Anda di halaman 1dari 14

3.

~ Ukuran Gejala Pusat dan Ukuran Letak ~

A. RATA-RATA

1. Rata-rata Hitung.

Rata-rata hitung atau sering juga senantiasa dirumuskan sebagai berikut.

Jumlah semua nilai data


Rata-rata hitung =
Banyaknya nilai data.

Berkaitan dengan dua model penampilan data, yaitu ; data yang tidak-

berkelompok dalam bentuk lepas-lepas, dan data berkelompok dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, maka terdapat dua rumus yang berbeda, namun memiliki

kesamaan dalam nilai hasilnya. Oleh karena itu, nilai rata-rata hitung untuk data

tidak-ber-kelompok dapat dirumuskan secara langsung dengan rumus sebagai

berikut.

∑X
X=
n

X = nilai rata-rata hitung. ; X = nilai masing-masing data. ; n = banyaknya


data.

Adapun untuk data berkelompok yang ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, nilai rata-rata hitung itu dapat diperoleh dengan rumus berikut ini.

∑ fi .Xi
X=
∑ fi

1
X = nilai rata-rata hitung ; Xi = nilai tengah-kelas i. ; fi = nilai frekuensi kelas-i.

∑X ∑ fi . X i
X = ataupun X=
n ∑ fi
8860 8860
180 180
= 49,2222 = 49,2222

2. Rata-rata Ukur.

Jika terdapat perbandingan dua data berurutan secara tetap atau hampir

tetap, maka penggunaan rata-rata ukur dalam perhitungan nilai rata-rata ini akan

memberikan hasil yang lebih baik daripada penggunaan tehnik rata-rata hitung.

Untuk data bernilai ; x1 , x2 , .........., xn , maka rata-rata ukur U dirumuskan

sebagai

n
U = √ x1 . x2 . x3 . . . . xn

Dengan perkataan lain, merupakan akar pangkat n dari produk x1 . x2 . x3 . . . xn.

Contoh : Rata-rata ukur dari 3 buah data ; x1 = 2 ; x2 = 4 dan x3 = 8. adalah :

3
U=√2x4x8 = 4

Apabila data itu berupa bilangan-bilangan besar, maka akan lebih baik bila

diguna-kan prinsip logaritma, dengan rumus sebagai berikut.

∑ log xi
log U =
n

2
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa logaritma rata-rata ukur U sama dengan

jumlah logaritma tiap data yang dibagi oleh banyak data. Rata-rata ukur U akan

dapat diperoleh jalan mencari-ulang (invers) bilangan bulat pemiliknya. (Dapat

dilihat dengan memakai kalkulator-ilmiah, ataupun Buku Daftar Logaritma).

Sebagai gambaran dapat dilihat aplikasi terhadap nilai data pada conroh di muka ;

x1 = 2 ; x2 = 4 dan x3 = 8, sebagai berikut.

Dengan melihat nilai logaritma pada sumber rujukan, maka diperoleh nilai, bahwa

log 2 = 0,3010 ; log 4 = 0,6021 ; log 8 = 0,9031

Oleh karena itu dapat dihitung, bahwa :

log 2 + log 4 + log 8


log U =
3

0,3010 + 0,6021 + 0,9031


log U = = 0,6021
3

Apabila dicari dalam Daftar Logaritma, baik buku maupun kalkulator ilmiah,

maka nilai-balik (invers) dari nilai logaritma 0,6021 itu, adalah bilangan bulat =

4. Hal ini dapat dilihat dari perpangkatan bilangan baku, bahwa : log x = n ,

maka jika diketahui n = 0,6021 dapat diartikan bahwa x = (10)n. Dengan

demikian, (10)0,6021 = 4,0003 ≈ 4. Cara inipun berlaku aplikatif untuk berbagai

nilai x dan n lainnya !.

Untuk fenomena yang bersifat tumbuh dengan syarat-syarat tertentu,

seperti pertumbuhan penduduk, bakteri, dan lain-lain, seringkali digunakan rumus

yang mirip rata-rata ukur, yaitu :

x
Pt = P0 (1 + )t
100

3
dalam hal mana : P0 = keadaan awal atau permulaan.
Pt = keadaan akhir.
x = rata-rata pertumbuhan setiap satuan waktu.
t = satuan waktu yang digunakan.

Comtoh : Penduduk Indonesia pada akhir tahun 1946 adalah 60 juta, sedangkan
akhir tahun 1968 mencapai 78 juta. Oleh karena itu, untuk
menentukan laju pertumbuhan penduduk tiap tahun, maka rumus
tersebut dapat di-gunakan, dengan ; P0 = 60 , t = 10 , dan Pt = 78.
Dengan demikian dapat dilakukan berdasarkan rumus perhitungan, bahwa :

x
78 = 60 ( 1 + )10
100
x
log 78 = log 60 + 10.log (1 + )
100
x
1,8921 = 1,7782 + 10.log (1 + )
100
x
0,1139 = 10.log (1 + )
100
x
0,01139 = log (1 + )
100

Penyelesaian hal ini dapat dilakukan secara invers dari logaritma, bahwa :

x
(1 + ) = (10)0,01139
100

100 + x
= 1,026573 x = 2, 6573 ≈ 2,66 %.
100

Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan penduduk itu = 2,66 % tiap tahun.

Adapun untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi,

rata-rata ukur dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

4
∑ ( fi log xi )
log U =
∑ fi

dalam hal ini, xi merupakan tanda-kelas, dan fi sebagai frekuensi yang sesuai

dengan tanda-kelas xi. Harga tanda ukur U itu dicari ulang dari log U yang

didapat.

Nilai Ujian fi xi log xi fi log xi


(1) (2) (3) (4) (5)
23 – 27 2 25 1,3979 2,7959
28 – 32 4 30 1,4771 5,9085
33 – 37 15 35 1,5441 23,1610
38 – 42 21 40 1,6020 33,6432
43 – 47 31 45 1,6532 51,2496
48 – 52 35 50 1,6990 59,4639
53 – 57 46 55 1,7404 80,0584
58 – 62 11 60 1.7781 19,5597
63 – 67 12 65 1,8129 21,7550
68 – 72 3 70 1,8451 5,5353
Jumlah 180 ~ ~ 303,1305

Berdasarkan tabel tersebut dapat dihitung nilai rata-rata ukur, bahwa :

∑ ( fi log xi ) = 303,1305 dan ∑ fi = 180

303,1305
log U =
180

= 1,6840 U = (10)1,6804 = 48,305

Hal ini berarti bahwa nilai ujian tersebut memiliki rata-rata ukur = 48,305.

3. Rata-rata Harmonik.

5
Untuk data x1 . x2 . x3 . . . xn dalam sebuah sampel berukuran n, maka nilai

rata-rata harmonik ditentukan oleh persamaan sebagai berikut.

n
H=
1

xi

n
atau secara lengkapnya adalah : H=
1
/x1 + 1/x2 + ... +
1
/xn

Contoh : Rata-rata harmonik untuk kumpulan data : 3, 5, 6, 6, 7, 10, 12 dengan


n = 7 adalah sebagai berikut,

7
H= = 5,87
1
/3 + /5 + /6 + /6 + /7 + /10 + /12
1 1 1 1 1 1

Penggunaan lain dari rata-rata harmonik adalah mengukur hal sebagai berikut.

Si A bepergian pulang-pergi, Waktu pergi ia menggunakan kecepatan 10 km/jam


sedangkan waktu pulang ia berkecepatan 20 km/jam. Berapakah kecepatan rata-rata
harmonik dari perjalanan si A itu ?.

Jawaban otomatis dengan rumus rata-rata hitung biasa, tentu akan didapat nilai :

½ (10 + 20) = 15 km
/jam. Namun, jawaban ini salah, karena jika panjang jalan itu

100 km, maka untuk pergi diperlukan waktu 10 jam, dan pulang 5 jam. Pulang

pergi itu memakan waktu 15 jam dalam jarak tempuh 200 km. Dengan demikian,

nilai rata-rata harmoniknya adalah :

200

6
H = = 131/3 jam.
15

Hal inipun dapat dilihat dengan menggunakan rumus di muka, yakni :

2 40
H= = 131/3 jam.
1
/10 + 1/20 3

Hasil ini merupakan nilai rata-rata harmonik kecepatan dari perjalanan itu.

Adapun aplikasi pada data yang terdapat dalam tabel distribusi frekuensi, rata-rata

harmonik itu dihitung dengan rumus :

∑fi
H=
∑ ( fi / xi )

dalam hal mana :


xi = tanda kelas interval..
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi.

Aplikasi rumus ini pada perhitungan rata-rata harmonik untuk nilai ujian

180 mahasiswa itu dapat disusun dalam tabel sebagai berikut.

Nilai Ujian fi xi fi / x i
(1) (2) (3) (4)
23 – 27 2 25 0,0800
28 – 32 4 30 0,0133
33 – 37 15 35 0,4286
38 – 42 21 40 0,5250
43 – 47 31 45 0,6889
48 – 52 35 50 0,7000
53 – 57 46 55 0,8364
58 – 62 11 60 0,1833
63 – 67 12 65 0,1846
68 – 72 3 70 0,0428

7
Jumlah 180 ~ 3,6929

Berdasarkan data jumlah dalam tabel di atas, maka :

180
H= = 48,742
3,6929

Hal ini berarti bahwa nilai ujian tersebut memiliki rata-rata harmonik = 48,742.

Berdasarkan analisis tersebut dapat dilihat, bahwa untuk nilai ujian 180

mahasiswa itu, diperoleh hasil bahwa :

X = 49,222 ; U = 48,315 ; H = 48,742.

B. SIMPANGAN BAKU (Standar Deviasi).

Interval Nilai-Tengah Frekuensi (Xi – X)2 fi (Xi – X)2


Kelas (Xi) ( fi )
23 – 27 25 2 586,71497 1173,429946
28 – 32 30 4 369,49297 1477,971891
33 – 37 35 15 202,27097 3034,064593
38 – 42 40 21 85.04897 1786,028430
43 – 47 45 31 17,82697 552,636158
48 – 52 50 35 0,60497 21,174049
53 – 57 55 46 33,38297 1535,616751
58 – 62 60 11 116,16097 1277,770701
63 – 67 65 12 248,93897 2987,267674
68 – 72 70 3 431,71697 1295,150919
Jumlah (∑) 475 180 2092,15970 15141,111111

Oleh karena data pada tabel distribusi frekuensi itu merupakan data berkelompok,

maka nilai simpangan baku dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

∑ fi (X – X)2

8
SD = ; d.h.m. n = ∑ fi
(n–1)

Pada tabel itu dapat dilihat, bahwa ; ∑ fi (Xi – X)2 = 15141,111111 dan n = 180.

Dengan demikian, nilai simpangan baku dari data dalam tabel distribusi frekuensi

tersebut dapat dihitung sebagai berikut.

15141,111111
SD =
(180 – 1)
= √ 84,587213
= 9,197131

C. MEDIAN.

Ukuran pemusatan data selain rata-rata hitung, antara lain median, yaitu

sebagai nilai-tengah dari kelompok data yang telah diurutkan (membesar atau

mengecil). Dengan perkataan lain, median ini merupakan nilai yang paling

tengah jika banyak data itu ganjil, ataupun sebagai rata-rata dari dua nilai-

tengah jika banyak data itu genap. Median ini biasa dinotasikan secara singkat,

yakni Med.

Median dari data tidak berkelompok dapat ditentukan langsung setelah

data-nya diurutkan. Namun, untuk data berkelompok yang dinyatakan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi, median itu harus dihitung dengan rumus sebagai

berikut.

9
(n/2) – F
Med = Lo + i
f

dalam hal mana :

Med = median.
Lo = batas-bawah kelas median.
i = lebar kelas.
n = banyaknya data.
F = jumlah frekuensi semua kelas sebelum kelas yang mengandung median.
f = frekuensi kelas median.

Nilai UAS Frekuensi

23 – 27 2
28 – 32 4
33 – 37 15
38 – 42 21
43 – 47 31
48 – 52 35
53 – 57 46
58 – 62 11
63 – 67 12
68 – 72 3

Jumlah 180

Oleh karena banyak data pada tabel itu terbagi menjadi 10 kelas (genap),

maka patut dilihat nilai tengah dari nilai-tengah kelas ke~5 yaitu ; ½ (43 + 47) =

45 dan nilai tengah kelas ke~6, yaitu ; ½ (48 + 52) = 50. Dengan demikian, nilai

10
tengah dari kedua nilai tengah kelas itu, adalah ; ½ (45 + 50) = 47,50. Adapun

nilai lain yang terdapat dalam tabel tersebut, yakni ; n = 180 ; F = 2 + 4 + 15 + 21

+ 31 = 73 dan f = ½ (31 + 35) = 33 serta nilai Lo = 47,00 dan i = (52,5 – 47,5) = 5.

Berdasarkan semua data nilai itu, maka median dalam tabel distribusi frekuensi

itupun dapat dihitung sebagai berikut.

(n/2) – F
Med = Lo + i
f
90 – 73
= 47,00 + 5
33
= 47,00 + 2,576

= 49,576

D. MODUS.

Pernyataan tentang gejala yang paling sering terjadi atau paling banyak

muncul dan dipakai sebagai ukuran pemusatan data yang disebut, modus. Hal ini

tanpa disadari bahwa dalam percakapan sehari-hari, modus itu digunakan untuk

me-nentukan rata-rata dari data yang bersifat kualitatif. Sebagai contoh, terdapat

beberapa ungkapan ; “Dia jarang masuk pada semester yang lalu”, sesungguhnya

memakai ukuran modus. Demikian pula hanya untuk ungkapan berikut, bahwa ;

“penyebab orang itu sakit paru-paru adalah karena merokok”, juga merupakan

ukuran pemusatan data dengan modus. Pada kasus pertama, “jarang masuk”

merupakan modus, dan pada kasus ke dua, “karena merokok” merupakan modus

dari ungkapan tersebut.

11
Dalam hal lain yang berkaitan dengan sifat data kuantitatif, modus adalah

nilai yang paling banyak muncul atau nilai data yang memiliki frekuensi paling

besar. Suatu kelompok data itu mungkin memiliki modus, tetapi mungkin juga

tidak memiliki modus. Hal ini dapat diartikan, bahwa modus suatu kelompok data

itu tidak selalu ada. Apabila suatu kelompok data memiliki modus, maka

modusnya itu dimungkinkan untuk lebih dari satu, atau dapat dikatakan bahwa

modusnya itu tidaklah tunggal.

Berbeda dengan cara menentukan median, penentuan modus pada suatu

kelompok data tidaklah perlu dilakukan pengurutan. Namun, apabila data tersebut

telah diurutkan akan sangat mempermudah dalam penentuan modusnya. Modus

ini biasa dinotasikan dengan Mod. Perhatikanlah contoh-contoh berikut ini.

1. Data tidak dikelompokkan.

a. Kelompok data : 4, 5, 6, 8, 8, 8, 9, 10 hanya memiliki satu modus, yakni


Mod = 8.
b. Kumpulan bilangan : 4, 5, 5, 6, 8, 8, 9, 10 memiliki dua nilai modus,
yaitu ; Mod = 5 dan Mod = 8.
c. Data : 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 tidaklah memiliki modus.
d. Data : 3, 3, 3, 3, 3 juga tidaklah memiliki modus.

2. Apabila data telah dikelompokkan menjadi tabel distribusi frekuensi, maka


nilai modus itu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

b1
Mod = Lo + i
b1 + b2

dalam hal mana :

12
Mod = modus.
Lo = batas bawah kelas modus,
i = lebar kelas.
b1 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi tepat satu
kelas sebelum kelas modus.
b2 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi tepat satu
kelas sesudah kelas modus.

Sebagai contoh, perhatikanlah data dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini.

Nilai UAS Frekuensi

23 – 27 2
28 – 32 4
33 – 37 15
38 – 42 21
43 – 47 31
48 – 52 35
53 – 57 46
58 – 62 11
63 – 67 12
68 – 72 3
Pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat bahwa kelas interval (53 –

57) memiliki frekuensi terbesar, yaitu f = 46. Modus yang terletak pada kelas (53

– 57) ini dapat dihitung dengan merujuk pada nilai ; Lo = 52,5 ; i = 5 ; b1 = 46 –

35 = 11

dan b2 = 46 – 11 = 35. Dengan demikian, besar nilai modus tersebut adalah

sebagai berikut.

b1 11
Mod = Lo + i = 52,5 + 5
b1 + b2 11 + 35
= 52,5 + 1,1956
= 53,6956 ≈ 53,70

Tugas~III :

13
Berdasarkan penambahan 15 data baru terhadap susunan data distribusi

frekuensi nilai UAS 180 mahasiswa dalam Tugas~II bahan perkuliahan minggu

lalu, yakni :

80 , 79 , 79 , 77 , 77 , 77 , 75 , 75 , 75 , 74 , 74 , 74 , 70 , 70 , X
d.h.m. X = (20 + dua angka terakhir masimg-masing NIM) !.

Buatlah tabel distribusi frekuensi dengan data tambahan itu dan lanjutkanlah pem-

bahasannya dengan perhitungan semua Ukuran Gejala Pusat dan Ukuran Letak

dari data tersebut, mencakup nilai :

a. Rata-rata Hitung.
b. Rata-rata Ukur.
c. Rata-rata Harmonik.
d. Simpangan Baku.
e. Median.
f. Modus.

Kumpulkan foto hasil tugas secara kolektif melalui WA~pdf, oleh masing-

masing Ketua Kelas. Ditunggu sampai hari Sabtu, 11~09~2021 pkl. 17.00 WIB !!.

14

Anda mungkin juga menyukai