SEMESTER GENAP
Georg Ohm merupakan fisikawan asal Jerman yang berperan penting dalam
sejarah awal Hukum Ohm. Resistansi penelitiannya dari tahun 1825 sampai 1826.
Percobaan Georg Ohm dapat inspirasi dari penelitian Fourier tentang heat
conduction, awalnya dari penggunaan elemen volta sebagai sumber tegangan
namun beralih menggunakan Thermocouple karena dianggap lebih stabil. Alat
yang digunakan adalah Galvanometer untuk mengukur arus pada sebuah
penghantaryang diberi suatu tegangan listrik. Hasil percobaan yang diperoleh
bahwa besarnya beda potensial yang dihasilkan berbanding lurus dengan suhu
pada junction(Purwandari, 2013).
Menurut Durbin(2005), bahwa percobaan selanjutnya melakukan
pengukuran dengan Galvanometer dan mengganti kabel untuk pengujian dengan
berbagai panjang dan ukuran diameter serta bahan yang berbeda. Hasil yang
diperoleh bahwa besarnya pembacaan Galvanometer berbanding lurus dengan
suhu namun berbalik dengan panjang kabel uji, kalau dijelaskan secara rinci
bahwa besarnya kuat arus yang nilainya dibaca oleh Galvanometer berbanding
lurus dengan beda potensial serta besarnya kuat arus juga berbanding terbalik
dengan hambatan dikarenakan panjang kabel berbanding lurus dengan hambatan
kabel. Rumus matematis Hukum Ohm di ekspresikan dengan persamaan :
V= I X R (2.1)
Keterangannya :
I= Arus yang mengalir pada pengantar (Ampere)
V = Tegangan yang terdapat pada kedua ujung penghantar (volt)
R = Hambatan pada penghantar (ohm)
V =I.Rs (2.3)
Rs = R1 + R2 + R3 (2.4)
I = I1 + I2 + I3
Rangkaian campur adalah campuran rangkaian seri dan paralel, kalau dilihat
dari jalannya arus dan tegangan pada rangkaian gabungan itu juga mengikuti
Hukum Kirchoff 1 dengan cara menyelesaikan satu susunan rangkaian, setelah itu
menyelesaikan susunan rangkaian yang lain. Arus yang mengalir pada resistor yang
disusun secara seri nilainya sama namun tegangnnya berbeda, kalau resistor yang
disusun secara paralel arus yang mengalir pada setiap resistor berbeda, namun
tegannya sama.
Hasil pengukuran beda potensial resistor R1, R2 dan R3 memiliki nilai yang
berbeda yang disusun secara seri, namun jika diukur arus yang melewati ketiga
resistor maka memperolehkan pengukuran yang sama. Berbeda halnya jika resistor
disusun secara paralel, akan diperoleh hasil pengukuran yang berbeda, namun
pengukuran tegangan pada setiap resistor sama. Fakta ini menunjukkan besar suatu
nilai variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Susunan seri resistor
berfungsi sebagai pembagi tegangan yang berarti jika tegangan pada setiap resistor
dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber kalau pada
susunan paralel resistor yang berfungsi sebagai pembagi arus yang berarti jika kuat
arus listrik yang melewati setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang
sama dengan arus total sebelum titik percabangan (Herman,2014).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain :
Catu Daya 1 buah
Kabel penghubung merah 2 buah
Kabel penghubung hitam 2 buah
Papan Rangkaian 1 buah
Saklar 1 kutub 1 buah
Jembatan penghubung 3 buah
Meter dasar 90 1 set
Multimeter 1 buah
Resistor 47 Ω 1 buah
Resistor 4,7 Ω 1 buah
Resistor 100 Ω 1 buah
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Percobaan 1 (Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik)
1. Susunlah rangkaian listrik seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1
Gambar 3.1
Keterangan : 1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Voltmeter (Pilih meter dasar menjadi voltmeter)
2. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off).
Pilih tegangan pada skala 3 V. 3.
3. Pilih voltmeter pada skala 10 VDC.
4. Tutuplah/hidupkan saklar. Amati besar tegangan pada voltmeter kemudian
catat pada Tabel.
5. Bukalah/matikan saklar. Ubahlah tegangan pada catu daya menjadi 6
VDC. Lakukan kembali langkah 4.
6. Ubah rangkaian pada Gambar 3.1 menjadi seperti Gambar 3.2.
Gambar 3.2
Keterangan : 1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Amperemeter (Pilih meter dasar menjadi amperemeter)
7. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off).
Pilih tegangan pada skala 3 V.
8. Pilih amperemeter pada skala 5 ADC.
9. Tutuplah/hidupkan saklar. Amati besar kuat arus pada amperemeter
kemudian catat pada Tabel.
10. Bukalah/matikan saklar. Ubahlah tegangan pada catu daya menjadi 6
VDC. Lakukan kembali langkah 9.
3.2.2 Percobaan 2 (Menyelidiki karakteristik hukum Ohm)
1. Susunlah rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3a.
Gunakan R1 100Ω.
Gambar 3.3
2. Dalam keadaan off (saklar terbuka), hubungkan rangkaian dengan catu
daya. Pilih pada skala 3 VDC.
3. Hidupkan saklar dan amati pembacaan skala pada Amperemeter dan
Voltmeter. Cata pada Tabel Pengamatan.
4. Matikan saklar, naikkan catu daya pada skala 6 VDC. Ulangi langkah 3.
5. Ganti resistor dengan pertama dengan R2 47Ω (Gambar 3.3 b). Ulangi
langkah 2 s/d 4.
3.2.3 Percobaan 3 (Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang)
A. Rangkaian Seri
1. Susunlah rangkaian seperti pada Gambar 3.4 a. Gunakan resistor 4,7 Ω dan
47 Ω. Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Hubungkan rangkaian dengan Amperemeter dengan batas ukur 1A pada
posisi a.
3. Hubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 9 VDC.
Gambar 3.4
4. Tutup saklar. Bacalah nilai kuat arus listrik (Ia) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi b, tutup saklar dan baca
nilai kuat arus listrik (Ib) pada amperemeter.Catat pada tabel pengamatan.
6. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi c, baca nilai kuat arus
listrik yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Buka saklar. Ubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 3.4 b.
8. Ubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Pasang voltmeter pada posisi a sesuai yang ditunjukkan Gambar 3.4 b.
10. Tutup saklar, baca nilai tegangan Va dan catat pada tabel pengamatan.
11. Buka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di b
dan c. Catat hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi
seri dari resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
B. Rangkaian Paralel
1. Susunlah rangkaian seperti pada Gambar 3.5 a. Gunakan resistor R1 4,7 Ω
dan R2=47 Ω. Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Hubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur 100mA pada
posisi a.
3. Hubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 3 VDC.
Gambar 3.5
4. Tutup saklar. Bacalah nilai kuat arus listrik (I) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi a, tutup saklar dan baca
nilai kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter. Catat pada tabel pengamatan.
6. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi b, baca nilai kuat arus
listrik yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Buka saklar. Ubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 3.5 b.
8. Ubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Pasang voltmeter pada posisi V sesuai yang ditunjukkan Gambar 8b.
10. Tutup saklar, baca nilai tegangan V dan catat pada tabel pengamatan.
11. Buka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di a
dan b. Catat hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi
paralel dari resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Analisis karakteristik hukum Ohm
Analisis dalam karakteristik hukum Ohm adalah tentang
perbandingan hasil antara tegangan dan arus listrik. Hambatan termasuk
hal yang dianalisis dalam karakteristik hukum Ohm. Hambatan yang ada
terhadap tegangan dan kuatarus listrik yang dihasilkan saling berpengaruh.
3.3.2 Analisis karakteristik kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri dan
paralel
Analisis yang dilakukan pada rangkaian seri dan paralel yaitu
membandingkan hasil pengukuran antara arus pada setiap posisi dan
tegangan pada setiap posisi serta hubungannya. Hal yang dianalisis yakni
hambatan pada setiap posisi serta menyimpulkan tentang karakteristik
yang terjadi dalam sebuah rangkaian tertutup. Rangkaian paralel dianalisis
dengan membandingkan hasil pengukuran arus dan tegangan pada tiap
posisi serta menghitung nilai hambatan dan membandingkan serta
menghubungkanya dengan tegangan dan kuat arus.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Tabel Hasil Perhitungan Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Catu Skala Maksimal Hasil
V I
Daya Voltmeter Amperemeter V I
3V 34 0.14 3.4 0.14
10 V 1A
6V 64 0.16 6.4 0.16
B. Rangkaian Paralel
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum Hukum Ohm dan
rangkaianseri- paralel adalah sebagai berikut :
1. Pada rangkaian seri untuk kuar arus yang mengalir pada masing masing
posisi adalah sama, sedangkan untuk tegangan bergantung pada jumlah
hambatan. Sedangkan pada rangkaian paralel untuk tegangan pada
masing masing beban listrik sama dengan tegangan sumber, sedangkan
untuk kuat arus yang mengalir pada masing cabang bergantung pada
besar hambatan.
2. Kuat arus yang mengalir besarnya berbanding lurus dengan tegangan
merupakan karakteristik Hukum Ohm. Kuat arus listrik yang dihasilkan
dipengaruhi oleh hambatan, semakin besar hambatannya maka arus yang
dihasilkan semakin kecil begitu pula sebaliknya.
5.2 Saran
Pada praktikum Hukum Ohm ini praktikan harus memahami materi
yang akan dipraktikan atau dilakukan pada saat percobaan, sehingga tidak
terjadi kesalahan saat praktikum. Pada saat menggunakan voltmeter dan
amperemeter lebih diperhatikan supaya hasil yang didapatkan dapat sesuai.
Lebih berhati hati saat menggunaka catu daya supaya tidak kesetrum saat
menggunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Durbin.2005.Rangkaian Listrik.Jakarta:Erlangga.
Herman.2014.Penentuan Fisika Dasar 1.Makassar:Unit laboratorium Fisika Dasar
Jurusan FMIPA UNM.
Molla, M. G. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Hukum Ohm Dan
Rangkaian Seri-Paralel , Efektivitas Dalam Hal Hasil Belajarnya ,
Keterlibatan Dan Kendala-Kendala
Purwandari, E.2013.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember:Universitas Jember.
Sumarsono, Joko.2009.Fisika Dasar Universitas .Jakarta:Teguh Karya.
Young, Hugh D.1999.Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2 Solo:Erlangga.
LAMPIRAN