Anda di halaman 1dari 65

BAB IV

HUKUM OHM

Hari/Tgl Percobaan : Rabu/05 April 2017


Nama Asisten : Nurul Aisa

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Hukum ohm dalam kehidupan sehari-hari sudah sering dijumpai.


Seperti pada penggunaan alat-alat listrik seperti lampu, TV, dan kulkas
juga alat elektronik lainnya yang harus disesuaikan dengan tegangan. Pada
dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu
dialiri elektron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus menerus ini
yang disebut dengan arus, dan sering disebut juga dengan aliran, sama
halnya dengan air yang mengalir pada sebuah pipa. Apabila suatu
penghantar diberikan potensial yang berbeda diantara kedua ujungnya,
maka dalam penghantar itu akan timbul arus listrik. Fungsi utama hukum
ohm yaitu untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat arus serta dapat
digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik

2. Tujuan Percobaan

1. Memperagakan pengukuran tegangan listrik


2. Memperagakan pengukuran arus listrik
3. Menginterpretasikan grafik tegangan dan arus
B. DASAR TEORI

Menurut Giancoli (2001 : 67-69) mengatakan bahwa hukum ohm


yang terdiri atas hambatan dan resistor untuk menghasilkan arus listrik pada
rangkaian, dibutuhkan beda potensial satu cara untuk menghasilkan beda
potensial ialah dengan baterai. Georg Simon Ohm ( 1787-1854) menentukan
dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda
potensial v yang diberikan ke ujung-ujungnya :
I∞V
Jika kita bandingkan arus listrik dengan aliran air disungai atau
pipa yang dipengarushi oleh gravitasi. Jika pipa (atau sungai) hampir rata,
kecepatan alir akan kecil. Tetapi jika satu ujung lebih tinggi dari yang
lainnya, kecepatan aliran atau arus akan lebih besar. Makin besar perbedaan
ketinggian, makin besar arus. Bahwa potensial listrik analog, pada kaus
gravitasi, dengan ketinggian tebing, hal itu berlaku pada kasus ini untuk
ketinggian dari mana fluida mengalir. Sama seperti penambhan ketinggian
menyebabkan aliran air yang lebi besar. Tepatnya berapa besar aliran arus
pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan
yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. Dinding-dinding pipa, atau
tepian sungai dan batu-batu ditengahnya, memberikan hambatan terhadap
aliran arus. Dengan cara yang bersama, elektron-elektron diperlambat karena
adanya interaksi dengan atom-atom kawat. Maka tinggi hambatan ini, makin
kecil arus untuk suatu tegangan V. Kemudian mendefinisikan hambatan
sehingga arus berbanding terbalik dengan hambatan. Ketika digabungkan
sehingga memenuhi persamaan :

𝑉
𝐼=
𝑅
Dimana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda
potensial yang melintasi alat tersebu, I adalah arus yang mengalir padanya.
Sehingga dapat dituliskan bahwa :

𝑉 = 𝐼𝑅

Dari pernyataan tersebut George Simon Ohm menyatakan bahwa “ Kuat


arus listrik yang mengalir dalam suatu penghantar (hambatan) besarnya sebanding
dengan beda potensial (tegangan) antara ujung-ujung penghantar tersebut. “ bunyi
ini bukan merupakan hukum, tapi definisi dari hambatan. Adapun bunyi hukum
ohm yaitu bahwa arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan
yang diberikan, 𝐼 ∝ 𝑣. Dengan demikian “ Hukum Ohm ” bukan merupakan
hukum dasar, tetapi lebih berupa deskripsi mengenai kelas bahan ( Konduktor
logam) tertentu
Hukum Ohm
I

∆𝐿
=𝑅
∆𝑉

(a).Konduktor logam yang mengikuti hukum ohm

Pada kasus nonohmik, R tidak akan bergantung pada tegangan yang


diberikan. Satuan untuk hambatan disebut ohm dan disingkat Ω. Karena 𝑅 = 𝑉 ⁄𝐼
kita lihat bahwa 1,0 disebut dengan 1,0 𝑉 ⁄𝐴. Filamen bola lampu dan pemanas
listrik merupakan jenis kawatkhusus yang hambatannya mengakibatkan alat
tersebut menjadi sangat panas. Umumnya kawat penghubung memiliki hambatan
yang sangat kecil dibandingkan dengan hambatan filamen atau kumparan kawat.
Resistor mempunyai hambatan mulai kurang dari satu ohm sampai jutaan ohm.
Dua jenis utama adalah resistor “ gulungan kawat” yang teridri dari kumparan
kawat halus, dan resistor “ Komposisi” yang biasanya terbuat dari karbon
semikonduktor.

KODE WARNA RESISTOR


Warna Cincin I Cincin II Cincin Cincin IV Cincin V
Cincin III Pengali Toleransi
Hitam 0 0 0 ×1
Coklat 1 1 1 × 101 ±1%
Merah 2 2 2 × 102 ±2%
Jingga 3 3 3 × 103
Kuning 4 4 4 × 104
Hijau 5 5 5 × 105
Biru 6 6 6 × 106
Ungu 7 7 7 × 107
Abu-abu 8 8 8 × 108
Putih 9 9 9 × 109
Emas × 0,1 ±5%
Perak × 0,01 ±10%
Tak ±20%
Berwarna

Menurut Yusrizal (2013 : 79-83) mengatakan bahwa George Simon Ohm


(1789-1854). Seorang Fisikawan bangsa Jerman menemukan bahwa 𝜌 konstan
untuk logam (tentu juga 6 juga konstan) pada suhu konstan. Ini dikenal sebagai
hukum ohm. Bahan yang memenuhi hukum ohm disebut konduktor ohmik atau
konduktor linear karena grafik 𝐸 terhadap 𝐽 garis lurus. Hukum ohm dapat
dinyatakan dala berbagai bentuk (pada suhu konstan), sebagai berikut :
𝐽
1. Konduktiitas 𝜎 = Konstan, 𝜎 didefinisikan sebagai
𝐸
𝐸 𝐼
2. Resistivitas 𝜌 = Konstan, 𝜌 didefinisikan sebagai =
𝐽 𝜎
3. Grafik yang memperlihatkan hubungan linear antara 𝐸 dan 𝐽
𝑉
4. Tahanan R= Konstan, R didefinisikan sebagai
𝑖
5. Grafik yang memperlihatkan hubungan 𝑉 dan 𝑖 yang linear (gambar
dibawah ini)

(a).Untuk alat yang nonohmik


Bila konduktor yang memenuhi hukum ohm disebut konduktor yang linear,
Maka yang tidak memenuhi hukum ohm disebut konduktor non linear. Tetapan
perbandingan 𝐿⁄𝐴𝐺 disebut hambatan (resistansi) listrik dari kawat sepanjan 𝐿,
yang disimbulkan dengan 𝑅, jadi :
𝐿
𝑅=
𝐴𝐺
Beda potensial 𝑉𝑝 – 𝑉𝑞 biasa dinyatakan dengan 𝑉 saja, sehingga persamaan 𝑉𝑝 –
𝐿
𝑉𝑞 = 𝑖 ditulis sebagai :
𝐴𝐺
𝑉 = 𝐼𝑅

Hubungan ini pertama kali ditemukan secara Eksperimen oleh George


Simon Ohm (1789-1854), dan dikenal sebagi hukum ohm. Menurut ohm (dari
eksperimen) 𝑅 tidak bergantung pada 𝑉 dan 𝑖. Jadi hubungan 𝑣 dan 𝑖 linear. Telah
diketahui bahwa tidak semua bahan / komponen rangkaian listrik berprilaku
demikian. Namun persamaan diatas tetap berlaku asal arus teta dapat
dipertahankan melalui suatu komponen oleh beda potensial 𝑣 dengan
𝑉 1
mendefinisikan hambatan 𝑅 = karena 𝜌= , maka rumus ditulis dengan :
𝑖 𝜎
𝐿
𝑅=𝜌 (4-16)
𝐴
Persamaan (4-16) menghubungkan R dengan besaran yang menyatakan

sifat bahan, yaitu 𝜌 atau 𝜎 = 1⁄𝜌. Bila 𝜌 atau 𝜎 konstan maka 𝑅 pun konstan
dan dihubungkan 𝑣 dengan linear. Satuan untuk hambatan 𝑅 adalah 1
1
𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 = 1 𝑜ℎ𝑚 = 1 Ω, satuan untuk 𝜎 adalah , dan satuan 𝜌
(′ℎ𝑚.𝑚)
adalah ohm.m. Dalam rangkaian listrik banyak digunakan resistor yaitu suatu
komponen yang dibuat agar mempunyai harga resistansi tertentu.
Menurut David Halliday (2001 : 193 – 196) mengatakan bahwa pada suau
perbedaan potensial yang variabel 𝑣 diantara ujung-ujung sebuah koil yang
panjangnya 100 kaki dan yang terbuat dari kawat tembaga # 18. Untuk setiap
perbedaan potensial yang dipakaikan, dapat diukur arus 𝑖 dan menggambarkannya
terhadap 𝑣 seperti pada grafik dibawah ini :

𝐼
Shope = 𝑅

V
(Gambar 4.5). Grafik bahan bersifat ohmik
( Gambar 4.6) Grafik arus dalam penghantar tembaga sebagai sebuah
fungsi perbedaan potensial
Garis lurus yang dihasilkan berarti bahwa hambatan penghantarkan ini adalah
sama tak peduli berapun tegangan yang dipakaikan yang digunakan untuk
mengukur arus tersebut. Hasil penting ini, yang berlaku untuk penghantar.
Penghantar logam, dikenal sebagai hukum ohmmm. Kita menggangap bahwa
temperatur penghantar pada pokoknya adalah konstan selama konstan selama
seluruh pengukuran.
Banyak penghantar tidak menurut hukum ohm. Seperti pada grafik
dibawah ini :

Misalnya , memperlihatkan sebuah grafik 𝑉 − 𝑖 untuk sebuah tabung


vakum jenis 2A 3, grafik tersebut tidak lurus dsn hambatan tergantung pada
tegangan yang digunakan untuk mengukur hmbatan tersebut. Arus untuk alat ini
sangat kecil sekali jika polaritas dari perbedaan potensial yang dipakaikan dibalik.
Untuk penghantar. Penghantar logam maka arus tersebut berbalik arahnya nila
perbedaan potensial dibalik, tetapi besarnya tidak berubah
Gambar 31-6 memperlihatkan sebuah grafik 𝑉 − 𝑖 yang khas untuk sebuah
alat lain yang tak menuruti hukum ohm (non-ohmik) yang dinamakan termistor.
Alat ini adalah sebuah semikonduktor dengan sebuah koefiesien temperatur dari
resistivitas yang besar dan negatif 𝛼 yang sangat besar berubahnya dengan
temperatur. Kedua-dua arus yang berbeda melalui termistor tersebut dapat
menyatakan perbedaan potensial yang sama diantara ujung-ujungnya. Termistor
digunakan untuk mengukur kecepatan aliran tenaga didalam sinar gelombang
mikro dengan membolehkan sinar gelombang mikro tersebut jatuh pad termistor
dan memanaskan termistor tersebut. Kenaikan temperatur yang relatif kecil yang
dihasilkan demikian akan menghasilkanperubahan hambatan yang relatif besar,
yang berfungsi sebagai sebuah ukuran daya gelombang mikro hubungan 𝑉 =
𝐼𝑅nya adalah linear, yakni jika 𝑅tak tergantung dari 𝑉 dan 𝑖 Hubungan 𝑅 = 𝑉 ⁄𝑖
tetap sebagai definisi umum dari hambatan sebuah penghantar, sebuah bahan
penghantar dikatakan menuruti hukum ohm jika grafik dari 𝐸 terhadap 𝐽adalah
linear, yakni resitivitas p tak tergantung dari 𝐸 dan 𝑗. Hukum ohm adalah sebuah
sifat spesiifik dari bahan-bahan tertentu dan bukan merupakan sebuah hukum
mengenai keeletromagnetan.
C. PENGUMPULAN DATA
1. Alat dan Bahan
a. Catu Daya
b. Voltmeter
c. Amperemeter
d. Resistortor
e. Hambatan geser
f. Kabel penghubung

2. Prosedur Percobaan

1. Dipasang rangkaian listriknya seperti Gambar 1.1 diatas dan


beritahukan kepada asisten lebih dahulu untuk diperiksa sebelum
rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan.
2. Setelah diperiksa, diatur saklar dalam posisi terhubung (ON)
3. Diatur ujung voltmeter hambatan geser dengan niali tertentu dan
catatlah besarnya arus dan tegangan.
4. Diulangi hingga 10 variasi nilai hambatan geser. Catatlah besarnya
arus dan tegangan
5. Diulangi langkah 2-4 dengan variasi hambatan seri dan paralel.
3. Data pengamatan

No Tegangan (Volt) Kuat Arus ( Ampere) 𝑣⁄𝐼


1 3 Volt
2 6 Volt
3 9 Volt
4 12 Volt
D. PENGOLAHAN DATA
1. Untuk pengukuran tegangan (Volt)
Dik : BU = 12
ST = 12
Harga 1 garis = 0,5

 Untuk 𝑣0 = 3 volt
Jumlah garis =9
PJ = 0,5× 9
= 4,5

𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃1 = 𝑆𝑇 × BU
4,5
= 12 × 12

= 4,5 volt

 Untuk 𝑣0 = 6 volt
Jumlah garis = 16
PJ = 0,5× 16
=8

𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃2 = 𝑆𝑇 × BU
8
= 12 × 12

= 8 volt

 Untuk 𝑣0 = 9 volt
Jumlah garis = 24
PJ = 0,5× 24
= 12

𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃3 = 𝑆𝑇 × BU
12
= 12 × 12

= 12 volt

 Untuk 𝑣0 = 12 volt
Jumlah garis = 31,5
PJ = 0,5× 31,5
= 15,75

𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃4 = 𝑆𝑇 × BU
15,75
= × 12
12

= 15,75 volt
2. Untuk pengukuran Arus (Ampere)
Dik : BU = 0,6
ST =3
Harga 1 garis = 0,1
 Untuk 𝑣0 = 3 volt
Jumlah garis = 0,5
PJ = 0,1× 0,5
= 0,05

𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃1 = × BU
𝑆𝑇
0,05
= × 0,6
3
= 0,01 Ampere
 Untuk 𝑣0 = 6 volt
Jumlah garis =1
PJ = 0,1× 1
= 0,1
𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃2 = 𝑆𝑇 × BU
0,1
= × 0,6
3

= 0,02 Ampere

 Untuk 𝑣0 = 9 volt
Jumlah garis = 1,9
PJ = 0,1× 1,9
= 0,19

𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃3 = 𝑆𝑇 × BU
0,19
= × 0,6
3

= 0,038 Ampere
 Untuk 𝑣0 = 12 volt
Jumlah garis = 2,5
PJ = 0,1× 2,5
= 0,25

𝑃𝐽
𝑣𝑁𝑃4 = 𝑆𝑇 × BU
0,25
= × 0,6
3

= 0,05 Ampere

3. Untuk menghitung hambatan (R)


𝑉
 𝑅1 = 𝐼1
1
4.5 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,01
= 450 Ω

𝑉
 𝑅2 = 𝐼2
2
8 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,02 𝐴

= 400 Ω

𝑉
 𝑅3 = 𝐼3
3
12 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,038 𝐴

= 315,7 Ω

𝑉
 𝑅4 = 𝐼4
4
15,75 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,005 𝐴

= 315 Ω

E. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Untuk mengukur tegangan listrik, maka kita membutuhkan
voltmeter yaitu dengan cara mmemasang rangkaian listrik yaitu
yang terdiri dari resistor, catu daya, kabel penghubung, hambatan
geser, lalu setelah dipasang dan memebntuk rangkaian listrik, maka
hidupkan catu daya, sehingga penunjuk jarum pada voltmeter pun
bergerak.
b. Untuk mengukur arus listrik, maka sama halnya jjuga seperti kita
mengukur tegangan, akan tetapi mengukur arus listrik
menggunakan amperemeter, resitor, kabel penghubung,hambatan
geser, catu daya, dam dipasang membentuk sebuah rangkaian
listrik, setelah itu hidupkan catu daya sehingga penunjuk jarum
pada amperemeter bergerak.
c. Dari grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa grafik tegangan dan
arus listrik itu sebanding, sama halnya dengan buny hukum ohm
“Tegangan sebanding dengan arus dan sebanding dengan
hambatan”. Seperti rumus dibawah ini :

𝑉 = 𝐼𝑅
d. Menentukan besar hambatan suatu penghantar dengan
menggunakan persamaan hukum ohm
𝑅 = 𝑣⁄𝐼
Setelah percobaan dipenelitian mendapat nilai tegangan dan kuat arus
maka hambatan pun bisa dihitung nilainya.

2. Saran

Saran dari saya kepada asisten meja adalah asisten meja tetap
seperti ini, mengajarkan kami dengan penuh kesabaran. Alhamdulillah
dengan kamii melakukan penelitian di lab dan dipandu oleh asisten
meja, kami menjadi lebih tau, dan lebih mengerti

F. TUGAS DAN PERTANYAAN AKHIR


1. Buatlah grafik hubungan antara kuat arus (sebagai absis) dan tegangan
(sebagai ordinat) dari data yang diperoleh !
Jawab :
2. Tentukan besarnya hambatan berdasarkan grafik yang telah anda buat !
Jawab :
𝑅1 = 400 Ω
𝑅2 =400 Ω
𝑅3 =315,7 Ω
𝑅4 =315 Ω

3. Tentukan nilai hambatan berdasarkan hukum ohm


Jawab :

𝑉
 𝑅1 = 𝐼1
1
4,5 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,01

= 450 Ω

𝑉
 𝑅2 = 𝐼2
2
8 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,02 𝐴

= 400 Ω

𝑉
 𝑅3 = 𝐼3
3
8 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,02 𝐴
= 315,7 Ω

𝑉
 𝑅4 = 𝐼4
4
15,75 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 0,05 𝐴

= 315

1. Bandingkan nilai hambatan hasil perhitungan dari grafik berdasarkan


hukum ohm, dan pengukuran langsung, lakukan pembahasan dan
ambil kesimpulan !
Jawab :
Hasil dari nilai hambatan berdasarkan percobaan yang sudah
dilakukan adalah sama. Maka dapat kita ambil kesimpulannya adalah
ketika nilai tegangan dan arus dibuat dalam bentuk grafik, maka hasil
grafiknya sama dengan hukum ohm yaitu hambatan sebanding dengn
tegangan dan berbanding berbanding terbalik dengan kuat arus, dengan
kata lain, bersifat OHMIK yaitu sifat kelistrikan suatu benda mengikuti
hukum ohm, dan dari segi pengukuran nilai hambatannya, baikk
dengan hukum ohm maupun grafik, nilai hambatannya sama.
DAFTAR PUSTAKA

Doughlas C Giancoli.Fisika Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga. 2001.


Halliday dan Resnick. Fisika Jilid 2, Bandung : Erlangga. 1978.
Yusrizal. Fisika Dasar 1. Banda Aceh : Darussalam.2013.

.
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM
BAB III
HUKUM KIRCHOFF

Hari/Tanggal percobaan : Rabu/ 12 April 2017


Nama Asisten : Rosi Vera

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita tak menyadari tentang
apa yang kita rasakan, tapi mungkin ini baru terasa oleh orang yang pernah
ke “stroom” sama listrik, yang merasakan rasa sakit, tetapi dibalik itu
semua, orang-orang dulu meneliti hal-hal ini, alahkah lebih baik kita
menyadari apa yang terjadi disekitar kita bahwa di saat kita sangat
memerlukan listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Listrik merupakan
kebutuhan yang sangat dekat dengan manusia, kita tidak bisa terlepas dari
listrik, lihat saja tanpa kita sadari didalam rumah kita lampu terpasang
secara seri dan parallel dan arus mengalir secara bolak-balik.

2. Tujuan Percobaan
a. Menentukan kuat arus pada setiap cabang dalam suatu rangkaian
listrik.
b. Menentukan besarnya beda potensial antar dua titik dalam suatu
rangkaian listrik.
B. Dasar Teori
Menurut Ni Ketut Lasmi ( 2008 : 128 ) menyatakan bahwa, untuk
mencari Hukum Kirchoff menggunakan gambar seperti di bawah ini :

Berdasarkan gambar di atas :


𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼3

Untuk mencari besanya arus atas tegangan dalam rangkaian gunakan Hukum
II Kirchoff, yaitu :

∑𝜀 + ∑I . R = 0

Menurut Rio Adie Krisna putra ( 2014 : 380 ) menyatakan bahwa,


terdapat dua Hukum Kirchoff yaitu :
1. Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff menjelaskan bahwa pada rangkaian listrik
bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik cabang sama
dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang apabila dituliskan
dalam suatu rumusan sebagai berikut :

∑ I Masuk = ∑ I Keluar

2. Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff tentang tegangan menyatakan bahwa jumlah
aljabar perubahan tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup
loop sama dengan nol. Pernyataan tersebut jika dituliskan dalam suatu
rumus akan menghasilkan sebagai berikut :

∑V = 0

Gaya gerak listrik dalam sumber tengan menyebabkan arus listrik


mengalir sepanjang loop dan arus listrik yang mendapatkan hambatan
menyebabkan penurunan tegangan. Oleh karena itu, hasil penjumlahan
dari jumlah ggl dalam suatu sumber tegangan dan penurunan tegangan
sepanjang rangkaian tertututp sama dengan nol. Hal tersebut jika ditulis
dalam bentuk perumusan ditulis sebagai berikut :

∑𝜀 + ∑I . R = 0

Menurut gincoli Douglas C ( 2001 : 104-106 ) menyatakan bahwa,


Hukum pertama Kirchoff atau Hukum Titik Cabang berdasarkan pada
kekekalan muatan, dan kita menggunakannya untuk menurunkan hokum
untuk resistor parallel. Hukum ini menyatakan bahwa :

Pada setiap titik cabang, jumlah arus yang memasuki cabang harus sama
dengan semua arus yang meninggalkan tersebut.
Hukum kedua Kirchoff atau Hukum loop didasarkan pada Hukum
Kekekalan Energi. Hukum ini menyatakan bahwa :

Jumlah perubahan potensial mengelilingi lintasan tertutup pada suatu


rangkaian harus nol.

Untuk memahami mengapa hukum ini berlaku pertimbangan


analogi Roller Coaster dilintasanannya. Kita mulai dari stasiun, Roller
Coaster memiliki energy potensial tertentu. Kita mulai dari titik e dan
mengikuti sebuah muatan tes positif sepanjang rangkaian ini secara
menyeluruh. Kita akan melihat semua perubahan potensial.
Sementara muatan tes positif bergerak dari titik e ke titik a tidak
ada perubahan potensial karena tidak ada sumber potensial ataupun
hambatan. Penurunan tegangan antara kedua ujung resistor disebut
penurunan tegangan karena ini merupakan penurunan tegangan, kita
gunakan tanda negative saat memakai Hukum loop Kirchoff.
C. PENGUMPULAN DATA
1. Alat dan Bahan
a. Resistor 56 Ohm, 68 Ohm, dan 300 Ohm
b. 2 sumber tegangan
c. Multimeter
d. Breadboard dan Kabel

2. Prosedur Percobaan
 Disusun rangkaian percobaan gambar 4.3 digunakan R1 56 ohm, R2 68
Ohm, R3 300 Ohm. E1 = 6 Volt dan E2 = 1,7 Volt
 Diukur Vab, Vbc, Vbd.
 Diukur arus lewat R1, R2, R3.
 Dibandingkan hasil pengukuran anda dengan hasil perhitungan.
 Diulangi langkah 1s.d. 4 untuk R1 56 ohm, R2 68 Ohm, R3 300 Ohm. E1
= 7,5 volt dan E2 = 1,7 volt
3. Data Pengamatan

Pengukuran Tegangan Listrik Pengukuran Arus Listrik


Komponen
Pengukuran Perhitungan Pengukuran Perhitungan

R1 = 56 Ω Vab = 1 V Vab = 0,42 V I1 = 0,0075 A I1 = -0,007 A


R 2 = 68 Ω
R 3 = 300Ω Vbc = 0,2 V Vbc = 0,0068 V I2 = 0,0001 A I2 = 0,029 A

E1 = 6 V
E2 = 1,7 V Vbd = 4,6 V Vbd = 4,8 V I3 = 0,016 A I3 = 0,022 A

Pengukuran Tegangan Listrik Pengukuran Arus Listrik


Komponen
Pengukuran Perhitungan Pengukuran Perhitungan

R1 = 56 Ω Vab = 1,2 V Vab = 1.03 V I1 = 0,0185 A I1 = -0,012 A


R 2 = 68 Ω
R 3 = 300Ω Vbc = 0,5 V Vbc = 0,646 V I2 = 0,0095 A I2 = 0,040 A

E1 = 7,5 V
E2 = 1,7 V Vbd = 3,8 V Vbd = 2,25 V I3 = 0,0075 A I3 = 0,052 A
D. PENGOLAHAN DATA
a. Percobaan I
1. Untuk E1 = 6 Volt
E2 = 1,7 Volt
R1 = 56 Ohm
R2 = 68 Ohm
R3 = 300 Ohm

 Mencari Tegangan Listrik ( V )


 Mencari Pengukuran Tegangan
DIK : BU = 5 Volt
ST = 5 Volt
JG = 50

𝑃𝐽
 Vab = x BU
𝑆𝑇
10 𝑥 0,1
= x5
5
= 1 Volt

𝑃𝐽
 Vbc = x BU
𝑆𝑇
2 𝑥 0,1
= x5
5
= 0,2 Volt

𝑃𝐽
 Vbd = x BU
𝑆𝑇
46 𝑥 0,1
= x5
5
= 4,6 Volt

 Mencari Perhitungan Tegangan

 Vab = I1 x R1
= 0,0075 A x 56 Ω
= 0,42 Volt

 Vbc = I2 x R2
= 0,0001 A x 68 Ω
= 0,0068 Volt

 Vbd = I3 x R3
= 0,016 A x 300 Ω
= 4,8 Volt

 Mencari Pengukuran Arus Listrik ( I )


 Mencari Pengukuran Arus
DIK : BU = 30 mA
ST = 12
JG = 60

𝑃𝐽
 I1 = x BU
𝑆𝑇
15 𝑥 0,2
= x 30
12
= 7,5 mA
= 0,0075 A
DIK : BU = 3 mA
ST = 12
JG = 2

𝑃𝐽
 I2 = x BU
𝑆𝑇
2 𝑥 0,2
= x3
12
= 0,1 mA
= 0,0001 A

𝑃𝐽
 I3 = x BU
𝑆𝑇
32 𝑥 0,2
= x3
12
= 16 mA
= 0,016 A

 Mencari Perhitungan Arus dengan Menggunakan Hukum II


Kirchoff
a. Loop I = -6 + 56I1 + 300I3 = 0
56I1 + 300I3 = 6
56I1 + 300 ( I1 + I2 ) = 6
56I1 + 300I1 + 300I2 = 6
356I1 + 300I2 = 6

b. Loop II = -1,7 + 68I2 + 300I3 = 0


68I2 + 300I3 = 1,7
68I2 + 300 ( I1 + I2 ) = 1,7
68I2 + 300I1 + 300I2 = 1,7
368I2 + 300I1 = 1,7

356I1 + 300I2 = 6 x 300 106800I1 +90000I2 = 1800


300I1 + 368I2 = 1,7 x 356 106800I1 + 131008I2 = 605,2

106800I1 +90000I2 = 1800


106800I1 + 131008I2 = 605,2 _

-41008I2 = -1194,8

I2 = 0,029 A

356I1 + 300I2 = 6
356I1 + 300 ( 0,029 ) = 6
356I1 + 8,7 =6
356I1 = 6 – 8,7
356I1 = -2,7
I1 = -0,007 A

I3 = I1 + I2
= -0,007 A + 0,029 A
= 0,022 A

b. Percobaan I
2. Untuk E1 = 7,5 Volt
E2 = 1,7 Volt
R1 = 56 Ohm
R2 = 68 Ohm
R3 = 300 Ohm
 Mencari Tegangan Listrik ( V )
 Mencari Pengukuran Tegangan
DIK : BU = 5 Volt
ST = 5 Volt
JG = 50

𝑃𝐽
 Vab = x BU
𝑆𝑇
12 𝑥 0,1
= x5
5
= 1,2 Volt

𝑃𝐽
 Vbc = x BU
𝑆𝑇
5 𝑥 0,1
= x5
5
= 0,5 Volt

𝑃𝐽
 Vbd = x BU
𝑆𝑇
38 𝑥 0,1
= x5
5
= 3,8 Volt

 Mencari Perhitungan Tegangan

 Vab = I1 x R1
= 0,0185 A x 56 Ω
= 1,036 Volt

 Vbc = I2 x R2
= 0,0095 A x 68 Ω
= 0,646 Volt

 Vbd = I3 x R3
= 0,0075 A x 300 Ω
= 2,25 Volt

 Mencari Pengukuran Arus Listrik ( I )


 Mencari Pengukuran Arus
DIK : BU = 30 mA
ST = 12
JG = 60

𝑃𝐽
 I1 = x BU
𝑆𝑇
37 𝑥 0,2
= x 30
12
= 18,5 mA
= 0,0185 A

𝑃𝐽
 I2 = x BU
𝑆𝑇
19 𝑥 0,2
= x3
12
= 9,5 mA
= 0,0095 A
𝑃𝐽
 I3 = x BU
𝑆𝑇
15 𝑥 0,2
= x 30
12
= 7,5 mA
= 0,0075 A

 Mencari Perhitungan Arus dengan Menggunakan Hukum II


Kirchoff
c. Loop I = -7,5 + 56I1 + 300I3 = 0
56I1 + 300I3 = 7,5
56I1 + 300 ( I1 + I2 ) = 7,5
56I1 + 300I1 + 300I2 = 7,5
356I1 + 300I2 = 7,5

d. Loop II = -1,7 + 68I2 + 300I3 = 0


68I2 + 300I3 = 1,7
68I2 + 300 ( I1 + I2 ) = 1,7
68I2 + 300I1 + 300I2 = 1,7
368I2 + 300I1 = 1,7

356I1 + 300I2 = 7,5 x 300 106800I1 +90000I2 = 2250


300I1 + 368I2 = 1,7 x 356 106800I1 + 131008I2 = 605,2

106800I1 +90000I2 = 2250


106800I1 + 131008I2 = 605,2 _

-41008I2 = -1644,8
I2 = 0,040 A
356I1 + 300I2 = 7,5
356I1 + 300 ( 0,040 ) = 7,5
356I1 + 12 = 7,5
356I1 = 7,5 – 12
356I1 = -4,5
I1 = -0,012 A

I3 = I1 + I2
= -0,012 A + 0,040 A
= 0,052 A
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
 Cara menentukan kuat arus pada setiap cabang pada rangkaian
listrik inilah teori Hukum Kirchoff I yaitu jumlah arusyang masuk
oada sebuah cabang sama dengan jumlah arus yang keuar dari titik
cabang tersebut. Maka cara mencari arus adalah:

∑ I Masuk = ∑ I Keluar

 Cara menetukan besarnya beda potensial dua titik dalam suatu


rangkaian listrik sesuai dengan Hukum Kirchoff II jika suatu
penghantar memiliki potensial di titik A sebesar VA dan di titik B
sebesar VB dengan VB >VA maka, beda potensial antara titik A dan
titik B, atau VB dapat di tulis sebagai berikut:

VAB = VB - VA

2. Saran
Saran dari kami kepada asisten meja, asisten meja tetap seperti ini,
bersabar, serius, sehingga sekarang kami lebih mengerti tentang Hukum
Kirchoff.
Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli Douglas C. Physics Fifth Edition. Jakarta: Erlangga. 2001.


Ni Ketut Lasmi. SPM Fisika SMA dan MA. Jakarta: PT. Gelora Aksara pratama.
2008.
Rio Adie Krisna Putra. Trik Cerdas dan Bank Soal SMA. Solo: Genta Solusi
Cerdas. 2004.
BAB IV
RANGKAIAN SERI R-C

Hari/Tgl Percobaan : Rabu/19 April 2017


Nama Asisten : Amelia Fatma

A. PENDAHULUAN
3. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,kita selalu menggunakan listrik
untuk keperluan yang beragam.Contohnya lampu neon moidel lama
yang masih memakai ballast,di dalam boxnya memakai rangkaian seri
dan antara jala-jala dengan ballastnya,contoh lain adalah setrika listrik
ada rangkaian seri dengan bimetal(temperatur kontrol)demikian juga
kulkas lalu ada juga saklar/switch yang merupakan rangkaian seri
beban. tampa kita sadari kita sering menggunakan listrik dalam bentuk
rangkaian seri dalam kehidupan sehari hari.

4. TujuanPercobaan
Mempelajari sifat tegangan bolak balik pada rangkaian seri
hambatan(R) dengan kapasitor(C).
G. DASAR TEORI
Menurut sutrisno (1986 : 27-28 ) menyatakan bahwa
rangkaian bolak- balik yang terdiri dari suatu resistor R seri dengan
kapasitor C seperti pada gambar di bawah ini:

R C

(VS)

Misalkan:
VS(t) = Vp cos (wt + ∅os) dan
I(t) = Ip cos (wt + ∅oi)

Dalam lingkar berlaku :


𝑞 (𝑡)
VS(t) = i(t) R +
𝐶
1
VP cos (wt + ∅os) = i(t) R + 𝐶 ∫ 𝑖(t) dt
1 𝑑 𝑤𝑡
VP cos (wt + ∅os) = iPRcos (wt + ∅oi) + ∫ 𝐼𝑃 cos (wt + ∅oi)
𝐶 𝑤
1 𝑑 𝑤𝑡 1
𝐶
∫ 𝐼𝑃 cos (wt + ∅oi) 𝑤
= 𝐼
𝑤𝐶 𝑃
cos (wt + ∅oi)
1 𝜋
= 𝐼𝑃 cos (wt + ∅oi - )
𝑤𝐶 2
1 𝜋
VP cos (wt + ∅os) =𝐼𝑃 𝑅 cos (wt + ∅oi) + 𝐼𝑃 cos (wt + ∅oi - )
𝑤𝐶 2

Untuk menentukan IP dan Vp dapat kita gunakan Fasor seperti pada


gambar di bawah ini :

𝐼 2
𝑃
V2p = (IpR2) + (𝑤𝐶 )
Fasor adalah suatu vektor yang panjangnya menyatakan
amplitudo,nilai rms, atau nilai rata-rata dengan sudutnya terhadap
sumbu datar menyatakan sudut fasa suatu fungsi sinusioda.
y

IPR ∅𝑜𝑖 𝐼𝑃
𝑤𝐶

∅𝑜𝑠 ∅𝑜𝑠 x
VP

𝑉𝑃
Atau IP = 1
√𝑅 + (𝑤𝐶)2

𝐼𝑃
Dan ∅𝑜𝑖 + ∅𝑜𝑠 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑤𝐶
𝐼𝑃 𝑅

1
= 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑤𝑅𝑐

Menurut Douglas C Giancoli (2001: 111-112) menyatakan bahwa

− R C

𝛿
+

Untuk rangkaian RC yang ditunjukkan di (a), tegangan antara


pelat kapasitor bertambah terhadap waktu sebagaimana digambarkan
di (b) setelah saklar S ditutup.
𝛿

0,63𝛿

t = RC t = 2RC t = 3RC t
waktu

Tegangan antara pelat kapasitor

Untuk rangkaian RC yang digambarkan di (a) tegangan V


pada kapasitor mnurun terhadap waktu sebagaimana ditunjukkan di
(b),setelah saklar ditutup muatan pada kapasitor mengikuti kurva yang
sama karena
Q∞V


VS C R
+
s

V0

0.37 V0

t = RC t = 2RC t = 3RC t
waktu
(b).Tegangan antara pelat kapasitor
H. PENGUMPULAN DATA
4. Alat dan Bahan
a. Kapasitor
b. Resistor
c. Kabel Merah
d. Kabel Hitam
e. Trafo
f. Multimeter

5. Prosedur Percobaan
a. Disiapkan peralatan/komponen dengan daftar alat/bahan.
b. Dibuat rangkaian seperti gambar di bawah ini

1. Saklar pada posisi terbuka.


2. Resistor di sususn seri dengan kapasitor.
3. Sebuah multimeter dengan voltmeter dengan batas ukur 10
v AC.
c. Dihubungkan trafo ke sumber tegangan(lat masih dalam
kondisi keadaan mati/off)
1. skala tegangan 10 x 10 m Vrms
2. Dipilih bentuk gelombang (wave form) sinusiodal
3. Dipilih frekuensi awal 100 Hz (10 x 10 Hz).
d. Dihubungkan rangkaian ke trafo (digunakan kabel
penghubung).
e. Dihidupkan trafo (on)
f. Ditutup saklar, baca VR (tegangan hambatan R) pada voltmeter,
dicatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan.
g. Dibuka saklar, kemudian dipindahkan voltmeter ke titik B dan
D.
h. Ditutup saklar baca VC (tegangan pada kapasitor) dicatat
hasilnya pada tabel hasil pengamatan.
i. Dibuka saklar S dan dipindahkan voltmeter ketitik A dan D.
j. Ditutup saklar S, baca Vtot (tegangan rangkaian) dan di catat
hasilnya pada tabel hasil pengamatan.
k. Diulanggi langkah 6 sampai dengan 10 untuk frekuensi 9V dan
12V.

Tabel pengamatan
Tegangan VR VC Vtot
√𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2

6V
9V
12 V
6. Data Pengamatan

Tegangan VR VC Vtot
√𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2

6V 0,55 V 0,35 V 0,90 V 0,65 V


9V 0,75 V 0,55 V 1,3 V 0,93 V
12 V 1,0 V 0,7 V 1,7 V 1,22 V
I. PENGOLAHAN DATA
Diketahui: BU = 30
ST = 300
JS = 60
HS = 300/60
=5
a. Untuk 6 V
 Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1,1×5
= × 30
300

= 0,55 𝑉

 Mencari VC
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
0,75×5
= × 30
300

= 0,35 𝑉

 Mencari Vtot
𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐶
= 0,55 + 𝑜, 35 𝑉
= 0,9 𝑉
 Mencari impedansi
𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2

= √0,552 + 0,352

= √0,3025 + 0,1225
= √0,425
= 0,65 𝑉

b. Untuk 9 V
 Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1,5×5
= × 30
300
= 0,75 𝑉

 Mencari VC
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1,1×5
= × 30
300
= 0,55 𝑉

 Mencari Vtot
𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐶
= 0,75 𝑉 + 0,55 𝑉
= 1,3 𝑉
 Mencari impedansi
𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2

= √0,752 + 0,552

= √0,5625 + 0,3025

= √0,865
= 0,93 𝑉

c. Untuk 12 V
 Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
2×5
= × 30
300
=1𝑉
 Mencari VC
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1,4×5
= × 30
300
= 0,7 𝑉

 Mencari Vtot
𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐶
= 0,55 + 0,35 𝑉
= 1,7 𝑉
 Mencari impedansi
𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2

= √12 + 0,72
= √1 + 0,49
= √1,49
= 1,22 𝑉
J. PENUTUP
3. Kesimpulan

Sifat tegangan bolak-balik pada rangkaian seri hambatan


dengan kapasitor. Apabila VR mengatakan pada ujung-ujung
hambatan, VC menyatakan tegangan pada ujung-ujung induktor
maka daloam rangkaian ini nilai VR sefase dengan arus listrik,
sedangkan VC tertinggal arus sebesar 90° sehingga besarnya
tegangan V dapat dicari dengan jumlah VR dan VC secara vektor
yaitu:

𝑉 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2

Sesuai dengan hukum ohm V = I.R bahwa nilai √𝑅 2 + 𝑋𝐶2


merupakan suatu jenis hambatan dalam rangkaian AC yang disebut
impedansi dilambangkan Z.
Sehingga dapat ditulis:

𝑍 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
4. Saran

Saran dari saya kepada asisten meja, asisten meja tetap


seperti ini dalam menjelaskan materi yaitu tenang dalam melakukan
percobaan. Dengan bantuan asisten meja, kami bisa lebih tau tentang
rangkaian seri RC. Terima kasih.
.
K. TUGAS DAN PERTANYAAN AKHIR
1. Bandingkanlah nilai Vtot dengan √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
Jawab:
a. Perbandingan Vtot dengan impedansi pada 6 volt
 Vtot = 0.9 volt
 Impedansi = 0,65 volt
Vtot > Impedansi
0,9 V > 0,65 V
Jadi, Vtot lebih besar daripada impedansi pada tegangan 6 volt.

b. Perbandingan Vtot dengan impedansi pada 9 volt


 Vtot = 1,3 volt
 Impedansi = 0,93 volt
Vtot > Impedansi
1,3 V > 0,93 V
Jadi, Vtot lebih besar daripada impedansi pada tegangan 9 volt.

c. Perbandingan Vtot dengan impedansi pada 12 volt


 Vtot = 1,7 volt
 Impedansi = 1,22 volt
Vtot > Impedansi
1,7 V > 1,22 V
Jadi, Vtot lebih besar daripada impedansi pada tegangan 12 volt.
DAFTAR PUSTAKA

Doughlas C Giancoli.Fisika Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga. 2001.


Sutrisno. Elektronika Teori dan Penerapannya.Bandung: ITB. 1986

.
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM
BAB V
RANGKAIAN SERI R-L

Hari/ Tanggal Percobaan : Rabu/ 03 Mei 2017


Nama Asisten : Firnanda Ramadhan Gea

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari, kita sangat banyak menggunakan


listrik. Kita tidak bisa lepas dengan yang namanya listrik. Kita mengira
komponen-komponen yang terdapat pada listrik itu sangat mudah, tapi
pada kenyataannya komponen-komponen listrik itu sangat rumit. Didalam
listrik masih banyak terdapat terdapat komponen-komponen seperti
resistor, kapasitor, inductor, transistor, dan sebagainya. Dan juga terdapat
seperti rangkaian seri, parallel, searah, dan bolak-balik. Salah satu
contohnya yaitu rangkaian seri R-L dimana rangkaian seri R-L ini lebih
rumit dari pada rangkaian seri R-C. Rangkaian seri R-L ini biasanya
digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk lampu. Bukan cuma pada
lampu, akan tetapi rangkaian seri R-L juga bisa digunakan pada radio serta
televise.

2. Tujuan Percobaan
Mempelajari sifat tegangan bolak-balik pada rangkaian seri hambatan (R)
dengan inductor (L)
B. DASAR TEORI

Menurut Giancoli (2001: 194-195) menyatakan bahwa setiap


inductor memiliki hambatan. Kita tunjukkan keadaan ini dengan
menggambarkan induktansi L dan hambatan R secara terpisah seperti gambar
1.

Pada hambatan R dapat juga terdapat hambatan lain yang


dihubungkan secara seri. Sekarang kita bertanya, apa yang terjadi jika arus DC
disambungkan secara seri pada rangkaian RL seperti itu? Pada saat saklar
penghubung dihidupkan, arus mulai mengalir. Arus ini tentu saja dilawan oleh
GGL induksi pada inductor. Namun, segera setelah arus mulai mengalir,
timbul tegangan pada hambatan. Jadi, tegangan yang jatuh pada inductor
berkurangt dan impendansi terhadap arus yang mengalir pada inductor pun
berkurang. Kemudian arus akan meningkat secara bertahap, seperti yang
terlihat pada gambar 2 dan mendekati nilai konstan Imaks =V/R jika seluruh
tegangan jatuh pada hambatan. Bentuk dari kurva 1 merupakan fungsi waktu.

𝑉 −𝑡
𝐼= (1 − 𝑒 𝜏 )
𝑅
Imaks=V/R
0,63Imaks
𝑙
𝜏=𝑅

Dimana e adalah fungsi eksponensial dan 𝜏 = 𝐿/𝑅 dinamakan konstanta waktu


dari rangkaian. Jika t=𝜏, maka kita dapatkan (1 − 𝑒 −1 ) = 0, 63 sehinhgga kita
lihat bahwa 𝜏 adalah waktu yang diperlukan arus untuk mencapai 0,63 Imaks. Jika
baterai tiba-tiba dilepaskan dari rangakaian (garis terputus pada gambar 1) arus
akan jatuh seperti gambar 3.
I

0, 37Imaks
t
𝑙
𝜏=𝑅

−𝑡
ini adalah kurva eksponensial yang rumusnya I=𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑒 𝜏 konstanta waktu 𝜏
adalah waktu yang diperlukan arus untuk turun hingga mencapai 37% dari nilai
awalnya, dan lagi-lagi sama dengan L/R.
kedua grafik ini menunjukkan bahwa selalu terdapat “waktu reaksi” pada saat
sebuah elektromagnetik, misalnya dihidupkan atau dimatikan. Kita juga lihat
bahwa rangkaian RL memiliki sifat yang sama dengan RC. Namun, tidak seperti
kasus kapasitor, disini konstanta waktu berbanding terbalik terhadap R
Menurut Yusrizal (2008: 155-156) menyatakan bahwa bila sebuah
komponen dihubungkan dengan sebuah dengan sebuah baterai, arus dalam
𝜀
rangkaian tidaklah ke harga i=𝑅, dimana 𝜀 adalah ggl baterai dan R hambatan dari

resistor. Ketika saklar S dalam gambar ditutup, arus mulai naik dan akibatnya ggl
𝑑𝑖
inductor 𝜀 = −𝐿𝑖 𝑑𝑡 berlawanan arah. Dengan ggl baterai, ggl total memperoleh

harga terakhirnya 𝜀/𝑅 secara berangsur.

𝑑𝑖
Pada setiap saat, jumlah ggl 𝜀 = −𝐿𝑖 𝑑𝑡 harus menjadi sama dengan

tegangan jatuh iR dalam resistor, dari sini :

𝑑𝑖
𝜀 = −𝐿𝑖 = 𝑖𝑅
𝑑𝑡
dan
𝑑𝑖 𝑅
𝜀 = 𝑑𝑡
(𝑅)−𝑖 𝐿

𝑖 𝑑𝑖 𝑅 𝑡
∫0 𝜀 = ∫0 𝑑𝑡
(𝑅)−𝑖 𝐿

𝜀 𝑅𝑡
− {1𝑛 [( ) − 𝑖]} = [ ]
𝑅 𝐿

𝜀
(𝑅)−𝑖 𝑅𝑡
1𝑛 =−
𝜀/𝑅 𝐿

𝜀 𝜀 −𝑅𝑡
− 𝑖 = (1 − 𝑒 𝐿 )
𝑅 𝑅
𝜀 −𝑅𝑡
𝑖= (1 − 𝑒 𝐿 )
𝑅

Jika dibuat persamaan yang memperlihatkan arus sebagai fungsi waktu,


maka bentuknya adalah :
𝜀 −𝑅𝑡
𝑖(𝑡) = (1 − 𝑒 𝐿 )
𝑅

Dimana tetapan 𝜏 merupakan tetapan waktu dari rangkaian RL, dengan


hubungan :
𝜏 = 𝐿/𝑅

Gambar dibawah adalah sebuah grafik dari persamaan diatas, yang


memperlihatkan bagaimana I berubah dengan waktu ketika sebuah sumber ggl
dihubungkan ke rangkaian yang terdiridari sebuah inductor.

VR (V)
C. PENGUMPULAN DATA
1. Alat dan Bahan
a. Kumparan 3200 lilitan
b. Hambatan tetap 470 Ω
c. Kabel merah
d. Kabel hitam
e. Multimeter
f. Travo
g. Inti besi

2. Prosedur Percobaan

a. Disiapkan alat dan bahan.


b. Dirangkai rangkaian seperti pada gambar.
c. Jangan dihidupkan cok/ saklar terlebih dahulu.
d. Dihubungkan travo dengan resistor dan inductor dengan
tegangan 6 Volt.
e. Dihidupkan cok/saklar, dihitung penunjuk jarum resistor
dengan cara mendekatkan kabel hitam dan kabel merah ke
kedua kaki resistor, begitu juga dengan inductor, untuk
menghitung keduanya, salah satu probe pada kaki resistor dan
satunya lagi ke inductor.
f. Dicatat penunjuk jarum yang ditunjukkan dimultimeter.
g. Dicabut cok/ matikan saklar. Dilakukan lagi seperti kegiatan
diatas untuk tegangan 9 dan 12 Volt.
3. Data Pengamatan

Tegangan
VR VL Vtotal 𝑽𝒕𝒐𝒕 = √𝑽𝑹𝟐 + 𝑽𝑳𝟐
Sumber (V)

6 Volt 3,2 V 2,4 V 5,4 V 4V

9 Volt 5,2 V 4V 8,4 V 6,5 V

12 Volt 6V 5V 10 V 7,8 V
D. PENGOLAHAN DATA
Dik : BU : 10
ST : 50
JG : 50
HG : 1
a. Untuk 6 Volt
 Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 16
= × 10
50
= 3,2 𝑉

 Mencari VL
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 12
= × 10
50
= 2,4 𝑉

 Mencari Vtot
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 27
= × 10
50
= 5,4 𝑉

 Mencari 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2

𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2

= √3,22 + 2,42
= √16
=4V
b. Untuk 9 Volt
 Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 26
= × 10
50
= 5,2 𝑉

 Mencari VL
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 20
= × 10
50
= 4𝑉

 Mencari Vtot
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 42
= × 10
50
= 8,4 𝑉

 Mencari 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2

𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2

= √5,22 + 42
= √43,04
= 6,5 V
c. Untuk 12 Volt
Dik : BU : 50
ST : 50
JG : 50
HG : 1

 Mencari VR
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1×6
= × 50
50
= 6𝑉

 Mencari VL
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1×5
= × 50
50
= 5𝑉

 Mencari Vtot
𝑃𝐽
𝑁𝑃 = × 𝐵𝑈
𝑆𝑇
1 × 10
= × 50
50
= 10 𝑉

 Mencari 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2

𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2


= √62 + 52
= √61
= 7,8 V
E. TUGAS DAN PERTANYAAN AKHIR
1. Bandingkanlah nilai Vtot dengan 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2
2. Konsep rangkaian seri R-L dalam kehidupan sehari-hari.

Jawab :

1. a. perbandingan Vtot dengan 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2 pada 6 Volt


 Vtotal : 5,4 Volt
 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2 : 4 Volt

b. perbandingan Vtot dengan 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2 pada 9 Volt


 Vtotal :8,4 Volt
 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2 : 6,5 Volt

c. perbandingan Vtot dengan 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2 pada 12 Volt


 Vtotal : 10 Volt
 𝑉𝑡𝑜𝑡 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2 : 7,8 Volt

2. Konsep rangkaian seri R-L dalam kehidupan sehari-hari yaitu biasaya


digunakan pada lampu. Ada berbagai macam tipe dari R-L yang
banyak dijual dipasaran, sehingga rangkaian ini sangat banyak
digunakan dalam berbagai tipe rangkaian sederhana. Bagian terpenting
pada rangkaian ini adalah digunakan untuk tuning. Contohnya
penerima radio atau televise.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini, dapat diambil kesimpulan yaitu ketika


melakukan praktikum, alat yang digunakan adalah multimeter, dan
ditunjukkan kearah Vac, yaitu tegangan bolak-balik. Tegangan bolak-
bolak adalah tegangan listrik yang arahnya selalu berubah-ubah secara
periodik terhadap waktu dan dapat mengalir dalam dua arah pada
rangkaian R-L. untuk mencari tegangan pada resistor, maka kabel yang
dihubungkan dengan multimeter, dihubungkan ke inductor, dan baru
diaktifkan travonya. Maka kita bisa melihat kenaikan tegangan nya, begitu
juga dengan inductor nya. Untuk mencari kedua-duanya, kita bisa
mneghubungkan satu kabel ke resistor dan satu kabel lagi ke inductor.

2. Saran

Praktikum kali ini berjalan lancar, asisten menjelaskan dengan


jelas, sehingga pendidik sangat paham menerimanya. Kewaspadaan harus
tinggi pada praktikum ini. Tingkatkan dan pertahankan. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli. Fisika. Edisi kelima, jilid 2. Jakarta : Erlangga. 2001


Sutrisno. Fisika dasar. Bandung: ITB Bandung. 1983
Yusrizal. Fisika dasar 2. Banda Aceh: Syiah Kuala Press. 2008
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai