Anda di halaman 1dari 19

INSTALASI REL ATAU BUSBAR

Busbar adalah bentuk besarnya dari isi kabel (tembaga). Fungsinya tetap sama, yaitu menghantarkan
listrik.

Ini foto-foto busbar.

panel dari depan, dimana busbar terkonek dengan ACB.

Busbar
penampakan busbar dari samping

busbar 3 fasa yang terkonek (R, S, dan T)


busbar dari belakang panel, 3 fasa + 1 netral

Busbar dapat diganti dengan kabel. Perbedaan busbar dan kabel hanya di bagian pelindungnya atau
isolator. Jika busbar ‘telanjang’, sedangkan kabel ada ‘baju’nya. Namun, karena kabel sangat
merepotkan untuk di dalam panel, maka digunakanlah busbar.

Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya karena busbar telanjang, dan siapapun yang
memegangnya saat ada aliran listrik, dapat menyebabkan kematian.

Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan tempat-tempat yang bisa dilihat manusia,
digunakan busbar yang memakai baju atau disebut kabel.

Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan
listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik. Ada pula yang
mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur transmisi, sumber generasi, dan
beban distribusi bertemu. Karena konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di dekat busbar cenderung
memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat besarnya, maka jika ada kesalahan
memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi perlindungan busbar untuk membatasi kerusakan
peralatan tersebut. Namun, kliring berkecepatan tinggi harus seimbang terhadap kebutuhan untuk
keamanan. Tersandung salah untuk kesalahan eksternal dapat menyebabkan gangguan besar, dan
membahayakan stabilitas daya sistem. Besarnya kesalahan yang tinggi meningkatkan kemungkinan CT
saturasi selama kesalahan eksternal dekat dengan busbar, dan CT saturasi meningkatkan kemungkinan
operasi yang salah dari perlindungan busbar.

Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi bus. Banyak busbar menghubungkan
semua sirkuit untuk satu segmen umum dari busbar. Komplikasi untuk bus ini adalah hanya jumlah sirkuit
terhubung. Namun, busbar tertentu mungkin memiliki beberapa segmen bus, dengan sirkuit individu yang
terhubung ke segmen bus yang berbeda tergantung pada kebutuhan operasi. Untuk bus kompleks
seperti, perlindungan busbar harus mampu melindungi setiap segmen bus individual, dan dinamis
melacak sirkuit terhubung ke segmen bus tertentu. Semua generator sinkron pada pusat pembangkit
listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil
maupun yang mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.

Mayoritas kesalahan busbar melibatkan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan muncul dari berbagai
banyak. Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar dari kesalahan manusia dan bukan
kegagalan komponen switchgear.

Semua generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik.
Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel
ini. 

1. Rel tunggal pada pusat pembangkit Rel tunggal


adalah susunan rel yang sederhana dan relatif paling murah, tetapi memiliki kelemahan dalam hal
keandalan, dan kontinuitas pelayanan serta kurang fleksibel dalam pengoperasiannya. Jika terjadi
kerusakan pada rel, seluruh pusat listrik harus dipadamkan jika akan melakukan perbaikan. Rel tunggal
paling baik jika digunakan hanya pada pusat pembangkit listrik yang tidak begitu penting peranannya
dalam sistem. 

2. Rel Ganda dengan Satu PMT 


Hubungan ke rel 1 atau rel 2 dilakukan melalui PMS. Rel ganda umumnya dilengkapi dengan PMT
beserta PMS-nya yang berfungsi menghubungkan rel 1 dan rel 2. Dengan rel ganda, sebagian instalasi
dapat dihubungkan ke rel 1 dan sebagian lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut (rel 1 dan rel 2) dapat
dihubungkan paralel atau terpisah dengan cara menutup atau membuka PMT Kopel. Dengan cara ini
fleksibilitas pengoperasian bertambah terutama sewaktu menghadapi gangguan yang terjadi dalam
sistem. Sebagian dari unit pembangkit atau beban dapat dihubungkan ke rel 1 dan lainnya ke rel 2.
Apabila salah satu unit pembangkit atau salah satu beban akan dipindah rel, terlebih dahulu PMT-nya
harus dibuka, selanjutnya disusul pembukaan PMS rel yang akan dilepas, baru memasukkan PMS rel
yang dituju, urutannya tidak boleh dibalik. Apabila terbalik, maka akan terjadi hubungan paralel antara rel
1 dan rel 2 yang belum tentu sama tegangannya dan berbahaya. Setelah selesai melakukan pemindahan
posisi PMS, PMT dimasukkan. Untuk unit pembangkit, pemasukan PMT harus melalui proses
sinkronisasi.

3. Pusat pembangkit listrik dengan dua PMT


Rel ganda dengan dua PMT sama seperti rel ganda dengan satu PMT, tetapi semua unsur dapat
dihubungkan ke rel 1 atau rel 2 atau dua-duanya melalui PMT sehingga fleksibilitasnya lebih baik tinggi.
Pusat pembangkit listrik dengan rel ganda menggunakan dua PMT (PMT Ganda). Pemindahan beban
dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa pemadaman, karena dengan adanya 2 buah PMT (masing-
masing satu PMT untuk setiap rel) pemindahan beban dilakukan dengan menutup rel yang dituju,
kemudian membuka PMT rel yang dilepas. Rel 1 dan rel 2 tegangannya sama, baik besarnya maupun
phasanya, setelah itu PMT harus masuk.

4. Rel dengan PMT 1½


Rel dengan PMT 1½ adalah rel ganda dengan 3 buah PMT di antara dua rel. Jika rel-rel diberi identifikasi
sebagai rel A dan rel B, maka PMT yang dekat dengan rel A diberi identifikasi sebagai PMT A1, PMT A2,
dan seterusnya. PMT yang dekat rel B diberi identifikasi sebagai PMT B1, PMT B2, dan seterusnya. PMT
yang di tengah disebut PMT diameter dan diberi identifikasi sebagai PMT AB1, PMT AB2, dan
seterusnya. Bagian-bagian dari instalasi dihubungkan pada titik-titik yang letaknya antara PMT A dengan
PMT B dan pada titik-titik yang letaknya antara PMT B dengan PMT AB. Dibandingkan dengan rel-rel
sebelumnya, rel dengan PMT 1½ ini memiliki keandalan paling tinggi. 
Jika rel A mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A beserta PMS-nya, daya
tetap dapat disalurkan secara penuh. Jika rel B mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT
bernomor B beserta PMSnya, daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Apabila rel A dan Rel B
mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A dan PMT bernomor B beserta PMS-
nya, daya tetap bisa disalurkan walaupun dengan fleksibilitas pembebanan yang berkurang.

Rel (Busbar)
Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran
transmisi distribusi listrik. Dimana suatu sistem tenaga yang dipusatkan pada
suatu tempat berisi saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung
bagi, transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan control.
Fungsi utama dari gardu induk :
1. Mentransformasikan daya listrik : 
 Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).

Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70


KV).
 Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70
KV/20KV).
 Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui
tegangan tinggi dan ke gardu distribusi - gardu distribusi, setelah melalui
proses penurunan tegangan melalui penyulang - penyulang (feeder -
feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN),
yangkita kenal dengan istilah SCADA.
Jenis Gardu Induk dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
 Berdasarkan besaran tegangannya
 Berdasarkan pemasangan peralatan
 Berdasarkan fungsinya
 Berdasarkan isolasi yang digunakan
 Bedasarkan sistem rel (busbar)
Namun, pada makalah ini saya hanya membahas tentang Jenis Gardu Induk
berdasarkan sistem rel (busbar).
Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel (Busbar)
Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara
transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk
menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar),

gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah
ini:
2.1.1 Gardu Induk sistem ring busbar
Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk
jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu
dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).
Gambar 1 : Gardu Induk Ring (Cincin)
2.1.2 Gardu Induk sistem single busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada
ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi.
10 
Gambar 2 : Gardu Induk Single Busbar
2.1.3 Gardu Induk sistem double busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk
sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya
pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem
(manuver sistem). Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak
digunakan.
11 
Gambar 3 : Gardu Induk Double Busbar
2.1.4 Gardu Induk sistem satu setengah (one half) busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada
umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit
tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi
operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat mengurangi
pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem (manuver
system). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang
terpasang secara deret (seri).
12 
Gambar 4 : Gardu Induk Satu Setengah (One Half) Busbar
2.2 Penghantar Listrik
Penghantar listrik adalah media penghantar tenaga listrik dari sumber
tegangan listrik ke peralatan yang menggunakan tenaga listrik atau
menghubungkan suatu peralatan listrik ke peralatan listrik lainnya.
Kawat adalah sebuah penghantar masif (single solid conductor) atau
beberapa buah yang tergabung menjadi satu dan terbungkus oleh bahan
isolasi. Sedangkan, kabel adalah penghantar listrik 2 atau lebih yang masing-
13 
masing terbungkus bahan isolasi yang terpisah satu sama lainnya kemudian
bersama-sama terbungkus isolasi (multi conductor cable).
2.2.1 Sifat Dasar Penghantar
Berapa sifat penting yang dimiliki penghantar ialah : tahanan jenis
listrik, koefisien suhu tahanan, daya hantar panas, kekuatan tegangan
tarik, dan timbulnya daya elektro-motoris termo.
a. Daya Hantar Listrik
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar selalu mengalami
hambatan dari penghantar itu sendiri. Besar hambatan tersebut
tergantung dari bahannya. Besar hambatan tiap meternya dengan
luas penampang 1 mm
2
pada temperatur 20 
0
C dinamakan
hambatan jenis. Besarnya hambatan jenis suatu bahan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
R = L/Aρ atau = R A/lρ
Dimana :
R : besar tahanan salam satuan ohm
14 
l : panjang kawat dalam satuanmeter
q : penampang kawat dalam satuan mm
2
(rho): tahanan jenisρ
Sedangkan daya hantar (conductivity) merupakan inverse dari
resistivity.
= 1/ σ ρ
Dengan satuan Siemens per meter (S/m)
b. Koefisien Suhu Tahanan
Suatu bahan akan mengalami perubahan volume apabila terjadi
perubahan suhu, bahan akan memuai jika suhu naik dan menyusut
jika suhu dingin, tentunya akan mempengaruhi besar nilai
tahanannya, yang dapat dihitung dengan persamaan :
R=R
0
{ 1 + (t – tα
0
)}
Dimana :
R
0
= besar tahanan awal (ohm)
R = besar tahanan akhir (ohm)
t

= suhu awal (0C)
t = suhu akhir (0C)
α = koefisien suhu tahanan
15 
Nilai tahanan jenis, berat jenis dan titik cair dari bermacam-macam
bahan dapat dilihat pada table
Koefisien Suhu Tahanan
Bahan penghantar yang paling banyak dipakai adalah tembaga,
karena tembaga merupakan bahan penghantar yang paling baik
setelah perak dan harganya pun murah karena banyak terdapat.
Akhir-akhir ini banyak digunakan Aluminium dan Baja sebagai
penghantar walaupun tahanan jenisnya agak besar, hal ini dengan
pertimbangan sangat berlimpah dan harganya menjadi lebih murah.
c. Daya Hantar Panas
Daya hantar panas ini menunjukkan jumlah panas yang melalui
lapisan bahan tiap satuan waktu dalam satuan kkal/jam˚C.
Terutama diperhitungkan dalam pemakaian mesin listrik beserta
16 
perlengkapanya. Pada umumnya logam mempunyai daya hantar
panas yang tinggi sedangkan pada bahan-bahan bukan logam
rendah.
d. Kekuatan Tegangan Tarik
Sifat mekanis ini penting untuk hantaran di atas tanah, maka bahan
yang dipakai harus diketahui kekuatannya lebih-lebih menyangkut
tegangan tinggi. Penghantar listrik dapat berbentuk padat, cair, atau
gas. Yang berbentuk padat umumnya logam, elektrolit dan logam
cair (air raksa) merupakan penghantar cair, dan udara yang
diionisaikan dan gas-gas mulia (neon), kripton, dan sebagainya
sebagai penghantar bentuk gas.
e. Timbulnnya Daya Elektro Motoris-Termo
Sifat ini penting terhadap dua titik kontak yang terbuat dari dua
bahan yang berlainan, karena pada rangkaian arus akan terbangkit
daya elektro motoris-termo tersendiri bila ada perbedaan suhu.
Karena elektromotoris ini dapat tinggi, sehingga dapat
menyimpangkan daya pengukuran arus atau tegangan listrik yang
sangat kecil. Besarnya perbedaan tegangan yang terbangkit
tergantung dari sifat-sifat kedua bahandan sebanding dengan
perbedaan suhunya. Daya elektro-motoris yang terbangkit oleh
perbedaan suhu dinamakan : daya elektro motoris termo.
2.2.2 Macam-Macam Bahan Penghantar
Fungsi penghantar pada teknik listrik adalah untuk menyalurkan energi
listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar yang lazim digunakan
17 
antara lain : aluminium, tembaga, baja, wolfram, molibdenum, platina,
air raksa. Bahan-Bahan resistivitas Tinggi, timah hitam, bimetal, serat
optic.
a. Alumunium
Aluminium murni mempunyai massa jenis 2,7 g/cm
3
, = 1,4 x 10α
5
,
titik leleh 658˚C dan tidak korosif. Daya hantar aluminium sebesar
35 m/ohm.mm
2
atau kira-kira 61, 4 % daya hantar tembaga.
Aluminium murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan tariknya
hanya 9 kg/mm
2

Sifat logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena
lunaknya. Oleh karena itu kekuatan tarik dari kawat aluminium
lebih rendah dari kawat tembaga, yaitu setengah dari kekuatan tarik
kawat tembaga. Untuk itu kawat aluminium hanya dapat dipakai
pada gawang (span) yang pendek, sedangkan untuk gawang yang
panjang dapat digunakan kawat aluminium yang dipilin menjadi
satu dengan logam yang sejenis maupun yang tidak sejenis, agar
mempunyai kekutan tarik yang lebih tinggi. Oleh karena itu kawat
aluminium baik sekali digunakan sebagai kawat penghantar
jaringan.
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh suhu,
sehingga pada saat cuaca dingin regangan (stress) kawat akan
menjadi kendor. Agar kekendoran regangan kawat lebih besar,
biasanya dipakai kawat aluminium campuran (alloy aluminium
wire) pada gawang-gawang yang panjang. Selain itu kawat
aluminium tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan tidak
tahan akan air yang bergaram, untuk itu diperlukan suatu lapisan
dari logam lain sebagai pelindung. Juga kawat aluminium ini
mudah terbakar, sehingga apabila terjadi hubung singkat (short
circuit) akan cepat putus.
Karena itu kawat aluminium ini banyak digunakan untuk jaringan
distribusi sekunder maupun primer yang sedikit sekali mengalami
gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat
yang digunakan adalah kawat aluminium capuran dengan diperkuat
oleh baja (aluminium conductor steel reinforsed) atau (aluminium
clad steel).
b. Tembaga
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu 57
Ohm.mm
2
/m pada suhu 20˚C. Koefisien suhu tembaga 0,004 perα
˚C. Karakteristik resistisivitas tembaga terhadap suhu adalah tidak
linier seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting adalah
sebagai penghantar, misalnya : kawat berisolasi (NYA, NYAF),
kabel (NYM, NYY, NYFGbY), busbar, lamel mesin dc, cincin
seret pada mesin ac, dan lain-lain. Tembaga mempunyai ketahanan
terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis tembaga murni pada suhu
1920˚C adalah 8,96 g/cm3, titik cair 1083˚C. Kekuatan tarik tembaga
tidak tinggi berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm
2, kekuatan tarik
batang tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil
penampangnya untuk dijadikan kawat berisolasi atau kabel.
Berikut adalah tabel sifat logam penghantar jaringan.

Bentuk Kawat Penghantar Jaringan 


Dilihat dari bentuknya kawat penganta dapt diklasifikasikan menjadi 3
macam yaitu: kawat padat (solid wire), kawat berlilit (stranded wire),
dan kawat berongga (hallow wire).

a. Kawat Padat 

Kawat padat merupakan kawat tunggal yang berpenampang bulat


dan banyak dibuat dalam ukuran yang kecil, karena kawat padat
yang berpenampang besar akan kaku dan kokoh sehingga sukar
dibengkokkan dan tidak fleksibel. Oleh karena itu banyak sekali
kerugian-kerugian yang dimiliki bila dipakai kawat padat tersebut,
terutama bila terjadi kawat putus maupun bila terjadi proses korosi.

pada kawat, dan kawat padat ini mempunyai kekuatan tarik yang
rendah, sehingga tidak ekonomis penggunaannya.
Biasanya kawat padat ini digunakan untuk jaringan distribusi
sekunder atau jaringan pelayanan (service) ke konsumen, serta
untuk jaringan telepon maupun instalasi rumah dan gedung-
gedung. Walaupun digunakan untuk jaringan distribusi tegangan
rendah, hanya untuk gawang-gawang yang pendek. Penggunakan
kawat padat ini sudah mulai dihindari pemakaiannya, selain tidak
ekonomis juga pendistribusian tenaga listrik akan mengalami
hambatan-hambatan bila terjadi kawat putus, dan gejala-gejala
listrik lainnya. 

b. Kawat Berlilit 

Kawat berlilit merupakan sejumlah kawat padat yang dipilin secara


berlapis-lapis terkonsentris membentuk lingkaran dalam suatu
lilitan dengan penampang yang sama. Salah satu kawat yang
terdapat ditengah sebagai pusat kawat tidak ikut dipilin. Oleh karena itu kawat berlilit akan memiliki
ukuran yang besar, lebih
kaku dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi serta mudah
lentur.
Jenis kawat yang dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri dari satu
jenis kawat. Untuk meningkatkan sifat-sifat kawat berlilit ini
digunakan kawat yang terdiri dari beberapa macam kawat.
Kombinasi dari beberapa kawat penghantar ini disesuaikan dengan
penggunaan untuk jaringan tenaga listrik pada tegangan yang
dipakai. Makin tinggi tegangan suatu sistem makin disesuaikan
kombinasi kawat logam tersebut tanpa meninggalkan sifat logam
itu sebagai kawat penghantar. Kawat berlilit yang dikombinasikan
ini umumnya digunakan hanya untuk saluran transmisi tegangan
tinggi maupun untuk saluran tegangan ekstra tinggi (extra high
voltage) dan saluran tegangan ultra tinggi (ultra high voltage) untuk gawang-gawang yang lebar.
Pada jaringan distribusi yang banyak digunakan adalah kawat
aluminium berlilit atau kawat aluminium campuran berlilit.
Perbaikan mutu kawat aluminium ini akan menghasilkan kawat
tarikan keras (hard drawn), kekuatan mekanis tinggi dan beratnya
lebih ringan, walaupun konduktivitasnya agak rendah dari kawat
tembaga.

c. Kawat Berongga 

Kawat berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk suatu


lingkaran dimana ditengah kawat ini tidak ditempatkan satu
kawatpun, sehingga merupakan rongga yang kemudian ditunjang
oleh sebuah batang "I" (I beam) atau sebuah segmen berbentuk
cincin. Kawat berongga ini jarang sekali digunakan untuk jaringan
distribusi, selain mahal harganya juga sangat berat. Biasanya
digunakan pada gardu induk sebagai rel penghubung. Kerana kokoh
dan ukurannya besar, kawat ini mempunyai kekuatan mekanis yangsngat besar. Bentuk kawat 
berongga ini direncanakan untuk
menghindarkan terjadinya pangaruh kulit (skin effect) pada kawat
penghantar. 
Rugi Tegangan / Drop Voltage 
Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik
adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding
terbalik dengan penampang saluran. Kerugian ini dalam persen
ditentukan dalam batas-batas tertentu. Pada instalasi bangunan rugi
tegangan dihitung dari alat pengontrol adalah maksimum 2% untuk
instalasi penerangan dan maksimum 5% untuk instalasi tenaga listrik
seperti motor.

Kemampuan Hantar Arus (KHA) 


Kemampuan Hantar Arus dipengaruhi oleh suhu penghantar yang di
izinkan dan kondisi sekitar sejauh panas yang dipindahkan. Berarti
kemampuan hantar arus untuk masing-masing penghantar berbeda
ukuran dan spesifikasinya. KHA (Kekuatan Hantar Arus), dengan
melihat pada jenis isolasi dan cara pemasangannya; susut tegangan
maksimum sesuai impedansi kabel dan karakteristik beban; kinerja pada
hubungan pendek dari arus gangguan yang mungkin terjadi dan
karakteristik gawai proteksi; kekuatan mekanik dan pertimbangan fisik
lainnya.
Seperti yang disebutkan dalam PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 “Penghantar
sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA
kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Di samping itu, untuk
jarak jauh perlu digunakan penghantar yang cukup ukurannya hingga
tidak terjadi susut tegangan yang berlebihan. Penghantar sirkit akhir
untuk motor dengan berbagai daur kerja dapat menyimpang dari
ketentuan di atas asalkan jenis dan penampang penghantar serta
pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja tersebut.”
Faktor-faktor yang memperngaruhi nilai arus (KHA) adalah :
1. Arus desain, yaitu kabel harus membawa arus penuh
2. Tipe kabel seperti PVC, konduktor tembaga atau alumunium 
3. Kondisi instalasi atau penempatan kabel tersebut 
4. Temperature lingkungan
5. Tipe perlindungan, artinya berapa lama kabel harus membawa arus besar

Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara


transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya,
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.

