Anda di halaman 1dari 32

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Dhian Angraeni Muis, Fahri hidayat, Nurul Hikmayani, Syamsuddin B*)

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Biologi Sains FMIPA


Universitas Negeri Makassar 2015

Abstrak. Telah dilakukan percobaan dengan judul Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian
Tujuan eksprimen ini dilakukan agar kita mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, mampu
menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, serta memahami penggunaan
angka berarti. Dalam melaksanakan eksprimen ini kita melakukannya dengan cara mempersiapkan
alat dan bahan eksprimen itu seperti, mistar, jangka sorong,mikrometer sekrup , stopwarch,
termometer, balok besi, bola neraca ohauss, gelas ukur, kaki tiga dan kasa pembakar bunsen serta
air secukupnya. Untuk kegiatan pertama mengukur panjang, lebar dan tinggibalok besi serta
diameter boladengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Untuk kegiatan
kedua, mengukur massa pada neraca ohauss 2610, 311, dan 310 gram. Untuk pengukuran suhu dan
waktu, mengukur perubahan suhu air yang diletakkan diatas kaki tiga dengan kasa dengan
termometer dalam setiap 30 sekon menggunakan stopwatch hingga waktu yang ditentukan.
Mencatat semua hasil pengmatan dalam tabel yang telah ditentukan mulai pengukuran panjang,
massa, serta suhu. Semua hasul nyang dicatat harus menggunakan aturan penulisan dalam fisika.
Simpulan, setiap alat ukur memiliki cara yang berbeda dalam menggunakannya, ketidakpastian
suatu alat ukur berbeda pada pengukuran tunggal dan berulang serta penulisan angka berarti harus
melalui pencarian dengan ketidakpastian relatif (KR) dan dalam mengukur panjang alat yang
memiliki ketelitian paling tinggi yaitu mikrometer sekrup, sedangkan dalam mengukur massa alat
yang memiliki ketelitian paling tinggi yaitu neraca ohauss 310.

Katakunci: Angka berarti, ketidakpastian, kesalahan relatif, pengukuran.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?

2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan


berulang ?

3. Bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran dengan berlandaskan pada


angka penting?

TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti

TEORISINGKAT
A. Arti Pengukuran.
Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan suatu bilangan dengan
suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. Pengukuran yang
akurat merupakan bagian penting dari fisika, tetapi tidak ada pengukuran yang
benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan pada setiap pengukuran.
Diantara yang paling penting selain kesalahan adalah keterbatasan ketepatan
setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca instrumen diluar batas
bagian terkecil yang ditunjukkan. Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan
hasil berupa nilai ukur yang tepat dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan
hal yang sangat penting didalam fisika untuk memperoleh hasil atau data yang
akurat dan dapat dipercaya..(Douglas C. Giancolli, 2001, hal. 8)
B. Ketepatan dan Ketelitian Dalam Pengukuran
1. Ketepatan (keakuratan)
Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan
menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga yang sebenarnya
maka pengukuran dikatakan akurat. Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya
mendekati harga yang sebenarnya.
2. Ketelitian (kepresisian)
Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah tertentu maka pengkuran
disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda).
C. Angka Berarti Atau Angka Berarti
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka berarti
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka berarti.
Contoh : 13,07 cm mengandung 4 angka berarti.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka berarti, kecuali
kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis bawah angka terakhir yang
masih dianggap penting.
Contoh : 13,40 mengandung 3 angka berarti.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka berarti.
Contoh : 0,26 cm mengandung 2 angka berarti.

D. Operasional Angka Berarti


1. Penjumlahan dan pengurangan
Pada waktu menjumlahkan bilangan-bilangan tidak eksak (angka penting) maka
hasil terakhirnya hanya boleh mengandung satu angka ragu-ragu dengan
memperhatikan aturan berikut :
a. Angka ragu-ragu ditambah atau dikurangi dengan angka ragu-ragu
menghasilkan angka ragu-ragu.
b. Angka pasti ditambah atau dikurangi dengan angka rata-rata menghasilkan
angka ragu-ragu.
c. Angka pasti ditambah atau dikurangi dengan angka pasti menghasilkan angka
pasti.
2. Perkalian dan pembagian angka penting
Pada waktu mengalikan atau membagikan bilangan tidak eksak dengan
bilangan tidak eksak, hasilnya mengandung angka penting sebanyak angka
penting yang paling sedikit diantara yang diperkalikan atau dibagi. Sedangkan
jika yang dikalikan adalah bilangan eksak dengan bilangan tidak eksak maka
hasilnya mengandung angka penting sebanyak angka penting bilangan tidak
eksaknya.
Contoh : 2,50 2,50 = 6,25 ( 3 angka penting )
6,25
1,2
5,0 = 1,25 ( 2 angka penting )

E. Ketidakpastian pengukuran
1. Ketidakpastian bersistem
Ketidakpastian (kesalahan) bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh
menyimpang dari hasil sebenarnya. Sumber-sumber ketidakpastian bersistem ini
antara lain :
a) Kesalahan kalibrasi alat; dapat diketahui dengan membandingkannya dengan
alat yang lain.
b) Kesalahan titik nol (KTN)
c) Kerusakan komponen alat,misalnya pada pegas yang telah lama dipakai
sehingga menjadi tidak elastis lagi.
d) Gesekan
e) Kesalah paralaks
f) Keslahan karena keadaan saat bekerja,kondisi alat pada saat dikalibrasi
berbeda dengan kondisi pada saat alat belajar.
2. Ketidakpastian Rambang
Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau
diatasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan
dan pengaturan di luar kemampuan. Sumber-sumber ketidakpastian acak ini antar
lain :
a) Kesalahan menaksir skala
Sumber pertama ketidakpastian pada pengukuran adalah keterbatasan skala
alat ukur. Harga yang lebih kecil dari nilai skala terkecil (NST) tidak dapat
lagi dibaca, sehingga dilakukan taksiran. Artinya, suatu ketidakpastian telah
menyusup pada hasil pengukuran.
b) Keadaan yang berfluktuasi artinya keadaan yang berubah cepat terhadap
waktu.
c) Gerak acak (gerak Brown) molekul-molekul udara. Gerak ini menyebabkan
penunjukan jarum dari alat ukur yang sangat halus menjadi terganggu.
d) Landasan yang bergetar
e) Bising (noise) yaitu gangguan pada alat elektronik yang beruapa fluktasi
yang cepat pada tegangan karena komponen alat yang meningkat tempertaur
kerjanya.
f) Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari angkasa luar.

3. Analisis Ketidakpastian Pengukuran


Pengukuran tunggal
Ketidakpastian pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali
saja pada satu obyek. Ketidakpastian diberi lambang x . Lambang x
merupakan ketidakpastian mutlak.Jumlah angka berarti pada pengukuran ini ikut
pada kesalahan/ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil
kebijaksanaan:
1
x= NSTAlat (1.1)
2

Dimana x adalah ketidakpastian pengukuran tunggal.Angka dua mempunyai


arti satu skala pada alat ukur masih dapat dibagi 2 bagian secara jelas oleh mata.
Hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut:

X =( x x ) [ X ] (1.2)

Ket : X = simbol besaran yang diukur


( x x ) = hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya
[X] = satuan besaran x (dalam satuan SI)

Pengukuran berulang
Pengukuran berulang merupakan pengukuran yang dilakukan pada obyek
yang sama dan dengan alat yang sama dengan berulang kali. Nilai rata-rata
pengukuran dilaporkan sebagai {x } sedangkan deviasi (penyimpangan)

terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai x . Deviasi () adalah


selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya.Untuk pengukuran
yang kurang dari 50, maka deviasi maksimum yang digunakan.Sedangkan
pengukuran lebih dari 50 data, maka deviasi rata-rata yang digunakan.Dengan :

{x } = x , rata-rata pengukuran
x = maksimum,
= rata-rata

sehingga :
x 1 + x 2+ x 3
x = dan,
3
deviasi 1=|x 1x| , 2=|x 2x| , 3=|x 3x| . x adalah yang

terbesar (maksimum) di antara 1 , 2 , dan 3 .

Jumlah angka berartiditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dengan rumus:


x
KR= x 100
x
dengan ketentuan;
- Sekitar 10% menggunakan 2 angka berarti.
- Sekitar 1% menggunakan 3 angka berarti.
- Sekitar 0,1% menggunakan 4 angka berarti.

4. Rambat Ralat Pengukuran Tunggal


Misalkan suatu fungsi y f (a,b,c,.), y adalah hasil perhitungan dari besaran
terukur a,b dan c, ( pengukuran tunggal ). Jika a berubah sebesar da, b berubah
sebesar db dan c berubah sebesar dc,maka ;

y y y
dy= da+ db+ dc (1.3)
a b c

Analog dengan persamaan diatas, dapat dituliskan menjadi :

y y y
y= a+ b+ c
a a a
(1.4)

1
a , b, c , . diperoleh dari x NST alat ukur atau sesuai aturan
2
yang telah dijelaskan sebelumnya.

5. Operasi Rambat Ralat pada Pengukuran Tunggal


a. Rambatan Ralat Penjumlahan dan Pengurangan
Misalkan hasil perhitungan pengukuran y= a b , dimana a dan b hasil
pengukuran langsung, maka :

y y
dy= da+ db (1.5)
a b
y
karena, =1 dan, maka y= a= b
a
Kesalah mutlak dari bentuk jumlah atau selisih sama dengan jumlah kesalahan
mutlak dari masing-masing sukunya.

b. Rambatan Ralat Perkalian dan Pembagian


1
Misalkan hasil perhitungan y = a.b atau y = a. b , dimana a dan b hasil
pengukuran tunggal , maka :

a
y= =a . b1
b

ketidakpastian mutlak dari y dapat ditentukan dengan :

y y
dy= da+ db (1.6)
a b

dimana,
y 1 y 1
= =b1 dan =a . =a . b2
a b b b2

Jadi :

1 a 1 a
dy= da+ 2 db= da+ 2 db
b b b b

a 1
Jika dibagi dengan y= b =a . b , maka diperoleh :

| |
| | |
1 a
a+ 2
b
y
y = 1
b
=
a b
a
+
b |
b

Ketidakpastian relatif dari bentuk perkalian atau pembagian adalah jumlah


ketidakpastian relatif dari masing-masing faktornya.
6. Pengukuran
1. Pengukuran panjang
a. Mistar
Dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5
mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya.
b. Jangka sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala
nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong
lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang
memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.

Hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong diberikan oleh


persamaan:

Hasil Pengukuran (HP) = Nilai Skala Utama Nilai Stala Nonius

dengan,

Nilai Skala Utama = Penunjukan skala utama x NST skala utama

dan,

Nilai Skala Nonius = Penunjukan skala nonius x NST skala nonius

atau,
Hasil Pengukuran (HP) (PSU NST SU) + (PSN NST Jangka Sorong)

NST SU
NST Jangka Sorong =
N
dengan , dimana N = jumlah skala nonius.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala
utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup
dapat ditentukan dengan cara yang sama prinsipnya dengan jangka sorong,
yaitu :

NS Skala Mendatar
NST Mikrometer
Jumlah Skala Putar

0.5 mm
= =0.01 mm
50 skala

Kesalahan mutlak x :
1
x= . NST
n

1
x= .0 .01 mm=0.005 mm
2

Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki NST skala mendatar (skala


utama) 0,5 mm dan jumlah skala putar (nonius) sebanyak 50 skala. Hasil
pengukuran dari suatu mikrometer dapat ditentukan dengan cara
membaca penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan
garis horisontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian
atas dan bawah) terhadap skala putar.

2. Pengukuran massa

Neraca Ohauss

a.Neraca Ohauss 2610

Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-
beda. Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-
masing 500 gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat
ini menjadi 2610 gram. Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup
menggunakan semua lengan neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram
ditambah dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan
menjumlah penunjukan beban gantung dengan semua penunjukan lengan-
lengan neraca.

c. Neraca Ohauss 311

Neraca ini mempunyai 4 (empat) lengan dengan NST yang berbeda-beda,


masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan NST yang berbeda-beda.
Untuk menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan NST masing-masing
lengan kemudian jumlahkan penunjukan lengan neraca yang digunakan.

b. Neraca Ohauss 310


Neraca ini mempunyai 2 lengan dan skala berputar yang dilengkapi dengan
nonius. Nonius pada alat ini tidak bergerak seperti pada mistar Geser dan
mikrometer, cara menentukan NST dari alat ini, sama saja dengan mistar
geser. Menentukan hasil pengukurannya adalah dengan menjumlahkan
pembacaan masing-masing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius.

NS lengan 1 = 100 gram

NS lengan 2 = 10 gram
NS skala putar = 0,1 gram

NS Skala Nonius = 10 SN

19 SU = 10 SN

10 SN = 19 SU = 1,9 gram

1.9
1 SN = 10 =0.19 gram

0.20
NST = =0.01 gram
0.19

(Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UNM. 2015)

METODE EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mistar 1 buah
b. Jangka Sorong 1 buah
c. Mikrometer sekrup 1 buah
d. Stopwatch 1 buah
e. Termometer 1 buah
f. Balok besi 1 buah
g. Kelereng 1 buah
h. Neraca Ohauss 310 gram 1 buah
i. Neraca Ohauss 311 gram 1 buah
j. Neraca Ohauss 2610 gram 1 buah
k. Gelas Ukur 1 buah
l. Kaki Tiga dan kasa 1 buah
m. Korek 1 buah
n. Bunsen Pembakar 1 buah
2. Bahan
a. Air secukupnya
b. Identifikasi Variabel
Kegiatan 3
1. Variabel Manipulasi = Waktu
2. Variabel Respon = Suhu
3. Variabel Kontrol = Suhu Awal
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 3
1. Variabel Manipulasi adalah waktu, waktu adalah jumlah waktu yang diperlukan
untuk menaikkan suhu air yang diukur dengan stopwatch dalam satuan sekon.
2. Variabel Respon adalah suhu, suhu yaitu Ukuran panas atau dinginnya suatu
benda.Satuan yang digunakan pada percobaan ini adalah C.

3. Variabel Kontrol adalah suhu awal atau temperatur mula-mula, Suhu awal yaitu
ukuran panas atau dingin suatu benda pada titik awal atau permulaan yang tidak
dapat diubah. Satuan yang digunakan yaitu C.

Prosedur Kerja
Kegiatan 1
Langkah pertama mistar diambil kemudian ditentukan NSTnya kemudian kubus
diambil untuk diukur panjang, lebar, dan tingginya menggunakan mistar secara berulang
sebanyak 3 kali setelah itu hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan disertai
ketidakpastian, kemudian yang kedua jangka sorong diambil dan ditentukan NSTnya dan
mengambil kubus yang sama untuk diukur panjang, lebar, dan tingginya secara berulang
sebanyak 3 kali setelah itu hasil pengukuran juga dicatat pada tabel pengamatan disertai
ketidakpastiannya kemudian yang terakhir digunakan alat ukur mikrometer sekrup,
mikrometer sekrup diambil serta ditentukan NSTnya, kemudian kubus juga diambil
kemudian diukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar, dan tinggi balok
berbentuk kubus dan hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan pengukuran
menggunakan mikrometer sekrup.

Kegiatan 2
Langkah pertama masing-masing neraca yaitu neraca 2610, neraca 311, dan
neraca 310 diambil kemudian ditentukan NSTnya setelah itu kubus diambil kemudian
ditentukan massanya menggunakan ketiga neraca tersebut dan dilakukan pengukuran
berulang sebanyak 3 kali dan hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan dilengkapi
ketidakpastian pengukuran, setelah itu bola diambil kemudian juga ditentukan massanya
menggunakan ketiga neraca tadi yang dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali, setelah
itu hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan dilengkapi juga dengan
ketidakpastian pengukuran.

Kegiatan 3
Langkah pertama yang dilakukan yaitu gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki
tiga dan lapisan asbesnya serta sebuah termometer disiapkan, setelah itu gelas ukur diisi
dengan air hingga bagian dan diletakkan di atas kaki tiga tanpa ada pembakar,
kemudian temperatur ruangan diukur sebagai temperatur mula-mula (T o), selanjutnya
bunsen pembakar dinyalakan dan ditunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat
normal, setelah itu bunsen pembakar tadi diletakkan tepat di bawah gelas ukur, dimana
didalam gelas yang berisis air ini diletakkan termometer bersamaan dengan menjalankan
alat pengukur waktu, dan pada akhirnya perubahan temperatur yang terbaca pada
termometer dicatat tiap selang waktu 30 sekon.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA

Hasil Pengamatan

Kegiatan 1: Pengukuran Panjang


Tabel hasil pengukuran panjang adalah sebagai berikut,
No Benda Besaran
Hasil Pengukuran (mm)
yang yang diukur
diukur Mistar Jangka Sorong Mikrometer Sekrup
1 Balok Panjang
19,0 0,5 20,05 0,05 19,920 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 19,880 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 20,430 0,005

Lebar
19,0 0,5 20,20 0,05 20,350 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 19,890 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 20,310 0,005

Tinggi
19,0 0,5 20,30 0,05 20,450 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 19,950 0,005
19,0 0,5 20,10 0,05 19,890 0,005

2 Bola Diameter
16,0 0,5 16,45 0,05 16,350 0,005
kecil
15,0 0,5 15,50 0,05 16,310 0,005
15,0 0,5 16,35 0,05 15,890 0,005

Kegiatan 2: Pengukuran Massa


Tabel hasil pengukuran massa dengan menggunakan Neraca Ohauss 2610 gram adalah
sebagai berikut:

Benda Penun. Penun. Penun. Beban Massa benda (g)


Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 gantung

Balok 0 2 21 0 |22,10 0,05|


Kubus
0 2 21 0
|22,10 0,05|
0 2 21 0
|22,10 0,05|
0 0 56,5 0 |5,65 0,05|
Bola 0 0 57,5 0
|5,75 0,05|
0 0 57 0
|5,70 0,05|

Tabel hasil pengukuran massa dengan menggunakan Neraca Ohauss 311 gram adalah
sebagai berikut,

Benda Penun. Penun. Penun Penun Massa benda(g)


Lengan Lengan 2 Lengan 3 Lengan 4
1

Balok 0 2 2 22 |22,220 0,005|


kubus
0 2 2 21
|22,210 0,005|
0 2 2 22
|22,220 0,005|

0 0 5 7 |5,700 0,005|
Bola 0 0 5 6,9
|5,690 0,005|
(kelereng) 0 0 5 6,8
|5,680 0,005|

Tabel hasil pengukuran massa dengan menggunakan Neraca Ohauss 310 gram adalah
sebagai berikut,

Benda Penun. Penun. Penun. Penun. Skala Massa benda (g)


Lengan 1 Lengan 2 Skala putar Nonius

Balok 0 20 20 8 |22,08 0,01|


kubus
0 20 20 5
|22,05 0,01|
0 20 20 8
|22,08 0,01|
Bola 0 0 55 4 |5,54 0,01|
(kelereng 0 0 55 3
) |5,53 0,01|
0 0 55 4
|5,54 0,01|

Kegiatan 3: Pengukuran suhu dan waktu


Tabel hasil pengukuran waktu dengan menggunakan Termometer dan Stopwatch adalah
sebgai berikut,

No. Waktu (s) Temperatur (C) Perubahan Temperatur (C)

|30,0 0,1| |28,,0 0,5| |0,0 0,5|

1
|60,0 0,1| |29,0 0,5| |1,0 0,5|
2
|120,0 0,1| |30,0 0,5| |2,0 0,5|
3

4 |150,0 0,1| |31,0 0,5| |3,0 0,5|


5
|180,0 0,1| |33,0 0,5| |5,0 0,5|
6
|210,0 0,1| |34,0 0,5| |6,0 0,5|

ANALISIS DATA

1. Balok Kubus

A. Mistar

a. pengukuran panjang

P1 + P2 + P3 19,0+19,0+ 19,0
p = = = 19,0 mm
3 3

1=|p p1|mm = |19,019,0| mm=0,0 mm


2=| p p2|mm = |19,019,0| mm=0,0 mm

3=| p p3|mm = |19,019,0| mm=0,0 mm

maks 0,0 maka p=0,5 mm

P 0,5
KR= x 100% 2,63
P x 100 % = 19,0 = 3 AB

PF, P=|19,0 0,5|mm

b. pengukuran lebar


L = 19,0 mm

1=0,0 mm

2=0,0 mm

3=0,0 mm

maks 0,0 maka L=0,0 mm

KR=2,63 = 3 AB

PF, L=|19,0 0,5|mm

c. pengukuran tinggi

T = 19,0 mm

1=0,0 mm

2=0,0 mm

3=0,0 mm
maks 0,0 maka T =0,0 mm

KR=2,63 = 3 AB

PF, T =|19,0 0,5|mm .

B. Jangka Sorong

a. pengukuran panjang

P1 + P2 + P3 20,05+ 20,10+ 20,10


p = = = 20,08 mm
3 3

1=|p p1|mm = |20,0820,05|mm=0,03 mm

2=| p p2|mm = |20,0820,10|mm=0,02mm

3=| p p3|mm = |20,0820,10|mm=0,02mm

maks 0,03 maka p=0,0 3 mm

P 0,03
KR= 0,14
P x 100 % = 20,08 x 100% = 4 AB

PF, P=|20,08 0,03|mm

b. pengukuran lebar


L = 20,13 mm

1=0,07 mm

2= 0,03 mm

3=0,03 mm

maks 0,10 mm maka L=0,07 mm


KR=0,34 = 4 AB

PF, L=|20,13 0,07|mm

c. pengukuran tinggi

T =20,16mm

1=0,14 mm

2=0,06 mm

3=0,06 mm

maks 0,14 3 maka T =0,14 3

T = |20,16 0,14|mm

KR=0,69 = 4 AB

PF, T =|20,16 0,14|mm

C. Mikrometer sekrup

a. pengukuran panjang

P1 + P 2 + P3 19,920+19,880+ 20,430
p = = = 20,076 mm
3 3

1=0,156 mm

2=0,196 mm

3=0,354 mm

maks 0,354 mm maka p=0,354 m


P = |20,076 0,354|mm

P 0,354 mm
KR= x 100 0,017
P x 100 % = 20,076 mm = 4 AB

PF, P=|20,0 7 6 0,354|mm

b. pengukuran lebar


L = 20,183 mm

1=0,167 mm

2=0,293 mm

3=0,127 mm

maks 0,293 maka L=0,293mm

KR=1,45 = 3 AB

PF, L=|20, 1 00 0,293|mm

c. pengukuran tinggi

T =20,096 mm

1=0,354 mm

2=0,146 mm

3=0,206 mm

maks 0,354 mm maka T =0,354 mm

KR=1,76 = 3 AB
PF, T =|20, 0 96 0,354|mm

2. Bola ( kelereng)

a. Pengukuran diameter

D2 + D
1+ 3

16,0+15,0+ 15,0
3
D = = 3 = 15,3 mm
D


1=|DD 1|mm = |15,316,0| mm=0,7 mm


2=|DD 2|mm = |15,015,0| mm=0,3 mm


3=|DD 3|mm = |15,315,0| mm=0,3 mm

maks 0,7 maka D=0,7 mm

D 0,7
KR= x 100% 4,5
D x 100 % = 15,3 = 3 AB

PF, D=|15,3 0,7|mm

1. Jangka sorong

= 16,10 mm
D

1=0,35 mm

2=0,6 mm

3=0,25 mm

maks 0,6 maka D=0,6 mm


KR=3,7 = 3 AB

PF, D=|16,1 0,6|mm

2. Mikrometer sekrup

= 16,183 mm
D

1=0,167 mm

2=0,127 mm

3=0,293 mm

maks 0,293 maka D=0,293 mm

KR=1,81 = 3 AB

PF, D=|1,16 0,293|mm

Kegiatan 2 : perhitungan volume

V = p .l .t

V= |Vp | P+|Vl | l+|Vt |t


V= | ( p . l. t)
p | |
p+
( p . l. t )
l
l+ | |t |
( p . l. t )
t

V =|l. t . p|+| p . t . l|+| p . l . t |

V |l. t . p|+| p . t . l|+| p . l. t |


=
V p . l .t

= |l.pt..l.tp|+| pp. t.l. .t l |+| pp. l.l. .t t |


= |pp|+|l l|+| t t |
V= |{ pp|+|l l|+|t t | }V

a. Mistar

p= 19,00mm l=19,00mm t=19,00mm

p=0,5 l=0,5 t=0,5

V =p.l.t

= (19.19.19) mm

= 6859 mm3

V= |0,519 + 0,519 + 0,519|.6859


|0,026+0,026 +0,026|.6859

535,002mm 3

535,002
KR = x 100
6859

= 0,078 x 100%

= 7,8 %= 2AB

V = |6, 8 59 0,535| x 10 3 mm 3

b. Jangka sorong

p= 20,08mm l=20,13mm t=20,10mm

p=0,03 l=0,07 t=0,14


V=p.l.t

= |20,08 .20,13.20,10| mm

= 8124,62 mm3

V= |20,08 +
20,13 20,16 |
0,03 0,07 0,14
+ x 8124,62

= |0,0014+ 0,0034+0,0069| x 8124,62

= 0,0117 x 8124,62

3
= 95,419 . 10 mm3

95,419
KR = .100 =0,0117.100 =1,17 =3 AB
8124,62

V = |8,1 2 462 0,9 5 419| x 10 3 mm3

c. Mikrometer sekrup

p=20,07 l=20,18 t=20,09

p=0,19 l=0,29 t=0,36

V =p.l.t

= |20,07.20,18 .20,09| mm

= 8136,7 mm3

V= |20,07 +
20,18 20,09 |
0,19 0,29 0,36
+ x 8136,7

= |0,0094+ 0,0143+0,0179| x 8136,7

|0,0416 x 8136,7|
= 338,486 mm3

338,486
KR = x 100 =4,16 =3 AB
8136,7

V = |8,1 3 67 3,3848| x 103 mm 3

Volume Bola

4 3 1
V= r = r= D
3 2

4 1
V= 3 ( 2 D) 2

4 1
V= 3 8 D 3

1
V= D 3
6

Rambat ralat
1 3
V bola = 6 d

v= |vd | r

| | ( 16 d )
3

v= d
d

1
v= 3 d 2 d
6

v 2 d2 d
=
v 1 3
d
6
v 1 2 6
= d dx
v 2 d3

v 1 6
= d x
v 2 d

v d
=3
v d

v= |3 d d|v

a. Mistar

1 22
V= . .(15,3) 3
6 7

1 22
V= . 3
6 7 .3581,577 mm

V = 1876,064 mm3

V= |3.0,7
15,3 |
.1876,064

V =257,498 mm 3

257,498
KR = .100 =1,372 =3 AB
1876,064

V= |1,8 7 6064 0,257498| x 10 3mm3

b. Jangka sorong

1 22
V = 6 . 7 .(16,1) 3

V = 2186,004 mm3
V= |3.0,35
15,3 |
.2186,004=150,098 mm 3

150,098
KR= x 100
2186,004

= 0,06 % = 4AB

V = |2,18 6 004 0,150098| x 10 3mm3

c. Micrometer sekrup

1 22
V= . . 3
6 7 (16,184)

= 2129,644 mm3

V= |3.0,294
16,184 |
2129,644 = 116,061 mm3

116,061
KR= x 100
2129,644

= 5,449 % = 4AB

V= |0,212 9 644 0,116061| x 10 3mm3

Kegiatan 3 : Pengukuran Massa

a. Massa jenis

m
= = mv-1
v

= |m | m+ |v| v

| | | |
1 1
mv mv
= m+ v
m v
=|v1| m + |mv2| v



= | |
v1
mv1
m+ | | mv2
mv1
v

m

=
m | | + |vv |
= |mm| + |vv |
Untuk balok :

3 3 3
6859 mm + 8124,62mm + 8136,7 mm 3
v = = 7706,77 mm
3

x = |v v x|

1 = |7706,776859|mm3 = 847,77 mm3

x = |7706,778124,63|mm3 = 417,85 mm3

x = |7706,778136,7|mm3 = 429,93 mm
3

v = max = 847,77 mm3

v
KR = v 100%

847,77
KR = 7706,77 100% = 10 % ( 2AB )

Pelaporan fisika : |v v| = |77 84|mm3


Untukbola :

1876,064 mm3+ 2186,004 mm3 +2129,644 mm 3 3


v = = 2063,904 mm
3

x = |v v x|

1 = |2063,9041876,064|mm3 = 187,84 mm3

x = |2063,9042186,004|mm 3 = 122,1mm 3

x = |2063,9042129,644|mm 3 = 66,55mm3

v = max = 187,84 mm3

v
KR = v 100%

187,84
KR = 2063,904 100% = 9,1% 4 AB

Pelaporan fisika : |v v| = |2,06 3 904 1,8784|mm3

1. NeracaOhaus 2610

a. Balok

m1 = 22,10 g

m2 = 22,10 g

m3 = 22,10 g

m1 +m2 +m3
mm = 3

mm = 22,10 g

1= 0,00 g
2 = 0,00 g

3= 0,00 g

max=0,05 g

0,05
KR = 22,10 100 =0,2 =4 AB

PF , m = |22,10 0,05|g

b. Bola

m1 = 5,65 g

m2 = 5,75 g

m3 = 5,7 g

mm = 5,7 g

1=0,05 g

2=0,05 g

3=0,05 g

max=0,05 g

0,05
KR = 100 =0,88 =4 AB
5,7

PF , m = |5,700 0,050| g

2. NeracaOhaus 311

a. Balok

m1 = 22,22 g

m2 = 22,21 g

m3 = 22,22 g
mm = 22,21 g

1=0,01 g

2=0 g

3=0,01 g

max=0,01 g

0,01
KR = 100 =0,04 =4 AB
22,21

PF , m = |22,21 0,01| g

b. Bola

m1 = 5,700 g

m2 = 5,690 g

m3 = 5,680 g

mm = 5,69 g

1=0,01

2 = 0

3=0,01

max=0,01

0,01
KR = 100 =0.17 =4 AB
5,69

PF , m = |5,690 0,001| g

3. NeracaOhaus 310

a. Balok
m1 = 22,08 g

m2 = 22,05 g

m3 = 22,08 g

mm = 22,07 g

1=0,01 g

2=0,02 g

3=0,01 g

max=0,02 g

0,02
KR = 100 =0.09 =4 AB
22,07

PF , m = |22,07 0,02| g

m
balok = = mv-1
v

balok =(22,07 g)(7706,77 mm3) -1

balok = 0,002863 g/mm3

= |mm| + |vv |
= |22,07
0,02
| + |7706,77
847,77
| 0,002863 g/mm3

=|0,0009| + |0,11| 0,002863 g/mm3

= 0,00032 g/mm3
b. Bola

m1 = 5,54 g

m2 = 5,53 g

m3 = 5,54 g

mm = 5,536 g

1=0,004 g

2=0,006 g

3=0,004 g

max=0,006 g

0,006
KR = 100 =0,001=4 AB
5,536

PF , m = |5,536 0,006|g

m
bola = = mv-1
v

bola =(5,536 g)(2063,904 mm3 ) -1

bola = 0,0027 g/mm3

= |mm| + |vv |
= |0,006
5,536| + |2063,904
187,84
| 0,027 g/mm3

=|0,001| + |0,091|0,027 g/mm3


= 0,00025 g/mm3

PEMBAHASAN
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika.tetapi tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat.Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap
pengukuran.Ketida pastian muncul dari sumber yang berbeda.Pada percobaan dasar
pengukuran ini sangat membutuhkan ketelitian atau kejelian mata dalam membaca hasil
pengukuran.Sehingga pada percobaan ini dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali.

Pada kegiatan pertama yaitu pengukuran panjang dengan menggunakan


mistar,jangka sorong dan mikrometer sekrup.Pengukuran balok dan bola dengan
menggunakan mistar dengan NST alat 1 mm dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali
dengan masing-masing diukur yaitu panjang,lebar dan tinggi pada balok sedangkan pada
bola yang diukur adalah diameter bola.Selanjutnya pengukuran balok dan bola dengan
menggunakan Jangka sorong yang NST nya 0,05 mm.Dan pada pengukuran balok dan
bola menggunakan mikrometer sekrup dengan NST 0,01 mm.

Pada kegiatan kedua yaitu pengukuran Massa dengan menggunakan Neraca


2 NST =0,05
ohauss 2610 gram dengan NST 0,1 ( x=1/ ,neraca ohauss 311 gram dengan

2 NST =0,005
NST 0,01 (( x=1/ dan neraca ohauss 310 gram dengan NST 0,01.Hasil

pengukuran massa dari ketiga neraca tersebut baik dari balok dan bola selisihnya tidak
jauh berbeda.

Pada kegiatan ketiga yaitu pengukuran waktu dan suhu dengan temperatur mula-
mula |34,0 0,5| dan NST stopwatch 0,1.pada pengukuran ini menggunakan waktu
yang konstan atau sama yaitu setiap 30 sekon temperaturnya bertambah dari temperatur
mula-mula dan hasil perubahan temperaturnya sama atau konstan.

SIMPULAN
Berdasarkan eksprimen yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

2. Penggunaan alat ukur yang digunakan mempunyai cara yang berbeda dalam
penggunaannya
3. Dalam menentukan ketidakpastian pengukuran berulang maka cukup menulis
ketidakpastian alat ukur tersebut, sedangkan pengukuran berulang kita perlu menulis
maks dari hasil pengukuran rata-reata dan pengukuran tunggal. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penentuan ketidakpastian pengukuran tunggal dan berulang
berbeda.
4. Dalam menuliskan angka berarti diperlukan analisis yang teliti dengan cara mencari
KR yang memerlukan konsentrasi yang baik.

REFERENSI
[1] Tipler, Douglas C. 2001.Fisika Jilid 1 Edisi Kelima (Terjemahan). Jakarta: Erlangga
[2] Giancolli, Douglas C.2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
[3] Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UNM. 2012. Modul Pengukuran
Dasar dan Teori Ketidakpastian Pengukuran. Laboratorium Fisika FMIPA UNM.
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai