Anda di halaman 1dari 61

KONDISI DAN PERMASALAHAN

KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA
Disampaikan pada Seminar/Kuliah Umum di Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta, 26 April 2013

Disajikan Oleh :
Heru Subagyo
Dr. Euis Ismayati.

PENGURUS PUSAT
ASOSIASI PROFESIONALIS ELEKTRIKAL-MEKANIKAL INDONESIA

Jl. Matraman Raya No. 113 Palmeriam


Telp. 021-85907732, 85907631, Fax. 021-85907549
E-mail : pp-apei@rad.net.id Jakarta Timur 13140

Jika ingin menguasai dunia, kuasailah energi (termasuk energi


listrik). Hal ini tentu bisa dipahami, karena energi listrik memiliki
peran yang sangat fital dan strategis.
Hampir
semua
sendi-sendi
kehidupan
umat
manusia,
membutuhkan ketersediaan energi listrik. Oleh karenanya tak
berlebihan jika energi listrik telah menjadi salah satu kebutuhan
pokok/utama bagi umat manusia.
Betapa sangat vital dan strategisnya energi listrik, penyediaan
dan pemanfaatannya harus diwujudkan secara andal, aman
dan ramah (akrab) lingkungan (UU 30/2009, BAB XI, Pasal
44, ayat 2).
Buku kecil ini mencoba menyampaikan berbagai informasi
tentang ketenagalistrikan di Indonesia kepada para praktisi,
akademisi (dunia pendidikan), profesionalis dan siapapun yang
ada di komunitas bidang ketenagalistrikan.
1

K
O
N
V
E
R
S
I
K
E
U
N
G
G
U
L
A
N

Suhu Udara / Suhu Alat Listrik (Panas/ Dingin)


Mekanik (gerak, getar, putar)
Cahaya/ Sinar/ Lampu
Suara/ Bunyi
Kombinasi/ Gabungan dari keempat tersebut di atas.

Mudah disalurkan dari dan pada jarak yang berjauhan.


Mudah didistribusikan untuk area yang luas.
Mudah diubah ke dalam bentuk energi lain.
Bersih (ramah) lingkungan.

INDUSTRI

BISNIS

PLTA
PLTD
PLTP
PLTG
PLTU
PLTGU
Lain-lain

RUMAH
TRAFO
STEP DOWN
GARDU
STEP DOWN

GARDU
STEP-UP

SISTEM PEMBANGKIT

SISTEM TRANSMISI

SISTEM DISTRIBUSI

SOSIAL/
PUBLIK

KONSUMEN

Legends :
Total IPP = 27

IPP IN OPERATION
IPP

MW

MW
Total dengan Rumah Tangga

WADUK (7%)

Total tanpa Rumah Tangga

HSD (17%)
MFO (7%)

100
COAL (42%)

GAS (19%)

00

06

12

18

22

LOSS
TEKNIS

1.5

LOSS
ADMINIS
TRASI

1.8

Rumah Tangga

88.7

Industri
Bisnis

LISTRIK
ILLEGAL

Sosial + Publik

GEO (5%)
ROR (2%)
24

WBP

POLA PRODUKSI LISTRIK

JAM

10

12

14

16

18

20

22

24

KARAKTER KONSUMSI LISTRIK Jam

Pada proses penyaluran & pendistribusian sampai ke


instalasi pemanfaatan, terjadi kerugian (losses) daya
listrik, yang disebabkan oleh :
Losses teknik.
Losses administrasi.
Listrik ilegal
Losses Nasional tahun 2005, sebesar 11,3 %
6

Ketika memproduksi harus mengikuti harga pasar (market


price), sedangkan TDL menjadi kewenangan/keputusan
Presiden (Kepres).
Yang paling memberatkan/membebani PLN jika pembangkit
listrik menggunakan energi primer BBM.
PLN diperlakukan sebagai industri, untuk membeli BBM harus
mengikuti harga pasar, dan patokannya adalah harga pasar
BBM dunia yang fluktuatif.
Jika harga pasaran BBM dunia di atas 100 US dollar per-barel,
maka harga per-liter di atas Rp. 9.000, Jika PLN membeli BBM dengan harga Rp. 9.000,-/liter, maka
untuk
pembangkit
listrik
yang
menggunakan
BBM,
membutuhkan BPP di atas Rp. 3.000,-/kwh.

perhitungan BPP per-kwh :


Kebutuhan BBM : 1 liter = 3 kwh, berarti 1 kwh = Rp. 3.000, Biaya delivery dan handling dari Depo Pertamina ke
pembangkit-pembangkit listrik PLN.
Biaya pembangunan (investasi) : pembangkit, transmisi dan
distribusi beserta penunjangnya.
Biaya operasional lainnya.
7

Dengan BPP yang terdiri dari beberapa unsur di atas, jika


diakumulasikan biaya BPP per-kwh bisa mencapai hampir Rp.
4.000, Bahwa pembangkit tenaga listrik PLN terdiri dari berbagai jenis
dan menggunakan sumber energi primer antara lain : air, gas,
batubara, BBM dan panas bumi.
Jika dibuat BPP rata-rata dari berbagai jenis pembangkit tenaga
listrik yang dimiliki PLN tersebut, saat ini BPP rata-rata Rp.
1.200,-/kwh. Sedangkan saat ini TDL Rp. 700,-/kwh.
Bagaimanapun juga kondisi seperti ini, berakibat PLN akan
terus mengalami defisit. Jika dianggap sebagai bisnis, ini
adalah bisnis yang ironis.
Agar listrik masih tetap bisa beroperasi dan melayani
masyarakat pelanggan PLN, pemerintah (negara) berkewajiban
memberikan subsidi (subsidi diberikan kepada masyarakat,
bukan kepada PLN).
Pada tahun 2011, pemerintah (negara) memberikan subsidi
untuk penyediaan listrik sebesar RP. 65.000.000.000.000,(enam puluh lima triliyun rupiah). Tanpa diberikan subsidi,
dapat dipastikan listrik akan mengalami pemadaman bergilir.

Ambivalensi regulasi, keterbatasan dana dan BPP yang lebih


tinggi daripada harga jual.
Ketidakpastian pasokan sumber energi primer (BBM, gas,
batubara) dan dominasi penggunaan BBM sebagai sumber
energi primer.

Pertumbuhan demand
supply.

yang lebih tinggi dibanding

Calon investor wait and see, karena :

Menunggu regulatory frame work yang baru.


Country risk memerlukan jaminan investasi.
Law inforcement
keamanan.

yang tidak jelas dan instabilitas

PKUK (PLN) tidak memiliki otoritas


ditentukan Pemerintah (Keppres).

penuh

dan

TDL
9

Kondisi geografis yang kurang mendukung, terjadinya


pergeseran norma-norma sosial dan budaya, serta berbagai
permasalahan lainnya.
Permasalahan di sisi pemanfaatan :

Instalasi yang tidak memenuhi standar ketentuan yang


berlaku.

Banyaknya instalasi yang sudah sangat tua umurnya, tidak


pernah dilakukan pengecekan dan rehabilitasi, sehingga
keandalan dan keamanan menurun.

Pengoperasian/pemanfaatan listrik yang kurang benar, tidak


proposional bahkan ilegal.

Penggunaan listrik secara ilegal.

10

IK
MAU COBA NA

TENTU TIDAK

BAB II
PEMBANGKITAN
TENAGA LISTRIK

Pengertian dan fungsi pembangkit tenaga listrik :


Suatu sub sistem dari sistem tenaga listrik yang terdiri dari
instalasi elektrikal, mekanikal, bangunan-bangunan (civil
work), bangunan dan fasilitas pelengkap, serta bangunan
dan komponen bantu lainnya.
Berfungsi untuk membangkitkan energi listrik, yang
merupakan konversi energi primer menjadi energi listrik
(mengubah potensi /energi mekanik menjadi energi listrik). 12

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).


Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU).
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB).
Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Air Laut.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
13

Pembangkit Tenaga
massal :
Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik

Listrik Makro dan dimanfaatkan secara


Tenaga
Tenaga
Tenaga
Tenaga
Tenaga
Tenaga

Air (PLTA).
Uap (PLTU).
Gas (PLTG).
Gas-Uap (PLTGU).
Panas Bumi (PLTP).
Diesel (PLTD).

