Abstrak. Telah dilakukan percobaan dengan judul Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian
Tujuan eksprimen ini dilakukan agar kita mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, mampu
menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, serta memahami penggunaan
angka berarti. Dalam melaksanakan eksprimen ini kita melakukannya dengan cara mempersiapkan
alat dan bahan eksprimen itu seperti, mistar, jangka sorong,mikrometer sekrup , stopwarch,
termometer, balok besi, bola neraca ohauss, gelas ukur, kaki tiga dan kasa pembakar bunsen serta
air secukupnya. Untuk kegiatan pertama mengukur panjang, lebar dan tinggibalok besi serta
diameter boladengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Untuk kegiatan
kedua, mengukur massa pada neraca ohauss 2610, 311, dan 310 gram. Untuk pengukuran suhu dan
waktu, mengukur perubahan suhu air yang diletakkan diatas kaki tiga dengan kasa dengan
termometer dalam setiap 30 sekon menggunakan stopwatch hingga waktu yang ditentukan.
Mencatat semua hasil pengmatan dalam tabel yang telah ditentukan mulai pengukuran panjang,
massa, serta suhu. Semua hasul nyang dicatat harus menggunakan aturan penulisan dalam fisika.
Simpulan, setiap alat ukur memiliki cara yang berbeda dalam menggunakannya, ketidakpastian
suatu alat ukur berbeda pada pengukuran tunggal dan berulang serta penulisan angka berarti harus
melalui pencarian dengan ketidakpastian relatif (KR) dan dalam mengukur panjang alat yang
memiliki ketelitian paling tinggi yaitu mikrometer sekrup, sedangkan dalam mengukur massa alat
yang memiliki ketelitian paling tinggi yaitu neraca ohauss 310.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti
TEORISINGKAT
A. Arti Pengukuran.
Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan suatu bilangan dengan
suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. Pengukuran yang
akurat merupakan bagian penting dari fisika, tetapi tidak ada pengukuran yang
benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan pada setiap pengukuran.
Diantara yang paling penting selain kesalahan adalah keterbatasan ketepatan
setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca instrumen diluar batas
bagian terkecil yang ditunjukkan. Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan
hasil berupa nilai ukur yang tepat dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan
hal yang sangat penting didalam fisika untuk memperoleh hasil atau data yang
akurat dan dapat dipercaya..(Douglas C. Giancolli, 2001, hal. 8)
B. Ketepatan dan Ketelitian Dalam Pengukuran
1. Ketepatan (keakuratan)
Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan
menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga yang sebenarnya
maka pengukuran dikatakan akurat. Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya
mendekati harga yang sebenarnya.
2. Ketelitian (kepresisian)
Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah tertentu maka pengkuran
disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda).
C. Angka Berarti Atau Angka Berarti
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka berarti
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka berarti.
Contoh : 13,07 cm mengandung 4 angka berarti.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka berarti, kecuali
kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis bawah angka terakhir yang
masih dianggap penting.
Contoh : 13,40 mengandung 3 angka berarti.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka berarti.
Contoh : 0,26 cm mengandung 2 angka berarti.
E. Ketidakpastian pengukuran
1. Ketidakpastian bersistem
Ketidakpastian (kesalahan) bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh
menyimpang dari hasil sebenarnya. Sumber-sumber ketidakpastian bersistem ini
antara lain :
a) Kesalahan kalibrasi alat; dapat diketahui dengan membandingkannya dengan
alat yang lain.
b) Kesalahan titik nol (KTN)
c) Kerusakan komponen alat,misalnya pada pegas yang telah lama dipakai
sehingga menjadi tidak elastis lagi.
d) Gesekan
e) Kesalah paralaks
f) Keslahan karena keadaan saat bekerja,kondisi alat pada saat dikalibrasi
berbeda dengan kondisi pada saat alat belajar.
2. Ketidakpastian Rambang
Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau
diatasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan
dan pengaturan di luar kemampuan. Sumber-sumber ketidakpastian acak ini antar
lain :
a) Kesalahan menaksir skala
Sumber pertama ketidakpastian pada pengukuran adalah keterbatasan skala
alat ukur. Harga yang lebih kecil dari nilai skala terkecil (NST) tidak dapat
lagi dibaca, sehingga dilakukan taksiran. Artinya, suatu ketidakpastian telah
menyusup pada hasil pengukuran.
b) Keadaan yang berfluktuasi artinya keadaan yang berubah cepat terhadap
waktu.
c) Gerak acak (gerak Brown) molekul-molekul udara. Gerak ini menyebabkan
penunjukan jarum dari alat ukur yang sangat halus menjadi terganggu.
d) Landasan yang bergetar
e) Bising (noise) yaitu gangguan pada alat elektronik yang beruapa fluktasi
yang cepat pada tegangan karena komponen alat yang meningkat tempertaur
kerjanya.
f) Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari angkasa luar.
X =( x x ) [ X ] (1.2)
Pengukuran berulang
Pengukuran berulang merupakan pengukuran yang dilakukan pada obyek
yang sama dan dengan alat yang sama dengan berulang kali. Nilai rata-rata
pengukuran dilaporkan sebagai {x } sedangkan deviasi (penyimpangan)
{x } = x , rata-rata pengukuran
x = maksimum,
= rata-rata
sehingga :
x 1 + x 2+ x 3
x = dan,
3
deviasi 1=|x 1x| , 2=|x 2x| , 3=|x 3x| . x adalah yang
y y y
dy= da+ db+ dc (1.3)
a b c
y y y
y= a+ b+ c
a a a
(1.4)
1
a , b, c , . diperoleh dari x NST alat ukur atau sesuai aturan
2
yang telah dijelaskan sebelumnya.
y y
dy= da+ db (1.5)
a b
y
karena, =1 dan, maka y= a= b
a
Kesalah mutlak dari bentuk jumlah atau selisih sama dengan jumlah kesalahan
mutlak dari masing-masing sukunya.
a
y= =a . b1
b
y y
dy= da+ db (1.6)
a b
dimana,
y 1 y 1
= =b1 dan =a . =a . b2
a b b b2
Jadi :
1 a 1 a
dy= da+ 2 db= da+ 2 db
b b b b
a 1
Jika dibagi dengan y= b =a . b , maka diperoleh :
| |
| | |
1 a
a+ 2
b
y
y = 1
b
=
a b
a
+
b |
b
dengan,
dan,
atau,
Hasil Pengukuran (HP) (PSU NST SU) + (PSN NST Jangka Sorong)
NST SU
NST Jangka Sorong =
N
dengan , dimana N = jumlah skala nonius.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala
utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup
dapat ditentukan dengan cara yang sama prinsipnya dengan jangka sorong,
yaitu :
NS Skala Mendatar
NST Mikrometer
Jumlah Skala Putar
0.5 mm
= =0.01 mm
50 skala
Kesalahan mutlak x :
1
x= . NST
n
1
x= .0 .01 mm=0.005 mm
2
2. Pengukuran massa
Neraca Ohauss
Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-
beda. Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-
masing 500 gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat
ini menjadi 2610 gram. Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup
menggunakan semua lengan neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram
ditambah dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan
menjumlah penunjukan beban gantung dengan semua penunjukan lengan-
lengan neraca.
NS lengan 2 = 10 gram
NS skala putar = 0,1 gram
NS Skala Nonius = 10 SN
19 SU = 10 SN
10 SN = 19 SU = 1,9 gram
1.9
1 SN = 10 =0.19 gram
0.20
NST = =0.01 gram
0.19
METODE EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mistar 1 buah
b. Jangka Sorong 1 buah
c. Mikrometer sekrup 1 buah
d. Stopwatch 1 buah
e. Termometer 1 buah
f. Balok besi 1 buah
g. Kelereng 1 buah
h. Neraca Ohauss 310 gram 1 buah
i. Neraca Ohauss 311 gram 1 buah
j. Neraca Ohauss 2610 gram 1 buah
k. Gelas Ukur 1 buah
l. Kaki Tiga dan kasa 1 buah
m. Korek 1 buah
n. Bunsen Pembakar 1 buah
2. Bahan
a. Air secukupnya
b. Identifikasi Variabel
Kegiatan 3
1. Variabel Manipulasi = Waktu
2. Variabel Respon = Suhu
3. Variabel Kontrol = Suhu Awal
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 3
1. Variabel Manipulasi adalah waktu, waktu adalah jumlah waktu yang diperlukan
untuk menaikkan suhu air yang diukur dengan stopwatch dalam satuan sekon.
2. Variabel Respon adalah suhu, suhu yaitu Ukuran panas atau dinginnya suatu
benda.Satuan yang digunakan pada percobaan ini adalah C.
3. Variabel Kontrol adalah suhu awal atau temperatur mula-mula, Suhu awal yaitu
ukuran panas atau dingin suatu benda pada titik awal atau permulaan yang tidak
dapat diubah. Satuan yang digunakan yaitu C.
Prosedur Kerja
Kegiatan 1
Langkah pertama mistar diambil kemudian ditentukan NSTnya kemudian kubus
diambil untuk diukur panjang, lebar, dan tingginya menggunakan mistar secara berulang
sebanyak 3 kali setelah itu hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan disertai
ketidakpastian, kemudian yang kedua jangka sorong diambil dan ditentukan NSTnya dan
mengambil kubus yang sama untuk diukur panjang, lebar, dan tingginya secara berulang
sebanyak 3 kali setelah itu hasil pengukuran juga dicatat pada tabel pengamatan disertai
ketidakpastiannya kemudian yang terakhir digunakan alat ukur mikrometer sekrup,
mikrometer sekrup diambil serta ditentukan NSTnya, kemudian kubus juga diambil
kemudian diukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar, dan tinggi balok
berbentuk kubus dan hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan pengukuran
menggunakan mikrometer sekrup.
Kegiatan 2
Langkah pertama masing-masing neraca yaitu neraca 2610, neraca 311, dan
neraca 310 diambil kemudian ditentukan NSTnya setelah itu kubus diambil kemudian
ditentukan massanya menggunakan ketiga neraca tersebut dan dilakukan pengukuran
berulang sebanyak 3 kali dan hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan dilengkapi
ketidakpastian pengukuran, setelah itu bola diambil kemudian juga ditentukan massanya
menggunakan ketiga neraca tadi yang dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali, setelah
itu hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan dilengkapi juga dengan
ketidakpastian pengukuran.
Kegiatan 3
Langkah pertama yang dilakukan yaitu gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki
tiga dan lapisan asbesnya serta sebuah termometer disiapkan, setelah itu gelas ukur diisi
dengan air hingga bagian dan diletakkan di atas kaki tiga tanpa ada pembakar,
kemudian temperatur ruangan diukur sebagai temperatur mula-mula (T o), selanjutnya
bunsen pembakar dinyalakan dan ditunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat
normal, setelah itu bunsen pembakar tadi diletakkan tepat di bawah gelas ukur, dimana
didalam gelas yang berisis air ini diletakkan termometer bersamaan dengan menjalankan
alat pengukur waktu, dan pada akhirnya perubahan temperatur yang terbaca pada
termometer dicatat tiap selang waktu 30 sekon.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Lebar
19,0 0,5 20,20 0,05 20,350 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 19,890 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 20,310 0,005
Tinggi
19,0 0,5 20,30 0,05 20,450 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 19,950 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 19,890 0,005
2 Bola Diameter
16,0 0,5 16,45 0,05 16,350 0,005
kecil
15,0 0,5 15,50 0,05 16,310 0,005
15,0 0,5 16,35 0,05 15,890 0,005
Tabel hasil pengukuran massa dengan menggunakan Neraca Ohauss 311 gram adalah
sebagai berikut,
0 0 5 7 |5,700 0,005|
Bola 0 0 5 6,9
|5,690 0,005|
(kelereng) 0 0 5 6,8
|5,680 0,005|
Tabel hasil pengukuran massa dengan menggunakan Neraca Ohauss 310 gram adalah
sebagai berikut,
1
|60,0 0,1| |29,0 0,5| |1,0 0,5|
2
|120,0 0,1| |30,0 0,5| |2,0 0,5|
3
ANALISIS DATA
1. Balok Kubus
A. Mistar
a. pengukuran panjang
P1 + P2 + P3 19,0+19,0+ 19,0
p = = = 19,0 mm
3 3
P 0,5
KR= x 100% 2,63
P x 100 % = 19,0 = 3 AB
b. pengukuran lebar
L = 19,0 mm
1=0,0 mm
2=0,0 mm
3=0,0 mm
KR=2,63 = 3 AB
c. pengukuran tinggi
T = 19,0 mm
1=0,0 mm
2=0,0 mm
3=0,0 mm
maks 0,0 maka T =0,0 mm
KR=2,63 = 3 AB
B. Jangka Sorong
a. pengukuran panjang
P 0,03
KR= 0,14
P x 100 % = 20,08 x 100% = 4 AB
b. pengukuran lebar
L = 20,13 mm
1=0,07 mm
2= 0,03 mm
3=0,03 mm
c. pengukuran tinggi
T =20,16mm
1=0,14 mm
2=0,06 mm
3=0,06 mm
T = |20,16 0,14|mm
KR=0,69 = 4 AB
C. Mikrometer sekrup
a. pengukuran panjang
P1 + P 2 + P3 19,920+19,880+ 20,430
p = = = 20,076 mm
3 3
1=0,156 mm
2=0,196 mm
3=0,354 mm
P 0,354 mm
KR= x 100 0,017
P x 100 % = 20,076 mm = 4 AB
b. pengukuran lebar
L = 20,183 mm
1=0,167 mm
2=0,293 mm
3=0,127 mm
KR=1,45 = 3 AB
c. pengukuran tinggi
T =20,096 mm
1=0,354 mm
2=0,146 mm
3=0,206 mm
KR=1,76 = 3 AB
PF, T =|20, 0 96 0,354|mm
2. Bola ( kelereng)
a. Pengukuran diameter
D2 + D
1+ 3
16,0+15,0+ 15,0
3
D = = 3 = 15,3 mm
D
1=|DD 1|mm = |15,316,0| mm=0,7 mm
2=|DD 2|mm = |15,015,0| mm=0,3 mm
3=|DD 3|mm = |15,315,0| mm=0,3 mm
D 0,7
KR= x 100% 4,5
D x 100 % = 15,3 = 3 AB
1. Jangka sorong
= 16,10 mm
D
1=0,35 mm
2=0,6 mm
3=0,25 mm
2. Mikrometer sekrup
= 16,183 mm
D
1=0,167 mm
2=0,127 mm
3=0,293 mm
KR=1,81 = 3 AB
V = p .l .t
a. Mistar
V =p.l.t
= (19.19.19) mm
= 6859 mm3
535,002mm 3
535,002
KR = x 100
6859
= 0,078 x 100%
= 7,8 %= 2AB
V = |6, 8 59 0,535| x 10 3 mm 3
b. Jangka sorong
= |20,08 .20,13.20,10| mm
= 8124,62 mm3
V= |20,08 +
20,13 20,16 |
0,03 0,07 0,14
+ x 8124,62
= 0,0117 x 8124,62
3
= 95,419 . 10 mm3
95,419
KR = .100 =0,0117.100 =1,17 =3 AB
8124,62
c. Mikrometer sekrup
V =p.l.t
= |20,07.20,18 .20,09| mm
= 8136,7 mm3
V= |20,07 +
20,18 20,09 |
0,19 0,29 0,36
+ x 8136,7
|0,0416 x 8136,7|
= 338,486 mm3
338,486
KR = x 100 =4,16 =3 AB
8136,7
Volume Bola
4 3 1
V= r = r= D
3 2
4 1
V= 3 ( 2 D) 2
4 1
V= 3 8 D 3
1
V= D 3
6
Rambat ralat
1 3
V bola = 6 d
v= |vd | r
| | ( 16 d )
3
v= d
d
1
v= 3 d 2 d
6
v 2 d2 d
=
v 1 3
d
6
v 1 2 6
= d dx
v 2 d3
v 1 6
= d x
v 2 d
v d
=3
v d
v= |3 d d|v
a. Mistar
1 22
V= . .(15,3) 3
6 7
1 22
V= . 3
6 7 .3581,577 mm
V = 1876,064 mm3
V= |3.0,7
15,3 |
.1876,064
V =257,498 mm 3
257,498
KR = .100 =1,372 =3 AB
1876,064
b. Jangka sorong
1 22
V = 6 . 7 .(16,1) 3
V = 2186,004 mm3
V= |3.0,35
15,3 |
.2186,004=150,098 mm 3
150,098
KR= x 100
2186,004
= 0,06 % = 4AB
c. Micrometer sekrup
1 22
V= . . 3
6 7 (16,184)
= 2129,644 mm3
V= |3.0,294
16,184 |
2129,644 = 116,061 mm3
116,061
KR= x 100
2129,644
= 5,449 % = 4AB
a. Massa jenis
m
= = mv-1
v
= |m | m+ |v| v
| | | |
1 1
mv mv
= m+ v
m v
=|v1| m + |mv2| v
= | |
v1
mv1
m+ | | mv2
mv1
v
m
=
m | | + |vv |
= |mm| + |vv |
Untuk balok :
3 3 3
6859 mm + 8124,62mm + 8136,7 mm 3
v = = 7706,77 mm
3
x = |v v x|
x = |7706,778136,7|mm3 = 429,93 mm
3
v
KR = v 100%
847,77
KR = 7706,77 100% = 10 % ( 2AB )
x = |v v x|
x = |2063,9042186,004|mm 3 = 122,1mm 3
x = |2063,9042129,644|mm 3 = 66,55mm3
v
KR = v 100%
187,84
KR = 2063,904 100% = 9,1% 4 AB
1. NeracaOhaus 2610
a. Balok
m1 = 22,10 g
m2 = 22,10 g
m3 = 22,10 g
m1 +m2 +m3
mm = 3
mm = 22,10 g
1= 0,00 g
2 = 0,00 g
3= 0,00 g
max=0,05 g
0,05
KR = 22,10 100 =0,2 =4 AB
PF , m = |22,10 0,05|g
b. Bola
m1 = 5,65 g
m2 = 5,75 g
m3 = 5,7 g
mm = 5,7 g
1=0,05 g
2=0,05 g
3=0,05 g
max=0,05 g
0,05
KR = 100 =0,88 =4 AB
5,7
PF , m = |5,700 0,050| g
2. NeracaOhaus 311
a. Balok
m1 = 22,22 g
m2 = 22,21 g
m3 = 22,22 g
mm = 22,21 g
1=0,01 g
2=0 g
3=0,01 g
max=0,01 g
0,01
KR = 100 =0,04 =4 AB
22,21
PF , m = |22,21 0,01| g
b. Bola
m1 = 5,700 g
m2 = 5,690 g
m3 = 5,680 g
mm = 5,69 g
1=0,01
2 = 0
3=0,01
max=0,01
0,01
KR = 100 =0.17 =4 AB
5,69
PF , m = |5,690 0,001| g
3. NeracaOhaus 310
a. Balok
m1 = 22,08 g
m2 = 22,05 g
m3 = 22,08 g
mm = 22,07 g
1=0,01 g
2=0,02 g
3=0,01 g
max=0,02 g
0,02
KR = 100 =0.09 =4 AB
22,07
PF , m = |22,07 0,02| g
m
balok = = mv-1
v
= |mm| + |vv |
= |22,07
0,02
| + |7706,77
847,77
| 0,002863 g/mm3
= 0,00032 g/mm3
b. Bola
m1 = 5,54 g
m2 = 5,53 g
m3 = 5,54 g
mm = 5,536 g
1=0,004 g
2=0,006 g
3=0,004 g
max=0,006 g
0,006
KR = 100 =0,001=4 AB
5,536
PF , m = |5,536 0,006|g
m
bola = = mv-1
v
= |mm| + |vv |
= |0,006
5,536| + |2063,904
187,84
| 0,027 g/mm3
PEMBAHASAN
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika.tetapi tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat.Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap
pengukuran.Ketida pastian muncul dari sumber yang berbeda.Pada percobaan dasar
pengukuran ini sangat membutuhkan ketelitian atau kejelian mata dalam membaca hasil
pengukuran.Sehingga pada percobaan ini dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali.
2 NST =0,005
NST 0,01 (( x=1/ dan neraca ohauss 310 gram dengan NST 0,01.Hasil
pengukuran massa dari ketiga neraca tersebut baik dari balok dan bola selisihnya tidak
jauh berbeda.
Pada kegiatan ketiga yaitu pengukuran waktu dan suhu dengan temperatur mula-
mula |34,0 0,5| dan NST stopwatch 0,1.pada pengukuran ini menggunakan waktu
yang konstan atau sama yaitu setiap 30 sekon temperaturnya bertambah dari temperatur
mula-mula dan hasil perubahan temperaturnya sama atau konstan.
SIMPULAN
Berdasarkan eksprimen yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
2. Penggunaan alat ukur yang digunakan mempunyai cara yang berbeda dalam
penggunaannya
3. Dalam menentukan ketidakpastian pengukuran berulang maka cukup menulis
ketidakpastian alat ukur tersebut, sedangkan pengukuran berulang kita perlu menulis
maks dari hasil pengukuran rata-reata dan pengukuran tunggal. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penentuan ketidakpastian pengukuran tunggal dan berulang
berbeda.
4. Dalam menuliskan angka berarti diperlukan analisis yang teliti dengan cara mencari
KR yang memerlukan konsentrasi yang baik.
REFERENSI
[1] Tipler, Douglas C. 2001.Fisika Jilid 1 Edisi Kelima (Terjemahan). Jakarta: Erlangga
[2] Giancolli, Douglas C.2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
[3] Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UNM. 2012. Modul Pengukuran
Dasar dan Teori Ketidakpastian Pengukuran. Laboratorium Fisika FMIPA UNM.
Makassar.