HUKUM OHM
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Percobaan
𝑉
𝐼=
𝑅
Dimana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda
potensial yang melintasi alat tersebu, I adalah arus yang mengalir padanya.
Sehingga dapat dituliskan bahwa :
𝑉 = 𝐼𝑅
∆𝐿
=𝑅
∆𝑉
sifat bahan, yaitu 𝜌 atau 𝜎 = 1⁄𝜌. Bila 𝜌 atau 𝜎 konstan maka 𝑅 pun konstan
dan dihubungkan 𝑣 dengan linear. Satuan untuk hambatan 𝑅 adalah 1
1
𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 = 1 𝑜ℎ𝑚 = 1 Ω, satuan untuk 𝜎 adalah , dan satuan 𝜌
(′ℎ𝑚.𝑚)
adalah ohm.m. Dalam rangkaian listrik banyak digunakan resistor yaitu suatu
komponen yang dibuat agar mempunyai harga resistansi tertentu.
Menurut David Halliday (2001 : 193 – 196) mengatakan bahwa pada suau
perbedaan potensial yang variabel 𝑣 diantara ujung-ujung sebuah koil yang
panjangnya 100 kaki dan yang terbuat dari kawat tembaga # 18. Untuk setiap
perbedaan potensial yang dipakaikan, dapat diukur arus 𝑖 dan menggambarkannya
terhadap 𝑣 seperti pada grafik dibawah ini :
𝐼
Shope = 𝑅
V
(Gambar 4.5). Grafik bahan bersifat ohmik
( Gambar 4.6) Grafik arus dalam penghantar tembaga sebagai sebuah
fungsi perbedaan potensial
Garis lurus yang dihasilkan berarti bahwa hambatan penghantarkan ini adalah
sama tak peduli berapun tegangan yang dipakaikan yang digunakan untuk
mengukur arus tersebut. Hasil penting ini, yang berlaku untuk penghantar.
Penghantar logam, dikenal sebagai hukum ohmmm. Kita menggangap bahwa
temperatur penghantar pada pokoknya adalah konstan selama konstan selama
seluruh pengukuran.
Banyak penghantar tidak menurut hukum ohm. Seperti pada grafik
dibawah ini :
2. Prosedur Percobaan
Untuk 𝑣0 = 3 volt
Jumlah garis =9
PJ = 0,5× 9
= 4,5
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃1 = 𝑆𝑇 × BU
4,5
= 12 × 12
= 4,5 volt
Untuk 𝑣0 = 6 volt
Jumlah garis = 16
PJ = 0,5× 16
=8
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃2 = 𝑆𝑇 × BU
8
= 12 × 12
= 8 volt
Untuk 𝑣0 = 9 volt
Jumlah garis = 24
PJ = 0,5× 24
= 12
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃3 = 𝑆𝑇 × BU
12
= 12 × 12
= 12 volt
Untuk 𝑣0 = 12 volt
Jumlah garis = 31,5
PJ = 0,5× 31,5
= 15,75
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃4 = 𝑆𝑇 × BU
15,75
= × 12
12
= 15,75 volt
2. Untuk pengukuran Arus (Ampere)
Dik : BU = 0,6
ST =3
Harga 1 garis = 0,1
Untuk 𝑣0 = 3 volt
Jumlah garis = 0,5
PJ = 0,1× 0,5
= 0,05
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃1 = × BU
𝑆𝑇
0,05
= × 0,6
3
= 0,01 Ampere
Untuk 𝑣0 = 6 volt
Jumlah garis =1
PJ = 0,1× 1
= 0,1
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃2 = 𝑆𝑇 × BU
0,1
= × 0,6
3
= 0,02 Ampere
Untuk 𝑣0 = 9 volt
Jumlah garis = 1,9
PJ = 0,1× 1,9
= 0,19
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃3 = 𝑆𝑇 × BU
0,19
= × 0,6
3
= 0,038 Ampere
Untuk 𝑣0 = 12 volt
Jumlah garis = 2,5
PJ = 0,1× 2,5
= 0,25
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃4 = 𝑆𝑇 × BU
0,25
= × 0,6
3
= 0,05 Ampere
𝑉
𝑅2 = 𝐼2
2
8 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,02 𝐴
= 400 Ω
𝑉
𝑅3 = 𝐼3
3
12 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,038 𝐴
= 315,7 Ω
𝑉
𝑅4 = 𝐼4
4
15,75 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,005 𝐴
= 315 Ω
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Untuk mengukur tegangan listrik, maka kita membutuhkan
voltmeter yaitu dengan cara mmemasang rangkaian listrik yaitu
yang terdiri dari resistor, catu daya, kabel penghubung, hambatan
geser, lalu setelah dipasang dan memebntuk rangkaian listrik, maka
hidupkan catu daya, sehingga penunjuk jarum pada voltmeter pun
bergerak.
b. Untuk mengukur arus listrik, maka sama halnya jjuga seperti kita
mengukur tegangan, akan tetapi mengukur arus listrik
menggunakan amperemeter, resitor, kabel penghubung,hambatan
geser, catu daya, dam dipasang membentuk sebuah rangkaian
listrik, setelah itu hidupkan catu daya sehingga penunjuk jarum
pada amperemeter bergerak.
c. Dari grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa grafik tegangan dan
arus listrik itu sebanding, sama halnya dengan buny hukum ohm
“Tegangan sebanding dengan arus dan sebanding dengan
hambatan”. Seperti rumus dibawah ini :
𝑉 = 𝐼𝑅
d. Menentukan besar hambatan suatu penghantar dengan
menggunakan persamaan hukum ohm
𝑅 = 𝑣⁄𝐼
Setelah percobaan dipenelitian mendapat nilai tegangan dan kuat arus
maka hambatan pun bisa dihitung nilainya.
2. Saran
Saran dari saya kepada asisten meja adalah asisten meja tetap
seperti ini, mengajarkan kami dengan penuh kesabaran. Alhamdulillah
dengan kamii melakukan penelitian di lab dan dipandu oleh asisten
meja, kami menjadi lebih tau, dan lebih mengerti
𝑉
𝑅1 = 𝐼1
1
4,5 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,01
= 450 Ω
𝑉
𝑅2 = 𝐼2
2
8 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,02 𝐴
= 400 Ω
𝑉
𝑅3 = 𝐼3
3
8 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,02 𝐴
= 315,7 Ω
𝑉
𝑅4 = 𝐼4
4
15,75 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,05 𝐴
= 315
.
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM
BAB III
HUKUM KIRCHOFF
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita tak menyadari tentang
apa yang kita rasakan, tapi mungkin ini baru terasa oleh orang yang pernah
ke “stroom” sama listrik, yang merasakan rasa sakit, tetapi dibalik itu
semua, orang-orang dulu meneliti hal-hal ini, alahkah lebih baik kita
menyadari apa yang terjadi disekitar kita bahwa di saat kita sangat
memerlukan listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Listrik merupakan
kebutuhan yang sangat dekat dengan manusia, kita tidak bisa terlepas dari
listrik, lihat saja tanpa kita sadari didalam rumah kita lampu terpasang
secara seri dan parallel dan arus mengalir secara bolak-balik.
2. Tujuan Percobaan
a. Menentukan kuat arus pada setiap cabang dalam suatu rangkaian
listrik.
b. Menentukan besarnya beda potensial antar dua titik dalam suatu
rangkaian listrik.
B. Dasar Teori
Menurut Ni Ketut Lasmi ( 2008 : 128 ) menyatakan bahwa, untuk
mencari Hukum Kirchoff menggunakan gambar seperti di bawah ini :
Untuk mencari besanya arus atas tegangan dalam rangkaian gunakan Hukum
II Kirchoff, yaitu :
∑𝜀 + ∑I . R = 0
∑ I Masuk = ∑ I Keluar
2. Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff tentang tegangan menyatakan bahwa jumlah
aljabar perubahan tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup
loop sama dengan nol. Pernyataan tersebut jika dituliskan dalam suatu
rumus akan menghasilkan sebagai berikut :
∑V = 0
∑𝜀 + ∑I . R = 0
Pada setiap titik cabang, jumlah arus yang memasuki cabang harus sama
dengan semua arus yang meninggalkan tersebut.
Hukum kedua Kirchoff atau Hukum loop didasarkan pada Hukum
Kekekalan Energi. Hukum ini menyatakan bahwa :
2. Prosedur Percobaan
Disusun rangkaian percobaan gambar 4.3 digunakan R1 56 ohm, R2 68
Ohm, R3 300 Ohm. E1 = 6 Volt dan E2 = 1,7 Volt
Diukur Vab, Vbc, Vbd.
Diukur arus lewat R1, R2, R3.
Dibandingkan hasil pengukuran anda dengan hasil perhitungan.
Diulangi langkah 1s.d. 4 untuk R1 56 ohm, R2 68 Ohm, R3 300 Ohm. E1
= 7,5 volt dan E2 = 1,7 volt
3. Data Pengamatan
E1 = 6 V
E2 = 1,7 V Vbd = 4,6 V Vbd = 4,8 V I3 = 0,016 A I3 = 0,022 A
E1 = 7,5 V
E2 = 1,7 V Vbd = 3,8 V Vbd = 2,25 V I3 = 0,0075 A I3 = 0,052 A
D. PENGOLAHAN DATA
a. Percobaan I
1. Untuk E1 = 6 Volt
E2 = 1,7 Volt
R1 = 56 Ohm
R2 = 68 Ohm
R3 = 300 Ohm
𝑃𝐽
Vab = x BU
𝑆𝑇
10 𝑥 0,1
= x5
5
= 1 Volt
𝑃𝐽
Vbc = x BU
𝑆𝑇
2 𝑥 0,1
= x5
5
= 0,2 Volt
𝑃𝐽
Vbd = x BU
𝑆𝑇
46 𝑥 0,1
= x5
5
= 4,6 Volt
Vab = I1 x R1
= 0,0075 A x 56 Ω
= 0,42 Volt
Vbc = I2 x R2
= 0,0001 A x 68 Ω
= 0,0068 Volt
Vbd = I3 x R3
= 0,016 A x 300 Ω
= 4,8 Volt
𝑃𝐽
I1 = x BU
𝑆𝑇
15 𝑥 0,2
= x 30
12
= 7,5 mA
= 0,0075 A
DIK : BU = 3 mA
ST = 12
JG = 2
𝑃𝐽
I2 = x BU
𝑆𝑇
2 𝑥 0,2
= x3
12
= 0,1 mA
= 0,0001 A
𝑃𝐽
I3 = x BU
𝑆𝑇
32 𝑥 0,2
= x3
12
= 16 mA
= 0,016 A
-41008I2 = -1194,8
I2 = 0,029 A
356I1 + 300I2 = 6
356I1 + 300 ( 0,029 ) = 6
356I1 + 8,7 =6
356I1 = 6 – 8,7
356I1 = -2,7
I1 = -0,007 A
I3 = I1 + I2
= -0,007 A + 0,029 A
= 0,022 A
b. Percobaan I
2. Untuk E1 = 7,5 Volt
E2 = 1,7 Volt
R1 = 56 Ohm
R2 = 68 Ohm
R3 = 300 Ohm
Mencari Tegangan Listrik ( V )
Mencari Pengukuran Tegangan
DIK : BU = 5 Volt
ST = 5 Volt
JG = 50
𝑃𝐽
Vab = x BU
𝑆𝑇
12 𝑥 0,1
= x5
5
= 1,2 Volt
𝑃𝐽
Vbc = x BU
𝑆𝑇
5 𝑥 0,1
= x5
5
= 0,5 Volt
𝑃𝐽
Vbd = x BU
𝑆𝑇
38 𝑥 0,1
= x5
5
= 3,8 Volt
Vab = I1 x R1
= 0,0185 A x 56 Ω
= 1,036 Volt
Vbc = I2 x R2
= 0,0095 A x 68 Ω
= 0,646 Volt
Vbd = I3 x R3
= 0,0075 A x 300 Ω
= 2,25 Volt
𝑃𝐽
I1 = x BU
𝑆𝑇
37 𝑥 0,2
= x 30
12
= 18,5 mA
= 0,0185 A
𝑃𝐽
I2 = x BU
𝑆𝑇
19 𝑥 0,2
= x3
12
= 9,5 mA
= 0,0095 A
𝑃𝐽
I3 = x BU
𝑆𝑇
15 𝑥 0,2
= x 30
12
= 7,5 mA
= 0,0075 A
-41008I2 = -1644,8
I2 = 0,040 A
356I1 + 300I2 = 7,5
356I1 + 300 ( 0,040 ) = 7,5
356I1 + 12 = 7,5
356I1 = 7,5 – 12
356I1 = -4,5
I1 = -0,012 A
I3 = I1 + I2
= -0,012 A + 0,040 A
= 0,052 A
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Cara menentukan kuat arus pada setiap cabang pada rangkaian
listrik inilah teori Hukum Kirchoff I yaitu jumlah arusyang masuk
oada sebuah cabang sama dengan jumlah arus yang keuar dari titik
cabang tersebut. Maka cara mencari arus adalah:
∑ I Masuk = ∑ I Keluar
VAB = VB - VA
2. Saran
Saran dari kami kepada asisten meja, asisten meja tetap seperti ini,
bersabar, serius, sehingga sekarang kami lebih mengerti tentang Hukum
Kirchoff.
Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
3. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,kita selalu menggunakan listrik
untuk keperluan yang beragam.Contohnya lampu neon moidel lama
yang masih memakai ballast,di dalam boxnya memakai rangkaian seri
dan antara jala-jala dengan ballastnya,contoh lain adalah setrika listrik
ada rangkaian seri dengan bimetal(temperatur kontrol)demikian juga
kulkas lalu ada juga saklar/switch yang merupakan rangkaian seri
beban. tampa kita sadari kita sering menggunakan listrik dalam bentuk
rangkaian seri dalam kehidupan sehari hari.
4. TujuanPercobaan
Mempelajari sifat tegangan bolak balik pada rangkaian seri
hambatan(R) dengan kapasitor(C).
G. DASAR TEORI
Menurut sutrisno (1986 : 27-28 ) menyatakan bahwa
rangkaian bolak- balik yang terdiri dari suatu resistor R seri dengan
kapasitor C seperti pada gambar di bawah ini:
R C
(VS)
Misalkan:
VS(t) = Vp cos (wt + ∅os) dan
I(t) = Ip cos (wt + ∅oi)
𝐼 2
𝑃
V2p = (IpR2) + (𝑤𝐶 )
Fasor adalah suatu vektor yang panjangnya menyatakan
amplitudo,nilai rms, atau nilai rata-rata dengan sudutnya terhadap
sumbu datar menyatakan sudut fasa suatu fungsi sinusioda.
y
IPR ∅𝑜𝑖 𝐼𝑃
𝑤𝐶
∅𝑜𝑠 ∅𝑜𝑠 x
VP
𝑉𝑃
Atau IP = 1
√𝑅 + (𝑤𝐶)2
𝐼𝑃
Dan ∅𝑜𝑖 + ∅𝑜𝑠 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑤𝐶
𝐼𝑃 𝑅
1
= 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑤𝑅𝑐
− R C
𝛿
+
0,63𝛿
t = RC t = 2RC t = 3RC t
waktu
−
VS C R
+
s
V0
0.37 V0
t = RC t = 2RC t = 3RC t
waktu
(b).Tegangan antara pelat kapasitor
H. PENGUMPULAN DATA
4. Alat dan Bahan
a. Kapasitor
b. Resistor
c. Kabel Merah
d. Kabel Hitam
e. Trafo
f. Multimeter
5. Prosedur Percobaan
a. Disiapkan peralatan/komponen dengan daftar alat/bahan.
b. Dibuat rangkaian seperti gambar di bawah ini
Tabel pengamatan
Tegangan VR VC Vtot
√𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
6V
9V
12 V
6. Data Pengamatan
Tegangan VR VC Vtot
√𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
= 0,55 𝑉
Mencari VC
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
0,75×5
= × 30
300
= 0,35 𝑉
Mencari Vtot
𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐶
= 0,55 + 𝑜, 35 𝑉
= 0,9 𝑉
Mencari impedansi
𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
= √0,552 + 0,352
= √0,3025 + 0,1225
= √0,425
= 0,65 𝑉
b. Untuk 9 V
Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1,5×5
= × 30
300
= 0,75 𝑉
Mencari VC
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1,1×5
= × 30
300
= 0,55 𝑉
Mencari Vtot
𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐶
= 0,75 𝑉 + 0,55 𝑉
= 1,3 𝑉
Mencari impedansi
𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
= √0,752 + 0,552
= √0,5625 + 0,3025
= √0,865
= 0,93 𝑉
c. Untuk 12 V
Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
2×5
= × 30
300
=1𝑉
Mencari VC
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1,4×5
= × 30
300
= 0,7 𝑉
Mencari Vtot
𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐶
= 0,55 + 0,35 𝑉
= 1,7 𝑉
Mencari impedansi
𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
= √12 + 0,72
= √1 + 0,49
= √1,49
= 1,22 𝑉
J. PENUTUP
3. Kesimpulan
𝑉 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
4. Saran
.
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM
BAB V
RANGKAIAN SERI R-L
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Percobaan
Mempelajari sifat tegangan bolak-balik pada rangkaian seri hambatan (R)
dengan inductor (L)
B. DASAR TEORI
𝑉 −𝑡
𝐼= (1 − 𝑒 𝜏 )
𝑅
Imaks=V/R
0,63Imaks
𝑙
𝜏=𝑅
0, 37Imaks
t
𝑙
𝜏=𝑅
−𝑡
ini adalah kurva eksponensial yang rumusnya I=𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑒 𝜏 konstanta waktu 𝜏
adalah waktu yang diperlukan arus untuk turun hingga mencapai 37% dari nilai
awalnya, dan lagi-lagi sama dengan L/R.
kedua grafik ini menunjukkan bahwa selalu terdapat “waktu reaksi” pada saat
sebuah elektromagnetik, misalnya dihidupkan atau dimatikan. Kita juga lihat
bahwa rangkaian RL memiliki sifat yang sama dengan RC. Namun, tidak seperti
kasus kapasitor, disini konstanta waktu berbanding terbalik terhadap R
Menurut Yusrizal (2008: 155-156) menyatakan bahwa bila sebuah
komponen dihubungkan dengan sebuah dengan sebuah baterai, arus dalam
𝜀
rangkaian tidaklah ke harga i=𝑅, dimana 𝜀 adalah ggl baterai dan R hambatan dari
resistor. Ketika saklar S dalam gambar ditutup, arus mulai naik dan akibatnya ggl
𝑑𝑖
inductor 𝜀 = −𝐿𝑖 𝑑𝑡 berlawanan arah. Dengan ggl baterai, ggl total memperoleh
𝑑𝑖
Pada setiap saat, jumlah ggl 𝜀 = −𝐿𝑖 𝑑𝑡 harus menjadi sama dengan
𝑑𝑖
𝜀 = −𝐿𝑖 = 𝑖𝑅
𝑑𝑡
dan
𝑑𝑖 𝑅
𝜀 = 𝑑𝑡
(𝑅)−𝑖 𝐿
𝑖 𝑑𝑖 𝑅 𝑡
∫0 𝜀 = ∫0 𝑑𝑡
(𝑅)−𝑖 𝐿
𝜀 𝑅𝑡
− {1𝑛 [( ) − 𝑖]} = [ ]
𝑅 𝐿
𝜀
(𝑅)−𝑖 𝑅𝑡
1𝑛 =−
𝜀/𝑅 𝐿
𝜀 𝜀 −𝑅𝑡
− 𝑖 = (1 − 𝑒 𝐿 )
𝑅 𝑅
𝜀 −𝑅𝑡
𝑖= (1 − 𝑒 𝐿 )
𝑅
VR (V)
C. PENGUMPULAN DATA
1. Alat dan Bahan
a. Kumparan 3200 lilitan
b. Hambatan tetap 470 Ω
c. Kabel merah
d. Kabel hitam
e. Multimeter
f. Travo
g. Inti besi
2. Prosedur Percobaan
Tegangan
VR VL Vtotal 𝑽𝒕𝒐𝒕 = √𝑽𝑹𝟐 + 𝑽𝑳𝟐
Sumber (V)
12 Volt 6V 5V 10 V 7,8 V
D. PENGOLAHAN DATA
Dik : BU : 10
ST : 50
JG : 50
HG : 1
a. Untuk 6 Volt
Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 16
= × 10
50
= 3,2 𝑉
Mencari VL
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 12
= × 10
50
= 2,4 𝑉
Mencari Vtot
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 27
= × 10
50
= 5,4 𝑉
= √3,22 + 2,42
= √16
=4V
b. Untuk 9 Volt
Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 26
= × 10
50
= 5,2 𝑉
Mencari VL
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 20
= × 10
50
= 4𝑉
Mencari Vtot
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 42
= × 10
50
= 8,4 𝑉
= √5,22 + 42
= √43,04
= 6,5 V
c. Untuk 12 Volt
Dik : BU : 50
ST : 50
JG : 50
HG : 1
Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1×6
= × 50
50
= 6𝑉
Mencari VL
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1×5
= × 50
50
= 5𝑉
Mencari Vtot
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 10
= × 50
50
= 10 𝑉
Jawab :
2. Saran