Anda di halaman 1dari 320

TEORI GARDU INDUK

Jenis, Fasilitas dan Peralatan Gardu Induk


Pengertian Umum

 Gardu Induk (GI) merupakan sub


sistem dari sistem penyaluran
(transmisi) tenaga listrik, atau
merupakan satu kesatuan dari
sistem penyaluran (transmisi).
 Penyaluran (transmisi) merupakan
sub sistem dari sistem tenaga
listrik
 Gardu induk merupakan sub-sub
sistem dari tenaga listrik yang
mempunyai peranan penting dalam
pengoperasiannya tidak dapat
dipisahkan dari sistem transmisi
secara keseluruhan
Fungsi Gardu Induk

 Mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi


lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen
 Sebagai tempat kontrol
 Sebagai pengaman operasi sistem
 Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan
distribusi
 Mengubah tenaga listrik tegangan tingi yang satu ke tegangan tinggi yang
lainnya atau tegangan menengah.
✓ Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
✓ Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
✓ Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV).
✓ Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
Fungsi Gardu Induk

 Pengukuran, pengawasan, operasi serta pengaturan pengamanan


sistem tenaga listrik.
 Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui
tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah
melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang
(feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.
 Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN),
yang dikenal dengan istilah SCADA.
Jenis Gardu Induk

Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :


✓ Berdasarkan besaran tegangannya.
✓ Berdasarkan pemasangan peralatan
✓ Berdasarkan fungsinya.
✓ Berdasarkan isolasi yang digunakan.
✓ Bedasarkan sistem (busbar).
Jenis Gardu Induk Berdasarkan
Besaran Tegangannya
 Berdasarkan besaran tegangan, Gardu Induk dibedakan menjadi :
➢ Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) → 275 KV, 500 KV.
➢ Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) → 150 KV dan 70 KV.
 Secara umum GITET dan GI mempunyai banyak kesamaan, perbedaan
mendasar keduanya berdasarkan komponen yang digunakan adalah
sebagai berikut :
➢ Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah
tranformator daya masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan
dilengkapi peralatan rekator yang berfungsi mengkompensasikan daya
rekatif jaringan.
➢ Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan Transformator daya 3
phasa dan tidak ada peralatan reaktor.
Gardu Induk Berdasarkan Pemasangan
Peralatan
 Gardu Induk Pasangan Luar :
Merupakan GI yang sebagian besar komponennya ditempatkan di luar
gedung, kecuali komponen kontrol, sistem proteksi dan sistem kendali
serta komponen bantu lainnya, ada di dalam gedung. Gardu Induk
semacam ini biasa disebut dengan gardu induk konvensional.

 Gardu Induk Pasangan Dalam


Merupakan GI yang hampir semua komponennya (switchgear, busbar,
isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain)
dipasang di dalam gedung. Kecuali transformator daya, pada umumnya
dipasang di luar gedung. Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas
Insutaled Substation (GIS).
Gardu Induk Berdasarkan Pemasangan
Peralatan
 Gardu Induk Kombinasi Pasangan Luar dan Pasangan Dalam
Merupakan GI yang komponen switchgear-nya ditempatkan di dalam gedung dan sebagian
komponen switchgear ditempatkan di luar gedung, misalnya gantry (tie line) dan saluran udara
tegangan tinggi (SUTT) sebelum masuk ke dalam switchgear. Transformator daya juga
ditempatkan di luar gedung.

 Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI konvensional :


✓ Hanya membutuhkan lahan seluas ± 3.000 meter persegi atau ± 6 % dari luas lahan GI
konvensional.
✓ Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity) sebesar 3 x 60 MVA bahkan bisa
ditingkatkan sampai dengan 3 x 100 MVA.
✓ Jumlah penyulang keluaran (output feeder) sebanyak 24 penyulang (feeder) dengan
tegangan kerja masing-masing 20 KV.
✓ Bisa dipasang di tengah kota yang padat pemukiman.
✓ Keunggulan dari segi estetika dan arsitektural, karena bangunan bisa didesain sesuai kondisi
disekitarnya.
Gardu Induk Berdasarkan Fungsinya
 Gardu Induk Penaik Tegangan
Gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu tegangan pembangkit
(generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem.Gardu Induk ini berada di lokasi
pembangkit tenaga listrik.
 Gardu Induk Penurun Tegangan
Gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari tegangan tinggi
menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau tegangan distribusi.
Gardu induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah
pelanggan (beban) dilayani.
 Gardu Induk Pengatur Tegangan
Gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga listrik. Karena listrik
disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang
cukup besar.Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank capasitor,
sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
Gardu Induk Berdasarkan Fungsinya
 Gardu Induk Pengatur Beban
Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu
menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator
dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban, dengan
generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke
kolam utama.

 Gardu Induk Distribusi


Gardu induk yang menyalurkan tenaga
listrik dari tegangan sistem ke tegangan
distribusi. Gardu induk ini terletak di
dekat pusat-pusat beban.
Gardu Induk Berdasarkan Isolasi
Yang digunakan
 Gardu Induk yang
menggunakan isolasi udara
Gardu induk yang menggunakan
isolasi udara adalah gardu induk
yang menggunakan isolasi udara
antara bagian yang bertegangan
yang satu dengan bagian yang
bertegangan lainnya. Gardu
Induk ini berupa gardu induk
konvensional, memerlukan
tempat terbuka yang cukup
luas.
Gardu Induk Berdasarkan Isolasi
Yang digunakan
 Gardu Induk yang menggunakan
isolasi gas SF 6
Gardu induk yang menggunakan gas
SF 6 sebagai isolasi antara bagian
yang bertegangan yang satu dengan
bagian lain yang bertegangan,
maupun antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang
tidak bertegangan.Gardu induk ini
disebut Gas Insulated Substation
atau Gas Insulated Switchgear (GIS),
yang memerlukan tempat yang
sempit.
Gardu Induk Berdasarkan Isolasi
Yang digunakan
Pertimbangan penggunaan gas SF 6 dalam GIS, adalah :
 Kekuatan dielektrik tinggi, yaitu pada tekanan udara normal sebesar
2,5 kali dielektrik udara.
 Tidak mudah terbakar dan tidak berbau.
 Tidak beracun dan tidak berwarna.
 Mengikuti hukum gas-gas pada umumnya.
 Berat molekul 146 (udara 29).
 Kepekaan ± 6 kg/m3 pada 0,1 MFA dan 10°C.
Gardu Induk Berdasarkan Isolasi
Yang digunakan
GIS-GIS yang terpasang di Indonesia, adalah GIS 150 KV :
 Dipasang di kota-kota besar dan terbatas hanya di Pulau Jawa.
 Sistem penyaluran (transmisi) menggunakan kabel tanah (SKTT).
 Hampir semua komponen GIS terpasang (ditempatkan) dalam gedung,
kecuali transformator tenaga, pada umumnya dipasang (ditempatkan)
di luar gedung.
Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel
Busbar
 Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara
transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya,
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.
 Berdasarkan sistem rel (busbar), gardu induk dibagi menjadi beberapa
jenis, sbb:
Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel
Busbar
 Gardu Induk sistem ring busbar
Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk
ring. Pada gardu induk jenis ini, semua rel
(busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu
dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).

 Gardu Induk sistem single busbar


Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single)
busbar. Pada umumnya gardu dengan sistem ini
adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir)
dari suatu sistem transmisi.
Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel
Busbar
✓ Gardu Induk sistem double busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua
(double) busbar. Gardu induk sistem
double busbar sangat efektif untuk
mengurangi terjadinya pemadaman
beban, khususnya pada saat melakukan
perubahan sistem (manuver sistem).
Jenis gardu induk ini pada umumnya
yang banyak digunakan.
Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel
Busbar
✓ Gardu Induk sistem satu setengah (one
half) busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua
(double) busbar. Pada umumnya gardu
induk jenis ini dipasang pada gardu induk
di pembangkit tenaga listrik atau gardu
induk yang berkapasitas besar. Dalam
segi operasional, gardu induk ini sangat
efektif, karena dapat mengurangi
pemadaman beban pada saat dilakukan
perubahan sistem (manuver system).
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT
dalam satu diagonal yang terpasang
secara deret (seri).
Pemilihan jenis Gardu Induk

 Pemilihan jenis GI, ditentukan


oleh kondisi dari tempat
dimana GI akan dibangun
 Faktor Ekonomi berdasarkan
harga tanah
Peralatan dan Fasilitas Gardu Induk

 Fasilitas dan peralatan GI yang diperlukan sesuai dengan tujuan, dan


mempunyai fasilitas untuk opearasi dan pemeliharaanya.
 Peralatan Pada Gardu induk secara umum adalah sebagai berikut:
✓ Transformator utama
✓ Alat Pengubah fasa
✓ Peralatan penghubung
✓ Panel-hubung, panel control, dan Trafo ukur
✓ Alat pelindung
✓ Peralatan lain-lain
✓ Bangunan (Gedung) GI
Pertimbangan Pembangunan GI

 Kebutuhan beban yang semakin meningkat, mendekati bahkan melebihi


kemampuan GI yang ada.
 Jika kondisi GI eksisting masih memungkinkan, biasanya cukup dilakukan
up-rating atau menaikkan kapasitas GI yang ada, misalnya dengan
melakukan penggantian dan penambahan transformator daya.
 Adanya perluasan daerah/wilayah atau adanya daerah/wilayah baru, yang
pasti membutuhkan ketersediaan/pasokan daya listrik cukup besar.
 Adanya pembangunan infrastruktur bagi kawasan industri.
 Proyeksi kebutuhan daya listrik untuk jangka waktu tertentu, sehingga
perlu disiapkan gardu induk baru atau perluasan gardu induk.
 Adanya pengembangan sistem tenaga listrik secara terpadu, misalnya
pembangunan pembangkit listrik – pembangkit listrik baru, sehingga
dilakukan perluasan sistem penyaluran (transmisi), tentunya dibarengi
dengan pembangunan GI-GI baru atau perluasan.
TEORI GARDU INDUK
ARRESTER, PMS
SWITCH YARD (SWITCHGEAR)
 Adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat peletakan
Komponen utama gardu induk.
 Pemahaman tentang switchyard, pada umumnya adalah:
a. Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbuka yang luas, maka
disebut switchyard
b. Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbatas (sempit) dan di
dalam gedung, maka disebut switchgear.
c. Sebenarnya yang dimaksud switchgear adalah peralatan yang ada di switch
yard.
 Jadi yang dimaksud switchyard, adalah nama yang diperuntukkan bagi gardu
konvensional.
 Sedangkan switchgear, adalah nama yang diperuntukkan bagi Gas Insulated
Substation(GIS).
Peralatan dan Fasilitas Gardu Induk
Peralatan dan Fasilitas suatu Gardu Induk pada umumnya adalah :
1. Instalasi transformator tenaga dan peralatan penyaluran tenaga listrik yang
terdiri dari :
a) Trafo tenaga.
b) Peralatan tegangan tinggi (sisi primer), antara lain :
• Lightning arrester.
• Spark rod.
• Saklar pemisah (PMS).
• Pemutus tenaga (PMT).
• Trafo arus (CT).
• Trafo tegangan (PT).
c) Peralatan tegangan menengah (sisi sekunder).
Peralatan untuk tegangan menengah (sisi sekunder) ragamnya
adalah sama dengan peralatan untuk tegangan tinggi (sisi primer).

d) Peralatan kontrol.
Digunakan untuk mengontrol palayanan gardu induk dari suatu
tempat
dari dalam gedung kontrol yang terdiri dari :
• Panel kontrol.
• Panel relay.
• Meter-meter pengukuran.
• Peralatan telekomunikasi (telepon, PLC dan radio pemancar).
• Batere dan rectifier.
• Dan lain-lain.
e) Peralatan lain.
Kecuali peralatan yang disebut diatas masih ada perlatan-peralatan
seperti:
• Petersen coil.
• Reaktor
• Statik kapasitor.
• Resisitor dan lain-lain
Gunanya untuk memperbaiki sistem penyaluran tenaga listrik.
2. Fasilitas Gardu Induk yang terdiri atas :
a) Gedung Kontrol.
b) Ruangan Batere.
c) Bangunan-bangunan lainnya.
Lighting Arrester

 Berfungsi untuk mengamankan instalasi (peralatan listrik pada instalasi)


dari gangguan tegangan lebih yang di akibatkan oleh sambaran petir
maupun oleh surya petir.
 Dalam keadaan terjadi gangguan yang menyebabkan arrester bekerja, maka
arrester bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.
 Arrester bekerja melepaskan muatan listrik, serta mengurangi tegangan
abnormal yang akan mengenai peralatan dalam GI.
 Setelah surja dilepaskan melalui arrester, arus masih mengalir karena
adanya tegangan sistem, arus ini disebut arus dinamik atau arus susulan
(follow current).
 Arrester harus punya ketahanan termis yang cukup terhadap enersi
dari arus susulan ini, dan harus mampu memutuskannya.
 Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan), LA bersifat isolatif
atau tidak bisa menyalurkan arus listrik.
 Dalam keadaan terjadi gangguan yang menyebabkan LA bekerja, maka
LA bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.
Tahanannya relatif rendah, sehingga dapat menyalurkan arus yang
tinggi ke tanah.
 Setelah tegangan surja hilang, arrester akan dengan cepat berubah
kembali menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat
membuka.
Arrester
Persyaratan yang harus dipenuhi Arrester

 Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasan


(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu
pelepasan, harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi
peralatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap
breakdown voltage), dan tegangan pelepasan disebut juga tegangan
sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop).
 Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik, dan dapat bekerja
terus seperti semula. Batas tegangan sistem dimana pemutusan arus
susulan ini masih mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari
arrester.
Jangkauan Perlindungan Arrester

 Karena terdapat jarak antara arrester dan alat yang dilindungi, serta
adanya pantulan (surja), maka tegangan pada terminal dari alat yang
dilindungi lebih tinggi dari tegangan arrester.
 Jarak antara arrester dan alat yang dilindungi harus dibuat sependek
mungkin.
 Untuk penanganan terhadap surja hubung (switching surge), arrester
sebaiknya dipasang diantara transformator, yang menjadi tujuan
utama perlindungan, dan pemutus bebannya.
Kemampuan arrester terhadap surja
hubung
 Ada dua macam surja:
• Surja hubung
• Surja petir
 Jika arrester melepaskan surja hubung, maka tenaga yang harus ditampung
arrester itu lebih besar dari pada tenaga yang harus diserap bila surja petir
yang menyambar
 Meskipun dikehendaki tegangan pelepasan terhadap surja hubung kurang dari
70% BIL (Basic Insulation Level) dari peralatan yang dilindungi, suatu batas
minimum terkadang diadakan, karena jika tegangan ini terlalu rendah maka
arrester akan terlalu sering bekerja dan mempercepat kerusakannya.
Peralatan Penghubung
 Saluran transmisi dan distribusi dihubungkan dengan GI.
 GI merupakan tempat pemusatan dari tenaga yang dibangkitkan dan interkoneksi
dari system transmisi dan dsistribusi kepada para pelanggan.
 Saluran transmisi dan distribusi ini dihubungkan dengan ril (bus) melalui
transformator utama; setiap saluran mempunyai pemutus beban (circuit breaker)
dan pemisah (disconnecting switch) pada sisi keluarnya.
 Pemutusan beban ini dipakai untuk menghubungkan atau melepaskan beban.
 Jika terjadi gangguan pada saluran transmisi atau alat lain, pemutus-beban ini
dipakai untuk memutuskan hubungan secara otomatis.
 Jika saluran transmisi dan distribusi, transformator, pemutus beban dan sebagainya
mengalami perbaikan atau pemeriksaan, pemisah dipakai untuk memisahkan untuk
memisahkan saluran dan peralatan tadi.
 Pemutus beban dan pemisah dinamakan peralatan penghubung (switchgear).
Peralatan Penghubung

Peralatan penghubung terdiri dari :


a. Pemisah
b. Pemutus beban
c. Saklar beban
d. Sekring tenaga
PEMISAH (PMS) / Disconnect Switch (DS)
 Pemisah adalah suatu alat untuk memisahkan tegangan pada peralatan
instalasi tegangan tinggi.
 Pemisah disebut juga dengan Disconnect Switch (DS) adalah sebuah alat yang
dipergunakan untuk menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan masih
tersambung atau sudah bebas dari tegangan kerja
 Pemilihan jenis pemisah tergantung pada lokasi, tata bangunan luar (outdoor
structure), tata ril, dll
 Untuk tegangan di atas 72 kV, biasanya digunakan jenis pemisah tunggal
mendatar, jenis pemisah tunggal tegak, dan jenis pemisah ganda mendatar.
 Pemisah tidak memutuskan arus yang besar, pemisah (PMS) adalah sebuah alat
yang dapat menyambung atau memutuskan rangkaian dengan arus yang rendah
kurang lebih lima ampere (5A)
 Pembukaan atau penutupan dari pemisah ini harus dilakukan setelah pemutus
tenaga dibuka
 Dalam GI, PMS terpasang di:
• Transformator Bay (TR Bay).
• Transmission Line Bay (TL Bay).
• Busbar.
• BusCouple

 Karena PMS hanya dapa dioperasikan


dioperasikan pada kondisi jaringan
tidak berbeban, maka yang harus
dioperasikan terlebih dahulu adalah
PMT. Setelah rangkaian diputus oleh
PMT baru PMS dioperasikan.

 Umumnya PMS tidak dapat memutus


arus

 Pakai interlock antara PMS dan PMT


 Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi menjadi dua yaitu :
✓ Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan)
Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa
tegangan yang timbul sesudah SUTT diputuskan, atau
induksi tegangan dari penghantar, hal ini perlu untuk
keamanan dari orang yang bekerja pada instalasi.

✓ Pemisah Peralatan
Berfungsi untuk mengisolasi peralatan listrik dari
peralatan yang bertegangan. Pemisah di operasikan
tanpa beban.
Parameter PMS yang harus diperhatikan

 Kemampuan mengalirkan arus ( Arus Nominal = Ampere )


Kemampuan mengalirkan arus ditentukan oleh besarnya penampang
dua batang kontaktor, dengan demikian permukaan sentuh dari
keduanya sangat menentukan. Apabila sebagian permukaan kontak
terdapat kotoran (berkarat) akan sangat mempengaruhi luasnya
penampang dan dalam batas tertentu kontaktor akan menjadi panas.

 Kemampuan tegangan ( Rating Tegangan = KV )


Tegangan operasi PMS dapat dilihat dari kekuatan isolasinya. Semakin
tinggi tegangan akan semakin panjang/tinggi isolator penyangga yang
dipergunakan.
 Kemampuan menahan Arus Hubung Singkat ( KA : Kilo Ampere )
Apabila terjadi hubung singkat, dimana arus hubung-singkat berlipat
kali arus nominalnya, dalam waktu singkat ( detik ) PMS harus mampu
menahan dalam batas yang diijinkan.

Besaran parameter tersebut dapat dibaca pada name plat yang terpasang
pada PMS.
Penggerak Mekanik PMS

 Tekanan udara kompresor ( bila menggunakan tenaga penggerak


pneumatik )
 Tekanan minyak hydrolik ( bila menggunakan tenaga penggerak
hydrolik ).
PMS menurut gerakan lengannya

 Pemisah Engsel
Dimana pemisah tersebut gerakannya seperti engsel. PMS ini biasa
dipakai untuk tegangan menengah ( 20 KV, 6 KV )

 Pemisah Putar
Dimana terdapat 2(dua) buah kontak diam
dan 2(dua) buah kontak gerak yang dapat
berputar pada sumbunya.
 Pemisah Siku
Pemisah ini tidak mempunyai kontak diam, hanya terdapat 2(dua)
kontak gerak yang gerakannya mempunyai sudut 90°.
 Pemisah Luncur.
PMS ini gerakan kontaknya keatas-kebawah ( vertikal) atau kesamping
(mendatar). Banyak dioperasikan pada instalasi 20 KV.

 Pemisah Pantograph.
PMS ini mempunyai kontak diam yang terletak pada rel dan kontak
gerak yang terletak pada ujung lengan pantograph. Jenis ini banyak
dioperasikan pada sistem tegangan 500 KV.
Tenaga penggerak PMS

Jenis tenaga penggerak PMS


dapat dibedakan :
 Secara Manual
Pengoperasian PMS ini
(mengeluarkan /
memasukkan) secara manual
dengan
memutar/menggerakkan
lengan yang sudah terpasang
permanen.
 Tenaga penggerak dengan motor
• Motor penggerak ini terpasang pada box mekanik dimana box harus dalam
keadaan bersih.
• Secara periodik dilakukan pemeliharaan kebersihan pada terminal kabel
wiring, kontaktor-kontaktor dan dilakukan pelu-masan pada poros/roda gigi.
• Pintu box harus tertutup rapat agar semut atau binatang kecil lainnya tidak
bisa masuk kedalamnya.
 Tenaga penggerak pneumatik (tekanan udara)
Tekan udara dapat diperoleh dari kompresor udara sentral yang
terpasang dalam rumah kompresor.
Indikasi Unjuk Kerja

 Dalam pengoperasian PMS terutama pada saat memasukkan, yang


harus diperhatikan adalah posisi melekatnya kontak gerak dengan
kontak diam.
 Ada kalanya terjadi bahwa bila PMS tersebut dioperasikan secara
remote dari panel kontrol, lampu indikator sudah menyatakan masuk
namun kondisi diluar kedua kontaktor belum melekat dengan normal.
 Untuk itu diperlukan pemeriksaan secara visual (pandangan mata)
yang menyatakan kepastian bahwa kedua kontaktor sudah melekat
sempurna.
 Untuk mempertahankan unjuk kerjanya yang optimal, PMS secara
periodik tahunan dilakukan pemeliharaan bersamaan dengan
pemeliharaan peralatan yang terpasang dalam satu bay.
 Dalam pemeliharaan dilaksanakan pembersihan pada kontaktor dari
kotoran-kotoran (karat) dan setelah itu diberikan pelumasan (greese).
 Pelumasan juga diberikan pada peralatan mekanik PMS yang terdapat
roda-gigi, tuas dsb.
TERIMA KASIH
TEORI GARDU INDUK
PMT
PEMUTUS (PMT) / CIRCUIT BREAKER (CB)
 Pemutus tenaga adalah alat yang terpasang di Gardu Induk yang
berfungsi untuk menghubungkan dan memutus arus beban atau arus
gangguan.
 Pada waktu menghubungkan atau memutus beban akan terjadi tegangan
recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api.
 Jenis media pemadam busur api pada pemutus tenaga yaitu : Gas,
vaccum,minyak dan udara.
 PMT jenis gas, menggunakan gas sf6 (hexafluoride)
 Sifat-sifat gas sf6: tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun.
Sifat gas sf6 sebagai bahan pemadam busur cepat kembali sebagai
dielektrik. Tidak terjadi karbon selama terjadi busur, tidak mudah terbakar
thermal conductivitnya yang baik, tidak menimbulkan bunyi berisik.
Jenis Isolasi Pemutus Tenaga

 Pemadaman busur api listrik saat pemutusan atau penghubungan arus


beban atau arus ganggyuan dapat dilakukan oleh beberapa macam
bahan, yaitu diantaranya : Gas, Udara, Minyak atau dengan hampa
udara (Vacum).
PMT dengan media pemutus dengan Gas

 Media gas yang digunakan pada tipe PMT ini adalah Gas SF6 (Sulphur
Hexafluoride). Sifat-sifat gas SF6 murni ialah tidak berwarna, tidak
berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
 Pada temperatur diatas 150°C gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak
metal, plastik dan bermacam-macam bahan yang umumnya digunakan
dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.
 Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik
yang tinggi ( 2,35 kali udara ) dan kekuatan dielektrik ini bertambah
dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu
mengembalikan kekuatan dielektrik
 Pada masa lalu PMT dengan media pemutus menggunakan SF6 ada 2
tipe, yaitu :
• Tipe tekanan ganda ( Double Pressure Type ), dimana pada saat ini
sudah tidak diproduksi lagi. Pada tipe tekanan ganda, gas dari
sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke gas sistem
tekanan rendah selama pemutusan busur api.
• Pada sistem gas tekanan tinggi tekanan gas ± 12 kg/cm2, dan pada
sistem gas tekanan rendah tekanan gas ± 2 kg/cm2. Gas pada
sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem
tekanan tinggi secara cepat, setelah arus bunga api listrik melalui
titik nol
Tipe tekanan ganda (double pressure
type)
Satu Katup PMT Dengan Gas SF6 Bertangki Ganda
Dalam Tanki Tertutup.
Keterangan :
Sambungan terminal-terminal (Connection
Terminals).
Isolator-isolator atas (Upper Insulators).
Jalan masuknya gas SF6 : 14 kg/cm2 ( SF6 inlet 14
kg/cm2 ).
Jalan keluarnya gas SF6 : 2 kg/cm2 ( SF6 outlet 2
kg/cm2 ).
Tipe tekanan tunggal (single pressure
type)
 Pada PMT tipe tekanan tunggal, PMT diisi dengan gas SF 6 dengan
tekanan kira-kira 5 kg/ cm2.
 Selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6 ditekan ke dalam suatu
tabung/cylinder yang menempel pada kontak bergerak.
 Pada waktu pemutusan gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini
yang mematikan busur api.
Keterangan :
1. Mekanisme penggerak ( operating
mechanism ).
2. Pemutus ( Interupter )
3. Isolator penyangga dari porselen rongga
(hollow support insulator porcelen ).
4. Batang penggerak berisolasi glass Fibre
(Fibre Glass Insulating Operating Rod ).
5. Penyambung diantara no. 4 dan no.
12 (Linkages Between 4 and 12 ).
6. Terminal - terminal.
7. Saringan ( filters ).
Satu Katup PMT 245 kV 8. Silinder bergerak ( movable cylinder ).
dengan Gas SF6
9. Torak tetap ( fixed piston ).
10. Kontak tetap ( Fixed contact ).
PMT dengan Media pemutus
menggunakan udara
 PMT ini menggunakan udara sebagai pemutus busur api dengan
menghembuskan udara ke ruang pemutus.
 PMT ini disebut PMT Udara Hembus ( Air Blast Circuit Breaker )
 Pada PMT udara hembus (juga disebut compressed air circuit
breaker), udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui
nozzle pada kontak pemisah ionisasi media antara kontak dipadamkan
oleh hembusan udara.
 Setelah pemadaman busur api dengan udara tekanan tinggi, udara ini
juga berfungsi mencegah restriking voltage ( tegangan pukul ).
 Kontak PMT ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan
udara.
Ruangan Pemadam Busur Api Ganda
PMT Udara Hembus Pada Pmt Udara Hembus
PMT dengan Hampa Udara ( Vacuum
Circuit Breaker )
 Kontak-kontak pemutus dari PMT ini terdiri dari kontak tetap dan
kontak bergerak yang ditempatkan dalam ruang hampa udara.
 Ruang hampa udara ini mempunyai kekuatan dielektrik ( dielektrik
strength ) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang
baik.
 PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah
dan hingga saat ini masih dalam pengembangan sampai tegangan
36kV.
PMT dengan Hampa Udara ( Vacuum
Circuit Breaker )
 Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan
bertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kV.
 Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis ini
dengan dihubungkan secara seri.
 Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara
lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara.
 Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak
utama sekitar 20 tahun.
 Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang tinggi maka bentuk
pisik PMT jenis ini relatip kecil.
PMT dengan Media pemutus
menggunakan Minyak
 Pemutus tenaga (circuit breaker) jenis minyak adalah suatu pemutus
tenaga atau pemutus arus menggunakan minyak sebagai pemadam
busur api listrik yang timbul pada waktu memutus arus listrik.
 Jenis pemutus minyak dapat dibedakan menurut banyak dan sedikit
minyak yang digunakan pada ruang pemutusan yaitu : pemutus
menggunakan banyak minyak (bulk oil) dan menggunakan sedikit
minyak (small oil).
 Pemutus minyak digunakan mulai dari tegangan menengah 20 kV
sampai tegangan ekstra tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A
sampai 1250 A dengan arus pemutusan simetris 12 kA sampai 50 kA.
PMT dengan Media pemutus
menggunakan Minyak
 Pada PMT ini minyak berfungsi sebagai perendam loncatan bunga api
listrik selama pemutusan kontak-kontak dan bahan isolasi antara
bagian-bagian yang bertegangan dengan badan.
 PMT dengan media pemutus menggunakan banyak minyak (bulk oil)
 PMT tipe ini ada yang mempunyai alat pembatas busur api listrik dan
ada pula yang yang tidak.
PMT dengan Banyak Menggunakan PMT Banyak Menggunakan Minyak
Minyak (Plain Break Bulk Oil Circuit Dengan Pengatur Busur Api (Bulk Oil
Breaker) Circuit Breaker With Arc Control
Device)
PMT dengan Sedikit Minyak ( Low Oil
Content Circuit Breaker )
 PMT dengan sedikit minyak ini, minyak hanya dipergunakan sebagai
perendam loncatan bunga api, sedangkan sebagai bahan isolasi dari
bagian-bagian yang bertegangan digunakan porselen atau material
isolasi dari jenis organik.
 Pemutusan arus dilakukan dibagian dalam dari pemutus. Pemutus ini
dimasukkan dalam tabung yang terbuat dari bahan isolasi. Diantara
bagian pemutus dan tabung diisi minyak yang berfungsi untuk
memadamkan busur api waktu pemutusan.
Fungsi Minyak Isolasi

 Ketika kontak yang menyalurkan arus terpisah di dalam


kompartemen yang berisi minyak, panas menyebabkan penguraian
minyak.
 Gas-gas yang terbentuk karena penguraian (decomposition),
menyebabkan tahanan bertambah.
 Tekanan yang dibangkitkan oleh gas, dipengaruhi oleh desain
pengendali busur api (Arc control device), kecepatan kontak bergerak
dan energi oleh busur api tersebut.
 Gas yang mengalir pada daerah kontak akan didinginkan dan dipecah.
Kontak akan diisi minyak yang dingin pada waktu arus melalui titik
nol.
Fungsi Minyak Isolasi

 Panas dari busur api menyebabkan penguraian minyak dan hasil dari
penguraian adalah gas hidrogen dan gas lain misalnya Acytilene.
 Gas yang dihasilkan didalam ruang control menaikan tahanan.
 Gas yang dihasilkan pada ruang penahanan busur adalah fungsi dari
panas busur api, waktu busur sebagai fungsi dari langkah kontak.
 Pada waktu gelombang arus menuju nol, diameter busur api adalah
kecil, dan gas yang mengalir akan dapat memadamkan busur,
pemutusan busur api berhenti, membangkitkan gas dan aliran minyak.
Jenis Penggerak Pemutus Tenaga

MEKANIK JENIS SPRING


 Mekanis penggerak PMT dengan menggunakan pegas ( spring) terdiri
dari 2 macam :
• Pegas pilin ( helical spring )
• Pegas gulung ( scroll spring )
Mekanik PMT dengan sistem pegas
pilin
Mekanik PMT dengan sistem pegas
pilin
 Biasanya untuk penggerak pengisian pegas PMT dilengkapi motor
penggerak (7) Motor akan menggerakkan roda pengisi (5) pada batang
pegas melalui (13) roda perantara yang dihubungkan dengan dua buah
rantai.
 Berputarnya roda pengisi (5), mengakibatkan pegas penutup (3)
menjadi terisi (meregang). Pada saat pegas penutup (3) terisi
(meregang) pada batas maximumnya, maka motor (7) akan berhenti.
 Untuk meregangkan pegas penutup ini juga dapat dilakukan dengan
cara manual dengan menggunakan engkol (6).
Proses penutupan PMT ( Closing of
Breaker )
 Dengan diberinya arus penguat pada kumparan penutup (16) atau
dengan menekan “push button”, maka hubungan antara lengan
interlock (1) dan pawl (2) akan terlepas, sehingga batang pegas (13)
juga akan terlepas dan pegas penutup (3) menjadi mengendor.
 Penghubung (12) pada batang pegas (13) menggerakkan pawl (11)
sehingga berputar sepanjang sektor penunjang (14) dengan sudut 120
dan menutup PMT melalui batang pemutus tenaga (15). Dan
bersamaan dengan itu pegas pen-trip (4) akan terisi, kemudian secara
otomatis motor (7) akan menggerakkan roda pengisi (5) kembali untuk
tenaga pemasukkan selanjutnya.
Proses pembukaan PMT ( Tripping of
Breaker )
 Dengan diberinya arus penguatan pada kumparan tripping (8) atau
dengan “push botton” akan melepas hubungan antara tuas pengunci
(9) dan sector penunjang (14) dan akhirnya masuk ke dalam alur stop
groove (10).
 Pawl (11) didorong oleh sektor penunjang (14) dan menyebabkan
terlepasnya pegas pen-trip (4), menggerakkan batang PMT (15)
sehingga PMT trip dan sektor penunjang (14) kembali pada posisi
semula.
Mekanik PMT dengan sistem pegas
gulung
Mekanik PMT dengan sistem pegas
gulung
 Sistem dengan pegas gulung (Scroll spring) Proses pengisian pegas
(Spring charger) Biasanya untuk penggerak pengisian pegas PMT
dilengkapi motor penggerak Motor (18) akan menggerakkan pegas
penutup (1) melalui roda gigi reduksi (17), (13) dan (26).
 Ujung luar dari pegas penutup (1) terpasang pada rumah pegas
penutup (2) yang berlubang tengahnya untuk berputarnya batang
pegas penutup (3). Bagian penahan (4) dipasang pada batang pegas
penutup (3) yang ditahan oleh gigi jantera penutup (7). Gigi jantera
penutup (7) akan tetap terkunci selama pegas penutup (1) terputar.
 Jika rumah pegas penutup (2) berputar 360°, maka pegas penutup
(1)akan terputar penuh, dan selanjutnya sakelar pembatas putaran
motor (30) secara otomatis akan memutuskan aliran listrik ke motor.
Sakelar pembatasputaran motor (30) ini dikerjakan oleh tuas
pemindah (21) dan sistemgabungan dari bingkai penggulung pemindah
(22) yang terpasang padarumah pegas penutup (2).
 Pegas penutup (1) dapat juga digerakkan secara manual dengan
menggunakankan engkol (25) searah jarum jam. Penghubung interlock
(19) mencegah putaran lebih lanjut dari engkol (25) jika pegas
penutup (1) telah berputar penuh.
 Penunjuk posisi pegas penutupan (27) akan memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah penutup (1) terputar atau tidak, dimana
digerakkan oleh batang (20) yang dihubungkan ke tuas pemindah (21).
Proses penutupan PMT ( Closing of
Breaker)
 Bila kumparan penutup (16) mendapat impulse listrik, maka bagian
penahan (4) akan terlepas atau dapat juga dilepaskan dengan
menggunakan tuas pembuka penutupan (24). Batang pegas penutup (3)
akan berputar searah jarum jam melalui sudut 360° karena gaya
terlepasnya pegas penutupan (1) dan akan bertumpu lagi dengan gigi
jentera penutup (7).
 Penghubung (8) yang disambungkan ke bagian penahan (4) menumbuk
bingkai penggulung (10) pada tuas bingkai penggulung (11) dan
menyebabkan berputarnya batang penggerak (12) melalui sudut 60° ke
posisi “ON” (I), artinya sampai tuas penggulung (11) berputar melalui
grendel pen-trip (15) yang menjaga tuas bingkai penggulung (11)
tersebut jangan sampai kembali lagi.
 Roda berat (6) yang tersambung ke bagian penahan (4) melalui kopling
pergeseran (5) meredam torsi dan energi yang berlebihan. Sekarang
penunjuk posisi PMT (28) menunjukkan “ON” (closed) dan pegas
penutup tidak berputar.
Proses pembukaan PMT ( Tripping of
Breaker)
 Dengan diberikannya arus penguatan pada kumparan pen-trip (14) maka tuas
bingkai penggulung (11) akan melepas atau digerakkan oleh tuas pembuka
pen-trip (23) melalui grendel pen-trip (15), sehingga batang penggerak (12)
akan berputar (karena gaya pegas pen-trip yang dipasang pada base) kira-kira
60° dan akan kembali ke posisi “OFF” (0)
MEKANIK JENIS HIDROLIK

 Penggerak mekanik PMT hydraulic adalah rangkaian gabungan dari beberapa


komponen mekanik,elektrik dan hydraulic oil yang dirangkai sedemikian
rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan
menutup PMT.
 Prinsip kerja penggerak mekanik hydraulic PMT FX 12 dan FX 22 buatan GEC
ALSTHOM adalah sebagai berikut : Energi yang dihasilkan dengan bantuan
media minyak hydraulic bertekanan dan berstabilitas tinggi.
 Sebuah pompa akan memompa minyal hydraulic dan dimasukan kedalam
akumulator (1), dimana di dalam tabung akumulator terdapat gas N2 yang
berfungsi sebagai stabilisasi. Pilot valve solenoid meneruskan minyak
menuju valve utama dan dari sini akan menuju tabung actuator ( hydraulic
RAM (3) ) dan mendorong piston (2) kearah atas, maka moving kontak (5)
akan masuk.
Penggerak Mekanik PMT Hidraulic

 Bagian utama ( power part )


Peralatan / komponen terpasang pada bagian ini adalah RAM ,
Akumulator, Valve utama dan lain –lain, yang terpasang dibagian
bawah iterupting chamber pada masing – masing fasa.
 Bagian pemicu (pilot part )
Peralatan / komponen terpasang pada bagian ini adalah closing
elektrovalve , triping elektrovalva, intermediate valve dan lain – lain,
yang terpasang dibagian bawah iterupting chamber tiap fasa pada PMT
single pole dan PMT Three pole terpasang pada fasa tengah ( S ).
 Bagian pendukung ( aux part )
Peralatan / komponen terpasang pada bagian ini adalah pompa,
indicator RAM. pressure switch, main oil reccive ( tangki utama ) dan
lain –lain , yang terpasang pada box control tiap – tiap fasa untuk PMT
single pole dan untuk Three pole terpasang pada fasa tengah ( S).

Keterangan :
17 : Storage accumulator
18 : Indicator RAM
20 : Motor pompa
21 : Emergency Hand lever
22 : Oil receiver
25 : Non return valve
26 : Safety valve
27 : Distribution Blok
28 : Plug
29 : Presure Switch
Penutupan PMT

 Pada saat diberikan perintah close/penutupan, Elektromagnet ( E ) bekerja


dan closing pilot valve (10) membuka. Hal tersebut mengakibatkan minyak
hidrolik bertekanan tinggi masuk dan mengalir melalui pipa saluran (1),(2)
dan (7).
 Minyak hidrolik pada pipa saluran (1) mendorong piston (3) dan menutup
saluran minyak pada pipa (11) menuju tangki (12). Disisi lain membuka
valve (13). Kemudian minyak hidrolik tekanan tinggi masuk ke pipa saluran
(4).
 Minyak hidrolik pada pipa saluran (4) mendorong piston (5) dan menutup
saluran minyak pada pipa (14) menuju tangki (15). Disisi lain , membuka
valve (16) dan mengakibatkan minyak hidrolik tekanan tingggi mengalir
dari tangki akumulator (17) melalui pipa (6) dan mendorong piston
(8),akibatnya stang piston bergerak ke atas dan PMT masuk.
 Setelah PMT masuk sempurna , closing valve (10) menutup. Valve (13)
dan (16) tetap berada pada posisi membuka sehingga minyak hidrolik
tekanan tinggi pada pipa (1),(2) dan (7) mempertahankan posisi piston
(3) dan piston (8).
 Selama PMT dalam kondisi masuk , posisi auc kontak (I) , pada posisi
sebaliknya , Sehingga closing Elektromegnet (E) tidak kerja dan
sementara opening electromagnet (D) siap kerja.
Pembukaan PMT

 Pada saat diberikan perintah open (pembukaan) , Elektromagnet (D)


kerja dan opening pilot valve (19) membuka, lalu minyak hidrolik yang
berada pada pipa saluran (1) , (2) dan (7) mengalir menuju tangki
(12), akibatnya piston (3) kembali pada posisi awal ,sehingga minyak
pada pipa saluran (4) mengalir minyak menuju tangki (12).
 Valve (13) menutup dan piston (15) kembali pada posisi awal,
mengakibatkan Valve utama (16) menutup dan minyak hirolik tekanan
tinggi mengalir menuju tangki (15) melalui pipa saluran (14).
 Minyak hidrolik pada ruang (F1) berubah menjadi bertekanan rendah,
piston (8) bergerak kebawah dan PMT membuka.
 Setelah PMT membuka , Triping pilot valve (19) menutup .Valve (13)
dan (16) tetap pada posisi menutup. Selama PMT dalam kondisi keluar
, posisi aux kontak (I) berada pada posisi seperti pada gambar
sehingga opening elektomagnet (D) tidak kerja dan sementara closing
elektomagnet (E) siap kerja.
MEKANIK JENIS PNEUMATIK

 Pada umumnya tujuan pemeliharaan peralatan adalah untuk


mempertahankan kondisi optimal dari peralatan tersebut, sehingga
pada gilirannya dapat mempertahankan keandalan dan nilai ekonomis
dari peralatan tersebut.
 Bila membicarakan system pnuematic pada PMT, maka harus juga
dibahas mulai dari kompressor unitnya sampai kepada bagian yang
menggerakkan rod untuk fixed dan moving contact-nya.
MEKANIK JENIS PNEUMATIK

 Dalam pelaksanaan pengujian konsumsi udara pada PMT dengan media


penggerak mekanis (operating mechanism) pnuematic harus dilakukan
percobaan Open- Close – Open (O-C-O) dengan energi yang tersimpan
(storage energy) dalam sistem pnuematic PMT tersebut, sehingga PMT
tersebut mampu melaksanakan fungsi auto reclose.
 Bila melakukan pembukaan atau pengerasan posisi mur – baut agar
memperhatikan tingkat kekerasan moment (lihat rekomendasi
pabrikan) tidak disarankan menggunakan kunci yang tidak dilengkapi
dengan pengukur moment.
proses drainase air yang
terkondensasi dari dalam
tangki udara
MEKANIK JENIS AIR BLAST

 PMT dengan system udara hembus atau disebut juga dengan Air Blast
Circuit Breaker, dalam operasinya PMT jenis ini memerlukan udara
tekanan tinggi dengan system tekanan 180 bar, 150 bar dan 30 bar ,
fungsi dari udara tekan tersebut adalah sebagai media pemadam
busur api pada saat pemutusan arus dan juga sebagai penyedia energi
untuk mekanik penggerak PMT.
System Udara Tekan

 Udara tekan dihasilkan oleh system kompresor sentral tekanan tinggi dengan
output tekanan 180 bar yang ditampung dengan reservoir berbentuk bola dan
botol
 Jumlah kompresor dan reservoir adalah tergantung dari jumlah PMT yang
dilayani.
 Udara tekan 180 bar dari reservoir didistribusikan ke semua Marshalink Kiosk di
masing-masing PMT, dan pada MK tersebut udara tekan 180 bar diturunkan
menjadi 150 bar melalui reducing valve, PMT udara hembus bekerja dengan
system tekanan 150 bar dan 30 bar.
 Untuk operasi PMT pada masing-masing pole PMT disediakan botol reservoir
untuk tekanan 150 bar, udara tekanan 30 bar didapat dari reducing valve dari
150 bar menjadi 30 bar yang ditempatkan pada control block PMT yang
ditempatkan pada pole tengah.
TERIMA KASIH
TEORI GARDU INDUK
PERALATAN DI GI
Saklar Beban

 Saklar beban disebut juga load switch


 Tidak dapat memutuskan arus gangguan, tapi dapat memutuskan arus
beban
 Akan menguntungkan jika dipasang pemutus beban pada rangkaian
utama dan saklar beban dipasang pada saluran-saluran cabangnya
 Apabila dikombinasikan dengan sekring tenaga, maka saklar beban
dapat berfungsi hampir sama dengan pemutus tenaga
Sekring Tenaga

 Sekring tenaga (power fuse, disebut juga pengaman lumer) banyak


dipakai untuk pengamanan terhadap hubung singkat dan beban lebih.
 Konstruksinya jauh lebih sederhana dari pada pemutus beban, tetapi
kemampuannya sama dengan gabungan antara pemutus beban dan
relenya.
 Kerugiannya adalah bahwa ia tidak dapat memutus ketiga fasa
bersama-sama dan harus diganti dengan yang baru setiap kali ia
terputus.
 Dipandang dari segi pengamanan sistim koordinasinya sangat sukar.
Oleh karena itu ia dipakai hanya untuk pengamanan trafo kecil, trafo
tegangan, serta pengamanan saluran cabang yang kurang penting.
Transformator

Kebijaksanaan Pemilihan dan Karakteristik:


 Jika dibandingkan antara trafo 3 fasa dengan trafo 1 fasa, maka trafo 3 fasa
lebih menguntungkan dalam hal pondasi, pengawatan, dan ruang yang
diperlukan
 Jika trafo yang digunakan adalah trafo 1 fasa, dan membutuhkan trafo
cadangan, maka cukup menambahkan 1 trafo 1 fasa,
 Jika dalam GI membutuhkan banyak trafo, lebih menguntungkan
menggunakan trafo 3 fasatrafo 3 fasa memiliki keandalan yang lebih baik
 Untuk kelas 500 kV, trafo yang digunakan adalah trafo 1 fasa
 Trafo hubungan bintang lebih menguntungkan untuk trafo dengan isolasi yang
dikurangi pada titik netral, pembumian titik netral, pemasangan pengubah
tap berbeban
 Trafo dengan lilitan bintang banyak digunakan untuk kelas lebih dari
100 kV
 Dililhat dari segi fluktuasi tegangan, daya reaktif yang induktif dan
stabilitas system, dikehendaki tegangan impedansi yang kecil
 Dilihat dari segi pembatasan arus hubung-singkat, dikehendaki
tegangan impedansi yang besar
 Dari segi perencanaan (design), trafo yang dibuat untuk impedansi
tinggi, tembaganya akan lebih berat.
 Jika untuk impedansi rendah, besinya yang lebih berat
 Pada umumnya, berat trafo sebanding dengan pangkat ¾ dari
kapasitasnya.
 Untuk kapasitas besar, beratnya sebanding dengan pangkat 0,6 – 0,65
Trafo Daya
 Berfungsi mentransformasikan daya
listrik, dengan merubah besaran
tegangannya, sedangkan frekuensi
tetap
 Transformator daya juga berfungsi
untuk pengaturan tegangan
 Transformator daya dilengkapi
dengan trafo pentanahan yang
berfungsi untuk mendapatkan titik
neutral daritrafo daya. Peralatan ini
disebut Neutral Current Transformer
(NCT)
 Perlengkapan lainnya adalah
pentanahan trafo, yang disebut
Neutral Grounding Resistance (NGR)
Trafo Ukur

 Untuk proses pengukuran di gardu induk diperlukan transformator instrumen.


 Transformator instrument ini dibagi atas dua kelompok, yaitu:
✓ Transformator tegangan: menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah yang dapat diukur dengan voltmeter yang berguna untuk indikator,
relai dan alat sinkronisasi.
✓ Transformator arus: pengukuran arus yang besarnya ratusan ampere lebih
yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada
tegangan renda dan besarnya di bawah 5 ampere, maka pengukuran dapat
dilakukan secara langsung, sedangkan untuk arus yang mengalir besar,
maka harus dilakukan pengukuran secara tidak langsung menggunakan trafo
arus. Selain itu trafo arus berfungsi juga untuk pengukuran daya dan
energi, pengukuran jarak jauh rele proteksi
Transformator Tegangan

 Transformator tegangan adalah trafo stu fasa yang menurunkan


tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan
Volt meter yang berguna untuk indikator, rele dan alat synkronisasi.
 Ada dua macam trafo tegangan yaitu :
1. Trafo tegangan magnetic
2. Trafo Tegangan Kapasitip
Trafo Tegangan Magnetik

 Prinsip kerjanya seperti trafo daya. Meskipun demikian rancangannya


berbeda didalam beberapa hal seperti : kapasitasnya kecil (10 – 150
VA).
 Faktor ratio dan sudut fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan
sekunder dirancang sedemian rupa supaya faktor kesalahan menjadi
kecil.
 Salah satu ujung kumparan tegangan tinggi selalu diketanahkan.
 Trafo tegangan kutub tunggal yang dipasang pada jaringan tiga fasa
disamping belitan pengukuran, biasanya dilengkapi lagi dengan belitan
tambahan yang digunakan untuk mendeteksi arus gangguan tanah.
 Belitan tambahan dari ketiga trafo tegangan dihubungkan secara seri
seperti pada gambar :
 Pada kondisi normal tidak muncul tegangan pada terminal Vab, tetapi
jika terjadi gangguan tanah pada salah satu fasanya, maka tegangan
yang tidak terganggu naik sebesar √3 dari tegangan semula sehingga
pada terminal Vab akan dibangkitkan tegangan sebesar 3 Vn.
 Tegangan ini akan memberi penguatan pada rele gangguan fasa ke
tanah. Tegangan pengenal belitan gangguan tanah baisanya dipilih
sedemikian rupa sehingga saat gangguan tanah Vab mencapai harga
yang sama dengan tegangan sekunder fasa-fasa.
Trafo Tegangan Kapasitip

 Karena alasan
ekonomis maka trafo
tegangan
menggunakan pembagi
tegangan dengan
memnggunakan
kapasitor sebagai
pengganti trafo
tegangan induktif.
 Oleh pembagi kapasitor, tegangan pada C2 atau tegangan primer trafo
penengah V1 diperoleh dalam orde puluhan kV, umumnya 5, 10, 15
dan 20 kV.
 Kemudian oleh trafo magnetik tegangan primer diturunkan menjadi
tegangan sekunder standar 100 atau 100√3 Volt.
 Jika terjadi tegangan lebih pada jaringan transmisi, tegangan pada
kapasitor C2 akan naik dan dapat menimbulkan kerusakan pada
kapasitor tersebut.
 Untuk mencegah kerusakan tersebut dipasang sela pelindung (SP).
Sela pelindung ini dihubung serie dengan resistor R untuk membatasai
arus saat sela pelindung bekerja untuk mencecah efek feroresonansi
 Rancangan trafo tegangan kapasitor adalah gulungan kertas yang
dibatasi oleh lembaran aluminium yang merupakan bentuk kapasitor
(dua plat paralel) sehingga bentuknya ramping dan dapat dimasukan
kedalam tabung poselin.
 Belitan resonansi dan belitan trafo magnetik intermediasi
ditempatkan didalam bejana logam.
 Terminal K dapat dikebumikan langsung atau dihubungkan dengan alat
komunikasi yang signyalnya menumpang pada jaringan sistem.
 Agar efektif sebagai kopling kapasitor, maka besarnya kapasitansi C1
dan C2 secara perhitungan harus memiliki nilai minimum 4400 pF.
 Keburukan trafo tegangan kapasitor: Adanya induktansi pada trafo
magnetik yang non linier, mengakibatkan osilasi resonansinya yang
timbul menyebabkan tegangan tinggi yang cukup besar dan
menghasilkan panas yang tidak diingikan pada inti magnetic dan
belitan sehingga menimbulkan panas yang akan mempengaruhi hasil
penunjukan tegangan.
 Diperlukan elemen peredam yang akan mengahsilkan tidak ada efek
terhadap hasil pengukuran walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.
TRANSFORMATOR ARUS

 Trafo arus digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper
lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi.
 Jika arus hendak diukur mengalir pada tegangan rendah dan besarnya di
bawah 5 ampere, maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung
sedangkan arus yang besar tadi harus dilakukan secara tidak langsung dengan
menggunakan trafo arus sebutan trafo pengukuran arus yang besar.
 Trafo arus juga dibutuhkan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran
jarak jauh dan rele proteksi.
 Kumparan primer trafo arus dihubungkan secara serie dengan jaringan atau
peralatan yang akan diukur arusnya, sedangkan kumparan sekunder
dihubungkan dengan peralatan meter dan rele proteksi.
 Trafo arus bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat.
 Kawasan kerja trafo arus yang digunakan untuk pengukuran biasanya 0,05 sampai
1,2 kali arus yang akan diukur.
 Trafo arus untuk tujuan proteksi biasanya harus mampu bekerja lebih dari 10 kali
arus pengenalnya.
 Perbedaan utama trafo arus dengan trafo daya adalah:
• Jumlah belitan primer sangat sedikit, tidak lebih dari 5 belitan. Arus primer
tidak mempengaruhi beban yang terhubung pada kumparan sekundernya,
karena arus primer ditentukan oleh arus pada jaringan yang diukur. Semua
beban pada kumparan sekunder dihubungkan seri. terminal sekunder trafo
tidak boleh terbuka, oleh karena itu terminal kumparan sekunder harus
dihubungkan dengan beban atau dihubung singkat jika bebannya belum
dihubungkan.
 Prinsip kerja sama dengan trafo daya satu fasa. Jika pada kumparan primer
mengalir arus I1, maka pada kumparan primer akan timbul gaya gerak magnet
sebesar N1 I1. Gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti. Fluks ini
membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Jika kumparan
sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2. arus ini
menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder.
TRANSFORMATOR BANTU (AUXILLIARY)

 Transformator bantu adalah trafo yang digunakan untuk membantu


beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut.
 Jadi merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti motor-motor 3
fasa yang digunakan sebagai motor pompa sirkulasi minyak trafo beserta
motormotor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pasokan
sumber tenaga cadangan seperti sumber DC yang merupakan sumber utama
jika terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga
proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.
 Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab
selain fungsi utama sebagai pemasuk alat-alat bantu dan sumber/penyimpan
arus DC (batere) juga digunakan untuk penerangan.
 Sumber untuk sistim sirkulasi pada ruang batere, sumber pengggerak mesin
pendingin (Air Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan
elektronika/digital diperlukan temperatur ruangan dengan temperatur antara
20ºC - 28ºC.
 Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu
adalah pembagian beban yang masingmasing mempunyai proteksi sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing.
 Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap fungsi dan bay yang
menggunakan sumber DC sebagai penggerak utamanya. Untuk itu disetiap
gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.
Oto-Transformator

 Oto-Trafo adalah trafo yang lilitan primer dan


sekundernya mempunyai bagian yang bersamaan seperti
pada gambar 1.
 Ini hanya digunakan jika kedua sisi primer dan
sekundernya dihubungkan lasngsung pada system yang
ditanahkan secara langsung
 Suatu oto-trafo, kapasitas ekivalennya sama dengan
suatu harga α kali kapasitas outputnya

𝑁1 𝐸𝐻 − 𝐸𝐿 𝐸𝐿
𝛼= = =1 −
𝑁1 + 𝑁2 𝐸𝐻 𝐸𝐻
 Perbandingan ini dinamakan co-ratio
 Semakin dekat perbandingan transformasinya (EH/EL) dengan 1, maka
semakin kecil harga α, semakin berkurang beratnya
Kelebihan Oto-Transformator: Kekurangan Oto-Transformator:
 Harganya lebih murah • Presentase impedansi efektifnya
berkurang dengan pebandingan α,
 Efisiensi lebih tinggi
sehingga arus hubung singkatnya
 Regulasi lebih baik bertambah dengan 1/α
 Ukuran lebih kecil • Tekanan mekanisnya bertambah (1/α )2
 Arus pembangkitan lebih kecil karena hubungan singkat tersebut
• Gangguan listrik pada rangkaian yang
satu akan menyebabkan gangguan pada
rangkaian yang lainnya, karena
keduanya terhubung secara fisik
Pengubah Tap Berbeban

 Pengubah tap berbeban (tap changer) adalah alat perubah


perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi
sekunder yang diinginkan dari tegangan jaringan / primer yang
berubah-ubah.
 pada salah satu atau pada kedua sisi belitan transformator dibuat tap
(penyadap) untuk merubah perbandingan transformasi (rasio) trafo.
 Ada dua cara kerja tap changer:
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban / Off Load Tap
Changer), hanya dapat dioperasikan manual.
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban / On Load Tap
Changer (OLTC), dapat dioperasikan secara manual atau otomatis.
 Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya
menggunakan tap changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan
trafo berbeban dan dipasang di sisi primer.
 Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada
trafo kapasitas kecil, umumnya menggunakan tap changer yang
dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga tanpa beban.
 OLTC terdiri dari :
1. Selector Switch
2. diverter switch
3. transisi resistor
 Untuk mengisolasi dari bodi trafo (tanah) dan meredam panas pada
saat proses perpindahan tap, maka OLTC direndam di dalam minyak
isolasi yang biasanya terpisah dengan minyak isolasi utama trafo
 Ada beberapa trafo yang compartemennya menjadi satu dengan main
tank.
KOMPENSATOR / KONDENSATOR

 Kompensator di dalam sistim Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat


pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran
transmisi atau transformator dengan mengatur daya reaktif.
 Kompensator dapat pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan
memperbaiki faktor daya
 Kompensator tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer
Kompensator Putar

 Kompensator yang berputar adalah kondensator sinkron dan


kondensator asinkron
 Alat yang berputar baik yang dipakai fasa terdahulu ( Leading ) atau
terbelakang (lagging) dapat diatur secara kontinyu, tetapi alat ini
sangat mahal dan pemeliharaannya rumit (di PLN belum terpasang).
Kompensator Putar

 Jenis asinkron memiliki beberapa kelebihan dibanding jenis sinkron,


diantaranya:
✓ Start yang lebih mudah
✓ Arus hugbung-singkat yang lebih kecil
✓ Stabilitas yang lebih baik
 Jenis asinkron juga memilik beberapa kerugian, diantaranya:
✓ Hilang daya yang cukup besar
✓ Harganya mahal
✓ Alat penguatan sekundernya rumit
Kompensator/Kondensator Sinkron

 Kondenser sinkron (sering juga disebut kapasitor sinkron atau


kompensator sinkron) adalah sebuah alat yang identik dengan motor
sinkron, dimana porosnya tidak tersambung ke apa-apa melainkan
berputar bebas.
 Tujuannya untuk mengatur kondisi grid transmisi tenaga listrik.
 Keunggulan mendasarnya adalah mudahnya dalam hal besarnya
koreksi yang bisa diatur.
 Energi kinetik yang tersimpan di rotor mesin bisa membantu
menstabilisasi sistem tenaga selama hubung singkat atau beban
fluktuatif yang cepat seperti kompor busur listrik.
 Pemasangan kondenser sinkron biasanya terkait dengan stasiun
konverter HVDC untuk mensuplai daya reaktif ke grid AC.
 Mesin sinkron memiliki rugi-rugi energi yang lebih besar dibanding
bank kapasitor statis.
 Kebanyakan kondenser sinkron terhubung ke grid listrik memiliki
rating antara 20MVAr (megavar) dan 200MVAr
 Kondensator sinkron kebanyakan adalah berpendingin hidrogen.
KOMPENSATOR STATIONER

 Alat yang stationer sekarang banyak dipakai, tegangannya mudah diatur


dengan penyetelan daya reaktif secara bertingkat mengikuti perluasan
sistem tenaga listrik.
 Alat yang stationer adalah kapasitor shunt dan reaktor shunt.
 Kapasitor terdapat beberapa kompensator yang dihubungkan secara seri
antara kapasitor dengan transmisi, hal ini bertujuan untuk melawan arah
dari efek hubungan seri dari reaktansi induktif dari pada transmisi.
 Peningkatan kualitas tegangan atau faktor daya disisi pemakai tenaga
listrik dapat dilakukan baik dari sisi pembangkit dengan pengaturan arus
medan magnet maupun dari sisi pemakai yaitu dengan pengaturan daya
reaktif.
 Pengaturan arus medan magnet sangat dibatasi oleh kapasitas nominal
pembangkit itu sendiri
 Jika beban mempunyai komponen induktif yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan komponen kapasitif maka untuk memperbaiki
faktor kerja dibutuhkan daya reaktif kapasitif.
 Sedangkan untuk beban komponen kapasitif reaktif lebih besar
dibandingkan dengan komponen induktif maka untuk memperbaiki
faktor kerja diperlukan daya reaktif induktif untuk menkompensir
daya reaktif kapasitif.
Kapasitor Shunt

 Sebagai unit, ada kapasitor 1 phasa dan kapasitor 3 phasa.


 Pada saluran distribusi dipakai kapasitor 3 phasa, sedangkan pada
sistem tegangan tinggi dan kapasitasnya besar dipakai kapasitor 1
phasa yang dihubungkan secara bintang.
 Susunan kapasitor terdiri dari kapasitor itu sendiri, reaktor seri yang
berfungsi untuk menjaga agar susunan kapasitor tetap induktif, dan
komponen pelepas yang berfungsi menghilangkan muatan listrik pada
susunan kapasitor saat kapasitor dilepas untuk maksud pemeliharaan.
 Terdapat dua cara pemasangan kapasitor yaitu secara seri dan
shunt/paralel.
 Pemasangan kapasitor sangat penting untuk penyediaan daya reaktif
dari sebuah sistim daya
 Pemasangan kapasitor pada sistem daya menimbulkan daya reaktif
untuk memperbaiki faktor daya dan tegangan, karenanya menambah
kapasitas sistem dan mengurangi kerugian.
 Kapasitor shunt memperbaiki tipe daya reaktif atau arus untuk
melawan komponen dari arus yang dihasilkan oleh beban induktif.
 Sebagai unit, kapasitor terdiri dari kapasitor 1 fasa dan 3 fasa
 Pada saluran distribusi biasa dipakai kapasitor 3 fasa
 Jika tegangan system tinggi dan kapsitasnya besar, kapasitor 1 fasa
dihubungkan secara bintang
 Susunan kapasitor terdiri dari kapasitor unit, reactor seri, kumparan
pelepasan (discharge), dan isolator penyangga
Reaktor

 Ada dua macam reaktor, Reaktor shunt dipasang untuk kompensator


transmisi dan Reaktor netral untuk kompensator transformator.
 Dibandingkan dengan transformator, getaran dan suara dengungnya
lebih besar.
 Oleh karena itu pada umumnya kepadatan flux inti besinya dibuat
rendah, dengan tidak mengabaikan segi ekonomisnya.
 Selain itu dipakai tangki tahan suara yang berdinding rangkap, untuk
pendinginan pada umumnya dipakai dengan minyak yang dipaksa dan
udara yang ditiup.
Pemilihan Jenis Kapasitor
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antara kapasitor shunt
dan seri ditampilkan pada Tabel.
Reaktor Shunt
 Reaktor shunt adalah suatu kumparan yang dipasang paralel dengan
sistem sehingga mempunyai kemampuan untuk menyerap daya reaktif
kapasitif dari sistem tenaga listrik sesuai dengan kapasitas terpasang
(daya dan tegangan kerja) reaktor shunt tersebut.
 Ada dua macam reactor shunt yaitu :
✓ Reaktor berinti besi dengan celah udara
✓ Reaktor berinti udara
TUGAS
 Cari paper mengenai Gardu Induk (5 tahun terakhir):
▪ Sistem riil (PMT, PMS, arrester, busbar)
▪ Maintenance
▪ Isolator
▪ Transformator
▪ Reaktor shunt
▪ Sistem pentahanan
▪ Sistem proteksi
 Buat review paper dengan isi: judul, penulis, tahun terbit, latar
belakang, tujuan, metode, hasil.
 Buat dalam ppt dan dipresentasikan Kuliah Minggu-6
TERIMA KASIH
TEORI GARDU INDUK
FASILITAS LAINNYA DI GI
APLIKASI PLC

Penerapan sistim PLC digunakan sebagai media dari:


 Komunikasi suara (telepon).
 Teleproteksi.
 Tele informasi data.

Pengiriman Sinyal Suara


 Komunikasi Suara

Sistem Pengiriman Sinyal

Apabila handset pesawat telepon diangkat, maka akan terdengar tone


sebagai tanda bahwa pemakai telepon siapuntuk melaksanakan
penekanan nomor ke gardu induk yang dituju, dimana pengaturannya
diatur oleh PABX (Private Automatic Branch Exchange).
Keluar dari PABX diteruskan ke SSB PLC yang berfungsi sebagai medianya
yang selanjutnya ke terminal lawan setelah melalui LMU dan SUTT.
Sistem Penerimaan Sinyal

Sinyal akan diterima oleh SSB PLC yang sebelumnya melalui jaringan
SUTT dan LMU. Oleh SSB PLC diteruskan ke PABX, yang berfungsi
mengevaluasi ke pesawat telepon yang dituju dari gardu induk lawan.
 Penggunaan Kanal Suara

Dengan lebar bidang pada kanal suara sebesar 1.700 Hz yaitu diantara
300 Hz sampai 1.200 Hz, masih cukup baik untuk menstransmisikan
informasi suara manusia sehingga tidak akan merubah nada si pembicara.
Karena suara manusia tidak tetap, maka sinyal amplitude akan berubah-
ubah pula. Agar amplitude tidak tidak melewati batas pada bagian
pemancarnya, maka pada kanal suara dilengkapi dengan pembatas
amplitudo yang biasa disebut limitter.
 Teleproteksi

Protection Signalling

Peralatan teleproteksi PLC adalah merupakan alat bantu untuk dapat


memberikan percepatan (transfer time) secara selektif pada peralatan
proteksi rele jarak. Pada dasarnya prinsip kerja teleproteksi PLC ini
adalah memberikan kontak yang diterima dari rele jarak suatu gardu
induk untuk diteruskan ke rele jarak gardu induk lawannya dengan
melalui jaringan PLC.
Percepatan yang diperoleh pada perangkat ini adalah maximum 20
milidetik dengan pengertian bahwa diharapkan terjadi tripping dikedua
lokasi secara bersamaan.
 Teleproteksi

Kontak-kontak dari peralatan teleproteksi PLC ini dapat digunakan


tergantung pada kebutuhan sistim proteksi, apakah untuk sistim
intertripping atau blocking scheme. Kontak-kontak tersebut dapat dibuat
sebagai normaly open (kontak kerja), normaly closed (kontak lepas) atau
change over (kontak tukar).
Media transmisi mengambil tempat didalam frekuensi telepon (suara).
PLC adalah media transmisi spesifik yang cocok untuk tele proteksi,
dimana: PLC menggunakan SUTT sebagai media transmisinya, pembagian
menggunaka bandwidth 4 KHz nya digunakan untuk perangkat telepon
dan sinyal. Suatu sinyal dengan daya cukup besar memungkinkan dapat
dipancarkan PLC (SSB) selama instruksi berlangsung.
 Teleproteksi

Secara objektifitas, instruksi yang ditransmisikan dalam suatu alokasi


band dengan tingkat keandalan dan keamanan yang tinggi, kriteria-
kriterianya adalah sebagai berikut:

Bebas dari pengaruh instruksi palsu yang disebabkan noise level dan
berubahnya tingkat atenuasi pada link, presentase yang rendah terhadap
instruksi yang tidak sempurna pada saat noise link, kecepatan
pendeteksian penerima terhadap gangguan. Hal ini dimaksudkan agar
tercapainya keadaan terbaik antara keperluan bandwidth dan transfer
time disatu pihak, keamanan dan keandalan dilain pihak.
REMOTE TERMINAL UNIT ( RTU )
TIPE EPC 3200
 Pada keadaan hidup / ON tipe RTU ini diindikasikan dengan bunyi
suara berdercik ( seperti suara Jangkkrik ).
 Pada keadaan berkomunikasi dengan Master Station di RCC / JCC
(Regional Control Center/Java Control Center) pada Modem MD 50,
LED Indikator TX dan RX menyala secara bergantian.
 Pada keadaan TIDAK berkomunikasi dengan Master Station di RCC /
JCC ( Regional Control Center / Java Control Center ) Modem MD 50,
LED Indikator TIDAK menyala secara bergantian. ( biasanya hanya LED
RX saja yang menyala.
 Bila RTU tidak menerima sinyal RX dari media komunikasi ( PLC / FO )
maka pada modem MD 50, LED Indikator warna merah akan menyala.
(LED warna kuning mengindikasikan bahwa MD 50 pada kondisi
normal)
 Bila pada RTU tidak ada satu indicator pun yang menyala, maka dapat
dipastikan pasokan daya dari DCDB atau dari MCB pada kubikel RTU,
jatuh/putus.
REMOTE TERMINAL UNIT ( RTU )
TIPE S-900
 Pada keadaan berkomunikasi dengan Master Station di RCC / JCC
(Regional Control Center / Java Control Center) pada Modem MD 50,
LED Indikator TX dan RX menyala secara bergantian. ( Modem pada
tipe S900 terletak pada bagian paling atas RTU ).
 Pada keadaan TIDAK berkomunikasi dengan Master Station di RCC /
JCC (Regional Control Center/Java Control Center) pada Modem MD
50, LED Indikator TIDAK menyala secara bergantian. (biasanya hanya
LED RX saja yang menyala).
 Bila RTU tidak menerima sinyal RX dari media komunikasi ( PLC / FO )
maka pada modem MD 50, LED Indikator warna merak akan menyala.
SISTEM CATU DAYA

 Panel AC / DC adalah suatu peralatan listrik berupa lemari pembagi


dimana didalamnya terpasang MCB-MCB, NFB atau fuse-fuse sebagai
pembagi beban dan seklaligus sebagai pengaman dari Instalasi yang
terpasang pada suatu Gardu Induk . Beban dari masing-masing lokasi
berbeda-beda baik jarak, jenis beban maupun kapsitasnya, sehingga
perlu pengaman yang selektip sehingga gangguan di salah satu lokasi
tidak mengganggu instalasi lain.
 Instalasi yang dipasang bermacam-macam jenis ada yang single
busbar, double busbar dan model ring yang betujuan untuk keandalan
pasokan AC sehingga selama beroperasi tidak ada pemadaman jika
salah satu trafo dipadamkan. Dengan merubah konfigurasi busbar
maka pemadaman tidak ada.
 Untuk sistem DC yang harus diperhatikan adalah tahanan kondultor
jangan sampai tegangan diujung cukup rendah hingga tidak dapat
mengerjakan tripping coil atau closing coil maka gangguan tidak dapat
diamankan sehingga kerugian akan besar.
 Untuk itu penampang kabel untuk sistem DC harus diperhitungkan
secara jarak sehingga drop tegangan tidak terlalu besar.
 Panel DC ini disesuaikan dengan pemakaian jumlah rectifier dan
batere yang mana bisa diparalel sehingga tidak ada pemadaman beban
DC jika salah satu batere dan rectifiernya dipadamkan untuk
dipelihara.
DIAGRAM SISTEM CATU DAYA AC DAN DC
PADA GARDU INDUK
BATTERY

 Suatu Gardu Induk memerlukan adanya Sumber DC untuk


menggerakkan peralatan kontrol, relay pengaman, motor penggerak
PMT , PMS dlsb.
 Untuk itu sebagai sarananya maka di pasanglah ACCU BATTERY.
 Battery adalah suatu alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik
arus searah dari hasil proses kimia.
 Battery ini harus selalu terjaga kapasitasnya ( harus selalu penuh ),
maka battery setiap saat secara terus menerus harus terhubung
dengan rectifier.
 Karena sangat pentingnya battery ini , maka perlu diperiksa kondisi
air (elektrolite-nya), kebersihan dan Berat Jenisnya (B J).
BATTERY

 Alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik arus searah yang


diperoleh dari hasil proses kimia.
 Sumber DC berfungsi untuk menggerakkan peralatan kontrol, relay
pengaman, motor penggerak CB, DS, dan lain-lain.
 Sumber DC ini harus selalu terhubung dengan rectifier dan harus
diperiksa secara rutin kondisi air, kebersihan dan berat jenisnya.
RECTIFIER

 Rerctifier adalah suatu alat listrik untuk mengubah arus bolak - balik
( AC ) menjadi arus searah ( DC ) sesuai kapasitas yang dikehendaki
(Kapasitas Battery).
 Rectifier ini harus selalu tersambung ke Battery untuk menjaga
kapasitasnya agar tetap penuh.
 Oleh karena itu rectifier tidak boleh padam / mati ( Suber AC 3 ph ),
untuk itu maka pengecekan Tegangan DC harus secara rutin dan
periodik, jangan sampai MCB – sumber AC 3 ph lepas.
RECTIFIER

 Alat listrik yang berfungsi untuk merubah arus bolak-bolik menjadi


arus searah, sesuai dengan kapasitas yang diperlukan (kapasitas
battery).
 Rectifier harus selalu terhubung dengan battery dan harus diperiksa
kondisi battery nya secara periodik dan rutin.
Prinsip Kerja
 Proses discharge pada sel berlangsung menurut skema Gambar 1.1.
 Bila sel dihubungkan dengan beban maka, elektron mengalir dari
anoda melalui beban ke katoda, kemudian ion-ion negatif mengalir ke
anoda dan ion-ion positif mengalir ke katoda.
 Pada proses pengisian menurut skema Gambar 1.2. Bila sel
dihubungkan dengan power supply maka, Elektroda positif menjadi
anoda dan elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang
terjadi adalah sbb :
 Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power
suplly ke katoda.
 Ion-ion negatif mengalir dari katoda ke anoda
 Ion-ion positif mengalir dari anoda ke katoda.
 jadi reaksi kimia pada saat pengisian ( charge ) berlangsung
sebaliknya.
 Pengukuran Berat Jenis Elektrolit
Tujuan melakukan pengukuran adalah untuk
mengetahui kondisi elektrolit. Hal ini sangat
penting karena elektrolit pada batere
berfungsi sebagai konduktor atau sebagai
media pemindah elektron oleh karena itu agar
proses kimia didalam sel batere bekerja baik,
maka perlu dilakukan pemeriksaan /
pengukuran berat jenis elektrolit.
Alat ukur yang digunakan adalah Hydrometer
Sistem Pendinginan

 Jika system pendinginan


menggunakan gas zat air, maka
sumber air bisa diambil dari sungai,
air tanah, bak pendinginan atau
Menara pendingin yang dibangun
untuk sirkulasi air pendingin
tersebut.
 Pemakaian bak pendingin
memerlukan lahan yang cukup besar
 GI pasangan dalam atau bawah
tanah, biasanya menggunakan
Menara pendingin
 Suhu untuk air pendingin untuk perawatan adalah tidak lebih dari 25oC
 Pada daerah tropis, suhu air perlu diperhatikan jika menggunakan bak
pendingin
 Bila semua tenaga panas dari alat yang didinginkan diserap seluruhnya
oleh air, maka banyaknya air pendingin yang diperlukan adalah seperti
pada persamaan di samping
 Cara-cara pendinginan sangat dipengaruhi oleh keadaan alamiah
seperti cuaca, suhu, kelembapan, dan kecepatan angin
 Kapasitas pendinginan dari bak pendingin sekitar 15
kcal/m2/jam/derajat
 Luas bak pendingin yang diperlukan sekitar 2-5 m2 utuk rugi 1 kW,
tergantung suhu air

Ada 4 jenis Menara pendingin:


 Menara semburan (spray)
 Menara aliran udara alamiah (natural draft)
 Menara pendingin atmosfir
 Menara pendingin aliran udara paksaan (forced draft)
Pengetanahan dan Perisaian

 Tujuan pembumian di gardu induk adalah agar aman bagi manusia,


ternak, dan untuk mencegah gangguan pada alat akibat kenaikan
potensial tanah ketika ada arus gangguan atau arus petir ke tanah
 Agar tegangan rangkaian pada system transmisi dan bekerjanya rele
pengaman stabil
Cara pembumian diklasifikasikan menurut fungsinya adalah sbb:
 Pengetanahan terpisah → digunakan untuk mengetanahkan arus yang
sangat besar
 Dengan ril pengetanahan → untuk mengetanahkan peralatan
pemeliharaan dan titik netral trafo
 Pembumian gabungan → jika pengetanahan terpisah tidak diperoleh
tahanan pembumian yang kecil, maka pengetanahannya dihubungkan
dengan ril pengetanahan
Klasifikasi pengetanahan menurut jenis elektroda pengetanahan:
1. Batang (rod)
2. Pelat (plate)
3. Jaringan (ground mat)

 Pada umumnya GI dengan dengan tegangan lebh dari 66 kV,


pengetanahan yang dipakai adalah dengan jaringan
 Jika GI dengan tegangan kurang dari 66 kV, umumnya digunakan
batang pembumian atau pelat pengetanahan
 GI tegangan tinggi atau ekstra tinggi, tahanan pengetanahan adalah
kurang dari 10 ohm
Perhitungan tahanan pembumian adalah sbb:
(a) Batang pengetanahan tunggal

 (b) n Batang pengetanahan


(c) jarring-jarring pengetanahan

• Tegangan Langkah adalah beda potensial antara 2 titik pada permukaan tanah
(biasanya 1 m) pada saat arus gangguan mengalir dalam tanah di daerah itu

• Tegangan kontak adalah beda potensial antara penghantar pengetanahan


dengan titik pada permukaan tanah di sekitarnya (biasanya 1 m)
 Kapasitas arus untuk kawat tembaga adalah sbb:
Tujuan dari perisaian (shielding)
 Melindungi ril dan peralatan terhadap sambaran petir langsung
 Pelindung elektrostatik dan elektromagnetis

Cara perisaian diantaranya :


 Batang penangkal petir (lightning rod)
 Kawat tanah udara (overhead ground wire) → perisaian yang paling
sering digunakan
Baterai dan Pengisiannya

 Sumber tenaga dalam GI terdiri dari sumber arus searah dan arus
bolak balik
 Sumber tenaga untuk control biasanya menggunakan baterai karena
keandalan dan stabilitas yang tinggi
 Ada 2 jenis baterai yang digunakan yaitu timah hitam dan alkali
 Kapasitas baterai diperhitungkan semua factor yang menyangkut
penurunannya selama dipakai, perubahan suhu, jatuh tegangan ,
kapasitas yang diperlukan
 Kapasitas dasar (rated capacity) ditentukan dari harga kapasitas yang
diperoleh dengan memperhatikan penurunan kapasitas selama dipakai
(biasanya 80%)
 Perubahan kapasitas akibat perubahan suhu :
 Sebagai pengisi dapat digunakan penyearah air raksa, penyearah
silicon, dsb
 Penyearah selenium lebih banyak dipakai sekarang karena
pertimbangan karakteristik, efisiensi, dan pemeliharaanya
 Sistem pengisian baterai terdiri dari pengisian terapung (floating)
dan pengisian periodic
 Arus output dari pengisi biasanya dibuat sekitar 1,25 kali arus dasar 10
jam dari baterainya.
Sistem Udara Tekan

 Udara tekan (compressed air) dipakai untuk mengerjakan operasi


pemutus beban dan pemisah dalam GI
 Tekanan yang dibutuhkan adalah lebih tinggi daripada tekanan kerja
peralatan
 Tekanan kerja dari alat-alat umumnya dalah 5-15 kg/cm2
 Untuk pemutus udara adalah 26-30 kg/cm2
 Belakangan ini kompresor udara yang digunakan adalah 150 kg/cm2
Kapasitas kompresor udara biasanya ditentukan menurut syarat berikut :
 Waktu yang diperlukan untuk pengisian udara mula ke dalam seluruh
system harus sekitar 6 jam
 Waktu untuk pengisian udara Kembali setelah satu urutan kerja tutup-
buka dari semua alat adalah sekitar 1 jam
 Waktu untuk pengisian udara Kembali mulai dari kompresor jalan pada
saat sisi tekanan tingginya turun 25-90% tekanan nominalnya sampai ia
Kembali ke tekanan nominalnya, haruslah skitar 10 menit
 Banyaknya pemakaian udara tergantung dari tegangan, kapasitas
pemutusan, dan jenis pemutus beban
 Pemakaian udara untuk pemutus beban 168 kV, 7500 MVA,untuk satu
urutan kerja tutup-buka adalah 5,5-7 kiloliter
 Untuk pemisah sekitar 40 liter untuk satu kali kerja tutup-buka
 Sistem pipa terdiri dari system pipa tunggal dan system pipa gelang
(ring).
Rangkaian Pemakaian Sendiri

 Berfungsi sebagai sumber tegangan AC 3 phasa 220/ 380 Volt.


 Digunakan untuk kebutuhan intern gardu induk, antara lain untuk :
• Penerangan di swtich yard, gedung kontrol, halaman GI dan
sekeliling GI.
• Alat pendingin (AC).
• Rectifier.
• Pompa air dan motor-motor listrik.
• Peralatan lain yang memerlukan listrik tegangan rendah.
Rangkaian Pemakaian Sendiri

 Kapasitas trafo pemakaian sendiri ditentukan dengan memperhatikan


factor diversitas (diversity), yaitu perbandingan antara jumlah
kebutuhan maksimum setiap bagian system dan kebutuhan maksimum
seluruh system.
 Beban gardu dibagi menjadi beban kontinu dan beban terputus-putus
 Biasanya tenaga listrik diambil dari sisi sekunder atau tersier dari
trafo utama
 Atau pada Gi transmisi biasanya diambil dari tarfo pengetanahan
netral
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam susunan rangkaian pemakaian
sendiri:
 Bila tenaga untuk pemakaian sendiri diambil dari sisi tersier dari trafo
utama dalam GI yang hanya mempunyai satu trafo utama, harus
diusahakan agar dapat diterima tenaga dari jarring-jarring distribusi
dari sistim lain (atau sumber lain).
 Trafo pemakaian sendiri harus terdiri dari 3 unit 1-fasa, sehingga
dalam keadaan gangguan pada sebuah trafo, kedua trafo lainnya
dapat bekerja terus dengan hubungan delta terbuka.
 Jika dipakai unit 3-fasa untuk trafo pemakaian sendiri, harus dipakai
lebih dari 2 trafo dan kapasitasnya harus cukup besar untuk dapat
menyediakan tenaga dengan normal sekalipun ada gangguan pada
sebuah transformator.
 Bila pengasut untuk kondensator sinkron dihubungkan pada sisi
sekunder dari trafo utama, perlu diatur agar trafo pengasut itu dapat
dipakai sebagai cadangan untuk trafo pemakaian sendiri.
Transformator pemakaian sendiri
TERIMA KASIH
TEORI GARDU INDUK
ISOLASI
ISOLATOR

 Pada umumnya terbuat dari porselen atau kaca dan berfungsi sebagai
isolasi tegangan listrik antara kawat penghantar dengan tiang.
 Macam-macam isolator yang dipergunakan pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) adalah sebagai berikut :
Isolator Piring
Dipergunakan untuk isolator penegang dan isolator gantung, dimana jumlah
piringan isolator disesuaikan dengan tegangan sistem pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) tersebut.

Pada isolator gantung pada umumnya diperlengkapi dengan :


Tanduk busur : berfungsi untuk melindungi isolator dari tegangan Surja.

Cincin perisai (grading


ring) : untuk meratakan
(mendistribusikan) medan
listrik dan distribusi
tegangan yang terjadi
pada isolator

Isolator Piring type Ball


dan Socket
Susunan Isolator Piring
Isolator tonggak saluran vertikal Isolator tonggak saluran horisontal
Gelombang Sambaran Petir
 Sambaran langsung yang mengenai ril dan peralatan gardu induk (G.I),
menyebabkan tegangan lebih (overvoltage) sangat tinggi yang tidak
mungkin dapat ditahan oleh isolasi yang ada.
 Untuk mencegah hal ini adalah dengan memperkuat perlindungan
terhadap petir dengan kawat tanah (ground were) di atas G.I dan
saluran transmisi di dekatnya
 Sambaran induksi dapat terjadi bila awan petir (thunder cloud) di atas
peralatan yang berisolasi.
 Tegangan induksi itu berubah-ubah tergantung dari keadaan,
kebanyakan besarnya antara 100 – 200 kV.
 Sambaran induksi tidak begitu berbahaya bagi peralatan tegangan
tinggi, meskipun ia merupakan ancaman bagi peralatan distribusi.
 Sambaran dekat (nearby stroke) adalah gelombang berjalan yang
datang ke G.I dari sambaran petir pada saluran transmisi pada titik
yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari G.I.
 Harga puncak gelombang mencapai 120 sampai 130 % dari BIL dari
peralatan G.I dan kecuraman muka gelombang mencapai 500 kV/ μs
 Namun, karena ril G.I tegangan tinggi yang besar kapasitansi
statiknya mencapai beberapa ribu atau puluhan ribu pF, maka
kecuraman muka gelombang sering mengalami penurunan yang baik
 Jika perisaian (shielding) dari G.I dan saluran trasmisi cukup baik,
gelombang tegangan yang mungkin datang ke G.I adalah dari
sambaran petir yang jauh yang berasal dari sambaran langsung pada
saluran, dari sambaran induksi, dari sambaran dari lompatan balik
(back flashover) dari tiang atau dari tengah gawang (span).
 Gelombang ini berjalan sepanjang saluran dengan kecepatan cahaya
(300m/ μs) .
 selama merambat itu harga puncak dan kecuramannya mengalami
penurunan yang cukup banyak oleh adanya peredaman (attenuation)
dan distori karena korona peredaman oleh effek kulit (skin effek)
pada penghantar.
 Makin pendek ekor gelombang, makin terasa peredaman itu ; ia
berubah dengan cara yang rumit tergantung dari polaritas (lebih besar
untuk polaritas positif), harga puncak, besarnya penghantar, adanya
kawat tanah di atasnya, bentuk gelombang dan sebagainya.
 Oleh foust dan Menger dijabarkan rumus empiris berikut:

e = e0 / (1+Ke0X)

dimana :
e = harga puncak (kV) setelah merambat X km
e0 = tegangan surja asal (kV)
K = factor atenuasi (km-1 kV-1)
= 0,0001 untuk gelombang 20 μs
= 0,0002 gelombang 5 μs
= 0,004 untuk gelombang terpotong (chopped)

*Kecuraman gelombang berjalan dari sambaran petir yang jauh


dianggap kira-kira 200 – 300 kV / μs.
Tegangan Abnormal dgn Frekuensi Rendah
 Tegangan abnormal dengan frekuensi rendah ini bermacam-macam :
a. tegangan akibat effek Ferranti
b. tegangan yang terjadi akibat beban lepas (load rejection)
c. penguatan sendiri dari generator
d. kenaikan tegangan dari fasa yang sehat pada waktu ada gangguan 1-
fasa ke tanah pada sistim
e. tegangan abnormal karena lepas sinkron
f. tegangan abnormal pada waktu hilang gangguan 1-fasa ketanah pada
sistim dengan pembumian Petersen atau pada system dengan
pembumian Petersen yang mempunyai saluran transmisi pada 1 tiang
bersama-sama dengan system yang lain yang mengalami gangguan 1-
fasa ke tanah
g. tegangan abnormal yang disebabkan oleh osilasi harmonis dari
rangkaian yang terganggu atau karena kejenuhan inti transformator
dan sebagainya.
 Tegangan abnormal terjadi pada system tenaga listrik diperkirakan
tidak sebesar surja petir dan surja hubung, sehingga perencanaan
isolasi peralatan kebanyakan didasarkan pada kedua surja ini.
 Tegangan abnormal frekuewnsi rendah berlangsung lebih dari
beberapah puluh milidetik, sehingga sulit diamankan oleh Arrester,
Yang terpenting adalah membuat tegangan abnormal frekuensi rendah
yang terjadi pada sistem serendah mungkin.
Surja Hubung

 Mekanisme pokok dari terjadinya surja hubung adalah sebagai berikut:


a. Peristiwa pukulan kembali (restriking phenomena) di dalam
penurunan arus kapasitif dari saluran transmisi tanpa beban atau
kapasitor tenaga
b. peristiwa terpotongnya arus pembangkitan pada transformator
tenaga.
c. Penutupan kembali dengan cepat (high-speed reclosing)
d. Penutupan atau gangguan
e. Penutupan yang tidak serentak pada saklar pemutus tenaga 3-fasa
 Besarnya surja hubung ini, menurut hasil pengujian di lapangan dan
analisa teoritis, sangat berubah dengan keadaan rangkaian dari
sistemnya, cara pengetanahan titik netralnya, kemampuan pemutus
bebannya dan sebagainya, besar surja ini dinyatakan oleh persamaan
berikut :

Kft = (√3/ 2) (Emax/ E)

Dimana :
Kft = factor tegangan lebih fasa ke tanah
Emax = tegangan maksimum sesudah operasi hubung (switching)
E = tegangan system fasa k`e fasa sebelum operasi hubung (switching)

 Faktor ini sering juga diberinama per unit (p.u) surja hubung.
 Variasi nilai factor ini dalam praktek cukup besar antara 1,2 sampai 4,0
p.u.
 Biasanya harga yang dihitung dari alat pengenalan gejala peralatan
(Transien Network Analyzer (TNA)) lebih tinggi dari harga pengujian
sebenarnya dilapangan. Hal ini disebabkan karena representase pada
TNA terlalu pessimistis. Hal ini perlu diperhitungkan dalam
perencanaan isolasi peralatan.
 Daya isolasi terhadap surja hubung menurun sebagai fungsi dari
tegangan sistem. Tegangan-lebih surja hubung lebih rendah dari daya
isolasi tersebut. karena itu tegangan lebih harus dikurangi bila
tegangan system dinaikan.
 Untuk tegangan system maksimum 145, 145, 365, dan 765 kV tegangan
lebih yang diperbolehkan adalah 4,5 ; 3,6 ; 3,0 dan 2,1 p.u.
 Faktor tegangan lebih yang bisa dipakai dalam perencanaan isolasi
saluran tarnsmisi adalah 2,8 p.u
Koordinasi Isolasi
 Tegangan lebih yang berasal dari dalam system jarang mencapai beberapa kali
tegangan system itu ke tanah, maka tidak ekonomis jika seluruh system itu
diisolasikan terhadap tegangan setinggi itu.
 Sistem yang dikehendaki adalah perencanaan isolasi yang aman dan ekonomis
untuk seluruh pperalatan (dalam G.I dan saluran transmisi) dengan koordinasi
isolasi yang tepat dengan alat pengamannya.
 Untuk gelombang tegangan dari sambaran petir, tegangan itu tinggi
sekali, sehingga hampir tidak mungkin mengisolasikan peralatan sistim
terhadap tegangan tersebut, karena tidak mungkin mengisolasikan
peralatan sistim terhadap tegangan tersebut.
 Untuk pengamanan terhadap sambaran petir, dipakai kawat tanah dan
tahanan tanah yang serendah mungkin.
 Selain itu, dipakai alat pengaman yang cocok (arrester) untuk
gelombang yang merambat ke G.I
 Ketika kita berusaha untuk memperkuat isolasi pada saluran maka
akan terjadi penurunan kekuatan isolasi pada G.I, begitu pula
sebaliknya, oleh sebab perlu diperhitungkan penyesuaian tingkat
isolasi secara menyeluruh dengan baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika merancang koordinasi isolasi
dalam G.I adalah sbb :
a. Banyaknya hari guruh
b. Usaha penanggulanagan terhadap sambaran petir langsung
c. Usaha penanggulanagan terhadap gelombang petir yang datang dari
saluran
d. Jarak antara arrester dan alat yang dilindungi
e. Peniadaan arrester
f. Perlindungan terhadap tegangan pindah
g. Perlindungan isolasi titik netral
h. Koordinasi isolasi untuk tegangan lebih yang lain dari sambaran petir
i. Koordinasi isolasi dengan sela udara
j. Koordinasi isolasi dalam gardu induk dalam daerah yang tercemar
k. Spesifikasi untuk arrester
Kekuatan Isolasi Peralatan dan Ril
Kelas Isolasi dan kekuatan isolasi dari peralatan

 Untuk tingkat kekuatan


isolasi peralatan tenaga
listrik, telah ditetapkan kelas
isolasi dan tingkat dasar
isolasi terhadap impuls (BIL =
Basic Impulse Insulation
Level)
 Tabel di samping adalah tabel
klasifikasi peralatan dalam
gardu induk
Tabel 2. tingkat isolasi yang direkomendasikan oleh internasional
electrotechnical commission
Usaha Penanggulangan terhadap Gelombang
Petir yang Datang dari Saluran

 Penanggulangan terhadap gelombang petir yang memasuki G.I. dari


saluran transmisi dilakukan dengan mengamankan peralatan terhadap
tegangan lebih itu dengan arrester dan dengan memberikan kepada
peralatan itu kekuatan isolasi terhadap tegangan impuls, yang lebih
besar dari tingkatan pengamanan arrester.
Pedoman-pedoman pokok untuk perancangan isolasi di Jepang dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:

 Peralatan yang sama tegangan kerjanya yang ada dalam suatu GI harus
mempunyai harga BIL yang sama, mskipun macamnya berbeda dan
tempatnya berbeda pula.
 Menurut cara koordinasi isolasi tradisionil, sering diberikan tingkatan
isolasi lebih tinggi kepada suatu alat, misalnya pemutus beban yang
terletak diantara bagian-bagian sistem yang mempunyai tingkatan
isolasi berbeda (misalnya antara saluran transmisi dan peralatan atau
antara peralatan yang satu dengan yang lainnya).
 Tetapi akhir-akhir ini karakteristik arrester berhasil diperbaiki, maka
dengan memasang arrester di tempat yang tepat, tegangan lebih pada
GI dapat ditekan dibawah harga tertentu. Sehingga dimungkinkan
memakai kekuatan isolasi yang sama untuk setiap peralatan.
 Peralatan yang terletak di luar derah perlindungan arrester, misalnya
trafo tegangan yang dihubungkan pada sisi saluran dari pemisah dari
saluran transmisi, dan coupling capacitor untuk telekomunikasi, harus
mempunyai tingkat isolasi 120% BIL. Alat-alat ini dinaikkan tingkatan
isolasinya sesuai dengan isolasi saluran, karena alat-alat ini tidak
diamankan oleh arrester dan tetap tersambung pada saluran pada
waktu pemisahnya terbuka
Perlindungan Isolasi Titik Netral

 Transformator dengan titik netral yang tidak ditanahkan atau yang


dibumikan melalui tahanan, mungkin mengalami tekanan yang
berbahaya pada titik netralnya Ketika surja tegangan datang dari
saluran ke trafo itu (khususnya bila datangnya serentak pada ketiga
fasanya). Untuk trafo dengan isolasi yang dikurangi (reduced) atau
isolasi yang bertingkat pada titik netralnya (untuk maksud
perencanaan yang ekonomis) tegangan itu akan lebih berbahaya lagi.
Karena itu titik netral trafo semacam itu harus dilengkapi dengan
arrester (atau sela udara) pada titik netralnya, dengan koordinasi
yang sesuai dengan tingkatan isolasinya.
Koordinasi Isolasi untuk Tegangan Lebih
yang Lain dari Sambaran Petir
 Untuk tegangan sistem kurang dari 275kV, tingkat isolasi dari
peralatan GI pada umumnya ditentukan oleh tegangan lebih sambaran
petir, surja hubung dan tegangan abnormal frekuensi rendah hampir
selalu kurang berbahaya dibandingkan dengan sambaran petir.
 Pada sistem dengan kelas tegangan 500kV bahaya surja hubung
menjadi lebih besar lagi dibandingkan penurunan BIL. Khususnya
dalam perencanaan isolator dan jarak-bebas isolasi surja hubung
kadang memberikan persyaratan yang lebih tinggi dari pada surja
petir.
Koordinasi Isolasi dengan Sela Udara

Sela udara (sela batang / rod gap) dapat dipakai dalam koordinasi isolasi
untuk keadaan berikut:
 Pada GI yang terletak di daerah dimana frekuensi petir tidak begitu
tinggi, atau bila banyak saluran yang selalu terhubung kepada ril, sela
udara dapat digunakan sebagai alat pelindung menggantikan arrester.
 Jika arrester dipasang di dekat alat yang paling mahal, misalnya trafo,
maka alat disekitar tempat masuk saluran ada kemungkinan tidak
mendapatkan perlindungan yang cukup. Misal untuk PMT dan PMS dalam
kondisi terbuka, maka biasanya dipasang sela batang pada tempat
masuknya saluran. Fungsinya adalah untuk membuat kekuatan isolasi
antar kutub tetap lebih tinggi dari pada kekuatan isolasi terhadap tanah,
sehingga dapat melindungi alat-alat yang tetap terhubung pada saluran,
tapi terpisahkan dari arrester dalam GI tersebut.
 Dalam hal pengisolasian lebih dari isolator atau bushing, yang
dimaksudkan untuk penanggulangan terhadap kontaminasi dan
sebagainya, sela udara dipakai untuk koordinasi antara kekuatan isolsi
antar kutub dan isolasi terhadap tanah.
 Meskipun sela udara pada bushing dari trafo telah dipakai sebagai
perlindungan cadangan bagi arrester, perkembangan akhir-akhir ini
cenderung untuk tidak memakainya lagi karena ada perbaikan dalam
keandalan dan karakteristik arrester
Dalam pemakaian sela udara, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan
(untuk menentukan lokasi dan panjangnya sela udara):
 Karakteristik percikannya sangt berubah-ubah tergantung pada
keadaan udara dan polaritas tegangan impuls
 Sela udara tidak dapat memutuskan arus susulan dan karen itu tidak
kembali normal dengan sendirinya.
 Karakteristik tegangan-waktu dari tegangan percikannya berbeda dari
arrester dan dari alat yang dilindungi; tegangan percikannya naik
dengan naiknya kecuraman muka gelombang
 Percikan pada sela udara dapat menimbulkan tegangan osilasi
peralihan yang mungkin dapat menyebabkan tegangan osilasi yang
lebih tinggi pada alat lain.
Kekuatan isolasi isolator
 Tegangan ketahanan impuls dari isolator ditentukan oleh :
✓ Bentuk (terutama panjang effektifnya)
✓ Cara perlengkapannya
✓ Jarak relatif ke tanah dan konstruksi dalam bushing
✓ Surface leakage distance (jarak bocor sepanjang permukaan)
 Penentuan kekuatan isolasi, harus mempertimbangkan faktor berikut :
o Keadaan kecemaran
o Pentingnya sistem
o kesukaran pekerjaan pencucian isolator ketika
o Pencucian dalam keadaan bertegangan
o Penggunaan isolator tahan air
o Instalasi pasangan dalam
Ruangan bebas Ril
 Ruang bebas ril (bus spacing) dari GI harus ditentukan kekuatan
isolasinya terhadap
✓ tegangan lebih frekuensi
✓ Surja hubung
✓ Surja petir
 Beberapa ketentuan menentukan ruang bebas ril
✓ Jarak isolasi minimum ke tanah adalah jarak minimum penghantar
ke tanah atau ke isolator yang mempunyai potensial yang sama
dengan tanah
✓ Jarak isolasi minimum antar-fasa adalah jarak minimum antara fasa-
fasa atau isolator yang mempunyai potensial yang sama daengan
fasa-fasa
✓ Penentuan jarak isolasi minimum didasarkan pada tegangan
frekuensi rendah atau panjang sela batang (rod gap) yang sesuai BIL
PEMBUMIAN NETRAL MELALUI TAHANAN
 Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y yang
dihubungkan dengan tanah melalui tahanan

 Gunanya : Membatasi besar arus gangguan tanah tetapi relai gangguan


tanah masih kerja baik

 Pemasangannya : Pada transformator tenaga yang dipasok pada sistem


tegangan 70 atau 150 kV Gardu Induk.

 Tahanan pembumian (netral grounding resistance) yang terpasang di


Gardu Induk :
• NGR dengan tahanan 12 ohm.
• NGR dengan tahanan 40 ohm.
• NGR dengan tahanan 500 ohm.
Netral Grounding Resistor (NGR)

 Netral Grounding Resistor (NGR) adalah alat bantu untuk pengaman peralatan
Trafo tenaga, bila terjadi hubung singkat pada sistem sekunder.
 NGR adalah tahanan yang dipasang antara titik neutral trafo dengan
pentanahan dimana berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang terjadi
sehingga diperlukan proteksi yang praktis dan tidak terlalu mahal karena
karakteristik rele dipengaruhi oleh sistem pentanahan titik neutral.
 NGR atau Resistance Pentanahan Trafo, yaitu resistance yang dipasang pada
titik neutral trafo yang dihubungkan Y ( bintang ). NGR biasanya dipasang
pada titik netral trafo 70 kV atau 20 KV, sedangkan pada titik neutral trafo
150 KV dan 500 KV digrounding langsung ( solid ).
 NGR (Neutral Grounding Resistance) adalah tahanan yang dipasang antara
titik neutral trafo dengan tanah dimana berfungsi untuk memperkecil arus
gangguan tanah yang terjadi sehingga diperlukan proteksi yang praktis dan
tidak terlalu mahal karena karakteristik rele dipengaruhi oleh sistem
pentanahan titik neutral.
Catatan: Nilai tahanan perlu dihitung yang
didasarkan pada besarnya arus
gangguan 1 fasa ketanah.
 Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai Arus Lebih gangguan
tanah.

 Keuntungan :
• Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
• Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil.
• Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang
melaluinya.

 Kerugian :
• Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama terjadinya
gangguan fasa ke tanah.
• Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan relai pengaman
menjadi berkurang.
JENIS NGR

 Resistance Liquit ( Air ), yaitu bahan resistance adalah air murni . Untuk
memperoleh nilai Resistance yang diinginkan ditambahkan garam KOH .
 Resistance Logam, yaitu bahannya terbuat dari logam nekelin dan dibuat
dalam panel dengan nilai resistance yang sudah ditentukan.
PEMBUMIAN NETRAL MENGAMBANG
(FLOATING)
 Titik Netral Transformator hubungan Y tidak dihubungkan ke tanah.

 Gunanya :
• Untuk sistem kecil, arus gangguan-tanah tidak membuat kejutan daya listrik
pada pembangkit.
• Untuk sistem kecil, arus gangguan-tanah temporer bisa self clearing.

 Saat terjadi Arus gangguan tanah timbul:


• Arus kapasitif jaringan.
• Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap.
• Karenanya Relai gangguan tanah tidak selektif.
• Arus Kapasitif gangguan tanah besar sehingga menimbulkan Arcing.
 Gangguan Fasa – tanah :
• Tegangan Fasa sehat naik 3 kali.
• Gang. Permanen, Tegangan sentuh tdk bahaya.
• Kawat putus yang tidak menyentuh tanah bahaya bila disentuh
manusia.
• Sistem kecil, gangguan tanah tidak dirasakan konsumen tegangan
rendah (TR).
PEMBUMIAN NETRAL MELALUI PETERSON COIL

 Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y yang dihubungkan


dengan tanah atau bumi melalui reaktor induktif disebut Peterson coil.

 Nilai reaktansi Induktansi disesuaikan dengan nilai reaktansi kapasitansi


jaringan.

 Kegunaan :
• Arus kapasitif gangguan tanah yang besar dikecilkan agar tidak terjadi
• Arcing Ground yang berbahaya.
• Arus gangguan tanah temporer menjadi bisa self clearing kembali.
• Dapat mengkompensasikan arus kapasitif.
 Tegangan Fasa- tanah dalam :
• Kondisi normal : Masih dapat terjaga seimbang, bila Ce seimbang.
• Kondisi gangguan tanah : tegegangan netral-tanah naik, tegangan fasa-
tanah naik.

 Bila terjadi arus gangguan tanah :


• Arus kapasitif jaringan dikompensir oleh arus IL
• Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap.
• Relai gangguan tanah tidak selektif.
• Arus gangguan tanah tidak membuat Arcing.
 Keuntungan :
• Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi
mahluk hidup.
• Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat
dihindari.
• Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke
tanah.
• Gejala busur api dapat dihilangkan.

 Kerugian :
• Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena
arus gangguan tanah relatif kecil.
• Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap
(permanen) pada sistem.
• Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada
perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning)
kembali.
GROUNDING EQUIPMENT (PEMBUMIAN
PERALATAN)
 Pembumian peralatan adalah pentanahan yang menghubungkan
kerangka/ bagian dari peralatan listrik terhadap ground (tanah).
Pembumian ini pada kerja normal tidak dilalui arus.

 Tujuan pembumian peralatan adalah sebagai berikut :


• Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya
bagi manusia bila pada peralatan listrik terjadi kebocoran listrik.
• Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya
maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa
menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pentanahan :
• Tahanan jenis tanah.
• Panjang elektroda pentanahan.
• Luas penampang elektroda pentanahan.
TERIMA KASIH
TEORI GARDU INDUK
PROTEKSI
Fungsi Proteksi

1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-


peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin
cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin
sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil
mungkin
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
 Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat
mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang
digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal
tersbut dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang tepat
untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu.
Peralatan tersebut kita kenal dengan relay.

 Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang


sehubungan mempunyai dua fungsi pokok :
1. Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang
lainnya tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating),
pengaruh gaya-gaya mekanik dst.
 Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal
yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja
maksimum yang aman.
 Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan
dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak
efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan
kerusakan isolasi.
 Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya
pada konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa
pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus :

𝑯 = 𝑰𝟐 𝑹 𝒕
Dimana :
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
 Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus
tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat
dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker.
 Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak
peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi
harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking
capacity” atau Repturing Capacity.
 Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal
secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan
(overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya
tidak menyebabkan peralatan bekerja
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi
cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada
rangkaian penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative)
hanya pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari
rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.

 Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari


sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian
sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat
overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Persyaratan Kualitas Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu :
a). Selektivitas dan Diskrimanasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan
sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja

b). Stabilitas
Sifat yang tetap tidak operasi apabila gangguan-gangguan terjadi
diluar zona yang melindungi (gangguan luar).
c). Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka
bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan
sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem selebihnya. Waktu pembebasan
gangguan yang tipikal dalam sistem sistem tegangan tinggi adalah 140 ms.
Dimana mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga
memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed
relaying)

d). Sensitivitas (kepekaan)


Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan
dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai
prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e). Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena
jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem transmisi
justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula
sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan
peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang
terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung
(back up)

f). Realiabilitas (keandalan)


Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah
dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi
utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin
indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-
rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo-trafo tegangan yang
dimiliki bersama oleh keduanya.

Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang
berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak dilindungi.
Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan
memberikan perlindungan
POLA PROTEKSI GARDU INDUK

Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu


instalasi tenaga listrik, fungsinya:
 Melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan hubung singkat,
 SIstem proteksi juga harus dapat mengeliminir daerah yang terganggu
dan memisahkan daerah yang tidak tergangggu, sehingga gangguan
tidak meluas dan kerugian yang timbuk akibat gangguan tersebut
dapat di minimalisasi.
Relai proteksi gardu
induk terdiri dari :
 Relai proteksi
Trafo Tenaga
 Relai proteksi
busbar atau
kopel
 Relai proteksi
PMT
 Relai proteksi
kapasitor dan
reaktor

Diagram Proteksi gardu induk


Proteksi Trafo Tenaga

 Peralatan proteksi trafo tenaga terdiri dari Relai Proteksi, Trafo Arus
(CT), Trafo Tegangan (PT/CVT), PMT, Catu daya AC/DC yang
terintegrasi dalam suatu rangkaian, sehingga satu sama lainnya saling
keterkaitan.
 Fungsi peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan
memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang
masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat
dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar
Proteksi Trafo Tenaga

Peralatan sistem proteksi trafo tenaga 150/20 kV


Gangguan pada Trafo Tenaga

 GANGGUAN INTERNAL
Gangguan yang terjadi di daerah proteksi trafo, baik di dalam trafo maupun
diluar trafo sebatas lokasi CT. Penyebab gangguan internal biasanya akibat ;
▪ Kegagalan isolasi pada belitan, lempengan inti atau baut pengikat inti atau
Penurunan nilai isolasi minyak yang dapat disebabkan oleh kualitas minyak
buruk, tercemar uap air dan adanya dekomposisi karena overheating,
oksidasi akibat sambungan listrik yang buruk
▪ Kebocoran minyak
▪ Ketidaktahanan terhadap arus gangguan (electrical dan mechanical stresses)
▪ Gangguan pada tap changer
▪ Gangguan pada sistem pendingin
▪ Gangguan pada bushing
Gangguan internal trafo tenaga:
1. Incipient fault :
Gangguan terbentuk lambat, dan akan berkembang menjadi gangguan
besar jika tidak terdeteksi dan tidak diatasi. Seprti Overheating,
overfluxsing, dan over pressure

✓ Penyebab Overheating:
• Ketidaksempurnaan sambungan baik elektrik maupun magnetic
• Kebocoran minyak
• Aliran sistem pendingin tersumbat
• Kegagalan kipas atau pompa sistem pendingin
✓ Penyebab overfluxing
Terjadi saat overvoltage dan under frekuensi, dapat menyebabkan
bertambahnya rugi-rugi besi sehingga terjadi pemanasan yang dapat
menyebabkan kerusakan isolasi lempengani inti dan bahkan isolasi
belitan

✓ Penyebab Overpressure
• Pelepasan gas akibat overheating
• Hubung singkat belitan-belitan sefasa
• Pelepasan gas akibat proses kimia
Gangguan internal trafo tenaga:
2. Active fault
disebabkan oleh kegagalan isolasi atau komponen lainnya yang terjadi
secara cepat dan biasanya dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

✓ Penyebab gangguan Active fault yaitu sbb ;


• Hubung singkat fasa-fasa atau fasa dengan ground
• Hubung singkat antar lilitan sefasa (intern turn)
• Core faults
• Tank faults
• Bushing flashovers
Gangguan pada Trafo Tenaga
 Gangguan eksternal
Gangguan yang terjadi diluar daerah proteksi trafo. Umumnya
gangguan ini terjadi pada jaringan yang akan dirasakan dan
berdampak terhadap ketahanan kumparan primer maupun
sekunder/tersier Trafo.
Fenomena gangguan ekternal seperti :
• Hubung singkat pada jaringan sekunder atau tersier (penyulang)
yang menimbulkan through fault current. Frekuensi dan besaran
arus gangguan diprediksi akan mengurangi umur operasi trafo.
• Pembebanan lebih (Overload )
• Overvoltage akibat surja hubung atau surja petir
• Under atau over frequency akibat gangguan sistem
• External system short circuit
Fungsi Proteksi Trafo tenaga terhadap
gangguan
Proteksi utama Trafo Tenaga

 Proteksi utama adalah suatu sistem proteksi yang diharapkan sebagai prioritas
untuk mengamankan gangguan atau menghilangkan kondisi tidak normal pada
trafo tenaga. Proteksi tersebut biasanya dimaksudkan untuk
memprakarsainya saat terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus
dilindungi.
 Ciri-ciri pengaman utama :
• Waktu kerjanya sangat cepat seketika (instanteneoues)
• Tidak bisa dikoordinasikan dengan relai proteksi lainnya
• Tidak tergantung dari proteksi lainnya
• Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan trafo arus, dimana relai
differensial dipasang
Proteksi Cadangan

 Proteksi cadangan adalah suatu sistem proteksi yang dirancang untuk


bekerja ketika terjadi gangguan pada sistem tetapi tidak dapat
diamankan atau tidak terdeteksinya dalam kurun waktu tertentu
karena kerusakan atau ketidakmampuan proteksi yang lain (proteksi
utama) untuk mengerjakan Pemutus tenaga yang tepat.
 Proteksi cadangan dipasang untuk bekerja sebagai pengganti bagi
proteksi utama pada waktu proteksi utama gagal atau tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya.
Proteksi Cadangan

Ciri-ciri pengaman cadangan :


 Waktu kerjanya lebih lambat atau ada waktu tunda (time delay),
untuk memberi kesempatan kepada pengaman utama bekerja lebih
dahulu.
 Relai pengaman cadangan harus dikoordinasikan dengan relai proteksi
pengamanan cadangan lainnya di sisi lain.
 Secara sistem, proteksi cadangan terpisah dari proteksi utama
Proteksi Busbar / Diameter / Kopel

 Peralatan proteksi busbar dirancang untuk mengamankan peralatan


busbar jika terjadi gangguan hubungsingkat pada busbar. Pada sistem
gardu induk yang menggunakan 3-PMT atau satu-setengah PMT (one
and a half breaker), proteksi busbar disebut juga proteksi diameter.

 Gangguan hubung singkat pada busbar umumnya jarang terjadi,


namun jika terjadi dampaknya sangat besar terhadap ketahanan
peralatan instalasi dan dapat menimbulkan masalah stabilitas
transient, serta dapat menimbulkan pemadaman yang meluas.
 Oleh karena itu fungsi proteksi busbar atau diameter, selain untuk
menghindari kerusakan peralatan instalasi, juga sangat diharapkan
dapat menghindari pemadaman secara menyeruh dalam suatu gardu
induk jika terjadi gangguan hubung singkat di busbar.

 Macam-macam proteksi busbar/diameter pada sistem tegangan tinggi


/ ekstra tinggi yaitu :
• Relai Differential busbar
• Relai Arus Sirkulasi (Circulating Current Protection – CCP)
• Relai Kegagalan PMT ( Circuit Breaker Failure – CBF)
• Relai Arus Jangkauan Pendek (Short Zone Protection – SZP)
• Relai Arus Lebih Gangguan fasa-fasa (OCR)
• Relai arus Lebih gangguan fasa-tanah (GFR)
Relai Differential Busbar
 Keuntungan relai Differential busbar antara lain :
• Waktu pemutusan yang cepat (pada basic time)
• Bekerja untuk gangguan di daerah proteksinya.
• Tidak bekerja untuk gangguan di luar daerah proteksinya.
• Selektfi, hanya mentripkan pmt-pmt yang terhubung ke seksi yang
terganggu.
• Imune terhadap malakerja, karena proteksi ini mentripkan banyak pmt

 Kerugian relai Differential busbar antara lain :


• Pemasangannya lebih rumit harus mengontrol status PMT dan PMS
• Relatif lebih mahal dibandingan dengan relai arus lebih, karena
dibutuhkan CT pada setiap bay yang diproteksi
Proteksi Kegagalan PMT (Breaker Fail - CBF)

 Sistem proteksi kegagalan pemutus (CBF) bekerja pada saat relai local
memberikan perintah pemutusan (trip), tetapi pemutus (PMT) gagal
membuka untuk memutuskan arus gangguan.
 Pola proteksi kegagalan pemutus (CBF) dirancang sederhana terdiri
dari detektor gangguan, indikasi status pemutus, dan relai waktu yang
akan bekerja ketika relai proteksi saluran memberikan perintah
pemutusan.
 Setelah waktu tunda tertentu, proteksi CBF akan memberikan
perintah trip kepada semua pemutus terkait.
Relai Proteksi Kopel

 Pada instalasi gardu induk yang mempunyai dua busbar biasanya


dilengkapi fasilitas bay kopel (bus coupler) untuk kemudahan atau
fleksibilitas operasi saat pengaturan beban. Sistem proteksi kopel
umumnya dipasang relai differensial busbar sebagai pengaman utama
dan OCR/GF untuk pengaman cadangan.
Relay-Relay
PROTEKSI PENGHANTAR SUTT/ SKTT
PROTEKSI BUSBAR & PROTEKSI PENYULANG
20KV
TERIMA KASIH
'?sBJ qegntuad 1e1u rrup sulrsudal uep [rJ ueEueEal uu1ap,(ued uenelEuel (p)
'rsrusueJl uEJnlBs e[uleIueg (c)
'1rr ueEueEaa (q)
'oJ"rl rlelurnf uep t'C setrsedu; (e)
:r{elupe ueEuecuerad ruBIBp u?{n}uellp snrug Eue,( II?laC
uuEuucueg IIBre11'Z'I'L
'"lo{ u?qBpula{
ulnd uulrleqradrp snreq ueEuecuerod tuBIeC 'I'g Ip {IsIJeq sJ?ns uzlsosrad pulzEu
-atu {nlun qelEueyqu>1Euu1 ueleqesnp nped nluauel ue"pea{ ur?luq 's}o{ JBnl Ip
nele qetuel rp :e(u1u1e1 gelo ueInluel1p rypul npreE sluaf iledualas uuepeey (p)
'uulnlredlp Euu,( uelupuea>1 uuEuap Isnses u€{eu€cueJlp
sn:eq uerueEuad 1e1e-1e1e eEnl 'eleEuasrp Eue,( uusnlnruad euaJu{ nB}B uunEEueE BuaJe{
puerlJel uerge ellqede 'epueE IIJ tullsls uulutpa,(uotu e',(u1epp n1,led nele 'ut?1 tstursuetl
u?Jnl?s nele urBI 'I'C Irep Ilqtuslp e8euel efo1epp ledep rrep EunlueEr4 (lusuratuerre
Eurq4r,ts) snlnd-Eunqpq uernluEuad erec u€qllrluod 'e1nd rnqela{Ip snJsq Eurseru
-Eursuur rsrrusuer] ruqsls tlalo ueulpe(uod u?lepuee) 'eseg qeqnEuod 1u1u sulrsudel
uep Jrl{sor e,(ep uelerpefuaur 4n1un efusetlsedel uup rolsre} uult[1 e,(unFed 'o3er1
rrup (de1) Sueluaf uene4Sue[ ue{nluellp ludep enuas IUI IreC[ 'euucueJ UIBI?p {ns?u
snJ"q rlupns uallqEueqrp n?l€ ue{rsesuaduoqrp snreq Eue,( ggl>1eer eKep Jeseq u€p IIJ
uu8ueE4 ue1e1a,(uad (eEuur) uune>13uef lue4treqlp snreq Eue,t uEeual settleml (c)
'1'g efuEulluad uep leJls IrBp ulnd SunlueErel tur lepueE IIJ lrrllsls qe{nule
1e83un1 lrr rurtsrs reludrp uu4u qelede uu{ntuallp Iul IBq rusl"p :'f
'C tels (q)
'urpsls selrsedul u,(u1ruu ueledecal ueurrlrod uep EunlueSrel 'uuelnurtad 1e[es rusaq
Euz( Sueseureru sn31ye1es nele 'rzssq qtqel Eue( ueEuep tluuStp uelpntue{ {nlun nlnp
yrca4 3ue,{ ueqeq snlnued Sueseuraur qe4edu '{luq qlqel Eue,( eueru Euelue} sltuouo{a
ue8ulpueqro4 'Euelup uele 3ue,( uzsenyred {nlun ue{etpeslp snJuq Euu,( ueququrel
sulrsede4 edzreq uup u€"lnurred deq4 eped unEueqlp snJgg Euu,( Sueqec uetelEuer
qelunf 'o;er1 qelurnf rlndrleu urlsls ruBIBp seltsudeq ue{Ieue{ ueEunrepueca) (B)
lqulepe ueEuecuerod tuBIBp ueyleqradrp nped Eue,( I?qJeH
uu8uucuc.re4 ruBIBp uu{lluqredlq n1.rag 8uu,( IBH{uH 'I'1 L
'ruIlsrs Eurru[-Sutref ureIep
lnduus Ipll-{plr ueludnreur Suef lnput npruE elnd Suecuzrlp n1t ueEuep uuewzsJaq
uep'rsnqrrlsrp uep rs€ruJoJsueJl'rstrusuuJl'ue1l13uequad tnsun-rnsun {nseluJel
'qnrn1a,{ueu eJuces ryr1s11 eEeual urllsls uulEuecuerlp '>llJlsll eEeuel uuqn}nqa{ UeJIS{?1
ue{J€s€pJaq'utuu1-eureped 'ur"l Euu,( urllsgs uer8eq trep qustdrel (pauuuld) Euecuertp
ledep >1epr1 nlr BuaJB{ uep {tJ}sII eEeuetr tul}sls IJep lcunl uelednJolrr {npul npJBD
uB8uBcusJed tL
XNONI NOUYC ISXNUISNOY 'L flYfl
Bab 7. Konstruksi Gardu Induk

(e) Jenis G.I.


(f) Lokasi G.I. dan luasnya.
(g) Hubungan rangkaian utama.
Perluasan hari deprin harus diperhatikan pula.

7A Perencanaan

7.2.1. Rencana Dasar

Dalam rencana dasar (basic design) hal-hal berikut harus ditetapkan lebih dulu
sebelum dimulai rencana detail:
(a) Hubungan rangkaian utama.
(b) Sistim pemakaian sendiri.
(c) Kapasitas pembawa arus dari ril-rilnya.
(d) Kapasitas pemutusan dari pemutus beban.
(e) Jenis penghantar ril: ril tegang (strain bus) atau ril kaku (rigid bus).
(f) Tahanan pengetanahan yang diperlukan.
(g) Keadaan udara, ialah suhu maksimum dan minimum, ketinggian terhadap
permukaan laut, kecepatan angin, pengaruh kontaminasi.
(h) Persyaratan dari lingkungan misalnya (suara) berisik terdengar (audible noise),
(suara) berisik terhadap radio dan televisi (radio and TY noise).
(i) Sistim kontrol dan pengamanan dari saluran transmisi dan alat-alat.

7.2.2. Rencana Detail

Pada saat rencana dasar mendekati penyelesaian, rencana detail dimulai; demikian
juga pemilihan tempat, pembelian tanah, pengukuran tahanan tanah, pengukuran
tanah dan studi pondasi. Rencana detail memuat hal-hal sebagai berikut:
(a) Specifikasi alat-alat yang akan dibeli.
(b) Lembar-lembar studi perencanaan (design study sheets), yang terdiri dari
kebijaksanaan fuolicy) perencanaan, laporan survey, data perbandingan dari berbagai
gagasan perencanaan, perhitungan perencanaan dan alasan-alasan pemilihan alat.
Beberapa contoh adalah:
Laporan survey geologi
Laporan percobaan pemancangan (piling)
Lembaran perhitungan kapasitas hubung-singkat
Lembaran rencana pengetanahan
Lembaran perhitungan gaya tekan untuk bangunan besi di luar
Lembaran perhitungan penerangan
(c) Gambar-gambar; yang diperlukan untuk pembangunan G.I. adalah:
Diagram hubungan dari rangkaian utama
Diagram hubungan rangkaian pemakaian sendiri
Diagram hubungan dari rangkaian arus searah
Gambar pandangan umum
Gambar detail untuk tiap bagian
Tata ruang dari gedung utama
Gambar bangunan baja di luar
Gambar yang membedakan saluran penghantar udara
Gambar susunan isolator
Gambar pondasi alat-alat
uqe lupll e,(urde wJB{Eqe>l rpe[:e1 ne1o1 eEEuqas e,{uluduel Jnlerp >1u,(u;ur ueued
-un,(ued Euupn8 uup >1u,(unu quel 'u,(uuu{nlJarueur Eue[ 1e1e lu{ap rp uolleduretrp
snreq Eunqnq uelelerad {n1un BJ?pn rosa:duro1 u"p nlu"quad lauudlau"d (a)
'IJBpuIr{IP
snreg llJ uerEeg nlens rlu^raleu e,(ueq Euu.( resaq Euu,( ufup uBJrlV 'Suuqrutas q?lep"
I?rurou rsu:odo u?Bpee{ eped sn:u uulle eSSulqes uer{ruapos unsnslp (relearq at1-snq)
1rr EunqnqEuad ueqeq snlnurad uep Eueqec uuJnlus oJBJI rrup uuqaq snlnrued (p)
'uelqeq:edrp e;nd sn:eq'ueureqtlauad uep rs4adsut
IEI?-lelB uzlnlSue8ued 'Euulzp uelu Eue,( uesunlrad ?ueouor qnlun Eueng (c)
'u;nd npreE ueeJeqrleued uep rsz:ado
ue{qepnrreu uelu ';rr e1 ue8unqnq delles uped eures Eue[ ue8unqnq rullsrs ueEuap
'uueqrapes 8ue{ ueqnrnlasol Suenr B}El uep JnlBJe} 3uu{ uuleletad ueunsng (q)
'rJurl-rr?rles lseredo uelqepnrueur Inlun u"p IoJluoI IoqB{ leuaqEuau 1n1un ueleles
a1 dupuqEuaru uep qetual rp unEueqrp snr?q Brueln Eunpa8'ul4Eunut B{lf (B)
:lnlueq luEeqes IBrIJ€rl elnd ue4luqredlp npad nll tlence) ';rr reluuq8ued lrep stual
uep Eueqec ueJnlus rJ"p IIBJ€ 'eureln uelelEuur uuEunqnq ueqrlrrued qalo BIuqnJe
u?{nluolrp u,(ulrpuas uuEuep Iul IBq 'udu1n[uu1a5 'SunpaE-EunpaE uep uelelerad
Bluuaru eueurleEuq qBlBpE 'I'C qeu"l s?nl uenlueuad ure;up 8u;tued Eue,( 1eg
Eunpeg rcp uululurod BfBJ, 'Z'E'L
'wo1op-uo8uosod slua[ nolo (ap!qn) youtal ptlodlp /14 g'g aDSuoSat ,lnrun G)
'(uootoqllautad uop lsotado) sDSnpd pESult todua| tlnsouual Q) :upt0to)
9,8 - L,I 8I -Zt 9-Z E-Z s'9lEE
9-Z 8I 9-Z I s'glLL Jsnqulslc npr"o
oz- s'9 tt-9 9-Z t-t $ILL Jepunles 'I'c
L9-87 07-tl 7t-8 t LLltst Jau.ud'I'o
0zI - s8 8I -Zt 8-9 9-t r|tl9L7 etqlo^ qEIH u$xg
(au OI) Jeprmles Jer!lJd JOI?UOJSU?JI (A:t)
88IeX
sBn'I tueqBJ qBlunf SuBqBC qBIuInf mmsns gslmf (6u"Eu€EaI
.rum1 uu8nesud {npql npJcg {n1tm uqqrai[q Euea lrqeuu;, sun-1 '9I leqc1,
renl-uuEuesed lnpur npre' se1a1 leEeqreq 3rt ffi'trfiill#H*1y#'.?T""
qBUBI r,(usun1 '1.e'L
uBlclGred Euung-u1ul uBp r,lBuBI u,{usun1 tL
efuu4emeEued urerEerp uep ueEueraued 1ep uuunsns {nlun JBqruBO
e,(uedrd ruJlsrs Inlun ruqureE uep urEutpued rye >1n1un JBqIu"C
"{Ilerurlsls J€qur?C
ufuedrd urllsls {nlun ruqureE u?p u"{el-"Jepn ruqsrs {nlun e>lltrerullsls
Iaq€I I"uBI lnlun ueunEueq &qrueC
1equ1 ueEueseruad {nlun JEqur?O
Ieq"{1aq? {n}unBIIlBrrrpsls rsqrueo
r1e ue8uunqurad selqtseg J"qru?C
ue3uereled Eurpurp uep reEud 'teEed nlqd'ue1e1
efeq ueunEueq rsepuod rBqruBO
I8 uel"leled Euen11-zpL upp gBu"I ?fus?n'I E'L
82 Bab 7. Konstruksi Gardu Induk

,-7
/ /'
:]--.[E
'\'l

U
r
a ril
g4)
d

a
r-
V vo0 bt)
VT

u0

u)
6)

it- ,}(
E'
I

t- E
i- d
I

i,1.
I
00

\
\,, I
\'i
cl
tr
o
o
U
b
lfl
E

'r-\ .-

\r

(
selrsed"T r"fundueu qgd1p Eue,( ueqnqeled qelede (uunpqepued falrns ueEuop)
npp qrqal pllp[aslp snr?g nlr euar€>I galo 'u€leosrad tpufuau uqEuntu ueqnqeled rp
lenu-relEuoq s€lrlrs"J '1ne1 uelel I"g ur"IBC '1ne1 uelel uep '(rsperl) eleq e1ere1 'tde
ue8uep ualn>IBIIp ledep uelnlEueEuo4 'e,(uuelepuee{ I€os BueJ?{ uerynfuelp
"loJo{
{"p$ 1ul eruc ldu1e1 'ueunEuequad ludurel Ip nll oJerl (3u11qulassu) undrug8ueur
uuEuap q€lep" e,(uueleselo,(ued erec nles qBIBs 'ueyeosred tpefuaru o3er1 uelnlSuzEued
?{rf 'uoJTurs Jol"suepuo{ u?p JolelrrJoJsu€Jl q3l"p3 e,(ulereq suoJs{ ueleosrad
u€>llnqurruerr uele 8ue,( 1BI" :luJeq wle-wle uelnlSueEued 4n1un ue1e1 (3)
'€1o{ u"q€puro1 ue8uap uulserula,(ueur
>lnlun u€qepurel r8es uopleqredrp u,(u1ep1t nped elres uep oryur depuqrsl
''A'I
qnre8ued uep {rsrreq qeEecueur {n1un Brlusn uoln{Bllp efu4upyt nulu n1;ed Hlplleslp
snreq le8Eurt ledusl g?reep ueEuap 1o1ep e,(uletel sllq iue8unlSutl ueepeay (e)
'geu4 ueelre8ued efuqepn1lr1 (p)
'q€u"1 e8reg (c)
'{nserrr Isrrusu?Jl uBJnlBS e,{uqepnry (q)
'uelunsuo{""'n,X;;1;.lr:.',il'3,:::1il;,1i'ilffi",#}nun,
eped 'rulnturp rsu{ol ueqllruad 'uetesola,(ued Jl"Iapuau qelel Jusep sllg
"u"eueJ
Is8{oTuBqlllured'g'E'L
lsnqlr5lq (+puD npmg Suung-e1el qoluo3 IS'rqC
A{ 99 SmqnH uB8usrE>Iad
Emlo oIsrtr
A{ 9 dnrnual
AunqnH rl"to)I
l$
l
1-
I
I
:
r$
'lS 'rqg uup 0g 'rqg uped lBIIIIrel'1'g Suenr Bl?l qoluoC 'ul?l t"l€-lele e4 relefueru
€8 rrelelured Eueng-e1u1 uep LIeuBJ. u,(usen1 E 'L
Bab 7. Konstruksi Gardu Induk

bongkar-muat yang cukup, ataukah perlu dilakukan penguatan lebih dulu. Dalam hal
jalan ruya, harus diselidiki dulu jembatan-jembatan, dapat tidaknya kendaraan mem-
belok, ada tidaknya rintangan-rintangan di jalan, misalnya pohon-pohon, jalan yang
terlalu miring dan sebagainya. Miringnya jalan sebaiknya kurang dari l/10. Untukjalan
kereta api, harus diperoleh data-data tentang batas kemampuan angkut yang telah
ditetapkan oleh perusahaan kereta api.
(g) Persoalan pembuangan air dan tingginya banjir; jika letak G.I. dekat dengan
sungai, cara pengeringan (pembuangan) air harus dipikirkan lebih dulu dengan memper-
hatikan catatan meteorologis tentang banjir masa lalu atau keterangan yang diperoleh
dari rakyat yang telah lama tinggal di daerah itu. Jika ternyata tanah harus dinaikkan
agak banyak, maka hal ini menjadi tidak ekonomis.
(h) Air untuk pembangunan dan air pendingin; selama pembangunan diperlukan
air untuk pekerjaan semen (beton) dan untuk keperluan hidup pekerja-pekerjanya.
Dalam operasi G.I. air diperlukan untuk pendinginan kondensator sinkron dan pesawat
pendingin udara dari kamar kontrol dan rele.

7.4 Gedung dan Fasilitas Pembantu


7.4.1. Gedung Utama

Gedung utama dari G.I. pasangan-luar untuk tegangan kurang dari77 kV kebanya-
kan terdiri dari gedung satu lantai, sedang untuk tegangan lebih dari 110 kV, biasanya
gedung dua lantai (bertingkat). Untuk G.I. pasangan-dalam, biasanya dipakai gedung
yang lebih tinggi untuk menurunkan biaya pembangunan dan luas tanah, meskipun
hal inijuga tergantung dari besarnya. Gbr. 52 menunjukkan contoh tata-ruang gedung
utama G.I. tegangan tinggi sekali (EHV). Luas ruangan di bangunan utama untuk G.L
pasangan-luar diberikan contohnya pada Tabel 17.

5 000 4 000 5 000

+o
O
:
Rugng
Kerie

Gudang

Rumg
Pakaian

Gbr. 52 Contoh Tata-Ruang Gedung Utama Gardu Tegangan Tinggi Sekali (EHV)
?IEu?Je{ u?p rueEol uBrEBq-uBlEEq 'Eulpulp upud leledrp snJerl rrruse-l}u" }eJ (q)
'snsnq{
uulleqrad uu{nlJaureu er(uueEurroSuad uep rsulrluoA 'set uulrunla8ueu eJetuq BueJB)
're1a8raq nElB q?qtue[ 'tunsEuul rrequtrour reuls eue{ra} qeloq {Bpll lur Euung (e)
:ln{ueq retuqas leq{Bq uelrleqredrp npad atanq Euont 4n1u11
'n1r 1e,(unu lndtunEuad r{upl u"{erpesrp snJ€q 'u{ure1t1as
rp EunpaE ue4e,(uqeqularrr nlr 1u(utru uuEuenq e1r1 'EunpaE JBnl e{ >1e,(uur tuunq
-ruaru snJeq uentEuet €pB lBBs eped euntraq tue,( lefupu Euenquad edt4 (c)
'l€uJruou nqns rqrqoleur ueEuBnJ nqns ufu>1luu qeEacuau >1n1un
utEue sedrl Euesudrp npod 'lpef.rel ralns qBrurBIB BJBcas EJ"pn Is"lnIrts e:1t1 (q)
'luuraqrp ledup EunpaE Euenr u8Eutqas
EunpaE r?nl rp ueryeduellp e(urolelpur '(raurogsuurl paloor{Io pacrog) ue4esledtp
Euu[ 1e,(urur ueurEurpued ueEuap ogurl reledrp BII1 'rde uuq4 nlutd nele Eutputp
qelo ue{qesrdrp srueq lrun udereqeg n€18 }lun nles uelep-ue8uused '1'g epz4 (e)
: rur lnlrJaq IBqJeq uullluqredrp nltad olotl Suont 4n1un
nuzqured uBlBFJed EuunA IIBp rolultrroJsuurl Euuny 'E't'L
'e,(uuuerzqrlaurad uep ueesluauad u"{rlepntuetu Ue>IE
Iul Iprl uleur '(re1uu1 sele rp) olar lauud uep lorluo{ laued e1 ue>lEunqnqrp nruq n1I
q?lelas uep '(re1ue1 qE^\Bg rp efuesurq) 1eqe1 eleuad JBIUe>I tue1ep Ip IEUIIITJ4 uuded
upud ue4Sunqruusrp nlnp qrgel ueEuap JBnl rr?p {nsBIrI lortuo{ 1aqe1 o1t1 (a)
'(Euruo4lpuoc rre) erepn urEurpuad IBIE J"Ierueur
Inlun ue{rnfuerp 'e1sd tue,( ueureEued alar Euesudrp Bu"IIr Jp rBIu?{ ueluq (p)
'rlurl-lleq uuEuep ndulul tstsod uzp stuel qrlnueru
ueEuep qelepe e,(uere3 'rJepurqrp snJ€q rul rueceruas uenEEueg 'ueucuqured e{urelns
uulqeqafueur uull" nlr uelnluud 'uerunJlsul Eoe>I-BJe>I eped e,(uquc uelnlued pu[re1
e4r1 'EunsEuel >lel qeEualas nBlB EunsEuq 1e1 ueEuureuad loledtp z,{uelEo{eg (c)
'oJ?Jl rJBp er(usnsnql'uelelured
{rsrJoq depeqral teder-}edur ufudnlnuaur 1nlun utnf ue>lEuequrpedtp snreg (q)
'Euucuol upuu qalo qeced lupJt e,(udns 1en>1 dnlnc snreq e,(uecey 'ueEuere4ed s1 sulef
Eue,( ue8uepued qeloraduraur 1n1un uq8unru reqolas lenqlp sn:eq elapual (e)
:lnlrJeq luq-1sq ue4neqradlp snJeg eleJ Suenr uep IoJluo{ Euunr 4n1un
e1a118uung urp lo4uoy Sueng 'Z'?'L
'o/Cuulol Suotoq-Suotoq uDp (sloot) ofiay uotolond uodrutslp 8uDpt 3 uolDq (r)
' rs ruguoJ t uD fi
lD s uoolotlrpu a d
uop lsmllunuotl Suont'uoqaq uolSoqwad psnd Suont qnsuaat ,loplt sDlD tp uo8oqwad woloq G)
'!snqy$!p npto8 uop )apamlas nptoS lnyn nflDy lntun snsnq1 3wu wqDpotp 4Dplt oltuosolg 0) :awotpc
00I - 0s oz- s 9-€ st-L s9 t€ € lsnqlilslcl npr"9
08I - 00I s€-t st- L -OI s9-0s 0s-s€ t-E 99- LL J3pun{as'I'0
00t - 00t 0s€ - 0€I s€-sI 'Ist-sz 0s-t€ osl - 0zI 00I - s9 t OII-?SI Iaur.IJd'I'c
(AHe) II"{rs
0s6 - 009 0s, - osz s€-sI 0s-s€ 0s-s€ o9z - oLt 0zI - 98 9-t o7z- sLZ
IEEUI UEEUBEeI
JOIBUTTOJ
sJal€g elsu IoJluo) (A{)
g?rrnf uI"T-u1"1 Eu?pnD rolu") -ssBrI sBIex
3u"nU 3uanU tuBnU UEEUBEeI
q"lurnf
(7u) .run1 uu8uesea {npul nprug Burqn uuun8ueg senl '/,I IeqEL
s8 ntueqlrcd sulllls"g uep Eunpeg t'L
Bab 7. Konstruksi Gardu Induk

landasan, serta lantainya harus diberi lapisan aspal.


(c) Tempat penyimpanan air sulingan (distilled) dan asam belerang cair harus
diperhatikan.
(d) Jika kapasitas batere besar, maka susunannya harus dibuat dua atau tiga
tingkat untuk menghemat luas lantai.

7,4.4, Gedung-Gedung Pembantu

Di gardu induk, kira-kira 3 - Di


7 m2 dari gedung utama dipakai untuk gudang.
G.L yang besar, ada kalanya dibangun gudang yang terpisah untuk menyimpan mate-
rial dan onderdil (spare parts).
Rumah tinggal karyawan harus diadakan sehingga pekerja malam dapat beristira-
hat dengan baik; tempatnya harus dipilih sehingga tidak terganggu oleh suara berisik
dari trafo.
Pada G.I. yang kecil ada kalanya kompresor diletakkan di dalam gedung utama,
meskipun sebaiknya dibangun ruang yang terpisah karena menimbulkan suara berisik.
Tanki udara utamanya tidak boleh kena sinar matahari langsung.
Untuk mencegah kerusakan isolator oleh debu, pekarangan gardu harus dilapisi
dengan batu kerikil atau rumput. Belokan jalan-jalan tidak boleh terlalu tajam untuk
mempermudah pengangkutan trafo.
Untuk maksud keamanan, sebaiknya dibangun dinding di sekeliling G.I. yang
dekat dengan kota, ata:opagar untuk G.I. lainnya.

7.5 Bangunan Baja Pasangan-Luar

7.5.1. Kelasifikasi

Kelasifikasi bangunan luar menurut bahan yang dipakai adalah:


(a) bahan baja
(b) kolom beton
(c) kolom kayu
Di Jepang kayu jarang dipakai karena dipandang tidak awet dan tidak kuat, kecuali
untuk pasangan sementara. Beton tidak dipakai untuk G.I. yang besar karena sukar
diangkut; lagi pula untuk pemasangan belandar (beam) diperlukan bagian logam
khusus, dan rencana pondasinya sukar.
Menurut konstruksinya dikelasifikasikan :
(a) Bangunan baja dengan baut (bolt); di sini semua bagian utama dan bagian
penguat (bracing) diikat dengan baut. Guna mencegah perkaratan untuk bangunan
baja pasangan luar, dapat dipakai lapisan seng (zinc plating) dan cat anti-karat. Namun,
tidak mudah untuk melakukan pengecatan G.L karena kesempatan berhenti operasinya
sangat sedikit. Oleh karena itu pada umumnya yang dipakai adalah cara pelapisan seng.
(b) Bangunan baja dengan las; di sini pembuatan kolom atau belandarnya dilaku-
kan dengan mengelas bagian-bagian utama dan penguatnya di pabrik. Bangunan
mudah sekali dipasang di tempat dan tampak lebih bagus, meskipun ukurannya
dibatasi oleh besarnya bak pelapis (plating bath) di pabriknya. Untuk membuat batang
yang lebih panjang dipakai pula cara penyambungan bagian-bagian yang dilas itu
dengan baut.
(c) Bangunan baja dengan rangka (frame) baja; untuk ini dipakai baja konstruksi
bentuk H atau bentuk [. Karena hanya diperlukan pelebaran sedikit di bagian bawah,
maka ini merupakan keuntungan jika luas tanahnya terbatas.
'ttD\DtptDdtt,p snnq Dtulollu'opuD? pqul 1nrun 'p&8unt ngoq&uad tlrltm nlqaq gl pqDJ G\
'
l3ropnpuoz lo11o wnulwnlo 3u1|s1sat4oaq,, ln\vn
n4lryaq ryHt gl uorllpwad on3 'owDs snn l ,!!tpt otpS 'outos Suot( 4oto! uop uoSuo8at qn7u11 (l) :wtulo)
000I - 001 0'-0€
099 'IYH 001 - 00t 0z-sI gLZ - OZZ
099'M 008 - 00s 9Z- 0Z
sze-ozz co}I 00s - 00€ €I -OI
'SI-OII
001 - 009 tc- 0z
099 1VH 00s - 00€ 9t-zt
gZE_09 CCIH 00t - 002 6-L LL- 99
0s, - ost 9t-7t
ott - osz 0r-8
sz,e - 09 coH osz - osl 9-S TZ-ZZ
(zw) r?nsas 3u",{ Ieqe){ (3I) IUBJ BrBC (u) {Er"I (AI) u"3u"8al
{npul npruC urBlup IoqBX {lrBJ B,{EC '6I IaqBI
rBlepuew Ed
r?puuleq ueqeq 'urolol eped uy8ue u?u?Iel
X9
bg
=P
Ieq?{ n?le rolplosl eped nfles n?te se Hxo.
'uululered leJeq 'rBpueleq lereq 'uroyoq lereg )I3BeI o,
uelelered eped
u13uu ueuelal'Ieqe1 luul eIeB I?JeIBI ueuodruol
'ro1e1osr '1eqe>1 eped ur8ue ueuelel '(qyrr-1 ete8 (reprr"leq u?8uep refefas)
uep ulEue qelo) 3u?doued Euetl IrBp u?ue{el I?rele'I rBl€puel l Edg
gx
gb
uelelered epud (repuelsq
ia'tJ
ur8ue ueue>1e1 '(1eqe1 qere) repu?leq depeqrel epud snrnl 1eEe1) DF)
rOr
A'
ur8ue ueuelel '(lereq Suled) Ieqe{ IuBl ?l(eC leurpnlr8uo1 Jet?puel I
nfies nele ss'Suesedtp SueI
uel?lBred'role1os1'1eqe1'grpues J?pIrBIeq tBreg le8ea
usqeg uBqeg sJual
JEnT uGEuBsBd E[Bg ueun8uug uputl uuqeg '8t IoqBI
'nlr Ieq4 lnrnuour ?EJ€q-?Ereq rJBp qupueJ grqel 3u3{ eSruq
qlld1p ledep '(4r1ap/ur 6y Euedel Ip) 1€q nlrEeq >I€pIl sfuutEue suelu tp ere8au {nlun
,,'8uede1 Ip Iaqe{ u"qllruod qoluoc q€nqes u€{Ireqrneru 6l IsqeJ lunrulldo 3u1ed 3ue,(
e8.req-u8req ql[dlp snrsq nll {nlun uep uelEuequrpredry snreq IUI IBqJ"H 'l33uq qtqel
rpu[ueru €feq ueun8uei u€p Jeseq qlqel eserel ue>Ie ]B{EUIS-Eunqnq rpefrel lues €ped
srlauEeruo4lele nele u[8u" qalo ueun,(e e{Bru 'qBIrIal nlelJol er e>lrf uEEulqes 'quq
-rueuoq uele eleq",t"E
ueunEuuq lereq 'lun{ nl€lrel (uogsu4 elqec) pqoy uo8uoSal e4r1
'gI IequJ eped uu4requreSry 3ue,( ueqeq
-u?qeq 1n1un ue8ueEel uuEunyqred uu4resupraq qlpdtp Is{nJlsuo{ uefeq-ue€eg
rrBauBcueled l8JB,(s-lBJu,(s'z'9'L
'{npnp Jo}slosr
{n}un ?EEUB[ued uolo{ qBI"pB e,(uqoluoc !eteq edtd ueEuep efuq ueunEueg (p)
L8 renl ue8uused eleg ueun8uug g'L
88 Bab 7. Konstruksi Gardu Induk

Tekanan angin pada bangunan baja, kabel dan isolator dan sebagainya harus
dihitung pula.
Yang perlu diperhatikan pula adalah keadaan dimana satu saluran putus, sebab
tiga saluran pada ril G.I. putus sekaligus jarang atau hampir tidak pernah terjadi.
Bangunan bajayang menderita tarikan dari kawat transmisi direncanakan berdasarkan
anggapan bahwa semua saluran pada salah satu sisinya diputuskan. Hal ini disebabkan
karena pemasangan kawat-kawat di dalam daerah G.I. dan di luarnya tidak bersamaan
waktunya dan karena tarikan kawat dari kedua sisi itu berbeda.
Untuk bangunan baja yang kecil, diperhitungkan tambahan berat pekerja sebesar
150-200kg dikenakan di tengah-tengah belandar. Untuk keadaan lain hal ini tidak
perlu diperhitungkan karena orang tidak akan memanjat bangunan itu dalam keadaan
terburuk.

7.5,3. Besar Kolom dan Belandar

Jika pelebaran di bawah terlalu besar berat bagian penguat akan naik, dan jika
terlalu kecil, berat bagian utamanya akan naik. Karena itu harus dipilih pelebaran di
bawah yang paling ekonomis. Jika terlalu besar jarak antara tiang-tiang harus lebih
lebar pula. Di Jepang perbandingan antara lebar tiang dan tingginya kira-kira l/10- l/15.
Di negara yang anginnya tidak kuat, pelebaran di bawah itu dapat dibuat kurang dari
itu. Tabel 20 menunjukkan besarnya belandar, jarak antara kolom dan tinggi ril di
Jepang.2) Di negara yang anginnya tidak kuat, besarnya belandar dapat kurang dari
harga-harga itu. Bila panjang belandar lebih dari 10 m, maka digunakan belandar yang
agak melengkung (camber) dengan kelengkungan 1/300. Untuk kolom yang lebarnya
kurang dari I m digunakan penguat (warren) tunggal, sedang untuk kolom yang
lebarnya lebih dari I m dipakai penguat rangkap.

Tabel 20. Ukuran Bangunan Baja Pasangan Luar

Ukuran Belandar Jarak antara


Tegangan (kV) Tinegi Ril (mm)
(mmzl Kolom (mm)
22- 33 400 - 500 4.0@- 5.s00 5.000 - 6.000
66-77 @0- 700 7.000- 8.500 6.m0 - 7.000
lt0- 154 700- 1.000 8.000 - 13.000 8.m0- 9.000
220 -275 1.000 - 2.000 15.000 - 20.000 11.000- I3.000

7.5.4. Perhitungan Tegangan

Ada dua cara perhitungan tegangan (stress): yang satu dengan menganggap
hubungan antara kolom dan belandar sebagai struktur pasak (pin structure), yang lain
disebut cara Rahmen, yaitu dengan menganggapnya sebagai hubungan yang tunggal.3)
Dewasa ini tidak ada pendapat yang pasti mengenai cara memperlakukannya sebagai
dinamika strukturil. Hubungan antara kolom dan belandar merupakan hubungan-
tengah arrtlflra hubungan pasak dan hubungan tunggal (solid connection), karena bagian
atas dan bawah belandar terikat dengan baut. Tetapi, bila perhitungan Rahmen dipakai,
hasilnya membahayakan, kecuali jika kondisi tahanan pondasi diberikan dengan
tepat. Bila beberapa kolom dihubungkan dengan belandar dan bila tahanan pondasi
berubah dengan kolomnya, maka rencananya berbahaya kalau digunakan metoda
Rahmen. Dalam banyak hal, rencananya aman bila hubungan pasak digunakan.
Distribusi tegangannya terlihat pada Gbr. 53.
(ueeuecuered {nlun uspq g ququ4rp)
u?Fq, eleq Euedouad n1ru1suo;
u?Fq 0I - 8 elsJ
u"p IoJluoI Ieusd
uBlnq 8 - 9 uBqeq snlnurad
uBlnq zl QUfA) gelas 6Euq ueEueEal 1n1un
u"lnq 6 v^)t 00009 - 0009
u?lnq 8 VA{00O9pepEuern1 rolslllroJsuerl
:1n{rJeg rcEeqos qel€pe lrrqed IJ"p renle{ uululered ledtues us{nluellp molgnads
'ue1de1e1rp e,(urselglseds >1e[es I"FIrnp {npul
4etas uulnlradrp 3uu( nDI"/t\ 'Euedel lg
npruf uuunEuequrad le,tpet eleur 'eruu1 dn>1nc uusodtp lutas ('qsp 'tsnqnlstp lauud
'ueqeq snlnurod'roluurrogsuerl) eureln uelelured-ue1e1e.red u,(uEuulep uuarul qilg
Iu,rap8f L'L
'u,(uEun[n ?npe{ eped uelqeuelrp e,(ulreqes Ieq€{ (qleeqs) Eunreg
'u?grqalreq Euu,( (ssa.r1s) ueEueEq uB{Bue{Ip qeloq {Bpll lor}uol leqqlaqey (l)
'uelEunqnqrp snJeg 8ue,( leduol-leduel ue>l
-lnfunuaur eun8 (te1)gnrnq uuEuop epu"l-?pu?1 Euesedrp snreq (sslqec lorluoc) Iorluo{
1eqe1 uetunques n€le IsEIBlsuJ eped uenrqalol e,(urpe[ra1 qzEecueru {nlun (l)
'u?qrqalreq Euer( (sse4s) ueEueSal
ru"qeqry qeloq I"pI1 Euedoued ${nrlsuol qeu?l-sele 1aqe4 uee[re8uad ueleq (q)
'(uz1o1Jp Eue,( 1e,te1 leduel rp) e,(u1ede1-ledelas Euesedrp (Et[)
ruele{ uep e,{g4req->peqes qrrdrp snr"q re1u€gEued 1eme1 ueEuolourod leduea (E)
'qrqel u?qeq ueleue{Ip qeloq {"pq l"ulturq 1e1ed-1e1ed uup Euqsng (1)
'ueSuetalreq 3ue[ np-re8 uerEeq-uetEuq leuoEuaru >1up4 ruEu 4eq
-1leq ue8uap uB{n{BIIp nlred Euefued ne}u resaq Eue,( u4ulzred ueqepwule4 (a)
'epeqJeq efuueEueseured ledruol u?p uslBnle{'uBJnIn undqseru
'eures Eulros z,(uudnr euoJ? ueEuzseued uBUIIe{a{ 1pe[ral lepJl lzEe {l?q-{leq
eslusdry snreq Ioq"{ u?p rol?losl uep rueEol uut8eq-uutEeq qelun[uep stual (p)
'(ro1e1osr) qecad qepnur Eue,( ue6uq-uufeq rrep
IJJpJal efuesulq BueJB{ ll?g-p"q ueEuap lueEueltp snJeg {TJNII uelepred enule5 (c)
'ryuq uetuep lrufeledrp e[uueueEuzued
"rpcuupr$rnrrsuorq?pnsesu,rnr?rrpn,noru*r;;:i,fi :?*lx1,l].j#Hir,fir,u*
snreq (s1oo1) e[ra1 $V-te1l- u?p u"geq Bnluos 'pedetp ledep lempet ruEy (e)
:ln{rJaq le8eqas IBq{?q uelpeqradruaur ueEuep'e,(uleulac
-luruJecas uuEuap Sg)In)IBIIp snJ?q {nput npreE utelup uelelered ueEueseura4
Itr?uBI{?lY leqql uB{lrBued u?p uBlBIBred uB8uBssltred 9'L
B[Bg ls{n.Bsuoy BPBd ucBuBEaI Fnqlrlqq €9'rqg
1ese4 ue8unqnll (q) uauq"U BsJlBuV (e)
d+
q?uBI-sBlV IeqB) uBIIJBued u"p UB1uI?Jad ueEueseure; 9'L
90 Bab 7. Konstruksi Gardu Induk

Kapasitor tenaga 6 bulan


Kabel tenaga 4 bulan
Contoh jadwal konstruksi gardu induk terlihat pada Gbr. 54.

Bulaa I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ll 12 13 l4 l5 t6 t7
Perataan Tanah
Pembuatan Perplatan
utama
Pembangunan Peralatan
(di Luar)
Idem (di Dalam)
175 ) (V lI1_l rV
Pemancangan Pondasi
- 27: rkv =ts4 kv
Pondasi Konstruksi
Pondasi Peralafan

$aluran Kabel E _J
-27 kv
Bangunan Baja
275 -kv,l 54k
Saluran Udara :-
=
Jaringan Pengetanahan

Gedung Utama
Lain-Lain
Pengujian

Gbr. 54 Contoh Jadwal Peqrbangunan Gardu Induk Tegangan Tinggi EHV (2751154kY)

7.8 Pengujian

Pengujian-pengujian utama yang perlu dilakukan pada gardu induk adalah sebagai
berikut:
(a) Pengujian ketahanan pada transformator: Pengujian ini dilakukan sesudah
tahanan isolasi transformator diukur dengan Megger. Tegangan diterapkan berangsur-
angsur, dengan menggunakan transformator penguji, kapasitor sinkron atau generator
dari pusat listrik yang berdekatan. Seperti dapat dilihat pada contoh Gbr. 55, tegangan-
nya diatur dengan pengatur tegangan induksi (induction voltage regulator). Cara lain
adalah dengan menggunakan tahanan air.
(b) Pengujian kenaikan suhu pada transformator: Salah satu cara adalah dengan
membebani transformator dengan beban sebenarnya dari jaringan yang berdekatan.
Bila bebanjaringan tidak cukup besar, maka kondisi beban penuh dapat dicapai atau
ditirukan dengan mematikan radiator dan menghitung kenaikan suhu pada beban
penuh. Cara lain adalah dengan mengembalikan beban yang diambil dari satu ril (bus)
ke ril tadi, melalui transformator yang lain (back-to-back method); periksa Gbr. 56.
Untuk memungkinkan terjadinya arus sirkulasi, digunakan jenjang (tap) yang berlaiflan.
Namun, karena jenjangnya tidak kontinu arusnya agak kecil; karena itu hal ini ditam-
pung dalam perhitungan.
(c) Pengujian pemutus beban: Sesudah dipasang dan disetel, pemutus beban diuji
untuk mengetahui apakah karakteristik pemutusannya masih sama dengan keadaan
waktu diuji (acceptance test) di pabrik atau tidak. Yang diuji sekarang adalah waktu
membuka (opening time), waktu menutup (making time) serta perbedaan waktu
lB{ap nl"lre} u"IT"laIp qeloq {€prl ?.(unlupqured eporlleya e>1eur .rrrpuas n1l npreg
sznl ue8uap efusen1 BrrrBs Inpur npru8 qenqes uerunquod ueSuuef uuaJ?) .BuBqJepos
Euuz( uenunqurod epo.r1>1ala uep q"u"l s"ll^Jlsrser rnlnEueru {nlun re1udry eEnf Eue,(
rdu1a1 snsnql uaurulsur ueluuntlp rur {nlun :uenunqued ueu?qel uertnSua4 (a)
'qreqradry'uuqaq snlnurad rrep (poc Eurddrrl) efral
ue8unp8 u"p elal eJ?lue e,(qesrur 'uu8unqures u"rlel"se) 'efuelreq u?]nJn esilradrp
tunpugad uelelSuur u"p lorluo{ uerelSuer'ueqnrnlasal uerln8ued eped .(re1sa1 felar
alqupod) ue8urfurl alor llnEued uoleunErp olar uerlnEuad >1n1un 'rfnrp ,e1ar uup reples
-Jel{Bs 'Euesedral Eue,( ueun:1sur deqas rJ"p {rlsrJeqerul 'rrrpues-rJrpues uellnEuod
epu4 '(lsel IIBre^o uup IBnpI^Ipu1) ueqnrnyase>1 uulln8uad uup urpues-rrrpues uerlnSued
ru>1e,( 'uurfn8uad srual enp EpB rur Inlun :aleJ uep IoJluoI
leued uerfnEuad (p)
'efu:eueqes uzqaq epud u,(u14slJeDl"Js{ llnrp snreq
lunqs Jol)par uep u8eua1 rolrsedzl {nlun uBqeq sntnruad '?ItrB}n JolsrrrJoJsusrl eped
lplEuequred snJ? u?p rsrtusuuJl u?Jnles uped lenured snre (uelsnlnuoru) zlnquraur
e,(uuunduuue)t llnJp e8nl'n1rad epg 'u,(ueseg u8r1e1 eped dnlnuau u"p slnqtuaur
(1cug-o1-1cug) nqng uq[n8ue4 ere3 .rqC
99
Bsed-ErolerruoJsuerl (q)
ewg-I rol€ruroJsue{ (e)
t_-
LJEilI
at"uaJ | !-}tP-.*.",,
raquns L-{]_1L*'*-"t
V
relsrel uu8unpg uped uu8ueBel ucueqs1a;tr ueJ[n8ueg uw3 SS'rqC
0U s'tgl :W x CrD sr'sl :rerew u??3ggruad
VA{ 0l sulsede;1 'A 0|0|O.OZ/0OZ :r[n8ued rol"r.uroJsual Eurleu
0U) "sBg-I
Sf'e t. : SZ,t x (nl) il :ue1dera1lg Eue/( rtn ue8ue8el
V t*n OZI A lW tl S'Ol I ttl ttl itst : tgl .e$C-€ :lfnJq uele Eue[ roleurro;suera
EAPI
A 002
tunqEEEl([ u"Areeoi
uB{a AuEr( raqms
IBumratr t !lnauod
rolaEIoIsmrI
I$lnPUI
_ SmqEEslC rnlB8uad
G,JE tm^ lBuJqral
!Jnld
3[4,( rolBurolmrtr
t6 uerfnEua; g'L
Bab 7. Konstruksi Gardu Induk

kepada gardu, supaya nilai tahanan yang diukur tidak terlalu rendah. Kecuali itu,
kawat penghubung antara ins{rumen dan elektroda harus rendah tahanannya, karena
gardunyajuga rendah tahanannya. Saluran transmisi dapatjuga dipakai sebagai kawat
sumber arus. Untuk menghindarkan kesalahan pengukuran harus digunakan Voltmeter
berimpedansi tinggi (misalnya, vacuum tube voltmeter). Titik pembumian pembantu
harus dipasang cukupjauh dari gardu. Untuk mengurangi tegangan induksi lintasannya
harus dipilih dengan baik. Rangkaian pengukurannya tertera pada Gbr. 57.

Trmslormetor

210/3300 v

Jaringm Pembumian

.._- 4 atau 5 kali


300-600m lebar iaringan pembumim

V",
V"'
Vso= n=f
' - V"o Vso

Yo,V"r darr Y"zharus dibaca pada V.V.,


dimana Zo: diukur Pada arus nol
V"ri diukur Pada arus PositiP
V"zt diukur Pada arus negatiP
Iz,o dihitung dari Yo, Vt dar. V,z;bila ini dibagi dengan 1" (pembacaan meter A),
maka didapat harga R (periksa rumus di atas)

Gbr. 57 Cara Pengukuran Tegangan Pembumian

7.9 Referensi

Dalam Bab 7 digunakan referensi terhadap karya-karya tulis berikut ini:


l) Electrical Engineering Handbook,Institute of Electrical Engineers of Japan,1967,
vol. 23, Chapter 8.4.2, Table 26, hal. 1273.
2) Ibid., Table 28, hal. 1273.
3) Handbook of Electrical Engineers, Institute of Electrical Engineers of Japan, Tokyo,
1967, Chapter 35, hal. 1850.
TEORI GARDU INDUK
SISTEM RIL DAN JENIS GARDU
Sistem Ril / Rail (Busbar)

Semua peralatan GI dihubungkan pada dan mengelilingi ril. Sistem ril


dibedakan menjadi:
 Ril Tunggal (Single Busbar)
 Ril Ganda (Double Busbar)
 Ril Gelang (Ring Busbar)
 Tanpa Ril
Sistem Ril Tunggal

 Sistem yang paling sederhana


 Memerlukan sedikit peralatan dan ruang, sehingga lebih ekonomis
 Digunakan untuk GI skala kecil
 Sedikit saluran keluar
 Tidak untuk pindah-hubungan sistem tenaga
Sistem Ril Ganda

 Terdiri dari 2 ril, 3 ril, atau 4 ril


 Memerlukan lebih banyak isolator, ril, dan kebutuhan ruangan
dibandingkan dengan sistem ril tunggal
 Bangunan konstruksi baja
 Pemeriksaan alat dan operasi sistem tenaga lebih mudah
 Masing-masing ril terpisah
 Digunakan pada GI yang penting dalam sistem tenaga
Sistem Ril Gelang

 Memerlukan ruang yang kecil


 Baik untuk pemutusan sebagian dai pelayanan dan
pemeriksaan pemutus beban
 Rangkaian kontrol dan pengamannya lebih kompleks
 Kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri
harus lebih besar
Sistem Tanpa Ril

 Sistem ini biasanya digunakan untuk saluran transmisi bawah tanah


 Instalasinya sederhana sehingga bisa menghilangkan system Ril
 Digunakan pada GI di pusat kota
Kebijakan dalam Pemilihan Hubungan
Rangkaian
 Sistem hubungan harus dipilih secara ekonomis dan rasional, dengan
memperhatikan kemungkinan gangguan dan sukar atau mudahnya
pemutusan pelayanan
 Pertimbangan dari segi gangguan
 Pertimbangan dari segi pemeriksaan
 Pertimbangan dari segi konstruksi
Pertimbangan dari segi gangguan

 Karena arus hubung-singkat harus diputuskan oleh pemutus-beban,


untuk memisahkan sejauh mungkin bagian yang terganggu dari bagian
sistim yang sehat, maka biasanya dipasang pemutus-beban pada
setiap transformator, setiap saluran transmisi dan rangkaian di antara
setiap ril.
 Sering terjadi gangguan terhadap alat-alat yang diamankan dan
terhadap pemutus-beban itu sendiri
 Perencanaan hubungan pemutus-beban, berkurangnya mutu pelayanan
tenaga listrik karena pemeriksaan pemutus tenaga dan pertimbangan
ekonomi keseluruhan harus diperhatikan.
Pertimbangan dari segi pemeriksaan

 Jika suatu alat akan mengalami pemeriksaan, pemisahnya harus


dibuka, dan alat tersebut terputus dari rangkaian.
 Sesuai perkembangangan pada sambungan yang dapat dipindah dalam
keadaan kerja, serta kemajuan keandalam peralatan, pemisah sudah
mulai ditiadakan.
 Untuk mengurangi pemutusan pelayanan akibat adanya pemeriksaan,
harusdipertimbangan pemakaian jumlah peralatan lebih banyak,
misalnya:
- Trafo ganda
- Saluran transmisi atau distribusi denan rangkaian ganda atau ril
rangkap
Pertimbangan dari segi konstruksi

 Biasanya peralatan yang dipasang pada pembangunan pertama, jarang


merupakan peralatan yang sudah final, mislnya: transformator harus
ditambah.
 Sejak awal permulaan proyek, sudah harus dipertimbangkan hubungan
dan tata ruang peralatan sedemikian sehingga perluasan nantinya
dimungkinkan.
 Biasanya lebih sering terjadi pada ril tunggal dibandingkan ril ganda.
Sistem Hubungan Rangkaian

 Rangkaian tenaga pada GI biasanya disebut


sebagai rangkaian primer, sekunder, dan tersier,
sesuai dengan arah aliran tenaga.
 Rangkaian sisi primer ini dibedakan berdasarkan
jenis trafo yang digunakan pada GI tersebut,
diantaranya:
- GI Penurun Tegangan
- GI Penaik Tegangan
Sistem Hubungan Rangkaian Sisi Primer
GI Penurun Tegangan
 Pada GI yang mana banyak dihubungkan saluran transmisi dan saluran
penghubung (Tie Line), biasanya Menggunakan sistem Ril ganda
 Jika direncanakan banyak saluran transmisi kelak, maka memakai pemutus
beban bagian pada ril
 Pada saluran transmisi baeah tanah biasanya menggunakan system unit, atau
tanpa ril
Sistem Hubungan Rangkaian Sisi Primer
GI Penaik Tegangan
 Pada umumnya dibangun bersama dengan pusat listrik (Power Station)
 Tegangan sisi primer sama dengan tegangan generator
 Jika kapasitas generator kecil dan jumlahnya agak banyak, daya yang
dibangkitkan dikumpulkan melalui ril ganda atau ril tunggal dan tegangan
dinaikkan oleh trafo
 Semakin besar kapasitas generator, system ini diganti dengan system unit,
dimana ril dan pemutus tenaga di sisi primer ditiadakan
Sistem Hubungan Rangkaian Sisi
Sekunder - GI Penurun Tegangan
 Pada GI dimana banyak dihubungkan SUTT, biasanya menggunakan ril rangkap
standar
 Pemisah bagian dipakai jika saluran transmisinya lebih banyak, kapasitas trafo
lebih besar, dan jika saluran transmisi dari pusat listrik dihubungkan pada sisi
sekunder
 Sisi sekunder pada GI distribusi yang paling banyak digunakan adalah ril
tunggal
Sistem Hubungan Rangkaian Sisi
Sekunder - GI Penaik Tegangan
 Hubungan sekunder pada GI penaik tegangan hamper serupa dengan hubungan
primer pada GI penurun tegangan
 Pada PLTU yang besar, menggunakan system ril gelang
Sistem Hubungan Rangkaian Sisi
Tersier - GI Penurun Tegangan
 Alat pengubah fasa, trafo untuk start kondensator putar, dan trafo pemakaian
sendiri dihubungkan dengan sisi tersier
 Saluran transmisi dan distribusi tidak dihubungkan dengan sisi tersier
 Sistem hubungan tersier hendaknya dipilih sesederhana mungkin dengan
memperhatikan keandalan dan sistem pengaman peralatan serta
pemeliharaannya.
Sistem Hubungan Rangkaian Sisi
Tersier - GI Penaik Tegangan
 Rangkaian tersier biasanya tidak dipakai pada gardu induk penaik tegangan
 Ada kalanya rangkaian tersier dipakai untuk menghubungkan gardu dengan
rangkaian pemakaian sendiri, saluran transmisi atau saluran distribusi.
Sistem Hubungan yang Lain

 Sistem Hubungan titik Netral


Titik netral transformator sesuai dengan pembumian sistem tenaganya. Ada
beberapa sistem:
- Pembumian efektif
- Pengetahanan tidak efektif
- Tanpa pembumian
Sistem Hubungan yang Lain

 Sistem Hubungan Transformator Tegangan


✓ Dihubungkan pada ril atau saluran cabang dengan memperhatikan sistem
pengamanan dan kontrol, beban dari meter, rele pengaman, dan
sebagainya.
✓ Biasanya dihubungkan langsung dengan rangkaian utama tanpa pemisah.
Sistem Hubungan yang Lain

 Sistem Hubungan Arraster


✓ Arester umumnya dipasang pada setiap transformator utama pada GI skala
besar, dan dipasang pada ril dalam GI kecil.
✓ Adanya kemajuan dalam keandalan arrester, akhir-akhir ini arrester
dihubungkan langsung dengan rangkaian utama tanpa pemisah.
GARDU DISTRIBUSI

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu
bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik
bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun
Tegangan Rendah (TR 220/380V).

Konstruksi gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap


maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan
peraturan Pemda setempat.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
1) Jenis pemasangannya :
a) Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantola
b) Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios

2) Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton
b) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol.
c) Gardu Kios

3) Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umuma
b) Gardu Pelanggan Khusus
GARDU HUBUNG

Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk


memudahkan mengalihkan pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain
yang dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk
fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi
pemakaian sendiri atau trafo distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu
kesatuan.
Jenis-jenis Gardu Distribusi

 Gardu Portal

Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM


adalah T section dengan peralatan pengaman Pengaman
Lebur Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat
transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur
link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai
sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator
akibat surja petir.
Jenis-jenis Gardu Distribusi

 Gardu Cantol

Pada Gardu Distribusi jenis cantol,


transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase
3 atau Fase 1. Transformator terpasang
adalah jenis CSP (Completely Self
Protected Transformer) yaitu peralatan
switching dan proteksinya sudah
terpasang lengkap dalam tangki
transformator.
Gardu Cantol (lanjutan…)

Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning Arrester)


dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi
masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan.
Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE)
dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah
Jenis-jenis Gardu Distribusi

 Gardu beton

Seluruh komponen utama instalasi yaitu


transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam
bangunan sipil yang dirancang,
dibangun dan difungsikan dengan
konstruksi pasangan batu dan beton
(masonrywall building). Konstruksi ini
dimaksudkan untuk pemenuhan
persyaratan terbaik bagi keselamatan
ketenagalistrikan.
Jenis-jenis Gardu Distribusi

 Gardu Kios

Gardu tipe ini adalah bangunan


prefabricated terbuat dari konstruksi
baja, fiberglass atau kombinasinya, yang
dapat dirangkai di lokasi rencana
pembangunan gardu distribusi. Terdapat
beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios
Kompak, Kios Modular dan Kios
Bertingkat.
Gardu Kios (lanjutan…)

 Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak


diperbolehkan membangun Gardu Beton. Karena sifat
mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang
terpasang terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA,
dengan 4 jurusan Tegangan Rendah.
 Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen
utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik,
sehingga dapat langsung di angkut kelokasi dan
disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada untuk
difungsikan sesuai tujuannya.
Jenis-jenis Gardu Distribusi

 Gardu pelanggan umum

Umumnya konfigurasi peralatan Gardu


Pelanggan Umum adalah π section,
sama halnya seperti dengan Gardu
Tiang yang dicatu dari SKTM.
Gardu Pelanggan Umum (lanjutan…)

 Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan,


dapat saja konfigurasi gardu berupa T section dengan catu daya disuplai PHB-
TM gardu terdekat yang sering disebut dengan Gardu Antena.
 Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih dari Gardu Pelanggan Umum
biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu penyulang sehingga
jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakan secara Otomatis
(ACOS : Automatic Change Over Switch) atau secara remote control.
Jenis-jenis Gardu Distribusi

 Gardu Pelanggan Khusus

• Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga listrik bagi pelanggan
berdaya besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan proteksi, gardu ini di
lengkapi dengan alat-alat ukur yang dipersyaratkan.
• Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu distribusi
adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran Tegangan Menengah.
Transformator penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar area
kepemilikan dan tanggung jawab PT PLN (Persero).
• Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini dapat juga dilengkapi dengan
transformator untuk melayani pelanggan umum.
Bagan satu garis Gardu Pelanggan Umum.
Jenis-jenis Gardu Distribusi
 Gardu Hubung
• Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang
berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi
gangguan aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud
mempertahankan kountinuitas pelayanan.

• Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break
switch – LBS), dan atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung
juga dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan
khusus Tegangan Menengah.

• Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada ruang
dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi
yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh.

• Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada pada ruang
yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruangGardu
Distribusinya.
TERIMA KASIH
CamScanner
CamScanner
CamScanner

Anda mungkin juga menyukai