Rel (Busbar) merupakan titik hubung pertemuan (connecting) antara Transformator Daya,
SUTT/SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.
Berdasarkan sistem rel (busbar), Gardu Induk di bagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana
tersebut dibawah ini :
- Sistem cincin atau ring, semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk
seperti ring/cicin.
- Busbar Tunggal atau Single busbar, semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya
pada satu / single busbar pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau
akhir dari suatu transmisi.
- Busbar Ganda atau double busbar, Adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar .
Sistem ini sangat umum, hamper semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat efektif
untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.
- Busbar satu setengah atau one half busbar, gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai
dua busbar juga sama seperti pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada
Gardu induk Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi
operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan sistem.
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang secara seri.
Gambar 4. Sistem Busbar satu setengah atau one half busbar.
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT dan
peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik. Ada pula
yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur transmisi, sumber
generasi, dan beban distribusi bertemu. Karena konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di
dekat busbar cenderung memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat besarnya, maka
jika ada kesalahan memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi perlindungan busbar untuk
membatasi kerusakan peralatan tersebut. Namun, kliring berkecepatan tinggi harus seimbang
terhadap kebutuhan untuk keamanan. Tersandung salah untuk kesalahan eksternal dapat
menyebabkan gangguan besar, dan membahayakan stabilitas daya sistem. Besarnya kesalahan
yang tinggi meningkatkan kemungkinan CT saturasi selama kesalahan eksternal dekat dengan
busbar, dan CT saturasi meningkatkan kemungkinan operasi yang salah dari perlindungan busbar.
Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi bus. Banyak busbar
menghubungkan semua sirkuit untuk satu segmen umum dari busbar. Komplikasi untuk bus ini
adalah hanya jumlah sirkuit terhubung. Namun, busbar tertentu mungkin memiliki beberapa
segmen bus, dengan sirkuit individu yang terhubung ke segmen bus yang berbeda tergantung pada
kebutuhan operasi. Untuk bus kompleks seperti, perlindungan busbar harus mampu melindungi
setiap segmen bus individual, dan dinamis melacak sirkuit terhubung ke segmen bus tertentu.
Semua generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat
listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim tenaga listrik
dihubungkan ke rel ini.
Mayoritas kesalahan busbar melibatkan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan muncul dari berbagai
banyak. Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar dari kesalahan manusia dan bukan
kegagalan komponen switchgear.
Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya hanya bergerak keatas dan kebawah saja. Model
saklar pemisah ini biasanya berada di dalam kubikel dengan peralatan-peralatan yang lain dan di
letakkan di dalam Gardu Induk.
Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak diam tetapi hanya terdapat dua buah kontak gerak
yang gerakannya hanya mempunyai besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah ini biasanya di
letakkan di luar Gardu Induk.
KESIMPULAN
Circuit Breaker (CB) merupakan saklar yang berfungsi membuka dan menutup rangkaian sesuai
dengan ratingnya, dan ketika melakukan pembukaan dan penutupan rangkaian, selalu disertai
busur api listrik. Circuit Breaker (CB) sering disebut sebagai peralatan dengan heavy duty, karena
ia mampu mengintrupsi arus yang besar secara comparative dengan aman. CB didesign tidak
hanya menghubungkan atau mengintrupsi arus beban dalam keadaan normal yang mengalir dalam
rangkaian, namun juga mengintrupsi arus besar dalam keadaan abnormal (gangguan) yang
mengalir dalam rangkaian, misalnya gangguan hubung singkat.
Disconecting Swith (DS) merupakan saklar yang membuka dan menutup rangkaian dalam keadaan
tanpa beban. Untuk itu DS berperan besar dalam pemeliharaan peralatan, yang menjamin bahwa
daerah itu bebas tegangan dan aman bagi operator dalam melakukan perbaikan. Dalam operasi
sistem, CB dan DS merupakan satu kesatuan peralatan yang bekerja dengan cara interlock (saling
mengunci).
Adapun spesifikasi teknis yang diperlukan bagi circuit breaker adalah sebagai beriku: (a)
Tegangan operasi rangkaian, yang menentukan syarat isolasi, (b) Operasi normal atau arus beban
maximum, merupakan syarat normal atau laod carryng part, dan (c) Keadaan abnormal maximum
atau arus ganguan yang harus diintrupsi, merupakan syarat mekanis pada CB dan struktur
pendukungnya
Untuk mengurangi efek timbulnya oksidasi, maka gerakan kontak-kontak CB harus bersifat
membersihkan dirinya (Self Cleaning). Untuk itu konstruksi CB selalu mempertimbangkan teknik
memadamkan busur dan teknik pembersihan kontak terhadap oksidasi.
Jika CB digunakan memutuskan arus AC, maka ada saatnya arus berharga nol, dan pada saat itu
busur api akan padam, kemudian media sela kontak akan memulihkan dirinya menjadi isolasi,
yaitu berangsur-angsur menaikkan kekuatan dielektriknya. Keadaan ini dapat dikatakan, bahwa
tegangan di sela kontak yang tadinya sangat kecil berubah menjadi sangat besar. Tegangan sela
kontak selama busur api padam disebut sebagai tegangan pemulihan (Recovery Voltage)
DAFTAR PUSTAKA
Pansini, Anthony J. (1999)” Electrical Transformer and Power Equipment” The Fairmont Press,
INC. Indian Trail
Tobing, Bonggas L. (2003),” Peralatan Tegangan Tinggi”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Harold W. Brown, (1917),“ electrical Equipment its selection and arrangement” Mc Graw-hill
Company, London
Arismunandar, Artono & Kuwahara, Susumu., (1973) : Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik,
Jilid III : Gardu Induk, Cetakan Pertama, Tokyo :Association for International Technical
Promotion & Jakarta : Pradnya Paramita.
Jika arus ini mengalir melalui kontak CB, maka gaya yang sangat besar akan timbul diantara
bagian CB yang menyalurkan arus dan dapat menyebabkan rusaknya peralatan. Arus yang sangat
besar dapat pula menimbulkan medan induksi pada bagian metalik pada struktur CB itu sendiri.
Keadaan ini, pada gilirannya akan menimbulkan medan magnet baru, yang kemudian akan
berinteraksi dengan medan magnet yang sudah ada sebelumnya, sehingga meningkatkan gaya
destruktif yang ditimbulkan oleh arus gangguan.
Gambar 1. Efek arus hubung singkat pada kontak saklar dan penghantar
Kapasitas daya
Keadaan pada saat hubung singkat, merupakan keadaan yang sangat tidak stabil, yaitu: tegangan
pada titik gangguan dapat lebih tinggi (untuk surya petir atau surya hubung) atau lebih rendah (
karena rugi-rugi tegangan yang lebih besar akibat aliran arus yang besar). Untuk itu CB secara
mekanik, harus dikonstruksi cukup kuat, agar dapat menahan gaya yang ditimbulkan oleh arus
hubung singkat yang besar.
Adapun kemampuan CB menahan gaya hubung singkat, diexpresikan dalam Volt-Ampere, yaitu
perkalian tegangan nominal dan arus hubung singkat, dimana CB di design.
Jika 1 VA atau 1 Volt dikali dengan 1 Amper merupakan besaran yang sangat kecil, maka rating
hubung singkat untuk daya yang besar dinyatakan dalam kVA atau MVA.
Adapun spesifikasi teknis yang diperlukan bagi circuit breaker adalah sebagai berikut:
Tegangan operasi rangkaian
Operasi normal atau arus beban maximum
Keadaan abnormal maximum atau arus ganguan yang harus diintrupsi
Karakteristik pertama menentukan syarat isolasi, yang kedua adalah syarat normal atau load
carryng parts, dan yang ketiga merupakan syarat mekanis pada CB itu sendiri dan struktur yang
mendukungnya.
Perinsip Operasi
Dalam mengintrupsi suatu rangkaian, CB secara actual melakukan pemisahan pada bagian elemen
penghantar melalui media isolasi yang cukup untuk mencegah mengalirnya arus. Pemisahan
kontak pada CB, selalu menimbulkan busur listrik, sedangkan busur listrik dapat menyebabkan
material kontak CB teroksidasi, yang menyebabkan daya hantarnya menjadi menurun.
