Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

SEMESTER GENAP

HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI PARALEL

Nama Praktikan : Aditya Pramana


NIM : 181910201019
Fakultas / Jurusan : Teknik / Teknik Elektro
Hari / Tanggal : Rabu / 20 April 2022
Nama Asisten : Icha Wulan Maulidina
Putri Sifa

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum ohm merupakan pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial dan berbanding terbalik dengan resistansi. Besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya ini merupakan bunyi hukum ohm. Nilai
resistensinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial
yang dikenakan kepadanya apabila benda penghantar dikatakan mematuhi
hukum ohm. Benda penghantar dikatakan sesuai hukum ohm apabila nilai
resistensinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial.
Pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun
istilah ‘hukum’ tetap digunakan (Durbin,2005).
Suatu hubungan sumber listrik dengan alat-alat listrik lainnya yang
memiliki fungsi tertentu disebut dengan rangkaian listrik. Berdasarkan
susunan hubungan antara alat-alat listrik, suatu rangkaian listrik dengan
resistor-resisror yang tersusun secara seri, paralel dan kombinasi antara
keduanya. Rangkaian seri adalah rangkaian yang disusun secara berderet
sehingga arus yang melalui tiap- tiap komponen adalah sama. Rangkaian
paralel adalah rangkaian yang disusun secara sejajar, sehingga tegangan atau
beda potensial tiap komponen adalah sama. Rangkaian campuran adalah
rangkaian yang kombinasi antara seri dan paralel.
Jika terdapat banyak beban listrik dalam satu rangkaiannya maka disebut
rangkaian seri. Contoh dari rangkaian seri adalah lampu pohon natal. Arus
listrik yang yang mengalir melalui lampu yang pertama ke lampu yang kedua,
jika salah satu listrik dilepas atau rusak maka arus listrik akan putus.
Rangkaian seri lebih menghemat daya yang dikeluarkan dan tidak
memerlukan banyak penghubung pada penyambung jalur sehingga hemat
kabel dan saklar.
Rangkaian paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu
bagian garis edar untuk mengalirkan arus. Contoh dari rangkaian paralel
adalah saat bermotor, sebagaian besar beban listrik dihubungkan secara
paralel. Masing- masing rangkaian dapat dihubung putuskan tanpa
adapengaruh dari rangkaian yang lain. Terjadinya salah satu cabang paralel
terputus, maka arus akan terputus hanya pada rangkaian tersebut. Rangkaian
cabang yang lain tetap bekerja tanpa terganggu dan rangkaian cabang yang
terputus tersebut.
Praktikum Hukum Ohm rangkaian seri - paralel memiliki dua tujuan
percobaan. Tujuan pertama yaitu mempelajari karakteristik Hukum Ohm.
Tujuan yang kedua yaitu menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan
listrik dari rangkaian bercabang dan tidak bercabang. Dari tujuan – tujuan
tersebut, diharapkan setelah praktikum dapat menjadikan solusi untuk masing
– masing jawabannya.
Dalam kehidupan sehari – hari ilmu pengetahuan sangat berperan penting
terutama bidang ilmu fisika dan salah satunya hukum Ohm. Percobaan hukum
Ohm dilakukan agar kita jadi tahu bahwa dalam kehidupan sehari – hari
peranan hukum Ohm juga penting. Peristiwa dalam kehidupan sehari – hari
yang berhubungan dengan hukum Ohm yaitu kompor elektrik atau lampu
listrik. Manfaat dari praktikum ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengetahui penerapan hukum Ohm.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang diangkat dalam praktikum Hukum OHM
danrangkaian seri-paralel, sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik Hukum OHM ?
2. Bagaimana karakteristik kuat arus dan tegangan pada
rangkaian seri danparalel ?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum yang didapatkan dalam bab Hukum
OHM danrangkaian seri-paralel, sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristrik Hukum OHM.
2. Mempelajari karakteristik kuat arus dan tegangan pada
rangkaian seri-paralel.
1.4 Manfaat Praktikum
Penerapan konsep yang terdapat pada hukum ohm ialah digunakan
untuk rangkaian seri dan paralel.Rangkaian seri dan paralel sendiri banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari rangkaian seri terdapat
pada lampu pohon, kulkas, sakelar, maupun setrika listrik yang memiliki
kontrol temperatur. Contoh dari rangkaian paralel terjadi saat bermotor dan
distribusi listrik PLN ke rumah-rumah. Keuntungan dalam pemakaian
rangkaian seri maupun paralel berbeda-beda, saat kondisi komponen listrik
pada rangkaian per setiap lampu berpijar tidak sama terang kalau rangkaian
paralel berpijar sama terang per setiap lampunya. Keuntungan yang lain
terlihat dari rangkaian paralel yaitu saat salah satu lampu padam, lampu yang
lainnya tetap menyala, berbeda dengan rangkaian seri yang salah satunya
lampu mati atau padam, akan membuat lampu lainnya ikut mati.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Georg Ohm merupakan fisikawan asal Jerman yang berperan penting dalam
sejarah awal Hukum Ohm. Resistansi penelitiannya dari tahun 1825 sampai 1826.
Percobaan Georg Ohm dapat inspirasi dari penelitian Fourier tentang heat
conduction, awalnya dari penggunaan elemen volta sebagai sumber tegangan
namun beralih menggunakan Thermocouple karena dianggap lebih stabil. Alat
yang digunakan adalah Galvanometer untuk mengukur arus pada sebuah
penghantaryang diberi suatu tegangan listrik. Hasil percobaan yang diperoleh
bahwa besarnya beda potensial yang dihasilkan berbanding lurus dengan suhu
pada junction(Purwandari, 2013).
Menurut Durbin(2005), bahwa percobaan selanjutnya melakukan
pengukuran dengan Galvanometer dan mengganti kabel untuk pengujian dengan
berbagai panjang dan ukuran diameter serta bahan yang berbeda. Hasil yang
diperoleh bahwa besarnya pembacaan Galvanometer berbanding lurus dengan
suhu namun berbalik dengan panjang kabel uji, kalau dijelaskan secara rinci
bahwa besarnya kuat arus yang nilainya dibaca oleh Galvanometer berbanding
lurus dengan beda potensial serta besarnya kuat arus juga berbanding terbalik
dengan hambatan dikarenakan panjang kabel berbanding lurus dengan hambatan
kabel. Rumus matematis Hukum Ohm di ekspresikan dengan persamaan :
V= I X R (2.1)
Keterangannya :
I= Arus yang mengalir pada pengantar (Ampere)
V = Tegangan yang terdapat pada kedua ujung penghantar (volt)
R = Hambatan pada penghantar (ohm)

Contoh aplikasi dalam perhitungan Hukum Ohm menggunakan suatu rangkaian


yang disusun secara seri, paralel dan campuran yang berdasarkan hambatan
sebuah beban. Perhitungan kuat arus mampu membuat besar dari daya yang
dipakai, tapi sebelum itu pengertian dari arus sendiri adalah geraknya suatu
muatan dari satu daerah ke daerah lainnya. Situasi elektrostatis saat itu medan
listrik bernilai nol maupun saat di dalam konduktor, dan tidak arus, bukan berarti
semua muatan yang di dalam konduktor itu diam. Sejumlah elektron bebas
bergerak di dalam material logambiasa seperti tembaga ataupun
alumunium(Young, 1999).
Arah arus berlawanan dengan arus elektron. Muatan listrik dapat berpindah
dengan adanya beda potensial. Beda potensial dihasilkan oleh sumber listrik yang
pada setiap sumber listrik memiliki dua kutub, yaitu positif dan negatif. Jalur
penghantar yang kontinu, kutub-kutub suatu sumber listrik atau dicontohkan suatu
baterai saling dihubungkan. Garis yang lebih pang positif, sedangkan yang pendek
negatif. Rangkaian listrik telah dibentuk, maka muatan dapat mengalir melalui
kawat pada rangkaian dari satu kutub baterai ke kutub yang lainnya. Aliran
muatan tersebut disebut arus listrik(Young, 1999).
Menurut Sumarsono(2009), rangkaian listrik tersusun atas seri, paralel dan
campuran atau gabungan antara keduanya. Rangkaian seri atau bisa disebut juga
dengan rangkaian berderet. Muatan listrik yang melalui R1 akan juga melalui R2
dan R3, jadi arus I yang sama melewati setiap resistor, maka V sama dengan
tegangan sumbernya. V1, V2, dan V3 disini adalah beda potensial pada masing-
masing resistor R1, R2, dan R3 karena resistor-resistor ini dihubungkan secara seri,
maka kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan total V sama dengan jumlah
semua tegangan dari masing-masing resistor. Rumus matematis untuk rangkaian
seri, yaitu:
V= V1+V2+V3=I.R1+I.R2+I.R3 (2.2)

Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) dirumuskan:

V =I.Rs (2.3)

Persamaan (2.3) disubstitusikan ke persamaan (2.2) didapat perumusan :

Rs = R1 + R2 + R3 (2.4)

Persamaan (2.4), menunjukkan bahwa besar hambatan total pengganti


pada rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan pada tiap resistor. Rangkaian
paralel disebut juga rangkaian yang berjajar. Rangkaian paralel berbeda dengan
rangkaian seri, dikarenakan pada rangkaian paralel resistor, arus dari sumber
terbagi menjadi cabang-cabang terpisah. Contohnya alat-alat listrik pada rumah-
rumah, jika salah satu hubungan suatu alat diputus, maka arus yang mengalir
pada komponen yang lain tidaklah putus. Rangkaian seri sendiri jika salah satu

I = I1 + I2 + I3

Rangkaian campur adalah campuran rangkaian seri dan paralel, kalau dilihat
dari jalannya arus dan tegangan pada rangkaian gabungan itu juga mengikuti
Hukum Kirchoff 1 dengan cara menyelesaikan satu susunan rangkaian, setelah itu
menyelesaikan susunan rangkaian yang lain. Arus yang mengalir pada resistor yang
disusun secara seri nilainya sama namun tegangnnya berbeda, kalau resistor yang
disusun secara paralel arus yang mengalir pada setiap resistor berbeda, namun
tegannya sama.
Hasil pengukuran beda potensial resistor R1, R2 dan R3 memiliki nilai yang
berbeda yang disusun secara seri, namun jika diukur arus yang melewati ketiga
resistor maka memperolehkan pengukuran yang sama. Berbeda halnya jika resistor
disusun secara paralel, akan diperoleh hasil pengukuran yang berbeda, namun
pengukuran tegangan pada setiap resistor sama. Fakta ini menunjukkan besar suatu
nilai variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Susunan seri resistor
berfungsi sebagai pembagi tegangan yang berarti jika tegangan pada setiap resistor
dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber kalau pada
susunan paralel resistor yang berfungsi sebagai pembagi arus yang berarti jika kuat
arus listrik yang melewati setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang
sama dengan arus total sebelum titik percabangan (Herman,2014).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain :
 Catu Daya 1 buah
 Kabel penghubung merah 2 buah
 Kabel penghubung hitam 2 buah
 Papan Rangkaian 1 buah
 Saklar 1 kutub 1 buah
 Jembatan penghubung 3 buah
 Meter dasar 90 1 set
 Multimeter 1 buah
 Resistor 47 Ω 1 buah
 Resistor 4,7 Ω 1 buah
 Resistor 100 Ω 1 buah
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Percobaan 1 (Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik)
1. Susunlah rangkaian listrik seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Gambar 3.1
Keterangan : 1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Voltmeter (Pilih meter dasar menjadi voltmeter)
2. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off).
Pilih tegangan pada skala 3 V. 3.
3. Pilih voltmeter pada skala 10 VDC.
4. Tutuplah/hidupkan saklar. Amati besar tegangan pada voltmeter kemudian
catat pada Tabel.
5. Bukalah/matikan saklar. Ubahlah tegangan pada catu daya menjadi 6
VDC. Lakukan kembali langkah 4.
6. Ubah rangkaian pada Gambar 3.1 menjadi seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2
Keterangan : 1 = Catu daya DC
2 = Saklar 1 kutub
3 = Jembatan penghubung
4 = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5 = Amperemeter (Pilih meter dasar menjadi amperemeter)
7. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off).
Pilih tegangan pada skala 3 V.
8. Pilih amperemeter pada skala 5 ADC.
9. Tutuplah/hidupkan saklar. Amati besar kuat arus pada amperemeter
kemudian catat pada Tabel.
10. Bukalah/matikan saklar. Ubahlah tegangan pada catu daya menjadi 6
VDC. Lakukan kembali langkah 9.
3.2.2 Percobaan 2 (Menyelidiki karakteristik hukum Ohm)
1. Susunlah rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3a.
Gunakan R1 100Ω.
Gambar 3.3
2. Dalam keadaan off (saklar terbuka), hubungkan rangkaian dengan catu
daya. Pilih pada skala 3 VDC.
3. Hidupkan saklar dan amati pembacaan skala pada Amperemeter dan
Voltmeter. Cata pada Tabel Pengamatan.
4. Matikan saklar, naikkan catu daya pada skala 6 VDC. Ulangi langkah 3.
5. Ganti resistor dengan pertama dengan R2 47Ω (Gambar 3.3 b). Ulangi
langkah 2 s/d 4.
3.2.3 Percobaan 3 (Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang)
A. Rangkaian Seri
1. Susunlah rangkaian seperti pada Gambar 3.4 a. Gunakan resistor 4,7 Ω dan
47 Ω. Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Hubungkan rangkaian dengan Amperemeter dengan batas ukur 1A pada
posisi a.
3. Hubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 9 VDC.

Gambar 3.4
4. Tutup saklar. Bacalah nilai kuat arus listrik (Ia) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi b, tutup saklar dan baca
nilai kuat arus listrik (Ib) pada amperemeter.Catat pada tabel pengamatan.
6. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi c, baca nilai kuat arus
listrik yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Buka saklar. Ubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 3.4 b.
8. Ubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Pasang voltmeter pada posisi a sesuai yang ditunjukkan Gambar 3.4 b.
10. Tutup saklar, baca nilai tegangan Va dan catat pada tabel pengamatan.
11. Buka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di b
dan c. Catat hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi
seri dari resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
B. Rangkaian Paralel
1. Susunlah rangkaian seperti pada Gambar 3.5 a. Gunakan resistor R1 4,7 Ω
dan R2=47 Ω. Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Hubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur 100mA pada
posisi a.
3. Hubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 3 VDC.

Gambar 3.5
4. Tutup saklar. Bacalah nilai kuat arus listrik (I) yang ditunjukkan pada
amperemeter. Catat hasilnya.
5. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi a, tutup saklar dan baca
nilai kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter. Catat pada tabel pengamatan.
6. Buka saklar, pindahkan amperemeter pada posisi b, baca nilai kuat arus
listrik yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Buka saklar. Ubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 3.5 b.
8. Ubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Pasang voltmeter pada posisi V sesuai yang ditunjukkan Gambar 8b.
10. Tutup saklar, baca nilai tegangan V dan catat pada tabel pengamatan.
11. Buka saklar, ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di a
dan b. Catat hasilnya.
12. Jika masih ada waktu, lakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi
paralel dari resistor 47 Ω, 56 Ω dan 100 Ω.
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Analisis karakteristik hukum Ohm
Analisis dalam karakteristik hukum Ohm adalah tentang
perbandingan hasil antara tegangan dan arus listrik. Hambatan termasuk
hal yang dianalisis dalam karakteristik hukum Ohm. Hambatan yang ada
terhadap tegangan dan kuatarus listrik yang dihasilkan saling berpengaruh.
3.3.2 Analisis karakteristik kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri dan
paralel
Analisis yang dilakukan pada rangkaian seri dan paralel yaitu
membandingkan hasil pengukuran antara arus pada setiap posisi dan
tegangan pada setiap posisi serta hubungannya. Hal yang dianalisis yakni
hambatan pada setiap posisi serta menyimpulkan tentang karakteristik
yang terjadi dalam sebuah rangkaian tertutup. Rangkaian paralel dianalisis
dengan membandingkan hasil pengukuran arus dan tegangan pada tiap
posisi serta menghitung nilai hambatan dan membandingkan serta
menghubungkanya dengan tegangan dan kuat arus.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Tabel Hasil Perhitungan Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Catu Skala Maksimal Hasil
V I
Daya Voltmeter Amperemeter V I
3V 34 0.14 3.4 0.14
10 V 1A
6V 64 0.16 6.4 0.16

Tabel 4.2 Tabel Hasil Karakteristik Hukum Ohm


Resistor Catu Batas Ukur Hasil V I
Daya Voltmeter Amperemeter V I
100 Ω 3V 10 V 100 mA 34 42 3.4 42 mA
6V 10 V 100 mA 62 78 6.2 78 mA
9V 50 V 1A 9.5 0.14 9.5 0.14 A
12 V 50 V 5A 12.5 0.1 12.5 0.1 A
47 Ω 3V 10 V 1A 34 0.09 3.4 0.09 A
6V 10 V 1A 64 0.22 6.4 0.22 A
9V 50 V 1A 9 0.26 9 0.26 A
12 V 50 V 1A 12 0.38 12 0.38 A

Tabel 4.3 Tabel Hasil Menyelidiki Seri-Paralel


A. Rangkaian Seri
Catu Daya Resistor Batas Ukur Hasil V I
Voltmeter Amperemeter V I
9V 4,7 10 V 1A 94 0.28 9.4 V 0.28 A
47 10 V 1A 90 0.28 9V 0.28 A
51,7 10 V 1A 86 0.28 8.6 V 0.28 A
Catu Daya Resistor Batas Ukur Hasil V I
Voltmeter Amperemeter V I
9V - 10 V 100 mA 94 54 9.4 V 54 mA
47 10 V 100 mA 22 54 2.2 V 54 mA
56 10 V 100 mA 27 54 2.7 V 54 mA
100 10 V 100 mA 46 56 4.6 V 56 mA

B. Rangkaian Paralel

Catu Daya Resistor Batas Ukur Hasil V I


Voltmeter Amperemeter V I
9V 4,27 10 V 1A 30 0.78 3V 0.78 A
4.7 10 V 1A 30 0.72 3V 0.72 A
47 10 V 1A 30 0.06 3V 0.06 A

 Tegangan pada rangkaian paralel


Catu Daya R1 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω) Tegangan (V)
V = 3.3 V
Va = 3.3 V
9V 47 Ω 56 Ω 100 Ω
Vb = 3.3 V
Vc = 3.3 V

 Kuat Arus pada rangkaian paralel


Catu Daya R1 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω) Arus (A)
I = 0.2 A
Ia = 0.12 A
9V 47 Ω 56 Ω 100 Ω
Ib = 0.12 A
Ic = 0.08 A
4.2 Pembahasan

Pengukuran besar tegangan dan kuat arus listrik dilakukan dengan


menggunakan voltmeter dan amperemeter. Amperemeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus pada rangkaian listrik.
Amperemeter dalam penggunaanya dilakukan dengan menghubungkan
secara seri dengan sebuah beban (bola lampu) yang akan dihitung kuat
arusnya. Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya
tegangan pada rangkaian. Voltmeter dalam pengggunaannya diletakkan
secara paralel dengan sebuah beban (bola lampu) yang akan dihitung besar
tegangannya.
Pada praktikum kali ini membahas tentang karakteristik hukum ohm
dimana hukum ohm ini memiliki persamaan dan diterapkan pada rangkaian
listrik yang memiliki hambatan dengan beda potensial yang berbeda-beda.
Pada percobaan pertama dengan memasang hambatan sebesar 100 ohm
dengan beda potensial sebesar 3V, 6V, 9V dan 12V. Mendapatkan kuat arus
yang dihasilkan oleh rangkaian dengan hambatan 100 ohm dengan beda
potensial yang diberikan sehimgga dapat dianalisa bahwa besar tegangan
yang diberikan semakin besar maka kuat arus yang dihasilkan juga semakin
besar. Begitu pula dengan rangkaian hambatan 47 ohm nilai arus juga
berbanding lurus dengan besar tegangan yang dihasilkan tetapi kuat arus
yang dihasilkan oleh rangkaian 47 ohm lebih besar daripada rangkaian
dengan hambatan 100 ohm karena kuat arus dipengaruhi oleh besar
hambatan yang diberikan.
Pada pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan
rangkaian seri-paralel. Data pada rangkaian seri dengan sumber catu daya di
gunakan yaitu 9 V dan resistor 4,7Ω dan 47 Ω. Sehingga mendapatkan hasil
pada rangkaian seri yakni besar kuat arus pada setiap titik adalah sama
sebesar 0,28 A. Sedangkan, besar tegangan pada setiap posisi memiliki nilai
yang berbeda, dengan nilai yang semakin kecil sebesar yaitu 9,4 V, 9V, 8,6
V.
Perhitungan : Ra = Va/Ia = 9,4 V⁄53 mA = 177,3 Ω
Rb = Vb/Ib = 2,2 V⁄53 mA = 41,5 Ω
Rc = Vc/I c = 2,7 V⁄54 mA = 50 Ω
Dengan nilai di atas dapat diketahui perbandingan antara nilai Ra
dengan R1 yang di tambah dengan nilai R2 di peroleh lebih besar nilai Ra
dengan perbandingan 177,3 Ω = 103 Ω, nilai Rb dengan nilai R1 di peroleh
nilai R1 lebih besar dari nilai Rb dengan perbandingan 41,5 Ω = 47 Ω,
selanjutnya nilai Rc dengan nilai R2 di peroleh lebih besar nilai Rc dengan
perbandingan 50 Ω = 47 Ω. Dapat disimpulkan bahwa besar tegangan yang
terdapat pada rangkaian seri bergantung pada besar hambatan pada
rangkaian.
Data pada rangkaian paralel dengan catu daya yang di gunakan yaitu
9 V dan resistor 4,7 Ω dan 47 Ω. Sehingga didapatkan hasil pada rangkaian
paralel besar kuat arus pada setiap hambatan berbeda, dengan nilai yang
semakin kecil yaitu 0.76 A, 0.72 A, 0.06 A. Sedangkan besar tegangan pada
setiap posisi sama yaitu 3 V.
Perhitungan : R = V/I = 3,3 V/0,2 A = 16,5 Ω
Ra = Va/Ia = 3,3V/0,12 A = 27,5 Ω
Rb = Vb/Ib = 3,3 V/0,12 A = 27,5 Ω
Rtotal = 1⁄R = 1⁄16,5 = 0,060 Ω
1⁄Ra = 1⁄27,5 = 0,036 Ω
1⁄Rb = 1⁄27,5 = 0,036 Ω
1⁄R1 = 1⁄47 = 0,021 Ω
1⁄R2 = 1⁄56 = 0,077 Ω
1⁄Ra + 1⁄Rb = 0,036 + 0,036 = 0,072 Ω

Berdasarkan nilai di atas perbandingan nilai 1/R dengan 1/Ra + 1/Rb


didapatkan nilai lebih besar 1/Ra + 1/Rb dengan perbandingan 0,060 =
0,072. Perbandingan nilai 1/Ra dengan 1/R1 didapatkan nilai lebih besar
1/Ra dengan perbandingan 0,036 = 0,021. Perbandingan nilai 1/Rb dengan
1/R2 didapatkannilai lebih besar 1/R2 dengan perbandingan 0,036 = 0,077.
Dapat diambil kesimpulan bahwa arus yang mengalir pada rangkaian
tersebut terbagi pada resistor yang terpasang pada rangkaian. Dan besar
kuat arus yang mengalir pada setiap resistor bergantung pada nilai masing
– masing hambatan yang dipasang pada rangkaian tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum Hukum Ohm dan
rangkaianseri- paralel adalah sebagai berikut :
1. Pada rangkaian seri untuk kuar arus yang mengalir pada masing masing
posisi adalah sama, sedangkan untuk tegangan bergantung pada jumlah
hambatan. Sedangkan pada rangkaian paralel untuk tegangan pada
masing masing beban listrik sama dengan tegangan sumber, sedangkan
untuk kuat arus yang mengalir pada masing cabang bergantung pada
besar hambatan.
2. Kuat arus yang mengalir besarnya berbanding lurus dengan tegangan
merupakan karakteristik Hukum Ohm. Kuat arus listrik yang dihasilkan
dipengaruhi oleh hambatan, semakin besar hambatannya maka arus yang
dihasilkan semakin kecil begitu pula sebaliknya.
5.2 Saran
Pada praktikum Hukum Ohm ini praktikan harus memahami materi
yang akan dipraktikan atau dilakukan pada saat percobaan, sehingga tidak
terjadi kesalahan saat praktikum. Pada saat menggunakan voltmeter dan
amperemeter lebih diperhatikan supaya hasil yang didapatkan dapat sesuai.
Lebih berhati hati saat menggunaka catu daya supaya tidak kesetrum saat
menggunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Durbin.2005.Rangkaian Listrik.Jakarta:Erlangga.
Herman.2014.Penentuan Fisika Dasar 1.Makassar:Unit laboratorium Fisika Dasar
Jurusan FMIPA UNM.
Molla, M. G. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Hukum Ohm Dan
Rangkaian Seri-Paralel , Efektivitas Dalam Hal Hasil Belajarnya ,
Keterlibatan Dan Kendala-Kendala
Purwandari, E.2013.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember:Universitas Jember.
Sumarsono, Joko.2009.Fisika Dasar Universitas .Jakarta:Teguh Karya.
Young, Hugh D.1999.Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2 Solo:Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai