Ad an y a b i a s an c a h ay a b a y a n g an b i s a
Abstrak— Telah dilaksanakan praktikum tentang t e r l ih a t a t au n a m p ak . U n t u k m e n g e t ah u i
Lensa dan Indeks Bias yang bertujuan untuk memahami sifat penentuan fokus lensa. Penentuan jarak fokus lensa
serta menentukan kuat dan perbesaran lateral lensa, cembung dengan menentukan terlebih dahulu letak fokus
menentukan indeks bias bahan padat, dan memahami hukum lensa, kemudian meletakkan benda dengan jarak
snellius. Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua tertentu dengan fokus lensa dan mengamati pula
bidang bias dengan minimal satu permukaan bidang bayangan yang terbentuk.
lengkung. Pada praktikum kali ini teori yang melandasi
adalah hukum Snellius. Pada praktikum Lensa dan Indeks Pembelokan berkas cahaya yang merambat dari suatu
Bias ini digunakan berbagai alat dan bahan yakni lensa medium ke medium lain yang kerapatan optiknya berbeda
cembung ganda (konvergen), layar, busur derajat, sumber disebut pembiasan[2]. Arah pembiasan cahaya dibedakan
cahaya yang berasal dari lampu, mistar, media zat padat. menjadi dua macam yaitu mendekati garis normal dan
Prinsip kerja pada percobaan lensa adalah meletakkan benda menjauhi garis normal.
yang telah disinari oleh cahaya di depan lensa dengan jarak
tertentu kemudian mencari letak bayangan benda pada layar. Penerapan konsep indeks bias banyak ditemukan dalam
Pada percobaan indeks bias prinsip kerjanya adalah kehidupan sehari-hari. Contoh peristiwa pembiasan adalah
meletakkan benda yang akan diamati indeks biasnya, sedotan yang ditempatkan dalam segelas air, apabila dilihat
kemudian mengarahkan ke sumber cahaya. dari samping tampak sedotan patah atau bengkok.
Kata kumci—lensa, hukum snellius, Indeks bias
1.3 Dasar Teori
A. Lensa
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua
I. PENDAHULUAN bidang lengkung atau satu bidang dan satu bidang datar.
1.1 Tujuan Praktikum Lensa adalah objek tembus pandang dengan dua permukaan
Tujuan dari praktikum lensa dan indeks bias kali ini pembias yang memiliki sumbu utama berbimpit. Lensa yang
adalah memahami sifat serta menentukan kuat dan menyebabkan sinar sejajar sumbu utama untuk mengumpul
perbesaran lateral lensa, menentukan indeks bias bahan biasanya disebut lensa konvergen. Sebaliknya, jika
padat, dan memahami hukum snellius. menyebarkan sinar disebut lensa divergen. Sebuah lensa
dapat menghasilkan bayangan objek hanya karena lensa
1.2 Latar Belakang dapat membengkokkan sinar, tetapi lensa hanya dapat
Lensa telah dikenal orang sejak zaman dahulu. Pada membengkokkan sinar jika indeks pembiasannya berbeda
abad pertengahan, orang-orang yunani dan Arab, sudah dengan indeks bias medium disekitarnya[3].
mengenal dan menggunakan lensa. Saat ini, lensa juga
banyak digunakan sebagai bagian utama alat-alat seperti Perbesaran lateral lensa (M ) didefinisikan sebagai
kamera, teropong (teleskop), mikroskop, proyektor, dan tinggi bayangan dibagi tinggi benda, sehingga diperoleh
kaca mata. Semua alat tersebut sangat penting dan berguna
persamaan
dalam kehidupan. ̅̅̅
𝑑′
M=| |
𝑑
Lensa terdiri dan 2 jenis, yaitu lensa cembung Dimana: M = Perbesaran lateral
(konveks) dan lensa cekung (konkaf). Lensa cembung d’ = Jarak bayangan benda dari pusat lensa (m)
memiliki bagian tengah yang lebih tebal daripada bagian d = Jarak benda dari pusat lensa
tepinya. Lensa ini bersifat mengumpulkan sinar sehingga
disebut juga lensa konvergen. Lensa cembung adalah sebuah
benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang
bentuk bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya[1].
Besarnya kuat lensa (P) dapat diketahui dengan Berikut Alat dan Bahan dalam bentuk gambar :
menggunakan persamaan 1. Lensa Cembung Ganda (konvergen)
1
P=
𝑓
Dimana : P = Kuat lensa (dioptri)
f = Panjang fokus lensa (m)
B. Indeks Bias
Hukum snellius tentang pembiasan menyatakan bahwa
jika cahaya merambat dari medium yang kurang rapat
(udara) menuju medium yang lebih rapat (zat cair) maka
cahaya akan dibelokkan mendekati garis normal. Sebaliknya
Gambar 2.1 Lensa cembung ganda
jika cahaya merambat dari medium yang rapat (zat cair)
Sumber : https://bit.ly/3cTM6eg
menuju medium yang kurang rapat (udara) maka cahaya
akan dibelokkan menjauhi garis normal[4].
2. Layar
Hukum snellius menjelaskan peristiwa pembelokan
cahaya saat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya.
Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Ini
berarti, sudut bias lebih kecil daripada sudut datangnya. Jika
sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang
rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Jadi,
sudut datang lebih kecil dari sudut bias.
4. Lampu
2. Indeks Bias
1. Lensa
4. 31 16 18 17
24 0 0
5. 36 12 12 13
Tabel 3.1 Data Percobaan Lensa
24 0 0
2. Indeks Bias
Media (Kaca) 24 0 0
No.
Sudut datang ø1 Sudut bias ø2
1. 30 18 20 17 ∑= 72 ∑= 0
2. 40 26 25 26
3. 50 33 31 30
4. 60 45 45 42 ̅ = ∑𝑑’ = 72 = 24 cm
𝑑′
5. 70 50 49 52 𝑛 3
Tabel 3.2 Data Percobaan Indeks Bias
𝛴(𝑑 ′− ̅̅̅
𝑑′)2 0
Δd̅′ = √ = √ = 0 cm
𝑛−1 2
1. Untuk d = 16 cm 16 -1 1
d’ δd' (d’ - 𝑑̅ ) |𝛿𝑑′ (𝑑’ − 𝑑̅ )|
2
18 1 1
38 -0,33 0,1089
17 0 0
39 0,67 0,4489
∑= 51 ∑= 2
38 -0,33 0,1089
∑= 115 ∑= 0,6667
̅ = ∑𝑑’ = 51 = 17 cm
𝑑′
𝑛 3
̅= ∑𝑑’ 115
𝑑′ = = 38,33 cm 𝛴(𝑑 ′− ̅̅̅
𝑑′)2 2
𝑛 3
Δd̅′ = √ = √ = 1 cm
𝑛−1 2
𝛴(𝑑 ′− 𝑑′
̅̅̅)2 0,6667
Δd̅′ = √ =√ = 0,577 cm ̅ ± Δd̅′ = (17 ± 1) cm
𝑛−1 2 Jadi, 𝑑′
̅ ± Δd̅′ = (38,33 ± 0,577) cm
Jadi, 𝑑′ 5. Untuk d = 36 cm
d’ δd' (d’ - 𝑑̅ ) |𝛿𝑑′ (𝑑’ − 𝑑̅ )|
2
2. Untuk d = 21 cm
12 -0,33 0,1089
d’ δd' (d’ - 𝑑̅ ) |𝛿𝑑′ (𝑑’ − 𝑑̅ )|
2
13 0,67 0,4489
28 1,34 1,7956
∑= 80 ∑=2,6668
̅ = ∑𝑑’ = 37 = 12,33 cm
𝑑′
𝑛 3
̅= ∑𝑑’ 80
𝑑′ = = 26,66 cm 𝛴(𝑑 ′− ̅̅̅
𝑑′)2 0,6667
𝑛 3
Δd̅′ = √ =√ = 0,577 cm
𝑛−1 2
̅ ± Δd̅′ = (12,33 ± 0,577) cm
Jadi, 𝑑′ Jadi, f ± Δf = (10,97 ± 0,415) cm
5. Untuk d = 36
b. Menentukan fokus lensa (f)
̅̅̅
𝑑.𝑑′ 36 . 12,33
f = 𝑑+ 𝑑′
̅̅̅
=
36 + 12,33
= 9,18 cm = 0,09 m
1. Untuk d = 16 cm
̅̅̅
𝑑.𝑑′ 16 . 38,33
f = 𝑑+ ̅̅̅ = = 11,28 cm = 0,11 m ̅ 2
̅ +𝑑) − 𝑑 . 𝑑’
𝑑′ 16+38,33 Δf = √|
𝑑(𝑑’
| ̅ |2
|𝛥𝑑’
̅ )2
(𝑑+ 𝑑’
36(12,33+36) − 36 . 12,33 2
̅ ̅ 2 Δf = √| | |0,577|2 = 0,319 cm
Δf = √|𝑑(𝑑’+𝑑) ̅− 𝑑2 . 𝑑’| ̅ |2
|𝛥𝑑’ (36+ 12,33)2
(𝑑+ 𝑑’) −3
=3,19×10 m
16(38,33 +16) − 16 . 38,33 2
Δf = √| | |0,577|2 = 0,05 cm
(16+ 38,33)2 Jadi, f ± Δf = (9,18 ± 0,319) cm
−4
= 5×10 m
c. Menetukan perbesaran bayangan (M )
Jadi, f ± Δf = (11,28 ± 0,05) cm
1. Untuk d = 16 cm
2. Untuk d = 21 cm
̅
𝑑’ 38,33
̅̅̅
M = |𝑑 | = 16
= 2,39 ×
𝑑.𝑑′ 21 . 26,66
f= ̅̅̅
𝑑+ 𝑑′
=
21 + 26,66
= 11,74 cm = 0,11 m
2. Untuk d = 21 cm
̅ 2
̅ +𝑑) − 𝑑 . 𝑑’
Δf = √|
𝑑(𝑑’
| ̅ |2
|𝛥𝑑’ M = |𝑑 | =
̅
𝑑’ 26,66
= 1,26 ×
̅ )2
(𝑑+ 𝑑’ 21
26(24+26) − 26 . 24 2
Δf = √| | |0|2 = 0 cm = 0 m d. Menetukan kuat lensa (P )
(26 + 24)2
̅̅̅
𝑑.𝑑′ 31 . 17
f = 𝑑+ 𝑑′ = = 10,97 cm = 0,1 m 2. Untuk d = 21 cm
̅̅̅ 31 + 17
1 1
P = 𝑓 = 0,11 = 9,09 dioptri
̅ ̅ 2
Δf = √|𝑑(𝑑’+𝑑) ̅− 𝑑2 . 𝑑’| ̅ |2
|𝛥𝑑’
(𝑑+ 𝑑’)
3. Untuk d = 26 cm
31(17+31) − 31 . 17 2
Δf = √| | |1|2 = 0,415 cm 1 1
(31 + 17)2 P = 𝑓 = 0,12 = 8,33 dioptri
−3
= 4,15×10 m
4. Untuk d = 31 cm ̅ = ∑ø’ = 94 = 31,33°
ø′
𝑛 3
1 1
P = 𝑓 = 0,1 = 10 dioptri ′
̅) 2
̅ = √Σ(ø − ø′
Δø′ =√
4,6667
= 1,527°
n−1 2
5. Untuk d = 36 cm
̅ ± Δø′
Jadi, ø′ ̅ = (31,33 ± 1,527) °
1 1
P = 𝑓 = 0,09 = 11,11 dioptri
4. Untuk sudut datang (ø) = 60°
ø’ ̅)
δø' (ø’ - ø′ ̅ )|2
B. Indeks Bias |𝛿ø′ (ø’ − ø′
a. Menetukan rerata sudut indeks bias 45 1 1
̅ ± Δø′
̅ = (25,66 ± 0,577) ° 1. Untuk sudut datang (ø) = 30°
Jadi, ø′
𝑛 .sin ø 1. sin 30°
3. Untuk sudut datang (ø)= 50° n’ = ̅
= = 1,61
sin ø′ sin 18,33°
ø’ ̅)
δø' (ø’ - ø′ ̅ )|2
|𝛿ø′ (ø’ − ø′
̅ 2
−𝑛 sin ø cos ø′ ̅ |2
33 1,67 2,7889 Δn’ = √| | |Δø′
sin2 ø′
̅
31 -0,33 0,1089 −1 sin 30° cos 18,33° 2
Δn’ = √| | |1,527|2 = 7,46
sin2 18,33°
30 -1,33 1,7689
3. Untuk sudut datang (ø) = 50° Prinsip kerja pada praktikum lensa kali ini adalah
meletakkan benda di depan lensa dengan jarak tertentu
𝑛 .sin ø 1. sin 50°
n’ = ̅
= = 1,49 kemudian mencari letak bayangan benda pada layar.
sin ø′ sin 31,33°
Bayangan benda yang terbentuk dari sumber cahaya yang
melewati lensa dapat ditangkap oleh layar dan diperoleh
̅ 2
−𝑛 sin ø cos ø′ ̅ |2
Δn’ = √| | |Δø′ (d’) jarak bayangan terhadap lensa. Pada praktikum indeks
sin2 ø′
̅
prinsip kerjanya adalah meletakkan benda yang akan
−1 sin 50° cos 31,33° 2 diamati indeks biasnya, kemudian mengarahkan sumber
Δn’ = √| | |1,527|2 = 3,78
sin2 31,33° cahaya ke benda tersebut. Apabila seberkas cahaya
monokromatik datang dari ruang tanpa udara dan mengenai
Jadi, n’± Δ𝑛′ = (1,49 ± 3,78) permukaan batas suatu benda maka cahaya ini pada titik
singgung akan dibelokkan sudut datang akan lebih besar
4. Untuk sudut datang (ø)= 60° dari sudut biasnya.
𝑛 .sin ø 1. sin 60°
n’ = ̅
= = 1,24 Pada praktikum kali ini teori yang melandasi adalah
sin ø′ sin 44°
hukum Snellius. Hukum Snellius berbunyi “Jika sinar
datang dari medium kurang rapat menuju medium rapat,
̅ 2
−𝑛 sin ø cos ø′ ̅ |2
Δn’ = √| | |Δø′ sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Jika sinar
sin2 ø′
̅
datang dari medium lebih rapat menuju kurang rapat, sinar
−1 sin 60° cos 44° 2
Δn’ = √| | |1,732|2 = 2,21 akan dibiaskan menjauhi garis normal”.
sin2 44°
Analisi data pertama pada percobaan indeks bias Pada percobaan lensa didapatkan perbesaran
̅ ± Δø′
kita akan menghitung rerata sudut indeks bias (ø′ ̅ ), bayangan (M) untuk d = 16 cm adalah M = 2,39×, lalu untuk
diperoleh hasil untuk sudut datang (ø)= 30° adalah ø′̅± d = 21 cm adalah M = 1,26×, kemudian untuk d = 26 cm
Δø′̅ = (18,33 ± 1,527)°, untuk sudut datang (ø)= 40° adalah M = 0,92×, selanjutnya untuk d = 31 cm adalah M =
adalah ø′̅ ± Δø′ ̅ = (25,66 ± 0,577) °, kemudian untuk 0,54×, dan untuk d = 36 cm adalah M = 0,34×.
sudut datang (ø)= 50° adalah ø′̅ ± Δø′
̅ = (31,33 ± 1,527)
̅ ± Δø′
̅ = (44 Hasil nilai indeks bias medium (n’± Δ𝑛′) yang
°, lalu untuk sudut datang (ø)= 60° adalah ø′
̅± didapatkan yaitu untuk sudut datang (ø)= 30° adalah n’±
± 1,732) °, dan untuk sudut datang (ø)= 70° adalah ø′ Δ𝑛′ = (1,61 ± 7,46), lalu untuk sudut datang (ø)= 40°
̅
Δø′ = (50,33 ± 1,527) °. adalah n’± Δ𝑛′ = (1,48 ± 1,78), kemudian untuk sudut
datang (ø)= 50° adalah n’± Δ𝑛′ = (1,49 ± 3,78),
Analisi data kedua pada percobaan indeks bias kita selanjutnya untuk sudut datang (ø)= 60° adalah n’ ±
akan menghitung nilai indeks bias medium ( n’± Δ𝑛′), dan Δ𝑛′ = (1,24 ± 2,21), dan untuk sudut datang (ø)= 70°
diperoleh hasil untuk sudut datang (ø)= 30° adalah n’± adalah n’± Δ𝑛′ = (1,22 ± 1,54).
Δ𝑛′ = (1,61 ± 7,46), lalu untuk sudut datang (ø)= 40°
adalah n’± Δ𝑛′ = (1,48 ± 1,78), kemudian untuk sudut
datang (ø)= 50° adalah n’± Δ𝑛′ = (1,49 ± 3,78),
selanjutnya untuk sudut datang (ø)= 60° adalah n’ ± DAFTAR PUSTAKA
Δ𝑛′ = (1,24 ± 2,21), dan untuk sudut datang (ø)= 70° DAFTAR PUSTAKA
adalah n’± Δ𝑛′ = (1,22 ± 1,54).
[1] P. P. Bayangan and L. Cembung, “di depan lensa.
Adapun kesalahan dalam praktikum yang Titik F disebut titik fokus lensa, dan jarak F terhadap lensa
mengakibatkan praktikum tidak terlaksana dengan lancar disebut panjang fokus lensa. 1,” no. 2, pp. 1–14.
[2] Nirsal, “Perangkat Lunak Pembentukan [4] A. . Fachry, B. Erila, and M. Farhan, “Ekstraksi
Bayangan Pada Cermin Dan Lensa,” Biomass Chem Senyawa Kurkuminoiddari Kunyit (Curcuma Longa
Eng, vol. 49, no. 23–6, pp. 24–33, 2015. Linn) Sebagai Zat Pewarna Kuning Pada Proses
Pembuatan Cat,” J. Fis. Unnes, vol. 3, no. 2, pp. 108–
[3] W. N. Hidayat, “Analisis Pemahaman Konsep 111, 2013.
Mahasiswa Fisika Terhadap Pembentukan Bayangan
Pada Lensa,” Anal. Pemahaman Konsep Mhs. Fis.
Terhadap Pembentukan Bayangan Pada Lensa, pp. 1–
117, 2016.