Untuk mengurangi efek timbulnya oksidasi, maka gerakan kontak-kontak CB harus bersifat
membersihkan dirinya (Self Cleaning). Untuk itu konstruksi CB selalu mempertimbangkan teknik
memadamkan busur dan teknik pembersihan kontak terhadap oksidasi.
Makin tinggi tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tegangan transien yang terjadi saat
pemutusan, dan tentunya semakin sulit proses pemutusan kontak CB. Hal ini disebabkan karena
tegangan transien yang besar dapat menyalakan kembali jaringan listrik yang terputus atau dalam
pernyataan yang lain, semakin kapasitif rangkaian listrik yang diputus, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya penyalaan kembali.
Jenis CB dan Cara Memadamkan Busur Api
Air Circuit Breaker (ACB)
ACB merupakan CB yang menggunakan udara sebagai interrupting insulation medium, dimana
dari semua media isolasi yang ada, udara merupakan media isolasi yang sangat mudah mengalami
ionisasi.
Bentuk kontaknya menyerupai kontak sela tanduk yang ujungnya dibuat runcing, agar busur listrik
yang timbul terkonsentrasi lebih besar hanya pada bagian yang runcing dari kontak-kontaknya.
Olehkarena berat jenis busur lebih rendah dari udara, maka busur listrik akan mengapung keatas
mengikuti sela diantara kedua kontak, yang pada akhirnya busur api menjadi memanjang, dan
akhirnya menjadi padam, sebagaimana yang terlihat pada gambar 1. Keadaan ini disebut dengan
teknik pemutusan/pemadaman busur dengan cara mempepanjang busur.
Gambar 1b. Keadaan busur pada kontak sela tanduk saat membuka
Untuk pemutus daya AC tegangan rendah, kontaknya dapat dibuat dari bahan bertitik lebur yang
rendah, misalnya kuningan dan tembaga. Dalam hal ini busur api akan padam saat arus mencapai
harga nol yang pertama, olehkarena tegangan tidak cukup kuat untuk menghasilkan emisi medan
yang dapat mengawali terpaan balik dari busur api.
Untuk rangkaian bertegangan lebih tinggi, dapat menggunakan konstruksi kontak yang dimediasi
oleh tabir metal atau pun tabir (palang) isolator yang dibentuk dalam beberapa seksi (bagian),
sebagaimana terlihat pada gambar 2. Keadaan ini dimaksudkan agar busur api yang sudah
memanjang ketika melewati tabir (baik metal maupun isolator) terpotong potong menjadi beberapa
seksi, sekaligus berfungsi membantu proses pendinginan busur api.
Low Oil Content Circuit Breaker (LOCCB), Media pemutus busur api yang digunakan adalah
minyak sedikit, sedangkan bahan isolasi dari bagian yang bertegangan menggunakan porselin atau
dari jenis organic, hanya saja pada LOCCB, terdapat minyak bertekanan pada bagian tertentu dari
CB untuk disemprotkan pada saat terjadinya busur listrik, baik saat membuka maupun menutup.
Untuk itu dimensinya lebih kecil dari BOCB.
Pada LOCCB kwalitas minyak memerlukan pengawasan yang teliti, khususnya ketika bekerja
pada saat terjadinya gangguan. Saat minyak disemprotkan pada busur listrik yang besar karena
gangguan, minyak akan mengalami karbonisasi yang besar pula, yang menyebabkan minyak
cendrung menjadi hitam. Jika keadaan ini terjadi maka seyogianya dilakukan penggantian minyak.
Mengingat busur api terjadi dalam minyak, maka sudah barang tentu pada BOCB ataupun
LOCCB, minyak akan cendrung memuai sekaligus mengalami penguapan dalam bentuk gas, yang
kemudian menimbulkan tekanan pada minyak. Keadaan ini membantu proses pendinginan dan
pemadaman busur api. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.
Pada gambar 9. Ditunjukkan pembukaan suatu rangkaian resistif, dimana persamaan tegangan
pada ragkaian dinyatakan sebagai:
Vs = Vk + Vr (1)
Dengan demikian tegangan kontak adalah: Vk = Vs – Vr
Saat kontak ditutup, tegangan kontak adalah nol, jika dimisalkan kontak dibuka pada saat t = t1,
maka akan timbul busur api dalam selang waktu t1 hingga t2. Dalam selang waktu ini, tegangan
kontak menjadi:
Vk = I Ra, Dimana Ra = Tahanan busur api
Karena tahanan busur api relative kecil, maka tegangan kontak hanya beberapa puluh volt saja,
sehingga dapat diabaikan, dan kemudian busur api padam pada saat t = t2. Pada keadan ini arus
pada rangkaian sama dengan nol, sehingga tegangan pada resistor juga bernilai nol (Vr = 0).
Dengan demikian tegangan kontak menjadi:
Vk = Vs (2)
Keadaan ini menunjukkan bahwa tegangan pemulihan sama dengan tegangan sumber. Untuk itu
harga sesaat tegangan kontak dapat ditulis:
Vk = - V Sin t (3)
dimana V = Nilai puncak tegangan sesaat sumber
Rangkaian AC Kapasitif
Pada gambar 10. Terlihat bahwa arus mendahului tegangan sebesar 900. Adapun tegangan
Sebelum CB terbuka, dinyatakan sebagai berikut:
Vs = Vk + Vc atau
Vk = Vs - Vc
Jika tegangan kontak (Vk) diabaikan, maka tegangan pada kapasitor sama dengan tegangan
sumber. Misalkan bahwa saat t = t1, kontak CB dibuka, maka dalam selang waktu t1 hingga t2,
timbul busur api, dan tegangan kapasitor sama dengan tegangan sumber. Saat t = t2, arus sama
dengan nol, busur kemudian padam, dan tegangan kapasitor sama dengan nilai puncak tegangan
sesaat sumber. Dengan demikian persaman tegangan kontak setelah busur padam adalah:
^
Vk = Vs - V
Adapun nilai sesaat tegangan kontak adalah:
^ ^
Vk = - V Cos t V
Bentuk gelombang tegangan pemulihan terlihat pada gambar 10b, dimana kenaikan tegangan
pemulihan relative lambat dibandingkan tegangan pemulihan resistif, namun tegangan kontak
dapat mencapai 2 kali harga puncak tegangan sesaat sumber. Keadaan ini memberikan peluang
terjadinya terpaan balik busur api (Restriking voltage)
Rangkaian Induktif
Pada gambar 11. Terlihat bahwa arus lagging tegangan sebesar 900. Adapun tegangan Sebelum
CB terbuka, dinyatakan sebagai beriku:
Vs = Vk + VL , dimana VL = L di/dt
Jika tegangan kontak diabaikan, maka tegangan pada induktor sama dengan tegangan sumber.
Misalkan bahwa saat t = t1, kontak CB dibuka, maka dalam selang waktu t1 hingga t2, timbul
busur api, dan tegangan induktor sama dengan tegangan sumber. Saat t = t2, arus sama dengan nol,
busur kemudian padam, dan tegangan induktor sama dengan nilai puncak tegangan sesaat sumber.
Dengan demikian persaman tegangan kontak setelah busur padam adalah:
Vk = Vs
Adapun nilai sesaat tegangan kontak adalah:
^
Vk = V Cos t
Bentuk gelombang tegangan pemulihan terlihat pada gambar 11b, dimana tegangan kontak tiba-
tiba mencapai nilai puncak tegangan sesaat sumber. Kenaikan tegangan pemulihan relative cepat
dibanding tegangan pemulihan pada resistif. Keadaan ini, juga memberikan peluang terjadinya
terpaan balik busur api (Restriking voltage)
Rangkaian Induktif- resistif
Gambar 12. Tegangan pemulihan rangkaian induktif-resistif
Pada gambar 11. Terlihat bahwa arus lagging tegangan sumber sebesar , dimana:
Tg 1 (2fL) / R
Saat busur api padam, tegangan kontak tiba-tiba naik dari 0 ke suatu nilai tertentu yang lebih kecil
dari tegangan maximum sumber, dan besarnya tergantung pada besar sudut fasa , Semakin besar
R, semakin kecil pula sudut fasa , dan kenaikan tegangan pemulihan semakin kecil, dengan kata
lain bahwa keberadaan R dalam rangkaian membuat kenaikan tegangan kontak semakin kecil.
Prinsip ini digunakan untuk mengurangi kenaikan tegangan saat pembukaan CB. Pada gambar 13
diperlihatkan CB yang dilengkapi dengan sebuah resistor
Sesaat setelah kontak utama Su dibuka, kontak bantu Sb ditutup, sehingga resistor R terhubung
seri dengan beban B. Keberadaan resistor ini mengurangi kenaikan tegangan pemulihan kontak,
agar terpaan balik busur api dapat dihindarkan.
Beberapa saat kemudian, kontak bantu dibuka, sehingga rangkaian terbuka sempurnah.
Pada saat penutupan kontak CB, terjadi tegangan lebih transien. Besar tegangan transien ini dapat
dikurangi dengan terlebih dahulu menutup kontak bantu Sb, kemudian beberapa saat kemudian
kontak utama Su ditutup.
I2 dapat diukur pada pusat pembangkit dan gardu induk yang dilengkapi dengan alat ukur yang
disebut dengan Oscilloper Turbograph. Bila I2 da I1 Diketahui, maka nilai n’ dapat ditentukan.
Adapun besar n’ dapat dilihat pada table 1, sebagai berikut:
Tabel 1. n’ pada CB
I2/I1 n’
Pembukaan karena manipilasi 1
0,1 5
0,2 25
0,3 50
0,4 75
0,5 105
0,6 140
0,7 175
0,8 215
0,9 255
1,0 300
Adapun penetuan kurun waktu overl haul dari CB, dapat diketahui dari data pabrik, sebagai
berikut:
Tabel 2. Kurun Waktu Over Haul
Jenis CB Kurun Over Haul
CB dengan udara hembus Selambat-lambatnya 9 thn
Atau pada nilai n’= 4500
CB dengan sedikit minyak Selambat-lambatnya 6 thn
Atau pada nilai n’= 1500
CB dengan banyak minyak Sesuai petunjuk pabrik
CB dengan gas SF6 Sesuai petunjuk pabrik
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada kumparan primer mengalir
arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak magnet sebesar N1I1. Gaya gerak ini
memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan
sekunder. Bila terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus
I1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa
dipasang burden pada bagian sekunder yang berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga trafo
tidak benar-benar short circuit. Apabila trafo adalah trafo ideal, maka berlaku persamaan :
N1I1 = N2I2
I1/I2 = N2/N1
di mana, N1 : Jumlah belitan kumparan primer
N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder
I1 : Arus kumparan primer
I2 : Arus kumparan sekunder
Dalam pemakaian sehari-hari, trafo arus dibagi menjadi jenis-jenis tertentu berdasarkan syarat-
syarat tertentu pula, adapun pembagian jenis trafo arus adalah sebagai berikut :
§ Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Kumparan Primer
a. Jenis Kumparan (Wound)
Biasa digunakan untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang besar, atau pengukuran yang
membutuhkan ketelitian tinggi. Belitan primer tergantung pada arus primer yang akan diukur,
biasanya tidak lebih dari 5 belitan. Penambahan belitan primer akan mengurangi faktor thermal
dan dinamis arus hubung singkat.
b. Jenis Bar (Bar)
Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup tinggi sehingga memiliki faktor
thermis dan dinamis arus hubung singkat yang tinggi. Keburukannya, ukuran inti yang paling
ekonomis diperoleh pada arus pengenal yang cukup tinggi yaitu 1000A.
b. Isolasi Minyak-Kertas
Isolasi minyak kertas ditempatkan pada kerangka porselen. Merupakan trafo arus untuk tegangan
tinggi yang digunakan pada gardu induk dengan pemasangan luar. Dibedakan menjadi jenis tangki
logam, kerangka isolasi, dan jenis gardu. Kelebihannya, penyulang pada sisi primer lebih pendek,
digunakan untuk arus pengenal dan arus hubung singkat yang besar.
c. Isolasi Koaksial
Jenis trafo arus dengan isolasi koaksial biasa ditemui pada kabel, bushing trafo, atau pada rel daya
berisolasi gas SF6. Sering digunakan inti berbentuk cincin dengan belitan sekunder yang dibelit
secara seragam pada cincin dan dimasukkan pada isolasi, dengan demikian terbuka jalan untuk
membawa lapisan terluar bagian yang di-ground keluar dari trafo arus
Pengujian Trafo Arus (Current Transformer)
CT atau Trafo Arus merupakan perantara pengukuran arus, dimana keterbatasan kemampuan baca
alat ukur. Misal pada sistem saluran tegangan tinggi, arus yang mengalir adalah 2000A sedangkan
alat ukur yang ada hanya sebatas 5A. Maka dibutuhkan sebuah CT yang mengubah representasi
nilai aktual 2000A di lapangan menjadi 5A sehingga terbaca oleh alat ukur.
CT umumnya selain digunakan sebagai media pembacaan juga digunakan dalam sistem proteksi
sistem tenaga listrik. Sistem proteksi dalam sistem tenaga listrik sangatlah kompleks sehingga CT
itu sendiri dibuat dengan spesifikasi dan kelas yang bervariatif sesuai dengan kebituhan sistem
yang ada.
Spesifikasi pada CT antara lain:
Ratio CT, rasio CT merupakan spesifikasi dasar yang harus ada pada CT, dimana representasi nilai
arus yang ada di lapangan di hitung dari besarnya rasio CT. Misal CT dengan rasio 2000/5A, nilai
yang terukur di skunder CT adalah 2.5A, maka nilai aktual arus yang mengalir di penghantar
adalah 1000A. Kesalahan rasio ataupun besarnya presentasi error (%err.) dapat berdampak pada
besarnya kesalahan pembacaan di alat ukur, kesalahan penghitungan tarif, dan kesalahan operasi
sistem proteksi.
Burden atau nilai maksimum daya (dalam satuan VA) yang mampu dipikul oleh CT. Nilai daya
ini harus lebih besar dari nilai yang terukur dari terminal skunder CT sampai dengan koil relay
proteksi yang dikerjakan. Apabila lebih kecil, maka relay proteksi tidak akan bekerja untuk
mengetripkan CB/PMT apabila terjadi gangguan.
Class, kelas CT menentukan untuk sistem proteksi jenis apakah core CT tersebut. Misal untuk
proteksi arus lebih digunakan kelas 5P20, untuk kelas tarif metering digunakan kelas 0.2 atau 0.5,
untuk sistem proteksi busbar digunakan Class X atau PX.
Kneepoint, adalah titik saturasi/jenuh saat CT melakukan excitasi tegangan. Umumnya proteksi
busbar menggunakan tegangan sebagai penggerak koilnya. Tegangan dapat dihasilkan oleh CT
ketika skunder CT diberikan impedansi seperti yang tertera pada Hukum Ohm. Kneepoint hanya
terdapat pada CT dengan Class X atau PX. Besarnya tegangan kneepoint bisa mencapai 2000Volt,
dan tentu saja besarnya kneepoint tergantung dari nilai atau desain yang diinginkan.
Secondary Winding Resistance (Rct), atau impedansi dalam CT. Impedansi dalam CT pada
umumnya sangat kecil, namun pada Class X nilai ini ditentukan dan tidak boleh melebihi nilai
yang tertera disana. Misal: <2.5Ohm, maka impedansi CT pada Class X tidak boleh lebih dari
2.5Ohm atau CT tersebut dikembalikan ke pabrik untuk dilakukan penggantian.
Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat dilakukan pengujian CT sebagai berikut:
Contoh-contoh beserta uraian dalam artikel kali ini saya ambil dari pengalaman-pengalaman saya
melakukan SAT CT dan HV Equipments pada Project: Cikarang Listrindo 4x60MW Gas Power
Plant Project, Inalum 275kV OHL Prot’n Panel Replacement Project, dan 2x250MW Muara
Karang Gas Power Plant Project.
Ratio Test
Misal: Ratio CT = 2000/5A
Untuk melakukan pengujian bahwa apakah benar nilai skunder CT tersebut apabila line primer
diberi arus sebesar 2000A adalah 5A, maka disini diperlukan alat injeksi arus yang mampu
mengalirkan arus sebesar 2000A. Tentu saja alat ini sangat langka dan besar sekali.
Cara alternatif yang biasa digunakan adalah dengan alat inject yang lebih kecil, misal 500A. Untuk
mendapatkan nilai 2000A maka kita dapat membuat gulungan atau lilitan sebanyak 2000A/500A
= 4 kali gulungan.
Tentu saja nilainya tidaklah tepat seperti yang tertera pada kalkulator tapi setidaknya nilai tersebut
dapat tercapai. Metering ataupun instrument terpasang harus menunjukkan nilai kurang-lebih
2000A.
Pada kasus umumnya yang terjadi di lapangan, ternyata jenis alat test yang mampu menghasilkan
arus dalam jumlah yang besar ini cukup susah untuk dicari (karena harganya mahal maka
umumnya kami rental dari temen-temen)
Di balik itu ternyata banyak CT yang hasil pengukurannya tidak linear / atau tidak berbanding
lurus dengan rasio yang tertera. Dengan kata lain nilai presentase error-reading-nya bervariatif dan
umumnya semakin kecil arus yang diberikan, presentase error-reading-nya semakin besar
melampaui batas spesifikasi CT yang tertera pada nameplate. Padahal untuk beberapa sistem
proteksi seperti Distance Relay menggunakan pembacaan parameter arus pada nilai yang rendah.
Prinsip kerja Trafo tegangan, kumparan primernya dihubungkan parallel dengan jaringan yang
akan diukur tegangannya. Voltmeter atau kumparan tegangan wattmeter langsung dihubungkan
pada sekundernya. Jadi rangkaian sekunder hampir pada kondisi open circuit. Besar arus
primernya tergantung pada beban disisi sekunder. Rancangan trafo tegangan ini sama dengan trafo
daya step-down tetapi dengan beban yang sangat ringan.
Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun demikian rancangannya berbeda
dalam beberapa hal, yaitu :
a. Kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA), karena digunakan untuk daya yang kecil.
b. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer dan sekuder lebih kecil untuk
mengurangi kesalahan pengukuran.
c. Salah satu terminal pada sisi tegangan tinggi dibumikan/ ditanahkan.
d. Tegangan pengenal sekunder biasanya 100 atau 100√3 V
Ada dua macam trafo tegangan yaitu :
a. Transformator tegangan magnetik.
Transformator ini pada umumnya berkapasitas kecil yaitu antara 10 – 150 VA. Faktor ratio dan
sudut fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan sekunder dirancang sedemian rupa supaya
faktor kesalahan menjadi kecil. Salah satu ujung kumparan tegangan tinggi selalu diketanahkan.
Trafo tegangan kutub tunggal yang dipasang pada jaringan tiga fasa disamping belitan pengukuran,
biasanya dilengkapi lagi dengan belitan tambahan yang digunakan untuk mendeteksi arus
gangguan tanah. Belitan tambahan dari ketiga trafo tegangan dihubungkan secara seri
b. Trafo Tegangan Kapasitip
Trafo pembagi tegangan kapasitip dipakai untuk keperluan pengukuran tegangan tinggi, sebagai
pembawa sinyal komunikasi dan kendali jarak jauh. Pada tegangan pengenal yang lebih besar dari
110 kV, karena alasan ekonomis maka trafo tegangan menggunakan pembagi tegangan dengan
menggunakan kapasitor sebagai pengganti trafo tegangan induktif. Pembagi tegangan kapasitif
dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini. Oleh pembagi kapasitor, tegangan pada C2 atau
tegangan primer trafo penengah V1 diperoleh dalam orde puluhan kV, umumnya 5, 10, 15 dan 20
kV. Kemudian oleh trafo magnetik tegangan primer diturunkan menjadi tegangan sekunder
standar 100 atau 100√3 Volt. Jika terjadi tegangan lebih pada jaringan transmisi, tegangan pada
kapasitor C2 akan naik dan dapat menimbulkan kerusakan pada kapasitor tersebut. Untuk
mencegah kerusakan tersebut dipasang sela pelindung (SP). Sela pelindung ini dihubung seri
dengan resistor R untuk membatasai arus saat sela pelindung bekerja untuk mencecah efek
feroresonansi.