Gardu Induk berdasarkan sistem rel (busbar) dibagi dalam 4 jenis : 

1. Gardu Induk sistem ring busbar


2. Gardu Induk sistem single busbar
3. Gardu Induk sistem double busbar
4. Gardu Induk sistem one half busbar

- Penghantar listrik adalah media penghantar tenaga listrik dari sumber


tegangan listrik ke peralatan yang menggunakan tenaga listrik atau
menghubungkan suatu peralatan listrik ke peralatan listrik lainnya.
- Beberapa sifat penting penghantar listrik :
1. Daya Hantar Listrik
2. Koefisien Suhu Tahaanan 

PMT (Pemutus Tenaga/Circuit Breaker) adalah sebuah alat yang digunakan untuk


memutuskan atau menyambungkan peralatan-peralatan listrik dalam kondisi bertegangan,
artinya sistem masih beroperasi. Ketika PMT bekerja (memutus/menyambung), dan karena
masih terdapat tegangan, terjadi busur api (arc) di konduktor di dalam chamber  PMT. Busur
api ini jika tidak segera dipadamkan akan merusak peralatan, sehingga dalam PMT terdapat
media pemadam busur api. Medianya bermacam-macam : minyak, gas SF6, semburan
udara, dan vakum.

PMS (Pemisah/Disconnecting Switch) adalah sebuah alat yang digunakan untuk


memisahkan peralatan dari peralatan lain yang bertegangan, dan hanya boleh dioperasikan
dalam kondisi tidak bertegangan. PMS sendiri tidak mempunyai chamber  untuk
memadamkan busur api jika dioperasikan dalam keadaan bertegangan.
PMT DAN PMS
A.PMT
Pengertian CB atau PMT

Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada
suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi,
termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak
normal.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut:

1.Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.


2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubung
singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung singkat tidak sampai
merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.

Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam rancangan suatu PMT, yaitu:
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu akan dipasang. Nilainya
tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini tergantung pada arus
maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana pemutus daya tersebut terpasang
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini berhubungan dengan waktu
pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum 1000 meter diatas permukaan laut.
Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter, maka tegangan operasi maksimum dari
PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor yang diberikan pada tabel 1.
Tabel 1. Faktor Koreksi antara Tegangan vs Lokasi

Proses Terjadinya Busur Api


Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga listrik maka pada PMT akan terjadi
busur api, hal tersebut terjadi karena pada saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial diantara kontak akan
menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan menghasilkan emisi thermis pada
permukaan kontak. Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak katoda (K). Kedua
emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak menuju kontak anoda (A). Elektron-
elektron ini membentur molekul netral media isolasi dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan
proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron bebas yang menuju anoda akan semakin bertambah dan muncul
ion positif hasil ionisasi yang bergerak menuju katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus
dan memanaskan kontak anoda.

Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda. Jika kontak terbuat dari bahan
yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan menimbulkan pemanasan di
katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah,
misal tembaga, ion positif akan menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan tinggi
akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung dan inilah
yang disebut busur api.

Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan proses deionisasi,
antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan dari sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi peluang yang lebih besar bagi
proses rekombinasi.
4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga elektron-elektron bebas tertangkap oleh
molekul netral gas tersebut.

Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada penambahan muatan karena
proses ionisasi, maka busur api akan padam. Ketika busur api padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan medan
elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan medan elektrik yang lebih besar daripada kekuatan dielektrik media isolasi
kontak, maka busur api akan terjadi lagi.
Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi empat
jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar dengan gas SF6.
1. Sakelar PMT Minyak
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 500
kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan
menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak
mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh
karena itu, pemadaman busur api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung
pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.

Gambar 1. Pemadaman busur api pada pemutus daya minyak


Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan terhadap minyak, sehingga minyak terdorong
ke bawah melalui leher bilik. Di leher bilik, minyakini melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini akan
menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan menjauhkan partikel bermuatan dari
lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus. Kelemahannya adalah minyak mudah
terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang
membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker), pada tipe ini minyak berfungsi
sebagai peredam loncatan bunga api listrik selama terjadi pemutusan kontak dan sebagai isolator antara bagian-
bagian yang bertegangan dengan badan, jenis PMT ini juga ada yang dilengkapi dengan alat pembatas busur api
listrik.
2. Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content Circuit Breaker), pada tipe ini minyak hanya
dipergunakn sebagai peredam loncatan bunga api listrik, sedangkan sebagai bahan isolator dari bagian-bagian yang
bertegangan digunakan porselen atau material isolasi dari jenis organic.
2. Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765
kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media
isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga
pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api timbul, udara tekanan tinggi
dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan
oleh hembusan udara tekanan tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-partikel bermuatan dari sela kontak,
udara ini juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang).

Gambar 2. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus


Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan udara. Pada sakelar PMT kapasitas kecil,
isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi untuk kapasitas besar tidak demikian halnya.
3. Sakelar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV. Pada PMT vakum, kontak
ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup
rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.
Gambar 3. Kontak pemutus daya vakum.
Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang tinggi yang
memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini
tidak bertemu dengan molekul udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada penambahan
elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain, busur api dapat dipadamkan.

4. Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765
kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak
berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai
sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga
tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik
ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan
dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat
pemutus tenaga menutup atau membuka.
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan dan akan panas kembali jika
dipompakan untuk pengisian kedalam bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan
pengaturan tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu lingkungan.

Tabel 3. Batas tekanan gas SF6 pada pemutus tenaga, pada suhu 20ºC, tekanan atmosphir 760 mmHg.

Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:

1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini diisi dengan gas SF6 dengan tekanan kira-kira
5 Kg/cm2 . selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang menempel pada kontak
bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan
busur api.
2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah tidak diproduksi lagi. Pada tipe ini,
gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api.
Pada sistem gas tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih 12 Kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan rendah,
tekanan gas SF6 kurang lebih 2 kg/cm2. Gas pada sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem
tekanan tinggi.

B.PMS
 Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.
Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada postingan selanjutnya.
Saklar Pemisah [PMS]
Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus yang kecil,
misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan penutupannya harus
dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan saling
mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah yang terdapat di GI dalam
rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan mencegah bekerjanya saklar pemisah
apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika dikerjakan dengan tangan (manual), maka untuk
mencegah kesalahan kerja, dipakai lampu sebagai tanda “boleh kerja” di dekat kontak operasi kontrol
dari ruangn kontrol. Cara lain adalah dengan menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol
atau kunci rangkap (doublet). Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan
sistem dan perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan.
Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.
2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada gangguan listrik.
3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

Dari definisi diatas maka dapatdiketahui fungsi dari pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang
dapat menyambung ataumemutuskan rangkaian dengan arus yangrendah kurang lebih lima
ampere (5A).Sesuai dengan fungsinya pemisahdibagi menjadi dua yaitu :

Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi menjadi dua yaitu :

• Pemisah tanah
Saklar pemisah tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan dari tegangan sisayang timbul
darisebuah jaringan SUTT yang telah diputuskan, dapat juga untuk mengamankan dari tegangan
induksi yang  berasal dari kabel pengahantar atau kabelkabel yang lainnya.

• Pemisah peralatan
Saklar pemisah peralatan ini berfungsi untuk mengisolasikan atau melindungi peralatan listrik
dari peralatan-peralatan lainnya pada suatu instalasi bertegangan tinggi. Saklar pemisah ini
harus dioperasikan saat kondisi tanpa beban. Jadi harus diperhatikan bahwa pada waktu
pelepasan sedang tidak ada arus yang mengalir pada peralatan.
2.1 Prinsip Kerja Pemisah (PMS)
Pada dasarnya prinsip PMS ini sama dengan prinsip saklar biasa. Pada dasarnya PMS dipakai
untuk membebaskan PMT dari tegangan yang mengalir pada PMT tersebut. Agar dapat
dilakukan perawatan atau perbaikan pada PMT tersebut, maka PMS harus dibuka agar pada
PMT tersebut tidak terdapat tegangan dan PMT aman bagi teknisi yang akan melakukan
perawatan.

Pada PMS terdapat mekanisme interlocking yang berfungsi untuk mengamankan pembukaan
dan penutupanPMS. Mekanisme interlocking tersebutadalah:
• PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
• Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat di tutup hanya pada saat PMS dalam keadaan
terbuka.
• PMS dapat di tutup ketika PMT dan Saklar pembumian terbuka.
• PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau telah tertutup.
2.2 Jenis-jenis Pemisah
Menurut fungsi penempatan, pemisah dapat dibagi menjadi lima tempat yaitu :
Ø Saklar Pemisah Penghantar
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi penghantar.
Ø Saklar Pemisah Rel
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi rel atau bus, sehingga rel tersebut terpisah menjadi dua
seksi.
Ø Saklar Pemisah Kabel
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi kabel.
Ø Saklar Pemisah Seksi
Saklar pemisah ini terpasang pada suatu rel atau bus yang terpisah menjadi dua seksi. Saklar ini
berada didekat jalur bus A dan bus B.
Ø Saklar Pemisah Tanah
Saklar pemisah ini terpasang pada penghantar atau kabel yang menuju atau yang
menghubungkan ke tanah. Sedangkan menurut gerakan dari lengannya pemisah dibagi menjadi
lima yaitu:
1. Pemisah Putar
Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak diam dan dua buah kontak gerak yang dapat
berputar pada sumbunya. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.
2. Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya hanya bergerak keatas dan kebawah saja. Model
saklar pemisah ini biasanya berada di dalam kubikel dengan peralatan-peralatan yang lain dan
di letakkan di dalam Gardu Induk.

3. Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak diam tetapi hanya terdapat dua buah kontak gerak
yang gerakannya hanya mempunyai besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah ini biasanya
di letakkan di luar Gardu Induk.
4. Pemisah Engsel
Saklar pemisah engsel ini memiliki satu kontak diam dan satu engsel yang dapat membuka ke
atas dengan sudut 90 derajat. Saklar pemisah ini gerakannya dari engsel yang biasanya
digunakan untuk tegangan menengah 20 kV – 6 kV. Model saklar pemisah ini biasanya di
letakkan di luar GarduInduk.
5. Pemisah Pantograph
Saklar pemisah pantograph ini mempunyai kontak diam yang terletak pada rel dan kontak gerak
yang terpasang pada ujung lengan-lengan pantograph. Model saklar pemisah ini biasanya di
letakkan di luar Gardu induk. Pemisah pantograph biasanya digunakan di jaringan 500 kV.
2.3 Bagian-bagian dari Pemisah
Dilihat dari segi konstruksinya pemisah dapat dibagi menjadi dua yaitu :
• Tiga isolator pendukung, pendukung tengah berputar, pemisah ganda.
• Dua isolator pendukung, pemisah tunggal.
3.3 Pemeliharaan Pemisah
Pemeliharaan rutin pada pemisah sebagai berikut:
1. Mengecek kondisi fisiknya Peralatan yang di periksa Sebelum Sesudah
1. Pentanahan (Grounding)
a. Kawat pentanahan baik baik
b. Terminal pentanahan baik baik
2. Isolator
a. Kebersihan kotor bersih
b. Retak atau pecah tidak ada tidak ada
3. Pembersihan
a. Pisau-pisau kotor bersih
b. Kontak-kontak kotor bersih
4. Kekencangan Baut
a. Terminal utama kencang kencang
b. Tangkai Penggerak kencang kencang
5. Tangkai Penggerak
a. Keadaan sambungan baik baik
b. Keadaan terkunci ya ya
6. Box Mekanik
a. Roda gigi normal normal
b. Motor penggerak normal normal
c. Kontak-kontak bantu kotor bersih
7. Pondasi
a. Keretakan tidak ada tidak ada
b. Kemiringan tidak ada tidak ada
Dari pemeliharaan diatas dapat dilihat bahwa sebelum diadakan pemeliharaan kondisi pemisah
pada kondisi cukup baik karena tidak ada kerusakan yang parah, oleh karena itu pemisah perlu
diadakan pemeriksaan secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai