Anda di halaman 1dari 3

Nama Mahasiswa : Riyadi

MM_13
Tugas Etika Bisnis & Tata Kelola
Dosen : Dr. Suwandi, MBA

KUIS 1
MENGANTARKAN PIZZA
Suatu malam di Maret 1996 Bill Fobbs menelfon Domino dan meminta pizza pepperoni untuk
diantarkan ke rumahnya. Domino menolak untuk mengantarkan ke rumahnya dan mengatakan
kepadanya untuk mengambilnya di outlet. Keluarga Fobbs, yang berkulit hitam, tinggal di
lingkungan dengan kriminalitas tinggi, didominasi oleh lingkungan orang kulit hitam San
Fransisco, California. Keluarga tuan Fobbs mengeluhkan bahwa penolakan untuk mengantakan
adalah aksi rasisme yang menyolok, dan menutut neneknya, “ini mungkin terjadi karena kita
orang kulit hitam”.
Wally Wilcox, pemilik outlet Domino, menegaskan bahwa isu tersebut merupakan bagian
keselamatan karyawan sejak ada beberapa pengantar pizza dibunuh ketika sedang mengantarkan
pizza, dan seringkali mereka dirampok, diserang, dan dibunuh. Domino dan rantai pizza lainnya
termasuk Pizza hut dan Little Caesar menggunakan system yang terkomputerisasi untuk
membagi suatu lingkungan sebagai hijau, kuning, dan merah. Pelanggan di lingkungan hijau
akan diantarkan pizzanya sampai depan pintu rumah; pelanggan di lingkungan kuning harus
keluar ke jalan dan mengambil pizzanya dari mobil pengantar; lingkungan merah adalah
lingkungan yang dipertimbangkan terlalu berbahaya untuk pengantaran ke rumah apapun, dan
pelanggan di lingkungan ini harus menyetir ke restoran untuk pizza mereka.
Karena lingkungan merah hampir selalu area minoritas, persatuan kebebasan masyarakat amerika
mengkritik perilaku pengantaran pizza ini sebagai diskriminasi. Asosiasi restoran California
menegaskan bahwa praktik ini merupakan bagian dari hukum dan tugas moral untuk
menghilangkan bahaya tempat kerja.
Pertanyaan :
1. Dalam pandangan anda, apakah kebijakan pengantaran Domino dibenarkan secara moral?
Jawab :
o Dalam pandangan secara perspektif Moral kebijakan membagi dan
membedakan jenis/tekhnis pengantaran yang di ambil domino tidak bisa
dibenarkan karena dengan sitem yang sama membedakan satu dengan lain
nya yang dalam kasus ini bisa mengarah ke diskriminasi rasisme karena
kebetulan yang masuk dalam zonasi merah adalah kalangan minoritas kulit
hitam.
o Tapi dilihat secara perspektif Perlindungan keselamatan karyawan hal
tersebut tidak bisa disalahkan karena dalam hal ini perusahaan mempunyai
kewajiban untuk menghilangkan/meminimalkan bahaya tempat kerja bagi
karyawan-karyawan nya.

2. Dapatkah Domino’s Pizza, Pizza Hut, dan Little Caesar mengadopsi kebijakan yang
berbeda untuk melindungi pengemudinya? Haruskah mereka?
Jawab :
Dapat, dalam hal ini bisa memberdayakan atau memperkerjakan orang-orang
kulit hitam untuk pengantaran di zonasi-zonasi warna merah sekaligus ini
sebagai langkah atau wujud Non diskriminasi rasisme sehingga terciptanya
keadilan yang dirasakan merata bagi seluruh rakyat nya.

3. San Fransisco kemudian meloloskan hukum kota yang melarang kebijakan untuk menolak
pengantaran pizza ke beberapa lingkungan, di lapangan praktik tersebut merupakan
kebijakan diskriminasi terhadap minoritas. Apakah anda setuju?
Jawab :
Setuju, dalam hal ini harusnya pemerintah San Fransisco tidak hanya
mengeluarkan/meloloskan hukum kota untuk menolak pengantaran pizza ke
beberapa lingkungan. Tapi yang lebih wajib lagi pemerintah san fransisco harus
menjamin keselamatan/memberikan rasa aman kepada warganya dalam kasus ini
pengantar pizza ke daerah-daerah rawan kejahatan dengan mengetatkan dan
penertiban hukum di wilayah-wilayah tersebut.

Hal ini tidak lepas dari kapitalisme rasisme yang ada di amerika serikat dari dulu yang
efeknya dirasa masih sampai sekarang ini.
Diskriminasi rasisme disana masih dirasa dibanyak bidang : pendidikan, ekonomi, pekerjaan,
perlakuan hukum, dll.
Hal ini tentunya tetap akan menjadi polemik berkepanjangan di masyarakat, harusnya kaum
minoritas disana dalam hal ini orang-orang kulit hitam di rangkul dan diberikan hak dan
perlakuan yang sama sehingga keadilan dirasakan merata, secara otomatis hal tersebut akan
menekan dan meminimalisir angka kejahatan/pelanggaran hukum oleh karena sebab

#Stop Kapitalisme Rasisme#

Anda mungkin juga menyukai