Keburukan trafo tegangan kapasitor adalah terutama karena adanya induktansi pada trafo magnetik
yang non linier, mengakibatkan osilasi resonansinya yang timbul menyebabkan tegangan tinggi
yang cukup besar dan menghasilkan panas yang tidak diingikan pada inti magnetik dan belitan
sehingga menimbulkan panas yang akan mempengaruhi hasil penunjukan tegangan. Diperlukan
elemen peredam yang akan mengahsilkan tidak ada efek terhadap hasil pengukuran walaupun
kejadian tersebut hanya sesaat.
Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan jantung dari transmisi
dan distribusi.Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat beroperasi secara
maksimal (kalau bias secara terus menerus tanpa berhenri).Mengingat kerja keras dari suatu
transformator seperti itu, maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik munkin.Oleh karena itu
tranformator harus dipelihara dengan menggunakan system dan peralatan yang benar,baik
dan tepat.Untuk itu regu pemeliharaan harus mengetahui bagian-bagian tranformator dan bagian-
bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian lainnya.
Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan menjadi tranformator 500/150 kV dan 150/70
kV biasa disebut Interbus Transformator (IBT).Transformator 150/20 kV dan 70/20 kV disebut
juga trafo distribusi.Titik netral transformator ditanahkan sesuai dengan kebutuhan unutk system
pengamanan / proteksi,sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di
sisi netral 150 kV dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan thanan rendah atau tahanan
tinggi atau langsung disisi netral 20 kV nya.
Transformator dapat dibagi menurut fungsi / pemakaian seperti :
Transforamator besar
Transforamtor sedang
Transforamtor kecil
Konstruksi Bagian-Bagian Transformator
Transformator terdiri dari :
A. Bagian Utama
1. Inti besi
2. Kumparan Transformator
3. Miyak Tasnformator
4. Bushing
5. Tagki Konservator
B. Perlatan Bantu
1. Pendingin
2. TapChanger
3. Alat Pernapasan (Dehydration Breather)
4. Indikator-indikator : Thermometer , permukaan minyak
C. Peralatan Proteksi
1. Rele Bucholz
2. Pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane ) / Burstin Plate
3. Rele tekanan lebih (sudden Pressure Relay )
4. Rele pengaman tangki
5. Pemadam kebakaran (transformator – transformator besar )
6. Rele Differensial
7. Rele arus lebih
8. Rele hubung tanah
9. Rele thermis
10. Arrester
D. Peralatan tambahan untuk Pengaman Transformator
1. Pemadam kebakaran (transformator – transformator besar )
2. Rele Differensial
3. Rele arus lebih
4. Rele hubung tanah
5. Rele thermis
6. Arrester
Prinsip kerja
“Apabila ada arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu
akan berubah menjadi magnit dan apabila magnit tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada
kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan mengelilingi magnit, sehingga akan timbul
gaya gerak listrik (GGL)”.
Prinsip dasar suatu transformator adalah induksi bersama
(mutual induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam
bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan induksi yang secara listrik
terpisah tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu path yang mempunyai relaktansi yang
rendah. Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika salah satu
kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di dalam
inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan atau menimbulkan ggl (gaya
gerak listrik) induksi ( sesuai dengan induksi elektromagnet) dari hukum faraday, Bila arus bolak
balik mengalir pada induktor, maka akan timbul gaya gerak listrik (ggl) .