Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA
MODUL V RANGKAIAN PENGUAT TRANSISTOR

Kelompok : 6B
Kelas :B
Program Studi : D3 TEKNOLOGI LISTRIK
Tgl Praktikum : 13 November 2020
Tgl Presentasi : 27 November 2020
Nama Asisten : Mita Florentin Butar Butar

LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO


INSTITUT TEKONOLGI PLN
JAKARTA
2020
Kelompok 6B

MODUL V
RANGKAIAN PENGUAT TRANSISTOR

I. TUJUAN

a) Mempelajari rangkaian dasar penguat transistor, yaitu rangkaian kolektor bersama (common
collector), emitor bersama (common emitter) dan basis bersama (common base).
b) Mempelajari karakteristik penguatan tegangan dan penguatan arus dari rangkaian-rangkaian
dasar penguat.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1) 1 Unit PC.
2) Software NI Multisim

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

III. TEORI MODUL


Ada tiga rangkaian dasar penguat transistor, yaitu penguat emitor bersama (common emitter),
basis bersama (common base) dan kolektor bersama (common collector). Pada masing–masing
rangkaian penguat tersebut salah satu dari ketiga kaki transistor merupakan acuan terhadap tanah
(ground) dari rangkaian dan merupakan elemen yang digunakan secara bersama–sama oleh
masukan dan keluaran. Secara umum, karakteristik dasar dari ketiga jenis penguat tersebut adalah
sebagai berikut.
Tabel 1. Karakteristik Rangkaian Dasar Penguat Transistor
Elemen Bersama Emitor Basis Kolektor
Impedansi Masukan Rendah Sangat Rendah Cukup Tinggi
Impedansi Keluaran Tinggi Sangat Tinggi Rendah
Penguatan Arus Tinggi Dibawah Satu Satuan Tinggi
Penguatan Tegangan Tinggi Sedang Rendah
Penguatan Daya Tinggi Tinggi Rendah
Hubungan Fasa
o
Keluaran terhadap Berbeda Fasa 180 Sefasa Sefasa
Masukan

3.1. Rangkaian Emitor Bersama


Rangkaian penguat ini paling luas penggunaannya. Sesuai dengan namanya, emitor
digunakan bersama–sama sebagai lajur sinyal masukan maupun keluaran. Sinyal masukan
diumpankan ke dalam rangkaian melalui basis dan emitor. Sementara itu sinyal keluaran
disalurkan melalui kolektor dan emitor. Suatu rangkaian emitor bersama yang sederhana dapat
dilihat pada Gambar 1. di bawah ini.

Gambar 1. Rangkaian Dasar Emitor Bersama

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

Besarnya nilai penguatan pada rangkaian dasar emitor Bersama dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dibawah ini :
𝑰𝑪
𝑨𝒊 =
𝑰𝑩
Ket :
𝑨𝒊 = Penguatan Arus
𝑰𝑪 = Arus Kolektor (Ampere)
𝑰𝑩 = Arus Basis (Ampere)

Dan rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya penguatan tegangan pada
rangkaian Common Emitter sebagai berikut :
𝑽𝑶𝒖𝒕 𝑽𝑪𝑬
𝑨𝑽 = =
𝑽𝑰𝒏 𝑽𝑩𝑬
Ket :
𝑨𝑽 = Penguatan Tegangan
𝑽𝑪𝑬 = Tegangan Kolektor-Emitor (Volt)
𝑽𝑩𝑬 = Tegangan Basis-Emitor (Volt)

Sedangkan, untuk rumus menghitung besarnya penguatan daya pada konfigurasi


Common Emitter dapat sebagai berikut :
𝑨𝑷 = 𝑨𝑽 . 𝑨𝒊
Ket :
𝑨𝑷 = Penguatan Daya

3.2. Rangkaian Basis Bersama


Pada rangkaian penguat basis bersama, elemen bersama untuk masukan dan keluaran
adalah basis. Sinyal masukan diumpankan pada emitor dan basis, sedangkan sinyal keluaran
disalurkan pada kolektor dan basis pada Gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian Dasar Basis Bersama

Seperti yang diketahui bahwa rangkaian basis bersama (common base) memiliki input pada

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

kaki emitor dan output pada kaki kolektor, maka rumus untuk penguatan arus, tegangan dan
dayanya dapat digunakan sebagai berikut.
𝑰𝑪
𝑨𝒊 = ≅ 𝟏
𝑰𝑬
Ket :
𝑨𝒊 = Penguatan Arus
𝑰𝑪 = Arus Kolektor (Ampere)
𝑰𝑬 = Arus Emitor (Ampere)
𝑽𝑶𝒖𝒕 𝑽𝑪𝑩
𝑨𝑽 = =
𝑽𝑰𝒏 𝑽𝑬𝑩
Ket :
𝑨𝑽 = Penguatan Tegangan
𝑽𝑪𝑩 = Tegangan Kolektor-Basis (Volt)
𝑽𝑬𝑩 = Tegangan Emitor-Basis (Volt)

𝑨𝑷 = 𝑨𝑽 . 𝑨𝒊
Ket :
𝑨𝑷 = Penguatan Daya

Meskipun penguatan arusnya kecil, namun penguatan tegangannya besar, sehingga


secara keseluruhan penguatan dayanya cukup tinggi. Penggunaan umum dari rangkaian ini adalah
untuk pencocokan impedansi (impedance matching) karena impedansi masukannya rendah dan
impedansi keluarannya tinggi.

3.3. Rangkaian Kolektor Bersama


Konfigurasi dasar transistor yang ketiga adalah kolektor bersama. Sinyal masukan
diumpankan pada basis dan kolektor pada Gambar 3. Perhatikan bahwa terminal positif dari
sumber tegangan ditanahkan, sehinggga semua tegangan kerja didalam rangkaian adalah negatif
dengan emitor pada potensial paling negatif.

Gambar 3. Rangkaian Dasar Kolektor Bersama


Untuk rumus pengutatan baik itu tegangan, arus dan daya pada konfigurasi common

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

kolektor ini dapat menggunakan rumus dibawah berikut ini :


𝑰𝑬
𝑨𝒊 =
𝑰𝑩
Ket :
𝑨𝒊 = Penguatan Arus
𝑰𝑬 = Arus Emitor (Ampere)
𝑰𝑩 = Arus Basis (Ampere)
𝑽𝑶𝒖𝒕 𝑽𝑬𝑪
𝑨𝑽 = =
𝑽𝑰𝒏 𝑽𝑩𝑪
Ket :
𝑨𝑽 = Penguatan Tegangan
𝑽𝑪𝑬 = Tegangan Emitor-Kolektor (Volt)
𝑽𝑩𝑪 = Tegangan Basis-Kolektor (Volt)

𝑨𝑷 = 𝑨𝑽 . 𝑨𝒊
Ket :
𝑨𝑷 = Penguatan Daya

Penguatan tegangan dari rangkaian ini selalu kurang dari 1, namun penguatan arusnya
cukup tinggi. Penggunaan rangkaian ini tidaklah sebanyak kedua rangkaian dasar sebelumnya,
karena penguatan dayanya rendah. Namun karena impedansi masukan yang tinggi dan impedansi
keluarannya yang rendah, maka rangkaian ini sering digunakan untuk pencocokan impedansi.

3.4. Rangkaian Transistor


Sebelum kita menggunakan sebuah transistor pada suatu rangkaian, kita harus yakin bahwa
transistor yang akan digunakan tersebut dalam kondisi baik (tidak rusak). Untuk itu diperlukan
suatu pengujian ringan dengan menggunakan multimeter (ohmmeter).

Gambar 4. Simbol Dioda Ekivalen dari Transistor

Perhatikan gambar di atas, sebuah transistor dapat dianggap sebagai fungsi ekivalen dari dua
dioda yang dihubungkan seri.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

IV. TEORI TAMBAHAN


Jenis Konfigurasi Transistor sebagai Penguat
Tidak bisa dipungkiri lagi transistor merupakan salah satu komponen aktif yang paling penting
dalam rangkaian elektronika. Bagaimana tidak fungsinya yang multi purpose menjadikannya
selalu hadir dalam setiap rangkaian elektronika apa saja seperti rangkaian penguat (amplifier),
berbagai saklar elektronik, regulator power supply, dan lain sebagainya.
Namun rangkaian transistor akan bekerja efektif jika rancangan konfigurasi pada suatu rangkaian
sesuai dengan fungsinya. Apakah itu untuk menguatkan arus, tegangan ataupun daya. Konfigurasi
ini berhubungand dengan penempatan input dan output pada masing-masing transistor yang
digunakan.

