Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LAPORAN AKHIR

MODUL 1
DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Nama Praktikan : Daniel Ivan Rianto Sianturi


NIM : 104120042
Kelas : CV1 B
Tanggal Praktikum : 14 Oktober 2020
Pimpinan Praktikum : Rendy Elmianto
I. INTISARI
Praktikum Modul 1 yang berjudul Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian
bertujuan untuk menggunakan alat ukur dengan baik sebagai dasar percobaan lainnya
, serta menentukan angka ketidakpastian dan angka berarti pada hasil pengukuran.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan sebuah alat ukur seperti jangka
sorong, mikrometer sekrup, neraca serta penggaris untuk mengukur dimensi serta
massa benda. Alat ukur yang terdapat suatu nilai skala yang tidak bisa dibagi, maka
digunakan NST atau disebut dengan Nilai Skala Terkecil. Data yang tidak
mungkin kita ketahui nilai yang sebenarnya dapat dituliskan menggunakan standar
deviasi, yang kemudian standar penulisannya menjadi ×= ẋ ± Sx. Alat ukur
adalah perangkat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis. Hasil pengukuran menggunakan alat ukut memiliki nilai
ketidakpastian yang harus dicantumkan pada hasil pengukuran. Karena suatu
pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Kemampuan pembacaanskala
pada alat ukur juga menjadi peranan penting untuk menentukan ketidakpastian pada
proses pengukuran. Dan ketelitian alat ukur bergantung pada NST atau nilai skala
terkecil.

Kata kunci : Alat ukur, KTP, Nilai skala terkecil, Serabut kawat
II. PENDAHULUAN

2.1. Tujuan

1. Mampu menggunakan alat ukur dengan baik sebagai dasar pecobaan


lainnya
2. Menentukan angka ketidakpastian dan angka berarti pada hasil
pengukuran

2.2. Dasar Teori

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa


penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala
Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks,fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat. Dengan demikian sangat sulit untuk
mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Pengamatan besaran-besaran fisis untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara suatu variabel dan tujuan lainnya dilakukan melalui
kegiatan pengukuran. Oleh karena itu, pengukuran sangat penting
dilakukan dalam berbagai bidang ilmu termasuk fisika.

Agar pengamatan menjadi teliti, maka pengukuran harus dilakukan


dengan tepat dan cermat. Dengan demikian gejala ataupun peristiwa
yang terjadi dapat diprediksi dengan lebih akurat. Meskipun telah
diupayakan secara hati-hati, pengukuran akan selalu disertai dengan
ketidakpastian. Yang dimaskud dengan ketidakpastian disini adalah,
kita tidak bisa menentukan secara tepat hasil dari suatu pengukuran.
Beberapa penyebab ketidakpastian adalah kesalahan kalibrasi alat
ukur, fluktuasi parameter pengukuran, kesalahan paralaks, kesalahan
titik nol dan Nilai Skala Terkecil (NST).
Kesalahan juga dapat terjadi karena lingkungan yang saling
mempengaruhi dan tingkat keterampilan pengamat yang berbedabeda.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode mengukur dengan benar
sehingga diperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin. Selain itu,
diperlukan pengetahuan bagaimana cara melaporkan hasil
pengukuran beserta ketidakpastiannya. Alat ukur adalah suatu
perangkat yang dipergunakan untuk menentukan nilai atau besaran
suatu variabel fisis. Alat ukur dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu
alat ukur analog dan alat ukur digital. Hasil dari alat ukur analog
merupakan hasil pengukuran bernilai kontinu. Contoh dari alat ukur
analog adalah pengukuran arus listrik yang ditunjukkan dalam bentuk
skala berupa nilai jarum pada ampermeter. Alat ukur digital
menunjukkan hasil pengukuran bernilai diskrit dalam jumlah digit
tertentu. Dalam praktikum pengukuran dasar dibutuhkan beberapa
alat ukur dasar, seperti: jangka sorong, mikrometer skrup, penggaris,
stopwatch, dynamometer dan neraca digital.
Masing masing alat ukur tersebut memiliki cara tersendiri dalam
pengoperasiannya serta cara untuk membaca hasil pengukurannya.
Terdapat beberapa pengertian yang sering ditemukan dalam dalam
pengukuran yaitu:
1. Presisi, yaitu tingkat atau derajat yang membedakan suatu alat
pengukuran tertentu dibandingkan dengan alat ukur lainnya.
2. Akurasi, yaitu kecermatan suatu alat ukur untuk membaca pada
nilai yang sebenarnya.
3. Kepekaan, yaitu ratio dari sinyal tanggapan alat ukur terhadap
perubahan input dari variabel yang diukur.
4. Resolusi, yaitu perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang
mampu diukur oleh suatu alat ukur.

5. Kesalahan, yaitu penyimpangan dari nilai sebenarnya dalam


variabel yang diukur.

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan


besaran lain yang telah ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat
bantu dalam proses pengukuran disebut alat ukur. Alat ukur dalam
kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya alat ukur Panjang
(jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, alat ukur
waktu, dan alat ukur suhu, dll. Pada beberapa alat ukur seperti jangka
sorong dan mikrometer sekrup terdapat dua skala yaitu skala utama
dan skala nonius. Pada skala tersebut ada yang disebut Nilai Skala
Terkecil (NST).
Gambar 1. Skala Utama Suatu Alat Ukur dengan NST = 0,25 satuan

Skala Nonius
Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang dapat ditunjukkan oleh
NST, maka digunakan nonius. Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat
ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala
nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius
berimpit dengan skala utama. Cara membaca skalanya adalah sebagai berikut :
1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama
2. Angka desimal (di belakang koma) dicari dari skala nonius yang berimpit
dengan skala utama.

Gambar 1.2. Skala utama dan nonius dengan M = 9, N = 10, dan N1 = 7.


Pada gambar 2, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 6,7 satuan dan dengan nonius adalah 6,7
+ (7/10) x (10 - 9) x 0,1 = 6,77 satuan. Kadang-kadang skala utama dan nonius dapat berbentuk
lingkaran seperti dapat dijumpai pada meja putar untuk alat spektroskopi yang ditunjukkan oleh
gambar 1.3.

Gambar 1.3. Skala utama berbentuk lingkaran.


Dalam gambar 1.3b dapat dilihat bahwa pembacaan tanpa nonius memberikan hasil 60˚,
sedangkan dengan menggunakan nonius hasilnya adalah 60+(3/4)x (4-3)x10 = 67,5˚.

Mikrometer Sekrup
Mikrometer adalah alat untuk mengukur panjang/ketebalan/diameter dari
benda-benda yang cukup kecil seperti lempeng baja, alumunium, diameter
kabel, kawat, lebar kertas, dll. Pengunaan mikrometer sekrup sangat luas,
intinya adalah mengukur besaran panjang dengan lebih pres

Gambar 1.3 Skala Utama dan Nonius pada Mikrometer Sekrup

Ketidakpastian pada pengukuran


Karena banyak faktor yang mempengaruhi keakuratan suatu pengukuran,
maka setiap hasil pengukuran harus mencantumkan angka ketidakpastian
pengukuran. Ada dua macam ketidakpastian yaitu ketidakpastian mutlak dan
relatif.

Ketidakpastian Mutlak
Setiap alat ukur pasti memiliki keterbatasan yang berbeda yang disebabkan
oleh skalanya yang tidak dapat dibagi lagi. Hal tersebut menyebabkan
adanya ketidakpastian mutlak. Ketidakpastian mutlak bisa berbeda untuk
pengukuran tunggal maupun berulang. Nilai ketidakpastian mutlak untuk
pengukuran tunggal nilainya sebesar setengah dari NST. Misalnya untuk
suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal
adalah :

1
∆𝑥 = 𝑁𝑆𝑇
2

dengan hasil pengukurannya ditulis sebagai berikut :


± ∆𝑥 (1.1)

(1.2)

Penulisan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara,


diantaranya adalah menggunakan Standar Deviasi.

𝑛
1 1
𝑥= (𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛) = ∑ 𝑥𝑗 (1.3)
𝑛 𝑛
𝑗=1

Besar simpangan nilai rata-rata tersebut terhadap nilai sebenarnya (x0, yang
tidak mungkin kita ketahui nilai sebenarnya) dinyatakan oleh standar
deviasi, yakni

∑𝑛 (𝑥𝑗 − 𝑥)2 𝑛 ∑𝑛 𝑥𝑗2 − (∑𝑛 𝑥 𝑗) 2


𝑗=1 𝑗=1 𝑗=1
𝑆𝑥 = √ =√ (1.4)
(𝑛 − 1) 𝑛(𝑛 − 1)

Standar deviasi yang diberikan oleh persamaan (1.4) diatas menyatakan


bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (𝑥 − 𝑠𝑥) sampai (𝑥
+ 𝑠𝑥). Jadi penulisan hasil pengukurannya adalah 𝑥 = 𝑥 ± 𝑠𝑥.

Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian relative adalah ukuran ketidakpastian yang diperoleh dari
perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukurannya,
yaitu :

∆𝑥
𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = (1.5)
𝑥

Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan


sebagai

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%) (1.6)


Ketidakpastian relatif bisa digunakan untuk memvalidasi suatu percobaan
atau set data di laboratorium. Contohnya bisa ketidakpastian relatifnya
sebesar 10% maka bisa kita katakan data pada percobaan tersebut
memiliki error yang kecil.

Ketidakpastian pada Fungsi Variabel


Jika suatu variable merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian.
Hal ini disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Misalkan dari suatu
pengukuran panjang dan lebar suatu persegi panjang diperoleh nilai
panjang 𝑎 = (𝑎 ± ∆𝑎) dan lebar 𝑏 = (𝑏 ± ∆𝑏). Maka untuk
mendapatkan nilai ketidakpastian dari luasnya harus dihitung dengan
rumus perambatan ketidakpastian. Ketidakpastian suatu variabel yang
merupakan hasil operasi dari kedua variabel tersebut dapat dihitung
dengan rumusan seperti dalem Tabel 1.

Tabel 1. Contoh Perambatan Ketidakpastian

Variabel Operasi Hasil Ketidakpastian


Penjumlahan p=a+b ∆𝑝 = ∆𝑎 + ∆𝑏
Pengurangan q=a-b ∆𝑞 = ∆𝑎 + ∆𝑏
𝑎 ± ∆𝑎 Perkalian r=axb ∆𝑟 ∆𝑎 ∆𝑏
= +
𝑏 ± ∆𝑏 𝑟 𝑎 𝑏
Pembagian 𝑎 ∆𝑠 ∆𝑎 ∆𝑏
𝑠= = +
𝑏 𝑠 𝑎 𝑏
Pangkat 𝑡 = 𝑎𝑛 ∆𝑡 ∆𝑎
=𝑛
𝑡 𝑎

2.3. Daftar Peralatan


Tabel 2. Alat-alat percobaan

No Alat dan Bahan Fungsi


1 Mikrometer sekrup Pengukuran dimensi benda
2 Jangka sorong Pengukuran dimensi benda
3 Neraca Pengukuran massa benda
4 Penggaris Pengukuran dimensi benda
5 Termometer Pengukuran data fisis laboratrium
6 Barometer laboratorium Pengukuran data fisis laboratrium
7 Gelas ukur Pengukuran volume benda
8 Benda tidak Beraturan Bahan pengukuran volume benda
9 Bola besi Bahan pengukuran volume benda
10 Balok kuningan/ alumunium Bahan pengukuran volume benda
11 Serabut Kawat Bahan pengukuran volume benda
2.4. Prosedur Percobaan

2.4.1. Benda Beraturan


1. Panjang, lebar, dan tinggi dari benda beraturan yang disediakan (balok) diukur sebanyak 3 kali.
2. Diameter benda beraturan yang disediakan (bola besi) diukur sebanyak 3 kali pada sisi bahan yang berbeda
menggunakan mikrometer sekrup.
3. Massa benda beraturan (balok dan bola) diukur 1 kali menggunakan neraca.

2.4.2. Benda Tidak Beraturan


1. Volum benda tidak beraturan diukur 1 kali menggunakan gelas ukur yang diisi zat cair.
2. Massa benda tidak beraturan diukur 1 kali menggunakan neraca.

III. DATA DAN PENGOLAHAN DATA


3.1. Data Fisis Laboratorium
Suhu Ruangan (T) = 25℃ KTP = 0,5℃ Tekanan Ruangan (P) =760 mmHg KTP = 0,5mmHg

3.2. Pengukuran Dimensi dan Volum Benda Beraturan (Mikrometer Sekrup)

Tabel 3. Pengukuran dimensi dan perhitungan volume benda beraturan (jangka sorong)

Sampel Tabel 3. Pengukuran dimensi dan perhitungan volume benda beraturan (jangka sorong)

``Pengukuran Dimensi Benda Beraturan (Jangka Sorong)


PANJANG (mm)
NO NAMA BENDA
I II III p rata-rata(mm) KTP (mm)

1 Balok 1 25,3 25,2 25,25 25,25 0,0525 p=(25,25±0,0525)mm


2 Balok 2 29,85 29,85 29,8 29,833 0,0175 p=(29,833±0,0175)mm
3 Balok 3 32,8 32,75 32,8 32,783 0,0179 p=(32,7833±0,017916667)mm
4 Balok 4 92,1 92,15 92,1 92,117 0,0025 p=(92,117±0,0025)mm
LEBAR (mm)
NO NAMA BENDA
I II III l rata-rata (mm) KTP (mm)
1 Balok 1 20,9 20,95 20,9 20,9167 0,0391 i=(20,916±0,039)mm
2 Balok 2 19,8 19,8 19,85 19,8167 0,0333 i=(19,816±0,033)mm
3 Balok 3 20,05 20,1 20,05 20,0667 0,0391 i=(20,066±0,0390)mm
4 Balok 4 21,05 21,1 21,05 21,0667 0,0391 i=(21,066±0,039)mm
TINGGI (mm)
NO NAMA BENDA
I II III t rata-rata (mm) KTP (mm)
1 Balok 1 20,9 20,95 20,9 20,9167 0,0391 i(20,9167±0,0391)mm
2 Balok 2 19,8 19,85 19,8 19,8167 0,0391 i(19,8167±0,0391)mm
3 Balok 3 20,1 20,05 20,05 20,0667 0,0391 i(20,0667±0,391)mm
4 Balok 4 21,05 21,1 21,05 21,0667 0,0391 i(21,0667±0,0391)mm
Volume Benda Beraturan
NO NAMA BENDA
1 Balok 1 11047,05035 63,1891 V=(11047,05035±63,1891)mm³
2 Balok 2 11715,55829 49,5568 V=(22715,55829±49,5568)mm³
3 Balok 3 13200,90126 58,3479 V=(13200,90126±58,3479)mm³
4 Balok 4 40881,78607 111100,67 V=(40874,38933±111100,67)mm³
Tabel 3.1. Pengukuran dimensi benda beraturan (penggaris)

Pengkuran Dimensi Benda Beraturan (Penggaris)


NO NAMA BENDA PANJANG (cm) KTP (cm)
1 Balok 1 2,5 0,05 p = (2,5± 0,05) mm
2 Balok 2 2,9 0,05 p = (2,9 ± 0,05) mm
3 Balok 3 3,4 0,05 p = (3,4 ± 0,05) mm
4 Balok 4 9,2 0,05 p = (9,2 ± 0,05) mm

Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume Benda Beraturan (Mikrometer Sekrup)

NO NAMA BENDA DIAMETER (mm)


I II III d rata-rata KTP
1 Bola 1 5,06 5,04 5,04 5,047 0,0134 d = (5,047 ± 0,0134) mm
2 Bola 2 7,46 7,44 7,46 7,453 0,0069 d = (7,453 ± 0,0069) mm
3 Bola 3 20,02 20,03 20,03 20,027 0,0078 d = (20,027 ± 0,0078) mm
Tabel 3.2. Pengukuran dimensi dan perhitungan volume benda beraturan (mikrometer sekrup)

Pengukuran Volume
NO NAMA BENDA KTP (mm^3)

1 Bola 1 3855,98 mm³ 30,71 mm³ V = (3855,98 ± 30,71) mm³


2 Bola 2 12421,46 mm³ 34,33 mm³ V = (12321,46 ± 34,33) mm³
3 Bola 3 240961,28 mm³ 282,17 mm³ V = (240961,28 ± 282,17) mm³

Tabel 3.3. Pengukuran massa dan perhitungan massa jenis benda beraturan

Pengukuran Massa Benda Beraturan (Neraca Ohauss)


NO NAMA BENDA MASSA (g) KTP (g)
1 Balok 1 107,06 0,05 m = (107,06 ± 0,05) g
2 Balok 2 107,1 0,05 m = (107,1 ± 0,05) g
3 Balok 3 107,58 0,05 m = (107,58 ± 0,05) g
4 Balok 4 107,15 0,05 m = (107,15 ± 0,05) g
5 Bola 1 7,1 0,05 m = (7,1 ± 0,05) g
6 Bola 2 7,6 0,05 m = (7,6 ± 0,05) g
7 Bola 3 35,25 0,05 m = (35,25 ± 0,05) g
Perhitungan Massa Jenis Benda Beraturan

NO NAMA BENDA DENSITAS (g/mm^3) KTP


1 Balok 1 0,0096 0,00052 p = ( 0,0096 ± 0,00052) g/mm ³
2 Balok 2 0,0091 0,0005 p = ( 0,0091 ± 0,0005) g/mm ³
3 Balok 3 0,0081 0,0005 p = ( 0,0081 ± 0,0005) g/mm ³
4 Balok 4 0,0026 3,2977 p = ( 0,0026 ± 3,2977) g/mm ³
5 Bola 1 0,0018 0,007 p = ( 0,0018 ± 0,007) g/mm ³
6 Bola 2 0,0006 0.0065 p = ( 0,0006 ± 0,0065) g/mm ³
7 Bola 3 0,0001 0,0014 p = ( 0,0001 ± 0,0014) g/mm ³

Tabel 3.4. Pengukuran volume benda tidak beraturan


Pengukuran Volume tidak Beraturan

VOLUM BENDA TIDAK


BERATURAN
NAMA VOLUM KTP
NO BENDA (ml) (ml)
1 Benda 1 20 1 V = (20 ± 1 ) mm³
2 Benda 2 34 1 V = (34 ± 1 ) mm³
Tabel 3.5. Pengukuran massa benda tidak beraturan

MASSA BENDA
TIDAK BERATURAN
NO NAMA BENDA MASSA (g) KTP (g)
1 Benda 1 55 0,05 m= (55 ± 0,05)g
2 Benda 2 118 0,05 m = (118±0,05)g

Tabel 3.6. Pengukuran massa benda tidak beraturan

DENSITAS BENDA
TIDAK BERATURAN
NAMA DENSITAS
NO BENDA (g/ml) KTP (g/ml)
1 Benda 1 2,75 0,139 p = (2,75 ± 0,139 )mm³
2 Benda 2 3,47 0,103 p = (3,47 ± 0,103 )mm³

Sampel Tabel 3. Pengukuran dimensi dan perhitungan volume benda beraturan (jangka sorong)
Mencari Rata-rata

𝑙̅ =
𝑝1+𝑝2+𝑝3 𝑙1+𝑙2+𝑙3 𝑡1+𝑡2+𝑡3
𝑝̅ = 3 3
𝑡̅ = 3
𝑙̅ =
25,3+25,2+25,25 20,9+20,95+20,9 20,9+20,95+20,9
𝑝̅ =
3 3
𝑡̅ = 3
𝑝̅ = 25,25mm 𝑙̅ = 20,9167mm 𝑡̅ = 20,9167mm

Mencari KTP

̅ )2 + (𝑝2− ̅̅̅
(𝑝1− p p) 2 +(p3− p
̅ )2
∆𝑝 = √ (n−1)
= 0,0525mm

2 2 2
(l1−l) +( 𝑙2− l ) +(l3− l )
∆𝑝 = √ (n−1)
= 0,0391mm

(𝑡1− t̅ 2 )+( 𝑡2− ̅̅̅


t) 2 +(t3− t )2
∆𝑝 = √ (n−1)
= 0,0391mm

Mencari Volume

= 𝑝̅ x 𝑙̅ x 𝑡̅
= 25,25 x 20,9167 x 20,9167
= 11047,05035 𝑚𝑚3

Mencari KTP
∆𝑝 ∆𝑙 ∆𝑡
∆𝑣 = ( p + + t )𝑥 v

∆𝑣 = 63,1891𝑚𝑚3

Sampel Tabel 3.1. Pengukuran dimensi benda beraturan (penggaris)

Mencari KTP
𝟏
KTP = 𝟐 𝑵𝑺𝑻

NST Penggaris = 0,1 cm


𝟏
KTP = 𝟐 𝒙 𝟎, 𝟏 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒄𝒎

Sampel Tabel 3. 2 Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume Benda Beraturan (Mikrometer Sekrup)

Mencari Rata-rata
𝑑1+𝑑2+𝑑3
𝑑̅ = 3
5,06+5,04+5,04
𝑑̅ =
3
𝑑̅ = 5,047mm

Mencari KTP

2 2
√(𝑑1 − d̅) + ( 𝑑2 − ̅d̅ ) + (d3 − d
̅̅̅)2
∆𝑑 =
(𝑛 − 1)
2 2
(𝑑1− ̅) +( 𝑑2− ̅d̅ ) +(d3− ̅d
d ̅ )2
∆𝑑 = √ = 0,0134mm
2
Mencari Volume
1
V = 6 𝜋𝑑 3
V = 3855,98 mm³

Mencari KTP

∆𝑑
Δ𝑣 = ( 3 )𝑥 𝑣

Δ𝑣 =30,71 mm³

Sampel Tabel 3.3. Pengukuran massa dan perhitungan massa jenis benda beraturan

Mencari KTP
𝟏
KTP = 𝟐 𝑵𝑺𝑻

NST Neraca= 0,1 gram


𝟏
KTP = 𝒙 𝟎, 𝟏 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒈𝒓𝒂𝒎
𝟐

Mencari Massa Jenis/Densitas


𝑚
𝜌= 𝑣

107,06
𝜌 = 11047,05035

𝜌 = 0,0096 g/𝑚𝑚3

Mencari KTP
∆𝒎 ∆𝒗
∆𝝆 = ( + )𝝆
𝒎 𝒗
0,05 63,1891
∆𝝆 = ( 107,06 + 11047,05035) 𝒙 0,0096

∆𝝆 = 0,00052

Sampel Tabel 3.4. Pengukuran volume benda tidak beraturan

Mencari KTP
𝟏
KTP = 𝟐 𝑵𝑺𝑻

NST Gelas ukur= 2ml


𝟏
KTP = 𝟐 𝒙 𝟐 = 𝟏𝒎𝒍

Sampel Tabel 3.5. Pengukuran massa benda tidak beraturan

Mencari KTP
𝟏
KTP = 𝟐 𝑵𝑺𝑻

NST Neraca= 0,1 gram


𝟏
KTP = 𝟐 𝒙 𝟎, 𝟏 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒈𝒓𝒂𝒎

Sampel Tabel 3.6. Pengukuran massa benda tidak beraturan


Mencari Massa Jenis/Densitas
𝑚
𝜌= 𝑣

55
𝜌 = 20

𝜌 = 2,75 g/ml

Mencari KTP

∆𝒎 ∆𝒗
∆𝝆 = ( + )𝝆
𝒎 𝒗
0,05 1
∆𝝆 = ( + 20) 𝒙 2,75
55

∆𝝆 = 0,139 g/ml
IV. PEMBAHASAN

data fisis laboratorium penting untuk diukur dan dicatat pada laporan suatu percobaan karena
mengukur merupakan kegiatan rutinitas yang sangat penting untuk dilakukan. Dengan mengukur
dan mencatat data fisis laboratorium pada laporan suatu percobaan, kita dapat mendefinisikan
karakteristik suatu permasalahan secara kuantitatif. Jika pengukuran dikaitkan dengan proses
penelitian atau hipotesis maka pengukuran adalah data yang perlu di teliti dengan benar dan valid.
Pengukuran dengan tingkat kecermatan dan ketelitian yang tinggi dan menggunakan alat yang
sesuai dan standar pengukuran agar mengurangi tingkat kesalahan pada penghitungan. Hasil
pengukuran harus dimasukan dalam tabel agar tidak terjadi pengukuran ulang yang menghabiskan
banyak waktu dalam proses perhitungannya.
contoh hubungan hasil pengukuran dengan konfisis fisis laboratorium yaitu :
1) Terjadinya fluktuasi tegangan listrik laboratorium, misalnya sumber tegangan dari PLN atau
generator AC dan bahkan aki (baterai), hal ini dapat mengalami fluktuasi akibat perubahan kecil
yang tidak teratur dan berlalu sangat cepat sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
2) Terjadi bising elektronik (noise) di laboratorium , berupa fluktuasi pada tegangan dalam alat
yang sangat cepat karena komponen alat yang bergantung pada suhu dapat mempengaruhi hasil
pengukuran.
3) Kondisi lingkungan laboraorium yang tidak mendukung. Misalnya alat ukur sangat sensitif terhadap
perubahan panas lingkungan, maka dapat memunculkan ralat ini, karena menyebabkan nilai baca
bervariasi.
4) Efek latar pada pengukuran peluruhan radioaktif, maka efek latar berupa radiasi kosmik dapat
menyebabkan pencacahan yang dilakukan alat pencacah bukan harga yang sebenarnya.

V. KESIMPULAN

1. Dalam pengukuran terdapat angka atau nilai ketidakpastian dari hasil pengukuran
dengan dasar ketidakpastiansetengahdarinilaiskalaterkecil(NST) alat ukurnya.

2. Dalam melakukan pengukuran alat ukur yang digunakan sangat berpengaruh


dengan hasil perhitungannya dan dalam kegiatan pengukuran, semakin kecil
skala alat ukur yang digunakan maka semakin akurat nilai yang didpatkan dan
semakin kecil angka ketidakpastiannya. Sebaliknya, semakin besar skala ukuran
yang digunakan maka ketelitian atau keakuratan dari alat ukur tersebut semakin
kecil dan nilai ketidakpastiannya pun semakin besar.

VI. REFERENSI
Modul Praktikum Fisika Dasar I 2019/2020. Jakarta: Universitas Pertamina
Sasmito, Teguh. 2010. Pengukuran, Besaran dan Satuan. Jakarta: Erlangga.
Ihsan, Helly. 2006. Pengertian Pengukuran. UPI: FIP
Darmawan Djonoputro, B. 1984. Teori Ketidakpastian. Bandung: Penerbit ITB.
Ahmad, D., dkk. 2019. Modul Praktikum Fisika Dasar I 2019/2020. Jakarta:
Universitas Pertamina.

Anda mungkin juga menyukai