Anda di halaman 1dari 34

UKURAN TENDENSI PUSAT

DATA KUANTITATIF
Pada dasarnya dua distribusi frekuensi mempunyai perbedaan dalam
empat hal utama yakni:
1. Perbedaan tendensi pusat, artinya perbedaan nilai dari posisi pusat
distribusi frekuensi (points of central tendency, clustering points,
measures of location atau averages).

2. Perbedaan luas penyebaran dan nilai-nilai pengamatan di sekitar nilai


pusat (variability).
3. Perbedaan kecondongan distribusi fikuensi di mana kurvenya tidak
simetris (skewness).

4. Perbedaan keruncingan (peakedness) dari kurve distribusi frekuensi


(kurtosis).

Salah satu tugas statistik adalah mencari suatu nilai di sekitar mana nilai-
nilai dalam suatu distribusi memusat. Nilai atau titik yang menjadi pusat
sesuatu distribusi disebut tendensi pusat (central tendency).
UKURAN TENDENSI PUSAT, MACAMNYA DAN
SYARAT-SYARAT YANG HARUS DIPENUHI

Terdapat dua approach umum dalam menghitung ukuran tendensi


pusat di mana dua approach ini membawa kelompok “rata-rata” yang
berbeda.
1. Approach yang pertama didasarkan pada perhitungan matematis
(secara aljabar), yang termasuk approach pertama ini yakni
arithmetic mean dan geometric mean.
2. Approach yang kedua melukiskan tempat atau letak khusus dalam
data dan mencoba mendapatkan metode-metode yang
memberikan nilai letak tersebut (positionary average). Yang
termasuk approach yang kedua ini adalah median dan mode.
Untuk maksud-maksud khusus di samping geometric mean, guna
perhitungan rata-rata terdapat apa yang kita sebut harmonic mean.
ukuran tendensi pusat yang baik adalah yang dapat
memenuhi fungsinya yaitu sebagai ukuran untuk
menunjukkan tendensi pusat dari suatu distribusi
dan dapat mewakili seluruh nilai pengamatannya.
dalam hal ini ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai ukuran
tendensi pusat yang baik, yakni:

1. Harus dengan tegas dirumuskan pembentukannya.


Jangan hanya merupakan penentuan kira-kira di mana
lebih banyak diserahkan pada orang yang
menghitungnya karena hal yang demikian akan kurang
mencerminkan keadaan data yang sesungguhnya.
2. Harus didasarkan pada perhitungan seluruh
nilai pengamatan, sebab jika tidak demikian
ukuran tendensi pusat akan tidak dapat
menggambarkan sifat-sifat dari seluruh
distribusi.
3. Ukuran tendensi pusat janganlah mempunyai
sifat matematis yang abstrak.
4. Harus bisa didapatkan dengan perhitungan
yang mudah dan cepat.
5. Ukuran tendensi pusat janganlah terlalu
peka terhadap efek dari apa yang
dinamakan fluktuasi sampling, artinya untuk
sampel yang berbeda-beda hendaknya nilai
tendensi pusatnya janganlah berbeda jauh
ARITHMETIC MEAN

Dibedakan tiga macam rata-rata


hitung di mana cara perhitungannya
akan berbeda-beda yakni:
1.Rata-rata hitung untuk data tidak
berkelompok.
2.Rata-rata hitung untuk data
berkelompok.
3.Rata-rata hitung tertimbang
(weighted arithmetic mean).
RATA-RATA HITUNG
UNTUK DATA TIDAK
BERKELOMPOK
Seandainya kita mempunyai sederetan nilai X1, X2,X3 .............Xn
maka rata-rata hitungnya sama dengan jumlah seluruh nilai
tersebut dibagi dengan jumlah pengamatannya.

atau secara singkat:

µ
CONTOH:
Jumlah telur dari lima ekor ayam betina adalah:
12, 8, 13, 10 dan 9
Rata-rata hitung:

Nilai ujian matematika dari sepuluh murid suatu Sekolah Dasar


adalah: 90, 65, 55, 40, 70, 45, 80, 30, 75, 50.
Rata-rata hitung:
RATA-RATA HITUNG
UNTUK DATA
BERKELOMPOK

Menghitung rata-rata hitung dari suatu distribusi


frekuensi ada dua macam metode yakni:
a. Metode panjang (long method).
b. Metode pendek (short method atau coding method).
METODE PANJANG

di mana
= adalah nilai mean (rata-rata hitung) sampel.
fm = adalah jumlah keseluruhan frekuensi kali nilai
tengah.
n = adalah jumlah frekuensi sampel.
CONTOH
:
METODE PENDEK

di mana

= nilai mean.
= mean terkaan (estimated mean, guesse mean).

∑ fd = jumlah keseluruhan frekuensi kali penyimpangan


standard.
m = nilai tengah
n = jumlah frekuensi.
i = luas klas.
CONTOH:
RATA-RATA HITUNG
TERTIMBANG

di mana W adalah timbangan yang


ditentukan untuk setiap data
GEOMETRIC MEAN

Dalam hal suatu obyek bertambah dari waktu ke waktu menurut


deret ukur, maka rata-rata pertambahannya dapat dicari
dengan rumus geometric mean

1/n
G = ( X1 . X2 . X3 . ............... . Xn )

n
G = √ X1 . X2 . X3 . ……………… . Xn

G = rata-rata ukur
Xi = nilai pengamatan
n = jumlah pengamatan
Metode sederhana untuk menghitung rata-rata ukur adalah
dengan menggunakan logaritma.
Untuk data tidak berkelompok dinyatakan dengan rumus:

log X1 + log X2 + log X3 + …… + log Xn


log G =
n

∑ log X
log G =
n

∑ log X
G = antilog
n
Contoh:
Angka 1,02065 merupakan ratio jumlah
penduduk pada suatu tahun dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Pada contoh di atas jumlah penduduk pada
tahun 1961 adalah 97 juta. Pada tahun kedua
(1962) jumlah penduduk dikalikan dengan
1,02065, jadi kira-kira berjumlah 99 juta.
Demikian pula untuk tahun ketiga, keempat dan
seterusnya. Jadi pertambahan penduduk tiap-
tiap tahun adalah 0,02065 atau 2,065%
(dibulatkan 2,1%).
UNTUK DATA YANG BERKELOMPOK (DISTRIBUSI
FREKUENSI)
RATA-RATA UKUR DINYATAKAN DENGAN RUMUS
SEBAGAI BERIKUT:
CONTOH:
Data di bawah ini menunjukkan penggolongan umur reproduktif dari
100 sampel wanita yang telah kawin yang diteliti.
log
HARMONIC MEAN
Harmonic Mean hanya dapat memberikan jawaban yang
tepat untuk macam soal tertentu.

Untuk Data Tak Berkelompok


n
H
1 1 1 1
   ..... 
X1 X 2 X 3 Xn

n
H  n
1

i 1 Xi
Nilai pertukaran umumnya merupakan ratio yang
X Y
dapat dinyatakan sebagai atau
Y X
Misalnya harga gula pasir dapat dinyatakan sebagai
harga gula pasir per kg atau kg per rupiah

Bila 15 kg gula pasir dapat ditukar dengan Rp 7.500,-


maka kita dapat menganggap bahwa harga gula pasir
Rp7.500, 15
15 7.500,
per kg atau kg per rupiah.
Bila kita menganggap satuan pembilangnya tetap,
sedangkan penyebutnya berubah-ubah, penggunaan
rata-rata harmonis akan lebih tepat. Untuk keadaan
sebaliknya maka lebih tepat kalau digunakan rata-rata
hitung.
Contoh:

Seorang ibu rumah tangga selama lima bulan berturut-


turut menghabiskan Rp 6.000,- per bulan untuk membeli
telur ayam. Harga telur ayam per kg mulai bulan pertama
sampai dengan bulan ke lima berturut-turut adalah
Rp750,-; Rp 1.000,-; Rp 1.200,-; Rp 1.500,-; Rp 2.000,-.
Berapa rata-rata harga telur ayam per kg selama lima
bulan tersebut?
Harga telur ayam per kg dari bulan pertama sampai bulan
ke lima masing-masing adalah:
Rp6.000, Rp6.000, Rp6.000, Rp6.000, Rp6.000,
, , , ,
8 6 5 4 3
Dimana 8, 6, 5, 4, dan 3 adalah jumlah telur ayam
(dalam kg) yang dibeli tiap-tiap bulan.
Dari angka-angka tersebut terlihat bahwa
pembilangnya adalah tetap yakni Rp 6.000,- sedangkan
penyebutnya berubah-ubah.
n
H 
1 1 1 1 1
   
X1 X 2 X3 X4 X5
5

1 1 1 1 1
   
750 1 .000 1 .200 1 .500 2 .000
5

8 6 5 4 3
   
6 .000 6 .000 6 .000 6 .000 6 .000
5

26
6 . 000

= 1.154

Jadi harga rata-rata telur ayam per kg adalah Rp 1.154,-


Untuk data berkelompok

f 1  f 2  f 3  ......  f n
H 
f1 f2 f3 fn
   ...... 
m1 m2 m3 mn

H 
 f
f
m
Menghitung Rata-rata Harmonis
Umur Reproduktif dari 100 Wanita Kawin
Gol. Umur f m f/m
Reproduktif
15 – 19 15 17 0,8824
20 – 24 20 22 0,9091
25 – 29 28 27 1,0370
30 – 34 17 32 0,5312
35 – 39 10 37 0,2703
40 – 44 6 42 0,1429
45 – 49 4 47 0,0851

Jumlah 100 3,8580

H 
 f

100
= 25,92
f 3,8580
m
Untuk angka-angka yang positif, hubungan
antara arithmetic mean, geometric mean dan
harmonic mean secara umum dapat dinyatakan
bahwa:

X > G > H

Anda mungkin juga menyukai