Anda di halaman 1dari 24

PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN

M. Wahyu Sholikin

2017-71-090

Kelompok 12D

D3 Teknik Elektro

Sekolah Tinggi Teknik-PLN Jakarta

E-mail: m.wahyusholikin12@gmail.com

ABSTRAK

Penulisan laporan instrumentasi dan pengukuran ini bertujuan untuk memahami prosedur
penggunaan alat “Digital Earth Resistance Tester” terhadap besaran-besaran yang akan
diukur, memahami prinsip pengukuran tegangan pembumian, dan mengukur besarnya
nilai tegangan pembumian dan tahanan elektroda pembumian. Adapun metode
pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan secara langsung mengukur tahanan
pembumian dengan media tanah yang diawali dengan pengecekan tegangan baterai,
memasang test probe, menancapkan pasak pembumian bantu P dan C ke dalam tanah yang
dalam, menghubungkan kabel hijau ke elektroda pembumian, kabel kuning ke pasak
pembumian bantu P dan kabel merah ke pasak pembumian bantu C. Banyak hal
mempengaruhi besarnya nilai tahanan pembumian beberapa diantaranya yaitu
kedalaman, kelembaban dan lain sebagainya.

Kata kunci: Tahanan,elektroda,pembumian

ABSTRACT

The writing of this instrumentation and measurement report aims to understand the
procedure of using the tool "Digital Earth Resistance Tester" on the quantities to be
measured, understand the principles of earth voltage measurement, and measure the
magnitude of the earth voltage and resistance of the earth electrode. The data collection
method is carried out by directly measuring earth resistance with ground media which
starts with checking the voltage of the battery, installing a test probe, plugging the P and
C grounding pins into the deep ground, connecting the green wire to the earthing electrode,
the yellow wire to Earthing post auxiliary pegs and red wires to auxiliary earthing post C.
Many things influence the magnitude of the earth grounding resistor some of which are
depth, humidity and so on.

Keywords: Resistance, electrodes, earthing

35
1. PENDAHULUAN
Pembumian/pentanahan adalah suatu sistem pengaman dari gangguan-gangguan pada
peralatan dan makhluk hidup yang mempergunakan tenaga listrik. Sumber lain
mengatakan,pembumian adalah penghubungan suatu titik sirkit atau penghantar yang buka
bagian sirkit dengan bumi melalui dengan cara menanam penghantar (elektroda).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut,maka dirancanglah suatu alat ukur tahanan tanah
digital yang memiliki kemudahan dalam pembacaan nilai tahanan yang diukur. Alat ukur
ini penampilnya menggunakan digital pada segmen-segmen, sehingga dengan mudah
menyimpan data-data yang terukur. Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini
menggunakan tiga batang elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P
(Potensial) dan elektroda C (Curren). Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut
adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur
tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok diagram rangkaian, antara lain rangkaian
osilator,rangkaian tegangan input, rangkaian arus input, mikrokontroler dan rangkaian
penampil. Sebelum hasil pengukuran di tampilkan ke LCD, data diolah dirangkaian
mikrokontroler. Keuntungan dengan manggunakan mikrokontuler ini yaitu keluaran dari
rangkaian input ini debelum masuk ke LCD bisa diatur. Sehingga, perancangan alat ukur
tahanan tanah digital ini dapat mengukur tahanan tanah dengan teliti dan akurat. Hadil
pengukuran tahanan tanah juga bergantung pada kondisi tanah itu sendiri.
Sistem pentanahan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas tenaga listrik.
Ilmu pertanahan sering kali dianggap remeh, padahal pentanahan yang baik sangatlah
penting. Pembumian memiliki tujuan untuk mengalirkan arus gangguan ke
bumi,membuang arus muatan statis ke bumi dan mengamankan terhadap bahaya tegangan
sentuh/tegangan langkah. Banyak gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik salah
satunya adalah gangguan ke tanah selain gangguan-gangguan lain seperti, surja petir,
kesalahan mekanis akibat retak-retak pada isolator, burung atau daun-daun yang terbang
dekat isolator gantung, debudebu yang menempel pada isolator, tegangan lebih dan
gangguan hubung singkat. Jika arus gangguan lebih dari 5 A maka timbul busur
listrik/busur api pada kontak-kontak antara kawat yang terganggu dan tanah yang tidak
dapat padam sendiri. Dan jika terdapat busur tanah yang menetap, padam dan menyala,
hal ini dapat membahayakan. Hal ini disebabkan karena busur tanah tersebut
merupakan gelombang berjalan yang memiliki muka gelombang yang curam yang dapat
membahayakan isolasi dari alat-alat instalasi meskipun letaknya jauh dari titik gangguan.
Nilai tahanan pembumian yang aman dan baik yaitu < 5 Ohm. Jadi,jika suatu daerah
memiliki tahanan > 5 Ohm,maka perlu dilakukan penanganan secara langsung agar sistem
tenaga listrik tidak terjadi gangguan. Hal-hal yang harus dilakukan yaitu memparalelkan
elektroda,dengan melembabkan tanah yang kering dengan cara menyiramkan
air,menambah kedalaman penancaman elektroda/pasak bantu,memindahkan letak pasak
bantu ke sisi sebalahnya yang lebih lembab dan memberikan magnesium sulfat pada tanah
untuk menambah kelembaban tanah.

36
2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Pembumian Dan Pentanahan
Pembumian adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepaskan arus petir
ke dalam bumi,salah satunya kegunaannya untuk melepas muatan arus petir. Sistem
pembumian berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang menyebar ke segala arah
ke dalam tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pentanahan adalah
tidak timbulnya
bahaya tegangan step dan tegangan sentuh. Kriteria yang dituju dalam pembuatan sistem
pentanahan adalah bukannya rendahnya harga tahanan tanah akan tetapi dapat dihindarinya
bahaya seperti tersebut di depan. Fungsi dari pembumian itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Mengalirkan arus gangguan ke bumi
2. Membuang arus muatan statis ke bumi
3. Mengamankan terhadap bahaya tegangan sentuh/tegangan langkah

Tujuan pembumian itu sendiri adalah:


1. Membatasi teganga antara bagian peralatan yang tidak dialiri arus dengan antara
bagian tersebut dengan tanah sampai suatu harga yang aman untuk semua kondisi
operasi.
2. Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik berbahaya bagi orang dalam daerah
tersebut.
3. Pembumian arrester bertujuan untuk pengamanan peralatan atau suatu sistem dari
sambaran petir agar peralatan tidak mengalami kerusakan.

Pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem badan


peralatan dan instalasi dengan bumi sehingga,dapat mengamankan manusia dari sengatan
listrik dan mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus
abnormal.
Secara umum,tujuan sistem pentanahan adalah:
1. Mencegah kerusakan peralatan listrik/elektronik.
2. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal atau
tidak normal dari teganga sentuh dan tegangan langkah.
3. Menstabilkan tegangan dan memperkecil kemungkinan terjadinya flash over
ketika terjadinya transient.
4. Mengalihkan energi RF liar dari peralatan-peralatan seperti audio,video,kontrol
dan komputer.
5. Menyalurkan energi serangan petir ke dalam tanah.

2.2 Prosedur
1. Persiapan untuk pengukuran
1.1. Cek tegangan batery
Masukkan saklar ke posisi on, jika layar display tidak menampilkan simbol low
battery, maka tegangan battery cukup. Tetapi jika layar display kosong sama
sekali atau simbol terindikasi, ganti battery atas persetujuan dan pengawasan
asisten praktikum.
1.2. Memasang Test Probe

37
Masukkan ujung tusuk (plug) probe hati-hati ke terminal-terminal alat. Hubungan
yang kendor dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak akurat.

2. Instruksi-instruksi pengoperasian
2.1. Pengukuran (dengan Test Probe M-7095)
2.1.1. Tancapkan pasak (spike) pembunian Bantu P dan C ke dalam tanah yang
dalam. Hubungan kabel hijau ke elektroda pembumian yang dites, kabel
kuning ke pasak pembumian bantu P dan kabel merah ke pasak pembumian
bantu C.
Cat :
 Beri air jika ditancapkan ke dalam bagian tanah yang kering, berbatu atau
berpasir.
 Jika tempat menancapkan pasak serupa, maka baringkan pasak itu dan
basahi dengan air atau ditutup dengan kain basah
2.1.2. Pengukuran Tegangan Pembumian
Atur skala ke posisi EARTH VOLTAGE pada kondisi 2.1.1. Tegangan
pembumian akan diindikasikan pada display. Pastikan bahwa tegangannya
10 V atau lebih kecil.
Saat display menunjukkan lebih dari 10 V, dapat menyebabkan hasil
pengukuran dan kesalahan yang sangat besar ( excessive errors ). Untuk
menghindari ini, lakukan pengukuran setelah mengurangi tegangannya
dengan cara mematikan power supply dari peralatan yang sedang di tes
dsb.
2.1.3. Pengukuran
Atur saklar bulat ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes.LED tetap
diterangi selama pengujian.Putar saklar bulat ke 200 Ω dan 20 Ω saat
tahanan pembumian bernilai kecil.Nilai yang ditunjukkan adalah tahanan
pembumian dari elektroda pembumian yang sedang dites.
Cat :
- Bila tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu C terlalu tinggi
untuk membuat pengukuran, display-nya membaca “. . .”. Cek kembali
hubungan dari kabel tes dan tahanan pembumian dari pasak pembumian
bantu.
Perhatian :
Hindarkan kabel penghubung perbelitan satu sama lain karena dapat
mempengaruhi pengukuran karena induksi.

2.2. Pengukuran disederhanakan ( dengan Test Probe M-7127 )


Gunakan metode ini disaat pasak Bantu pembumian tidak bisa ditancapkan.Pada
metode ini, elektroda pembumian dengan tahanan pembumian yang rendah
seperti pipa air logam, atau sebuah terminal pembumian dari sebuah gedung,
dapat digunakan dengan metode dua terminal.( two-terminal method ; E, P ).
Bahaya :
 Harap dipastikan untuk gunakan detektor tegangan untuk mengecek tanah
keadaan sekitar dari power supply komersial

38
 Jangan gunakan alat untuk mengecek tanah keadaan sekitar dari power supply
komersial.
 Bahaya akan terjadi karena tegangan mungkin tidak akan ditampilkan
walaupun konduktor berarus saat menghubungkan elektroda pembumian yang
akan diukur telah mati, ataupun saat hubungan dari kabel tes dari alat tidak
benar dsb.
 Jangan gunakan alat ukut untuk mengukur tegangan dari power supply
komersial. Saat menggunakan probe tambahan MODEL 7127, terminal P dan
C akan di hubung singkat dan impedansi masukan akan dikurangi. Sisa arus
circuit breaker mungkin beroperasi saat membuat pengukuran dari tegangan
pada rangkaian dengan breaker.

2.2.1. Pengukuran Tegangan Pembumian


Atur saklar ke posisi EARTH VOLTAGE pada kondisi 2.1.1. Tegangan
pembumian akan diindikasikan pada display. Pastikan bahwa tegangannya 10 V
atau lebih kecil.
Saat display membaca lebih dari 10 V, mungkin hasilnya dalam kesalahan yang
sangat tinggi ( excessive errors ) pada pengukuran tahanan pembumian,. Untuk
menghindari ini, lakukan pengukuran setelah mengurangi tegangannya dengan
cara mematikan power supply dari peralatan yang sedang dites dsb.

2.2.2. Pengukuran Teliti


Atur saklar ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes.LED tetap diterangi menjelang
dites.Putar saklar ke 200 Ω dan 20 Ω saat tahanan pembumian bernilai kecil.Nilai
yang terindikasi adalah tahanan pembumian dari peralatan yang dibumikan yang
sedang dites.
Cat :
Bila tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu C terlalu tinggi untuk
membuat pengukuran, display-nya membaca “. . .”. Cek kembali hubungan dari
kabel tes dan tahanan pembumian dari alat bantu pasak pembumian.

2.2.3. Nilai Pengukuran Sederhana


Metode dua terminal digunakan untuk pengukuran yang disederhanakan. Pada
metode ini, nilai tahanan pembumian re dari elektroda pembumian yang
terhubung ke terminal P ditambahkan ke nilai tahanan pembumian yang
sebenarnya Rx dan ditunjukkan sebagai nilai terindikasi Re.

Re = Rx + re

Bila re telah diketahui sebelumnya, nilai tahanan pembumian yang sebenarnya


dihitung sebagai berikut

Rx = Re – re

39
2.3 Pengukuran Tahanan Jenis Tanah
Sistem pentanahan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik,
pentanahan system
penangkal petir dan pentanahan untuk peralatan khususnya telekomunikasi perlu
mendapatkan perhatian serius, karena pada dasarnya pentanahan tersebut merupakan dasar
perhitungan suatu proteksi.Tujuan utama dari berbagai sistem pengetanahan tersebut
adalah untuk mendapatkan tahanan kontak ke tanah yang cukup kecil. Untuk mengetahui
sejauh mana tahanan kontak ke tanah dapat diperkecil,perlu mengetahui persamaan-
persamaan tahanan kontak ke tanah dari masing-masing sistem pengetanahan. Faktor
keseimbangan antara tahanan pengetanahan dan kapasitansi di sekelilingnya adalah
tahanan jenis tanah yang direpresentasikan dengan r dalam persamaan 8.2. Harga
tahanan jenis tanah pada daerah kedalaman yang terbatas tidaklah sama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah yaitu :
a. Keadaan struktur tanah antara lain ialah struktur geologinya, seperti tanah liat, tanah
rawa, tanah berbatu,
tanah berpasir, tanah gambut dan sebagainya.
b. Unsur kimia yang terkandung dalam tanah, seperti garam, logam, dan mineral-mineral
lainnya.
c. Keadaan iklim, basah atau kering.
d. Temperatur tanah dan jenis tanah.

Struktur dan karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui karena
berkaitan erat dengan hambatan jenis tanah. Kadangkala pada penanaman elektroda
memungkinkan kelembaban dan temperatur bervariasi, untuk hal seperti ini nilai
hambatan jenis tanah harus diambil dari keadaan yang paling buruk, yaitu tanah kering dan
dingin.
Untuk mengukur hambatan jenis tanah pada umumnya digunakan metode empat buah
titik
elektroda atau metode von Werner, (Blattner, 1982). Tahanan Jenis Tanah dengan metode
Wenner dapat dihitung dengan persamaan:

(1)

Dimana :
ρa= Tahanan Jenis Tanah [Ω.m]
R = tahanan yang terukur [Ω]
a = jarak antara elektroda [m]
b = elektroda yang tertanam [m]

Jika menggunakan metode Schlumberger dapat dirumuskan sebagai berikut:

40
(2)

Dimana :
ρ= Tahanan Jenis Tanah [Ω.m]
R = Tahanan yang terukur [Ω]
c = Jarak antara elektroda bagian luar dengan bagian dalam [m]
d = Jarak antara elektroda bagian dalam [m]
b = elektroda yang tertanam [m]

Untuk yang menggunakan metode Schlumberger dapat dirumuskan sebagai berikut:

(3)

Dimana :
R = Tahanan pembumian elektroda batang [Ω]
ρ = Tahanan jenis tanah [Ω.m]
L = Panjang batang yang tertanam [m]
a = Jari-jari elektroda batang [m]

Jenis-jenis Pentanahan
Jenis-jenis pentanahan ada beberapa macam,yaitu sebagai berikut:
1. TN-S (Terre Neutral - Separate)
2. TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate)
3. TT (Double Terre)
4. TN-C (Terre Neutral - Combined)
5. IT (Isolated Terre)

TN-S (Terre Neutral-Separate),bagian netral sumber energi listrik terhubung dengan bumi
pada satu titik saja. Sehingga,bagian netral pada sebuah instalasi konsumen terhubung
langsung dengan netral sumber listrik.

TN-C-S (Terre Neutral-Combined-Separate),memiliki saluran netral dari peralatan


distribusi utama (sumber listrik) terhubung dengan bumi dan pembumian pada jarak
tertentu di sepanjang saluran netral yang menuju konsumen yang besarnya disebut sebagai
Profective Multiple Earthing (PME).

TT (Double Terre),bagian netral sumber listrik tidak terhubung langsung dengan


pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi peralatan). Konsumen harus menyediakan
koneksi mereka sendiri ke bumi,yaitu dengan memasang elektroda bumi yang cocok untuk
instalasi tersebut.

41
TN-C (Terre Neutral-Combined),saluran netral dan peralatan distribusi utama (sumber
listrik) terhubung langsung dengan saluran netral konsumen dan frame dari peralatan yang
terpasang.

IT (Isolated Terre),netralnya isolated (tidak terhubung) dengan bumi.

2.4 Macam-macam Tegangan


a) Tegangan Langkah (step voltage)
Tegangan yang timbul di antara dua kaki manusia yang sedang berdiri di atas tanah yang
sedang dialiri oleh arus listrik.
Secara umum, hal-hal yang dapat digunakan untuk mengatasi tegangan langkah adalah :
1. Memakai alas kaki pada daerah yang memiliki sumber-sumber tegangan tinggi.
2. Membuat desain pentanahan yang tepat guna.
3. Melakukan pengecekan berkala mengenai tahanan jenis tanah yang dapat berubah
karena cuaca.

b) Tegangan Sentuh
Tegangan yang terdapat di antara suatu objek yang disentuh dari suatu titik berjarak
4m,dengan asumsi bahwa objek yang disentuh dihubungkan dengan kisi-kisi pentanahan
yang berada di bawahnya.

c) Tegangan Pembumian
Pada tegangan medium atau tegangan rendah,sistem tiga fasa terdapat tiga buah teganga
fase tunggal yang diukur antara setiap fase dengan titik yang sama yang disebut dengan
titik netral atau “netral point.”

Gambar. Digital Earth Resistance Tester

42
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL

Percobaan 1. Grounding Tegak Lurus dengan kedalaman 2,5 m (Arah 1)

No. D (Jarak,m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω V

1. 3 6 12,28 12,3 11 0

2. 4 8 12,32 12,4 11 0

Percobaan 2. Grounding Tegak Lurus dengan kedalaman 2,5 m (Arah 2)

No. D (Jarak,m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω V

1. 3 6 12,48 12,5 11 0

2. 4 8 12,4 12,4 11 0

Percobaan 3. Grounding Tegak Lurus dengan kedalaman 1,25 m (Arah 1)

No. D (Jarak,m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω V

1. 3 6 - 54,3 53 0

2. 4 8 - 54,4 53 0

Percobaan 4. Grounding Tegak Lurus dengan kedalaman 1,25 m (Arah 2)

No. D (Jarak,m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω V

1. 3 6 - 54,4 53 0

2. 4 8 - 54,5 53 0

43
Percobaan 5. Grounding Paralel (Arah 1)

No. D (Jarak,m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω V

1. 3 6 10,44 10,5 9 0

2. 4 8 10,36 10,4 9 0

Percobaan 6. Grounding Paralel (Arah 2)

No. D (Jarak,m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω V

1. 3 6 10,41 10,4 9 0

2. 4 8 10,32 9,7 9 0

3.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum ini,yaitu melakukan percobaan pada modul 4 yang berjudul “Pengukuran
Tahanan Pembumian”. Dari judul yang dipaparkan dapat dijelaskan bahwa pengukuran
adalah suatu kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lainnya
menggunakan alat ukur dan dinyatakan dalam satuan. Tahanan adalah suatu hambatan yang
menghambat arus listrik mengalir. Sedangkan, pembumian adalah suatu sistem pengaman
peralatan-peralatan dan makhluk hidup dari sumber tenaga listrik seperti lonjakan arus
petir. Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu memahami prosedur penggunaan alat
“Digital Earth Resistance Tester” terhadap besaran-besaran yang akan diukur, memahami
prinsip pengukuran tegangan pembumian dan mengukur besarnya nilai tegangan
pembumian dan tahanan elektroda pembumian. Pada percobaan ini,peralatan dan
perlengkapan yang digunakan yaitu digital earth resistance tester, elektroda pembumian,
roll meter, kabel penghubung dan pasak bantu. Yang dilakukan pertama kali yaitu
mengecek kondisi baterai baik atau tidaknya. Lalu, memasang test probe dengan
memasukkan ujung tusuk (plug) probe ke terminal-terminal alat. Kemudian, menancapkan
pasak bantu pembumian yaitu pasak bantu P dan C ke dalam tanah. Kabel hijau
dihubungkan ke elektroda pembumian, kabel merah dihubungkan ke pasak bantu C dan
kabel kuning dihubungkan ke pasak bantu P. Jika kondisi tanah kering, maka siram dengan
air untuk melembabkannya.

Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran sebanyak 6 kali. Untuk pengukuran yang
pertama yaitu dilakukan pada grounding tegak lurus dengan kedalaman 2,5 m. Pada
percobaan pertama ini, jarak yang akan diukur itu ialah 3m, 4m, 6m dan 8m dengan nilai
tahanannya yaitu 20 Ω, 200 Ω dan 2000 Ω. Pada kondisi didapatkan nilai tahanan pada
jarak 3-6 m yaitu pada tahanan 20 Ω didapatkan 12,28 Ω, pada 200 Ω didapatkan nilainya
yaitu 12,3 Ω dan pada 2000 Ω didaptakan nilai tahanan pembumian nya yaitu 11 Ω.
Sedangkan, pada jarak 4-8 m, nilai yang didapatkan cenderung lebih besar yaitu pada 20 Ω
didapatkan nilai 12,32 Ω, pada 200 Ω didapatkan nilai tahanannya 12,4 Ω dan pada 2000

44
Ω didapatkan nilai tahanan pembumiannya 11 Ω. Untuk percobaan kedua pada grounding
tegak lurus arah 2 didapatkan nilai yang mendekati pada percobaan grounding tegak lurus
arah 1. Pada kondisi didapatkan nilai tahanan pada jarak 3-6 m yaitu pada tahanan 20 Ω
didapatkan 12,48 Ω, pada 200 Ω didapatkan nilainya yaitu 12,5 Ω dan pada 2000 Ω
didaptakan nilai tahanan pembumian nya yaitu 11 Ω. Sedangkan, pada jarak 4-8 m, nilai
yang didapatkan cenderung lebih besar yaitu pada 20 Ω didapatkan nilai 12,4 Ω, pada 200
Ω didapatkan nilai tahanannya 12,4 Ω dan pada 2000 Ω didapatkan nilai tahanan
pembumiannya 11 Ω.

Lalu,untuk percobaan ke-3 yaitu pada grounding tegak lurus arah 1 dengan kedalaman 1,25
m, didapatkan nilai tahanan pembumian yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai
tahanan pembumian pada grounding tegak lurus dengan kedalaman 2,5 m. Nilai yang
didapatkan yaitu pada jarak 3-6 m untuk 20 Ω didapatkan nilai OL (Over Load) atau beban
lebih. Hal itu terjadi karena pada resistor 20 Ω hanya bisa mengukur nilai tahanan yang
berkisar dari 0-19,9 Ω. Sedangkan, nilai tahanan yang terukur pada resistor 200 Ω yaitu
54,3 Ω. Lalu, pada resistor 2000 Ω nilai tahanan pembumian yang terukur yaitu 53 Ω.
Sedangkan, untuk jarak 4-8 m didapatkan nilai tahanan pada resistor 20 Ω, 200 Ω dan 2000
Ω yaitu Overload, 54,4 Ω dan 53 Ω. Lalu, untuk percobaan ke-4 yaitu pada grounding tegak
lurus arah 2 dengan kedalaman 1,25 m, didapatkan nilai yang didapatkan yaitu pada jarak
3-6 m untuk 20 Ω didapatkan nilai OL (Over Load) atau beban lebih. Hal itu terjadi karena
pada resistor 20 Ω hanya bisa mengukur nilai tahanan yang berkisar dari 0-19,9 Ω.
Sedangkan, nilai tahanan yang terukur pada resistor 200 Ω yaitu 54,4 Ω. Lalu, pada resistor
2000 Ω nilai tahanan pembumian yang terukur yaitu 53 Ω. Dan untuk jarak 4-8 m
didapatkan nilai tahanan pada resistor 20 Ω, 200 Ω dan 2000 Ω yaitu Overload, 54,5 Ω dan
53 Ω.

Selanjutnya, untuk percobaan ke-5 pada grounding paralel arah 1, didapatkan nilai tahanan
pada jarak 3-6 m yaitu sebesar 10,44 Ω untuk resistor 20 Ω, pada resistor 200 Ω didapatkan
nilai tahanan 10,5 Ω dan untuk resistor 2000 Ω didapatkan nilai 9 Ω. Sedangkan, untuk
jarak 4-8 m nilai tahanan yang terukur pada resistor 20 Ω, 200 Ω dan 2000 Ω yaitu 10,36
Ω, 10,4 Ω dan 9 Ω. Dan untuk percobaan ke-6 pada grounding pararel arah 2, nilai tahanan
yang didapatkan yaitu mendekati nilai tahanan yang didapatkan pada grounding pararel
arah 1, yaitu didapatkan nilai tahanan pada jarak 3-6 m yaitu sebesar 10,41 Ω untuk resistor
20 Ω, pada resistor 200 Ω didapatkan nilai tahanan 10,3 Ω dan untuk resistor 2000 Ω
didapatkan nilai 9 Ω. Sedangkan, untuk jarak 4-8 m nilai tahanan yang terukur pada resistor
20 Ω, 200 Ω dan 2000 Ω yaitu 10,32 Ω, 10,3 Ω dan 9 Ω..

Metode dalam pengukuran impedansi sistem pembumian ada tiga yaitu fall of
potensial,dimana pada metode ini terdapat elektroda,pasak bantu P dan pasak bantu
C,kedua yaitu two terminal,dimana pada metode ini terdapat elektroda dan pasak bantu P
dan C yang telah disatukan,dan yang ketiga yaitu three points,dimana letak elektroda,pasak
bantu P dan pasak bantu C berbentuk segitiga sama sisi.

Tujuan dari adanya pembumian adalah untuk mengalirkan arus gangguan ke


tanah,membuang arus statis ke tanah dan untuk pengaman dari tegangan langkah ataupun
tegangan sentuh. Lalu untuk menjaga keamanan system dan menjaga mahluk hidup dari
arus lebih.

45
Besar kecilnya nilai tahanan pembumian dapat dipengaruhi oleh kelembapan suatu tanah,
semakin lembap maka semakin bagus. Lalu kedalaman, karena,semakin dalam penancapan
elektroda pada suatu tanah, maka nilai tahanan akan semakin baik/semakin kecil atau
mendekati nilai yang seharusnya. Kemudia jenis tanah, jenis tanah bermacam-macam salah
satunya tanah liat, tanah liat bagus karena memiliki kandungan air dan mineral yang cukup,
tanah berpasir merupakan jenis tanah yang kurang baik karena kandungan air dan mineral
nya tidak baik sebab langsung meresap ke bawah, dan berlumpur, jemis tanah yang bagus
karena memiliki banyak air dan mineral tetapi keamananya kurang. Frekuensi dan tegangan
tidak berpengaruh terhadap nilai tegangan pembumian dan tahanan elektroda pembumian.

Dari hasil yang diperoleh dari percobaan, pada grounding tegak lurus dengan kedalaman
2,5 m lebih bagus dari grounding tegak lurus dengan kedalamam 1,25 m karena kedalaman
elektroda mempengaruhi nilai tahanan elektroda dan tegangan pembumian. Dan grounding
pararel merupakan yang paling bagus karena elektroda dipararel sehingga kedua elektroda
terbagi arusnya.

Dalam melakukan suatu kegiatan pengukuran,dapat terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu kesalahan dalam pembacaan hasil,adanya belitan
kabel/tidak lurus,efisiensi suatu alat ukur yang sudah berkurang dan lain sebagainya.
Lalu,apabila suatu tahanan pembumian pada daerah tertentu bernilai besar,maka hal-hal
yang harus dilakukan yaitu dengan memparalelkan elektroda,memilih kondisi tanah yang
lembab,menambah kedalam dalam penancapan elektroda dan pasak bantu dan memberikan
magnesium sulfat pada tanah untuk menambah kelembaban. Semakin lembab suatu
tanah,maka sifat resistivitas nya akan berkurang dan sifat konduktivitasnya akan
bertambah.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai tahanan
pembumian,maka semakin baik dalam sistem pengaman. Karena,ketika nilai tahanan kecil
maka sifat resistifitasnya kecil atau sifat menghambat arus listrik. Besar kecilnya nilai suatu
tahanan pembumian tergantung pada kedalaman elektroda,kelembaban suatu tanah atau
kadar air pada tanah. Semakin dalam elektroda ditanamkan dan semakin lembab keadaan
suatu tanah dengan kadar air yang banyak,maka sifat resistifitas akan berkurang atau nilai
tahanan pembumian semakin kecil yaitu mendekati nilai yang seharusnya yaitu < 5 Ω.
Sehingga,sifat konduktifitas atau kemampuan dalam mengalirkan arus listrik dengan baik
akan bertambah dan menyebabkan mudahnya arus gangguan mengalir ke tanah. Hal itulah
yang akan menyababkan suatu sistem aman dari gangguan.

4.2 SARAN

Mengingat pentingnya peran sistem pentanahan untuk menjaga keselamatan dan


kelangsungan penyaluran tenaga listrik,maka disarankan agar sebaiknya segera
dilakukan perbaikan nilai reisitansi pentanahan yang belum memenuhi standar PLN.

46
UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang-orang berjasa dalam pelaksaan praktikum


dan penulisan laporan ini. Terimakasih disampaikan kepada:
1. Allah Swt. yang selalu memudahkan proses pembuatan laporan ini.
2. Orang tua yang selalu menjadi motivasi semangat dalam melakukan hal baik
apapun.
3. Asisten laboratorium pengukuran besaran listrik yang membimbing dalam
pelaksaan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://pentanahan35.blogspot.com/2014/03/makalah-pentanahangrounding.html
2. https://direktorilistrik.blogspot.com/2017/03/jenis-jenis-pentanahan-sistem-
grounding-lengkap.html
3. https://puilsigit.blogspot.com/2013/11/metodepengukuran-tahanan-jenis-
tanah.html

47
PENGUKURAN TAHANAN PENGHANTAR

(KELVIN DOUBLE BRIDGE)


M. Wahyu Sholikin

2017-71-090

Kelompok 12D

D3 Teknik Elektro

Sekolah Tinggi Teknik-PLN Jakarta

E-mail: m.wahyusholikin12@gmail.com

ABSTRAK

Penulisan laporan instrumentasi dan pengukuran ini bertujuan untuk memahami


pengukuran tahanan dengan menggunakan “Kelvin Double Bridge”,memahami cara
mengukur tahanan konduktor dan menentukan nilai tahanan suatu bahan konduktor.
Adapun metode pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan secara langsung mengukur
tahanan penghantar yang menggunakan tiga jenis konduktor yaitu besi besar,besi kecil
dan tembaga sedang yang dihubungkan dengan probe ke alat ukur kelvin double bridge.
Jembatan double Kelvin adalah modifikasi dari jembatan Wheatstone, dimana terpasang
2 pasang ratio arm. Pada saat mengukur tahanan yang rendah menggunakan jembatan
Wheatstone maka tahanan dari sebuah penghantar tidak dapat diabaikan dan biasanya
dapat mempengaruhi pengukuran,untuk itu perlu digunakan beberapa modifikasi harus
dilakukan.

Kata kunci: Kelvin doble bridge,tahanan.

ABSTRACT

The writing of this instrumentation and measurement report aims to understand the
measurement of resistance using the "Kelvin Double Bridge", understand how to measure
the resistance of a conductor and determine the value of resistance of a conductor material.
The data collection method is carried out by directly measuring the resistance of
conductors using three types of conductors namely large iron, small iron and medium
copper which are connected by a probe to the Kelvin double bridge gauge. The Kelvin
double bridge is a modification of the Wheatstone bridge, which has 2 pairs of ratio arms
installed. When measuring low resistance using the Wheatstone bridge, the resistance of a
conductor cannot be ignored and usually can affect the measurement, for this reason some
modification must be used.

Keywords: Kelvin doble bridge, prisoners

48
1. PENDAHULUAN
Pengukuran adalah suatu kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lainnya
menggunakan alat ukur dan dinyatakan dalam satuan. Tahanan adalah hambatan yang
menghambat arus listrik untuk mengalir. Penghantar adalah suatu komponen yang bisa
menghantarkan arus listrik dengan baik yang biasanya bersifat konduktor. Jenis penghantar
konduktor yang digunakan yaitu besi besar, besi kecil dan tembaga sedang. Tujuan dari
pengukuran ini yaitu untuk memahami pengukuran tahanan dengan menggunakan “Kelvin
Double Bridge”,memahami cara mengukur tahanan konduktor dan menentukan nilai
tahanan suatu bahan konduktor.
Pengukuran tahanan suatu penghantar/isolasi listrik sangat berguna untuk menentukan
kualitas dari penghantar/isolasi listrik tersebut. Dengan diketahuinya tahanan penghantar
berarti dapat menentukan rugi-rugi energi yang dapat terjadi selama penghantar listrik
tersebut dilalui arus listrik, serta dapar di tentukan besar tegangan jatuh yang terjadi.
Penghantar yang baik memiliki koefisien resistivitas yang kecil.Sampai dengan saat ini
jenis penghantar yang banyak dipakai adalah tembaga dan aluminium. Karena dari dua
jenis logam tersebut memiliki koefisien resistivitas yang kecil. Kelemahan dari logam
tersebut adalah memiliki daya tarik yang kecil.Oleh karena itu jenis penghantar untuk
saluran transmisi di beri tambahan kekuatan dari baja yang disebut ACSR (Alumunium
Cable Steel Reinforce). Beda halnya dengan isolasi, isolasi dibuat dengan nilai resistivitas
yang diusahakan sangat besar,sehingga dapat menahan tegangan kerja dengan baik agar
tidak tembus yang menyebabkan kerugian/keamanan.Dalam sistem tenaga listrik dikenal
berbagai macam tahanan, maka dalam pengukurannya memiliki cara yang berbeda juga.
Prinsip pengukuran tahanan kecil sangat berbeda dengan pengukuran untuk tahanan besar.

2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Metode Pengukuran

1. Alat Ukur Langsung


Alat ukur langsung adalah alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap,
sehingga hasil pengukuran dapat langsung diperoleh. Selain itu alat ukur langsung
dilengkapi dengan
skala ketelitian dengan tujuan untuk menambah keyakinan terhadap hasil pengukuran
yang
didapatkan. Biasanya alat ukur yang digunakan sudah dikalibrasikan dengan alat ukur
acuan, dan
memiliki kecermatan rendah hingga menengah , yaitu dengan kecermatan 1 mm hingga
0,02 mm.
Ada beberapa alat ukur langsung konvensional saat ini, yaitu :

a. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter.
Terdiri dari
dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pada jangka sorong terdapat dua jenis
skala, yaitu skala

49
utama dan juga skala nonius. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada
keahlian dan
ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital.
Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorong di
bawah 30 cm
dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.

Metode pembacaan hasil pengukuran jangka sorong :


Metode 1. Persiapan
- Memastikan alat dalam keadaan baik diantaranya dengan melakukan proses zeroizing
dan kalibrasi
dengan alat yang sudah ada, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menstandarkan alat
ukur yang akan digunakan.
- Untuk jangka sorong dengan sekrup pengunci, diharuskan membuka sekrup
pengunci untuk
melakukan pengukuran. Sekrup pengunci ada agar hasil pengukuran yang telah
dilakukan tidak
menggeser dimensi yang telah terbaca sebelumnya.
- Membersihkan alat, yaitu pada daerah sekitar rahang geser, karena jika terdapat
kotoran maka akan
menghasilkan pengukuran yang tidak akurat dan teliti serta mengurangi kepercayaan hasil
pengukuran.

Metode 2. Pembacaan hasil pengukuran


- Memastikan rahang jangka sorong telah menempel pada objek ukur dengan
benar tidak terjadi kemiringan dan pergeseran.
- Untuk mengukur diameter, maka rahang geser harus menempel dengan benar,
sedangkan untuk mengukur kedalaman dilakukan dengan tangkai ukur yang harus tegak
lurus terhadap bidang dari dasar objek ukur.
- Membaca hasil pengukuran dengan benar Sebagai contoh seperti pengukuran dibawah
ini bagian bawah merupakan skala nonius dengan ketelitian 0,01 cm. dan bagian garis
atas adalah skala utama. Angka dari angka nol pada skala nonius berada diantara 1,9 dan
2 cm, maka dapat disimpulkan bahwa nilai pengukuran pada skala utama yang terlihat
adalah 1,9 cm.
Langkah selanjutnya adalah membaca hasil pengukuran pada skala nonius, yaitu
pada garis bagian bawah. Untuk melihat pengukuran nilai dari skala nonius yaitu dengan
melihat garis pada skala nonius yang berhimpit dengan garis pada skala utama. garis yang
berhimpitan adalah garis tepat yang menjadi acuan hasil pengukuran pada skala nonius.
Pada gambar diatas terlihat bahwa garis yang berhimpit dengan skla utama adalah nilai 8.
Lalu panjang dari objek ukur dilakukan dengan persamaan :

(1)

50
Keterangan :
Ltotal = Panjang Objek ukur (cm)
LUtama = Nilai pada skala utama ( cm)
Lnonius = Nilai pada skala nonius (nilai x skala)(cm)

b. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang cukup presisi.
Mikrometer
mempunyai tingkat ketelitian hinggan 0,01 mm. Penggunaan mikrometer sekrup
biasanya untuk
mengukur diameter benda melingkar yang kecil seperti kawat atau kabel.

Metode pengukuran dengan Mikrometer Skrup :


Metode 1. Persiapan
- Memastikan alat dalam keadaan baik diantaranya dengan melakukan proses
zeroizing dan kalibrasi
dengan alat yang sudah ada, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menstandarkan alat
ukur yang akan digunakan.
- Membersihkan alat, yaitu pada daerah sekitar skrup pemutar, karena jika terdapat
kotoran maka akan mengkasilkan pengukuran yang tidak akurat dan teliti serta
mengurangi kepercayaan hasil pengukuran.

Metode 2. Pembacaan Hasil Pengukuran


- Memastikan rahang Geser dan rahang tetap telah menempel pada objek ukur dengan
benar tidak terjadi
kemiringan dan pergeseran, hal itu dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasikan hasil
pengukuran
yang didapat agar memiliki kesalahan pengukuran yang relatif kecil.
- Membaca hasil pengukuran dengan benar
Pada skala utama terdapat garis pada bagian atas yang menunjukkan angka utama,
sedangkan pada garis bagian bawah menunjukkan angka setengahnya. Pada bagian skala
nonius terdapat angka sebanyak 50 garis yang menunjukkan bahwa jika pada sekala
utama setengah garis utama akan dilalui sepanjang 50 garis pada skala nonius. Sebagai
contoh pada gambar dibawah ini, garis pada skala utama menunjukkan garis melewati 6,5
mm, sedangkan pada skala nonius terdapat garis yang berhimpit dengan garis sumbu
skala utama, dan menunjukkan angka 44.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengulangan dengan alat yang sama, jika hasil
yang didapatkan tetap sama, maka dilanjutkan ke perhitungan dimensi dari objek ukur.

2. Alat Ukur Tak Langsung


Alat ukur tak langsung merupakan alat ukur yng berjenis pembanding, standar, dan alat
ukur bantu. Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu
objek ukur dibandingkan dengan ukuran standard dapat digunakan untuk menentukan
dimensi objek ukur. Karena alat ukur pembanding umumnya memiliki kecermatan

51
yang tinggi dan alat ukur standard memiliki kualitas yang bisa diandalkan, maka proses
pengukuran tak langsng dapat dilakukan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil
yang cermat, teliti, dan tepat. proses pengukuran tak langsung uumnya berjalan dengan
waktu yang lama, namun yang dihasilkan dapat dipercaya ketepatannya. Salah satu alat
ukur tak langsung konvensional saat ini yag masih digunakan adalah profil projector.
Profile projector ini bisa digunakan apabila kita ingin melakukan terhadap benda uji yang
memiliki ukuran cukup kecil (1-20mm), alat ini bisa digunakan untuk melakukan
pengukuran panjang dan sudut dari suatu benda yang akan sangat susah apabila diukur
menggunakan alat ukur panjang atau sudut konvensional. Profile projector memiliki
ketelitian pengukuran panjang 1 mikrometer dan sudut sampai 1 menit. Secara garis besar
Prinsip kerja dari alat ukur ini adalah dengan memproyeksikan benda uji yang sudah
diperbesar ke layar kaca (yang tingkat fokusnya bisa diganti) yang memiliki garis silang
yang saling tegak lurus.

Metode pengukuran dengan profile projector :


Metode 1. Persiapan
a. Memastikan alat telah terkalibrasi dengan baik dan alat masih dapat digunakan
dibuktikan dengan perawatan alat secara berkala.
b. Menaruh objek ukur dengan benar, sehingga mudah untuk menghasilkan pengukuran
yang dilakukan dapat secara sistematis, dan hasilnya dapat dipercaya.
Metode 2. Pembacaan hasil pengukuran
a. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menghidupkan cahaya proyektor
untuk mendapatkan hasil bayangan pada display lensa proyektor.

2.2 Rumus Hambatan Jenis Pada Suatu Penghantar


Berdasarkan suatu percobaan, Ohm juga merumuskan bahwa hambatan R kawat logam
berbanding lurus dengan panjang l, berbanding terbalik dengan luas penampang lintang
kawat A, dan bergantung kepada jenis bahan tersebut. Secara matematis rumus hambatan
jenis suatu pengantar dituliskan seperti:

Dengan keterangan:

R = hambatan kawat penghantar (Ω).


l = panjang sebuah kawat penghantar (m).
A = luas penampang lintang penghantar (m2).
ρ = hambatan jenis kawat penghantar (Ω.m).

52
Gambar Kelvin Double Bridge

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Percobaan 1
Konduktor Besi (Besar)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1 15.33
2 15.46
3 15.40 76.76 4625.29
4 15.34
5 15.23

No l (m) Rx (Ω) ρ (Ω mm²/m)


1 1 1.2 x 10-3 55.5 x 10-1
2 1.2 1.45 x 10-3 55.9 x 10-1
3 1.4 1.8 x 10-3 59.5 x 10-1

Percobaan 2
Konduktor Tembaga (Sedang)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1 3.96
2 3.99
3 3.73 3.874 11.78
4 3.98
5 3.71

53
No l (m) Rx (Ω) ρ (Ω mm²/m)
1 1 1.8 x 10-3 0.21 x 10-1
2 1.2 2.15 x 10-3 0.21 x 10-1
3 1.4 2.5 x 10-3 0.21 x 10-1

Percobaan 3
Konduktor Tembaga (Kecil)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1 2.65
2 2.64
3 2.48 3.164 7.86
4 2.64
5 2.61

No l (m) Rx (Ω) ρ (Ω mm²/m)


1 1 2.98 x 10-3 0.23 x 10-1
2 1.2 3.55 x 10-3 0.23 x 10-1
3 1.4 4.15 x 10-3 0.23 x 10-1

3.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu melakukan percobaan pada modul 5 yang berjudul
“Pengukuran Tahanan Penghantar”. Dari judul yang dipaparkan dapat dijelaskan bahwa
pengukuran adalah suatu kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lainnya
menggunakan alat ukur yang dinyatakan dalam satuan. Tahanan itu sendiri artinya adalah
suatu hambatan pada aliran arus listrik. Dan penghantar itu sendiri adalah suatu komponen
yang bersifat konduktifitas (konduktor) yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
Pada percobaan ini,digunakan 3 jenis penghantar yaitu besi besar,besi kecil dan tembaga
sedang. Adapun tujuan yang hendak dicapai pada percobaan ini yaitu memahami
pengukuran tahanan dengan menggunakan “Kelvin Double Bridge”,memahami cara
mengukur tahanan konduktor dan menentukan nilai tahanan suatu bahan konduktor.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan saat percobaan yaitu alat pengukuran nilai
tahanan suatu bahan penghantar (Kelvin Double Bridge),bahan penghantar yang akan
diukur tahanannya,mikrometer sekrup,roll meter,jumper dan baterai extra bila diperlukan.

Saat melakukan pengukuran dengan Kelvin Double Bridge kesalahan itu disebabkan oleh
beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran
diantaranya yaitu jarak pada pengukuran kurang tepat atau teliti, pengenolan pada
galvanometer yang dimana pada saat pengenolan tidak tepat nol karena kesalahan
praktikan, kurang berfungsinya alat dengan baik dan kurang akurat, ketelitian praktikan
saat pembacaan alat ukur, dan kondisi penghantar yang sudah kurang efisien dimana
tembaganya tidak lurus yang menyebabkan nilai diameter berbeda-beda.

54
Cara lain untuk menghitung tahanan jenis penghantar, selain dengan menggunakan Kelvin
Double Bridge, yaitu dengan jembatan Wheatstone dan Dimmeter. Jembatan Wheatstone
adalah rangkaian jembatan yang paling sederhana dan paling umum.Rangkaian ini
digunakan dalam aplikasi pengkondisi sinyal dimana transdusermengubah tahanan dengan
perubahan variabel dinamik.Beberapa modifikasi dari jembatan dasar ini juga dipakai
untuk aplikasi spesifik lainnya.Dalam aplikasi paling modern, detektor setimbang adalah
amplifier diferensial impedansi input sangat tinggi.Dalam beberapa kasus, Galvanometer
yang sensitif dengan impedansi yang relatif rendah bisa digunakan, khususnya untuk
kalibrasi atau instrumen-instrumen pengukuran tunggal. Rangkaian Jembatan Wheatstone
merupakan rangkaian yang terdiri dari resistor dan catu daya (power supply).Jembatan
wheatstone sendiri adalah rangkaian jembatan yang pada umunya digunakan untuk
mengukur presisi tahanan dengan nilai 1 ohmsampai dengan mega ohm.Pada umumnya
rangkaian jembatan wheatstone banyak digunakan untuk menghitung resistansi yang tidak
diketahui dengan bantuan dari rangkaian jembatan.Dua kaki yang terdapat pada rangkaian
wheatstone harus disimpan seimbang dan satu kaki yang lainnya termasuk resistansi yang
tidak di ketahui.Prinsip dasar dari jembatan wheatstone adalah keseimbangan. Sifat umum
dari arus listrik adalah arus akan mengalir menuju polaritas yang lebih rendah. Jika terdapat
persamaan polaritas antara kedua titik maka arus tidak akan mengalir dari kedua titik
tersebut. Dalam rangkaian dasar jembatan wheatstone penghubung kedua titik tadi disebut
sebagai jembatan wheatstone.

Pengukuran Tahanan
Pengukuran tahanan dapat diklasifikasikan berdasarkan besarnya tahanan yang akan
diukur. Klasifikasi besar tahanan adalah sebagai berikut :
1. Tahanan rendah, yaitu tahanan yang bernilai lebih kecil dari 1 ohm
2. Tahanan sedang, yaitu tahanan yang bernilai antara 1 sampai dengan 100.000 ohm
3. Tahanan besar, yaitu tahanan yang bernilai lebih besar dari 100.000 ohm

Pengukuran Tahanan Rendah


Tahanan rendah, yaitu tahanan yang bernilai lebih kecil dari 1 ohm. Pengukuran ini harus
dilakukan dengan ketelitian yang cukup tinggi. Hal ini dilaksanakan karena nilai tahanan
yang diukur sangat kecil.
Beberapa metoda pengukuran tahanan rendah antara lain:
1. Amperemeter-Voltmeter Method
2. Kelvin Double Bridge Method
3. Ohmmeter Method

Pengukuran Tahanan Rendah dengan Metoda Amperemeter – Voltmeter


Pengukuran tahanan rendah dilakukan dengan cara mengukur arus yang melewati tahanan
tersebut dan mengukur drop tegangan di antara tahanan tersebut dalam suatu rangkaian
kemudian dihitung harga tahanannya sesuai dengan rumus V = IR.

Pengukuran dengan metode ini mempunyai tingkat ketilitian yang rendah. Hal itu
disebabkan oleh:
1. Apabila Voltmeter dipasang paralel sebelum Amperemete, maka sesungguhnya
tegangan yang terukur oleh Voltmeter sesungguhnya adalah tegangan dari tahanan dalam

55
amperemeter dan beban, yang terhubung seri.
2. Apabila Amperemeter dipasang seri sebelum Voltmeter, maka sesungguhnya arus yang
terukur oleh Amperemeter adalah penjumlahan arus yang masuk ke tahanan dalam
Voltmeter dan beban, yang terhubung paralel.

Pengukuran Tahanan Rendah dengan Metoda Jembatan Dobel Kelvin


Jembatan double Kelvin adalah modifikasi dari jembatan Wheatstone, dimana terpasang 2
pasang ratio arm. Ditemukan oleh William Thomson. Jembatan Dobel Kelvin ini
biasanya digunakan untuk mengukur tahanan yang <1Ω. Cara kerjanya sama dengan
jembatan Wheatstone, hanya tahanan yang dipakai bukan 4 tetapi 7.
Pada saat mengukur tahanan yang rendah menggunakan jembatan Wheatstone maka
tahanan dari sebuah penghantar tidak dapat diabaikan dan biasanya dapat mempengaruhi
pengukuran, untuk itu perlu digunakan beberapa modifikasi harus dilakukan.
Jika rasio dari R 3 / R 4 dan R 1 / R 2 seimbang dan senilai, maka Jembatan kelvin akan
menjadi seimbang, maka akan didapat keadaan seperti pada jembatan Wheatstone.

Sebagai hasil modifikasi ini maka didapatkanlah alat ukur baru Jembatan double Kelvin.
Terdapat banyak alat- alat yang menggunakan prinsip ini mencapai keakuratan 2% dari
tahanan dengan range 0.0017Ω - 25Ω. Bahkan banyak ohmmeter pun menggunakan
prinsip ini guna untuk membeperbesar range ukur.

Pengukuran Tahanan Rendah dengan Metoda Ohmmeter


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan ohmmeter khusus untuk mengukur tahanan
rendah, yaitu Ducter Ohmmeter. Ducter ohmmeter khusus untuk mengukur tahanan
rendah dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Ketika mengukur tahanan nenggunakan ohm meter, kita harus memastikan :
1. Tidak ada sumber tegangan di rangkaian.
2. Tahanan tidak terhubung seri ataupun paralel dengan resistor lain.

Pengukuran Tahanan Medium


Tahanan medium, yaitu tahanan yang bernilai lebih antara 1 sampai 100.000 ohm.
Beberapa metoda pengukuran tahanan medium antara lain:
1. Amperemeter-Voltmeter Method
2. Wheatstone Bridge Method
Pengukuran Tahanan Medium dengan Metoda Amperemeter – Voltmeter
Untuk cara ini, pemasangan rangkaian dan prinsip kerjanya sama dengan pengukuran
tahanan rendah menggunakan metoda Amperemeter - Voltmeter. Tingkat ketelitiannya
juga paling rendah.

Pengukuran Tahanan Medium dengan Metoda Jembatan Wheatstone


Jembatan Wheatstone ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada tahun 1833 kemudian
diimprovisasi dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843. Ini
biasanya digunakan untuk mengukur tahanan yang harganya tidak diketahui dengan
menyeimbangkan 2 kaki dari sebuah rangkaian jembatan, dimana salah satu dari kaki
tersebut terdapat tahanan yang harganya tidak diketahui.
Di dalam sirkuit di bawah, pada sisi kanan R x adalah tahanan yang tidak diketahui

56
harganya, R 1 , R 2 dan R 3 adalah tahanan yang telah diketahui harganya, dan R 2 adalah
sebuah potensiometer (R variabel). Jika rasio dari kedua tahanan di dalam kaki yang
diketahui harganya ( R 2 / R 1 ) sama dengan rasio dari kaki yang tidak diketahui
harganya ( R x / R 3 ), maka tegangan di 2 titik tengah (B dan D) akan menjadi 0 dan
tidak akan ada arus yang mengalir kedalam galvanometer. R 2 terus diatur hingga kondisi
seprti yang disebutkan di atas dapat terpenuhi. Arah galvanometer akan menunjukan
apakah R 2 terlalu tinggi atau teralu rendah.
Pengukuran Tahanan Tinggi
Seringkali pada pengukuran tahanan rendah, tahanan dari penghantar-penghantar, gaya
gerak listrik termis adalah sumber kesalahan utama. Tetapi pada pengukuran tahanan
tinggi yang jadi masalah adalah arus-arus bocor. Sehingga cara-cara untuk memperoleh
pengukuran yang akuratpun berbeda-beda. Untuk mengukur tahanan tinggi digunakan
alat yang disebut dengan mega ohm meter, pada dasarnya prinsip kerja mega omh meter
sama dengan ohm meter biasa tetapi memiliki sensitifitas yang tinggi, dan ada sedikit
perbedaan dalam rangkaian.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukannya percobaan kita dapat menyimpulkan bahwa penggunaan dari alat
ukur Kevin Double Bridge, dimana alat ukur ini merupakan alat untuk megukur tahanan
jenis penghantar dan nilai yang didapatkan pada setiap penghantar berbeda tergantung dari
bahan pada penghantarnya. Penghantar yang baik adalah memiliki tahanan jenis yang
kecil, contohnya;emas,tembaga,dan perak. Kelvin Double Bridge ini adalah modifikasi
dari Jembatan Wheatstone yang mempunyai 7 tahanan dimana alat ukur ini dapat
mengukur tahanan dengan range 0.0017Ω - 25Ω, sehinngga alat ini lebih teliti kinerjanya
dari pada alat ukur Jembatan Wheatstone.

4.2 SARAN

Berdasarkan percobaan yang sudah kita lakukan banyak sekali kesalahan pada saat
pengkuran dikarenak alat yang kurang baik lagi kondisinya,sebaiknya alat yang
digunakan diperbaikin atau dites dahulu sebelum dipakai.
reisitansi pentanahan yang belum memenuhi standar PLN.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang-orang berjasa dalam pelaksaan praktikum


dan penulisan laporan ini. Terimakasih disampaikan kepada:
1. Allah Swt. yang selalu memudahkan proses pembuatan laporan ini.
2. Orang tua yang selalu menjadi motivasi semangat dalam melakukan hal baik
apapun.
3. Asisten laboratorium pengukuran besaran listrik yang membimbing dalam
pelaksaan praktikum.

57
DAFTAR PUSTAKA
1. http://muhammadluthfibaidhowi.blogspot.com/2014/11/jembatan-
wheatstone.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Kelvin
3. http://electricsourcestation.blogspot.com/2009/06/pengukuran-tahanan.html

58

Anda mungkin juga menyukai