Secara umum terdapat 3 jenis konfigurasi transistor yang sering dipakai pada rangkaian
elektronika. Yaitu konfigurasi transistor common base, common collector dan common emitter.
Masing-masing konfigurasi memiliki fungsi yang berbeda mulai dari sinyal yang dikuatkan,
penggeseran fasa sinyal dan lain-lain.

Konfigurasi transistor dengan Common Base


Konfigurasi penguat transistor dengan common base disebut juga dengan basis bersama. Artinya
konfigurasi common base adalah rangkaian dengan kaki basis transistor yang terhubung bersama,
atau basis transistor yang di ground-kan. Dalam hal ini, sinyal input penguat ada pada kaki emitor,
sedangkan bagian outputnya keluar melalui kaki kolektor transistor.

Secara umum rangkaian penguat berbasis common base banyak digunakan pada rangkaian
penguat tegangan, namun memiliki penguatan arus yang sangat kecil, sehingga dapat diabaikan
atau bisa dianggap tidak memiliki penguatan arus.

Rangkaian konfigurasi penguat transistor dengan common base biasanya banyak digunakan pada
rangkaian penguat frekuensi tinggi diatas 10MHz yang mengutamakan penguatan tegangan
dibandingkan dengan penguatan arus. Selain itu karena konfigurasi dengan common base memiliki
impedansi masukan yang rendah, maka konfigurasi ini tidak cocok untuk digunakan pada
rangkaian penguat frekuensi rendah karena akan membebani impedansi input yang biasanya
dibutuhkan impedansi masukan tinggi pada rangkaian audio.

Sifat-sifat rangkaian transistor common base


Berikut ini adalah beberapa sifat dari rangkaian penguat transistor yang dikonfigurasikan sebagai
common base.

• Konfigurasi transistor common base memiliki penguatan arus yang sangat kecil.
• Memiliki penguatan tegangan yang tinggi.
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

• Memiliki impedansi input yang rendah, dan impedansi output tinggi.


• Pada umumnya memiliki penguatan hingga 40 dB.
• Cocok digunakan pada rangkaian penguat frekuensi tinggi (HF).

Konfigurasi transistor dengan Common Collector


Konfigurasi penguat transistor dengan common collector disebut juga dengan kolektor bersama.
Artinya konfigurasi common collector adalah rangkaian dengan kaki kolektor transistor yang
terhubung bersama, atau bagian kolektor transistor yang di ground-kan. Dalam hal ini, sinyal
masukan (input) ada pada kaki basis transistor, sedangkan bagian keluarannya (output) ada pada
kaki emitor.

Konfigurasi penguat transistor dengan common collector tentu berbeda dengan common base,
begitu juga secara fungsi berbeda pula. Pada common base, transistor akan menghasilkan
penguatan tegangan tanpa menguatkan arus masukan. Sedangkan pada konfigurasi common
collector, transistor akan menghasilkan penguatan arus tanpa menguatkan tegangan. Dengan
demikian secara fungsi kerja antara common base dengan common collector adalah berbanding
terbalik.

Pada dasarnya, konfigurasi common collector memiliki nilai tegangan masukan dan tegangan
keluaran relatif sama. Oleh karena itu konfigurasi common collector disebut juga dengan emitter
follower. Rangkaian penguat transistor common collector banyak digunakan pada rangkaian
elektronika yang memerlukan impedansi output yang rendah. Bahkan tidak jarang juga ada bagian
tertentu pada amplifier yang menggunakan konfigurasi transistor common collector ini, misalnya
bagian buffer.

Sifat-sifat rangkaian transistor common collector


Berikut ini adalah beberapa sifat dari rangkaian penguat transistor yang dikonfigurasikan sebagai
common collector.

• Konfigurasi transistor dengan common collector menghasilkan penguatan arus yang besar.
• Memiliki impedansi keluaran yang rendah, sedangkan impedansi masukan tinggi.
• Penguatan daya pada konfigurasi common collector relatif rendah.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

• Penguatan tegangan sangat rendah.


• Fasa sinyal antara input dan output terbalik (inverting).

Konfigurasi transistor dengan Common Emitter


Konfigurasi penguat transistor dengan common emitter disebut juga dengan emitor bersama.
Artinya konfigurasi common emitter adalah rangkaian dengan kaki emitor transistor yang
terhubung bersama, atau bagian emitor transistor yang di ground-kan. Pada konfigurasi common
emitter, bagian basis transistor digunakan sebagai input, sedangkan bagian kolektor digunakan
sebagai outputnya.

Penguat transistor dengan konfigurasi common emitter merupakan salah satu konfigurasi yang
paling banyak digunakan dibandingkan dengan common base dan common collector, Baik itu
untuk keperluan audio, video, penguat frekuensi tinggi, dan lain-lain. Hal ini karena penguat
dengan konfigurasi transistor common emitter akan menguatkan arus dan tegangan secara
bersamaan. Sinyal input terhadap output pada common emitter adalah berbalik fasa.

Sifat-sifat rangkaian transistor common emitter


Berikut ini adalah beberapa sifat dari rangkaian penguat transistor yang dikonfigurasikan sebagai
common emitter.

• Konfigurasi transistor dengan common emitter akan menguatkan tegangan dan arus secara
bersamaan.
• memiliki impedansi input yang rendah, sedangkan impedansi output tinggi.
• Penguatan arus pada konfigurasi common emitter relatif besar.

Perbandingan konfigurasi transistor berdasarkan sifatnya


ketiga konfigurasi transistor memiliki perbedaan masing-masing yang berkaitan langsung dengan
tegangan, arus, daya dan sinyal fasa yang dihasilkan terhadap sinyal masukan. Berikut tabel
perbandingan konfigurasi transistor dengan common base, common collector dan common
emitter.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

Dari penjelasan ketiga konfigurasi transistor di atas dapat disimpulkan bahwa rangkaian penguat
yang digunakan tergantung kebutuhan bagian mana yang akan dikuatkan, yakni common base
untuk menguatkan tegangan tanpa menguatkan arus, common collector untuk menguatkan arus
tanpa menguatkan tegangan, dan common emitter untuk menguatkan daya.

Sumber:
[1] https://skemaku.com/jenis-konfigurasi-transistor-sebagai-penguat/

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

V. LANGKAH PERCOBAAN

5.1. Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama


1. Buat rangkaian seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5. Percobaan Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama

2. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.


3. Amati nilai arus dan tegangan yang terukur pada Multimeter DC dan catat pada Data
Pengamatan.
4. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
5. Pasang Osiloskop pada rangkaian. Hubungkan Channel A Osiloskop pada Sumber (Vs)
dan Channel B Osiloskop pada Beban (RL).
6. Berikan warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B untuk
mempermudah dalam mengamati gelombang.
7. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.
8. Buka Osiloskop dengan melakukan klik 2 kali. Atur Trigger Osiloskop pada Single
untuk mempermudah dalam mengamati gelombang.
9. Atur Scale Osiloskop pada Timebase, Channel A dan Channel B hingga menunjukkan
ukuran gelombang yang dapat anda amati.
10. Amati bentuk gelombang masukan dan gelombang keluaran yang ditampilkan oleh
Osiloskop.
11. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
12. Ulangi Langkah 2 - 11 untuk nilai Tegangan Sumber (Vs) yang berbeda (Lihat pada
Data Pengamatan).

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

5.2. Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama


1. Buat rangkaian seperti gambar dibawah ini.

Gambar 6. Percobaan Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama

2. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.


3. Amati nilai arus dan tegangan yang terukur pada Multimeter DC dan catat pada Data
Pengamatan.
4. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
5. Pasang Osiloskop pada rangkaian. Hubungkan Channel A Osiloskop pada Sumber (Vs)
dan Channel B Osiloskop pada Beban (RL).
6. Berikan warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B untuk
mempermudah dalam mengamati gelombang.
7. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.
8. Buka Osiloskop dengan melakukan klik 2 kali. Atur Trigger Osiloskop pada Single
untuk mempermudah dalam mengamati gelombang.
9. Atur Scale Osiloskop pada Timebase, Channel A dan Channel B hingga menunjukkan
ukuran gelombang yang dapat anda amati.
10. Amati bentuk gelombang masukan dan gelombang keluaran yang ditampilkan oleh
Osiloskop.
11. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
12. Ulangi Langkah 2 - 11 untuk nilai Tegangan Sumber (Vs) yang berbeda (Lihat pada
Data Pengamatan).

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

5.3. Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama


1. Buat rangkaian seperti gambar berikut ini.

Gambar 7. Percobaan Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama.

2. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.


3. Amati nilai arus dan tegangan yang terukur pada Multimeter DC dan catat pada Data
Pengamatan.
4. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
5. Pasang Osiloskop pada rangkaian. Hubungkan Channel A Osiloskop pada Sumber (Vs)
dan Channel B Osiloskop pada Beban (RL).
6. Berikan warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B untuk
mempermudah dalam mengamati gelombang.
7. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.
8. Buka Osiloskop dengan melakukan klik 2 kali. Atur Trigger Osiloskop pada Single
untuk mempermudah dalam mengamati gelombang.
9. Atur Scale Osiloskop pada Timebase, Channel A dan Channel B hingga menunjukkan
ukuran gelombang yang dapat anda amati.
10. Amati bentuk gelombang masukan dan gelombang keluaran yang ditampilkan oleh
Osiloskop.
11. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
12. Ulangi Langkah 2 - 11 untuk nilai Tegangan Sumber (Vs) yang berbeda (Lihat pada
Data Pengamatan).

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

VI. DATA PENGAMATAN


6.1 Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama
Tabel 1. Data Pengamatan Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama
𝑽𝑪𝑪 = 𝟑𝟎𝑽

𝑽𝑺 (𝑽𝒑𝒌 ) 𝒇 (Hz) 𝑽𝑪𝑬 𝑽𝑩𝑬 𝑰𝑪 𝑰𝑩

2 60 15,953 Volt 486,981 mV 1,27 mA 4, 317 𝜇A

4 60 14,988 Volt -340,074 mV 1,345mA 69,965 𝜇A

6.2 Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama


Tabel 2. Data Pengamatan Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama
𝑽𝑪𝑪 = 𝟑𝟎𝑽

𝑽𝑺 (𝑽𝒑𝒌 ) 𝒇 (Hz) 𝑽𝑪𝑩 𝑽𝑬𝑩 𝑰𝑪 𝑰𝑬

2 60 19,828 V 565,873 mV 963,501 𝜇A 1,103 mA

4 60 22,975 V 2334 mV 821,329 𝜇A 1,151 mA

6.3 Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama


Tabel 3. Data Pengamatan Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama
𝑽𝑪𝑪 = 𝟑𝟎𝑽

𝑽𝑺 (𝑽𝒑𝒌 ) 𝒇 (Hz) 𝑽𝑪𝑬 𝑽𝑪𝑩 𝑰𝑬 𝑰𝑩

2 60 16,111 Volt 15,468 Volt 1,389 mA 4,267 𝜇A

4 60 16,109 Volt 15,468 Volt 1,389 mA 4,292 𝜇A

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

VII. RANGKAIAN PERCOBAAN


7.1 Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama
7.1.1 Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama 2 𝑽𝒑𝒌

Gelombang Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama 2 𝑽𝒑𝒌

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

7.1.2 Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama 4 𝑽𝒑𝒌

Gelombang Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama 4 𝑽𝒑𝒌

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

7.2 Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama


7.2.1 Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama 2 𝑽𝒑𝒌

Gelombang Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama 2 𝑽𝒑𝒌

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

7.2.2 Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama 4 𝑽𝒑𝒌

Gelombang Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama 4 𝑽𝒑𝒌

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

7.3 Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama


7.3.1 Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama 2 𝑽𝒑𝒌

Gelombang Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama 2 𝑽𝒑𝒌

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

7.3.2 Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama 4 𝑽𝒑𝒌

Gelombang Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama 4 𝑽𝒑𝒌

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

VIII. TUGAS AKHIR


1. Hitunglah penguatan tegangan, penguatan arus dan penguatan daya dari masing-masing
rangkaian penguat yang anda amati dalam percobaan ini!
Jawab:

PENGUAT EMITOR BERSAMA


• TEGANGAN PEAK 2 Vpk • TEGANGAN PEAK 4 Vpk
PENGUAT ARUS PENGUAT ARUS
9:
Ai = Ai =
9:
9;
<.<<=>? @ 9;
Ai = Ai =
<.<<=BAG @
<.<<<<<AB=? @
<.<<<<JHHJG @
Ai = 294.18 dB Ai = 19.22 dB
PENGUAT TEGANGAN PENGUAT TEGANGAN
CDE
Av = Av =
CDE
CFE
=G.HGB C CFE
Av = Av =
=A.HII C
<.AIJHI= C
K <.BA<<?A C
Av = 32.75 dB Av = -44.07 dB
PENGUAT DAYA PENGUAT DAYA
Ap = Ai x Av Ap = Ai x Av
Ap = 294.18 dB x 32.75 dB Ap = 19.22 dB x -44.07 dB
Ap = 9634.395 Ap = - 847.0254 dB

PENGUAT BASIS BERSAMA


• TEGANGAN PEAK 2 Vpk
• TEGANGAN PEAK 4 Vpk
PENGUAT ARUS
9:
Ai = PENGUAT ARUS
9L 9:
Ai =
<.<<<HJBG<= @ Ai =
9L
<.<<==<B @ <.<<<I>=B>H @
Ai = 0.87 dB Ai =
<.<<==G= @
Ai = 0.713578627 dB
PENGUAT TEGANGAN
C:; PENGUAT TEGANGAN
Av =
CL; C:;
Av =
=H.I>I C Av =
CL;
<.GJGI?B C >>.H?G C
Av = 35.0396644 dB Av =
>.BBA C
Av = 9.84361611 dB

PENGUAT DAYA PENGUAT DAYA


Ap = Ai x Av Ap = Ai x Av
Ap = 0.87 dB x 35.0396644 dB Ap = 0.713578627 dB x 9.84361611 dB
Ap = 30.484508028 dB Ap = 7.02419406849 dB

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

PENGUAT KOLEKTOR BERSAMA


• TEGANGAN PEAK 2 Vpk • TEGANGAN PEAK 4 Vpk

PENGUAT ARUS PENGUAT ARUS


9L
9L Ai =
Ai = 9;
9; <.<<=BIH @
<.<<=BIH @ Ai =
Ai = <.<<<<<A>H> @
<.<<<<<A>J? @
Ai = 323.625349 dB
Ai = 325.521444 dB

PENGUAT TEGANGAN PENGUAT TEGANGAN


C:L
C:L Av =
Av = C:;
C:; =J.=<H C
=J.=== C Av =
Av = =G.AJI C
=G.AJI C
Av = 1.04144039 dB
Av = 1.04156969 dB

PENGUAT DAYA PENGUAT DAYA


Ap = Ai x Av
Ap = Ai x Av
Ap = 323.625349 dB x 1.04144039 dB
Ap = 325.521444 dB x 1.04156969 dB
Ap = 337.036509676 dB
Ap = 339.053269515 dB

2. Rangkaian penguat yang manakah (dari hasil No.1) :


a. Penguatan arusnya paling besar!
b. Penguatan tegangannya paling besar!
c. Penguatan arusnya paling kecil!
d. Penguatan tegangannya paling kecil!
Jawab:
a. Penguatan arusnya paling besar adalah penguat kolektor bersama.
b. Penguatan tegangannya paling besar adalah penguat basis bersama.
c. Penguatan arusnya paling kecil adalah penguat basis bersama.
d. Penguatan tegangannya paling kecil adalah penguat kolektor bersama.

3. Jelakan gambar sinyal masukan dan keluaran yang diperoleh dengan menggunakan bahasa
anda sendiri!
Jawab:
Gambar sinyal masukan berbentuk sinusoidal pada ketiga penguatan hal tersebut terjadi
karena probe oscilloscope kita pasang pada sumber tegangan A dan belum melewati komponen
apapun . Gambar sinyal keluaran pada masing-masing rangkaian penguat berbeda menyesuaikan dari
rangkaian penguat yang digunakan.
Sinyal keluaran dari penguat emitter bersama adalalah seperti gelombang gergaji tetapi pada
lembahnya ada puncak baru disebabkan penguatan emitter bersama (arusnya) itu tinggi .
Sinyal keluaran dari penguat basis bersama adalah gelombang pulsa / gergaji dan tidak ada
puncak baru dilembahnya karena penguatan basis bersama (arusnya) itu sedang.
Sinyal keluaran dari penguat kolektor bersama adalah gelombang sinusoidal ketika 2Vp , ini

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

dikarenakan penguatan arus pada penguat kolektor bersama ini rendah (menyamai gelombang input)
. Sedangkan pada 10 Vp , gelombang puncaknya sinus tetapi dilembahnya terpotong (seperti kotak)
hal ini dikarenakan Vp dinaikkan sehingga penguatan arus akan semakin naik.

4. Jelaskan mengapa pada masing-masing percobaan terdapat gelombang yang terpotong!


Jawab:
Dikarenakan penguatan tegangannya sangat besar maka gelombang yang terbentuk lebih besar
melebihi garis beban sehingga gelombang keluarannya akan terpotong.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

IX. ANALISA
I) ANALISA (Elang Mulya Perkasa-201971058)
Pada pertemuan ke-7 ini kita membahas tentang penguat transitor yaitu common emmiter
(penguat emmiter bersama) , common base (penguat basis bersama), common collector (penguat
kolektor bersama).
Tujuan dari praktikum ini yang pertama adalah mempelajari rangkaian dasar penguat
transistor , yaitu rangkaian kolektor bersama (common collector), emitor bersama (common
emitter) dan basis bersama (common base) dan mempelajari mempelajari karakteristik penguatan
tegangan dan penguatan arus dari rangkaian-rangkaian dasar penguat.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah multimeter yang digunakan untuk
mengukur tegangan dan arus , rangkaian common emmiter , rangkaian common basis dan
rangkaian common kolektor digunakan sebagai percobaan dan osiloscope digunakan untuk
melihat gelombang output yang dihasilkan . Pada praktikum ini kita menggunakan multisim .
Pada penguatan emmiter bersama , penguatannnya tinggi sehingga sering dipakai .
pengaplikasian pada kehidupan sehari hari adalah sebagai penguat audio. Penguatan emmiter
bersama ini terminal emmiternya bisa digunakan untuk input dan bisa juga digunakan untuk output
. Sinyal masukan pada penguatan emmiter bersama ini diumpankan pada basis dan emitter
sedangkan Sinyal outputnya diumpankan pada emmiter dan kolektor.
Pada penguatan basis bersama berdasarkan data yang kita dapat , Penguatan arusnya kecil
namun penguatan tegangannya paling tinggi diantara penguatan emmiter bersama dan penguatan
kolektor bersama . Penguatan basis bersama ini terminal basisnya bisa digunakan untuk input dan
bisa juga digunakan untuk output . Sinyal masukan pada penguatan basis bersama ini diumpankan
pada emitter dan basis sedangkan untuk sinyal keluarannya diumpankan pada kolektor dan basis.
Pada penguatan kolektor bersama , penguatan arusnya tinggi ,penguatan tegangannya
rendah dan penguatan dayanya rendah sehingga penguatan kolektor bersama ini jarang dipakai .
penguatan kolektor bersama ini inputnya diumpankan pada basis dan kolektor dan sinyal
outputnya itu emitter dan kolektor .
Jadi perbandingannya , penguat emitter bersama ini penguatan arusnya tinggi , penguatan
tegangannya tinggi sedangkan penguatan basis bersama ini penguatan arus nya rendah sedangkan
penguatan tegangannya sedang dan penguatan kolektor ini penguatan arusnya tinggi namun
penguatan tegangannya rendah .
Garis beban adalah titik diantara Is (arus saturasi) dan V cutoff . Garis beban bisa disebut
juga dengan titik dan ada juga yang namanya daerah kerja , daerah kerja ini adalah garis yang
dihubung di ujung garis titik Q di Is (arus saturasi) (sumbu Y) dan di ujung garis titik Q di Vco
(sumbu x) . Pada praktikum ini , daerah kerja ini digunakan untuk melihat apabila gelombang
dikuatkan akan melebihi daerah kerja tersebut atau tidak ? kalau melebihi daerah kerja tersebut
maka dipotong (dapat terlihat di osiloscope . ketika gelombang input mencapai titik Q maka akan
terjadi penguatan gelombang disana. Pada penguatan emitter bersama , ketika gelombang input
mencapai titik Q maka gelombang tersebut akan semakin besar dan melebihi daerah kerja,
sehingga bagian gelombang yang melebihi daerah kerja tersebut akan terpotong dan kalau di
common emmiter ini terlihat di osilocope adalah gelombang gergaji tetapi memiliki puncak baru
di lembahnya karena penguatan arusnya tinggi . Sedangkan pada penguatan basis bersama
(common basis) , penguatan arusnya sedang jadi tidak ada puncak baru dilembah seperti common
emmiter (penguatan emmiter bersama) . gelombang output dari common basis ini adalah
gelombang gergaji karena gelombangnya melebihi daerah kerja . Untuk penguatan kolektor
berasama , gelombangnya seperti gelombang input (gelombang sinusoidal) . Hal ini terjadi karena
penguatan pada kolektor bersama itu rendah dan gelombangnya tidak melebihi daerah kerja .

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

II) ANALISA (Catur Rara Paringga Rizaldi-201971057)


Pada praktikum modul 5 ini membahas tentang Rangkaian Penguat Transistor. Dimana
transistor itu sendiri merupakan suatu komponen semikonduktor pada rangkaian yang memiliki 3
kaki elektroda yaitu basis, kolektor dan emitter. Transistor merupakan 2 buah diode yang
dihubungkan atau disebut dengan Junction Dimana fungsi dari 3 kaki elektroda ini adalah Emitor,
berfungsi menimbulkan elektron. Kolektor, berfungsi menyalurkan elektron tersebut keluar dari
transistor. Basis, mengatur gerakan elektron dari emitor yang keluar melalui kaki kolektor. Cara
menetukan kaki transistor menggunakan multimeter atau alat pengukur hambatan yaitu dimana
probe merah pada multimeter diletakan dikepala transistor, sedangkan probe hitam diletakkan pada
salah satu kaki transistor untuk mengukur nilai hambatannya, apabila pada emitor bernilai tak
hingga, kemudian pada kolektor bernilai nol, serta pada basis memiliki nilai. Fungsi dari transistor
ini sangat beragam sebagai penguat, pemutus dan penyambung, sebagai stabilitasi tegangan dan
lainnya. Jenis-jenis dari transistor terbagi 2 yaitu yang pertama Transistor Junction Bipolar atau
biasa disebut BJT. Dimana transistor jenis ini memiliki 3 terminal transistor diantaranya adalah
terminal basis, kolektor dan emitor.
Tujuan dari praktikum modul 5 tentang Rangkaian Penguat Transistor ini ada 2 yaitu,
pertama dapat memperlajarai rangkaian dasar penguat transistor, yaitu rangkaian kolektor bersama
(common collector), emitor bersama (common emitter) dan basis bersama (common base). Yang
kedua dapat mempelajari karakteristik penguatan tegangan dan penguatan arus dari rangkaian-
rangkaian dasar penguat.
Pada praktikum modul 5 tentang Rangkaian Penguat Transistor ini menggunakan alat dan
perlengkapan yaitu 1 Unit PC dan software NI Multisim. Dimana PC ini digunakan sebagai media
untuk merangkai rangkaian elektronika dengan menggunakan software NI Multisim.
Pada praktikum modul 5 tentang Rangkaian Penguat Transistor ini terdapat 3 Percobaan,
yang pertama Percobaan mengenai Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama, Percobaan kedua
yaitu mengenai Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama dan Percobaan yang terakhir yaitu
Percobaan 3 mengenai Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama.
Percobaan yang pertama yaitu mengenai Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama, langkah
yang pertama rangkailah rangkaian seperti gambar 5 pada Percobaan Rangkaian Dasar Penguat
Emitor Bersama pada modul 5 dengan menggunakan software NI Multisim. Langkah yang kedua
dengan jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5. Selanjutnya langkah yang ketiga
amati nilai arus dan tegangan yang terukut pada Multimeter DC dan catatlah pada data
pengamatan. Langkah yang keempat dengan cara menghentikan simulasi dengan menekan tombol
stop. Langkah kelima adalah dengan memasang Osiloskop pada rangkaian, kemudian hubungkan
Channel A pada Osiloskop dengan sumber 𝑉N dan Channel B Osiloskop dengan Beban RL.
Langkah yang keenam memberikan warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B
untuk mempermudah dalam mengamati gelombang. Langkah yang ketujuh dengan memberikan
warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B untuk mempermudah dalam
mengamati gelombang. Langkah yang kedelapan dengan menjalankan kembali simulasi dengan
menekan tombol Run atau F5. Langkah yang kesembilan dengan cara membuka Osiloskop dengan
melakukan klik 2 kali, kemudian atur Trigger Osiloskop pada Single untuk mempermudah dalam
mengamati gelombang. Langkah yang kesepuluh dengan mengatur Scale Osiloskop pada
Timebase, Channel A dan Channel B hingga menunjukkan ukuran gelombang yang dapat anda
amati. Langkah yang kesebelas dengan mengamati bentuk gelombang masukan dan gelombang
keluaran yang ditampilkan oleh Osiloskop. Langkah yang kedua belas hentikan kembalis simulasi
dengan menekan tombol Stop. Langkah yang terakhir yaitu langkah ketiga belas mengulangi
Langkah kedua sampai dengan langkah percobaan kesebelas untuk nilai Tegangan Sumber 𝑉N yang
berbeda pada Data Pengamatan.
Percobaan kedua yaitu mengenai Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama, langkah yang
pertama rangkailah rangkaian seperti gambar 5 pada Percobaan Rangkaian Dasar Penguat Emitor
Bersama pada modul 5 dengan menggunakan software NI Multisim. Langkah yang kedua dengan
jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5. Selanjutnya langkah yang ketiga amati

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

nilai arus dan tegangan yang terukut pada Multimeter DC dan catatlah pada data pengamatan.
Langkah yang keempat dengan cara menghentikan simulasi dengan menekan tombol stop.
Langkah kelima adalah dengan memasang Osiloskop pada rangkaian, kemudian hubungkan
Channel A pada Osiloskop dengan sumber 𝑉N dan Channel B Osiloskop dengan Beban RL.
Langkah yang keenam memberikan warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B
untuk mempermudah dalam mengamati gelombang. Langkah yang ketujuh dengan memberikan
warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B untuk mempermudah dalam
mengamati gelombang. Langkah yang kedelapan dengan menjalankan kembali simulasi dengan
menekan tombol Run atau F5. Langkah yang kesembilan dengan cara membuka Osiloskop dengan
melakukan klik 2 kali, kemudian atur Trigger Osiloskop pada Single untuk mempermudah dalam
mengamati gelombang. Langkah yang kesepuluh dengan mengatur Scale Osiloskop pada
Timebase, Channel A dan Channel B hingga menunjukkan ukuran gelombang yang dapat anda
amati. Langkah yang kesebelas dengan mengamati bentuk gelombang masukan dan gelombang
keluaran yang ditampilkan oleh Osiloskop. Langkah yang kedua belas hentikan kembalis simulasi
dengan menekan tombol Stop. Langkah yang terakhir yaitu langkah ketiga belas mengulangi
Langkah kedua sampai dengan langkah percobaan kesebelas untuk nilai Tegangan Sumber 𝑉N yang
berbeda pada Data Pengamatan.
Percobaan ketiga yaitu mengenai Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama, langkah yang
pertama rangkailah rangkaian seperti gambar 5 pada Percobaan Rangkaian Dasar Penguat Emitor
Bersama pada modul 5 dengan menggunakan software NI Multisim. Langkah yang kedua dengan
jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5. Selanjutnya langkah yang ketiga amati
nilai arus dan tegangan yang terukut pada Multimeter DC dan catatlah pada data pengamatan.
Langkah yang keempat dengan cara menghentikan simulasi dengan menekan tombol stop.
Langkah kelima adalah dengan memasang Osiloskop pada rangkaian, kemudian hubungkan
Channel A pada Osiloskop dengan sumber 𝑉N dan Channel B Osiloskop dengan Beban RL.
Langkah yang keenam memberikan warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B
untuk mempermudah dalam mengamati gelombang. Langkah yang ketujuh dengan memberikan
warna berbeda antara kabel Channel A dan kabel Channel B untuk mempermudah dalam
mengamati gelombang. Langkah yang kedelapan dengan menjalankan kembali simulasi dengan
menekan tombol Run atau F5. Langkah yang kesembilan dengan cara membuka Osiloskop dengan
melakukan klik 2 kali, kemudian atur Trigger Osiloskop pada Single untuk mempermudah dalam
mengamati gelombang. Langkah yang kesepuluh dengan mengatur Scale Osiloskop pada
Timebase, Channel A dan Channel B hingga menunjukkan ukuran gelombang yang dapat anda
amati. Langkah yang kesebelas dengan mengamati bentuk gelombang masukan dan gelombang
keluaran yang ditampilkan oleh Osiloskop. Langkah yang kedua belas hentikan kembalis simulasi
dengan menekan tombol Stop. Langkah yang terakhir yaitu langkah ketiga belas mengulangi
Langkah kedua sampai dengan langkah percobaan kesebelas untuk nilai Tegangan Sumber 𝑉N yang
berbeda pada Data Pengamatan.
Pada percobaan yang pertama yaitu mengenai Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama dari
data yang dihasilkan pada Tabel 1. Data Pengamatan Rangkaian Dasar Penguat Emitor Bersama
dapat diamati bahwa pada data pertama yaitu dengan nilai tegangan peak 2Voltpeak, dengan
frekuensi sebesar 60 Hz didapatkan tegangan Kolektor-Emitor 15,953 Volt, tegangan Basis-
Emitor sebesar 486,981mVolt, dan nilai arus pada Kolektor 1,27 mAmpere, arus Basis sebesar
4,317 𝜇Ampere. Pada Oscilloscope dihasilkan gelombang pada input dengan berwarna merah
yang dihubung pada Sumber tegangan AC yaitu gelombang berbentuk sinusoidal dan dihasilkan
gelombang output berwarna putih, yang dihubung dengan beban yaitu gelombang yang berbentuk
sinusoidal juga tetapi pada puncak gelombang pada siklus positif berbentuk datar sehingga
memungkin bahwa pada output tersebut telah mengalami penguatan. Pada data kedua yaitu dengan
tegangan peak 4Voltpeak dengan besar frekuensi yang sama yaitu 60 Hz didapatkan tegangan
Kolektor-Emitor 14,988 Volt, tegangan Basis-Emitor sebesar -340,9074 mVolt, dan nilai arus
pada Kolektor 1,345 mAmpere, arus Basis sebesar 69,965 𝜇Ampere. Pada Oscilloscope dihasilkan
gelombang pada input dengan berwarna merah yang dihubung pada Sumber tegangan AC yaitu

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

gelombang berbentuk sinusoidal dan dihasilkan gelombang output berwarna putih, yang dihubung
dengan beban yaitu gelombang yang berbentuk sinusoidal juga. Pada kedua gelombang yang
dihasilkan ini dengan ukuran atau besar yang sama, sehingga tidak terjadi perpotongan pada
gelombangnya.
Pada percobaan yang kedua yaitu mengenai Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama dari
data yang dihasilkan pada Tabel 2. Data Pengamatan Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama
dapat
diamati bahwa pada data pertama yaitu dengan nilai tegangan peak 2Voltpeak, dengan frekuensi
sebesar 60 Hz didapatkan tegangan Kolektor-Basis 19,828 Volt, tegangan Emitor-Basis sebesar
565,873 mVolt dan nilai arus pada Kolektor 963,501 𝜇Ampere, arus Emitor sebesar 1,103
mAmpere. Pada Oscilloscope dihasilkan gelombang pada input dengan berwarna merah yang
dihubung pada Sumber tegangan AC yaitu gelombang berbentuk sinusoidal dan dihasilkan
gelombang output berwarna putih, yang dihubung dengan beban yaitu gelombang yang berbentuk
persegi atau square wave dengan katalain gelombang pulsa, pada puncak gelombang pada siklus
positif berbentuk datar, sehingga memungkin bahwa pada output tersebut telah mengalami
penguatan. Pada data kedua yaitu dengan tegangan peak 4Voltpeak dengan besar frekuensi yang
sama yaitu 60 Hz didapatkan tegangan Kolektor-Basis 22,975 Volt, tegangan Emitor-Basis sebesar
2334 mVolt, dan nilai arus pada Kolektor 821,329 𝜇Ampere, arus Emitor sebesar 1,151 mAmpere.
Pada Oscilloscope dihasilkan gelombang pada input dengan berwarna merah yang dihubung pada
Sumber tegangan AC yaitu gelombang berbentuk sinusoidal dan dihasilkan gelombang output
berwarna putih, yang dihubung dengan beban yaitu gelombang yang berbentuk persegi atau square
wave dengan katalain gelombang pulsa, pada kedua puncak gelombang pada siklus positif maupun
siklus negatif berbentuk datar, sehingga memungkin bahwa pada output tersebut telah benar-benar
mengalami penguatan.
Pada percobaan yang ketiga yaitu mengenai Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama dari
data yang dhasilkan dari percobaan yaitu pada Tabel 3. Data Pengamatan Rangkaian Dasar
Penguat Kolektor Bersama dapat diamati bahwa pada data pertama yaitu dengan nilai tegangan
peak 2Voltpeak, dengan frekuensi sebesar 60 Hz didapatkan tegangan Kolektor-Emitor 16,111
Volt, tegangan Kolektor-Basis sebesar 15,468 Volt dan arus Emitor sebesar 1,389 mAmpere, nilai
arus pada Basis 4,267 𝜇Ampere. Pada Oscilloscope dihasilkan gelombang pada input dengan
berwarna merah yang dihubung pada Sumber tegangan AC yaitu gelombang berbentuk sinusoidal
dan dihasilkan gelombang output berwarna putih, yang dihubung dengan beban yaitu berbentuk
gelombang berbentuk sinusoidal dengan ukuran yang sama.Pada data kedua yaitu dengan tegangan
peak 4Voltpeak dengan besar frekuensi yang sama yaitu 60 Hz didapatkan tegangan Kolektor-
Emitor 16,109 Volt, tegangan Kolektor-Basis sebesar 15,468 Volt dan arus Emitor sebesar 1,389
mAmpere, nilai arus pada Basis 4,292 𝜇Ampere. Pada Oscilloscope dihasilkan gelombang pada
input dengan berwarna merah yang dihubung pada Sumber tegangan AC yaitu gelombang
berbentuk sinusoidal dan dihasilkan gelombang output berwarna putih, yang dihubung dengan
beban yaitu berbentuk gelombang berbentuk sinusoidal dengan ukuran yang sama dengan ukuran
gelombang yang lebih besar dari data sebelumnya.
Pada praktikum modul 5 tentang Rangkaian Penguat Transistor terdapat karakteristik
penguatan tegangan dan penguatan arus pada rangkaian dasar penguat transistor. Karakteristik dari
rangkaian dasar penguat emitor bersama adalah penguatan tegangan yang dihasilkan tinggi,
penguatan arus yang dihasilkan juga tinggi. Karakteristik dari rangkaian dasar penguat basis
bersama adalah penguatan tegangan yang dihasilkan sedang, penguatan arus yang dihasilkan
kurang dari satu. Karakteristik dari rangkaian dasar penguat kolektor bersama adalah penguatan
tegangan yang dihasilkan rendah, penguatan arus yang dihasilkan tinggi.
Pada praktikum modul 5 tentang Rangkaian Penguat Transistor ini menggunakan 2 buah
sumber tegangan yang digunakan, yang pertama sumber AC yang digunakan sebagai tegangan
yang dapat menghasilkan gelombang AC sinusoidal yang akan ditampilkan oleh Oscilloscope, dan
yang kedua sumber DC sebagai suatu tegangan yang memiliki polaritas yang tetap untuk
mengaktifkan transistor atau agar transistor yang digunakan ini dapat bekerja pada rangkaian.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

Pada praktikum modul 5 tentang Rangkaian Penguat Transistor ini ditemukan beberapa
kemungkinan kesalahan, dari perhitungan yang dilakukan oleh praktikan dan tidak telitian
praktikan dalam membulatkan bilangan sehingga dapat dihasilkan nilai yang berbeda dari nilai
yang seharusnya. Kesalahan juga sangat banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kemungkinan kesalahan dari komputer/ PC atau laptop yang digunakan kemungkinan error atau
bermasalah. Kesalahan lainnya mungkin pada praktikan yang merangkai suatu
rangkaian,kemungkinan kesalahan penggunaan komponen pada rangkaian sehingga menghasilkan
hasil yang tidak sesuai.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

III) ANALISA (Muh Aan Al Rahmadan-201971056)


Pada praktikum kali ini yang membahas tentang RANGKAIAN PENGUAT
TRANSISTOR, terdapat 3 rangkaian dasar penguat transistor yaitu pertama penguat emitor
bersama (common emitter), yang kedua penguat basis bersama (common base), dan yang ketiga
penguat kolektor bersama(common colektor) . rangkaian emitor bersama, sesuai dengan Namanya,
emitor digunakan bersama-sama sebagai lajur sinyal masukan maupun keluaran sinyal masukan
diumpangkan ke dalam rangkaian melalui basis dan emitor. Sementara itu sinyal keluaran
disalurkan melalui kolektor dan emitor. Rangkaian basis bersama, pada rangkaian ini elemen
bersama untuk masukan dan keluarannya yaitu basis.sinyal masukan diumpangkan pada emitor
dan basis, dan untuk sinyal keluaran disalurkan pada kolektor dan basis. Rangkaian kolektor
bersama yaitu kongfigurasi dasar transistor yang ketiga dalah kolektor bersama sinyal masukan
diumpangkan pada basis dan kolektor.pada rangkaian transistor, dilakukan pengujian ringan
dengan menggunakan multimeter untuk mengetahui transistor yang digunakan dalam kondisi baik.
Pada rangkaian dasar penguat emitter bersama terdapat analisa dc dan ac,dimana pengertian
dari analisa dc yaitu ketika sumber dc itu bekerja sendiri dan ac ketika sumber ac bekerja sendiri,
Percobaan yang pertama pada rangkaian penguat emitter Bersama, dengan menggunakan tegangan
sumber 2V pk dan 4V pk, dengan frekuensi 60 Hz. Begitu pula pada rangkaian penguat basis
Bersama, namun yang menjadi perbedaan terdapat pada rangkaian kolekor Bersama, tegangan
kedua yang dipakai bukan 4V pk, melainkan 10V pk, hal ini terjadi karena pada tegangan 2V pk,
gelombang input dan outputnya sama, pada grafik gelombang, tidak ada perbedaan antara input
dan output, begitu pula pada saat tegangan 4V pk, gelombang yang dihasilkan masih sama seperti
pada saat tegangan sumber 2V pk, akan tetapi jika kita naikkan tegangannya menjadi 10V pk,
gelombang yang terbentuk akan berbeda. Akan terlihat bahwa gelombang output akan terpotong
pada bagian lembahnya, sedangkan pada gelombang inputnya tetap berbentuk sinusoidal. hal ini
terjadi karena pada saat tegangan 2V pk dan 4V pk, tidak terjadi penguatan. Hubungan fasa
keluaaran terhadap masukkan, pada rangkaian penguat emitor Bersama mempunyai beda fasa
1800. Sedangkan pada rangkaian penguat basis Bersama dan rangkaian penguat kolektor Bersama,
adalah sefasa, atau tidak mempunyai beda fasa. Pada masing masing gelombang, terdapat
gelombang yang terpotong, hal ini terjadi karena penguatan tegangannya sangat besar maka
gelombang yang terbentuk lebih besar melebihi garis beban sehingga keluarnya akan terpotong.
Pada data pengamatan pertama rangkaian penguat emitter bersama dimana nilai Vs 2 maka
didapatkan data Vce sebesar 7,4 v,Vbe sebesar 66,6 mv, ic 680,04 uA, ib terukur 18,028 uA ,untuk
mencari gelombang kita menggunakan osiloskop.Pada percobaan kedua Rangkaian dasar penguat
basis bersama dimna nilai Vs 2 maka didapatkan data untuk Vcb sebesar 11,5 v, Veb sebesar 886,4
mv ,Ic 383,4 uA, Ie 538,6 u A , untuk mencari gelombangnya kita menggunakan osiloskop.Pada

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

percobaan ketiga Rangkaian dasar penguat kolektor bersama dimana nilai Vs 2 maka didapatkan
data untuk Vce sebesar 8,3 V untuk Vcb sebesar 7,7 V , Ie 61,7 u A Ib 2,3 u A
Pada data pengamatan terlihat bahwa penguat arus paling besar terdapat pada rangkaian
penguat kolektor Bersama. Penguatan tegangan yang paling besar terdapat pada rangkaian penguat
emitter Bersama. Penguatan arus paling kecil terlihat pada rangkaian penguat basis Bersama. Dan
penguat tegangan yang paling kecil terdapat pada rangkaian kolektor Bersama.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

IV) ANALISA (Al Ikhsan Muhammad Naufal-201971055)


Pada praktikum yang dilaksanakan secara daring kali ini, kita membahas mengenai modul
yang berjudul “Rangkaian Penguat Transistor”. Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk
mempelajari rangkaian dasar penguat transistor, yaitu rangkaian kolektor bersama (common
collector), emitor bersama (common emitter) dan basis bersama (common base). Serta dapat
mempelajari karakteristik penguatan tegangan dan penguatan arus dari rangkain-rangkaian dasar
penguat.
Pada transistor terdapat tiga rangkain dasar penguat transistor, diantaranya adalah penguat
emitor bersama (Common Emitter), basis bersama (Common Base) dan kolektor bersama
(Commom Collector). Konfigurasi Common Emitter atau emitor bersama merupakan konfigurasi
transistor yang paling sering digunakan, terutama pada penguat yang membutuhkan penguatan
tegangan dan arus secara bersamaan. Hal ini dikarenakan konfigurasi transistor dengan Common
Emitter ini menghasilkan penguatan tegangan dan arus antara sinyal input dan sinyal output.
Common Emitter adalah konfigurasi transistor dimana kaki Emitor transistor digroundkan dan
dipergunakan bersama untuk input dan output. Pada konfigurasi Common Emitter ini, sinyal input
dimasukan ke Basis dan sinyal output-nya diperoleh dari kaki Kolektor.
Konfigurasi Common Base atau basis bersama adalah konfigurasi yang kaki Basis-nya
digroundkan dan digunakan bersama untuk input maupun output. Pada konfigurasi Common
Base, sinyal input dimasukan ke Emitor dan sinyal output-nya diambil dari Kolektor, sedangkan
kaki Basis-nya digroundkan. Oleh karena itu, Common Base juga sering disebut dengan istilah
“Grounded Base”. Konfigurasi Common Base ini menghasilkan Penguatan Tegangan antara sinyal
input dan sinyal output namun tidak menghasilkan penguatan pada arus.
Konfigurasi Common Collector atau kolektor bersama ini memiliki sifat dan fungsi yang
berlawan dengan Common Base atau basis bersama. Kalau pada Common Base menghasilkan
penguatan tegangan tanpa memperkuat Arus, maka Common Collector ini memiliki fungsi yang
dapat menghasilkan penguatan arus namun tidak menghasilkan penguatan tegangan. Pada
konfigurasi Common Collector, input diumpankan ke Basis transistor sedangkan outputnya
diperoleh dari Emitor transistor sedangkan Kolektor-nya digroundkan dan digunakan bersama
untuk input maupun output. Konfigurasi kolektor bersama (Common Collector) ini sering disebut
juga dengan Pengikut Emitor (Emitter Follower) karena tegangan sinyal output pada Emitor
hampir sama dengan tegangan input Basis.
Pada percobaan pertama yaitu rangkaian dasar penguat Emitor Bersama. Disini kita
menggunakan sumber tegangan AC, dimana sumber tegangan AC ini digunakan untuk dapat
melihat gelombang pada oscilloscope, lalu kita juga menggunakan sumber tegangan DC untuk
memunculkan aliran, kita juga menggunakan dua buah voltmeter yang digunakan untuk mengukur
besarnya tegangan dari Kolektor-Emitor, dan tegangan dari Basis-Emitor, dua buah ampermeter
yang digunakan untuk mengukur arus Basis, dan arus Kolektor-nya, dua buah kapasitor, lima buah
resistor, transistor, dan Oscilloscope. Dipercobaan ini, channel A pada Oscilloscope dihubungkan
secara paralel terhadap sumber tegangan AC dan channel B nya dihubungkan secara paralel
dengan beban. Pada Oscilloscope terdapat gelombang masukan (warna merah) hasil dari channel
A dan gelombang keluaran (warna putih) hasil dari channel B. Disini kita dapat melihat bahwa
gelombang keluarannya itu lebih besar dari pada gelombang masukan. Gelombang keluaran
dipotong karena sudah melebihi garis beban. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa penguatan
tegangan yang terjadi pada rangkaian Emitor Bersama ini tinggi.
Pada percobaan kedua yaitu rangkaian dasar penguat Basis Bersama. Disini kita
menggunakan sumber tegangan AC dimana sumber tegangan AC ini digunakan untuk dapat
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

melihat gelombang pada oscilloscope, lalu kita juga menggunakan sumber tegangan DC untuk
memunculkan aliran, kita juga menggunakan dua buah voltmeter yang digunakan untuk mengukur
besarnya tegangan dari Kolektor-Basis, dan tegangan dari Emitor-Basis, dua buah ampermeter
yang digunakan untuk mengukur arus Kolektor, dan arus Emitor-nya, tiga buah kapasitor, lima
buah resistor, transistor, dan Oscilloscope. Dipercobaan ini, channel A pada Oscilloscope
dihubungkan secara paralel dengan sumber tegangan AC dan channel B dihubungkan secara
paralel dengan beban. Pada Oscilloscope terdapat gelombang masukan (warna merah) hasil dari
channel A dan gelombang keluaran (warna putih) hasil dari channel B. Disini kita dapat melihat
bahwa gelombang keluarannya itu lebih besar dari pada gelombang masukan. Gelombang keluaran
terpotong disiklus positif maupun siklus negatif karena sudah melebihi garis beban. Dari sini kita
dapat menyimpulkan bahwa penguatan tegangan yang terjadi pada rangkaian Basis Bersama ini
sedang.
Pada percobaan ketiga yaitu rangkaian dasar penguat Kolektor Bersama. Disini kita
menggunakan sumber tegangan AC dimana sumber tegangan AC ini digunakan untuk dapat
melihat gelombang pada oscilloscope, lalu kita juga menggunakan sumber tegangan DC untuk
memunculkan aliran, kita juga menggunakan dua buah voltmeter yang digunakan untuk mengukur
besarnya tegangan dari Kolektor-Emitor, dan tegangan dari Kolektor-Basis, dua buah ampermeter
yang digunakan untuk mengukur arus Emitor, dan arus Basis-nya, dua buah kapasitor, empat buah
resistor, transistor, dan Oscilloscope. Dipercobaan ini, channel A pada Oscilloscope dihubungkan
secara paralel dengan sumber tegangan AC dan channel B dihubungkan secara paralel dengan
beban. Pada Oscilloscope terdapat gelombang masukan (warna merah) hasil dari channel A dan
gelombang keluaran (warna putih) hasil dari channel B. Pada Ocilloscope kita dapat melihat bahwa
gelomabang keluaran dan gelombang masukan hampir sama besar, hal ini disebabkan karena pada
gelombang keluarannya channel B melebihi garis beban sehingga penguatan tegangan yang terjadi
pada rangkaian Kolektor Bersama ini rendah.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

V) ANALISA (El Khana Aburyzal Sihombing-201971054)


Pada praktikum kali ini kami membahas mengenai rangkaian penguat transistor. Transistor
dari kata transfer dan resistor dapat di artikan mentransfer resistansi, dimana transistor merupakan
komponen elektronika aktif yang berfungsi sebagai penguat, saklar elektronik dan penstabil
tegangan. Transistor juga merupakan 2 buah diode yang dihubungkan atau disebut dengan
Junction. Cara kerja transistor apabila ada arus yang mengalir pada kaki basis, kemudian gerbang
akan terbuka sehingga arus dapat mengalir dari kolektor ke emitor.
Tujuan dari parktikum kali ini adalah yang pertama dapat memperlajarai rangkaian dasar
penguat transistor, yaitu rangkaian kolektor bersama (common collector), emitor bersama
(common emitter) dan basis bersama (common base). Serta tujuan lainnya dapat mempelajari
karakteristik penguatan tegangan dan penguatan arus dari rangkaian-rangkaian dasar penguat.
Dilihat dari rangkaian bahwa Transistor yang digunakan pada praktikum percobaan ini
menggunakan transistor NPN. Transistor NPN adalah Transistor NPN adalah transistor bipolar
yang menggunakan arus listrik kecil dan tegangan positif pada terminal basis untuk mengendalikan
aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari kolektor ke emitor. Transistor ini memiliki 3
terminal transistor diantaranya adalah terminal basis, kolektor dan emitor. Dimana pada praktikum
ini menggunakan Transistor NPN jenis BC107BP.
Pada praktikum ini kami menggunakan alat dan bahan yaitu 1 unit pc yang berfungsi sebagai
alat yang digunakan, kemudian ada software NI Multisim sebagai aplikasi yang digunakan untuk
membuat rangkaian dalam pc. Pada aplikasi multisim ini dalam menggunakan rangkaian
menggunakan AC Voltage berfungsi untuk menghasilkan gelombang pada pada rangkaian.
Kemudian menggunakan DC Power yang digunakan sebagai yang menghasilkan polaritas tetap,
agar pada Transistor digunakan dapat bekerja. Dimana pada percobaan ini menggunakan tegangan
peak, dimana pada data pertama dengan menggunakan 2 Vpk dan pada data kedua menggunakan
4 Vpk dengan besar frekuensi yang digunakan sebesar 60 Hz. Pada ketiga percobaan modul ini
menggunakan transistor, dimana Transistor yang digunakan adalah Transistor NPN jenis
BC107BP. Pada rangkaian percobaan 1 yaitu rangkaian dasar penguat emitor bersama
menggunakan 5 buah resistor yaitu sebuah resistor 150kOhm, sebuah resistor 1kOhm dan 3 buah
resistor 10kOhm. Pada percobaan ini juga menggunakan 3 buah kapasitor, dimana 2 buah
kapasitor bernilai 10mikroFarad, dan 1 buah kapasitor bernilai 47mikroFarad. Kemudian pada
rangkaian percobaan 2 yaitu rangkaian dasar penguat basis bersama menggunakan 5 buah resistor
yaitu sebuah resistor 150kOhm, sebuah resistor 1kOhm dan 3 buah resistor 10kOhm. Pada
percobaan ini juga menggunakan 2 buah kapasitor bernilai 10mikroFarad. Pada rangkaian
percobaan 3 ini yaitu rangkaian dasar penguat kolektor bersama menggunakan 4 buah resistor
yaitu 2 buah resistor 220kOhm dan 2 buah resistor 10kOhm. Pada percobaan ini juga
menggunakan 2 buah kapasitor bernilai 10mikroFarad.
Berdasarkan data percobaan pertama yaitu mengenai rangkaian dasar penguat emitor bersama
dimana karakteristik dari rangkaian dasar penguat emitor bersama pada penguatan tegangannya
adalah tinggi, begitupula pada penguatan arus pada rangkaian ini adalah tinggi juga.
Berdasarkan data percobaan kedua yang merupakan rangkaian dasar penguat basis bersama
adalah karakteristik dari rangkaian dasar penguat basis bersama, dimana pada penguatan
tegangannya adalah sedang, serta sedangkan pada penguatan arus yang dihasilkan kurang dari
angka satu.
Kemudian berdasarkan data percobaan ketiga yaitu mengenai karakteristik dari rangkaian
dasar penguat kolektor bersama adalah penguatan tegangan yang dihasilkan rendah, penguatan
arus yang dihasilkan tinggi.
Gelombang yang dihasilkan atau ditampilkan pada Oskiloskop pada percobaan pertama pada
data pertama menggunakan tegangan 2 Vpk adalah pada gelombang input menghasilkan
gelombang sinunsoidal, dimana pada Oskiloskop berwarna merah. Dan pada gelombang outputnya
dihasilkan gelombang sinusoidal tetapi pada puncak atas gelombang terdapat bentuk datar yang
menyatakan bahwa telah dalam penguatan, dimana pada Oskiloskop gelombang berwarna putih.
Kemudian pada data kedua menggunakan tegangan 4 Vpk adalah pada gelombang input dan

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

output dihasilkan gelombang berwarna merah dan putih yang sejajar yang ditampilkan pada
Oskiloskop, gelombang tersebut berbentuk sinusoidal berukuran lebih besar dari data percobaan
dengan nilai menggunakan tegangan 2Vpk.
Gelombang yang dihasilkan pada Oskiloskop, dimana percobaan kedua pada data pertama
menggunakan tegangan 2 Vpk adalah pada gelombang input menghasilkan gelombang sinusoidal,
dimana pada Oskiloskop berwarna merah. Dan pada gelombang outputnya dihasilkan gelombang
berbentuk kotak atau square wave, dimana pada puncak atas gelombang terdapat bentuk datar yang
menyatakan bahwa telah dalam penguatan, dan gelombang yang dihasilkan ini merupakan
gelombang pulsa, dimana pada Oskiloskop gelombang berwarna putih. Kemudian pada data kedua
menggunakan tegangan 4 Vpk adalah pada gelombang input masih menghasilkan gelombang
sinunsoidal, dimana pada Oskiloskop gelombang berwarna merah. Dan pada gelombang outputnya
dihasilkan gelombang berbentuk kotak atau square wave, dimana pada puncak atas dan bawah
gelombang terdapat bentuk datar yang menyatakan bahwa dalam penguatan, dan gelombang yang
dihasilkan ini merupakan gelombang pulsa, dimana pada Oskiloskop gelombang berwarna putih
Gelombang yang dihasilkan pada Oskiloskop, dimana percobaan ketiga pada data pertama
menggunakan tegangan 2 Vpk adalah pada gelombang input dengan gelombang berwarna merah
dan gelombang output yaitu gelombang berwarna putih yang sejajar, menghasilkan gelombang
sinusoidal. Kemudian pada data kedua menggunakan tegangan 4 Vpk adalah pada gelombang
input berwarna merah dan gelombang output berwarna putih yang sejajar dan menghasilkan
gelombang sinunsoidal yang lebih besar dari data menggunakan tegangan 2 Vpk.
Pada Oskiloskop ditampilkan gelombang pada input dengan berwarna merah yang dihubung
pada Sumber tegangan AC dan dihasilkan gelombang output berwarna putih, yang dihubung
dengan beban pada rangkaian percobaan.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

X. KESIMPULAN

1. Kesimpulan pada praktikum ini yaitu rangkaian emitor Bersama yaitu emitor yang digunakan
bersama-sama sebagai lajur sinyal masukan maupun keluaran sinyal masukan diumpangkan ke
dalam rangkaian melalui basis dan emitor. Sementara itu sinyal keluaran disalurkan melalui
kolektor dan emitor. Rangkaian basis bersama, pada rangkaian ini elemen bersama untuk
masukan dan keluarannya yaitu basis.sinyal masukan diumpangkan pada emitor dan basis, dan
untuk sinyal keluaran disalurkan pada kolektor dan basis. Rangkaian kolektor bersama yaitu
kongfigurasi dasar transistor yang ketiga dalah kolektor bersama sinyal masukan diumpangkan
pada basis dan kolektor.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B

XI. PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK


• El Khana Aburyzal Sihombing: Teori Tambahan, Rangkaian Dasar Penguat Emitor
Bersama, dan Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama.
• Catur Rara Paringga Rizaldi: Susun laporan, Teori Modul, Cover, dan Rangkaian Dasar
Penguat Basis Bersama.
• Al Ikhsan Muhammad Naufal: Data Pengamatan.
• Elang Mulya Perkasa: Perhitungan Tugas Akhir No.1, Tugas Akhir No. 2, Tugas Akhir No.
3 dan Tugas Akhir No. 4.
• Muh Aan Al Ramadhan: Kesimpulan.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai