibanding individu yang memiliki kecenderungan locus of

control eksternal yang hanya bergantung pada nasib, kesempatan maupun

bantuan orang lain yang akan menyebabkan mereka lebih lambat dalam

kinerjanya.
BAPPEDA Kabupaten Pemalang sebagai bagian dari Pemerintah

Daerah Kabupaten Pemalang yang dibentuk dengan fungsi dan tujuan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Pemalang,

BAPPEDA dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang urusan

pemerintahan bidang perencanaan serta penelitian dan pengembangan.

Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2016 tentang Kedudukan

Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang, BAPPEDA Kabupaten

Pemalang mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

1) BAPPEDA mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan

fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang perencanaan,

penelitian, dan pengembangan serta melaksanakan tugas pembantuan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Dalam menjalankan tugasnya BAPPEDA Kabupaten Pemalang

menjalankan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup

tugasnya.

c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugass dukungan

teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

d. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan

pemerintahan sesuai lingkup tugasnya.


Tugas dan fungsi tersebut tentunya merupakan tanggung jawab

yang sangat besar, dimana dalam mencapai tujuan dari tugas dan fungsi

tersebut tidak lepas dari unsur sumber daya manusia di dalamnya yang

berperan sebagai penggerak utama aktifitas organisasi yang harus dikelola

sebaik mungkin guna mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk

melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, BAPPEDA didukung oleh

personil sebanyak 63 orang pegawai, 45 orang berstatus PNS dan 18 orang

berstatus Non PNS dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.
Daftar Pegawai BAPPEDA Kabupaten Pemalang
Tahun 2020
JABATAN JUMLAH PENDIDIKAN
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
1 S3
Daerah
Sekretaris 1 S2
Kabid Infrastruktur dan Pengembangan
1 S2
Wilayah
Kabid Ekonomi dan Sumber Daya Alam 1 S2
Kabid Pembangunan Manusia dan
1 S3
Masyarakat
Kepala Unit Penelitian dan Pengembangan 1 S2
Kasubbag Bina Program 1 S2
Kasubbag Umum dan Kepegawaian 1 S1
Kasubbag Keuangan 1 S1
Kasubbid Kebudayaan 1 S2
Kasubbid Pekerjaan Umum dan Penataan
1 S2
Ruang
Kasubbid Perdagangan, Perindustrian dan
1 S2
Koperasi
Kasubbid Pendidikan 1 S2
Kasubbid Perhubungan 1 S1
Kasubbid Pertanian 1 S1
Kasubbid Kesehatan 1 S1
Perencana Madya 1 S2
Perencana Ahli Madya 1 S1
Perencana Muda 1 S1
Analis Perencanaan 1 S2
Analis Perencanaan 1 S2
Analis Perencanaan 1 S1
Analis Perencanaan 1 S1
Analis Perencanaan 1 S1
Analis Perencanaan 1 S1
Bendahara 1 S1
Pranata Komputer Ahli Pertama 1 S1
Perencana Ahli Pertama 1 S1
Perencana Ahli Pertama 1 S1
Analis Penelitian dan Pengembangan 1 S1
Analis Penelitian dan Pengembangan 1 S1
Pengadministrasi Kepegawaian 1 D3
Pengelola Barang Milik Negara 1 S1
Pengelola Barang Milik Negara 1 SMA
Pengelola Bahan Perencanaan 1 SMA
Pengadministrasi Keuangan 1 S1
Pengadministrasi Keuangan 1 S1
Pengadministrasi Keuangan 1 SMA
Pengadministrasi Keuangan 1 SMA
Pengadministrasi Keuangan 1 SMA
Pengadministrasi Keuangan 1 SMA
Pengadministrasi Keuangan 1 SMA
Pramu Bhakti 1 SMA
Pramu Bhakti 1 SMP
Pengemudi 1 SMA
Adiministrasi Sekretariat 1 S1
Adiministrasi Sekretariat 1 S1
Adiministrasi Sekretariat 1 S1
Adiministrasi Sekretariat 1 SMA
Administrasi Sosial Budaya 1 S1
Administrasi Sosial Budaya 1 S1
Administrasi Sosial Budaya 1 S1
Administrasi Sosial Budaya 1 SMA
Administrasi Infrastruktur dan
1 S1
Pengembangan Wilayah
Administrasi Infrastruktur dan
1 D3
Pengembangan Wilayah
Administrasi Ekonomi & SDA 1 S1
Administrasi Ekonomi & SDA 1 SMA
Administrasi Pembangunan Manusia dan 1 S1
Masyarakat
Administrasi Pembangunan Manusia dan
1 SMA
Masyarakat
Administrasi Pembangunan Manusia dan
1 SMA
Masyarakat
Adiministrasi Litbang 1 S1
Adiministrasi Litbang 1 S1
Driver Sekretariat 1 S1
TOTAL PEGAWAI 63
Sumber : Data Sekunder .

Sumber Daya Manusia yang berkualitas dapat tercermin melalui

tingkat pendidikan, dari data di atas dapat diketahui bahwa susunan pegawai

BAPPEDA Kabupaten Pemalang telah diatur sedemikian rupa sehingga

tercapai kesesuaian antara jabatan yang diampu dengan tingkat pendidikan

setiap pegawainya, dimana dalam hal ini diharapkan setiap pegawai mampu

membuktikan kualitasnya dengan turut berkontribusi terhadap pencapaian

misi organisasi melalui adanya kesetaraan antara tugas dan tanggung jawab

yang dilimpahkan dengan kemampuan pegawai sesuai tingkat

pendidikannya. Sebagai lembaga kedaerahan yang memegang peranan

penting dalam menyelenggarakan good governance di bidang perencanaan,

penelitian dan pembangunan daerah Kabupaten Pemalang, BAPPEDA

Kabupaten Pemalang dituntut mampu melaksanakan tugas-tugas

pemerintahan secara optimal termasuk di dalamnya menyelenggarakan atau

memberikan pelayanan publik yang memuaskan. Dalam mengemban tugas

tersebut, implementasi self efficacy yang tinggi dalam diri setiap pegawai

tentu sangat dibutuhkan. Pegawai diharuskan yakin dengan kemampuannya

sehingga setiap tugas yang dibebankan dapat terselesaikan dengan efektif


dan efisien serta mampu menyelenggarakan pelayanan yang mampu

memuaskan publik karena pegawai dengan self efficacy yang tinggi

cenderung tidak bertele-tele, percaya diri, dan mampu menentukan

tindakan-tindakan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan pu8blik.

Di bawah ini disajikan data skala nilai peringkat kinerja dan ringkasan

capaian indikator kinerja utama BAPPEDA Kabupaten Pemalang yang

dinilai dari 45 orang pegawai berstatus Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut

Tabel 2. Skala Nilai Peringkat Kinerja


Kriteria Penilaian
No Interval Nilai Realisasi Kinerja
Realisasi Kinerja
1 91 ≤ 100 Sangat Tinggi
2 76 ≤ 90 Tinggi
3 66 ≤ 75 Sedang
4 51 ≤ 65 Rendah
5 ≤ 50 Sangat Rendah
Sumber : LKjIP BAPPEDA Kabupaten Pemalang Tahun 2018-2019

Tabel 3.
Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Utama BAPPEDA
Kabupaten Pemalang Tahun 2018-2019
Sasaran 2018 2019
Indikator
Strategis Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
1. Meningkatnya
kualitas
perencanaan Tingkat
pembangunan keselarasan
daerah dan antara program 81% 100% 100% 83% 100% 100%
pelaporan RKPD dengan
kinerja RPJMD
pemerintah
daerah
Nilai SAKIP
CC CC
(komponen CC (18) 100% CC (18) 100%
(18,17) (53,22)
perencanaan)
Persentase
Prioritas Usulan
Hasil
Musrenbang 90% 100% 100% 90% 100% 100%
yang
diakomodir
dalam RKPD
Sasaran 2018 2019
Indikator
Strategis Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Persentase
2. Meningkatnya
pemenuhan
dukungan
kebutuhan
penelitian dan
dokumen
pengembangan
perencanaan 60% 60% 100% 100% 100% 100%
dalam
pembangunan
pengembangan
bidang
kebijakan
penelitian,
pembangunan
pengembangan
Jumlah kegiatan
fasilitasi
kegiatan
4 4 4 4
Penelitan dan 100% 100%
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Inovasi di
Kabupaten
Pemalang
Sumber : LKjIP BAPPEDA Kabupaten Pemalang Tahun 2018-2019

Berdasarkan data di atas, capaian indikator kinerja utama BAPPEDA

Kabupaten Pemalang selama 2 tahun terakhir selalu melebihi target dengan

kriteria penilaian realisasi kinerja Sangat Tinggi. Sasaran strategis 1 dengan

3 indikator kerja yang berfokus pada peningkatan kualitas perencanaan

pembangunan daerah dan pelaporan kinerja pemerintah daerah yang

mendukung terciptanya lembaga pemerintah yang berkualitas melalui

pelaksaanaan tugas-tugas pemerintahan terkait perencanaan dan

pembangunan daerah maupun sasaran strategis 2 dengan 2 indikator kerja

yang berfokus pada pelayanan publik di bidang perencanaan dan

pembangunan daerah melalui peningkatan dukungan penelitian dan

pengembangan kebijakan pembangunan terealisasi dengan capaian 100%.

Data tersebut menggambarkan bahwa BAPPEDA Kabupaten

Pemalang merupakan lembaga pemerintah yang cukup berkualitas, dimana

kualitas lembaga secara keseluruhan merupakan gambaran dari kualitas

masing-masing pegawai di dalamnya. Capaian indikator kerja lembaga yang

tinggi merefleksikan kemampuan pegawai didalamnya dengan kinerja yang


tinggi pula. Kinerja yang tinggi dapat mengindikasikan tingkat kepuasan

kerja yang tinggi. Kepuasan kerja yang tinggi biasanya timbul karena

pegawai memiliki tingkat self efficacy dan locus of control internal yang

cukup tinggi pula yang ditandai dengan kepercayaan diri terhadap

kemampuan yang tinggi, mampu mengendalikan hambatan, tekanan dan

stress, gigih dalam berusaha dan tidak bergantung pada nasib maupun orang

lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Heriyanto (2017) yang

menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh langsung secara positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja maupun kinerja dan berpengaruh tidak

langsung secara positif dan signifikan terhadap kinerja melalui kepuasan

kerja. Luluk Nur Chasanah (2018) juga menyatakan bahwa locus of control

berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

maupun kinerja dan berpengaruh tidak langsung secara positif dan

signifikan terhadap kinerja melalui kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi self efficacy dan locus of control internal pada diri

pegawai, maka akan semakin tinggi pula kepuasan kerja yang dirasakan

yang berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja.

Selain indikasi tingginya self efficacy dan locus of control internal

yang berpengaruh pada tingginya tingkat kepuasan kerja dan kinerja, faktor

pemberdayaan atau empowerment BAPPEDA Kabupaten Pemalang

terhadap pegawainya juga menjadi faktor lain yang diduga berpengaruh

terhadap tingginya kepuasan kerja dan kinerja pegawainya. Melalui bentuk-

bentuk empowerment terhadap pegawai seperti adanya pendelegasian


wewenang yang luas kepada pegawai, pemenuhan fasilitas kerja, program

bimbingan dan konseling bagi pegawai, ruang gerak yang bebas, dukungan

atasan serta penyelenggaraan akuntabilitas lembaga BAPPEDA sebagai

bentuk tanggung jawab terhadap capaian keberhasilan atau kegagalan

pegawai melalui penilaian kinerja pegawai oleh lembaga juga disinyalir

menjadi faktor tingginya kepuasan kerja dan kinerja pegawai. Hal ini sesuai

dengan penelitian Em Yusuf Iis dan Mukhlis Yunus (2016) yang

menyatakan bahwa empowerment berpengaruh secara langsung terhadap job

satisfaction (kepuasan) maupun employee performance (kinerja) dan job

satisfaction (kepuasan kerja) berpengaruh dalam memediasi empowerment

dan employee performance (kinerja).

Meskipun terdapat indikasi tingginya self efficacy dan locus of control

internal pada diri pegawai serta telah diberlakukannya program-program

empowerment yang diduga berpengaruh terhadap tingginya kepuasan kerja

sehingga menghasilkan capaian kinerja yang sangat tinggi seperti tercantum

dalam LKjIP BAPPEDA Kabupaten Pemalang tahun 2018-2019 di atas,

masih terdapat permasalahan-permasalahan sumber daya manusia di

BAPPEDA Kabupaten Pemalang yang ditandai dengan ketidakdisiplinan

yang tercermin melalui tingkat keterlambatan kerja yang cukup tinggi dan

fluktuatif serta masih adanya pegawai yang tidak hadir tanpa keterangan.

Tabel 4.
Data Absensi Pegawai Negeri Sipil BAPPEDA Kabupaten Pemalang
Tahun 2020
Bulan Keterangan Absensi
Tanpa Keterangan Terlambat
Januari 5% 5%
Februari 1% 6%
Maret 0% 3%
April 0% 1%
Mei 0% 34%
Juni 0% 2%
Juli 0% 26%
Agustus 0% 14%
September 1% 12%
Oktober 3% 11%
November data belum diupdate data belum diupdate
Desember data belum diupdate data belum diupdate
Sumber : Data Sekunder.

Keterlambatan kerja yang fluktuatif dan masih cukup tinggi dapat

mengindikasikan rendahnya kepuasan kerja pegawai. Pegawai dengan

kepuasan kerja yang rendah tingkat kedisiplinannya juga cenderung rendah.

Ketidakdisiplinan juga dapat menggambarkan kurang efektifnya

program pemberdayaan pegawai BAPPEDA Kabupaten Pemalang. Program

pemberdayaan atau empowerment yang kurang baik dapat menyebabkan

pegawai merasa tidak dibutuhkan sehingga berakibat pada turunnya tingkat

kedisiplinan mereka. Hal ini juga dibuktikan melalui pra survey terhadap

22 orang pegawai berstatus Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan peneliti

untuk menggali lebih dalam permasalahan terkait pemberdayaan atau

empowerment pegawai BAPPEDA Kabupaten Pemalang dengan hasil

sebagai berikut :

Tabel 5.
Hasil Kuesioner Prasurvey Variabel Empowerment
Pada BAPPEDA Kabupaten Pemalang
No Daftar Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Arahan yang disampaikan atasan guna 14 8
menyelesaikan tugas terkadang kurang jelas.
2 Di Bappeda Keluhan pegawai tentang sistem 11 11
kerja atau pekerjaan kurang didengarkan.
3 Pegawai kurang dilibatkan dalam pembuatan 12 10
aturan atau kebijakan terkait tugas kerjanya.
4 Ide/saran pegawai saat kerja tim kurang 11 11
diperhatikan.
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pemalang

Hasil kuesioner prasurvey pada Tabel 5. mendukung indikasi kurang

efektifnya program empowerment pegawai di BAPPEDA Kabupaten

Pemalang. Hal ini ditandai dengan lebih banyaknya jawaban ya dari

responden atas daftar kuesioner empowerment yang disusun peneliti dengan

kalimat negatif. Kurang efektifnya program empowerment dapat tercermin

melalui masih adanya pegawai yang merasa arahan yang disampaikan

atasan guna menyelesaikan tugas terkadang kurang jelas, keluhan pegawai

tentang sistem kerja atau pekerjaan kurang didengarkan, pegawai kurang

dilibatkan dalam pembuatan aturan atau kebijakan terkait tugas kerjanya,

serta ide/saran pegawai saat kerja tim yang kurang diperhatikan.

Selain variabel empowerment peneliti juga melakukan prasurvey

terkait variabel self efficacy terhadap 22 pegawai BAPPEDA Kabupaten

Pemalang dengan status Pegawai Negeri Sipil untuk meneliti tingkat

kepercayaan diri pegawai terhadap kemampuannya dengan hasil sebagai

berikut :

Tabel 6.
Hasil kuisoner Prasurvey Variabel Self Efficacy
Pada BAPPEDA Kabupaten Pemalang
No Daftar Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Saya kurang percaya diri terhadap kemampuan 10 12
dan hasil kerja saya.
2 Menumbuhkan ide, kreatifitas dan strategi yang 12 10
diperlukan dalam menyelesaikan tugas baru
merupakan hal yang cukup sulit karena saya
tidak cukup percaya diri.
3 Saat menemui hambatan dalam tugas saya 12 10
merasa stress.
4 Saat tugas yang harus saya kerjakan cukup 15 7
sulit, banyak dan menumpuk saya merasa
stress.
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pemalang

Berdasarkan Tabel 6. hasil kuesioner menunjukkan masih terdapat

permasalahan terkait self efficacy pada diri pegawai, hal ini karena

cenderung lebih banyak jawaban ya dari responden atas daftar kuesioner

self efficacy yang disusun peneliti dengan kalimat negatif. Pada kuesioner

point 1 diperoleh hasil sebanyak 10 dari 22 pegawai merasa kurang percaya

diri terhadap kemampuan dan hasil kerja mereka, pada point 2 diperoleh

sebanyak 12 dari 22 pegawai merasa sulit menumbuhkan ide, kreatifitas

dan strategi yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas baru karena

mereka tidak cukup percaya diri, point 3 menunjukkan bahwa sebanyak 12

dari 22 pegawai merasa stress saat menemui hambatan dalam pekerjaan

mereka, dan 15 dari 7 pegawai juga merasa stress saat menghadapi tugas

yang sulit, banyak dan menumpuk. Point-point tersebut menggambarkan

bahwa masih ada kecenderungan lemahnya self efficacy pada diri pegawai

BAPPEDA Kabupaten Pemalang. Pegawai yang merasa tidak percaya diri


terhadap kemampuannya dan mudah stress saat menghadapi hambatan serta

tugas yang kompleks merupakan indikasi dari self efficacy yang lemah.

Pada prasurvey guna menggali permasalahan terkait variabel locus of

control terhadap 22 pegawai BAPPEDA Kabupaten Pemalang dengan status

Pegawai Negeri Sipil diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 7.
Hasil kuisoner Prasurvey Variabel Locus of Control
Pada BAPPEDA Kabupaten Pemalang
Jawaban
No Daftar Pertanyaan
Ya Tidak
1 Agar lebih disiplin dan produktif saya perlu 15 7
pengawasan ketat dari atasan.
2 Jika aturan organisasi tidak berdampak pada 8 14
karir saya maka saya cenderung kurang respon
pada aturan tersebut.
3 Jika saya mengalami kegagalan maka itu 12 10
merupakan ketidakberuntungan.
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pemalang

Berdasarkan Tabel 7. pada point 1 diperoleh hasil sebanyak 15 dari

22 orang pegawai merasa memerlukan pengawasan yang lebih ketat dari

atasan agar lebih disiplin dan produktif, pada point 2 ditemukan hasil bahwa

8 dari 22 orang pegawai cenderung mengabaikan aturan-aturan yang tidak

berpengaruh terhadap karir mereka, dan pada point 3 diperoleh hasil bahwa

sebanyak 12 dari 22 orang pegawai menganggap bahwa kegagalan yang

mereka alami lebih merupakan akibat dari ketidakberuntungan dan bukan

karena kurangnya usaha yang mereka lakukan. Ketiga point tersebut

menggambarkan bahwa masih ada permasalahan terkait locus of control.

Dari hasil prasurvey jawaban cenderung lebih mengarah pada indikasi


adanya locus of control eksternal pada diri pegawai. Indikasi locus of

control eksternal pada pegawai cenderung bermakna negatif.

Kecenderungan locus of control eksternal yang tinggi dapat mendorong

pegawai bersikap malas, tidak mau berusaha keras dan lebih

menggantungkan diri terhadap faktor eksternal dalam mencapai tujuannya

yang dapat berimbas pada menurunnya kinerja. Tingginya tingkat locus of

control eksternal pada pegawai pada akhirnya juga akan membuat kinerja

organisasi semakin berat, organisasi harus berusaha lebih keras baik dalam

hal pemenuhan kebutuhan maupun pembuatan kebijakan dan pengawasan

secara lebih ketat agar pegawai-pegawai dengan kecenderungan locus of

control eksternal tersebut mampu meningkatkan kinerjanya karena mereka

membutuhkan dorongan dan motivasi lebih dari luar diri mereka untuk

dapat mencapai tujuan.

Untuk itu, perlu dianalisis peran beberapa variabel seperti self

efficacy, empowerment dan locus of control pada pegawai BAPPEDA

Kabupaten Pemalang terhadap kepuasan dan kinerjanya guna evaluasi dan

perancangan manajemen sumber daya manusia di kemudian hari untuk

meningkatkan kualiatas implementasi pembangunan daerah.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH SELF

EFFICACY, EMPOWERMENT DAN LOCUS OF CONTROL

TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA


SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus di BAPPEDA

KABUPATEN PEMALANG).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh self efficacy terhadap kepuasan kerja di BAPPEDA

Kabupaten Pemalang?

2. Adakah pengaruh empowerment terhadap kepuasan kerja di BAPPEDA

Kabupaten Pemalang?

3. Adakah pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja di

BAPPEDA Kabupaten Pemalang?

4. Adakah pengaruh self efficacy terhadap kinerja pegawai di BAPPEDA

Kabupaten Pemalang?

5. Adakah pengaruh empowerment terhadap kinerja pegawai di BAPPEDA

Kabupaten Pemalang?

6. Adakah pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai di

BAPPEDA Kabupaten Pemalang?

7. Adakah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai di

BAPPEDA Kabupaten Pemalang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhself efficacy terhadap

kepuasan kerja di BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh empowerment terhadap

kepuasan kerja di BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh locus of control terhadap

kepuasan kerja di BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh self efficacy terhadap

kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh empowerment terhadap

kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

6. Untuk mengetahui dan menganalisispengaruh locus of control terhadap

kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian yang dilakukan maka diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkaitan dengan penelitian

ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti.

Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan berpikir serta

sumbangan di bidang ilmu manajemen sumber daya manusia


khususnya gambaran tentang pengaruh self efficacy, empowerment

dan locus of control terhadap kinerja melaui kepuasan kerja.

b. Bagi STIE Assholeh Pemalang.

Sebagai arsip dan tambahan referensi bagi perpustakaan STIE

Assholeh sehingga dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa

sebagai pembaca maupun yang akan melakukan penelitian di bidang

yang sama.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

BAPPEDA Kabupaten Pemalang untuk dijadikan pertimbangan

dalam meningkatkan kinerja pegawai. Diharapkan dengan adanya

penelitian ini, BAPPEDA Kabupaten Pemalang dapat memahami

tentang kepuasan kerja dan kinerja yang di hasilkan oleh para

pegawainya sebagai pengaruh dari self efficacy, empowerment dan

locus of control sehingga dapat menjadi tambahan informasi dan

bahan kajian dalam penyusunan kebijakan di masa yang akan

datang.
BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PERKEMBANGAN HIPOTESIS

A. Penelitian Terdahulu

Sebuah penelitian pada hakikatnya merujuk atau merupakan replikasi

dari penelitian di masa lalu. Hal ini bertujuan untuk menganalisa dan

mengetahui kekurangan dan kelebihan dari penelitian terdahulu dan

penelitian di masa mendatang.Dengan melihat variabel yang diteliti oleh

peneliti terdahulu diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan

variabel dengan melihat hasil dari penelitian.

Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Judul Variabel Alat Analisis Hasil Peneltitian
1. Pengaruh Self - Self esteem - Uji validitas Hasil penelitian
Esteem, Self (X1) - Uji reliabilitas menunjukkan :
Efficacy dan - Self efficacy - Uji normalitas - Variabel self
Locus of Control (X2) - Uji multikolinieritas esteem, self
terhadap Kinerja - Locus of - Uji heteroskedastisitas efficacy, dan
Pegawai melalui control (X3) - Uji autokorelasi locus of
Kepuasan Kerja - Kinerja - Analisis regresi control
sebagai Variabel pegawai (Y) - Uji parsial (Uji t) berpengaruh
Intervening (Studi - Kepuasan kerja pengaruh langsung dan langsung
pada Bank Jatim (Z) tidak langsung terhadap
Syariah Cabang - Koefisien determinasi kepuasan kerja
Malang). secara parsial.
Luluk Nur - Variabel self
Chasanah (2018) esteem dan self
efficacy tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
pegawai secara
parsial, dan
locus of
control
berpengaruh
terhadap
kinerja
pegawai secara
parsial
- Variabel
kepuasan kerja
berpengaruh
terhadap
kinerja
pegawai
- Variabel self
esteem, self
efficacy, dan
locus of
control
berpengaruh
secara tidak
langsung
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.
2. Kepuasan Kerja - Pemberdayaan - Uji validitas Hasil penelitian
sebagai Variabel (X1) - Uji reliabilitas menunjukkan :
Intervening - Efikasi diri - Uji normalitas - Variabel
Pengaruh (X2) - Uji multikolinieritas pemberdayaan
Pemberdayaan - Kinerja - Analisis Regresi berpengaruh
Pegawai, Efikasi pegawai (Y) - Uji heteroskedastisitas langsung
Diri terhadap - Kepuasan kerja - Uji parsial (Uji t) terhadap
Kinerja Pegawai (Z) pengaruh langsung dan kepuasan kerja
Bagian Produksi tidak langsung sebesar 0,441
Sigaret Kretek - Koefisien determinasi dengan nilai
Mesin Perusahaan signifikansi
Rokok Gagak 0,015 lebih
Hitam kecil dari 0,05.
Bondowoso. - Variabel
Heriyanto (2017) efikasi diri
berpengaruh
langsung
terhadap
kepuasan kerja
sebesar 0,173
dengan nilai
signifikansi
0,019 lebih
kecil dari 0,05.
- Variabel
pemberdayaan
berpengaruh
langsung
terhadap
kinerja sebesar
0,259 dengan
nilai
signifikansi
0,006 lebih
kecil dari 0,05.
- Variabel
pemberdayaan
berpengaruh
tidak langsung
terhadap
kinerja yakni
melalui
kepuasan kerja
sebesar 0,079.
- Variabel
efikasi diri
berpengaruh
langsung
terhadap
kinerja sebesar
0,297 dengan
nilai
signifikansi
0,004 lebih
kecil dari 0,05.
- Variabel
efikasi diri
berpengaruh
tidak langsung
terhadap
kinerja yakni
melalui
kepuasan kerja
sebesar 0,031.
- Variabel
kepuasan kerja
berpengaruh
langsung
terhadap
kinerja sebesar
0,179 dengan
nilai
signifikansi
0,010 lebih
kecil dari 0,05.
3. Pengaruh - Pemberdayaan Structural Equation Hasil penelitian
Pemberdayaan, (X1) Modelling (SEM) menunjukkan :
Self Efficacy dan - Self efficacy - Variabel
Budaya (X2) pemberdayaan
Organisasi - Budaya berpengaruh
terhadap Kinerja organsasi (X3) positif dan
Pegawai Pt. Surya - Kinerja pegawai signifikan
Madistrindo (Y) terhadap
Cabang - Kepuasan kerja kinerja.
Lhokseumawe (Z) - Variabel self
dengan Kepuasan efficacy
Kerja Sebagai berpengaruh
Variabel positif dan
Intervening. signifikan
Sulaiman, Asnawi terhadap
dan Faisal kinerja.
Matriadi (2014) - Variabel
budaya
organisasi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja.
- Variabel
pemberdayaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan
kerja.
- Variabel self
efficacy
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan
kerja.
- Variabel
budaya
organisasi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan
kerja.
- Variabel
kepuasan kerja
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja.
- Variabel
kepuasan kerja
memediasi
antara
pemberdayaan
dengan
kinerja.
- Variabel
kepuasan kerja
memediasi
antara self
efficacy
dengan
kinerja.
- Variabel
kepuasan kerja
memediasi
antara budaya
organisasi
dengan
kinerja.
4. Analisis Pengaruh - Budaya - Analisis statistik Hasil penelitian
Budaya organisasi (X1) deskriptif menunjukkan :
Organisasi, Locus - Locus of control - Koefisien determinasi - Variabel
of Control, Stres (X2) - Uji parsial (Uji t) budaya
Kerja terhadap - Stres kerja (X3) organisasi
Kinerja Pegawai - Kinerja pegawai memiliki
dan Kepuasan (Y) pengaruh
Kerja sebagai - Kepuasan kerja terhadap
Variabel (Z) kepuasan kerja
Intervening. pegawai.
Taufik Isnanto, - Variabel locus
Mei Indrawati, of control
dan Muninghar memiliki
(2020) pengaruh
terhadap
kepuasan kerja
pegawai.
- Variabel stress
kerja memiliki
pengaruh
terhadap
kepuasan kerja
pegawai.
- Variabel
budaya
organisasi
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
pegawai.
- Variabel locus
of control
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
pegawai.
- Variabel stress
kerja tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
pegawai.
- Variabel
kepuasan kerja
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
pegawai.
- Variabel
budaya
organisasi
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.
- Variabel locus
of control
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.
- Variabel stress
kerja tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.
5. Pengaruh Budaya - Budaya - Analisis statistik Hasil penelitian
Organisasi, Locus organisasi (X1) deskriptif menunjukkan :
of Control, Stres - Locus of control - Uji validitas - Terdapat
Kerja terhadap (X2) - Uji reliabilitas pengaruh
Kinerja Aparat - Stres kerja (X3) - Uji normalitas budaya
Pemerintah - Kinerja (Y) - Analisis regresi linier organisasi
Daerah dan - Kepuasan kerja berganda terhadap
Kepuasan Kerja (Z) - Uji parsial (Uji t) kinerja aparat
sebagai Variabel pengaruh langsung dan pemerintah
Intervening (Studi pengaruh tidak langsung daerah.
Empiris pada - Terdapat
Pemerintah pengaruh locus
Kabupaten of control
Bengkalis). terhadap
Endang Sri kinerja aparat
Wahyuni, Taufeni pemerintah
Taufik, dan Vince daerah.
Ratnawati (2016) - Terdapat
pengaruh stres
kerja terhadap
kinerja aparat
pemerintah
daerah.
- Kepuasan
kerja
memediasi
pengaruh
budaya
organisasi dan
kinerja aparat
pemerintah
daerah.
- Kepuasan
kerja
memediasi
pengaruh locus
of
control dan
kinerja aparat
pemerintah
daerah.
- Kepuasan
kerja
memediasi
pengaruh stres
kerja dan
kinerja aparat
pemerintah
daerah
6. Analisis Pengaruh - Pemberdayaan - Uji validitas Hasil penelitian
Pemberdayaan (X1) - Uji reliabilitas menunjukkan :
dan - Pengembangan - Uji normalitas - Variabel
Pengembangan Karir (X2) - Uji multikolinieritas pemberdayaan
Karir terhadap - Kinerja (Y) - Uji linearitas memiliki
Kinerja Pegawai - Kepuasan kerja - Uji heteroskedastisitas pengaruh yang
dengan Kepuasan (Z) - Analisis regresi linear positif dan
Kerja sebagai berganda signifikan
Variabel - Uji simultan (Uji F) terhadap
Intervening (Studi - Uji koefisien determinasi variabel
pada Pegawai - Uji parsial (Uji t) kinerja
PDAM Tirta pegawai
Moedal Kota dengan tingkat
Semarang). signifikansi
Aditya Hapsari sebesar 0,000.
Ayuningtyas dan - Variabel
Indi Djastuti pengembangan
(2017) karir memiliki
pengaruh yang
positif dan
signifikan
terhadap
variabel
kinerja
pegawai
dengan tingkat
signifikansi
sebesar 0,013.
- Variabel
pemberdayaan
memiliki
pengaruh yang
positif dan
signifikan
terhadap
variabel
kepuasan kerja
dengan tingkat
signifikansi
sebesar 0,000.
- Variabel
pengembangan
karir memiliki
pengaruh yang
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan kerja
dengan tingkat
signifikansi
sebesar 0,043.
- Variabel
kepuasan kerja
memiliki
pengaruh yang
positif dan
signifikan
terhadap
variabel
kinerja
pegawai
dengan tingkat
signifikansi
sebesar 0,023.
7. Job Satisfaction - Self efficacy Structural Equation Hasil penelitian
as an Intervening (X1) Modelling (SEM) menunjukkan :
Variable of Self - Empowerment - Variabel self
Efficacy and (X2) efficacy
Employee - Organizational berpengaruh
Performance. culture(X3) positif dan
Em Yusuf Iis dan - Employee signifikan
Mukhlis Yunus performance terhadap
(2016) (Y) Employee
- Job satisfaction performance.
(Z) - Variabel
empowerment
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Employee
performance.
- Variabel
organizational
culture
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Employee
performance.
- Variabel self
efficacy
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap job
satisfaction.
- Variabel
empowerment
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap job
satisfaction.
- Variabel
organizational
culture
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap job
satisfaction.
- Variabel job
satisfaction
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Employee
performance.
- Variabel job
satisfaction
memediasi
antara self
efficacy dan
employee
performance.
- Variabel job
satisfaction
memediasi
antara
empowerment
dan employee
performance.
- Variabel job
satisfaction
memediasi
antara
organizational
culture dan
employee
performance.
8. Pengaruh Self - Self efficacy - Uji validitas Hasil penelitian
Efficacy dan (X1) - Uji reliabilitas menunjukkan :
Organizational - Organizational - Uji normalitas - Variabel self
Citizenship Citizenship - Uji multikolinieritas efficacy
Behavior (OCB) Behavior (X2) - Uji heteroskedastisitas berpengaruh
terhadap Kinerja - Kinerja pegawai - Analisis regresi berganda positif
Pegawai dengan (Y) - Uji parsial (Uji t) signifikan
Kepuasan Kerja - Kepuasan kerja terhadap
sebagai Variabel (Z) kinerja
Intervening (Studi pegawai .
Kasuspada RSUD - Variabel
Dr. M. Ashari organizational
KabupatenPemala citizenship
ng). behavior
Widyani Safitri berpengaruh
Herlina (2019) positif
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai.
- Variabel self
efficacy
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.
- Variabel
organizational
citizenship
behavior
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.
- Variabel
kepuasan kerja
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai.
9. Analisis Pengaruh - Pemberdayaan - Uji validitas Hasil penelitian
Pemberdayaan (X1) - Uji reliabilitas menunjukkan:
dan - Pengembangan - Uji normalitas - Variabel
Pengembangan karir(X2) - Uji multikolinieritas pemberdayaan
Karir terhadap - Kinerja pegawai - Uji heteroskedastisitas berpengaruh
Kinerja Pegawai (Y) - Uji simultan (Uji F) positif dan
dengan Kepuasan - Kepuasan kerja - Uji parsial (Uji t) signifikan
Kerja sebagai (Z) - Koefisien determinasi terhadap
Variabel - Uji sobel kinerja
Intervening pegawai.
(Studi Kasus pada - Variabel
Kantor Pos pengembangan
Pekalongan) karir
Arif Hadi berpengaruh
Prasetyo (2019) positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai.
- Variabel
pemberdayaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan
kerja.
- Variabel
pengembangan
karir
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan kerja
- Variabel
kepuasan kerja
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai.
- Variabel
pemberdayaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.
- Variabel
pengembangan
karir
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai
melalui
kepuasan
kerja.

B. Manfaat Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dicantumkan, maka

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti dalam penyusunan

skripsi, peneliti dapat memperoleh informasi guna merumuskan hipotesis

penelitian, menghindari plagiatisme atau penjiplakan, serta dapat

membandingkan hasil penelitian yang dilakukan dengan penelitian

terdahulu untuk memperkuat hasil penelitian yang sejalan atau menjadi

bahan acuan bagi peneliti guna mencari tahu faktor-faktor lain yang

menyebabkan hasil penelitian menjadi berbeda.

Dengan adanya penelitian terdahulu, peneliti juga dapat mengetahui

persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang dilakukan. Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian

terdahulu dengan penelitian yang dilakukan dengan judul analisis pengaruh

self efficacy, empowerment locus of control terhadap kinerja dengan

kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada BAPPEDA Kabupaten

Pemalang adalah sebagai berikut :

a. Persamaan

1) Variabel Penelitian

- Variabel Self Efficacy atau Efikasi Diri yang digunakan dalam

penelitian ini sama dengan variabel dalam penelitian Luluk Nur

Chasanah (2018), Heriyanto (2017), Sulaiman, Asnawi dan Faisal


Matriadi (2014), Em Yusuf Iis dan Mukhlis Yunus (2016) dan

Widyani Safitri Herlina (2019).

- Variabel Empowerment atau Pemberdayaan yang digunakan dalam

penelitian ini sama dengan variabel dalam penelitian Heriyanto

(2017), Sulaiman, Asnawi dab Faisal Matriadi (2014), Aditya

Hapsari Ayuningtyas dan Indi Djastuti (2017), Em Yusuf Iis dan

Mukhlis Yunus (2016)dan Arif Hadi Prasetyo (2019).

- Variabel Locus of Control yang digunakan dalam penelitian ini

sama dengan variabel dalam penelitian Luluk Nur Chasanah

(2018), Taufik Isnanto, Mei Indrawati, dan Muninghar (2020), dan

Endang Sri Wahyuni, Taufeni Taufik, dan Vince Ratnawati (2016).

- Variabel Kinerja dan Kepuasan Kerja yang digunakan dalam

penelitian ini sama dengan variabel dalam penelitian Luluk Nur

Chasanah (2018), Heriyanto (2017), Sulaiman, Asnawi dab Faisal

Matriadi (2014), Taufik Isnanto, Mei Indrawati, dan Muninghar

(2020), Endang Sri Wahyuni, Taufeni Taufik, dan Vince Ratnawati

(2016), Aditya Hapsari Ayuningtyas dan Indi Djastuti (2017), Em

Yusuf Iis dan Mukhlis Yunus (2016), Widyani Safitri Herlina

(2019) dan Arif Hadi Prasetyo (2019).

2) Alat Analisis

- Alat analisis yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas, uji

normalitas, uji multikolinieritas, uji linearitas, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas, analisis regresi berganda, uji t, uji F, uji sobel


dan koefisien determinasi sama dengan yang digunakan oleh Luluk

Nur Chasanah (2018), Heriyanto (2017), Taufik Isnanto, Mei

Indrawati, dan Muninghar (2020), Endang Sri Wahyuni, Taufeni

Taufik, dan Vince Ratnawati (2016), Aditya Hapsari Ayuningtyas

dan Indi Djastuti (2017), Widyani Safitri Herlina (2019) dan Arif

Hadi Prasetyo (2019).

b. Perbedaan

1) Perbedaan objek yang diteliti yaitu BAPPEDA Kabupaten

Pemalang.

2) Perbedaan beberapa variabel independen dalam penelitian terdahulu

yang tidak dipakai dalam penelitian yang dilakukan.

3) Perbedaan alat analisis yang dipilih oleh Sulaiman, Asnawi dan

Faisal Matriadi (2014) dan Em Yusuf Iis dan Mukhlis Yunus (2016)

yaitu menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM)

sedangkan peneliti menggunakan Statistical Package for Social

Science (SPSS).

C. Telaah Pustaka

1. Self Efficacy

a. Pengertian Self Efficacy

Efikasi diri atau self efficacy merupakan atribut kepribadian

yang sangat penting perananya dalam kehidupan sehari-hari.

Efikasi diri pada masing-masing individu akan mengarahkan

bagaimana individu tersebut berfikir dan bertindak dalam mencapai


tujuan. Efikasi diri adalah keyakinan individu tentang kemampuan

dan kemungkinan dirinya untuk menyelesaikan tugas dan mencapai

hasil tertentu. Menurut Bandura (2006) Self efficacy mengacu pada

persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan

mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan

tertentu. Dengan sefl knowledge atau pengetahuan diri tentang

pentingnya menumbuhkan self efficacy, individu akan terdorong

untuk yakin terhadap kemampuannya sendiri dalam mencapai suatu

tujuan, sehingga produktivitas dan prestasi mereka akan lebih

tinggi karena potensi diri mereka digunakan secara optimal.

Menurut Luthans (2014) self efficacy mengacu pada

keyakinan diri mengenai kemampuannya untuk memotivasi sumber

daya kognitif dan tindakan yang diperlukan agar berhasil dalam

melaksanakan tugas tertentu. Selanjutnya menurut Gits dan

Mitchell dalam Ghufron dan Risnawita (2010) mengatakan bahwa

self efficacy dapat membawa pada perilaku yang berbeda di antara

individu dengan kemampuan yang sama, karena self efficacy

mempengaruhi pilihan, tujuan, pengentasan masalah dan kegigihan

dalam berusaha. Individu dengan efikasi diri yang tinggi yakin

bahwa mereka dapat bekerja dengan baik dalam tugas tertentu,

mereka akan mencurahkan segala potensi yang dimiliki secara

optimal, pantang menyerah, dan memfokuskan perhatian pada

kinerja untuk mencapai tujuan. Sedangkan sebaliknya, individu


dengan efikasi diri yang rendah cenderung tidak menyukai

tantangan dan malas berusaha ketika menghadapi situasi sulit atau

tugas khusus tertentu.

b. Dimensi Self Efficacy

Menurut Bandura (2006) self efficacy masing-masing

individu dapat dibedakan melalui tiga dimensi, yaitu :

1) Dimensi Magnitude (Tingkat kesulitan)

Dimensi magnitude berkaitan dengan derajat kesulitan suatu

tugas untuk dikerjakan. Apabila tugas-tugas yang disusun

berdasarkan tingkat kesulitannya dihadapkan pada individu,

maka efikasi diri mereka cenderung terbatas pada tugas yang

mudah atau yang mereka persepsikan seuai dengan

kemampuan. Dimensi ini memiliki pengaruh terhadap

perilaku individu untuk memilih mencoba atau menghindari.

Individu akan terdorong mencoba pekerjaan yang dirasa

sesuai dengan kemampuannya dan menghindari pekerjaan

yang dirasa di luar batas kemampuannya.

2) Dimensi Strength (Kekuatan keyakinan)

Dimensi strength berkaitan dengan seberapa kuat keyakinan

atau pengharapan individu terhadap kemampuan yang

dimilikinya. Keyakinan yang lemahakan mudah goyah

apabila tidak disertai oleh pengalaman-pengalaman yang

menunjang, namun individu dengan pengharapan yang kuat


dan mantap akan tetap gigih dalam berupaya mencapai tujuan

meskipun tidak didukung oleh pengalaman-pengalaman yang

menunjang.

3) Dimensi Generality (Generalitas)

Dimensi generality berkaitan dengan ragam situasi dan

aktivitas atau cakupan tingkah laku dimana individu mampu

menerapkan self efficacy yang dimiliki. Individu dapat

merasa yakin dengan kemampuannya sendiri apakah terbatas

pada aktivitas dan situasi tertentu atau pada ragam situasi

dan serangkaian aktivitas.

c. Indikator Self Efficacy

Menurut Iskandar dan Sanusi (2011), terdapat 4 skala yang

dapat digunakan untuk mengukur self efficacy yaitu :

1) Yakin dapat menyelesaikan tugas dengan sukses.

Individu yakin bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugas

tertentu dengan sukses, dimana individu itu sendirilah yang

menetapkan tugas (target) yang harus diselesaikan.

2) Yakin dapat menyelesaikan tantangan dalam tugas.

Individu mampu bertahan saat menghadapi hambatan dan

tantangan yang muncul serta mampu bangkit dari kegagalan.

3) Yakin dapat mengelola hal-hal yang diperlukan dalam

menyelesaikan tugas.
Individu yakin dapat menentukan cara dan tindakan yang

tepat dalam menyelesaikan tugas.

4) Yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik meskipun

tugas menjadi semakin kompleks.

Individu mampu bertahan meskipun tugas yang dihadapi

semakin kompleks atau bertambah tingkat kesulitannya.

d. Sumber Self Efficacy

Bandura (1997) mengemukakan bahwa self efficacy berasal

dari beberapa sumber dan dapat dipelajari sebagai berikut :

1) Mastery Experience (Pengalaman Keberhasilan)

Self efficacy dalam diri individu akan meningkat jika ia

memiliki banyak pengalaman keberhasilan dalam

melaksanakan tugasnya, sebaliknya kegagalan akan

menurunkan tingkatself efficacy yang dimiliki. Faktor-faktor

eksternal dalam memperoleh keberhasilan biasanya tidak

akan meningkatkan self efficacy. Akan tetapi, jika

keberhasilan yang diperoleh lebih banyak dipengaruhi oleh

faktor-faktor internal seperti hasil perjuangan pribadi, maka

self efficacy akan sangat terpengaruh untuk meningkat.

2) Vicarious Experience (Pengalaman Orang Lain)

Pengamatan individu terhadap pengalaman keberhasilan

orang lain yang memiliki kemiripan atau kesetaraan

kompetensi dengan individu tersebut biasanya akan


meningkatkan self efficacy. Sebaliknya, pengalaman

kegagalan yang diperoleh orang lain akan menurunkan self

efficacy. Self efficacy tersebut biasanya didapatkan oleh

individu yang tidak memiliki pengetahuan tentang

kemampuan dirinya sehingga ia terdorong untuk melakukan

modeling atau memperoleh self efficacy melalui social model.

Namun self efficacy yang diperoleh tidak akan terlalu banyak

berpengaruh jika model yang diamati tidak memiliki

kemiripan atau tidak setara dengan individu yang akan

menirukan.

3) Social Persuasion (Persuasi Sosial)

Penyampaian secara verbal baik saran, bimbingan, maupun

nasihat oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan

untuk meyakinkan individu bahwa ia cukup mampu untuk

melakukan tugas tertentu sehingga self efficacy dalam diri

individu tersebut akan meningkat.

4) Physiological and Emotional States (Keadaan Fisiologis dan

Emosional)

Individu biasanya menilai kemampuan dalam bekerja dengan

mempertimbangkan kondisi fisiologisnya, begitu juga kondisi

emosi mereka dalam mengerjakan suatu pekerjaan juga akan

berpengaruh terhadap self effcacy yang dimiliki. Hambatan

maupun kekurangan fisioligis dan tekanan situasi yang


memicu stress pada diri individu dapat menurukan tingkat

self efficacy.

e. Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Tinggi rendahnya self efficacy dalam diri masing-masing

individu sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap individu dalam mempersepsikan

kemampuannya. Menurut Bandura (1997) faktor-faktor yang

berpengaruh tersebut antara lain:

1) Budaya

Budaya berpengaruh terhadap self efficacy melalui nilai,

kepercayaan dan proses pengaturan diri yang berfungsi

sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai

konsekuensi dari keyakinan akan self efficacy.

2) Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian Bandura (1997) yang menyatakan

bahwa wanita memiliki self efficacy yang lebih tinggi dalam

mengelola perannya. Wanita yang berperan sebagai ibu

rumah tangga sekaligus sebagai wanita karir memiliki self

efficacy yang lebih tinggi dibanding dengan pria yang hanya

bekerja. Hal ini membuktikan bahwa jenis kelamin

berpengaruh terhadap self efficacy.


3) Sifat dari Tugas yang Dihadapi

Tingkat kerumitan dari tugas yang dihadapi oleh individu

akan mempengaruhi persepsi individu terhadap

kemampuannya. Semakin rumit dan kompleks tugas yang

dihadapi maka self efficacy dalam diri individu akan semakin

rendah. Sebaliknya, jika individu dihadapkan dengan tugas

yang bersifat sederhana dan mudah maka self efficay dalam

dirinya akan semakin tinggi.

4) Insentif Eksternal

Faktor lain yang mempengaruhi self efficacy adalah insentif

yang akan diperoleh individu setelah menyelesaikan

tugasnya. Insentif yang diperoleh dari orang lain

merefleksikan keberhasilan yang diperoleh.

5) Status atau Peran Individu dalam Lingkungan.

Individu dengan status yang lebih tinggi akan memperoleh

kemampuan kontrol lingkungan yang lebih luas sehingga self

efficacy yang dimiliki juga akan tinggi. Sebaliknya, individu

dengan status yang lebih rendah kemampuan kontrol yang

dimiliki juga lebih sempit sehingga self efficacy yang dimiliki

juga rendah.

6) Informasi tentang Kemampuan Diri.

Pengetahuan tentang kemampuan diri memiliki pengaruh

terhadap self efficacy.Individu yang memperoleh informasi


positif tentang dirinya akan memiliki self efficacy yang

tinggi, sedangkan individu yang memperoleh informasi

negative tentang dirinya akan memiliki self efficacy yang

rendah.

f. Fungsi Self Efficacy

Self efficacy yang telah terbentuk akan berpengaruh

terhadap aktivitas individu. Bandura (1994) menjelaskan self

efficacyakan berpengaruh pada aktivitas individu melalui beberapa

fungsi sebagai berikut :

1) Fungsi Kognitif

Self efficacy berpengaruh terhadap performance individu

melalui pola pikir atau kognitif, Pola pikir merupakan

petunjuk untuk bertindak dalam rangka mencapai

tujuan.Pengaruh dari pola pikir atau kognitif ini dapat mucul

dalam berbagai variasi.Bagi individu dengan self efficacy

yang tinggi, pola pikirnya akan mengarah pada masa depan

dalam hidupnya, tujuan yang ia tetapkan akan semakin tinggi

dan menantang serta komitmennya terhadap tujuan tersebut

akan semakin kuat. Mereka yang memiliki self efficacy tinggi

akan membayangkan suasana keberhasilan yang akan

menyertai mereka dalam setiap usaha mencapai tujuan yang

mereka kerjakan. Sedangkan individu dengan self efficacy

rendah cenderung membayangkan suasana kegagalan yang


akan menyertai mereka dalam usaha mencapai tujuan

sehingga mereka bertindak ragu-ragu dan sulit mencapai

keberhasilan.

2) Fungsi Motivasi

Self efficacy memegang peranan penting dalam

motivasi.Motivasi pada umumnya terbentuk melalui pola

pikir.Individu mengarahkan perilakunya pada tujuan tertentu

karena telah memikirkan hal tersebut.Individu dengan self

efficacy tinggi cenderung mengartikan kegagalan sebagai

akibat dari kurangnya usaha.Sedangkan individu dengan self

efficacy rendah cenderung menganggap kegagalan sebagai

akibat kurangnya kemampuan. Individu dengan self efficacy

yang tinggi akan senantiasa termotivasi untuk tetap berusaha

mengarahkan dan mempertahankan perilakunya dalam

mencapai tujuan meskipun harus menghadapi rintangan dan

hambatan dalam meraih keberhasilan mencapai tujuan.

3) Fungsi Afeksi

Keyakinan seseorang terhadap kemampuanya akan

berpengaruh terhadap tingkat stress atau depresi yang akan

dialami. Self efficacy individu berpengaruh dengan

pengendalian pemicu stress yang berat, individu dengan self

efficacy yang tinggi berarti mampu mengendalikan pemicu

stress sehingga dirinya tidak perlu mengalami tekanan


emosional yang terlalu berat.Sedangkan orang dengan self

efficacy rendah cenderung sulit mengendalikan pemicu stress

sehingga dapat mengalami tekanan emosional dengan

frekuensi yang tinggi.

4) Fungsi Selektif

Self efficacy dalam diri individu akan berpengaruh terhadap

jenis aktivitas dan lingkungan yang akan dipilih individu

setelah melalui proses pertimbangan dan seleksi. Individu

cenderung memilih aktivitas dan situasi sesuai dengan

persepsi kemampuan yang dimilikinya sehingga peluang

keberhasilan pada aktivitas dan situasi tersebut akan lebih

tinggi. Individu dengan self efficacy tinggi memiliki rentang

dan cakupan yang lebih luas pada serangkaian aktivitas atau

ragam situasi daripada individu dengan self efficacy rendah

yang hanya terbatas pada aktivitas dan situasi tertentu

sehingga individu dengan self efficacy tinggi memiliki

peluang lebih besar dalam mencapai keberhasilan.

2. Empowerment (Pemberdayaan)

a. Pengertian Empowerment

Suwatno dan Priansa (2011) mengemukakan bahwa

Empowerment atau pemberdayaan secara etimologis berasal dari

kata daya yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau

kemampuan bertindak. Mendapat awalan ber - menjadi ‘berdaya’


artinya berkekuatan, berkemampuan, bertenaga, mempunyai akal

(cara dan sebagainya) untuk mengatasi sesuatu. Secara umum

empowerment atau pemberdayaan adalah pendelegasian wewenang

secara lebih luas kepada pegawai. Empowerment juga dapat

diartikan sebagai pemberian wewenang dan kepercayaan kepada

pegawai untuk menentukan cara dan keputusan terbaik dalam

melaksanakan suatu tugas serta penentuan tanggung jawab

terhadap keputusan tersebut. Straub (1989) mendefinisikan

pemberdayaan sebagai pemberian otonomi, wewenang,

kepercayaan, dan mendorong individu dalam suatu organisasi

untuk mengembangkan peraturan dalam rangka menyelesaikan

pekerjaan. Adanya empowerment tidak hanya mendorong pegawai

untuk lebih aktif menggunakan inisiatif mereka, namun juga

pelimpahan wewenang yang disertai dengan kelengkapan

sumberdaya yang medukung kreatifitas dan inovasi pegawai dalam

mengambil keputusan terkait pekerjaan.

Empowerment membuat pegawai lebih leluasa dalam

pekerjaannya sehingga mampu mempertinggi motivasi mereka

dalam mencapai tujuan. Hal ini karena para pegawai dapat

memperbaiki dan memperoleh cara-cara efektif dalam

mengerjakan suatu tugas serta mampu mengembangkan kreatifitas

mereka dengan lebih jauh. Pemberdayaan setiap pegawai perlu

dilakukan secara maksimal agar mereka mampu mengembangkan


diri dalam menyelesaikan berbagi tugas dan tanggap terhadap

perubahan dan perkembangan lingkungan. Pemberdayaan pegawai

dilakukan dengan menggali potensi yang ada dalam diri setiap

pegawai sehingga pemberdayaan pegawai tidak hanya berupa

pendistribusian kekuasaan yang telah ada dan telah dimiliki oleh

organisasi saja akan tetapi juga merupakan pengembangan

kekuasaan.

b. Dimensi Empowerment

Matthews, et al. (2002) mengemukakan tiga dimensi yang terkait

dengan empowerment di tempat kerja sebagai berikut :

1) Control of workplace decisions (CWD)

Tercipta ketika karyawan mendapatkan kesempatan untuk

memberikan masukan di dalam seluruh aspek karir

professional karyawan. Menurut Wilkinson (1998) agar

tercipta persepsi empowerment yang sama, individual dan

tim harus mempunyai kontrol terhadap bermacam-macam

tanggung jawab yang dimiliki, misalnya: penjadwalan kerja

(scheduling), perekrutan pegawai baru, pengembangan

karyawan, dan sebagainya.

2) Dynamic structural framework (DSF)

Tercipta ketika sebuah organisasi menyediakan sebuah

pedoman (guidelines) yang jelas serta dapat dimodifikasi

untuk membantu pengambilan keputusan pegawai terkait


prosedural maupun perilaku dalam lingkungan kerja yang

sedang berkembang. Quinn dan Spreitzer (1997)

menambahkan bahwa di dalam DSF penting bagi karyawan

untuk mengerti visi dan goal dari sebuah perusahaan agar

program empowerment dapat berjalan secara efektif. Pegawai

juga harus merasa memiliki pengaruh dan terlibat di dalam

pembentukan visi dan misi perusahaan serta memodifikasi

pedoman dalam pembuatan keputusan (decision making

guidelines). DSF ini memberikan kesempatan kepada sebuah

perusahaan untuk mendapatkan input dari karyawan agar

perusahaan menjadi lebih fleksibel terhadap perkembangan

lingkungan bisnis.

3) Fluidity in Information Sharing

Tercipta ketika informasi yang menyangkut perusahaan dapat

diakses oleh semua individu didalam perusahaan. Dalam

konteks ini informasi yang dapat diakses adalah informasi

yang berkaitan dengan functioning perusahaan. Wilkinson

(1998) menyatakan bahwa karyawan tidak hanya dibatasi

dengan kemampuan untuk saling berbagi informasi yang

berkaitan dengan pekerjaan, tetapi juga harus mampu untuk

mengekspresikan ide-ide dan keluhan-keluhan para

karyawan.
c. Karakteristik Empowered People

Dari penelitian Spreitzer (1995) ditemukan empat

karakteristik umum yang dimiliki empowered people yang juga

sama dengan konsep Thomas dan Velthouse (1990), yaitu :

1) Sense of meaning

Meaning merupakan makna tujuan pekerjaan yang dilihat

dari hubungannya dengan idealisme atau standar individu.

2) Sense of competence

Kompetensi lebih dapat diartikan sebagai tingkat self efficacy

atau kepercayaan individu akan kemampuan mereka dalam

melakukan aktivitas sesuai dengan keahlian yang mereka

miliki. Dimensi ini menggunakan istilah kompetensi daripada

self esteem karena difokuskan pada efficacy secara spesifik

pada peran pekerjaan.

3) Sense of self-determination

Self-determination merupakan suatu perasaan memiliki

pilihan dalam memutuskan suatu pilihan dan melakukan

suatu pekerjaan.

4) Sense of impact

Impact atau dampak merupakan tingkatan dimana individu

dapat mempengaruhi hasil pekerjaan baik strategik,

administratif, maupun operasional.

d. Aspek-aspek empowerment
Menurut Sedarmayanti (2014) aspek atau komponen yang

perlu mendapat perhatian dalam rangka pemberdayaan pegawai

adalah:

1) Kemampuan pegawai meliputi pengetahuan, keterampilan

dan sikap atau perilaku.

2) Penempatan pegawai yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan

jabatan dalam suatu organisasi, artinya pegawai yang di

tempatkan dalam suatu jabatan senantiasa dikaitkan dengan

kemampuan yang dimiliki pegawai yang bersangkutan.

3) Kewenangan yang jelas.

4) Tanggung jawab pegawai yang jelas.

5) Kepercayaan terhadap pegawai.

6) Dukungan terhadap pegawai.

7) Kepemimpinan.

8) Motivasi.

e. Model empowerment

Model pemberdayaan merupakan hal yang perlu diperhatikan

ketika sebuah organisasi hendak melakukan pemberdayaan

pegawai. Khan (1997) menawarakan sebuah model pemberdayaan

yang dapat dikembangkan dalam sebuah organisasi untuk

menjamin keberhasilan proses pemberdayaan dalam suatu

organisasi. Model pemberdayaan tersebut yaitu:

1) Desire
Tahap pertama dalam model empowerment adalah adanya

keinginan dari manajemen untuk mendelegasikan wewenang

dan melibatkan pekerja. Yang termasuk hal ini antara lain:

a. Pekerja memperoleh kesempatan guna

mengidentifikasikan permasalahan yang sedang

berkembang.

b. Memperkecil directive personality atau pemusatan

instruksi dari atasan dan memperluas keterlibatan kerja.

c. Mendorong terciptanya perspektif-perspektif baru dari

pekerja dan evaluasi strategi kerja.

d. Mengembangkan kompetensi team dan melatih pegawai

mandiri dalam mengawasi kerja sendiri (self control).

2) Trust

Tahap dua adalah membangun kepercayaan antara

manajemen dan pegawai. Terciptanya rasa saling percaya di

antara anggota organisasi akan melancarkan aktivitas

pertukaran informasi dan saran tanpa adanya rasa khawatir.

Hal-hal yang termasuk dalam trust antara lain:

a. Memberi kesempatan kepada para pegawai untuk

berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan.

b. Menyediakan waktu dan sumber daya yang mencukupi

bagi pegawai dalam menyelesaikan kerja.


c. Menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi pegawai

bagi kebutuhan kerja.

d. Menghargai perbedaan persepsi dan menghargai

kesuksesan yang diraih oleh pegawai.

e. Menyediakan akses informasi yang cukup.

3) Confident

Tahap ke tiga dalam proses pemberdayaan adalah

menumbuhkan rasa percaya diri pegawai dengan menghargai

kemampuan yang pegawai miliki. Hal yang termasuk

tindakan yang menimbulkan confident antara lain:

a. Mendelegasikan tugas yang penting kepada pegawai

b. Menggali ide dan saran dari pegawai.

c. Memperluas tugas dan membangun jarungan antar

departemen.

d. Menyediakan jadwal job instruction dan mendorong

penyelesaian yang baik.

4) Credibility

Tahap ke empat berupa menjaga kredibilitas dengan

penghargaan dan mengembangkan lingkungan kerja yang

sehat sehingga tercipta organisasi yang memiliki

performance yang tinggi. Hal yang termasuk credibility

adalah:

a. Memandang pegawai sebagai partner strategis.


b. Peningkatan target di semua pekerjaan.

c. Memperkenalkan inisiatif individu untuk melakukan

perubahan melalui partisipasi.

d. Membantu menyelesaikan perbedaan dalam penentuan

tujuan dan prioritas.

5) Accountability

Tahap dalam proses pemberdayaan berikutnya adalah

pertanggungjawaban pegawai pada wewenang yang

diberikan. Dengan menetapkan secara konsisten dan jelas

tentang peran, standar dan tujuan penilaian terhadap kinerja

pegawai, tahap ini merupakan sarana evaluasi terhadap

kinerja dalam penyelesaian dan tanggung jawab terhadap

wewenang yang diberikan. Hal yang termasuk dalam

accountability antara lain:

a. Menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja

pegawai.

b. Memberikan tugas dan ukuran yang jelas.

c. Melibatkan pegawai dalam penentuan standar dan ukuran.

d. Memberikan saran dan bantuan kepada pegawai dalam

menyelesaikan beban kerjanya.

e. Menyediakan periode dan waktu pemberian feedback.

6) Communication
Tahap ini merupakan tahap terakhir, diharapkan adanya

komunikasi yang terbuka untuk menciptakan saling

memahami antara pegawai dengan manajemen. Keterbukaan

ini dapat diwujudkan dengan adanya kritik dan saran

terhadap hasil dan prestasi yang dilakukan pekerja. Hal yang

termasuk dalam communication antara lain:

a. Menetapkan kebijakan open door communication.

b. Menyediakan waktu untuk mendapatkan informasi dan

mendiskusikan permasalahan secara terbuka.

c. Menyediakan kesempatan untuk cross training.

f. Tujuan dan manfaat empowerment

Tujuan utama pemberdayaan pegawai yaitu untuk

menciptakan produktifitas dan persaingan dalam organisasi yang

lebih ramping (Kreitner dan Kinicki, 2014). Tujuan empowerment

menurut Siagian (2014) adalah:

1) Untuk mempekerjakan pegawai secara keseluruhan baik

tenaga maupun kemampuan intelektual.

2) Untuk mengakui dan menghargai harkat dan martabat

manusia

3) Untuk menerapkan gaya manajerial yang demokratik.

Manfaat yang diperoleh perusahaan dari diberlakukannya

empowerment menurut Sedarmayanti (2014) adalah:


1) Sebagai alat manajemen dalam rangka memberdayakan

berbagai sumber untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2) Sebagai pembaharu manajemen dalam rangka meningkatkan

kinerja perusahaan.

3) Sebagai inisiator terhadap organisasi dalam rangka

memanfaatkan peluang guna meningkatkan dan

mengembangkan perusahaan.

4) Sebagai mediator terhadap pihak lain dalam rangka

meningkatkan kinerja organisasi.

5) Sebagai pemikir dalam rangka pengembangan organisasi.

3. Locus of Control

a. Pengertian Locus of Control

Menurut Gufron & Risnawati (2010) Pusat kendali dalam

bahasa inggris adalah locus of control. Menurut Purnomo (2010)

locus of control terkait dengan tingkat kepercayaan seseorang

tentang peristiwa, nasib, keberuntungan, dan takdir yang terjadi

pada dirinya, apakah karena faktor internal atau faktor eksternal.

Sedangkan menurut Sulistin (2012) locus of control adalah tingkat

sejauh mana keyakinan yang dimiliki oleh individu terhadap

sumber penyebab peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

kehidupannya, apakah keberhasilan, prestasi, dan kegagalan dalam

hidupnya dikendalkan oleh perilakunya sendiri (faktor internal)


ataukah semua peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya

berupa prestasi, kegagalan dan keberhasilan dikendalikan oleh

kekuatan lain, seperti pengaruh orang lain yang berkuasa,

kesempatan, keberuntungan dan nasib (faktor eksternal).

Reiss dan Mitra (1998) membagi locus of control menjadi 2

yaitu internal locus of control adalah cara pandang bahwa segala

hasil yang didapat baik atau buruk adalah karena tindakan,

kapasitas dan faktor - faktor dalam diri mereka sendiri. External

locus of control adalah cara pandang dimana segala hasil yang

didapat baik atau buruk berada diluar kontrol diri mereka tetapi

karena faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir

individu yang termasuk dalam kategori ini meletakkan tanggung

jawab diluar kendalinya. Individu yang percaya bahwa mereka

dapat mengendalikan kehidupannya seperti keyakinan bahwa

kegagalan merupakan akibat kurangnya motivasi dan kemampuan

dikatakan mempunyai locus of control internal. Sedangkan individu

lain yang percaya bahwa kekuatan diluar kendali mereka seperti

takdir, kesempatan, keberuntungan, perilaku orang lain

menentukan apa yang terjadi pada mereka dikatakan mempunyai

locus of control eksternal.


b. Dimensi Locus of Control

Dimensi atau jenis locus of control menurut Rotter dalam

Pinasti (2011) menjelaskan bahwa locus of control sebagai variabel

stabil yang memiliki dua dimensi, yaitu :

1) Locus of control internal

Keyakinan bahwa keberhasilan atau kegagalan yang diraih

sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sebagian besar

dapat dikendalikan. Individu dengan kecenderungan locus of

control internal memiliki keyakinan bahwa kejadian yang

dialami merupakan akibat dari perilaku dan tindakan sendiri

serta memiliki kendali yang baik terhadap perilakunya

sendiri.

2) Locus of control eksternal

Individu dengan locus of control eksternal memiliki

keyakinan bahwa tindakan mereka memiliki sedikit dampak

bagi keberhasilan / kegagalan mereka, dan sedikit yang dapat

mereka lakukan untuk merubahnya. Individu dengan locus

of control eksternal menyakini bahwa kekuasaan orang lain,

takdir, dan kesempatan merupakan faktor utama yang

memengaruhi apa yang dialami, memiliki kendali yang

kurang baik terhadap perilakunya sendiri.


c. Karakteristik Locus of Control

Menurut Crider (1983) perbedaan karakteristik antara locus

of control internal dan eksternal adalah sebagai berikut:

1) Locus of control internal

a. suka bekerja keras.

b. memiliki insiatif yang tinggi.

c. selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.

d. selalu mencoba untuk berfikir seefektif mungkin.

e. selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan

jika ingin berhasil.

2) Locus of control eksternal

a. kurang memiliki inisiatif.

b. mudah menyerah, kurang suka berusaha karena mereka

percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol.

c. kurang mencari informasi.

d. mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara

usaha dan kesuksesan.

e. lebih mudah dipengaruhi dan tergantung pada petunjuk

orang lain.

Pada individu yang memiliki locus of control internal faktor

kemampuan dan usaha akan lebih dominan. Oleh karena itu,

apabila individu dengan locus of control internal mengalami

kegagalan mereka cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri


karena kurangnya usaha atau kemampuan yang dimiliki. Begitu

pula dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga atas hasil

usahanya. Hal ini akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya di

masa mendatang. Mereka menganggap usaha keras dengan segala

kemampuan yang mereka miliki sebagai faktor pendorong

keberhasilan. Sebaliknya, individu yang memiliki locus of control

eksternal melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran

dan nasib. Oleh karena itu, apabila mengalami kegagalan mereka

cenderung menyalahkan lingkungan sekitar sebagai penyebabnya.

Hal itu tentunya berpengaruh terhadap tindakan di masa

mendatang. Karena mereka merasa tidak mampu dan kurang dalam

berusaha, maka mereka tidak mempunyai harapan untuk

memperbaiki kegagalan tersebut. Menurut Chasanah (2018) locus

of control atau pusat kendali bukan merupakan suatu konsep yang

tipologik, melainkan berupa konsep kontium, yaitu pusat kendali

internal pada suatu sisi dan eksternal pada sisi yang lain. Oleh

karenanya tidak satupun individu yang benar-benar internal atau

benar-benar eksternal. Kedua tipe pusat kendali terdapat pada

setiap individu hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki

salah satu tipe pusat kendali tertentu. Disamping itu, pusat kendali

tidak bersifat statis, tetapi dapat berubah. Individu yang

berorientasi pusat kendali internal dapat berubah menjadi individu

yang berorientasi pusat kendali eksternal. Begitu pula sebaliknya,


hal tersebut disebabkan situasi dan kondisi yang menyertainya,

yaitu tempat dimana ia tinggal dan sering melakukan aktivitasnya.

d. Skala Pengukuran Locus of Control

Spector (1988) mengemukakan cara pengukuran Locus of Control

melaui 16 items skala sebagai berikut :

1) Pekerjaan anda sekarang adalah apa yang Anda usahakan.

2) Pada sebagian besar pekerjaan, orang dengan mudah

mencapai apa yang telah mereka rencanakan untuk dicapai.

3) Jika Anda membuat rencana tentang apa yang Anda inginkan

dari suatu pekerjaan, Anda dapat menemukan pekerjaan yang

Anda inginkan tersebut.

4) Jika karyawan tidak senang dengan keputusan yang dibuat

oleh atasan mereka, mereka harus melakukan sesuatu.

5) Mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan sebagian besar

adalah masalah keberuntungan.

6) Menghasilkan uang pada dasarnya adalah masalah

keberuntungan.

7) Kebanyakan orang mampu melakukan pekerjaan mereka

dengan baik jika mereka berusaha.

8) Untuk mendapatkan pekerjaan yang benar-benar bagus, Anda

perlu memiliki anggota keluarga atau teman yang memiliki

kedudukan tinggi.

9) Promosi biasanya adalah soal keberuntungan.


10) Untuk memperoleh pekerjaan yang bagus, siapa yang anda

kenal dan dekat lebih penting daripada keahlian dan

kemampuan yang anda miliki.

11) Promosi diberikan kepada karyawan yang bekerja dengan

baik.

12) Untuk menghasilkan banyak uang, Anda harus mengenal

orang yang tepat.

13) Dibutuhkan banyak keberuntungan untuk menjadi karyawan

yang luar biasa di sebagian besar pekerjaan.

14) Orang-orang yang melakukan pekerjaannya dengan baik

umumnya akan mendapatkan imbalan.

15) Sebagian besar karyawan memiliki pengaruh yang lebih besar

terhadap supervisor mereka daripada yang mereka kira.

16) Perbedaan utama antara orang yang menghasilkan banyak

uang dan orang yang menghasilkan sedikit uang adalah

keberuntungan.

4. Kepuasan Kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Luthans dalam Chasanah (2008) merumuskan kepuasan kerja

adalah suatu keadaan emosi seseorang yang positif maupun

menyenangkan yang dihasilkan dan penilaian suatu pekerjaan atau

pengalaman kerja. Sedangkan menurut Handoko (2014) kepuasan

kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak


menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan

mereka. Pendapat lain menurut Anoraga (1992) mendefinisikan

bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif yang

menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan

terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya masalah

upah, kondisi sosial, kondisi fisik, dan kondisi psikologis.

Kepuasan kerja mencerminkan perasaan positif atau negatif

pegawai terhadap pekerjaannya yang timbul melalui ada atau

tidaknya keseimbangan antara harapan pegawai dan kenyataan

yang diterima pegawai meliputi aspek pekerjaan dan aspek pribadi

pegawai. Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa pegawai akan

merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan

aspek-aspek dirinya menyokong dan sebaliknya jika aspek-aspek

tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa tidak puas.

Kepuasan kerja tergantung pada karakteristik individu dan situasi

pekerjaan. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda sesuai dengan kebutuhan, nilai dan sifat kepribadiannya.

Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan

harapan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan

kerja yang dirasakan dan sebaliknya.


b. Teori-teori Kepuasan Kerja

Terdapat berbagai macam teori tentang kepuasan kerja yang

dikemukakan oleh para ahli, berikut beberapa teori kepuasan kerja

yang dikutip Mangkunegara dalam Heriyanto (2016) :

1) Teori keseimbangan (equity theory)

Menurut teori ini, puas atau tidaknya pegawai merupakan

hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya

dengan input-outcome pegawai lain. Jadi jika perbandingan

tersebut dirasakan seimbang maka pegawai tersebut akan

merasa puas. Tetapi, apabila tidak seimbang dapat

menimbulkan dua kemungkinan, yakni over compensation

inequity (ketidak seimbangan yang menguntungkan dirinya)

dan under compensation inequity (ketidakseimbangan yang

menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding).

2) Teori perbedaan (Discrepancy theory)

Locke (1986) mengemukakan bahwa kepuasan kerja pegawai

bergantung kepada perbedaan antara apa yang didapat dan

apa yang diharapkan oleh pegawai. Apabila pegawai

mendapatkan lebih banyak dari apa yang diharapkan maka

pegawai tersebut akan puas. Sebaliknya apabila pegawai

mendapatkan lebih sedikit dari apa yang diharapkan maka

pegawai tidak puas.

3) Teori pemenuhan kebutuhan (need fulfillment theory)


Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada

terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan

merasa puas apabila mendapatkan apa yang dibutuhkannya.

Sebaliknya, pegawai tidak akan merasa puas apabila

kebutuhannya tidak terpenuhi.

4) Teori pandangan kelompok (social reference group theory)

Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja pegawai sangat

bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang

dianggap sebagai kelompok acuan oleh pegawai. Kelompok

acuan tersebut dijadikan tolak ukur oleh pegawai untuk

menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan

merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan

kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

5) Teori dua faktor (two factor theory)

Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Dalam

teori in terdapat dua faktor yang menyebabkan kepuasan

kerja karyawan, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance

factors) dan faktor pemotivasian (motivational factors).

Faktor pemeliharaan disebut pula dissatisfiers, hygiene

factors, job context atau extrinsic factors yang meliputi

administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan,

hubungan dengan pengawas, upah, keamanan kerja, kondisi

kerja dan status. Sedangkan faktor pemotivasi disebut pula


satisfier, motivators, job content atau intrinsic factors yang

meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan, work it

self, kesempatan berkembang dan tanggung jawab.

6) Teori pengharapan (expectancy theory)

Teori yang dikembangkan oleh Victor H. Vrom ini

menyatakan bahwa pengharapan merupakan kekuatan

keyakinan pada suatu perlakuan yang diikuti dengan hasil

khusus. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan pegawai

yang memungkinkan mencapai suatu hasil dapat menuntun

hasil lainnya. Jika karyawan merasa tidak mungkin

mendapatkan hasil maka harapannya 0. Jika karyawan

merasa memungkinkan untuk mendapatkan hasil maka

harapannya bernilai 1. Harapan karyawan secara normal

adalah diantara 0-1.

Sedangkan teori kepuasan kerja menurut Munandar (2006)

adalah:

1) Teori Pertentangan (Discrepancy Teory)

Menurut Locke dalam Munandar, menyebutkan bahwa

kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari

pekerjaan mempertimbangkan dua nilai, yaitu pertentangan

yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang

individu dengan apa yang diterima; dan pentingnya apa yang

diinginkan individu. Menurut Locke seseorang individu akan


merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu yang bersifat

pribadi, tergantung bagaimana ia mempersepsikan adanya

kesesuaian atau pertentangan antara keinginankeinginannya

dan apa yang ia dapatkan.

2) Model dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfaction)

Menurut Lawler orang akan puas dengan bidang tertentu dari

pekerjaan mereka (rekan kerja, atasan, dan gaji), jika jumlah

dari bidang yang mereka persepsikan harus mereka terima

untuk bekerja sama dengan jumlah yang mereka terima

secara aktual. Lawler juga menjelaskan bahwa, jumlah dari

bidang yang dipersepsikan orang dapat dikatakan sesuai

tergantung dari bagaimana orang tersebut mempersepsikan

masukan pekerjaaan, ciri-ciri pekerjaan, dan bagaimana

mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang

lain yang dijadikan sebagai pembanding. Untuk menentukan

tingkat kepuasan kerja karyawan, Lawler memberikan nilai

bobot kepada setiap bidang sesuai dengan nilai pentingnya

bagi individu, kemudian Lawler mengkombinasikan semua

skor kepuasan bidang yang dibobot ke dalam satu skor total.

3) Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Process Theory)

Landy dalam Munandar memandang kepuasan kerja dari

perspektif yang berbeda secara mendasar daripada

pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa orang


ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional

(emotional equilibrium). Teori proses-bertentangan

mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak

memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan

kerja (dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme

fisiologikal dalam sistem pusat saraf yang membuat aktif

emosi yang bertentangan atau berlawanan. Teori ini

menyatakan bahwa jika seseorang memperoleh ganjaran pada

pekerjaan mereka merasa senang, sekaligus ada rasa tidak

senang (yang lebih lemah). Setelah beberapa saat rasa senang

menurun dan dapat menurun sedemikian rupa sehingga

seseorang merasa agak sedih sebelum kembali ke normal. Ini

disebabkan karena emosi tidak senang (emosi yang

berlawanan) berlangsung lebih lama.

c. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Luthans (2006) lima indikator yang mempengaruhi

kepuasan kerja yaitu :

1) Pembayaran

Keryawan menginginkan sistem gaji dan upah yang

dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan segaris

dengan pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang

didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan


individu, dan standar pengupahan komunitas kemungkinan

besar akan dihasilkan kepuasan.

2) Pekerjaan itu sendiri.

Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi kesempatan untuk mengunakan kemampuan dan

keterampilannya, kebebasan, dan umpan balik mengenai

betapa baik mereka beekrja.

3) Rekan kerja.

Bagi kebanyakan pegawai, kerja juga mengisi kebutuhan

akan interaksi sosial. Pada umumnya, rekan kerja atau

anggota tim yang kooperatif merupakan sumber kepuasan

kerja yang paling sederhana pada pegawai.

4) Promosi pekerjaan.

Terjadi pada saat seorang karyawan berpindah dari suatu

pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi, dengan

tanggung jawab dan jenjang organisasionalnnya.

5) Kepenyeliaan (supervisi).

Supervisi mempunyai peran yang penting dalam manajemen.

Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung

dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan

pekerjaannya. Umunya karyawan lebih suka mempunyai

supervisi yang adil, terbuka dan mau bekerjasama dengan

bawahan.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Terdapat 5 faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja

menurut Kreitner dan Kinicki (2001) yaitu sebagai berikut :

1) Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment)

Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan

memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi

kebutuhannya.

2) Perbedaan (Discrepancies)

Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.

Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa

yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari

pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang

diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan

puas bila menerima manfaat diatas harapan.

3) Pencapaian nilai (Value attainment)

Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan

memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.

4) Keadilan (Equity)

Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu

diperlakukan di tempat kerja.

5) Komponen genetik (Genetic components)

Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor

genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu


mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja

disampng karakteristik lingkungan pekerjaan.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) ada dua faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri

pegawai dan faktor pekerjaannya.

1) Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus,

umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman

kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, presepsi,

sikap kerja.

2) Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi,

pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan

finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan

hubungan kerja.

e. Manfaat Kepuasan Kerja

Adanya peningkatan kepuasan kerja akan memberikan

manfaat bagi perusahaan. Manfaat kepuasan kerja menurut Robbins

dan Judge (2015) adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kinerja.

Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja.

Dengan meningkatkan kepuasan kerja pegawai maka kinerja

pegawai juga akan meningkat.

2) Mengurangi tingkat absensi


Kepuasan kerja memiliki pengaruh negatif dengan tingkat

absensi. Meningkatnya kepuasan kerja akan menekan tingkat

absensi pegawai.

3) Mengurangi tingkat perputaran pekerja

Pegawai yang telah terpuaskan akan memiliki keinginan

untuk pindah yang lebih kecil dari pada pegawai yang tidak

terpuaskan. Peningkatan kepuasan kerja pegawai memiliki

pengaruh negatif terhadap tingkat perputaran karyawan.

f. Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja

Robbins dan Judge (2007) menunjukkan 4 cara tenaga kerja

mengungkapkan ketidakpuasan :

1) Keluar (exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari

pekerjaan lain.

2) Menyuarakan (voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan

mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki

kondisi.

3) Mengabaikan (neglect) yaitu sikap dengan membiarkan

keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen atau

semakin sering membuat kesalahan.

4) Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu secara pasif samapi

kondisi menjadi lebih baik termasuk membela perusahaan

terhadap kritik dari luar.


g. Metode Pengukuran Kepuasan Kerja

Robbins 2003) mengemukakan ada 2 macam pendekatan

yang secara luas dipergunakan dalam melakukan pengukuran

kepuasan kerja, yaitu:

1) Single global rating, yaitu tidak lain dengan meminta

individu merespons atas satu pertanyaan.

2) Summation score, yaitu mengidentifikasi elemen kunci dalam

pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan tentang

masing-masing elemen.

Greenberg dan Baron (2003) dalam Wibowo (2007)

menunjukkan adanya tiga cara untuk melakukan pengukuran

kepuasan kerja, yaitu:

1) Rating Scales dan Kuesioner

Merupakan pendekatan pengukuran kepuasan kerja yang

paling umum dipakai dengan menggunakan kuesioner

dimana rating scales secara khusus disiapkan

2) Critical Incident

Individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan

pekerjaan yang mereka rasakan itu memuasakan atau tidak.

3) Interviews

Merupakan prosedur pengukuran kepuasan kerja dengan

melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja.


Brayfield dan Rothe (1951) dalam Panggabean (2004)

menyatakan bahawa alat ukur merupakan usaha yang sistematis

untuk mengembangkan indeks kepuasan kerja, terdiri atas empat

pertanyaan dimana masing-masing diminta untuk memilih tujuh

jawaban dengan menggunakan skala interval dari yang paling

setuju (7) sampai yang paling tidak setuju (1), alat ukur yang

dimaksud adalah:

1) Job Descriptive Index (JDI)

Merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kepuasan

kerja secara keseluruhan (overall job satisfaction) dengan

menggunakan kepuasan terhadap pengawasan, rekan kerja,

pekerjaan itu sendiri, pembayaran, dan promosi.

2) Minnessota Satisfaction Questionnaire (MSQ)

Merupakan skala rating untuk menilai kepuasan kerja dimana

orang-orang menunjukkan sejauh mana mereka puas terhadap

beberapa aspek pekerjaan mereka. Skor yang tinggi

mencerminkan skor kepuasan kerja yang tinggi juga.

3) Pay Satisfaction Questionnaire (PSQ)

Merupakan sebuah daftar pertanyaan yang ditujukan untuk

menilai kepuasan kerja terhadap beberapa aspek pembayaran.

4) Job Diagnostic Survey (JDS)

Alat ukur ini menunjukkan kaitan kepuasan kerja dengan

lima dimensi inti dari karakteristik pekerjaan, yaitu


keanekaragaman keterampilan, identitas tugas, keberartian

tugas, otonomi, dan umpan balik.

5. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005) kinerja adalah prestasi kerja

atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang

dicapai persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas

kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkan menurut Dessler (1997) kinerja merupakan prestasi

kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang

diharapkan.

Kinerja penting untuk diketahui dan diinformasikan kepada

pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil

suatu organisasi dihubungkan dengan visi yang diemban serta

mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional

yang diambil. Dengan adanya informasi mengenai kinerja, akan

dapat diambil tindakan yang diperlukan seperti koreksi atas

kebijakan, meluruskan kegiatan-kegiatan utama, tugas pokok

organisasi, bahan perencanaan, menentukan tingkat keberhasilan

organisasi untuk memutuskan suatu tindakan, dan lain-lain. Untuk

mengetahui kinerja organisasi, perlu diadakan pengukuran kinerja

dari tingkat individu. Menurut Stout dalam BPKP (2000),

pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur


pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi

(mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan

berupa produk, jasa ataupun suatu proses. Melalui pengukuran

kinerja diharapkan pola kerja dan pelaksanaan tugas akan

terlaksana secara efesien dan efektif dalam mewujudkan tujuan

organisasi.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mangkunegara (2016) dalam upaya meningkatkan kinerja

pegawai secara optimal dalam organisasi, terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi pencapaian kinerja. Faktor-faktor tersebut

antara lain :

1) Faktor kemampuan

Pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120)

dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia

akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

2) Faktor motivasi

Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri

karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi

terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi

situasi tertentu. Sikap merupakan kondisi mental yang akan

mendorong karyawan untuk mencapai hasil kerja secara

maksimal.
c. Indikator Kinerja Pegawai

Dessler (2009) mengatakan terdapat 6 kategori yang

digunakan untuk mengukur kinerja karyawan secara individual,

sebagai berikut :

1) Kualitas

Tingkat dimana hasil kegiatan yang dilakukan individu

mendekati sempurna yaitu dilakukan dengan akurat, teliti,

sesuai prosedur dan hasil pekerjaan dapat diterima.

2) Produktivitas

Tingkat dimana individu mampu memenuhi kuantitas kerja

yang dibebankan dalam periode waktu tertentu dengan

disertai efisiensi kerja.

3) Pengetahuan Pekerjaan

Tingkat ketrampilan dan sejauh mana pegawai mengetahui

informasi praktis maupun teknis yang diperlukan pada

pekerjaan.

4) Bisa Diandalkan

Tingkat sejauh mana pegawai dapat diandalkan dalam

penyelesaian dan tindak lanjut tugas.

5) Kehadiran

Tingkat sejauh mana pegawai dapat tepat waktu mengamati

periode istirahat/ makan yang ditentukan dan catatan

kehadiran secara keseluruhan.


6) Kemandirian

Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi

kerjanya tanpa bantuan, bimbingan dari pengawas atau

meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil

yang merugikan.

Indikator-indikator kinerja karyawan sebagaimana disebutkan

di atas memberikan pengertian bahwa pekerjaan yang dilakukan

karyawan didasarkan oleh ketentuan-ketentuan dalam organisasi.

Disamping itu, karyawan juga harus mampu melaksanakan

pekerjaannya dengan cara dan hasil yang benar serta tepat waktu.

d. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Cascio (1989) dalam Munandar (2001) tujuan

penimbang karya (penilaian kinerja) dibedakan menjadi tujuan

untuk kepentingan tenaga kerja dan tujuan untuk organisasi kerja

sebagai berikut :

1) Tujuan untuk kepentingan tenaga kerja

a. Tujuan yang berorientasi masa lalu meliputi diperolehnya

data tentang kekuatan dan kelemahan dari tenaga kerja

dalam melaksanakan pekerjaannya selama jangka waktu

tertentu, sehingga dapat diambil keputusan

ketenagakerjaan tentang besarnya imbalan yang perlu

diberikan kepada tenaga kerja atas unjuk kerjanya dalam

jangka waktu yang lalu seperti diberi-tidaknya kenaikan


gaji, promosi, kenaikan pangkat atau justru penurunan

jabatan atau diberikannya tugas lain.

b. Tujuan yang berorientasi masa depan mencakup

diperolehnya data dari penimbangan karya sehingga dapat

di ambil keputusan ketenaga kerjaan yang menyangkut

pengembangan tenaga kerja dimasa depan.

2) Tujuan untuk kepentingan organisasi kerja

a. Membantu mendiagnosis masalah-masalah organisasi,

seperti rendahnya produktifitas di satuan kerja tertentu,

dikenalinya perbedaan antara tenaga kerja yang efektif

dengan yang kurang efektif, sehingga dapat ditemukan

kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan pengetahuan,

kecakapan, keterampilan dan ciri-ciri kepribadian lain

yang perlu diperhatikan dalam seleksi penerimaan tenaga

kerja.

b. Hasil penimbangan karya dapat digunakan untuk

mengabsahkan test yang digunakan dalam seleksi. Hasil

test seleksi dikorelasikan dengan hasil penimbangan karya

untuk menentukan keabsahan ramalan.

e. Manfaat Penilaian Kinerja

Manfaat penilaian kinerja menurut Handoko (2014) adalah

sebagai berikut:

1) Perbaikan kinerja
manajer dan departemen personalia dapat memperbaiki

kinerja mereka dengan adanya umpan balik dalam

pelaksanaan pekerjaan.

2) Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

Evaluasi kinerja membantu pengambil keputusan dalam

menentukan tingkat kenaikan upah, pemberian bonus dan

bentuk kompensasi lainnya.

3) Keputusan-keputusan penempatan

Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada

kinerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering dianggap

sebagai bentuk penghargaan dari kinerja masa lalu.

4) Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan

Kinerja yang kurang baik mengindikasikan kebutuhan

pelatihan. Demikan pula, kinerja yang baik dapat

mencerminkan potensi yang harus di kembangkan.

5) Perencanaan dan pengembangan karir Umpan balik kinerja

mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur

karier tertentu yang harus diteliti.

6) Penyimpangan-penyimpangan proses staffing

Kinerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau

kelemahan prosedur staffing departemen personalia.

7) Ketidakakuratan informasional
Kinerja yang kurang bagus merupakan indikasi kesalahan-

kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana-rencana

sumber daya manusia, atau komponen lain sistem informasi

manajemen personalia. Menggantungkan diri terhadap

informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan pengambilan

keputusan tidak tepat.

8) Kesalahan desain pekerjaan

Kinerja yang buruk dapat mencerminkan kesalahan dalam

desain pekerjaan. Penilaian prestasi kerja membantu

mendiagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.

9) Kesempatan kerja yang adil

Kinerja yang akurat akan menjamin keputusan penempatan

internal diambil tanpa diskriminasi.

10) Tantangan-tantangan eksternal

Terkadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar

lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, finansial atau

masalah-masalah pribadi lainnya.

f. Metode Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan berbagai metode,

tergantung pada kegunaannya. Menurut Mondy dan Noe (1990),

metode-metode penilaian kinerja yang dapat digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Rating Scales (Skala Rating)


Dalam penggunaan metode ini hasil penilaian kinerja dicatat

dalam suatu skala. Skala tersebut dibagi dalam tujuh atau

lima kategori yang bersifat kualitatif, yaitu dari sangat

memuaskan sampai dengan tidak memuaskan. Cara ini

banyak digunakan karena sangat sederhana dan dapat

digunakan untuk menilai lebih banyak orang dalam waktu

yang relatif singkat.

2) Critical Incidents (Insiden-insiden Kritis)

Byars dan Rue (2008) mengungkapkan bahwa metode ini

merupakan penilaian kinerja dimana penilai berusaha

mencatat peristiwa yang menggambarkan perilaku positif

maupun negatif karyawan. Penilaian dilakukan pada saat-saat

kritis saja, yaitu waktu dimana perilaku karyawan dapat

membuat bagiannya sangat berhasil atau bahkan sebaliknya.

Metode penilaian ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan

harus digabung dengan metode lain.

3) Essay

Menurut Byars and Rue (2008) dalam metode ini penilai

menyiapkan pernyataan tertulis yang menggambarkan

kekuatan individu, kelemahan, dan kinerja masa lalu. Metode

ini cenderung menggambarkan kinerja karyawan yang luar

biasa daripada kinerjanya sehari-hari. Setelah kinerja ditinjau


ulang, evaluasi yang positif bisa menjadi negatif apabila

penilai tidak dapat menuliskannya dengan baik.

4) Work Standards (Standar Kerja)

Metode ini membandingkan kinerja pegawainya dengan

standar yang ditetapkan terlebih dahulu. Keuntungan dari

metode ini adalah penilaian kinerja berdasarkan faktor yang

sangat objektif.

5) Ranking

Metode ini menempatkan semua pegawai yang dinilai dalam

suatu urutan-urutan ranking, dengan membandingkan

karyawan yang satu dengan karyawan lainnya untuk

menentukan siapa yang lebih baik, kemudian penempatan

karyawan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk.

6) Forced Distribution (Distribusi yang Dipaksakan)

Metode ini mengasumsikan karyawan dalam lima kategori

yaitu dari kategori yang paling baik (10%), yang baik (20%),

yang cukup (40%), yang buruk (20%), dan sisanya (10%).

7) Forced-choice and Weighted Checklist Performance Report

(Pemilihan yang Dipaksakan dan Laporan Pemeriksaan

Kinerja Tertimbang)

Laporan ini memerlukan penilai untuk memilih pegawai

mana yang dapat mewakili kelompoknya. Faktor yang dinilai

adalah perilaku pegawai, dan penilai memberikan nilai positif


atau negatif. Namun, penilai tidak peduli dengan bobot

penilaiannya.

8) Behaviorally Anchored Scales

Metode penilaian didasarkan catatan penilai yang

menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau

sangat jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja.

9) Management By Objective (MBO)

Dalam metode ini, pegawai dan penyelia secara bersama-

sama menentukan sasaran organisasi, tujuan individu dan

saran-saran untuk meningkatkan produktivitas organisasi.

Menurut Byars dan Rue (2008), proses MBO terdiri dari

langkah-langkah berikut ini:

Menetapkan secara jelas dalam menggambarkan pernyataan

tentang sasaran kerja oleh karyawan

a. Mengembangkan rencana tindakan yang menandakan

bagaimana sasaran tersebut dapat dicapai.

b. Membiarkan karyawan untuk menerapkan rencana

tindakan.

c. Mengukur prestasi secara objektif.

d. Mengambil tindakan korektif jika diperlukan.

e. Menetapkan sasaran baru untuk masa depan.


D. Kerangka Pemikiran Teoritis

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa

kerangaka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai

masalah yang penting. Sedangkan menurut Suriasumantri dalam Sugiyono

(2017) kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap

gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Dari penjelasan tersebut

dapat disimpulkan bahwa kerangka pemikiran merupakan penjelasan

sementara secara konseptual tentang keterkaitan hubungan antar objek atau

variabel pemasalahan berdasarkan teori.

Untuk meningkatkan kinerja karyawan perusahaan harus memahami

apa yang menjadi penyebab kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja

karyawannya, karena karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya

akan bekerja dengan lebih produktif dan setia dengan organisasinya, pekerja

yang tidak puas dengan pekerjaanya akan bekerja dengan kurang produktif

dan cenderung memiliki keinginan untuk berhenti dari pekerjaanya (Sarker

et al.2003).

Bandura (1991) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki self

efficacy tinggi akan mencapai suatu kinerja yang lebih baik karena individu

ini memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi yang stabil dan

kemampuannya untuk memberikan kinerja atas aktivitas atau perilaku

dengan sukses. Para peneliti menemukan bahwa orang dengan tingkat self

efficacy tinggi lebih mampu mengatasi situasi sulit daripada individu dengan
self efficacy rendah (Heuven et al.dalam Mustafa dan Oya, 2012). Self

eficacy merupakan salah satu bahasan dari teori pembelajaran sosial ( Social

Learning Theory) dari Albert Bandura yang menekankan pada komponen

kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi, self efficacy muncul dari

kemampuan diri seseorang yang mempengaruhi cara berpikir, bagaimana

memotivasi diri sendiri dan bagaimana harus bertindak, individu yang

memiliki self efficacy tinggi akan mampu menyelesaikan pekerjaan atau

mencapai (Ghufron & Rini, 2010). Self efficacy mengacu kepada

penghakiman orang atas kemampuan mereka untuk mengatur dan

mengeksekusi tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kinerja

(Niu, 2010).

Akbar et al. (2011) mengemukakan bahwa empowerment atau

pemberdayaan karyawan merupakan bentuk kebebasan di mana karyawan

mengambil keputusan untuk memastikan kepuasan maksimal kepada

pelanggan, pemberdayaan adalah awal fundamental dan aspek yang luar

biasa untuk pencapaian keberhasilan pertumbuhan bisnis dan meningkatkan

produktivitas. Secara konseptual pemberdayaan adalah upaya memberikan

otonomi, kepercayaan atasan kepada bawahan, serta mendorong mereka

untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin,

karyawan diberikan keleluasaan untuk mengambil tindakan-tindakan yang

dipandang tepat dalam rangka melayani pelanggan, termasuk menangani

masalah yang terjadi di dalam pekerjaannya, melalui pemberdayaan

karyawan diharapkan terjadi sharing of power yaitu bawahan dilibatkan


secara bersama-sama oleh pihak manajemen untuk melakukan perubahan-

perubahan (Kadarisma, 2012). Situasi kerja yang diberdayakan secara

struktural akan lebih besar kemungkinannya untuk memiliki praktek

manajemen yang bisa meningkatkan perasaan pekerja tentang kepercayaan

pada organisasi dan kepuasan kerja (Chasanah, 2008).

Menurut Rotter dalam Suwarsi & Budianti (2009) locus of control

adalah suatu hal yang dipastikan memberikan kontribusi terhadap kualitas

kinerja pada seseorang yaitu respon awal sebagai dasar dari respon yang

akan dilakukan selanjutnya. Mereka yang memiliki locus of control

eksternal membayangkan diri mereka memiliki kendali yang kecil terhadap

hasil organisasi yang penting bagi mereka, sedangkan mereka yang

memiliki locus of control internal dalam menghadapi situasi yang sama

menghubungkan hasil organisasi dengan tindakan yang mereka lakukan

sendiri (Wahyuningsih, 2002).

Berdasarkan uraian tersebut maka diduga terdapat pengaruh antara self

efficacy, pemberdayaan, dan locus of control terhadap kinerja melalui

kepuasan kerja. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :


Gambar 2.1.
Model Penelitian

Self Efficacy
(X1) H4
H1

Empowerment H2 Kepuasan Kerja (Z) Kinerja


(X2) H7 (Y)
H3
Locus of Control (X3)
H6

H5
E. Pengembangan Hipotesis

Sugiyono (2017) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Disebut sementara, karena

jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data atau kuesioner. Namun demikian diharapkan hipotesis yang disusun

mengandung jawaban yang benar.

Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis-hipotesis atau

dugaan sementara yang mungkin benar atau salah, namun hasil tersebut

diharapkan besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar

terjadi pada Pegawai BAPPEDA Kabupaten Pemalang sebagai berikut :

1. Pengaruh Self Efficacy terhadap Kepuasan Kerja.

Self efficacy merupakan keyakinan individu tentang kemampuan

dan kemungkinan dirinya untuk menyelesaikan tugas dan mencapai


hasil tertentu. Individu dengan self efficacy yang tinggi memiliki

keyakinan yang mantap terhadap kemampuanya, ia cenderung berpikir

dan bertindak tanpa ragu-ragu, mampu mengendalikan stress dan

berani menghadapi tantangan dengan mengerahkan segala potensi

yang dimiliki sehingga peluangnya untuk mencapai keberhasilan akan

lebih besar. Keberhasilan-keberhasilan yang diraih individu dengan

self efficacy tinggi akan mendorong individu tersebut untuk dapat

mencapai kepuasan kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Luluk Nur Chasanah (2018), Heriyanto (2017),

Sulaiman, Asnawi dan Faisal Matriadai (2014), Em Yusuf Iis dan

Mukhlis Yunus (2016) dan Widiayani Safitri Herlina (2019) yang

menyatakan bahwa variabel self efficacy memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Maka hipotesis yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara self efficacy


terhadap kepuasan kerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten
Pemalang.

2. Pengaruh Empowerment terhadap Kepuasan Kerja.

Pengimplementasian program-program pemberdayaan atau

empowerment dalam suatu organisasi akan mendorong individu

menjadi lebih percaya diri, termotivasi dalam bekerja, merasa

dipercaya dan diakui sebagai bagian dari organisasi serta lebih leluasa

dalam menggunakan kreativitas dan inovasi sehingga peluang mereka

untuk mencapai kepuasan kerja menjadi lebih besar. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyanto (2017), Sulaiman,

Asnawai dan Faisal Matriadi (2014), Aditya Hapsari Ayuningtyas dan

Indi Djastuti (2017), Em Yusuf Iis dan Mukhlis Yunus (2016), dan

Arif Hadi Prasetyo (2019) yang menyatakan bahwa variabel

empowerment memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah :

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara empowerment


terhadap kepuasan kerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten
Pemalang.

3. Pengaruh Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja.

Locus of control merupakan keyakinan indvidu tentang faktor

yang mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya,

apakah pengaruh dari dalam dirinya sendiri atau pengaruh dari luar.

Locus of control berkaitan dengan sikap kerja seseorang dan citra diri

yang dimilikinya. Menurut Widyaninggrat (2014) locus of control

menunjukan seberapa besar keyakinan seseorang mengenai hubungan

antara perbuatan yang dilakukan dengan hasil yang diterima. Reiss

dan Mitra (1998) membagi locus of control menjadi 2 yaitu internal

locus of control adalah cara pandang bahwa segala hasil yang didapat

baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan faktor - faktor

dalam diri mereka sendiri. External locus of control adalah cara

pandang dimana segala hasil yang didapat baik atau buruk berada

diluar kontrol diri mereka tetapi karena faktor luar seperti


keberuntungan, kesempatan, dan takdir individu yang termasuk dalam

kategori ini meletakkan tanggung jawab diluar kendalinya. Individu

yang yakin bahwa dirinya mampu mengendalikan peristiwa-peristiwa

yang akan terjadi dihidupnya atau memiliki kecenderungan locus of

control internal akan lebih mampu memotivasi dirinya sehingga

menjadi lebih mudah dalam menyelesaikan tugas dengan benar dan

tepat, keberhasilan yang diraihnya akan mendorongnya untuk

mencapai kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Nur

Chasanah (2018), Taufik Isnanto, Mei Indrawati, dan Muninghar

(2020) dan Endang Sri Wahyuni, Taufeni Taufik, dan Vince

Ratnawati (2016) menyatakan bahwa variabel locus of control

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.

Maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara locus of control


terhadap kepuasan kerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten
Pemalang.

4. Pengaruh Self Efficacy terhadap Kinerja.

Bandura (1991) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki

self efficay tinggi akan mencapai suatu kinerja yang lebih baik karena

individu ini memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi

yang stabil dan kemampuannya untuk memberikan kinerja atas

aktivitas atau perilaku dengan sukses. Semakin tinggi tingkat self

efficacy maka semakin baik pula kinerja yang dihasilkan karena

individu yakin dengan mantap terhadap kemampuannya. Hal ini


sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heriyanto (2017),

Sulaiman, Asnawi dan Faisal Matriadai (2014), Em Yusuf Iis dan

Mukhlis Yunus (2016) dan Widiayani Safitri Herlina (2019) yang

menyatakan bahwa variabel self efficacy memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja. Maka hipotesis yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara self efficacy


terhadap kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten
Pemalang.

5. Pengaruh Empowerment terhadap Kinerja.

Empowerment mendorong individu menjadi lebih percaya diri,

termotivasi dalam bekerja, merasa dipercaya dan diakui sebagai

bagian dari organisasi serta lebih leluasa dalam menggunakan

kreativitas dan inovasi mereka, dengan kepercayaan dan keleluasan

yang dihasilkan dari empowerment pegawai akan dapat bekerja

dengan nyaman sehingga kinerjanya dapat meningkat. Penelitian yang

dilakukan oleh Luluk Nur Chasanah (2018), Taufik Isnanto, Mei

Indrawati, dan Muninghar (2020) dan Endang Sri Wahyuni, Taufeni

Taufik, dan Vince Ratnawati (2016) dan Arif Hadi Prasetyo (2019)

menyatakan bahwa vaariabel empowerment memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja. Maka hipotesis yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara self efficacy


terhadap kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten
Pemalang.
6. Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja.

Locus of control merupakan keyakinan indvidu tentang faktor

yang mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya,

apakah pengaruh dari dalam dirinya (locus of control internal) atau

pengaruh dari luar dirinya (locus of control eksternal). Individu

dengan kecenderungan locus of control internal memiliki kendali yang

baik terhadap perilakunya sendiri, mereka akan lebih mampu

memotivasi dirinya sehingga menjadi lebih mudah dalam

menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat, Penelitian yang

dilakukan oleh Luluk Nur Chasanah (2018), Taufik Isnanto, Mei

Indrawati, dan Muninghar (2020) dan Endang Sri Wahyuni, Taufeni

Taufik, dan Vince Ratnawati (2016) menyatakan bahwa vaariabel

locus of control memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah :

H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara locus of control


terhadap kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten
Pemalang.

7. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja.

Kepuasan kerja merupakan suatu tingkatan karyawan sebuah

organisasi yang merasa bahwa organisasi secara berkelanjutan

memuaskan kebutuhan mereka (Anderson,1994). Peningkatan

kepuasan kerja pegawai akan bermanfaat bagi organisasi karena akan

mendorong peningkatan kinerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang


dilakukan oleh Luluk Nur Chasanah (2018), Heriyanto (2017),

Sulaiman, Asnawi dan Faisal Matriadai (2014), Taufik Isnanto, Mei

Indrawati, dan Muninghar (2020), Aditya Hapsari Ayuningtyas dan

Indi Djastuti (2017), Em Yusuf Iis dan Mukhlis Yunus (2016),

Widiayani Safitri Herlina (2019), Arif Hadi Prasetyo (2019) yang

menyatakan bahwa variabel kepuasan kerja memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja. Maka hipotesis yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja


terhadap kinerja pegawai di BAPPEDA Kabupaten
Pemalang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Menurut Arikunto (2002) data merupakan segala fakta dan angka

yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan

informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu

keperluan. Mc Leod (1995) mengemukakan bahwa data ditinjau dari sudut

sistem informasi merupakan suatu fakta dan angka yang secara relatif

belum dapat digunakan oleh pemakai. Data dalam penelitian merupakan

bahan baku mentah baik berupa fakta maupun angka yang perlu diolah dan

ditransformasi agar tujuan penelitian dapat tercapai. Berdasarkan bentuk

dan sifatnya, Siyoto dan Ali (2015) mengemukakan bahwa data dapat

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan dan tidak

dapat diukur serta dianalisis sebagai variabel angka. Data kualitatif

merupakan data yang menunjukkan kualitas sebuah objek sehingga

lebih bersifat subjektif karena berbentuk pernyataan atau kata-kata dan

bukan angka. Data kualitatif dapat diperoleh dengan berbagai macam

teknik pengumpulan data seperti wawancara, analisis dokumen, diskusi


terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan

(transkrip).

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan dan

bersifat measurable atau dapat diukur dan dianalisis secara langsung

menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

2. Sumber Data

Menurut Siyoto dan Ali (2015) data berdasarkan cara

memperolehnya dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang dapat diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari objek penelitian. Data primer disebut

juga sebagai data asli atau data baru yang bersifat up to date. Dalam

penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dan penyebaran

kuesioner kepada responden yaitu pegawai BAPPEDA Kabupaten

Pemalang

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan secara tidak

langsung oleh peneliti karena berasal dari berbagai sumber yang telah

ada. Biasanya data sekunder merupakan hasil olahan dari data primer.

Umumnya data sekunder diperoleh dari instansi, studi pustaka,

penelitian terdahulu, literatur, internet yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.


B. Metode Pengumpulan Data

Menurut Juliandi et al.. (2014) metode pengumpulan data penelitian

merupakan cara untuk mengumpulkan data-data yang relevan bagi penelitian.

Sedangkan instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan data penelitian harus

benar-benar diperhatikan agar data penelitian yang diperoleh terjaga tingkat

validitas dan reliabilitasnya. Instrumen pengumpulan data juga perlu disusun

secara serius agar tercapai pengumpulan variabel penelitian yang tepat.

Instrumen yang tersusun secara valid dan reliabel tetapi jika dalam penelitian

tidak memperhatikan proses pengumpulan data, maka data yang terkumpul

dapat kurang berarti. Peneliti yang dipengaruhi keinginan pribadi dalam

pengumpulan data, maka data yang terkumpul cenderung tidak reliabel dan

bias. Metode pengumpulan data menurut Juliandi et al. (2014) dan yang

digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan dialog langsung antara peneliti dan

responden penelitian dengan ketentuan responden penelitian berjumlah

sedikit. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan bagian

pengadmin kepegawaian BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

2. Metode Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun

peneliti untuk mengetahui pendapat atau persepsi responden terkait

variabel yang diteliti. Kuesioner dapat digunakan apabila jumlah


responden penelitian cukup banyak. Dalam penelitian ini angket atau

kuesioner dibagikan kepada pegawai BAPPEDA Kabupaten Pemalang.

3. Metode Pengamatan atau Observasi

Pengamatan adalah kegiatan melihat secara langsung kondisi

objek penelitian. Dalam penelitian ini metode pengamatan dilakukan oleh

peneliti dengan berkunjung secara langsung ke kantor BAPPEDA

Kabupaten Pemalang.

4. Metode Dokumentasi

Merupakan kegiatan menyelidiki rekaman-rekaman data yang

telah berlalu dalam bentuk tertulis atau elektronik. Dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara menyelidiki dokumen-dokumen terkait absensi

harian pegawai dan laporan kinerja instansi BAPPEDA Kabupaten

Pemalang.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan totalitas dari seluruh unsur yang ada dalam

sebuah wilayah penelitian (Juliandi et al.. 2014). Populasi dalam penelitian

ini adalah pegawai BAPPEDA Kabupaten Pemalang dengan jumlah 63

orang.

Tabel 3.1.
Distribusi Populasi
Persentase
No Status Pegawai Jumlah
(%)
1 PNS 45 71,42
2 Non PNS 18 28,58
Total 63 100
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2020

2. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Juliandi et al.. (2014) sampel adalah wakil-wakil dari

populasi. Sedangkan menurut Siyoto dan Ali (2015) sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut

prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.. Teknik

pengambilan sampel yang akan digunakan untuk menentukan sampel

dalam penelitian ini adalah salah satu teknik dari non probability sampling

yaitu Purposive Sampling. Non probability sampling adalah teknik yang

tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Siyoto dan Ali, 2015).

Sedangkan Purposive Sampling menurut Siyoto dan Ali (2015) adalah

suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi

khusus. Teknik ini memberikan persyaratan yang cukup ketat agar sampel

yang dipilih sesuai dengan karakteristik yang dikehendaki dalam analisis

(Juliandi et al. 2014).

Berdasarkan teknik sensus sampling yang akan digunakan, maka

jumlah sampel penelitian ini adalah pegawai BAPPEDA Kabupaten

Pemalang dengan status PNS sejumlah 45 orang.

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Bernad (2000) dalam Juliandi et al. (2014) variabel adalah

suatu sifat-sifat yang dipelajari, suatu simbol atau lambang yang padanya
melekat bilangan atau nilai, dapat dibedakan, memiliki variasi nilai atau

perbedaan nilai. Sedangkan definisi operasional variabel adalah merupakan

petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca definisi

operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui

pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya

pengukuran tersebut (Siyoto dan Ali, 2015)

Berdasarkan definisi variabel penelitian yang telah dijabarkan dalam

tinjauan pustaka, dan sesuai dengan pengukuran variabel penelitian menurut

kaidah atau skala pengukuran yang lazim diterima secara akademis, maka

definisi operasional variabel dan indikator-indikatornya adalah sebagai

berikut :

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang

dipengaruhi, terikat, tergantung oleh variabel lain yakni variabel bebas

(Juliandi, et al. 2015). Variabel terikat disimbolkan dengan huruf Y.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja Pegawai BAPPEDA

Kabupaten Pemalang.

Adapun indikator Kinerja yang digunakan merupakan indikator

yang dikembangkan oleh Dessler (2009) yang juga digunakan dalam

penelitian Lia Riantika Tanujaya (2015) adalah sebagai berikut :

 Kualitas

 Produktivitas

 Pengetahuan Pekerjaan
 Bisa Diandalkan

 Kehadiran

 Kemandirian

2. Variabel Intervening

Menurut Juliandi et al. (2015) Variabel Intervening adalah

variabel yang menjadi perantara hubungan variabel bebas dan variabel

terikat. Sedangan menurut Chaplin (2007) dalam Juliandi et al. (2015)

variabel intervening menyangkut masalah memahami mengapa dan

bagaimana relasi atau hubungan ada dan bisa terjadi, serta bisa berubungan

secara kuat. Pada penelitian ini yang menjadi Variabel Intervening (Z)

adalah Kepuasan Kerja.

Adapun indikator Kepuasaan Kerja menurut Luthans (2006) yang

juga digunakan dalam penelitian Indah Puji Lestari (2018 ) adalah sebagai

berikut :

 Pembayaran.

 Pekerjaan itu sendiri.

 Rekan kerja.

 Promosi pekerjaan.

 Kepenyeliaan (supervisi).

3. Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Juliandi et al. (2015) variabel bebas atau independent

variable adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dengan kata

lain variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya


perubahan nilai pada variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi

Variabel Independen adalah Self Efficacy (X1), Empowerment (X2) dan

Locus of Control (X3).

a. Self Efficacy

Menurut Luthans (2014) self efficacy mengacu pada keyakinan

diri mengenai kemampuannya untuk memotivasi sumber daya kognitif

dan tindakan yang diperlukan agar berhasil dalam melaksanakan tugas

tertentu.

Adapun indikator Self Efficacy yang digunakan merupakan

indikator yang dikembangkan oleh Iskandar dan Sanusi (2005) yang

juga digunakan dalam penelitian Siti Asih Nadhiroh (2010) adalah

sebagai berikut :

 Yakin dapat menyelesaikan tugas dengan sukses.

 Yakin dapat menyelesaikan tantangan dalam tugas.

 Yakin dapat mengelola hal-hal yang diperlukan dalam

menyelesaikan tugas.

 Yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik meskipun tugas

menjadi semakin kompleks.

b. Empowerment

Straub (1989) dalam Sadarusman (2004) mendefinisikan

pemberdayaan sebagai pemberian otonomi, wewenang, kepercayaan,

dan mendorong individu dalam suatu organisasi untuk mengembangkan

peraturan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan.


Adapun indikator Empowerment yang digunakan merupakan

indikator yang dikembangkan oleh Matthews, et al. (2002) sebagai

berikut :

 Control of workplace decisions (CWD) – Kendali atas keputusan di

tempat kerja.

 Dynamic structural framework (DSF) – Kerangka struktural yang

dinamis.

 Fluidity in Information Sharing (FID) – Kelancaran akses informasi

 How empowered you would feel – Seberapa besar anda merasa

diberdayakan.

c. Locus of Control

Menurut Purnomo (2010) locus of control terkait dengan

tingkat kepercayaan seseorang tentang peristiwa, nasib, keberuntungan,

dan takdir yang terjadi pada dirinya, apakah karena faktor internal atau

faktor eksternal.

Adapun pengukuran Locus of Control menggunakan skala

yang dikembangkan Spector (1988) yang terdiri dari 16 item pernyataan

yang dalam versi pendeknya kemudian dapat diringkas menjadi 8 item

pernyataan, yaitu 4 item pernyataan locus of control internal dan 4 item

pernyataan locus of control eksternal sebagaimana yang digunakan

dalam penelitian Respati (2011).

E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif merupakan penganalisaan data menggunakan

kata atau kalimat terkait objek penelitian dan kejadian-kejadian dalam

lingkup penelitian serta tidak menggunakan angka-angka maupun cara-

cara statistik.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara

manajemen asset terhadap optimalisasi penggunaan asset daerah. Skala

yang dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah skala ordinal (Likert)

yaitu skala yang berisi lima tingkatan preferensi jawaban dengan pilihan

sebagai berikut :

Sangat setuju = SS diberi nilai 5

Setuju = S diberi nilai 4

Netral = N diberi nilai 3

Tidak setuju = TS diberi nilai 2

Sangat tidak setuju = STS diberi nilai 1

3. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

a. Uji Instrumen

1) Uji Validitas (Kesahihan)

Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji

validitas digunakan untuk menguji korelasi antar skor item dengan

total. Dalam hal ini koefisien korelasi yang tinggi menunjukan

bahwa, item-item tersebut dapat mengungkapkan indikator yang


diukur secara statistik angka korelasi bagi total yang diperoleh harus

dibandingkan dengan angka kritis “r” product moment (Duwi

Priyatno, 2009) :

NΣ XY −(ΣX )( ΣY )
r xy=
√ { N ΣΧ2−(ΣΧ )2 } √ { N ΣΥ2−(ΣΥ )2 }
Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi suatu butir / item

N = Jumlah subyek

X = Skor suatu butir (jawaban variabel independen)

Y = Skor total (jumlah jawaban variabel dependen)

Kriteria pengujiannya dengan menggunakan level of significant 0,05

bila :

- rhitung > rtabel, maka indikatornya dikatakan valid

- rhitung < rtabel, maka indikatornya dinyatakan tidak valid

Dalam penelitian ini untuk melakukan perhitungan uji validitas

dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21. Setelah

pengukuran valid tidaknya suatu kuesioner, maka dilanjutkan dengan

pengukuran reliabilitas.

2) Uji Reliabilitas (Kehandalan)

Uji reliabilitas yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konstan apabila dilaksanakan pengukuran kembali. Reliabilitas

adalah tingkat kestabilan dari suatu alat ukur dalam mengukur suatu
gejala. Untuk menguji reliabilitas digunakan dengan rumus

reliabilitas (Duwi Priyatno, 2009) :

 k   b 
2
r11    1 2 
 k  1   t 
Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

σ2 t : Varians total

∑ σ2b : Jumlah varians butir

Kriteria Pengujian :

Cronbach Alpha > 0,60 berarti syarat reliabilitas kuesioner

dinyatakan reliabel.

Cronbach Alpha < 0,60 berarti syarat reliabilitas kuesioner

dinyatakan tidak reliabel.

b. Uji Asumsi Klasik

Agar mendapat regresi yang baik harus memenuhi asumsi-asumsi

yang disyaratkan, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji

heteroskedastisitas (Duwi Priyatno, 2009) :

1) Uji Normalitas

Uji normalitas berguna pada tahap awal dalam metode

pemilihan analisis data. Pengujian ini diperlukan karena untuk

melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Salah satu cara termudah untuk melihat

normalitas residual adalah:


a) Analisa Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual

adalah dengan melihat grafik Probability Plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan

ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.

Jika distribusi data residual normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya. Dasar pengambilan keputusan :

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

b) Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S)

Normalitas data dapat diketahui dengan membandingkan antara p-

value yang diperoleh dengan taraf signifikansinya yang ditentukan

dalam penelitian ini, yaitu 5%, sehingga jika p-value lebih besar dari

0,05, maka simpulannya adalah data berdistribusi normal, artinya


sebaran distribusi data memenuhi asumsi klasik (Duwi Priyatno,

2009).

1) Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas adalah adanya suatu hubungan linier yang

sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji

multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen (Duwi Priyatno, 2009). Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang

nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Cara mendeteksi multikolonieritas dapat dilihat dari nilai VIF

(Variance Inflation Faction) yang mempunyai nilai VIF dibawah

angka 10 dan toleransi dibawah angka 1 (Duwi Priyatno, 2009).

2) Uji Heteroskedastisitas

Juliandi, et al. (2014) menyebutkan bahwa uji

heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari suatu pengamatan

yang lain. Jika variasi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

homokedastisitas (Duwi Priyatno, 2009). Ada tidaknya


heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot

dasar yang digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas antara

lain:

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik yang menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Ada tidaknya heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan

menggunakan Glejser Test dengan melihat signifikansi output yang

lebih besar. Jika nilai probabilitas (nilai sig) lebih besar dari 0,05

maka dapat disimpulkan tidak ada heterokedastisitas dan sebaliknya

(Duwi Priyatno, 2009).

4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat nilai Durbin


watson (D-W) dengan ketentuan sebagai berikut (Juliandi et al.,

2014) :

- Jika nilai D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

- Jika nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi.

- Jika nilai D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

5. Uji Linearitas (Test for Linearity)

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji

ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau

regresi linear (Duwi Priyatno, 2009) : Dasar pengambilan keputusan

dalam uji linieritas adalah sebagai berikut :

- Jika nilai signifikansi (Linearity) < 0.05, maka hubungan antara

variabel independent dan variabel dependent adalah linier.

- Jika nilai signifikansi (Linearity) > 0.05, maka hubungan antara

variabel independent dan variabel dependent adalah tidak linier.

a. Pengujian Hipotesis

1) Uji Statistik t test (Uji Parsial)

Uji t-test memiliki tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh

masing-masing variabel independent secara parsial terhadap variabel

dependent. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel

Pvalue (pada kolom sig) pada masing-masing variabel independent,

jika Pvalue lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau
thitung lebih besar dari ttabel (dihitung dari two tailed α=5% df-k, k

merupakan jumlah variabel independent) memiliki arti signifikan.

Uji ini sekaligus untuk menjawab H1, H2 dan H5. Menurut Sugiyono

(2014), menggunakan rumus:

r √n−2
t=
√ 1−r2
Keterangan:

t = Distribusi t

r = Koefisien korelasi parsial

r2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 diterima jika nilai thitung ≤ ttabel atau nilai sig > α

H0 ditolak jika nilai thitung> ttabel atau nilai sig < α

Jika terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat pengaruh signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya

terdapat pengaruh yang signifikan.

2) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan persentase pengaruh

semua variabel independen terhadap variabel dependen baik secara

parsial maupun simultan. Koefisien determinasi dapat dirumuskan

sebagai berikut (Sugiyono, 2016) :

KD = R2 x 100 %
Keterangan :

KD = Koefisien determinasi

R2 = Koefisien korelasi yang dikuadratkan

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

Jika KD mendeteksi nol (0), maka pengaruh variabel independent

terhadap variabel dependent lemah.

Jika KD mendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel independent

terhadap variabel dependent kuat.

d. Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Achmad dan Ridwan (2012) analisis jalur (Path

Analysis) adalah teknik analisis yang digunakan dalam menguji

besarnya sumbangan (kontribusi) langsung dan tidak langsung yang

diwujudkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari

hubungan kausal antara variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y dan Z sebagai

variabel intervening.

Persamaan regresi:

Z = ρX1Z + ρX2Z + ρX3Z + e1...................(1)

Y = ρX1Y + ρX2Y + ρX3Y + ρZY + e2...................(2)

Dimana:

X1 = Self Efficacy

X2 = Empowerment

X3 = Locus of Control
Z = Kepuasan Kerja

Y = Kinerja

e1, e2 = Faktor residual

Model diatas menunjukan bahwa variabel dependen Y

dipengaruhi oleh tiga variabel independen X1, X2 dan X3 (self efficacy,

empowerment dan locus of control). Sementara itu variabel kepuasan

kerja (Z) terebut akan mempengaruhi variabel dependen (kinerja) yang

kedua yaitu Y sebagaimana diketahui bahwa Z sebagai variabel

intervening.

Dalam analisis jalur sebelum peneliti melakukan analisis suatu

penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat diagram jalur yang

digunakan untuk mempresentasikan permasalahan dalam bentuk

gambar dan menentukan persamaan struktural yang menyatakan

hubungan antar variabel pada diagram jalur tersebut. Noor (2014)

menyatakan bahwa: “Diagram jalur dapat digunakan untuk menghitung

pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel eksogen terhadap

suatu variabel endogen. Pengaruh-pengaruh itu tercermin dalam apa

yang disebut dengan koefisien jalur, dimana secara matematik analisis

jalur mengikuti mode struktural”. Pengaruh langsung adalah sebuah

variabel secara langsung menjadi sebab terjadinya variabel ini.

Pengaruh tidak langsung adalah sebuah variabel sebab mempengaruhi

variabel lain melalui mediasi variabel ketiga (variabel kepuasan kerja)


sedangkan pengaruh total adalah penjumlahan pengaruh langsung dan

pengaruh tidak langsung.

Gambar 3
Diagram Jalur

Self Efficacy (X1) e1 e2

b4
b1
Empowerment (X2) Kepuasan Kerja (Z) b7
b2 Kinerja
(Y)

Locus of Control b3 b6
(X2)

b5

Keterangan :

- Pengaruh self efficacy terhadap kinerja

Pengaruh Langsung : b4

Pengaruh Tidak Langsung : b1 x b7

Pengaruh Total : b4 + ( b1 x b7 )

- Pengaruh empowerment terhadap kinerja

Pengaruh Langsung : b5

Pengaruh Tidak Langsung : b2 x b7

Pengaruh Total : b5 + ( b2 x b7 )

- Pengaruh locus of control terhadap kinerja


Pengaruh Langsung : b6

Pengaruh Tidak Langsung : b3 x b7

Pengaruh Total : b6 + ( b3 x b7 )

- Variabel atau faktor residual : e1, e2

e. Uji Sobel

Sobel test digunakan untuk menguji apakah pengaruh variabel

intervening yang dihasilkan pada analisis jalur signifikan atau tidak.

Sobel test menghendaki asumsi jumlah sampel besar dan nilai koefisien

mediasi berdistribusi normal (Ghozali, 2011). Uji sobel merupakan uji

unt uk mengetahui apakah hubungan yang melalui sebuah variabel

mediasi secara signifikan mampu sebagai mediator dalam hubungan

tersebut. Uji sobel ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan

pengaruh tidak langsung variabel dependen (X) terhadap variabel

independen (Y) melalui variabel intervening (Z).

Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui Z dihitung dengan cara

mengalikan jalur X→Z (a) dengan jalur Z→Y (b) atau ab. Jadi

koefisien ab = (c − c’), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa

mengontrol Z, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y

setelah mengontrol Z. Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa

dan Sb, besar nya standar error tidak langsung (indirect effect). Sab

dihitung dengan rumus berikut ini :

Sab= √ b Sa + a Sb + Sa Sb
2 2 2 2 2 2

Keterangan :
Sa : standar error koefisien a

Sb : standar error koefisien b

b : koefisien fariabel mediasi

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita

perlu menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai

berikut:

ab
thitung =
Sab

Nilai thitung ini dibandingkan dengan nilai ttabel dan jika nilai thitung lebih

besar dari nilai ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh

mediasi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan, 2012. Analisis Jalur (Path Analysis),
Edisi kedua, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Akbar, Syed Waqar., Muhamad Yousaf, Naeeem Ul Ha & Ahmed Imran Hujra.
2011. Impact of Employee Empowerment on Job Satisfaction: An
Empirical Analysis of Pakistani Service Industry. Interdisciplinary
journal of contemporary research in business, 2 (11).

Anoraga, Pandji. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

------------------. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Anwar, Astrid Indi Dwisty. 2009. Hubungan antara self-efficacy dengan


kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas
psikologi universitas sumatera utara. Jurnal Psikovidya 18(April): 1–81.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Ayuningtyas, Aditya Hapsari, dan Indi Djastuti. 2017. Analisis Pengaruh


Pemberdayaan dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan
dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada
Karyawan PDAM Tirta Moedal Kota Semarang). Diponegoro Journal of
Management 6: 1–13.

Bandura, Albert. 1991, Self Efficacy Mechanism in Psychological and Health-


Promoting Behavior, Prentice Hall, New Jersey.

------------------. 1994. In V.S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human


behavior (vol. 4, pp. 71-81). New York:Academic Press. (Reprinted in H.
Friedman (Ed.), Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press,
1998).
------------------. 1997. Self-Efficacy: The Excercise of control. New York:
Freeman and Company.

------------------. 2006. Cultivate self-efficacy for personal and organizational


effectiveness : handbook of organization behavior. Oxford, UK :
Blackwell.

BPKP. 2000. Pengukuran Kinerja, Suatu Tinjauan Pada Instansi


Pemerintah, Tim Study Pengembangan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Jakarta.

Brown, S. P., Jones, E., & Leigh, T. W. (2005). The attenuating effect of role
overload on relationships linking self-efficacy and goal level to work
performance. Journal of Applied Psychology, 90(5), 972–979.

Chasanah, Nur. 2008. Analisis Pengaruh Empowerment, Efikasi diri Dan


Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan (Studi Empiris Pada Karyawan PT. Mayora Tbk
Regional Jateng Dan DIY). Tesis. Semarang: Program Studi Magister
Manajemen Universitas Diponegoro.

Conger, J.A., Kanungo, R.N. 1988. The empowerment process: integrating


theory and practice. Academy of Management Review. 13:3:471- 82.

Cherian, Jacob dan Jolly Jacob., 2013. Impact of Self Efficacy on Motivation
and Performance of Employees. International Journal of Business and
Management, (8) 14, pp: 80-88

Crider, Andrew B. 1983. Psychology. Scott: Foresman & Company.

Dessler, G. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Index.

Fadzilah, Ari. 2006. Analisis Pengaruh Pemberdayaan Karyawan Dan Self Of


Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penjualan (Studi Kasus
Pada PT. Sinar Sosro Wilayah Pemasaran Semarang). Jurnal. Semarang:
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Vol. 3, No. 1, Universitas Diponegoro.
Feist, J & Feist, G, J. (2002). Theories of Personality (5thed). Boston: McGraw
Hill.

Ghodang, Hironymus. 2020. Path Analysis (Analisis Jalur) Konsep & Praktik
dalam Penelitian. Medan: PT. Penerbit Mitra Grup.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang : BP Universitas Diponegoro

Ghufron, M. Nur., Rini Rinaswita, S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta:


ArRuzz Media.

Gibson, James John M, Ivancevich and James H, Donnelly, Jr. 2000,


Organizations, Boston : McGraw-Hill Companies, Inc.

Handoko, T. Hani. 2014. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta : BPFE.

Heriyanto. 2017. Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening Pengaruh


Pemberdayaan Karyawan dan Efikasi Diri Terhadap Kinerja
Karyawan Bagian Produksi Sigaret Kretek Mesin Perusahaan Rokok
Gagak Hitam Bondowoso. Skripsi. Jember : Program SI Universitas
Negeri Jember.

Iis, Em Yusuf, dan Mukhlis Yunus. 2016. Job Satisfaction as an Intervening


Variable of Self-Efficacy and Employee Performance. International
Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 6(7).

Iskandar, T. M., & Sanusi, Z. M. 2011. Assessing the effects of self-efficacy and
task complexity on internal control audit judgment. Asian Academy of
Management Journal of Accounting and Finance, 7(1), 29–52.

Isnanto, Taufik. 2018. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Locus Control,


Stres Kerja Terhadap Kinerja Pegawai dan Kepuasan Kerja Sebagai
Variabel Intervening. Jurnal Mitra Manajemen 2(4): 273–85. http://e-
jurnalmitramanajemen.com/index.php/jmm/article/view/125/69.
Juliandi, Azuar, Irfan dan Saprinal Manurung. 2014. Metode Penelitian Bisnis.
Medan: UMSU Press.

Kadarisman. 2012. Manajemen Pengambangan Sumber Daya Manusia.


Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Koesmono, Teman, 2005, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivais


dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor
Indsustri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur, Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 7, No. 2.

Kreitner, Robert. Kinicki, Angelo. 2001. Organizational Behavior. New York:


McGraw-Hill Companies, Inc

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Diterjemahkan oleh: V.A


Yuwono, dkk. Yogyakarta: ANDI.

Luthans, Fred. 2014. Organization Behavior. New York : McGraw Hill


International.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mahardiani. 2004. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Pemberdayaan Karyawan di RS Roemani Semarang. Tesis. Semarang:
Program Pascasarjana UNDIP.

Munandar, Ashar S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:


Universitas Indonesia.

--------------------------. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-


Press.
Panggabean, Mutiara. S, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia.

Mustafa,Yakin., & Oya Erdil. 2012. Relationships Between Self efficacy and
Work Engagement and the Effects on Job Satisfaction: A Survey on
Certified Public Accountants. Social and behavioral sciences, 58.

Niu, Han Jen. 2010. Investigating the Effect of Self efficacy on Food-service
Industry Employees Career Commitmen. Internasional Journal of
Hospitality Management, 29, pp: 743-740.

Noor, Juliansyah. 2014. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group:


Jakarta.

Priyatno, Duwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Mediakem: Yogyakarta.

Purnomo, Ratno dan Sri Lestari. 2010. Pengaruh Kepribadian, Self-Efficacy,


dan Locus of Control Terhadap Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil
dan Menengah. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol 17, (2), ISSN: 1412-
3126.

Pribadi, A. T. (2013). Pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap


kemampuan dan kinerja karyawan (studi pada karyawan PDAM kota
Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 3(1), 1-10.

Reiss, M. C & Mitra, K. 1998. The Effects of Individual Difference Factors on


the Acceptability of Ethical and Unethical Workplace Behaviors.
Journal of Business Ethics, Vol.17, No.12.

Robbins, P. Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Sembilan, Jilid 2. Edisi


Bahasa Indonesia. PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta

Robbins, Stephen P dan Judge, Timothy A. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta:


Salemba Empat.
----------------------------------------------------. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 16.
Jakarta: Salemba Empat.

----------------------------------------------------. 2015. Perilaku Organisasi. Edisi ke-


12. Jakarta: Salemba Empat.

Sadarusman, Eka, 2004, Pemberdayaan : Sebuah Usaha Memotivasi


Karyawan, Fokus Ekonomi, Vol. 3, No.2.

Sarker, Shah jalal, Crossman Alf, Chinmeteepiticck Parkpoom. 2003. The


Relationship of Age and Length of Service with Job Satisfaction: an
Examining of Hotels Employes in Thailand. Journal of Managerial
Psychology, 18 (7).

Siyoto, Sandu dan  Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta :
Literasi Media Publishing.

Sondang P. Siagian. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi


Aksara.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.


Bandung : Alfabeta.

-----------. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung


: Alfabeta.

Sulaiman, Asnawi, dan Faisal Matriadi. 2014. Pengaruh Pemberdayaan, Self


Efficacy dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT.
SURYA MADISTRINDO CABANG Lhokseumawe dengan Kepuasan
Kerja sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi 4(1): 1–11.

Sulistin, Y. (2012). Hubungan antara Locus of Control dengan Kepuasan


Kerja pada Perawat di Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang.
Malang: Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Suwarsi, Sri., Budianti, Nadia. 2009. Influence Of Locus Of Control And Job
Involvement To Organizational Cultural Applied By Employees On
Bank X. World academy of science, engineering and technology 3, 12-24.

Suwatno, Priansa, D. 2011. Manajemen SDM dalam organisasi Publik dan


Bisnis. Bandung: Alfabeta

Thomas, K.W., Velthouse, B.A. 1990. Cognitive elements of empowerment: an


interpretative model of intrinnsic task motivation. Academy of
Management Review. 15: 4-666.

Wahyuningsih, T., 2002. Dampak Pergantian Pimpinan pada Kinerja


Organisasi. Jurnal Administrasi dan Bisnis. 1 (2): 29-42

Wahyuni, Endang Sri, Taufeni Taufik, dan Vince Ratnawati. 2016. Analisis
Pengaruh Budaya Organisasi, Locus of Control Terhadap Kinerja
Aparat Pemerintah Daerah Dan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Manajemen 20(2): 189–206.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yunianti, Elis. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran dan Self-Efficacy


Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Parigi. E-
Jurnal Mitra Sains. 4(1), 92-100.

Anda mungkin juga menyukai