2.1.Tujuan
Setelah praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menggunakan alat ukur dasar
2. Menentukan angka ketidakpastian dan memahami penggunaan angka berarti
2.2.Dasar Teori
Pengukuran adalah suatu keterampilan dari proses sains yang mengumpulkan
informasi secara kuantitatif ataupun kualitatif. Setelah melakukan pengukuran akan
diperoleh besar atau besaran atau bukti kualitatif. Dalam pengukuran kita mengenal
ketepatan dan ketelitian dalam mengukur. Ketepatan adalah suatu besaran yang
diukur berulang kali (beberapa kali pengukuran) dan menghasilkan angka “akurat”
yang sebenarnya menyebar mendekati harga. Pada pengukuran kali ini, rata rata harga
mendekati harga yang sebenarnya. Ketelitian adalah hasil pengukuran yang terpusat
atau mengacu pada suatu daerah tertentu. [1]
Kita dapat mengukur masing-masing besaran fisik dalam setiap satuannya
dengan menggunakan perbandingan suatu standart. Satuan sendiri merupakan nama
unik yang ditetapkan untuk mengukur suatu besaran. Contohnya kilogram (kg) untuk
menentukan massa.[1] Dalam pengukuran kita akan mengenal beberapa besaran.
Besaran pokok, besaran pokok merupakan sekelompok besaran fisika paling dasar
dari semua besaran fisika lainnya dan kemudian dapat diturunkan. Contohnya
panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah zat.
Kemudian ada besaran turunan, besaran turunan adalah besaran yang satuannya
diperolh dari besaran pokok atau kombinasi dua buah besaran atau lebih. Contohnya,
massa jenis, kecepatan, volume, gaya, kecepatan, luas, percpatan, usaha, daya,
tekanan, dan momentum.[2]
Ketidakpastian dalam pengukuran, setiap pengukuran pasti memiliki faktor
yang memengaruhi keakuratan pengukuran, maka dari itu setiap hasil pengukuran
perlu dicantumkan angka ketidakpastian. Ada dua macam ketidakpastian yaitu,
ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif. Ketidakpastian mutlak, pada setiap
alat ukur pasti memiliki keterbatasan yang berbeda-beda yang mungkin disebabkan
oleh bberapa faktor seperti skalanya yang tidak dapat dibagi. hal tersebut menyebabkan
munculnya ketidakpastian mutlak. Ketidakpastian mutlak bisa saja atau mungkin berbeda
untuk pengukuran tunggal maupun pengukuran berulang. Untuk nilai ketidakpastian
mutlak pada pengukuran tunggal nilainya setengah dari nilai NST. Contohnya, untuk
suatu besaran c maka ketidakpastian mutlak dalam pengukuran adalah :Misalnya untuk
suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:
1
∆x = NST
2
Yang kemudian nilai ∆x merupakan asil pengukuran dapat dituliskan menjadi
:
X = x ± ∆x
Untuk pengukuran berulang dapat ditulis dengan cara lain seperti
menggunakan standar deviasi.
Standar deviasi atau simpangan baku adalah, statistik yang mengukur
kumpulan data relatih terhadap rata-rata dan akan dihitung sebagai akar kuadrat dari
varian. Bila didalam pengamatan telah dilakukan n kali pengukuran dari besaran x
kemudian terkumpul data x1, x2, ..., xn, maka dapat dituliskan nilai rata-rata dari
besaran tersebut adalah :
1 1
𝑥 = (x1+x2+...+xn) = ∑𝑛𝑗=1 𝑥𝑗
𝑛 2
Besar simpangan dari nilai rata-rata yang didapat tersebut terhadap nilai
sebenarnya (x0, yang tidak mungkin bisa kita ketahui nilai yang sebenarnya)
kemudian dapat dinyatakn oleh standar deviasi berikut :
𝑛 2
√∑𝑛
𝑗=1(𝑥𝑗−𝑥)
2
√𝑛 ∑𝑗=1 𝑥𝑗 − (∑𝑛
𝑗=1 𝑥𝑗)
2
Sx = =
(𝑛−1) 𝑛(𝑛−1)
Pangkat t = an ∆𝑡
=n
∆𝑎
𝑡 𝑎