Pembangkit Tenaga Listrik Mikro/Kecil yang dimanfaatkan secara


massal :
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pembangkit Tenaga Listrik dalam tahap penelitian dan
pengembangan :
Pembangkit tenaga listrik yang menggunakan sumber energi
baru terbarukan, antara lain : biodiesel, biometanol,

14

Sumber energi primer tak terbarukan (fosil) :


Batubara.
Gas.
BBM/HSD/MFO/Solar.
Sumber energi primer terbarukan (non fosil) :
Air.
Panas bumi.
Surya (matahari).
Bayu (Angin).
Samudera (air laut).
Sumber energi baru terbarukan (non fosil) :
Biodiesel, yaitu minyak nabati yang berasal dari berbagai
jenis tumbuhan (tanaman jarak, randu, kelapa sawit, dan lainlain).
Biometanol, yaitu cairan biokimia yang berasal dari sumber
karbohidrat (singkong, ubi, sagu, tebu).
Biomassa, yaitu energi yang dikembangkan dari berbagai
jenis massa biologis (jerami, kayu, ranting-ranting pohon,15

Saat ini dibangun PLTU batubara 10.000 MW Tahap I dan untuk


10.000 MW Tahap II akan dibangun PLTU batubara (40%), PLTP
(60%), disamping pembangkit listrik kecil lainnya di berbagai
daerah.
Pertimbangan pembangunan PLTU) :
Pertumbuhan beban yang cepat, sehingga sesegera mungkin
harus diatasi.
Membangun PLTU relatif lebih mudah dan lebih cepat jika
dibanding membangun PLTA.
Biaya pembangunan PLTU lebih murah jika dibanding PLTA.
Kapasitas daya yang dihasilkan dapat di desain sesuai yang
diinginkan.
Bisa dibangun diberbagai tempat sesuai pilihan kita.
Bisa dibangun di dekat pusat-pusat beban, sehingga biaya
transmisi (penyaluran) lebih murah dan lebih efisien.
Kelemahan PLTU :
Menggunakan sumber energi primer tak terbarukan.
Sumber energi primer tersebut, saat ini over explored.
Ketidakpastian penyediaan sumber energi primer.
16

Biaya operasional mahal.


Masalah polusi dan dampak lingkungan.
Mengapa tidak dibangun/dikembangkan PLTA ?
PLTA sangat tergantung kondisi alam.
Tidak bisa dibangun di sembarang tempat dan pada
umumnya dibangun di daerah ketinggian/pegunungan.
Biaya pembangunan besar/mahal.
Proses dan pelaksanaan pembangunan memakan waktu yang
lama.
Lokasi berjauhan dengan pusat beban, sehingga biaya
transmisi mahal.
Pembangunan infra struktur pendukung, mahal.
Tidak bisa mengatasi pertumbuhan beban yang cepat.
Ketersediaan air sulit diprediksi, karena iklim yang tidak
menentu dan kerusakan alam yang cukup parah.
Dan berbagai permasalahan lainnya.

17

Mengapa tidak dibangun/dikembangkan PLTP ?


Pada dasarnya PLTP memiliki karakteristik yang sama dengan
PLTA.
PLTP menggunakan panas bumi, juga membutuhkan air
sebagai bahan baku untuk diuapkan.
Keberadaan panas bumi pada umumnya di hutan lindung.
Jika
Pemerintah (PLN) merencanakan membangun
pembangkit listrik 10.000 MW Tahap II, dimana 60%-nya
merupakan PLTP, harus dicermati kondisi alamnya.
Jadi pertimbangan-pertimbangan sebagaimana membangun
PLTA, harus benar-benar dicermati.
Bagaimana dengan pembangunan/pengembangan pembangkit
tenaga
listrik
yang
menggunakan
sumber
energi
terbarukan/baru terbarukan ?
Energi baru terbarukan adalah energi yang pada umumnya
berupa sumber daya non fosil yang dapat diperbaharui,

18

Beberapa contoh potensi sumber energi terbarukan/baru


terbarukan di Indonesia yang dapat menghasilkan listrik :
Panas bumi : 27.000 MW.
Air : 75.000 MW.
Biomassa/biogas : 50.000 MW.
Samudera (air laut) : 240.000 MW.
Dan lain sebagainya.
Untuk pembangkit tenaga listrik yang menggunakan sumber
energi
baru
terbarukan
surya,
bayu,
air
laut,
biomassa/biogas,
fuel
sell,
baru
pada
tahap
penelitian/pengembangan, belum diproduksi secara massal
dan besar-besaran.
Pada umumnya hanya dapat menghasilkan listrik dalam skala
kecil.
Tidak mampu mengimbangi pertumbuhan beban yang cepat
dan besar.
Bagaimana dengan pembangunan/pengembangan PLTN ?
PLTN adalah salah satu solusi terbaik, karena PLTN-lah yang19

Dari sisi ketersediaan sumber energi primer untuk PLTN, di


Indonesia cukup tersedia.
Masalah yang muncul adalah reaksi dari masyarakat
(kelompok
masyarakat
tertentu),
yang
menolak
dibangunnya PLTN dan sangat rendahnya disiplin bangsa
Indonesia.
Perlu adanya sosialisasi dan pencerahan kepada
masyarakat secara lebih intens, sehingga pembangunan
PLTN di Indonesia bisa diterima dan diwujudkan.
Jika kita tidak sesegera mungkin melakukan antisipasi
(termasuk membangun PLTN), maka:
Supply energi listrik akan terus tertinggal dengan
pertumbuhan beban.
Semakin lama ketertinggalan supply energi listrik akan
semakin jauh terhadap pertumbuhan beban.
Pergerakan ratio elektrifikasi menjadi lambat.
Pertumbuhan beban tidak bisa dipenuhi oleh supply energi20

Terhambatnya berbagai aktifitas umat manusia, utamanya


di kalangan Dunia Usaha/Dunia Industri.
Kita tidak bisa berharap Investor mau berinvestasi di
Indonesia, karena listrik merupakan salah satu kebutuhan
pokok bagi DU/DI.
Implikasi terhadap pertumbuhan investasi, ekonomi dan
berbagai sektor kehidupan lainnya.

21

BAB III
PENYALURAN (TRANSMISI)
TENAGA LISTRIK

Pengertian penyaluran energi listrik :


Proses dan cara menyalurkan energi listrik pada jarak yang
berjauhan dari satu tempat ke tempat lainnya (dari
pembangkit listrik ke gardu induk dan dari satu gardu induk ke
gardu induk lainnya), yang terdiri dari konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang (tower), melalui isolatorisolator, dengan sistem tegangan tinggi/ekstra tinggi.
Ruang lingkupnya dimulai dari Gardu Induk di Pembangkitan
sampai dengan Gardu Induk (sisi primer) yang ada pusat-pusat22

Besaran tegangan : 66 KV, 70 KV, 132 KV, 150 KV, 245 KV, 275
KV, 350 KV, 500 KV, 1.100 KV, 1300 KV, 1.500 KV, dan lain-lain
Jenis arus : arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC).
Jenis dan ruang lingkup penyaluran :
Saluran udara (Overhead Line).
Saluran bawah tanah (Underground Cable).
Saluran kabel bawah laut (Sub Marine Cable).
Gardu Induk Tegangan Ultra Tinggi.
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi.
Gardu Induk.
Gardu Hubung.
Pusat Pengatur Beban.
Unit Pengatur Beban.
23

Besaran tegangan : 70 KV, 150 KV, 275 KV dan 500 KV.


Jenis arus : arus bolak-balik (AC).
Jenis dan ruang lingkup penyaluran :
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).

Saluran Kabel Tanah Tegangan Tinggi (SKTT).

Saluran Kabel Bawah Laut Tegangan Tinggi (Sub Marine Cable).

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Gardu Induk (GI).

Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET).

Pusat Pengatur Beban (UPB).

Unit Pengatur Beban.

Sistem interkoneksi (Interconnection System) :


Telah terpasang di Pulau Jawa-Madura-Bali (Jamali) dan Pulau
Sumatera.
Sebagian daerah di Sumatera masih terjadi bottle neck.
24

Tingkat pengembangan sistem (menuju ke interkoneksi) :


Sistem penyaluran dari parsial menuju ke interkoneksi.
Terpasang di Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.
Tingkat perintisan :
Pada umumnya di daerah-daerah yang ratio elektrifikasinya
rendah (NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan lain-lain).
Penyediaan listrik bersifat parsial.
Saluran udara (Overhead Line) dipasang di daerah-daerah yang
keadaan ROW-nya memungkinkan, pada umumnya di daerah
pinggiran kota dan di luar kota.
Saluran kabel bawah tanah (Underground cable) dipasang di
daerah yang ROW-nya tidak memungkinkan, pada umumnya di
daerah tengah kota, kota-kota besar yang padat pemukiman
dan beban listriknya besar.

25

Gardu Induk :
Untuk
daerah-daerah
yang
masih
memungkinkan
mendapatkan lahan/space tanah yang luas, dipasang Gardu
Induk Konvesional, pada umumnya di pinggiran kota atau di
kota-kota kecil.
Untuk daerah-daerah perkotaan (Kota Besar) yang padat
pemukiman, dipasang Gas Insulated Switchgear SF6 (GIS
SF6).
Pusat Pengatur Beban (P2B) dan Unit Pengatur Beban (UPB) :
Dipasang di daerah-daerah yang jaringannya telah
terinterkoneksi, area pelayanan luas dan beban yang
dilayani besar, contoh : P3B & UPB yang ada di Sistem JawaMadura-Bali (Jamali).
Tujuannya adalah untuk pengaturan beban maupun
melakukan manuver beban jika terjadi masalah di sistem,
misal : jika terjadi gangguan di sistem pembangkit atau di
sistem transmisi.
26

Secara teknis, pembangunan dan pengembangan sistem


penyaluran tenaga listrik, tidak ada masalah dan tidak ada
kesulitan.
Masalah-masalah yang sering timbul dalam pembangunan
sistem penyaluran (transmisi) adalah masalah non teknis,
antara lain :
Kesulitan mendapatkan lahan untuk tapak tower.
Harga tanah yang sangat (terlalu) mahal.
Proses perijinan yang sulit dan berbelit.
Reaksi dari masyarakat yang tidak mau dilalui jalur
transmisi.
Beberapa waktu terakhir ini, muncul fenomena baru,
masyarakat minta kompensasi (ganti rugi) di sepanjang
ROW jalur transmisi.
Biaya ganti rugi kerusakan bangunan, tanaman dan lain-lain
yang mahal, bahkan terkadang jauh melampaui harga
standar.

27

Berbagai permasalahan tersebut mengakibatkan proses


pembangunan dan pengembangan sistem penyaluran menjadi
terhambat, bahkan ada pembangunan transmisi yang
terhenti/tertunda bertahun-tahun.
Mengingat dari waktu ke waktu beban akan terus berkembang
(mengalami pertumbuhan), sedangkan di sisi lain untuk
membangun transmisi dan gardu induk banyak menghadapi
masalah, perlu dipikirkan dan dicarikan solusi dalam
pengembangan sistem penyaluran di Indonesia.
Harus dicermati bahwa penambahan pembangkit tanpa
diimbangi penambahan sistem transmisi akan timbul masalah
tersendiri.

28

Up-rating
berarti
menaikkan
kemampuan/menaikkan kapasitas.

rate/menaikkan

Up-rating sistem penyaluran, berarti menaikkan rate/menaikkan


kemampuan/menaikkan kapasitas penyaluran, antara lain :
Dari SUTT 70 KV menjadi 150 KV.
SUTT 150 KV yang ditingkatkan kemampuannya dalam
menyalurkan energi listrik.
SUTT single circuit ditingkatkan menjadi double circuit.
Gardu induk yang berkapasitas 10 MVA dinaikkan menjadi 30
MVA, dari 1 trafo menjadi 2 trafo, dari 30 MVA menjadi 60 MVA
atau 100 MVA.
Dan lain sebagainya.
Up-rating bisa dilakukan dengan cara :
Membangun SUTT baru, membangun (memperluas) Gardu
Induk Eksisting.
Mengganti konduktor (re-conductoring) SUTT eksisting,
mengganti trafo pada Gardu Induk Eksisting, dari kapasitas
kecil diganti dengan kapasitas yang lebih besar.
Menambah jumlah sirkit SUTT eksisting, menambah jumlah
29
trafo dan peralatan pada Gardu Induk eksisting.

BAB IV
DISTRIBUSI
TENAGA LISTRIK

Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik :


Pembagian
/pengiriman/pendistribusian/pengiriman
energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke
instalasi pemanfaatan (pelanggan).
Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung
berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada
pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui
jaringan distribusi.
Ruang lingkupnya dimulai dari sisi sekunder trafo tenaga
30

Jaring distribusi tegangan rendah, untuk melayani :


Pelanggan rumah tangga (instalasi domestik).
Pelanggan
bisnis,
sosial
dan
publik
(instalasi
bangunan/non domestik) dengan daya sampai dengan
197 KVA.
Jaring distribusi tegangan menengah (20 KV), untuk
melayani :
Pelanggan
bisnis,
sosial
dan
publik
(instalasi
bangunan/non domestik) dengan daya di atas 197 KVA
sampai dengan 30 MVA.
Pelanggan industri (instalasi industri), dengan daya di
atas 197 KVA sampai dengan 30 MVA.
Jaring distribusi tegangan tegangan tinggi (70 KV, 150 KV),
untuk melayani :

31

Sistem jaringan :
Radial.
Loop.
Spindle.
Mesh/Grid
Gardu distribusi :
Gardu trafo tiang type portal.
Gardu trafo tiang type cantol.
Gardu beton
Gardu kiosk (Metal Clad).

32

Ruang lingkup :
Saluran udara tegangan menengah (SUTM) 20
KV.
Saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM)
20 KV.
Saluran kabel bawah air sungai/laut 20 KV.
Saluran udara tegangan rendah (SUTR) 220 Volt.
Saluran kabel tanah tegangan rendah (SKTR) 220
Volt.
Gardu Distribusi.
Saluran luar pelayanan/Saluran masuk pelayanan
Sambungan rumah (SLP/SMP/SR).
Alat pembatas dan pengukur (APP).
Unit pengatur distribusi.
33

Pada umumnya dalam pembangunan dan mengembangkan


jaring distribusi, tidak banyak menghadapi masalah/kendala,
karena jaring distribusi langsung melayani pelanggan
(dibutuhkan pelanggan secara langsung).
Jika terjadi masalah/kendala, pada umumnya adalah :
Untuk SUTM menyangkut masalah ROW, karena di
daerah/kota
tertentu
melakukan
pemotongan/pemaprasan
pohon
tanpa
koordinasi
dengan Dinas Pertamanan, bisa menjadi masalah besar,
bahkan bisa dipidanakan.
Untuk SKTM menyangkut masalah koordinasi dengan
berbagai pihak terkait (Pemkot/Pemkab, PDAM, PT.
Telkom, Perum Gas, Polri, Dinas Perhubungan dan lainlain.
Pada umumnya jaring distribusi di Indonesia menggunakan
penghantar udara (Overhead Line). Khusus di DKI Jakarta,

34

BAB V
INSTALASI PEMANFAATAN
TENAGA LISTRIK

Yang dimaksud pelanggan PLN adalah : pihak yang membeli,


berlangganan atau menggunakan energi listrik PLN/ pihak
yang memanfaatkan energi listrik dari pemasok.
Ruang lingkupnya dimulai dari Instalasi Sirkit Utama (setelah
APP) sampai dengan sirkit akhir (beban).
35

RUMAH TANGGA
(R)

Rumah untuk tempat tinggal, rumah kontrakan, rumah susun milik


perseorangan, rumah susun milik Perumnas, asrama milik swasta,
asrama mahasiswa, dan lain-lain.

SOSIAL (S)

Rumah sakit, rumah ibadah, panti sosial, pusat rehabilitasi cacat,


asrama pelajar milik pemerintah, kantor partai politik, kantor LSM,
museum, dan lain-lain.

BISNIS (B)

INDUSTRI (I)

PUBLIK (P)

Usaha jual beli barang, jasa, perhotelan, usaha perbankan,


perdagangan, kantor Firma, CV, PT, atau badan hukum yang bergerak
dalam bidang perdagangan, pergudangan, praktek dokter bersama,
dan lain-lain.
Tenaga listrik untuk kegiatan industri pengolahan, selain untuk
keperluan kegiatan rumah tangga, sosial, bisnis dan publik. Jenis
kegiatan tersebut masuk di dalam International Standard Industrial
Classification of All Economic Activities (ISIC), yang telah disesuaikan
dengan kondisi di Indonesia, dengan nama Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia (KLUI).
Tenaga listrik yang digunakan untuk kepentingan umum, kepentingan
Pemerintah atau fasilitas kantor perwakilan asing, dan lain-lain.

36

Tumbuh kembangnya instalasi pemanfaatan sangat


tergantung dengan pertumbuhan beban. Beban yang
terus
bertambah,
otomatis
jumlah
instalasi
pemanfaatan juga bertambah, yang berarti jumlah
pelanggan juga bertambah.
Dari waktu ke waktu beban listrik terus mengalami
pertumbuhan.
Saat ini jumlah pelanggan PLN 40.000.000 (empat
puluh juta) pelanggan atau ratio elektrifikasi
mencapai 67%.
Mengingat betapa pentingnya energi listrik, dapat
dipastikan jumlah pelanggan listrik akan terus
bertambah, sehingga instalasi pemanfaatan juga
akan bertambah.
Sampai saat ini permintaan sambungan baru, lebih
cepat (lebih tinggi) jika dibanding dengan jumlah

37

Pertumbuhan
beban
pertambahan supply.

yang

tidak

bisa

diimbangi

Mutu dan keandalan listrik yang diterima instalasi


pemanfaatan yang masih belum sepenuhnya memenuhi
standar.
Kualitas instalasi pemanfaatan yang tidak memenuhi
standar.
Sebagian instalasi pemanfaatan yang telah berumur
puluhan tahun, sehingga kinerjanya pasti menurun,
berpotensi timbulnya gangguan dan losses yang tinggi.
Keawaman
masyarakat
pelanggan
listrik
tentang
bagaimana memanfaatkan dan memperlakukan listrik
secara baik dan benar.
38

ACHIEVEMENT MOTIVATION
SUATU USAHA MERUBAH SIKAP &
POLA PIKIR / MERUBAH PARADIGMA
dengan MEMBERI ARAH TUJUAN
YANG BENAR, AGAR KITA SEMUA
TIDAK MUDAH MENYERAH /
SEMANGAT & TERMOTIVASI
Tahukan kita bahwa
10 % SIKAP KITA DITENTUKAN OLEH KEKUATAN
LUAR
90% NYA DITENTUKAN OLEH PIKIRAN KITA SENDIRI
sehingga kita mau tidak mau, kita
harus berubah pola pikir &
paradigma dengan kekuatan kita
sendiri, karena kita yang

BAB VI
KESIMPULAN

Slogan atau jargon yang mengatakan jika ingin


menguasai dunia, kuasailah energi (termasuk
energi listrik), adalah mendekati kebenaran.
Permasalahan ketenagalistrikan di Indonesia ternyata
sangat kompleks, baik di sisi penyediaan maupun di sisi
pemanfaatan.
Masih sangat banyak kendala yang harus dihadapi untuk
dapat mewujudkan ketenagalistrikan yang andal, aman
dan ramah (akrab) lingkungan.
Bahwa masalah ketenagalistrikan bukan semata-mata
menjadi tanggung jawab PLN, tetapi semua pihak
pemangku kepentingan (stake holder) yang berkaitan
dengan ketenagalistrikan, harus ikut bertanggung jawab
dan berperan dengan baik.

39

No.

ASPEK

KETENTUAN

PIHAK YANG BERPARTISIPASI

1.

Perencanaan

Konsultan perencana/ PLN

2.

Material yang dipakai/


dipasang

Pabrikan/ produsen, dibawah


pengawasan Instansi terkait.

3.

Peralatan yang dipakai/


dipasang.

Pabrikan/ produsen, dibawah


pengawasan Instansi terkait.

Harus memenuhi
standar, persyaratan,
peraturan dan
ketentuan yang
berlaku.

4.

Pemasangan/
pengkonstruksian

5.

Pengawasan

6.

Pemeriksaan dan
pengujian

Institusi Inspeksi (LMK, Konsuil,


Sucofindo, dan lain-lain)/ PLN.

Pengoperasian

PLN untuk jaringan milik PLN dan


pelanggan untuk instalasi milik
pelanggan.

Pemeliharaan

PLN untuk jaringan milik PLN dan


pelanggan untuk instalasi milik
pelanggan.

7.

8.

Kontraktor (Instalatir)/ PLN


Konsultan pengawas/ PLN/
SPI/Kontrin/ BPKP/ Lain-lain.

40

Dasar Hukum :
UU 30/2009 : Usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta, dan
koperasi yang memiliki sertifikasi, klasifikasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (Bab VII, Pasal 16, Ayat
2).
UU 18/1999
: Semua
badan usaha pelaksana konstruksi
pekerjaan ketenagalistrikan, harus memiliki sertifikat badan usaha
jasa pelaksana konstruksi (SBU) dan penanggung jawab teknik
yang bersertifikat tenaga ahli/terampil (SKA/SKT) serta semua
tenaga teknik jasa konstruksi harus memiliki SKA/SKT, sesuai
klasifikasi dan kualifikasi bidang pekerjaannya.
UU 08/1999 : Menjamin mutu pekerjaan berdasarkan ketentuan
standar.
PP 03/2005
: Pekerjaan instalasi ketenagalistrikan
untuk penyediaan
dan pemanfaatan tenaga
listrik harus dikerjakan oleh
Badan Usaha
Penunjang Tenaga Listrik yang disertifikasi
oleh Lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
41

Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib


memilki sertifikat kompetensi (UU 30/2009, Bab XI, Pasal
44, Ayat 6).
Berdasarkan ketentuan di atas, APEI sebagai wadah para
profesionalis di bidang ketenagalistrikan memiliki peran yang
sanagat penting.
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) utama APEI yang melakukan
sertifikasi
kompetensi
(SKA
dan
SKT)
di
bidang
ketenagalistrikan, bertugas/berkewajiban untuk mewujudkan
ketersediaan sumber daya insani yang kapabel, kompeten dan
profesional.
Para anggota APEI pemegang SKA/SKT yang menjadi
penanggung jawab teknik (PJT) dan pelaksana lapangan di
Badan Usaha Bidang Elektrikal (Kontraktor Listrik), memiliki
peran yang sangat penting dalam mewujudkan sistem
ketenagalistrikan yang andal, aman dan ramah (akrab)
lingkungan.
Jadi baik atau buruknya kondisi ketenagalistrikan di Indonesia,
salah satu pihak yang turut berkontribusi adalah APEI beserta
para anggotanya.

42

Sosialisasi kepada masyarakat pelanggan listrik, tentang


penggunaan listrik yang baik, benar, legal dan efisien.
Sosialisasi kepada berbagai pihak, bahwa kontinuitas dan
keandalan pasokan listrik menjadi tanggung jawab bersama.
Sosialisasi kepada masyarakat pelanggan listrik tentang
manfaat dan bahaya listrik, serta penggunaan alat listrik yang
hemat energi.
Kampanye hemat energi, khususnya pada saat beban puncak.
Mendorong pelanggan untuk melakukan audit energi.
Memberikan insentif kepada pelanggan, misalnya : memberikan
discount kepada pelanggan industri yang mau beralih dari waktu
beban puncak (WBP) ke-luar beban puncak (LWBP).
Melakukan dis-insentif :
Pemberlakuan faktor K = 2 untuk harga listrik yang dipakai
pada WBP, untuk pelanggan besar.
Pembatasan pemakaian listrik pada WBP bagi pelangganpelanggan besar.
Pemberlakuan dis insentif bila batas pemakaian yang
43

1. Asean Energy Organization


2. Handbook of Energy and Economic Statistics in Japan, 2003.
3. HAPUA dan KBRI.
4. Informasi dari berbagai Media Cetak, Media Elektronik, Brosur,
Katalog, Leaflet, Seminar, Diskusi Panel, dan lain-lain.
5. PT. PLN (Persero) Pusat.
6. PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B)
Jawa-Bali.
7. PT. Pembangkitan Jawa-Bali (PJB).
8. PT. Indonesia Power.
9. PLN and Asean Development Bank (ADB) Analisys.

44

The winner says, it may be


difficult but its possible;
The loser says,
it may be possible but its too
difficult.

Anda mungkin juga menyukai