Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN LISTRIK

MODUL VI KARAKTERISTIK BEBAN PADA RANGKAIAN AC

Kelompok : 6B

Kelas :B

Program Studi : D3 Teknologi Listrik

Tgl Praktikum : 13 April 2021

Nama Asisten : Eki Nur Afifah

LABORATORIUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

JAKARTA

2021
Kelompok 6B

MODUL VI
KARAKTERISTIK BEBAN PADA RANGKAIAN AC

1.1. TUJUAN
1. Mempelajari karakteristik tegangan dan arus pada sistem Arus Bolak-Balik.
2. Melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif, induktif dan resistif.

2.2. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 Unit PC.
2. Software NI Multisim.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

3.3. TEORI MODUL


3.3.1. Sudut Fasa Tegangan dan Arus
Pada sistem Arus Searah (DC) tidak dikenal adanya perbedaan sudut fasa antara arus
dan tegangan. Tetapi pada sistem Arus Bolak-Balik (AC), arus dan tegangan mempunyai
sudut fasa terhadap referensi. Namun demikian, dalam diagram fasor ataupun perhitungan
adakalanya perlu disebutkan fasor mana yang menjadi titik referensi. Bila sudut tegangan
sumber dijadikan referensi, maka sudut fasa arusnya tergantung dari jenis beban yang dicatu.
Dalam sustu rangkaian beban yang terdiri dari komponen R, L dan C, sudut fasa arus
ditentukan oleh reaktansi yang lebih dominan. Bila reaktansi kapasitif lebih dominan, maka
fasa arus akan mendahului tegangannya (beda sudut fasa positif). Pada kondisi ini dikatakan
bahwa faktor daya (cos φ) leading (mendahului). Selanjutnya apabila reaktansi induktifnya
yang lebih dominan, maka fasa arus akan tertinggal terhadap tegangannya (beda sudut fasa

negatif). Faktor daya beban induktif adalah lagging (tertinggal).

3.3.2. Macam-Macam Beban Rangkaian Listrik


a. Beban Resistif (R)
Beban Resistif (R) yaitu beban yang memiliki nilai resistansi. Beban jenis ini
hanya mengkonsumsi daya aktif (P) saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu.
Beban Resistif membuat sudut fasa arus sama dengan sudut fasa tegangannya atau arus
dan tegangan sefasa.

Gambar 61. Sudut Fasa pada Beban Resistif

b. Beban Induktif (L)


Beban Induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan
pada suatu inti, seperti transformator dan solenoida. Beban ini mengakibatkan sudut fasa
arus bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan magnet
akan mengakibatkan sudut fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan.

Gambar 62. Sudut Fasa pada Beban Induktif (Arus tertinggal 90o terhadap Tegangan)

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

c. Beban Kapasitif (C)


Beban Kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan untuk menyimpan
energi yang berasal dari pengisian (charging) pada suatu rangkaian ini dapat
menyebabkan arus mendahului tegangan.

Gambar 63. Sudut Fasa pada Beban Kapasitif (Arus mendahului Tegangan 90o)

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

4.4 TEORI TAMBAHAN

Rangkaian dan Tegangan


Arus Dan Tegangan Sinusoidal Dalam generator, kumparan persegi panjang yang diputar dalam
medan magnetik akan membangkitkan Gaya Gerak Listrik (GGL) sebesar :
Bentuk kurva yang dihasilkan persamaan ini dapat kita lihat di layar Osiloskop. Bentuk kurva ini
disebut bentuk sinusoidal

Resistor Dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik

Bila hambatan murni sebesar R berada dalam rangkaian arus bolak-balik, besar tegangan pada
hambatan berubah-ubah secara sinusoidal, demikian juga kuat arusnya. Antara kuat arus dan tegangan
tidak ada perbedaan fase, artinya pada saat tegangan maksimum, kuat arusnya mencapai harga
maksimum pula.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

Reaktansi
Disamping resistor, kumparan induktif dan capasitor merupakan hambatan bagi arus bolak-balik.
Untuk membedakan hambatan kumparan induktif dan capasitor dari hambatan resistor, maka hambatan
kumparan induktif disebut Reaktansi Induktif dan hambatan capasitor disebut Reaktansi Capasitif.

Impedanzi

Sebuah penghantar dalam rangkaian arus bolak-balik memiliki hambatan, reaktansi induktif, dan
reaktansi capasitif. Untuk menyederhanakan permasalahan, kita tinjau rangkaian arus bolak-balik yang
didalamnya tersusun resistor R, kumparan R, kumparan induktif L dan capasitor C.Menurut hukum ohm,
tegangan antara ujung-ujung rangkaian :

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

Resonansi
Jika tercapai keadaan yang demikian, nilai Z = R, amplitudo kuat arus mempunyai nilai terbesar,
frekuensi arusnya disebut frekuensi resonansi seri. Besarnya frekuensi resonansi dapat dicari sebagai
berikut :

BERSUMBER DARI : https://www.gurupendidikan.co.id/arus-bolak-balik/

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

5.1 LANGKAH PERCOBAAN


5.5.1 Beban R-L
1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 64. Percobaan Beban R-L

2. Berikan warna berbeda pada Channel A dan Channel B Osiloskop untuk mempermudah
pengamatan (Pada Gambar 64 Channel A diberi warna merah dan Channel B diberi warna
hitam).
3. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.
4. Amati nilai arus yang terukur pada Multimeter AC dan catat pada Data Pengamatan.
5. Buka Osiloskop dan atur seperti di bawah ini :

Gambar 65. Pengaturan Osiloskop

6. Apabila background Hitam terlalu gelap untuk mengamati gelombang, ubah


background menjadi Putih dengan menekan tombol Reverse.
7. Atur Scale pada Channel A dan Channel B (Naik atau Turun) hingga menunjukkan
ukuran gelombang yang dapat anda amati.
8. Ukur Beda Fasa (Selisih Sudut Fasa Tegangan dan Sudut Fasa Arus) pada gelombang
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

yang ditampilkan (Dalam Satuan DIV).


9. Ubah Beda Fasa ke dalam satuan Derajat (o) dengan menggunakan persamaan :

10. Catat Beda Fasa (o) pada Data Pengamatan.

11. Ulangi Langkah 5 - 10 dengan posisi Channel B paralel dengan Induktor (Saat
pemindahan posisi Channel hentikan simulasi terlebih dahulu)
12. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.

5.5.2 Beban R-C


5.5.2.1 Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 66. Percobaan Beban R-C

5.5.2.2 Berikan warna berbeda pada Channel A dan Channel B Osiloskop untuk mempermudah
pengamatan (Pada Gambar 5.1.4 Channel A diberi warna merah dan Channel B diberi
warna hitam).
5.5.2.3 Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.
5.5.2.4 Amati nilai arus yang terukur pada Multimeter AC dan catat pada Data
Pengamatan.
5.5.2.5 Buka Osiloskop dan atur seperti pada Gambar 65.
5.5.2.6 Apabila background Hitam terlalu gelap untuk mengamati gelombang, ubah background
menjadi Putih dengan menekan tombol Reverse.
5.5.2.7 Atur Scale pada Channel A dan Channel B (Naik atau Turun) hingga menunjukkan ukuran
gelombang yang dapat anda amati.
5.5.2.8 Ukur Beda Fasa (Selisih Sudut Fasa Tegangan dan Sudut Fasa Arus) pada gelombang
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

yang ditampilkan (Dalam Satuan DIV).


5.5.2.9 Ubah Beda Fasa ke dalam satuan Derajat (o) dengan menggunakan persamaan :

5.5.2.10 Catat Beda Fasa (o) pada Data Pengamatan.


5.5.2.11 Ulangi Langkah 5 - 10 dengan posisi Channel B paralel dengan Kapasitor (Saat
pemindahan posisi Channel hentikan simulasi terlebih dahulu).
5.5.2.12 Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.

5.5.3 Beban R-L-C


5.5.3.1 Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 67. Percobaan Beban R-L-C

5.5.3.2 Berikan warna berbeda pada Channel A dan Channel B Osiloskop untuk mempermudah
pengamatan (Pada Gambar 5.1.4 Channel A diberi warna merah dan Channel B diberi
warna hitam).
5.5.3.3 Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.
5.5.3.4 Amati nilai arus yang terukur pada Multimeter AC dan catat pada Data
Pengamatan.
5.5.3.5 Buka Osiloskop dan atur seperti pada Gambar 65.
5.5.3.6 Apabila background Hitam terlalu gelap untuk mengamati gelombang, ubah background
menjadi Putih dengan menekan tombol Reverse.
5.5.3.7 Atur Scale pada Channel A dan Channel B (Naik atau Turun) hingga menunjukkan ukuran
gelombang yang dapat anda amati.
5.5.3.8 Ukur Beda Fasa (Selisih Sudut Fasa Tegangan dan Sudut Fasa Arus) pada gelombang

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

yang ditampilkan (Dalam Satuan DIV).


5.5.3.9 Ubah Beda Fasa ke dalam satuan Derajat (o) dengan menggunakan persamaan

5.5.3.10 Catat Beda Fasa (o) pada Data Pengamatan.


5.5.3.11 Ulangi Langkah 5 - 10 dengan posisi Channel B paralel dengan Kapasitor (Saat
pemindahan posisi Channel hentikan simulasi terlebih dahulu).
5.5.3.12 Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

6.6 DATA PENGAMATAN

Beban R-L

Vs (VRMS) R (ꭥ) L (mH) I (mA)

2 100 2.5 19.999

Beda Fasa

<VR - <I <VL - <I

0 -90

Beban R-C

Vs (VRMS) R (ꭥ) C (µF) I (mA)

2 100 470 19.954

Beda Fasa

<VR - <I <VC - <I

0 90

Beban R-L-C

Vs (VRMS) R (ꭥ) L (mH) C (µF) I (mA)

2 100 2.5 470 19.964

Beda Fasa

<VR - <I <VL - <I <VC - <I

0 90 90

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

7.7 SCREENSHOOT MODUL 6


Beban R-L

Beban R-C

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

Beban R-L-C

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

8.8 TUGAS AKHIR


1. Gambarkan bentuk gelombang dari percobaan 5.5.1 !

Beban R-L

2. Tentukan sudut fasa dari percobaan 5.5.1 !

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑉−𝐼 (𝐷𝐼𝑉)


Θ= x 360o
𝑃𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑢ℎ (𝐷𝐼𝑉)

2
Θ= x 360o
8

Θ = -90o, Terdapat nilai – yang artinya arus tersebut tertinggal atau lagging
3. Gambarkan bentuk gelombang dari percobaan 5.5.2 !

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

4. Tentukan sudut fasa dari percobaan 5.5.2 !

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑉−𝐼 (𝐷𝐼𝑉)


Θ= x 360o
𝑃𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑢ℎ (𝐷𝐼𝑉)

2
Θ= x 360o
8

Θ = 90o, Nilai yang dihasilkan positif artinya arus tersebut mendahului atau leading.
5. Gambarkan bentuk gelombang dari percobaan 5.5.3 !
Beban R-L-C

6. Tentukan Sudut Fasa dari percobaan 5.5.3 !

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑉−𝐼 (𝐷𝐼𝑉)


Θ= x 360o
𝑃𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑢ℎ (𝐷𝐼𝑉)

2
Θ= x 360o
8

Θ = 90o, Nilai yang dihasilkan positif artinya arus tersebut mendahului atau leading.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

9.9 ANALISA (I PUTU ADITYA WICAKSANA)

Pada praktikum Rangkaian Listrik kali ini membahas modul IV yang berjudul “Karakteristik Beban
Pada Rangkaian AC”. Rangkaian arus bolak balik adalah sebuah rangkaian listrik yang dialiri oleh arus
bolak-balik (AC/Alternating Current). Arus bolak-balik (AC) adalah aliran arus yang arahnya berubah-
ubah tiap satuan waktu. Dimana bentuk gelombang dari arus AC ini adalah gelombang sinusoidal yang
memiliki puncan dan lembah yang menggambarkan arah arus AC yang bolak-balik berubah tergantung
terhadap waktunya. Satu gelombang pada gelombang sinusoidal AC akan dapat dikatakan sebagai satu
gelombang ketika terdapat 1 puncak dan 1 lembah pada gelombang tersebut Rangkaian arus AC dapat
terdiri dari beberapa beban diantaranya adalah beban resistif, beban induktif, dan beban kapasitif.
Dalam percobaan ini memiliki tujuan untuk memahami perbedaan karakteristik beban yang ada
pada sistem rangkaian arus bolak –balik (AC) yang diantaranya terdiri dari tiga jenis beban dengan
karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu percobaan kali ini memiliki tujuan untuk melihat perbedaan
fasa yang ditimbulkan oleh beban induktif, resistif, dan kapasitif. Dimana ketiga beban ini memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sehingga menimbulkan perbedaan fasa dari arus sumbernya. Beban
resistif adalah beban listrik pada rangkaian listrik AC yang diakibatkan oleh peralatan listrik dengan
sifat resistif murni, sehingga beban tersebut tidak mengakibatkan pergeseran fasa arus maupun tegangan
listrik jaringan. Resistor bersifat menghalangi aliran elektron yang melewatinya (dengan jalan
menurunkan tegangan listrik yang mengalir), sehingga mengakibatkan terkonversinya energi listrik
menjadi panas. Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat listrik AC yang
mengalirinya. Gelombang arus dan tegangan listrik yang melewati resistor akan selalu bersamaan
membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif tidak akan menggeser posisi gelombang
arus maupun tegangan listrik AC. Sedangkan beban induktif adalah beban yang diciptakan oleh lilitan
kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai alat-alat listrik. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik
tersebut untuk menciptakan medan magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet
pada kumparan inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik AC. Kumparan dalam
alat-alat listrik ini memiliki sifat untuk menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik. Terhalangnya
perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus listrik menjadi tertinggal beberapa derajat oleh tegangan
listrik pada grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC. Atas dasar inilah beban induktif dikenal
dengan istilah beban lagging (arus tertinggal tegangan). Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban
induktif. Jika beban induktif menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik AC, maka beban
kapasitif bersifat menghalangi terjadinya perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa
kapasitor bersifat seakan-akan menyimpan tegangan listrik sesaat. Ketika kapasitor mendapatkan supply
tegangan AC naik dan turun, maka kapasitor akan menyimpan dan melepaskan tegangan listrik sesuai
dengan perubahan tegangan masuknya. Fenomena inilah yang mengakibatkan gelombang arus AC akan
mendahului (leading) tegangannya sejauh 90°.
Percobaan ini menggunakan tiga jenis rangkaian yaitu R-L, R-C, dan R-L-C. Rangkaian pertama
adalah rangkaian R-L. Rangkaian R-L adalah rangkaian arus bolak-balik AC yang memiliki dua jenis
beban diantaranya adalah beban resistif yaitu resistor dan beban induktif yaitu induktor. Resistor yang
digunakan adalah resistor dengan resistansi 100Ω dan induktor yang digunakan memiliki induktansi
sebesar 2.5mH. Tegangan sumber yang digunakan adalah sebesar 2V. Rangkaian ini disusun secara seri
dan dipasangkan osiloskop untuk mengetahui kuat arus yang terjadi pada beban R dan C. kemudian
rangkaian dihubungkan dengan ground. Setelahnya simulasi dijalankan dan data yang didapatkan untuk
gelombang antara beban resistif dan induktif adalah antara gelombang resistif dan induktif mengalami
perbedaan fasa yaitu sebesar -90°. Dimana angka minus menunjukkan bahwa gelombang yang
ditimbulkan oleh beban induktif mengalami perlambatan (lagging) dibandingkan dengan gelombang
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

yang dihasilkan beban resistif. Beban resistif bersifat menghalangi muatan elektron yang masuk saat
arus mengalir dan menyebabkan panas akibat penghalangan tersebut sehingga tidak menggeser fasa dari
arus AC yang diterima. Sedangkan beban induktif memang bersifat menggeser fasa arus AC yang
diterima sebab kumparan pada beban induktif menghalangi terjadinya perubahan arus listrik sehingga
gelombangnya menjadi lebih lambat atau yang dapat disebut dengan lagging. Dalam percobaan ini dapat
dilihat bahwa beban induktif gelombangnya lebih lambat dari beban resistif yang gelombangnya sama
dengan gelombang tegangan sumber. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa karakteristik beban
induktif adalah untuk menghalangi arus sehingga arus mengalami lagging.
Pada percobaan rangkaian kedua adalah untuk melihat perbedaan fasa gelombang pada rangkaian
R-C yaitu rangkaian dengan beban resistif yaitu resistor dan beban kapasitif yaitu kapasitor. Dalam
rangkaian yang digunakan di percobaan ini, resistor yang digunakan memiliki hambatan sebesar
100Ω sedangkan beban kapasitif yang digunakan yaitu kapasitor 470μF. Rangkaian R-C ini
dihubungkan secara seri dengan tegangan sumbernya yaitu sebesar 2V dengan frekuensi sebesar 60Hz.
Diantara kedua beban tersebut juga dipasangkan osiloskop yang berfungsi untuk merekam gelombang
arus yang terjadi pada rangkaian baik pada beban resistif maupun beban kapasitif. Setelah rangkaian
disusun dan dihubungkan pada ground, simulasi Ni Multisim dapat dijalankan. Setelahnya dapat terlihat
pada osiloskop data gelombang yang terekam. Pada beban resisitif, gelombanganya sama dengan
gelombang tegangan sumber sebab sifat dasarnya yaitu tidak menghambat arus. Sedangkan pada
gelombang kapasitif dapat dilihat bahwa gelombangnya mendahului gelombang arus dari beban resisitif.
Perisitiwa ini disebut sebagai leading. Hal ini dapat terjadi karena sifat dasar kapasitor yaitu untuk
menyimpan dan melepas tegangan yang dipasok sehingga menyebabkan gelombang yang dihasilkan
dapat mendahului gelombang tegangan sumbernya. Pada percobaan ini perbedaan fasa yang didapatkan
antara gelombang arus pada beban resistif dan kapasitif adalah sebesar 90°. Hal ini menunjukan bahwa
gelombang arus yang mengalir pada kapasitor adalah lebih cepat 90° dibanding dengan gelombang
tegangan atau gelombang pada beban resistif.
Pada percobaan rangkaian ketiga adalah menggunakan rangkaian R-L-C yaitu rangkaian dengan
tiga jenis beban diantaranya adalah beban resistif, induktif, dan kapasitif. Ketiga beban ini memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Dalam percobaan ini resistor yang digunakan memiliki resisitansi
sebesar 100Ω, induktor yang digunakan memiliki induktansi sebesar 2.5mH, dan kapasitor yang
digunakan memiliki kapasitansi sebesar 470μF. Ketiga beban ini dirangkai seri dan dihubungkan ke
sumber tegangan sebesar 2V dan frekuensinya sebesar 60Hz. Pada rangkaian juga dihubungkan
osiloskop untuk tiap titik beban yang bertujuan untuk melihat gelombang arus yang mengalir pada tiap
beban dan melihat perbedaan gelombang yang terjadi. Setelah semua komponen dihubungkan dan
rangkaian telah terkoneksi dengan ground, simulasi dijalankan. Data yang didapat dari percobaan ini
adalah adanya tiga gelombang dengan fasa yang berbeda-beda. Pada gelombang arus untuk beban
resistif didapatkan gelombang yang sama dengan gelombang tegangannya. Sedangkan pada beban
induktif, gelombang yang ditimbulkan adalah lebih lambat dari gelombang pada beban resisitif. Sesuai
dengan konsep dasar beban induktif yaitu menghalangi perubahan nilai arus sehingga gelombang
arusnya mengalami perlambatan (lagging) dari gelombang arus yang mengalir di beban resistif.
Perlambatan yang dialami oleh arus pada beban induktif ini menyebabkan terjadinya perbedaan fasa
sebesar -90° terhadap gelombang pada beban resistif. Sedangkan untuk beban kapasitif, dari data hasil
pengamatan, didapatkan data bahwa gelombang kapasitif memiliki sifat leading atau mendahului
gelombang resistif. Hal ini juga merupakan prinsip dasar dari beban kapasitif yang dapat menahan dan
melepaskan tegangan yang diterima sehingga menjadikan gelombang arus yang mengalir pada bebannya

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

menjadi lebih cepat dari gelombang arus pada beban resistif. Perbedaan fasa dari gelombang yang
dihasilkan oleh beban kapasitif dan beban resistif ini adalah sebesar 90°
Dari percobaan ini dapat diihat bahwa jenis-jenis beban yang ada pada rangkaian arus bolak-balik
AC adalah beban resistif, beban induktif, dan beban kapasitif. Tiap beban ini memiliki karakteristiknya
tersendiri. Dimana beban resistif memiliki karakteristik untuk menghalangi arus yang mengalir dan
menciptakan panas dari proses penghalangan tersebut sehingga tidak menggeser gelombang arusnya.
Sedangkan beban induktif berupa kumparan memiliki sifat sebagai mengubah nilai arus akibat terjadinya
medan magnet dan dalam proses mengubah nilai arus ini, terjadi perlambatan gelombang arus dari yang
sebelumnya. Sehingga gelombang arus yang dihasilkan beban induktif ini bersifat lebih lambat atau
lagging dengan sudut fasa sebesar -90°. Pada beban kapasitif memiliki sifat untuk menahan dan
melepaskan tegangan yang diterima sehingga dalam prosesnya, kuat arus yang mengalir pada beban ini
menjadi lebih mendahului dibanding gelombang pada tegangan sumbernya. Oleh karena itu gelombang
yang dihasilkan oleh beban kapasitif ini bersifat mendahului atau leading dengan sudut fasa sebesar 90°

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

9.9 ANALISA ( PRIMAS YOGI ANDARTA)

Pada praktikum kali ini kita mempelajari sebuah meteri dengan judul “ Karateristik Beban Pada
Rangkaian AC ” . tujuan di buat praktikum ini antara lain untuk mempelajari karateristik tegangan
dan arus pada system arus bolak-balik serta untuk melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif,
induktif, dan resistif.sebelum melangkah lebih jauh di ketahui bahwa pengertian arus bolak balik
adalah arus bolak balik adalah arus yang amplitude dan polaritasnya berubah terhadap waktu,
perubahan tersebut bisa terjadi secara teratur maupun tidak teratur. selain itu pada praktikum kali ini
ada juga yang namanya beda fasa, fasa, dan sudut fasa dimana beda fasa adalah selisih dua sudut fasa
yang berbeda sedangkan fasa sendiri adalah sebuah jalur yang memiliki tegangan atau arus. Selain
itu ada juga sudut fasa dimana sudut fasa adalah sudut di mana mulai gelombang arus atau tegangan.
Pada praktikum kali ini kita juga mempelajari tentang macam macam beban pada rangkaian listrik
seperti beban resistif (R), beban induktif (L), dan beban kapasitif (C). dimana beban resistif adalah
beban yang memiliki nilai resitansi, beban induktif beban yang terdiri dari kumparan kawat yang di
lilitkan pada suatu inti seperti tranfomator dan solenoid. Sedangkan, beban kapasitif adalah beban
yang memiliki kemampuan menyimpan energy .

setelah mengetahui teori teori pada praktikum modul enam ini selanjutnya kita masuk pada
percobaan di mana sebelum melakukan percobaan ada lata dan perlengkpan yang harus di siapkan
antara lain seperti 1Unit PC dan Sofwere NI Multisim di mana Sofwere NI Multisim di gunakan
untuk membuat dan mensimulasikan rangkaian. Setelah alat dan perlengkapan sudah siap dan lengkap
selanjutnya membuat rangkaian di mana pada percobaan kali ini terdapat tiga jenis percobaan yang
harus di buat oleh praktikan yaitu rangkaian beban R-L, rangkaian beban R-C, dan yang terakhir
rangkaian R-L-C.

pada percobaan pertama yaitu beban R-L stelah rangkaian di buat dengan komponen yang sdh
di tetapkan dan di run bahwa besar tegangan sumber AC yang di berikan sebesar 2 volt, hambatan
yang di berikan sebesar 100ohm, induktornya 2.5 mH maka di peroleh nilai arus pada amperemeter
sebesar 19,999mA dengan beda fasanya VR 0 derajat dan VL 90 derajat dan diketahui gelombangnya
tengangan mendahului arus.

pada percobaan kedua yaitu beban R-C stelah rangkaian di buat dengan komponen yang sdh
di tetapkan dan di run bahwa besar tegangan sumber AC yang di berikan sebesar 2 volt, hambatan
yang di berikan sebesar 100ohm, capasitornya 470µF maka di peroleh nilai arus pada amperemeter
sebesar 19,954 mA dengan beda fasanya VR 0 derajat dan VC 90 derajat dan diketahui gelombangnya
tengangan menyimpang arus.

pada percobaan ketiga yaitu beban R-L-C stelah rangkaian di buat dengan komponen yang sdh
di tetapkan dan di run bahwa besar tegangan sumber AC yang di berikan sebesar 2 volt, hambatan
yang di berikan sebesar 100ohm, induktornya 2.5 mH, capasitornya 470µF maka di peroleh nilai
arus pada amperemeter sebesar 19,964 mA dengan beda fasanya VR 0 derajat , VL 90 derajat dan VC
90 derajat dan diketahui gelombangnya arus mendahului tegangan.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

9.9 ANALISA ( NAJMII KHAIRSYAH NASUTION)

Dalam praktikum kali ini kita melakukan praktikum modul 6 yaitu Karakteristik beban pada
rangkaian ac. Beban Listrik adalah Setiap Alat yang membutuhkan Energi atau Daya Listrik agar dapat
dioperasikan atau digunakan. Berbagai Alat Listrik, membutuhkan Energi/daya listrik agar dapat
dioperasikan atau dinyalakan, dan semuanya itu termasuk kedalam Beban Listrik.

Pada Praktikum kali ini bertujuan untuk Mempelajari karakteristik tegangan dan arus pada sistem
Arus Bolak-Balik, Arus bolak-balik merupakan arus yang arah dan besarnya setiap saat berubah-rubah.
Arus bolak-balik dalam dunia kelistrikan banyak digunakan. Arus bolak-balik selalu mempunyai nilai
puncak gelombang atas dan puncak gelombang bawah. Dalam peristiwa mencapainya nilai puncak
gelombang atas dan puncak gelombang bawah maka dikatakan telah mencapai satu (1) gelombang
penuh. Nilai puncak gelombang atas dan puncak gelombang bawah sering pula disebut nilai dari puncak
ke puncak ( nilai peak to peak ). Gaambar di bawah ini menunjukkan gelombang tegangan bolak-balik
sinusoidal. besarnya tegangan AC selalu berubah terhadap waktu. Tegangan pada listrik arus bolak balik
membentuk sinusoidal sedangkan tegangan pada listrik arus searah membentuk garis lurus. Pada
tegangan arus AC terdapat tegangan puncak dan tegangan efektif. Tegangan puncak yaitu tegangan
maksimal dari listrik AC, sedangkan tegangan efektif yaitu tegangan yang terukur saat diukur dengan
voltmeter. Dan Melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif, induktif dan resistif. Beban Kapasitif (C)
yaitu beban yang memiliki kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian (charging)
pada suatu rangkaian ini dapat menyebabkan arus mendahului tegangan. Beban Induktif (L) yaitu beban
yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada suatu inti, seperti transformator dan solenoida.
Beban ini mengakibatkan sudut fasa arus bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan
berupa medan magnet akan mengakibatkan sudut fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap
tegangan. Beban Resistif (R) yaitu beban yang memiliki nilai resistansi. Beban jenis ini hanya
mengkonsumsi daya aktif (P) saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu. Beban Resistif
membuat sudut fasa arus sama dengan sudut fasa tegangannya atau arus dan tegangan sefasa.

Dan pada praktikum kali ini kita menggunakan alat dan perlengkapan berupa 1 Unit PC dan
Software NI Multisim. Software NI Multisim ini berfungsi untuk menggambar dan mensimulasikan
perilaku rangkaian elektronika baik analog maupun digital. Didalam ni multisim kita menggunakan
osiloskop, clay meter, multimeter, ac power, resistor, inductor, kapasitor, dan ground. Osiloskop
merupakan alat ukur elektronika yang fungsinya memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat
dan dipelajari, clay meter berfungsi untuk mengubah gelombang tegangan menjadi gelombang arus,
Multimeter merupakan sebuah alat pengukur yang digunakan untuuk mengetahui ukuran tegangan
listrik, resistansi, dan arus listrik, ac power berfungsi untuk menyuplaitegangan, Resistor atau hambatan
ini merupakan komponen elektronika pasif yang memiliki fungsi guna menghambat serta mengatur arus
listrik di dalam suatu rangkaian elektronika, induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika
pasif (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan
oleh arus listrik yang melintasinya, Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika
berfungsi Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik, ground berfungsi sebagai penghantar arus
listrik.

percobaan pertama yaitu Beban R-L, selanjutnya merangkai rangkaiannya dengan nilai ac
powernya untuk tegangan rms nya 2 volt, untuk frekuensinya 60 Hz, untuk komponen resistor nilainya
sebesar 100 ohm, komponen inductor sebesar 2,5 mH, pada multimter dibuat mengukur arus, setelah itu
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

di running dan didapat hasilnya pada arus didapatkan 19,999 mA, untuk mencari beda fasanya pada
tegangan L dan I dihimpit kabelnya di L, untuk menghitung beda fasanya dengan rumus beda fasa dibagi
panjang satu gelombang penuh dikali 360 derajat. Selanjutnya me run osiloskopnya dan didapat beda
fasanya sebesar 2 dan panjang satu gelombang penuh sebesar 8 dikali 360 derajat. Dan dapat hasilnya
90 derajat karena arusnya tertinggal beda fasanya menjadi -90 derajat. Selanjutnya untuk mencari beda
fasanya pada tegangan R dan I dihimpit kabelnya di R, Selanjutnya me run osiloskopnya karena
resistornya tidak terdapat beda fasa maka hasilnya 0 dan panjang satu gelombang penuh sebesar 8 dikali
360 derajat. Dan dapat hasilnya 0 derajat.

percobaan kedua yaitu Beban R-C, selanjutnya merangkai rangkaiannya dengan nilai ac powernya
untuk tegangan rms nya 2 volt, untuk frekuensinya 60 Hz, untuk komponen resistor nilainya sebesar 100
ohm, komponen kapasitornya sebesar 470 µF, pada multimter dibuat mengukur arus, setelah itu di
running dan didapat hasilnya pada arus didapatkan 19,968 mA. untuk mencari beda fasanya pada
tegangan C dan I dihimpit kabelnya di C, untuk menghitung beda fasanya dengan rumus beda fasa dibagi
panjang satu gelombang penuh dikali 360 derajat. Selanjutnya me run osiloskopnya dan didapat beda
fasanya sebesar 2 dan panjang satu gelombang penuh sebesar 8 dikali 360 derajat. Dan dapat hasilnya
90 derajat, Selanjutnya untuk mencari beda fasanya pada tegangan R dan I dihimpit kabelnya di R,
Selanjutnya me run osiloskopnya karena resistornya tidak terdapat beda fasa maka hasilnya 0 dan
panjang satu gelombang penuh sebesar 8 dikali 360 derajat. Dan dapat hasilnya 0 derajat.

percobaan kedua yaitu Beban R-L-C, selanjutnya merangkai rangkaiannya dengan nilai ac
powernya untuk tegangan rms nya 2 volt, untuk frekuensinya 60 Hz, untuk komponen resistor nilainya
sebesar 100 ohm, komponen inductor sebesar 2,5 mH, komponen kapasitornya sebesar 470 µF, pada
multimter dibuat mengukur arus, setelah itu di running dan didapat hasilnya pada arus didapatkan 19,978
mA. untuk mencari beda fasanya pada tegangan C dan I dihimpit kabelnya di C, untuk menghitung beda
fasanya dengan rumus beda fasa dibagi panjang satu gelombang penuh dikali 360 derajat. Selanjutnya
me run osiloskopnya dan didapat beda fasanya sebesar 2 dan panjang satu gelombang penuh sebesar 8
dikali 360 derajat. Dan dapat hasilnya 90 derajat. untuk mencari beda fasanya pada tegangan L dan I
dihimpit kabelnya di L, untuk menghitung beda fasanya dengan rumus beda fasa dibagi panjang satu
gelombang penuh dikali 360 derajat. Selanjutnya me run osiloskopnya dan didapat beda fasanya sebesar
2 dan panjang satu gelombang penuh sebesar 8 dikali 360 derajat. Dan dapat hasilnya 90 derajat.
Selanjutnya untuk mencari beda fasanya pada tegangan R dan I dihimpit kabelnya di R, Selanjutnya me
run osiloskopnya karena resistornya tidak terdapat beda fasa maka hasilnya 0 dan panjang satu
gelombang penuh sebesar 8 dikali 360 derajat. Dan dapat hasilnya 0 derajat.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

9.10 KESIMPULAN

1. Rangkaian arus bolak balik adalah sebuah rangkaian listrik yang dialiri oleh arus bolak-balik
(AC/Alternating Current). Arus bolak-balik (AC) adalah aliran arus yang arahnya berubah-ubah
tiap satuan waktu. Dimana bentuk gelombang dari arus AC ini adalah gelombang sinusoidal yang
memiliki puncan dan lembah yang menggambarkan arah arus AC yang bolak-balik berubah
tergantung terhadap waktunya. Satu gelombang pada gelombang sinusoidal AC akan dapat
dikatakan sebagai satu gelombang ketika terdapat 1 puncak dan 1 lembah pada gelombang
tersebut Rangkaian arus AC dapat terdiri dari beberapa beban diantaranya adalah beban resistif,
beban induktif, dan beban kapasitif.

2. Beban resistif adalah beban listrik pada rangkaian listrik AC yang diakibatkan oleh peralatan
listrik dengan sifat resistif murni, sehingga beban tersebut tidak mengakibatkan pergeseran fasa
arus maupun tegangan listrik jaringan. Sedangkan beban induktif adalah beban yang diciptakan
oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai alat-alat listrik. Beban kapasitif
merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif menghalangi terjadinya perubahan
nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif bersifat menghalangi terjadinya perubahan nilai
tegangan listrik.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

11.11 PEMBAGIAN TUGAS


1. Primasyogiandarta (202071043) = Teori tambahan ,Langkah percobaan, Rangkaian
perkelompok, Data Pengamatan, dan Analisa
2. Najmii Khairsyah Nasution (202071044) = Cover, Judul , Tujuan, Alat dan perlengkapan, Teori
Modul, dan Analisa
3. I Putu Aditya Wicaksana (202071045) =Tugas Akhir, Kesimpulan, dan Analisa

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai