a. Lensa
Abstrak— Telah dilakukan percobaan mengenai lensa dan Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua
indek bias dengan tujuan memahami sifat dan menentukan bidang bias dengan minimal satu permukaan bidang
kuat serta perbesaran lateral, memahami hokum Snalliues, lengkung. Sumbu utama sebuah lensa adalah garis yang
serta menentukan indeks bias bahan padat. Percobaan ini ditentukan oleh dua pusat C1 dan C2 dimana sinar
dilakukan dengan menggunakan diameter yang bervariasi datang dipermukaan pertama dibiaskan sepanjang sinar.
untuk percobaan lensa, dan menggunakan sudat datang yang Jika diteruskan akan melewati sumbu utama dan karena
bervariasi untuk perocbaan indeks bias. Masing- masing itu merupakan bayangan yang dihasilkan oleh
percobaan dilakukan pengambilan data bayangan dan sudut permukaan pembias pertama [2].
bias sebanyak tiga kali. Adapaun sudut datang yang Kemudian didapatkan persamaan lensa sebagai
digunakan adalah 30°, 40°, 50°, 60°, dan 70°. Sedangakn berikut:
variasi diameter yang digunakan untuk percobaan lensa
adalah 16 cm, 21 cm, 26 cm, 31 cm, dan 36 cm. 1 1 1
= + (1.1)
𝑓 𝑑 𝑑′
Kata kumci—lensa; indeks bias; hukum Snellius; sinar datang;
pembiasan Keterangan:
𝑓 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑘𝑢𝑠 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 (𝑚)
𝑑 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑜𝑘𝑢𝑠 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 (𝑚)
𝑑 ′ = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 (𝑚)
Perbesaran lateral (M) dari sebuah lensa
I. PENDAHULUAN didefinisikan sebagai tinggi bayangan dibagi tinggi
benda, sehingga diperoleh persamaan:
Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami sifat
dan menentukan kuat serta perbesaran lateral lensa, ℎ′ 𝑑′
𝑀 = |− | + |− | (1.2)
memahami hukum Snellius, serta menentukan indeks bias ℎ 𝑑
bahan padat.
Keterangan:
Latar belakang pada percobaan ini yaitu
ℎ = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 (𝑚)
perkembangan teknologi telah membawa dampak yang
ℎ′ = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 (𝑚)
positif bagi kehidupan manusia, macam-macam peralatan
Besarnya kuat lensa (P) dapat diketahui dengan
elektronik diciptakan untuk dapat menggantikan berbagai
menggunakan persamaan sebagai berikut:
fungsi organ atau menyelidiki fungsi dan penyimpangan
pada organ tubuh manusia, seperti pada alat optik. Alat ℎ′ 𝑑′
𝑀 = |− | + |− | (1.3)
optic merupakan alat-alat yang salah satu atau lebih ℎ 𝑑
komponennya menggunakan benda optik, seperti: cermin,
lensa, serat optik atau prisma. Prinsip kerja dari alat optik Keterangan:
adalah dengan memanfaatkan prinsip pemantulan cahaya P menggunakan satuan dipotri.
dan pembiasan cahaya. Pemantulan cahaya adalah b. Indeks Bias
peristiwa pengembalian arah rambat cahaya pada reflektor. Menurut hukum Snellius Berkas cahaya yang
datang pada bidang batas dua zat antara bening yang
Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah
berbeda indeks biasnya, maka berkas cahaya itu
rambat cahaya karena cahaya melalui bidang batas antara
sebagian akan dipantulkan (refleksi) dan dibiaskan
dua zat bening yang berbeda kerapatannya. Peristiwa
(refraksi). Pada kedua fenomena tersebut berlaku
pembiasan cahaya tidak hanya terjadi pada lensa
hukum Snellius, yaitu, Hukum I Snellius yang
konvergen atau lensa divergen saja, tetapi bisa terjadi pada
berbunyi “Sinar datang, sinar bias, dan garis normal
kedua lensa yang digabungkan.
terletak pada satu bidang datar”. Hukum II Snellius
Alat optik yang paling sederhana adalah lensa tipis.
yang berbunyi “Jika sinar datang dari medium kurang
Lensa tipis adalah sebueh lensa yang ketebalannya dapat
rapat ke medium lebih rapat, maka sinar dibelokkan
diabaikan jika dibandingkan jarak fokus lensa ke objek
mendekati garis normal.” Ketika cahaya mengenai
atau bayangan yang terjadi [1]. sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua
medium berbeda, energi cahaya tersebut dipantulkan
dan perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan
tersebut disebut sebagai pembiasan.
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan
atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium Mencari dimana letak bayangan benda pada layer
yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan dan mencatat jarak bayangan (d’) dan posisi
cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu mendekati bayangan (tegak/terbalik). Melekukan pengamatan
garis normal dan menjauhi garis normal. Cahaya tersebut sebanyak tiga kali.
dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat
dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih
rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam
air. Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya Mengulangi langkah 3 dan 4 dengan jarak benda
merambat dari medium optik lebih rapat ke medium (d) yang berbeda-beda.
optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari
dalam air ke udara. Indeks bias suatu zat adalah
perbandingan cepat rambat cahaya dalam hampa udara
terhadap cepat rambat cahaya dalam zat tersebut, atau Mengulangi langkah 3 dan 4 dengan focus lensa
perbandingan sinus sudut datang terhadap sinus sudut yang berbeda
bias [3].
𝑠𝑖𝑛∅′ 𝑛′
+ (1.4)
𝑠𝑖𝑛∅ 𝑛 Merapikan Kembali alat dan bahan
Jika sinar masuk dari kaca menuju kedua dengan
sudut yang bervariasi mulai dari sudut terkecil sampai b. Indeks Bias
90°, maka akan kita temui keadaan dimana sudut sinar
Mempersiapkan alat dan bahan
yang dibiaskan membentuk sudut 90°. Sudut datang yang
menghasilkan keadaan ini disebut dengan sudut brewster
yang ditemukan pada tahun 1813 oleh Davit Brewster
[4]. Meletakkan bahan yang akan diamati indeks
Penerapan konsep indeks bias banyak di temukan biasnya ke dalam meja optik yang tersedia
dalam kehidupan sehari. Contoh globalnya dalam
pembiasan adalah sedotan yang ditempatkan dalam
segelas air, apabila di lihat dari samping tampak sedotan
patah atau bengkok. Menyalakan sumber cahaya dan mengarahkan ke
Adapun manfaat praktikum menentukan fokus bidang sisi benda yang diamati
lensa dan indeks bias ini dalam kehidupan sehari-hari
yakni dalam pembuatan alat optik. Alat optik yang sering
digunakan disekitar seperti kaca mata, mikroskop, lup,
maupun teropong merupakan aplikasi dari penerapan
Mengatur arah berkas cahaya dating dengan
lensa. Tanpa adanya komponen lensa, alat-alat optik
memvariasi besar sudut datang ∅ dan lakukan
tersebut tidak akan berfungsi sebagaimana semestinya.
sebanyak tiga kali.
Memasang rangkaian
Gambar 6. Kaca
(https://bildeco.com/)
Gambar 4. Mistar
(http://septyanrifai.blogspot.com/)
IV. ANALISIS DATA ̅ = 51 = 17 𝑐𝑚
𝑑′
3
1. Lensa √2
a. Menghitung rerata jarak bayangan ∆𝑑̅′ = = 1 𝑐𝑚
3−1
∑
̅ = 𝑑
𝑑′ (4.1) (𝑑̅′ ± ∆𝑑̅′ ) = (17 ± 1) 𝑐𝑚
𝑛
2
̅ = √∑(𝛿𝑑′)
∆𝑑′ (4.2) 𝑑 = 36 𝑐𝑚
𝑛−1 𝑑′ |𝛿𝑑′| |𝛿𝑑′|2
̅ ± ∆𝑑′̅) 12 −0,33 0,5744
(𝑑′ (4.3)
12 −0,33 0,5744
13 0,67 0,8185
𝑑 = 16 𝑐𝑚
∑ = 37 ∑ = 1,9673
𝑑′ |𝛿𝑑′| |𝛿𝑑′|2
38 −0,33 0,1089 ̅ = 37 = 12,33 𝑐𝑚
𝑑′
39 0,67 0,4489 3
38 −0,33 0,1089 ̅′
√1,9673
∆𝑑 = = 0,99 𝑐𝑚
∑ = 115 ∑ = 0,6667 3−1
(𝑑̅′ ± ∆𝑑̅′ ) = (12,33 ± 0,99) 𝑐𝑚
̅ = 115 = 38,33 𝑐𝑚
𝑑′
b. Menghitung focus lensa
3 ̅
𝑑 . 𝑑′
√ 0,6667 𝑓= (4.4)
∆𝑑̅′ = = 0,58 𝑐𝑚 𝑑 + 𝑑′̅
3−1 ∆𝑓
(𝑑̅ ± ∆𝑑̅ ) = (38,33 ± 0,58) 𝑐𝑚
′ ′
2
̅
𝑑(𝑑̅′ + 𝑑) − 𝑑 . 𝑑′ (4.5)
= √| ̅|
| |∆𝑑′
𝑑 = 21 𝑐𝑚
̅ + 𝑑)2
(𝑑′
𝑑′ |𝛿𝑑′| |𝛿𝑑′|2
26 −0,67 0,4489
(𝑓 ± ∆𝑓) (4.6)
28 1,33 1,7689
26 −0,67 0,4489
∑ = 80 ∑ = 2,6667 𝑑 = 16 𝑐𝑚
16 . 38,33
𝑓= = 11,288 𝑐𝑚 = 0,1129 𝑚
̅ = 80 = 26,67 𝑐𝑚
𝑑′ 16 + 38,33
3 2
√ 2,6667 16(38,33 + 16) − 16 . 38,33
∆𝑑̅′ = = 1,15 𝑐𝑚 ∆𝑓 = √| | |0,5773|
3−1 (38,33 + 16)2
̅′ ̅′
(𝑑 ± ∆𝑑 ) = (26,67 ± 1,15) 𝑐𝑚 2
256
∆𝑓 = √| | |0,5773|
𝑑 = 26 𝑐𝑚 2951,7489
𝑑′ |𝛿𝑑′| |𝛿𝑑′|2 ∆𝑓 = 0,224 𝑐𝑚 = 0,00224 𝑚
24 0 0 (𝑓 ± ∆𝑓) = (0,1129 ± 0,00224) 𝑚
24 0 0
24 0 0 𝑑 = 21 𝑐𝑚
21 . 26,67
∑ = 72 ∑=0 𝑓= = 11,748 𝑐𝑚 = 0,1175 𝑚
21 + 26,67
̅ = 72 = 24 𝑐𝑚
𝑑′ 21(26,67 + 21) − 21 . 26,67
2
3 ∆𝑓 = √| | |1,15|
√0 (26,67 + 21)2
∆𝑑̅′ = = 0 𝑐𝑚
3−1 441 2
̅′ ̅′
(𝑑 ± ∆𝑑 ) = (24 ± 0) 𝑐𝑚 ∆𝑓 = √| | |1,15|
2272,4289
𝑑 = 31 𝑐𝑚 ∆𝑓 = 8,57 𝑐𝑚 = 0,0857 𝑚
𝑑′ |𝛿𝑑′| |𝛿𝑑′|2 (𝑓 ± ∆𝑓) = (0,1175 ± 0,0857) 𝑚
16 −1 1
18 1 1 𝑑 = 26 𝑐𝑚
26 . 24
17 0 0 𝑓= = 12,48 𝑐𝑚 = 0,1248 𝑚
26 + 24
∑ = 51 ∑=2 2
26(24 + 26) − 26 . 24
∆𝑓 = √| | |0|
(24 + 21)2
𝑑 = 21 𝑐𝑚
676 2 1
∆𝑓 = √| | |0| 𝑃 = = 8,510 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
2500 0,1175
∆𝑓 = 0 𝑐𝑚 = 0 𝑚 𝑑 = 26 𝑐𝑚
(𝑓 ± ∆𝑓) = (0,1248 ± 0) 𝑚 1
𝑃 = = 8,012 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
0,1248
𝑑 = 31 𝑐𝑚 𝑑 = 31 𝑐𝑚
31 . 17 1
𝑓= = 10,9791 𝑐𝑚 = 0,1098 𝑚 𝑃 = = 9,107 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
31 + 17 0,1098
31(17 + 31) − 31 . 17
2 𝑑 = 36 𝑐𝑚
∆𝑓 = √| | |1| 1
(17 + 31)2 𝑃 = = 10,893 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
0,0918
1488 2
∆𝑓 = √| | |1|
2304 2. Indeks Bias
∆𝑓 = 0,8036 𝑐𝑚 = 0,00804 𝑚 a. Menghitung rerata sudut indeks bias
(𝑓 ± ∆𝑓) = (0,1098 ± 0,00804) 𝑚 ∑
̅ = ∅′
∅′ (4.9)
𝑛
𝑑 = 36 𝑐𝑚 2
36 . 12,33 ̅ = √∑(𝛿∅′)
∆∅′ (4.10)
𝑓= = 9,1843 𝑐𝑚 = 0,0918 𝑚 𝑛−1
36 + 12,33
2
̅ ± ∆∅′
(∅′ ̅) (4.11)
36(12,33 + 36) − 36 . 12,33
∆𝑓 = √| | |0,99|
(12,33 + 36)2
𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 (∅) = 30°
1739,88 2 ∅′ |𝛿∅′| |𝛿∅′|2
∆𝑓 = √| | |0,99| 18 −0,33 0,1089
2335,7889
20 1,67 2,7889
∆𝑓 = 0,8587 𝑐𝑚 = 0,0086 𝑚
(𝑓 ± ∆𝑓) = (0,1098 ± 0,086) 𝑚 17 −1,33 1,7689
c. Menghitung perbesaran bayangan (M) ∑ = 55 ∑ = 4,6667
𝑑′
𝑀=| |
𝑑
(4.7) ̅ = 55 = 18,33°
∅′
3
√ 4,6667
𝑑 = 16 𝑐𝑚 ∆∅̅′ = = 1,53°
3−1
38,33 ̅ ̅′
𝑀 =| | = 2,396 𝑐𝑚 (∅′ ± ∆∅ ) = (18,33 ± 1,53)°
16
𝑑 = 21 𝑐𝑚
26,67 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 (∅) = 40°
𝑀 =| | = 1,27 𝑐𝑚 ∅′ |𝛿∅′| |𝛿∅′|2
21
𝑑 = 26 𝑐𝑚 26 0,33 0,1089
24 25 −0,67 0,4489
𝑀 = | | = 0,923 𝑐𝑚 26 0,33 0,1089
26
𝑑 = 31 𝑐𝑚 ∑ = 77 ∑ = 0,6667
17
𝑀 = | | = 0,548 𝑐𝑚
31 ̅ = 77 = 25,67°
∅′
𝑑 = 36 𝑐𝑚 3
12,33 √ 0,6667
𝑀 =| | = 0,342 𝑐𝑚 ∆∅̅′ = = 0,57°
36 3−1
d. Menghitung kuat lensa (P) ̅ ± ∆∅̅′ ) = (25,67 ± 0,57)°
(∅′
1
𝑃= (4.8) 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 (∅) = 50°
𝑓
∅′ |𝛿∅′| |𝛿∅′|2
𝑑 = 16 𝑐𝑚 33 1,67 2,7889
1 35 0,33 0,1089
𝑃= = 8,857 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
0,1129 30 1,33 1,7689
∑ = 94 ∑ = 4,6667
̅ = 94 = 31,33°
∅′ −0,6428 . 0,9013 2
3 ∆𝑛′ = √| | |0,5773|2
√4,6667 0,1876
̅′
∆∅ = = 1,53°
3−1 ∆𝑛′ = 1,78°
̅ ± ∆∅̅′ ) = (18,33 ± 1,53)°
(∅′ (𝑛′ ± ∆𝑛′ ) = (1,48 ± 1,78)°