Hukum OHM

Ravina Wirdayantika Putri (18010035), Teknik tekstil, Politeknik STTT Bandung

E-mail: rwirdayantikarp@gmail.com
Phone : 085353542048

Abstrak

Pada lapoaran ini akan membahas hasil praktikum dari hukum ohm pada rangkaian seri yang
merupakan dan rangkaian paralel. Pada praktikum ini kita dituntut untuk mempelajari
karakteristik rangkaian seri dan rangkaian paralel, serta mempelajari proses sebuah
voltameter dan amperemeter. Pada rangkaian seri yang merupakan pembagi tegangan dan
rangkaian paralel sebagai pembagi arus. Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan
memahami hukum ohm pada rangkaian seri maupun paralel.

PENDAHULUAN Secara Matematis, Hukum Ohm dapat

dirumuskan menjadi persamaan seperti
Dalam sebuah rangkaian listrik dikenal dengan dibawah ini :
istilah arus listrik (I), tegangan atau beda
potensial (V) dan hambatan (R). Pada V =I . R
dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika
sebuah penghantar mampu di aliri elektron V
bebas secara terus menerus. Aliran inilah yang I=
R
disebut dengan arus. Sedangkan tegangan
adalah beda potensial yang ada di antara titik
V
rangkaian listrik tersebut. R=
I
TEORI DASAR
Dimana :
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa
besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah V = Voltage (Beda potensial atau tegangan
penghantar selalu berbanding lurus dengan yang satuan unitnya adalah Volt [V])
beda potensial yang diterapkan kepadanya. I = Current (Arus listrik yang satuannya
Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi adalah Ampere [A])
hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak R = Resistance (Hambatan atau Resistansi
bergantung terhadap besar dan polaritas beda yang satuan unitnya adalah Ohm [Ω])
potensial yang dikenakan kepadanya.
Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku
untuk semua jenis penghantar, namun istilah
"hukum" tetap digunakan dengan alasan
sejarah. (Wikipedia, 2018)
Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah
:

“Besar arus listrik (I) yang mengalir

melalui sebuah penghantar atau
Konduktor akan berbanding lurus dengan Gambar 1. Rangkaian Hukum Ohm
beda potensial / tegangan (V) yang
diterapkan kepadanya dan berbanding (Kho Dickson, 2017)
terbalik dengan hambatannya (R)”. Dalam aplikasinya, Kita dapat
menggunakan Teori Hukum Ohm dalam
Rangkaian Elektronika untuk memperkecilkan
Arus listrik, Memperkecil Tegangan dan juga 4. Lampu wolfram
dapat memperoleh Nilai Hambatan
(Resistansi) yang kita inginkan. 5. Lampu putih
Hal yang perlu diingat dalam perhitungan
rumus Hukum Ohm, satuan unit yang dipakai 6. Kabel Penghubung
adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita
menggunakan unit lainnya seperti milivolt, 7. Sumber Arus
kilovolt, miliampere, megaohm ataupun
kiloohm, maka kita perlu melakukan konversi Prosedur kerja
ke unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu
untuk mempermudahkan perhitungan dan juga
untuk mendapatkan hasil yang benar. (Kho
Dickson, 2017)

Arus Listrik

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik

yang disebabkan dari pergerakan elektron- 1. Rangkaian seperti pada gambar (1) disusun,
elektron, mengalir melalui suatu titik dalam dengan memakai lampu karbon dan belum
sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik dihubungkan dengan sumber arus. Besarnya
dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau tegangan listrik yang harus digunakan
Ampere. Contoh arus listrik dalam kehidupan diperhatikan.
sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah
dalam satuan mikro Ampere (A) seperti di 2. Setelah rangkaian diperiksa oleh asisten
dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat barulah rangkaian dihubungkan dengan
kuat 1-200 kilo Ampere (kA) seperti yang sumber.
terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit
arus searah dapat diasumsikan resistansi 3. Kuat arus dicatat untuk beberapa harga
terhadap arus listrik adalah konstan sehingga potensial dari 0 s.d. 200 volt begitu pula
besar arus yang mengalir dalam sirkuit sebaliknya.
bergantung pada voltase dan resistansi sesuai
dengan hukum Ohm. (Wikipedia, 2018) 4. Percobaan di atas diulangi dengan
menggunakan lampu wolfram.
Resistor
5. Percobaan 1 s.d. 3 diulangi menggunakan
Resistor merupakan komponen elektronik lampu karbon yang dipasang seri dengan
yang memiliki dua pin dan didesain untuk lampu wolfram. Perhatikan beda nyala
mengatur tegangan listrik dan arus listrik. lampunya.
Resistor mempunyai nilai resistansi (tahanan)
tertentu yang dapat memproduksi tegangan 6. Percobaan 5 diulangi, tetapi kedua lampu
listrik di antara kedua pin dimana nilai dipasang paralel. Perhatikan nyala lampunya.
tegangan terhadap resistansi tersebut
berbanding lurus dengan arus yang mengalir. HASIL DAN PENGAMATAN
(Wikipedia, 2019)
Rv (k) Rv2 (k)
11,55 133,4025
METODE PRAKTIKUM
11,56 133,6336
Alat dan bahan
∑ Rv =23,11 ∑ Rv 2= 267,0361
1. AC Amperemeter

2. AC Voltmeter 11,55+11,56
Rv =
2
3. Tahanan Geser (Variac)
 = 11,555 k ... (1) 1 V

1
¿ | RV
∆V +||
RV
∆ RV
2 |
∆ Rv = n ( ∑ Rv 2 )−¿¿ ¿
√
n ¿ |11,156 2,5|+|11,56
60
0,05
| 2

1 ¿ 0,216+¿ 0,022
=
2
√ 2 ( 267 , )−¿ ¿ ¿ = 0,23 mA …(5)
( I V ± ∆ I V ) =( 5,21 ±0,23 ) mA …(6)
1 534−534
=
2 √1 Tahanan Lampu

1 V
0,1 R L=
= (I A −I v )
2

= 0,05 k ... (2) 60

R L=
(140−5,21)
( Rv ± ∆ Rv )=( 11,56 ± 0,05 ) k ... (3)
60
R L=
Metode 1 134,79
 Rangkaian 1
R L=0,44 k . .. (7)

No V A Nyala ∂ RL ∂ RL ∂ RL
. Lampu |∆ R L|= | ∂V
∆V +
∂IA ||
∆IA +
∂ IV
∆ IV || |
1 (10,0 (100 ± 10) Sangat
± 2,5 ¿V mA redup

2 (60,0 (140 ± 10) Lumayan ¿ | ∂

( I V−I ) ∆ V + ∂( I −IV ) ∆ I + ∂( I −IV ) ∆ I
A V
|| A V
A || A V

± 2,5 ¿V mA redup ∂V ∂IA ∂ IV

¿¿

1
I V Secara Eksperimen ¿ |
(140−5,21)
2,5 +¿ |
V ¿ 0,0185+0,0 317+ 0,0196
I V=
Rv
¿ 0,07 k …(8)
60
I V=
11,56 ( R L ± ∆ R L )= ( 0,44 ± 0,07 ) k  ... (9)

I V = 5,21 mA ... (4) I V Secara Teori

∂ IV ∂ IV
|∆ I V|= | ∂V
∆V +
∂ RV ||
∆ RV | I V=
RL
I
(R v + R L ) A
V V
¿ | ∂(
RV
∂V
)
∆V +||
∂( )
RV
∂ RV
∆ RV | I V=
0,44
(11,56 +0,44)
140
 0,44
I V= 1 40 Rangkaian 1
12
160 140
I V =5 , 13 mA 140
... (10)

Kuat arus (mA)

120100
100
80
∂I ∂ IV ∂I
|
|∆ I V|= ∂ RV
L
∆ RL + || ∂ RV ∂IA||
∆ RV + V ∆ I A | 60
40
20
0
RL RL 10 R L

| || || |
60
∂( I A) ∂( I A) ∂( I A)
RV + R L RV +RL RV + R L Voltameter (V)
¿ ∆ RL + ∆ RV + ∆IA
∂ RL ∂ RV ∂ IA
IA RL . I A RL = 1
¿
|
(RV + RL )
∆ RL +
||
(R V 2+ RL . RV )
∆ R V +
||
M gradien ∆I
(R v + RL ) R A |
1 40 0,44.1 40 0,44
¿
|
(11,56 +0,44)
0,07 + 2 || M
(11,56 +0,44.11,56)
0,05=+y 2− y 1
gradien (11,56+
x 2−x 1 0,44)
10
|| |
¿ 0 , 817+¿ 0,022 + 0,37
= 1,20 mA …(10)
140−100
( I V ± ∆ I V ) =( 5,13 ±1,20 ) mA …(11) M gradien = =1 ... (15)
6 0−10
Arus Pada Lampu ( I L)
140,5−99,5
V M gradien 1= =1,2 ... (16)
I L= 40
RL
60 139,5−1 00,5
¿ M gradien 2= =1,1 ...
0,44 40
¿ 136,4 mA …(12) (17)
∂I ∂I
|
|∆ I L|= ∂ VV ∆ V + ∂ RV ∆ R L
L
|| | ∆ M gradien=
(|1,2−1|+|1,1−1|)
V V 2

¿ | ∂(
RL
∂V
)
∆V + ||
∂( )
RL
∂ RL
∆ RL | ∆ M gradien=
0,3
2
1 V
¿ | RL
∆V +
RL||
∆ RL
2 | ∆ M gradien=0,15 ... (18)

¿ |0,441 2,5|+|0,44
60
0,07
| 2 ( M gradien ± ∆ M gradien ) =(1 ±0,1)... (19)
¿ 5,68+¿21,69  Rangkaian Seri
= 27,37mA …(13)
( I L ± ∆ I L )=( 136,4 ± 21,3 ) mA …(14)
 No. V A Nyala
Lampu
I V Secara Eksperimen
1 (65,0 (140 ± 10) Wolfram =
± 2,5 ¿V mA redup
V
I V=
Rv Putih =
sangat
65 redup
I V=
11,56
V V V
I V = 5,62 mA

∂ IV ∂ IV
... (20)
¿ |( ∂
I A −I V
∂V
)
∆V +
∂
|| (
I A−I V
∂IA
∆ IA +
∂
)
I A−I V
∂ IV || (
∆I
)
|∆ I V|= | ∂V
∆V +
∂ RV ||
∆ RV | ¿¿
V V

¿ | ∂(
RV
∂V
)
∆V + ||
∂( )
RV
∂ RV
∆ RV | ¿ | 1
(140−5,62)
2,5 +¿ |
1 V
¿ | RV
∆V +
RV||
∆ RV
2 | ¿ 0,0 19+0,0 35+0,0 21

1 65 ¿ 0,075k  ... (24)

¿ |11,56 2,5|+
|11,56 0,05
| 2

¿ 0,216+¿ 0,024 ( R L ± ∆ R L )= ( 0,48± 0,07 ) k  ... (25)

= 0,24 mA ... (21) I V Secara Teori

( I V ± ∆ I V ) =( 5,62 ±0,24 ) mA ... (22) RL

I V= I
(R v + R L ) A
Tahanan Lampu
0,48
V I V= 140
R L= (11,56 +0,48)
(I A −I v )
0,48
I V= 14 0
65 12,04
R L=
(140−5,62)
I V =5,58 mA ... (26)
65
R L=
134,38 ∂I ∂ IV ∂ IV

R L=0,48 k ... (23)

|
|∆ I V|= ∂ RV
L
∆ RL +|| ∂ RV
∆ RV + ||
∂IA
∆IA |
RL RL

|∆ R L|= | ∂ RL
∂V
∆V +
∂ RL
∂IA ||
∆IA +
∂ RL
∂ IV
∆ IV|| | |
¿
∂(

IA
RV + R L
∂ RL
I A)
∆ RL +||
∂(

RL. IA
∂ RV
I )
RV +RL A
∆ RV +
∂

RL
||
|
¿
(RV + RL )
∆ RL +
|| 2
( R V + RL . RV )
∆ RV +
||
(R v + R
14 0 0,48.14 0
|
¿
(11,56 +0,48)
0,075 +
||
(11,562 +0,48.11,5 6)
0
 ¿ 0 , 872+¿0,024 + 0,399 139 ,5−0,5
M gradien 2= =2 , 14 ... (34)
= 1,30 mA ... (27) 65
( I V ± ∆ I V ) =( 5,58 ±1,3 0 ) mA ... (28)
(|2,16−2,15|+|2,14−2,15|)
∆ M gradien=
Arus Pada Lampu ( I L) 2
V
I L=
RL 0
∆ M gradien=
65 2
¿
0,48
¿ 135,41 mA ... (29) ∆ M gradien=0 ... (35)
∂ IV ∂ IV
|
|∆ I L|= ∂ V ∆ V + ∂ R ∆ R L
L
|| | ( M gradien ± ∆ M gradien ) =(2,15 ± 0) ...(36)
 Rangkaian Paralel
V V
¿ | ∂(
RL
∂V
)
∆V +
∂( )
||
RL
∂ RL
∆ RL | No.

1
V

(40,0
A

(360,0
Nyala
Lampu
Wolfram =
1 V
¿ | RL
∆V +
RL ||
∆ RL
2 | ± 2,5 ¿V ± 10)
mA
sangat
redup
¿ |0,481 2,5|+|0,48
65
0,070
| 2 Putih =
redup
¿ 5 , 20+¿19,75
= 25mA ... (30)
I
( L ± ∆ I L)= ( 135,41 ±25 ) mA ... (31) Secara Eksperimen

Rangkaian Seri V
I V=
160 140 Rv
140
120 40
Kuat arus (mA)

100 I V=
11,56
80
60
I V = 3,46 mA ... (37)
40
20 0
∂ IV ∂ IV
0
0 65
Voltameter (V)
|∆ I V|= | ∂V
∆V +
∂ RV ||
∆ RV |
1 V V
M gradien =

M gradien =
y 2− y 1
R
¿ | ∂(
RV
∂V
)
∆V +
∂( )
||
RV
∂ RV
∆ RV |
1 V
x 2−x 1 ¿ | RV
∆V +
RV||
∆ RV
2 |
1 40
M gradien =
14 0−0
65−0
=2,15 ... (32)
¿ |11,56 2,5|+
|11,56 0,05
| 2

¿ 0,216+¿ 0,0150
14 0,5−(−0,5) = 0,23mA ... (38)
M gradien 1= =2 , 16 ... ( I V ± ∆ I V ) =( 3,46 ± 0,23 ) mA... (39)
65
(33)
Tahanan Lampu
 V RL RL
R L=

R L=
(I A −I v )

40
¿ | ∂(

IA
RV + R L
∂ RL
I A)
∆ RL +

RL. IA
||
∂(

∂ RV
I )
RV +RL A
||
∆ RV +

RL
∂

(360−3,46) ¿
|
(RV + RL )
∆ RL + 2||
( R V + RL . RV )
∆ RV +
||
(R v + R
40 360 0,11.36 0
R L=
356,54 (11,56 +0,11)
¿
|
0,007 + 2
(11,56 + 0,11.11,56)
0,
||
R L=0,11 k ¿ 0,21 5+¿0,0146 + 0,0942
... (40)
= 0,32mA ... (44)
( I V ± ∆ I V ) =( 3,39 ±0,32 ) mA ... (45)
∂ RL ∂ RL ∂ RL
|∆ R L|= | ∂V ||
∆V +
∂IA
∆IA +||
∂ IV
∆ IV | Arus Pada Lampu ( I L)

V
V V VI L = R

¿ |(
∂
I A −I V
∂V
)
∆V +|| (
∂
I A−I V
∂IA
)
∆ IA +
∂
|| (
I A−I V 4 0
L

∆I
∂ I V ¿ 0,11V
)
¿ 363,64 mA
| ... (46)
∂I ∂I
¿¿
|
|∆ I L|= ∂ VV ∆ V + ∂ RV ∆ R L
L
|| |
1
¿ | |
2,5 +¿ V V
(360−3,46)

¿ 0,007 0+ 0,00311+ 0,00 745

¿
∂( )

∂V
RV
∆V +
∂( )
RV
∂ RL |
∆ RL || |
1 V
¿ 0,0072k  ... (41)
¿
RL
∆V +
RL
∆ RL | || 2 |
( R L ± ∆ R L )= ( 0,11 ±0,0072 ) k  ... (42) ¿ |0,111 2,5 + 0,11
40
|| 0,007
|2

I V Secara Teori ¿ 22,73+¿23,14

= 45,87mA ... (47)
RL ( I L ± ∆ I L )=( 363,64 ± 45,87 ) mA ... (48)
I V= I
( R v+ R L) A
Rangkaian Paralel
360
0 , 11 400
I V= 360
Kuat arus (mA)

(11,56 +0,11) 300

200
0,11 100
I V= 36 0 0
11, 67 0
0 40
I V =3,39 ... (43) Voltameter (V)

∂ IV ∂ IV ∂I 1
|∆ I V|= | ∂ RL ||
∆ RL +
∂ RV ||
∆ RV + V ∆ I A
∂IA | M gradien =
R

y 2− y 1
M gradien =
x 2−x 1
 36 0−0 1 V
M gradien =
4 0−0
=9 ... (49) ¿ | RV
∆V +||
RV
∆ RV
2 |
1 105
M gradien 1=
360 , 5−(−0,5)
40
=9 , 05 ... (50)
¿ |11,56 2,5|+
|11,56 0,05
| 2

¿ 0,216+¿ 0,03928
359 , 5−0,5 = 0,25 ... (55)
M gradien 2= =8 , 95 ... (51) ( I V ± ∆ I V ) =( 9,03 ± 0,25 ) mA ... (56)
40

(|9,05−9|+|8,95−9|)
∆ M gradien=
2 Tahanan Lampu

0 V
∆ M gradien= R L=
2 (I A −I v )
∆ M gradien=0 ... (52) 105
R L=
(275−9,03)
( M gradien ± ∆ M gradien ) =(9 ± 0)... (53)
10 5
Metode 2 R L=
265,97
 Rangkaian 1
No. V A Nyala R L=0,39 k ... (57)
Lampu
1 (112,0 (280± 10) Sangat ∂ RL ∂ RL ∂ RL
± 2,5 ¿V mA terang |∆ R L|= | ∂V
∆V +
∂IA ||
∆IA +
∂ IV
∆ IV || |
2 (105,0 (275 ± 10) terang
± 2,5 ¿V mA

¿| ∂
( I V−I ) ∆ V + ∂( I −IV ) ∆ I + ∂( I −IV ) ∆ I
A V
|| A V
A || A V

∂V ∂IA ∂ IV
I V Secara Eksperimen
¿¿
V
I V= 1
Rv ¿| (275−9,03)
2,5 +¿ |
105
I V= ¿ 0,0 093+0,0143+ 0,0110
11,56

I V = 9,03mA ... (54) ¿ 0,034 ... (58)

∂I ∂I ( R L ± ∆ R L )= ( 0,39± 0,03 ) k  ... (59)

| ||
|∆ I V|= ∂ VV ∆ V + ∂ RV ∆ RV
V
| I V Secara Teori
V V

¿ | ∂(
RV
∂V
)
∆V +||
∂( )
RV
∂ RV
∆ RV | I V=
RL
I
(R v + R L ) A
 0,39
I V= 275 Rangkaian 1
(11,56 +0,39)
282280
280
0,39

Kuat arus (mA)

I V= 275 278
11,95 276 275
274
I V =9 mA ... (60) 272
112 105

∂I ∂ IV ∂I
|
|∆ I V|= ∂ RV
L
||
∆ RL +
∂ RV ||
∆ RV + V ∆ I A
∂IA | 1
Voltameter (V)

RL RL M gradien = R L

¿ | ∂(
RV + R L
∂ RL
IA
I A)
∆ RL +
∂(
||
RV +RL
∂ RV
RL . I A
I A)
∆ RV + ||
∂( R

y∂ 2−
M gradien = A
R L x 2−x 1
I y1
I )
RV + R L A
∆IA |
¿
|
(RV + RL )
∆ RL +
||
(R V 2+ RL . RV )
∆ R V +
|| ∆I
(R v + RL ) A
280−27 5
|
275 0,39.275 M gradien = 0,39
10 ... (66)
=0,7
¿
|
(11,56 +0,39)
0,034 + 2||
(11,56 + 0,39.11,56)
0,05 112−105
+
(11,56+ 0,39) || |
¿ 0,78+¿ 0,009 + 0,326 280,5−27 4,5
= 1,12mA ... (61) M gradien 1= =0,8 ...
7
(67)
( I V ± ∆ I V ) =( 9 ± 1,12 ) mA ... (62)
27 9,5−27 5,5
M gradien 2= =0,6 ... (68)
Arus Pada Lampu ( I L) 7
V
I L=
RL (|0,8−0,7|+|0,6−0,7|)
∆ M gradien=
105 2
¿
275
¿ 0 , 38 ... (63) 0
∆ M gradien=
∂I ∂I 2
| ||
|∆ I L|= ∂ VV ∆ V + ∂ RV ∆ R L
L
| ∆ M gradien=0 ... (69)
V V

|
¿
∂( )
RL
∂V
∆V +
∂( )
RL
∂ RL ||
∆ RL | ( M gradien ± ∆ M gradien ) =(0,7 ± 0)
 Rangkaian Seri
... (70)

1 V
|
¿
RL
∆V +
RL ||
∆ RL
2 | No. V A Nyala
Lampu
|0,391 2,5|+|0,39
¿
105
0,034
| 2 1 (120,0
± 2,5 ¿V
(200 ± 10
) mA
Wolfram
=lumayan
¿ 6,4+ ¿23,5 terang
= 29,9 ... (64)
( I L ± ∆ I L )=( 0,38± 29,9 ) mA ... (65) Putih =
redup
 V V V

¿ |( ∂
I A −I V
∂V
)
∆V +
∂
|| (
I A−I V
∂IA
∆ IA +
∂
) || (
I A−I V
∂ IV
∆I
)
I V Secara Eksperimen ¿¿

1
I V=
V
Rv
¿ | (200−10,38)
2,5 +¿ |
120 ¿ 0,0131+0,0 0316+ 0,0158
I V=
11,56
¿ 0,032 k ... (75)
I V = 10,38 mA ... (71)
( R L ± ∆ R L )= ( 0,63± 0,03 ) k  ... (76)
∂ IV ∂ IV
|∆ I V|= | ∂V
∆V +
∂ RV ||
∆ RV | I V Secara Teori

V V RL
¿ | ∂(
RV
∂V
)
∆V + ||
∂( )
RV
∂ RV
∆ RV | I V= I
(R v + R L ) A

0,63
1 V
¿ | RV
∆V +
RV||
∆ RV
2 | I V=
(11,56 +0,63)
200

1 12 0
¿ |11,56 2,5|+
|11,56 0,05
| 2 I V=
0,63
12,19
200
¿ 0,216+¿ 0,0449
= 0,26 mA ... (72) I V =10,41 mA ... (77)

( I V ± ∆ I V ) =( 10,38 ± 0,26 ) mA... (73) ∂I ∂ IV ∂ IV

Tahanan Lampu
|
|∆ I V|= ∂ RV
L
∆ RL +|| ∂ RV ||
∆ RV +
∂IA
∆IA |
RL RL
R L=
V
(I A −I v ) |
¿
∂(

IA
RV + R L
∂ RL
I A)
||
∆ RL +
∂(

RL. IA
∂ RV
I )
RV +RL A
∆ RV +
∂
||
RL
R L=
120
(200−10,38)
|
¿
(RV + RL )
∆ RL +
|| 2
( R V + RL . RV )
∆ RV +
||
(R v + R
200 0,63 .200
R L=
12 0
189,62
|
¿
(11,56 +0,63)
0,032 +
||
(11,56 2 +0 , 6 3.11,56)
0

¿ 0 , 5250+¿0,0447+ 0,5168
= 1,08 mA ... (78)
R L=0,63 k ... (74)
( I V ± ∆ I V ) =( 10,41 ±1,08 ) mA... (79)
∂R ∂R ∂R
| ||
|∆ R L|= ∂VL ∆V + ∂ I L ∆ I A + ∂ I L ∆ I V
A V
|| | Arus Pada Lampu ( I L)
V
I L=
RL
 120 ∆ M gradien=0 ... (86)
¿
0,63
¿ 190,5 mA ... (80) ( M gradien ± ∆ M gradien ) =(1,6 ± 0,05)... (87)
∂I ∂I
|
|∆ I L|= ∂ VV ∆ V + ∂ RV ∆ R L
L
|| |  Rangkaian Paralel
V V

¿ | ∂(
RV
∂V
)
∆V +
∂( )
||
RV
∂ RL
∆ RL | No. V A Nyala
Lampu
1 V
¿ | RL
∆V +
RL ||
∆ RL
2 | 1 (65,0
± 2,5 ¿V
(480
± 10)
Wolfram =
redup
1 12 0 mA
¿
0,63
2,5 + |
0,632
0,032 || | Putih =
redup
¿ 3,97+¿ 9,675
= 13,64mA ... (81)
( I L ± ∆ I L )=( 190,5 ± 13,64 ) mA ... (82)
Rangkaian Seri I V Secara Eksperimen
250 200
V
Kuat arus (mA)

200 I V=
150 Rv
100
50 0 65
I V=
0 11,56
0 120
Voltameter (V)
I V = 5,6 mA ... (88)

1 ∂ IV ∂ IV
M gradien =
R |∆ I V|= | ∂V
∆V +
∂ RV ||
∆ RV |
y 2− y 1 V V
M gradien =
x 2−x 1 ¿ | ∂(
RV
∂V
)
∆V +
∂( )
||
RV
∂ RV
∆ RV |
200−0 1 V
M gradien =
12 0−0
=1,66 ... (83) ¿ | RV
∆V +
RV||
∆ RV
2 |
1 45
M gradien 1=
200,5−(−0,5)
12 0
=1,67 ... (84)
¿ |11,56 2,5|+
|11,56 0,05
| 2

¿ 0,216+¿ 0,0017
= 0,21 mA ... (89)
199,5−0,5
M gradien 2= =1,65 ... (85) ( I V ± ∆ I V ) =( 5,6 ± 0,21 ) mA ... (90)
12 0
Tahanan Lampu
(|1,67−1,6|+|1,65−1,6|)
∆ M gradien=
2 V
R L=
(I A −I v )
0
∆ M gradien=
2
 65 IA RL. IA RL
R L=
(480−5,6) ¿
|
(RV + RL )
∆ RL +
||
2
( R V + RL . RV )
∆ RV +
||
(R v + R
480 0,14 .480
R L=
65
474,4
¿
|
(11,56 +0,14)
0,01 + 2 ||
(11,56 +0,14.11,56 )
0,0

¿ 0 , 4102+¿0,0248+ 0,120
R L=0,14 k ... (91) = 0,55mA ... (94)

∂ RL ∂ RL ∂ RL ( I V ± ∆ I V ) =( 5,8 ± 0,55 )mA ... (95)

|∆ R L|= | ∂V ||
∆V +
∂IA
∆IA + ||
∂ IV
∆ IV | Arus Pada Lampu ( I L)
V
V V VI L = R

|(
¿
∂
)
I A −I V
∂V
|| (
∆V +
∂
I A−I V
∂IA
) || (
∆ IA +
∂
I A−I V 6 5 )
¿ ∆I
∂ I V 0,14V
L

¿ 464,28 mA
| ... (96)
∂I ∂I
¿¿
|
|∆ I L|= ∂ VV ∆ V + ∂ RV ∆ R L
L
|| |
1
| |
2,5 +¿ V V

| || |
¿ ∂( ) ∂( )
(480−5,6) RV RV
¿ ∆V + ∆ RL
∂V ∂ RL
¿ 0,0052+0,00285+0,00513
1 V
¿ 0,013k 
¿
RL
∆V +
RL |∆ RL || 2 |
1 65
( R L ± ∆ R L)= ( 0,14 ± 0,013 ) k  ... (92) ¿
0,14
2,5 + |
0,142
0,01 || |
¿ 17,85+¿33,16
I V Secara Teori =51mA ... (97)
( I L ± ∆ I L )=( 464,28 ±51 ) mA ... (98)
RL
I V= I
( R v+ R L) A Rangkaian Paralel
600 480
0,14 500
Kuat arus (mA)

I V= 480 400
(11,56 +0,14)
300
200
0,14 100 0
I V= 480
11,56 0
0 65
Voltameter (V)
I V =5,8 mA ... (93)
1
∂I ∂I ∂I M gradien =
| || ||
|∆ I V|= ∂ RV ∆ R L + ∂ RV ∆ RV + ∂ I V ∆ I A
L V A
| y 2− y 1
R

RL RL M gradien = R L

¿|∂( I )
RV + R L A
∂ RL
∆ RL +||
∂( I )
RV +RL A
∂ RV
∆ RV + ||
∂( x 2−xI1A )
RV + R L
∂ IA
∆IA |
 480−0
M gradien = =7,38 ... (99)
6 5−0

480,5−(−0,5)
M gradien 1= =7,4 ... (100)
65

479,5−0,5
M gradien 2= =7,36 ... (101)
65

(|7,4−7,38|+|7,36−7,38|)
∆ M gradien=
2

0
∆ M gradien=
2

∆ M gradien=0 ... (102)

( M gradien ± ∆ M gradien ) =(7,38 ± 0)... (103)

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini telah dilakukan percobaan
dengan memutar tahanan geser (Variac) amati
perubahan jarum pada amperemeter dan
voltmeter kemudian dicatat hasilnya.
Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali dan
1 kali dengan dengan memutar variac.
Dilakukan Metode 1 dan 2 secara seri dan
paralel, setiap perubahan jarum pada
amperemeter diamati dan dicatat sebagai data
percobaan.
Dari hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa
hubungan antara voltmeter (V) dan amperemeter
(A) akan berbanding lurus serta berbanding
terbalik dengan hambatan atau resistor (R).
Karena saat voltameter dinaikan maka nilai
amperemeter juga ikut naik.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
 Dari hasil percobaan di atas, diperoleh hasil sebagai berikut :
Metode 1
Rangkaian 1 I V Teori ( I V ± ∆ I V ) =( 5,13 ±1,20 ) mA
I V Eksperimen ( I V ± ∆ I V ) =( 5,25 ±0,23 ) mA
Tahanan Lampu ( R L) ( R L ± ∆ R L)= ( 0,44 ± 0,77 ) k
Arus Pada Lampu ( I L) ( I L ± ∆ I L )=( 136,4 ± 21,3 ) mA
Rangkaian Seri I V Teori ( I V ± ∆ I V ) =( 5,58 ±1,30 ) mA
I V Eksperimen ( I V ± ∆ I V ) =( 5,62 ±0 , 24 ) mA
Tahanan Lampu ( R L) ( R L ± ∆ R L )= ( 0,48± 0,07 ) k
Arus Pada Lampu ( I L) ( I L ± ∆ I L )=( 135,41 ±25 ) mA
Rangkaian Paralel I V Teori ( I V ± ∆ I V ) =( 3,39 ±0,3 2 ) mA
I V Eksperimen ( I V ± ∆ I V ) =( 3,46 ± 0,23 ) mA
Tahanan Lampu ( R L) ( R L ± ∆ R L )= ( 0,11 ±0,007 2 ) k
Arus Pada Lampu ( I L) ( I L ± ∆ I L )=( 363,64 ± 4 5 , 87 ) mA

Metode 2
Rangkaian 1 I V Teori ( I V ± ∆ I V ) =( 9 ± 1,12 ) mA
I V Eksperimen ( I V ± ∆ I V ) =( 9,03 ± 0,25 ) mA
Tahanan Lampu ( R L) ( R L ± ∆ R L)= ( 0,39± 0,03 ) k 
Arus Pada Lampu ( I L) ( I L ± ∆ I L )=( 0,38± 29,9 ) mA
Rangkaian Seri I V Teori ( I V ± ∆ I V ) =( 10,41 ±1,08 ) mA
I V Eksperimen ( I V ± ∆ I V ) =( 10,38 ± 0,26 ) mA
Tahanan Lampu ( R L) ( R L ± ∆ R L )= ( 0,63± 0,03 ) k
Arus Pada Lampu ( I L) ( I L ± ∆ I L )=( 190,5 ± 13,64 ) mA
Rangkaian Paralel I V Teori ( I V ± ∆ I V ) =( 5,8 ± 0,55 ) mA
I V Eksperimen ( I V ± ∆ I V ) =( 5,6 ± 0,21 ) mA
Tahanan Lampu ( R L) ( R L ± ∆ R L )= ( 0,14 ± 0,013 ) k
Arus Pada Lampu ( I L) ( I L ± ∆ I L )=( 464,20 ±51 ) mA

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tegangan dan kuat arus lisrik adalah
sebanding dan hubungan tegangan dengan hambatan adalah berbanding terbalik. Pada percobaan
hukum Ohm ini pun dapat kita ketahui bahwa semakin besar tegangan (V) maka semakin besar pula
arusnya (I). Lampu pada rangkaian berfungsi sebagai hambatan atau tahanan, yang mana lampu ini
berpengaruh pada besar kecilnya tegangan yang dibutuhkan.

SARAN

Sebelum menyalakan alat, pastikan terlebih dahulu rangkaian nya benar atau tidak agar mencegah
terjadinya konslet atau rusak pada alat. Dan saat menuliskan data praktikum praktikan diharuskan
lebih teliti sehingga mendapatkan hasil akhir yang lebih bagus.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Ohm
2. http://www.academia.edu/8053995/LAPORAN_HUKUM_OHM
3. https://www.hajarfisika.com/2017/09/laporan-praktikum-hukum-ohm.html