FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA
JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
PEDOMAN PRAKTIKUM
A. Kehadir an
1. Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 75% dari jumlah total praktikum yang
diberikan.
2. Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi yang diserahkan paling
lambat dua minggu sejak ketidak-hadirannya. Jika tidak maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum susulan sehingga nilai modul yang bersangkutan NOL.
3. Keterlambatan lebih dari 10 menit tidak dapat mengikuti tes awal
C. Pelaksanaan Pr aktikum
1. Mentaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Fisika
2. Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh asisten dan dosen penanggung jawab praktikum
3. Memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat praktikum
D. Penilaian
1. Nilai praktikum ditentutan dari nilai Tugas Pendahuluan, Tes Awal, Aktivitas, dan Laporan
2. Nilai akhir praktikum dihitung dari rata-rata nilai praktikum.
Penyebab Ketidakpastian
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian, yaitu:
1. Adanya nilai skala terkecil (NST) yang ditimbulkan oleh keterbatasan dari alat ukur.
2. Adanya ketidakpastian bersistem:
a) Kesalahan kalibrasi.
b) Kesalahan titik nol.
c) Kesalahan pegas.
d) Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
e) Paralaks (arah pandang) dalam hal membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak:
1. Gerak Brown molekul udara.
2. Fluktasi tegangan jaringan listrik.
3. Bising elektronik.
4. Keterbatasan keterampilan pengamat.
yang mana m dan V menyatakan massa dan volume benda (keduanya dapat diukur
secaralangsung). Karena pengukuran m dan V menghasilkan ketidakpastian∆m dan∆V, maka ρjuga
mengandung ketidakpastian∆ρ. Permasalahannya bagaimana hubungan∆m dan∆Vdengan∆ρ?
Misalkan besaran fisis Z (yang tidak dapat diukur secara langsung) merupakanfungsi dari besaran X
dan Y (yang dapat diukur secara langsung). Secara matematishubungan Z dengan X dan Y
dinyatakan sebagai:
( , )= ( ± ∆ , ± ∆ ) (1.5)
dengan menggunakan deret Taylor di sekitar(X0, Y0) dapat diperoleh:
∆ = ∆ + ∆ (1.6)
Ketelitian dan Ketepatan
Suatu percobaan dikatakan memiliki ketelitian tinggi jika kesalahan percobaan(∆X) kecil.Dan suatu
percobaan dikatakan memiliki ketepatan tinggi jika kesalahan sistematik percobaan tersebut kecil.
Secara matematis ketelitian dan ketepatan suatu percobaan dapat ditulissebagai:
∆
= 1− × 100% (1.7)
= 1− × 100% (1.8)
Percobaan yang baik harus sama-sama memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam eksperimen fisika
yangmenggunakan metode grafik dengan pendekatan kuadrat terkecil (linier):
1. Menentukan besaran-besaran yang berperan sebagai variabel bebas (variabel yang
nilainyadivariasi) dan besaran-besaran yang berperan sebagai variabel tak bebas
(variabelyang nilainya berubah karena adanya variasi dari variabel bebas).
2. Mengubah persamaan fisika yang terkait dengan tema eksperimen ke dalam
bentukpersamaan linear sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel bebas (x)
danvariabel tak bebasnya(y) membentuk persamaan linier
= + (1.9)
dengan b adalah gradien grafik dan a adalah titik potong grafik terhadap sumbu y.
3. Membuat tabel yang diperlukan untuk mengubah nilai variabel-variabel terkait beserta
ketidakpastiannya menjadi variabel-variabel yang siap diplot ke dalam grafik.
4. Membuat grafik.
5. Menganalisa nilai besaran atau konstanta yang akan dicari dari grafik.
6. Membahas dan menyimpulkan hasil yang didapatkan.
Besaran atau konstanta yang akan dicari dari grafik biasanya berasal dari gradien(b) grafikatau titik
potong grafik terhadap sumbu y(a). Penentuan b dan a dapat dilakukan secaramanual setelah grafik
dibuat. Namun dapat pula ditentukan dengan menggunakan regresilinear, sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
= (1.10)
∑ (∑ )
∑ ∑ ∑
= (1.11)
∑ (∑ )
∑ ∑( )
(∆ ) = (1.13)
( ) ∑ (∑ )
Secara numerik dapat diperoleh secara langsung dengan menggunakan Microsoft Excel
ataukalkulator saintifik.
Per cobaan 2
Dasar Pengukur an
2.1 Tujuan
1. Dapat melakukan pengukuran dengan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan
neraca.
2. Dapat membandingkan hasil pengukuran dengan mistar, jangka sorong dan milimeter
sekrup.
3. Dapat menganalisis ketidakpastian pengukuran pada masing-masing alat ukur yang
digunakan.
4. Dapat menghitung massa jenis benda.
Fisika adalah sebuah ilmu yang mempelajari gejala yang terjadi di alam dari skala atomikyang
sangat kecil sampai dengan skala yang sangat besar yaitu alam semesta. Gejala-gejalatersebut
dinamakan sebagai besaran fisis. Pengukuran besaran fisis dapat dilakukan denganberbagai alat
ukur yang sesuai. Di dalam fisika kita mengenal besaran pokok dan besaranturunan. Besaran pokok
adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulusedangkan besaran turunan adalah
besaran yang diturunkan dari besaran pokok.Dalam praktikum ini, kita akan mempelajari
bagaimana cara mengukur besaran pokok danbesaran turunan dengan berbagai alat ukur yang
sesuai. Sebagai contoh sebuah benda denganbentuk sembarang, apabila volume(V) dan massa(m)
benda tersebut diketahui maka massajenis benda dinyatakan dengan
= (2.1)
Dengandemikian, berdasarkanperumusandiataskitadapatmenentukanmassajenisbeberapabenda.
Data massa jenis beberapa zat bisa dilihat pada Tabel 2.1.
Hukum II Newton menyatakan: “Jika resultan gaya yang bekerja pada benda tidak samadengan nol
maka akan timbul percepatan pada benda yang besarnya sebanding dengan besarresultan gaya yang
bekerja pada benda, dan berbanding terbalik dengan massa kelembamannya”. Secara matematis
dapat dituliskan sebagai:
∑
= (3.1)
Anda dapat mempelajari hukum tersebut di atas pada percobaan kereta dinamika maupunpada
percobaan pesawat Atwood. Percobaan kereta dinamika dapat dijelaskan sebagai berikut
Pada percobaan dalam Gambar 3.1, kereta dinamika berada di atas landasan (rel) yangdiberi
kemiringan dan dilepaskan tanpa kecepatan awal. Gaya berat kereta dinamika
tersebutmenyebabkansistemkeretadinamikabergerak. Padasaatkeretdilepaskan, power supply
yangdihidupkan akan menyalakan ticker timer. Pola berupa titik-titik jejak ketikan yang dihasilkan
oleh ticker timer pada pita kertas yang ditarik oleh kereta dinamika ini menggambarkan
gerakkereta dinamika secara kualitatif. Dalam percobaan ini kereta dinamika bergerak lurus dengan
kecepatan yang bertambah, karena itu gerak kereta dinamika adalah gerak berubah beraturanyang
dipercepat. Dengan demikian, jarak antara dua titik yang berturutan pada kertas pitaakan semakin
besar. Dalam percobaan kereta dinamika ini anda dapat memvariasikan sudutkemiringan dan massa
kereta dinamika. Percobaan dengan pesawat Atwood ditunjukkanseperti pada Gambar 3.2.
Bila massa silinder M1 dan beban tambahan(M1+m) lebih besar daripada massa silinderM2, maka
silinderM1 dan beban tambahanm akan bergerak dipercepat ke bawah sedangkansilinderM2,
akanbergerakkeatasdenganpercepatanyangsamabesarnya. Halituakanmembuat katrol bersumbu
tetap yang menghubungkan keduanya berotasi pada sumbu tetapnya.Pada tiap silinder berlaku
hukum II Newton:
∑ = ∑ (3.2)
Sedangkan untuk katrol berlaku
∑ = (3.3)
Dengan menjabarkan Persamaan (3.2) dan (3.3) di atas, kita dapat menurunkan persamaan
untuk menghitung percepatan silinder, yaitu:
( )
= . (3.4)
Kereta Dinamika
1. Kereta dinamika 1 buah
2. Beban tambahan dengan pengait 1set
3. Landasan rel kereta dengan variabel kemiringan 1 buah
4. Ticker timer (6 volt AC,50−60 Hz, celah pita 1 cm) 1 buah
5. Power supply 1 buah
6. Pita kertas (1×80 cm) 20 lembar
7. Kertas karbon Secukupnya
Pesawat Atwood
3. Buatlah grafik SAB terhadap tAB, dan grafik SBC terhadap tBC (untuk beban tambahanm1+m2)!
4. Berdasarkan grafik yang anda buat, perkirakanlah gerak pada lintasanAB danBC!
Per cobaan 4
Bandul Matematis
4.1 Tujuan
1. Mengamati gerak osilasi bandul matematis.
2. Menentukan periode bandul matematis.
3. Menentukan nilai pecepatan gravitasi bumi.
Bandul matematis adalah suatu titik benda digantungkan pada suatu titk tetap dengan tali.Jika
ayunan menyimpang sebesar sudut θ terhadap garis vertikal maka gaya yang mengembalikan:
= − sin (4.1)
untuk nilaiθ yang kecil (dalam radian), sin ≈ = nilaiyang mana s adalah busur lintasanbola
Apabila tidak ada puntiran maupun gesekan, persamaan gayanya diberikan oleh
= − (4.3)
= 2 (4.4)
Harga l dan T dapat diukur pada pelaksanaan percobaan dengan bola logam yang cukupberat
digantungkan dengan kwat yang sangat ringan. Menentukan g dengan cara ini cukupteliti jika
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tali lebih ringan dibandingkan bolanya.
2. Simpangan harus lebih kecil (sudut θ lebih kecil dari 15◦).
3. Gesekan dengan udara harus sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
4. Gaya puntiran (torsi) tidak ada (kawat penggantung tidak boleh terpuntir).
Coba anda lakukan kegiatan berikut. Doronglah meja yang terletak di atas lantai datar denganarah
dorongan sejajar meja. Ketika anda melakukannya, apakah meja langsung bergerak?Ketika meja
sudah bergerak, apakah anda merasakan gaya dorong yang anda berikan menjadilebih kecil (terasa
ringan)? Selanjutnya, pada saat meja bergerak, apa yang terjadi ketikadorongan pada meja anda
lepaskan?
Contoh sederhana tersebut memberikan gambaran bahwa untuk menggerakkan benda darikeadaan
diam diperlukan gaya minimum. Ketika gaya yang anda berikan pada meja lebih kecildaripada
suatu nilai, meja akan tetap diam. Akan tetapi, ketika gaya yang anda kerahkandiperbesar, suatu
saat meja tersebut dapat bergerak. Selain itu, anda juga akan mendapatkanbahwa ketika gaya
dorong anda pada meja dilepaskan, meja akan segera berhenti. Mengapa dapat terjadi demikian?
Pertanyaan tersebut dapat anda terangkan dengan menggunakanhukum-hukum Newton tentang
gerak. Untuk itu, perhatikan Gambar 5.1.
Misalkan, gaya yang anda kerahkan pada meja besarnyaF dengan arah sejajar lantai. Jikameja tetap
dalam keadaan diam, sesuai dengan Hukum Pertama Newton, berarti resultangaya pada meja sama
dengan nol. Hal Ini menunjukkan bahwa ada gaya lain yang besarnyasama dan berlawanan arah
dengan gayaF yang anda berikan. Gaya ini tidak lain adalahgaya gesekan yang terjadi antara meja
dan lantai. Gaya gesekan pulalah yang menyebabkanmeja menjadi berhenti sesaat setelah anda
melepaskan gaya dorong anda terhadap meja yangsudah bergerak.
Hubungan antara gaya gesekanfges dan gayaF yang sejajar bidang pada sebuah bendaditunjukkan
pada Gambar 5.2. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa saat benda belumdiberi gaya atauF =0,
gaya gesekan belum bekerja ataufges=0. Ketika besar gayaFdinaikkan secara perlahan-lahan, benda
tetap diam hingga dicapai keadaan di mana bendatepat akan bergerak. Pada keadaan ini, gaya
gesekan selalu sama dengan gaya yang diberikanatau secara matematisfges=F. Gaya gesekan yang
bekerja saat benda dalam keadaan diamdisebut gaya gesekan statis.
Gambar 5.2: Grafik hubungan antara gaya normal dan gaya gesekan.
Pada keadaan benda tepat akan bergerak, besar gaya F tepat sama dengan gaya gesekanstatis
maksimum. Besar gaya gesekan statis maksimum sebanding dengan gaya normal antarabenda dan
bidang. Konstanta kesebandingan antara besar gaya gesekan statis maksimum dangaya normal
disebut koefisien gesekan statis. Dengan demikian, secara matematis besar gayagesekan statis
maksimum memenuhi persamaan
, = (5.1)
yang mana µ s adalah koefisien gesek statis dan N adalah gaya normal.
Perhatikan bahwa Persamaan (5.1) hanya berlaku ketika benda tepat akan bergerak. Persamaanini
juga menunjukkan bahwa selama gaya F yang diberikan pada benda lebih kecildaripada atau sama
dengan gaya gesekan statis( ≤ , ) , benda tetap dalam keadaandiam. Pada keadaan ini
berlaku
, ≤ (5.2)
Selanjutnya, ketika gaya F yang diberikan lebih besar daripada besar gaya gesekan
statismaksimum, ( > , ) , benda akan bergerak. Pada keadaan bergerak ini, gaya gesekan
yang bekerja disebut gaya gesekan kinetik. Gaya gesekan ini besarnya konstan dan
memenuhipersamaan
= = (5.3)
Persamaan (5.3) juga memperlihatkan bahwa gaya gesekan kinetik besarnya lebih kecildaripada
gaya gesekan statis maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien gesekan kinetikselalu lebih
kecil daripada koefisien gesekan statis µ k≤ µs. Itulah sebabnya mengapaanda perlu mengerahkan
gaya yang lebih besar saat mendorong benda dari keadaan diamdibandingkan dengan ketika benda
sudah bergerak. Selain itu, besarnya gaya yang harusanda kerahkan bergantung pada keadaan dua
permukaan bidang yang bergesekan. Hal inidisebabkan besarnya koefisien gesekan bergantung
pada sifat alamiah kedua benda yang bergesekan,di antaranya kering atau basahnya dan kasar atau
halusnya permukaan benda yangbergesekan.
Gambar 5.3: Analisis gaya yang bekerja pada benda pada bidang miring.
Hasil analisa dari gaya-gaya yang bekerja pada benda yang berada pada bidang miringseperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.3, menunjukkan bahwa besarnya koefisien gesekantara bidang dan
benda sebagai
= tan (5.4)
yang mana θc adalah sudut pada saat benda tepat akan bergerak.
1
lenting sempurna
= 0 < < 1
lenting sebagian `
0
tidak lenting sama sekali
= (6.3)
yang mana h’ adalah ketinggian bola setelah memantul sedangkan h adalah ketinggian saatbola
dijatuhkan.
Gambar 6.1: Gerak bola yang dijatuhkan
Ayunan Balistik
Ayunan balistik adalah sistem yang diaplikasikan untuk menentukan besar kecepatan
peluruberdasarkan konsep hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan momentum.
Kecepatanpeluru ketika ditembakan berdasarkan hukum kekekalan momentum dan energi adalah
= 2 ℎ (6.4)
= 2 (1 − ) (6.5)
Ayunan Balistik
1. Menyusun alat dan bahan yang diperlukan menjadi seperti Gambar 6.4.
Benda dengan massam dan momen inersiaI digantungkan oleh tali paralel akan memberikangaya
tegang tali masing-masing sebesar = . Sistem ini diputar dengan sudut kecil θterhadap
sumbu pusat batang, sehingga tali akan terinklinasi sebesar (dihitung dari sumbu vertikal).
Karena kedua sudut itu (θ dan ) kecil, maka berlaku:
= (7.1)
dengan l dan d masing-masing adalah panjang tali dan jarak antar tali.
Besar komponen gaya tegang tali yang menyebabkan gaya pulih di titik Q’ dan R’ adalah:
sin = = (7.2)
Kedua komponen gaya tegang tali ini akan menyebabkan torsi pada titik pusat batang sebesar
− , sehingga batang itu berosilasi mengikuti persamaan:
̈= ̈+ = 0 (7.3)
= (7.4)
= 2 (7.5)
7.3 Metode Per cobaan
7.3.1 Alat dan Bahan
1. Statip 2 buah
2. Bosshead 2 buah
3. Batang statip 50 cm 1 buah
4. Batang silinder 25 cm 1 buah
5. Mistar 1 buah
6. Stopwatch 1 buah
7. Benang 1 buah
sedangkan pada benda yang berotasi murni, energi kinetiknya adalah energi kinetik rotasi,yaitu
= (8.5)
Pada benda yang menggelinding, gerak benda merupakan perpaduan antara gerak translasi dan
gerak rotasi. Oleh karena itu, energi kinetik yang dimiliki benda adalah energi kinetiktotal, yaitu
= +
= + (8.6)
Jika resultan momen gaya luar yang bekerja pada benda sama dengan nol (tidak ada momengaya
luar yang bekerja pada benda), pada gerak rotasi tersebut berlaku hukum kekekalanenergi mekanik,
yang dituliskan sebagai berikut.
Δ = Δ + Δ (8.7)
Sebuah benda pejal bermassa M, jari-jari R, dan momen inersia = (k adalah sebuah
konstanta momen inersia benda) menggelinding menuruni bidang miring setinggi h,seperti tampak
pada Gambar 8.2, maka berlaku:
= (8.8)
Jika pegas disusun vertikal dengan beban maka gaya pada pegas berasal dari berat beban,
sehinggajikadiketahuibesartetapanpegas, kitadapatmenentukanbesarpercepatangravitasi sebagai
∆
= − (9.2)
Ketika pegas yang telah diberi beban tersebut diberi simpangan awal dan dilepaskan maka akan
terjadi gerak harmonik sederhana, berdasarkan hukum Newton II dan hukum Hooke diperoleh
periode osilasi T sebagai
= 2 (9.3)
Jika dua buah gelombang merambat dalam satu medium, hasilnya adalah jumlah dari
simpangankedua gelombang tersebut. Hasil dari supersosisi ini menimbulkan berbagai fenomena
yang menarik, seperti adanya pelayangan, interferensi, difraksi, dan resonansi. Misalkansuperposisi
dari suatu gelombang datang dengan gelombang pantulnya bisa menghasilkangelombang yang
dikenal sebagai gelombang stasioner atau gelombang berdiri.Jika gelombang datang secara terus
menerus maka akan terjadi resonansi. Resonansi padaumumnya terjadi jika gelombang mempunyai
frekuensi yang sama dengan atau mendekatifrekuensi alamiah, sehingga terjadi amplitudo yang
maksimal. Peristiwa resonansi ini banyakdimanfaatkan dalam kehidupan, misalkan saja resonansi
gelombang suara pada alat-alatmusik. Gelombang suara merupakan gelombang mekanik yang
dapat dipandang sebagai gelombangsimpangan maupun sebagai gelombang tekanan.Jika
gelombang suara merambat dalam suatu tabung berisi udara, maka antara gelombangdatang dan
gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung akan terjadi superposisi. Resonansigelombang
berdiri dapat terjadi jika panjang tabung udara merupakan kelipatan dari ʎ/4, ʎ adalah panjang
gelombang. Jika gelombang suara dipandang sebagai gelombang simpangan, pada ujung tabung
yang tertutup akan terjadi simpul, tetapi jika ujungnya terbuka akan terjadi perut (lihat Gambar
10.1a dan 10.1b). Untuk tabung yang salah satu ujungnya tertutup,hubungan antara panjang tabung
L dan panjang gelombang ʎ adalah:
= ( 2 + 1) , = 0, 1, 2, … (10.1)
Dan untuk tabung yang ujungnya terbuka
= ( + 1) , = 0, 1, 2, … (10.2)
Karena ukuran garis tabung kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang, perutgelombang
simpangan tidak tepat terjadi pada ujung terbuka didekatnya, melainkan pada e,suatu jarak antara
speaker dan tabung resonansi. Kemudian dengan menggunakan hubungan
= / . Persamaan (10.1) dituliskan menjadi:
= ( 2 + 1) −
4
= ( 2 + 1) − (10.3)
= ( 2 + 2) −2
4
= ( 2 + 2) −2 (10.4)
= (11.1)
dengan F = mg adalah tegangan tali, M massa beban, dan g percepatan gravitasi bumi,dan µ adalah
massa persatuan panjang tali.
Jika frekuensi dan panjang gelombang diketahui, maka cepat rambat gelombang dengan mudah
dapat dihitung. Ketiga variabel ini memenuhi persamaan:
= (11.2)
yang mana f adalah frekuensi gelombang dan λ adalah panjang gelombang.
= , = 1, 2, 3, … (11.6)
terhadapfrekensi = . Dari grafik yang Anda peroleh, tentukan gradien kurva grafik
terhadap kerapatan massa linear tali = . Dari grafik yang Anda peroleh, tentukan
Pada rangka kawat tembaga ABC dan DEF terpasang benang yang saling berhubunganseperti pada
Gambar 12.1. Kerangka kawat yang sudah tercelup dalam cairan sabun akanmenghasilkan film di
bidang ACDF. Dan tali ACDF akan melengkung seperti pada Gambar12.1.Tinjaulah sisi vertikal
CD dari tali benang yang melengkung dengan jari-jarir, dan terdapattegangan tali t pada bagian PQ
dengan panjang dl (Gambar 12.2). Bila t adalahtegangan permukaan, maka kesetimbangan gaya
horisontal sepanjang dl , F (dikarenakantegangan permukaan oleh dua selaput ) akan sama
dengan2tsinα atau dapat ditulis sebagaiberikut
= 2 sin (12.1)
= 2 (12.4)
Untuk menentukan kesetimbangan film di bagian GH. Tinjaulah GH dan sistem gayavertikal pada
Gambar 12.1. Jika kita uraikan, maka gaya-gaya yang bekerja dalam sistemadalah
1. Gaya ke atas karena tegangan permukaan sepanjang 2b, yaitu 2T×2b.
2. Gaya tegangan ke atas t pada benang di titik G dan H, sehingga total gayanya adalah 2t.
3. Gaya berat mg, pada kawat DEF.
Sesuai dengan prinsip hukum Newton I, karena GH berada dalam kesetimbangan maka kita
akan dapat buktikan bahwa
= (12.5)
( )
untuk menghitung tegangan permukaan T seperti di atas, kita akan dapat mencarinya jikajari-jari
lengkung tali r diketahui. Berdasarkan geometri Gambar 12.2 kita akan mendapatkanhubungan
× = (2 − ) (12.6)
sehingga jika kita turunkan lebih lanjut maka akan dapat dibuktikan bahwa nilai jari-jari r
( )
= (12.7)
( )
Gambar 13.1: Fluida yang berada pada tabung yang berbeda bentuk.
Perhatikanlah Gambar 13.1, gambar tersebut memperlihatkan sebuah bejana berhubunganyang diisi
dengan fluida, misalnya air. Anda dapat melihat bahwa tinggi permukaan air disetiap tabung adalah
sama, walaupun bentuk setiap tabung berbeda. Bagaimanakah tekananyang dialami oleh suatu titik
di setiap tabung? Samakah tekanan total di titikA,B,C,dan D yang letaknya segaris? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, anda harus mengetahuihukum utama hidrostatis yang menyatakan
bahwa semua titik yang berada pada bidang dataryang sama dalam fluida homogen, memiliki
tekanan total yang sama. Jadi, walaupun bentukpenampang tabung berbeda, besarnya tekanan total
di titikA,B,C, danD adalah sama.
Gambar 14.1: Gaya yang bekerja pada benda pada saat kecepatan terminal dicapai.
Persamaan (14.1) ini dikenal sebagai hukum Stokes dan dalam penerapannya memerlukan
beberapa syarat sebagai berikut:
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya jauh lebih besar dari pada ukuran bola).
2. Tidak terjadi aliran turbulensi di dalam fluida.
3. Kecepatan v tidak besar, sehingga aliran fluida masih bersifat laminar.
Jika sebuah bola padat yang rapat massanya ρ dan berjari-jari r dilepaskan tanpa kecepatanawal di
dalam zat cair kental yang rapat massanya ρ0 dengan ρ>ρ0, bola mula-mula akanmendapat
percepatan karena gaya berat dari bola, dan percepatan ini akan memperbesarkecepatan bola.
Bertambah besar kecepatan bola, menyebabkan gaya Stokes bertambah besar juga. Sehingga pada
suatu saat akan terjadi keseimbangan diantara gaya-gaya yangbekerja pada bola. Kesetimbangan
gaya-gaya ini menyebabkan bola bergerak lurus beraturan,yaitu bergerak dengan kecepatan yang
tetap. Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatanakhir atau kecepatan terminal dari bola. Setelah
gaya-gaya pada bola setimbang, kecepatanterminal v dari bola dapat diturunkan sebagai berikut:
( )
= (14.2)
Tabel 15.1: Massa jenis beberapa zat cair dan zat padat
Massa jenis Massa jenis
Bahan
Bahan (gr/cm3) (gr/cm3)
Air 1.00 Perak 10.5
Benzena 0.9 Raksa 13.6
Etil alkohol 0.81 Besi 7.8
Gliserin 1.26 Aluminium 2.7
Platina 21.4 Kuningan 8.6
Etil alkohol 0.81 Tembaga 8.9
Baja 7.8 Es 0.92
Emas 19.3 Timah hitam 11.3
Anda tentunya sering melihat kapal yang berlayar di laut, benda-benda yang terapung pada
permukaan air, atau batuan-batuan yang tenggelam di dasar sungai. Konsep terapung, melayang,
atau tenggelamnya suatu benda di dalam fluida, kali pertama diteliti oleh Archimedes. Menurut
Archimedes ”benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mengalami
gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda”. Secara
matematis, hukum Archimedes dituliskan sebagai berikut
= − (15.2)
yang mana FA adalah gaya ke atas, W adalah berat benda di udara dan W’ adalah berat
benda di dalam fluida. Ilustrasinya bisa dilihat pada Gambar 15.1.
Gambar 15.1: Prinsip hukum Archimedes.
Berdasarkan Persamaan (15.3) dapat diketahui bahwa besarnya gaya ke atas yang dialami benda di
dalam fluida bergantung pada massa jenis fluida, volume fluida yang dipindahkan, dan percepatan
gravitasi Bumi. Dalam percobaan ini akan ditentukan massa jenis benda sesuai prinsip Archimedes,
dengan membandingkan besar gaya ke atas dan gaya berat di udara diperoleh massa jenis benda
sebesar
= (15.4)
Kalor
Kalor adalah suatu bentuk energy yang mengalir atau berpindah karena adanya perbedaan
temperature atau suhu. Secara umum dapat dikatakan bahwa satu kalor adalah banyaknya kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar dari 1 gram air.
Kalor Jenis
Suatu zat menerima kalor maka zat akan mengalami kenaikan suhu. Besar kenaikan suhu ini:
1. Sebanding dengan banyaknya kalor yang diterima.
2. Berbanding terbalik dengan massa zat.
3. Berbanding terbalik dengan kalor jenis zat.
Hubungan diatas dapat digambarkan dalam rumus berikut:
= ∆ (16.1)
dengan Q adalah banyaknya kalor yang diterima, m adalah massa zat, ∆ adalah besarnya
perubahan suhu dan c adalah kalor jenis benda. Dari Persamaan (16.1) di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa kalor jenis zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu zat untuk
menaikkan suhu 1 kg zat tersebut sebesar 1 0C.
Kapasitas kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk menaikkan suhu
sebesar 1 0C. Hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda terhadap kapasitas
kalor benda dan kenaikkan suhu benda dapat ditulis sebagai:
= ∆ (16.2)
dengan Q adalah banyaknya kalor yang diperlukan, ∆ adalah besarnya perubahan suhu dan C ad-
lah kapasitas kalor jenis benda. Kapasitas kalor jenis air dapat dianggap sama dengan 1 kal/g 0C.