ELEKTRONIKA
MODUL IV KARAKTERISTIK KERJA TRANSISTOR
Kelompok : 6B
Kelas :B
Program Studi : D3 Teknologi Listrik
Tgl Praktikum : 23 Oktober 2020
Tgl Presentasi : 30 Oktober 2020
Nama Asisten : Amanah Yumnah Rahma
MODUL IV
KARAKTERISTIK KERJA TRANSISTOR
I. TUJUAN
a) Memepelajari karakteristik input maupun karakteristirk output dari Bipolar Junction
Transistor (BJT).
b) Mengetahui parameter BJT dari grafik karakteristik yang diperoleh.
karakteristik input ( I B V S V CE ) .
IV.
a. Karakteristik Output
Karakteristik output adalah hubungan antara tegangan dan arus kolektor pada konfigurasi
common emitter dengan arus basis sebagai parameter. Secara umum grafik karakteristik
output terlihat seperti gambar di bawah ini :
b. Karakteristik Input
Karakteristik input adalah hubungan antara tegangan dan arus basis pada konfigurasi
common emitter untuk tegangan kolektor yang tertentu. Kurva I B−V BE tersebut mempunyai
bentuk yang sama dengan karakteristik forward dari dioda. Secara umum bentuk grafik
karakteristik input terlihat dalam bentuk seperti gambar di bawah ini:
maka transistor berlaku seperti saklar tertutup antara kolektor dan emitter. Jika transistor
cut-off transistor berlaku seperti saklar terbuka.
Pengaturan on – off transistor dengan mengatur level tegangan pada basis transistor
tersebut. Jika arus basis lebih besar atau sama dengan arus basis saat saturasi, titik kerja
transistor berada pada ujung atas garis beban DC, dalam kondisi ini transistor berlaku
sebagai saklar tertutup. Sebaliknya jika arus basis nol, titik kerja transistor berada pada titik
(P) dalam kondisi ini transistor berlaku sebagai saklar terbuka. Dapat dilihat pada gambar
dibawah berikut:
emitter (V CE) untuk transistor silikon adalah 0,7 Volt dan untuk transistor germanium
adalah 0.3 Volt.
• Daerah Aktif
Sebuah daerah yang berkisar dari tegangan lutut (V k ) sampai dengan tegangan
dadal (breakdown) serta nilainya IB berada diatas ICO atau nilai arus pada basis tidak
sama dengan arus basis saat saturasi. Daerah aktif terjadi bila sambungan emitor-basis
diberi forward bias dan kolektor-basis reverse bias. Penguatan sinyal terjadi saat
transistor berada dalam aktif
• Daerah Cut-off
Terletak ketika nilai IB dibawah nilai ICO. Sambungan emitor-basis dan kolektor-
basis keduanya berada pada reverse bias. Dimana dalam hal ini nilai I E = 0, I C = I CO = I B
.
V. TEORI TAMBAHAN
Pengertian Transistor, Jenis, dan Karakteristik
Pengertian Transistor
Pengertian Transistor, Jenis, dan Karakteristik. Transistor adalah salah satu komponen yang selalu
ada di setiap rangkaian elektronika, seperti radio, televisi, handphone, lampu flip-flop dll. Fungsi dari
komponen ini sangatlah penting. Kebanyakan, transistor digunakan untuk kebutuhan penyambungan dan
pemutusan (switching), seperti halnya saklar. Yaitu untuk memutus atau menyambungkan arus listrik.
Selain itu transistor juga berfungsi sebagai penguat (amplifier), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal, dan
banyak lagi. Keinginan kita untuk merubah fungsi transistor ini adalah dari pemilihan jenis transistor
atau dengan cara perangkaian sirkit transistor itu sendiri. Dengan banyaknya fungsi itu, komponen
transistor banyak sekali digunakan di dalam rangkaian elektronika.
Jenis-jenis transistor dibedakan berdasarkan arus inputnya BJT (Bipolar Junction Transistor) atau
tegangan inputnya FET (Field Effect Transistor). Yang membedakan transistor dengan komponen lain,
adalah memiliki 3 kaki utama, yaitu Base (B), Collector, (C) dan Emitter (E). dimana base terdapat arus
yang sangat kecil, yang berguna untuk mengatur arus dan tegangan yang ada pada Emitor, pada keluaran
arus Kolektor. Sehingga apabila terdapat arus pada basis, tegangan yang besar pada kolektor akan mengalir
menuju emitor.
Bahan dasar pembuatan transistor itu sendiri atara lain Germanium, Silikon, Galium Arsenide. Sedangkan
kemasan dari transistor itu sendiri biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface Mount, dan ada juga
beberapa transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC (Intregeted Circuit).
Contoh penggunaan transistor dalam rangkaian analog, adalah digunakan untuk fungsi amplifier (penguat),
rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio.
Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa
transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi
rangkaian-rangkaian lainnya.
Sejarah transistor
Di pertengahan 1940-an sekelompok ilmuwan yang bekerja di Bell Telephone Labs di Murray Hill, New
Jersey, merintis penemuan divais untuk menggantikan teknologi tabung hampa (vacuum tube) saat itu.
Tabung hampa menjadi satu-satunya teknologi saat itu untuk menguatkan sinyal atau sebagai saklar dalam
elektronika. Masalahnya ialah tabung hampa sangat mahal, mengkonsumsi banyak daya listrik, panas, dan
tak-relieable, sehingga perlu perawatan ekstra.
Para ilmuwan tersebut (yang berhasil menemukan transistor pada 1947) ialah John Bardeen, Walter
Brattain, dan William Shockley. Bardeen (Ph.D. dalam matematika dan fisika dari Princeton University)
merupakan spesialis dalam sifat menghantarkan elektron dari semikonduktor. Brattain (Ph.D., ahli dalam
struktur atom zat padat pada permukaan dan fisika zat padat). Shockley (Ph.D., pemimpin riset transistor di
Bell Labs).
Jenis-Jenis Transistor
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:
dan Emitor) dan di pisah menjadi dua arah aliran, positif dan negatif. Aliran positif dan negatif diantara
Basis dan Emitor terdapat tegangan dari 0v sampai 6v tergantung pada besar tegangan sumber yang
dipakai. Dan besar tegangan tersebut merupakan parameter utama transistor tipe BJT. Tidak seperti Field
Effect transistor (FET), arus yang dialirkan hanya terdapat pada satu jenis pembawaan (Elektron atau
Holes). Di BJT, arus dialirkan dari dua tipe pembawaan (Elektron dan Holes), hal tersebut yang dinamakan
dengan Bipolar
Ada dua jenis tipe transistor BJT, yaitu tipe PNP dan NPN. Dimana NPN, terdapat dua daerah negatif yang
dipisah dengan satu daerah positif. Dan PNP, terdapat dua daerah positif yang dipisah dengan daerah
negatif.
NPN
Transistor NPN
Pada transistor jenis NPN terdapat arah arus aliran yang berbeda dengan transistor jenis PNP, dimana NPN
mengalir arus dari kolektor ke emitor. Dan pada NPN, untuk mengalirkan arus tersebut dibutuhkan
sambungan ke sumber positif (+) pada kaki basis. Cara kerja NPN adalah ketika tegangan yang mengenai
kaki basis, hingga dititik saturasi, maka akan menginduksi arus dari kaki kolektor ke emitor. Dan transistor
akan berlogika 1 (aktif). Dan apabila arus yang melalui basis berkurang, maka arus yang mengalir pada
kolektor ke emitor akan berkurang, hingga titik cutoff. Penurunan ini sangatlah cepat karena perbandingan
penguatan yang terjadi antara basis dan kolektor melebihi 200 kali.
Transistor PNP
Pada PNP, terjadi hal sebaliknya ketika arus mengalir pada kaki basis, maka transistor berlogika 0 (off).
Arus akan mengalir apabila kaki basis diberi sambungan ke ground (-) hal ini akan menginduksi arus pada
kaki emitor ke kolektor, hal yang berbeda dengan NPN, yaitu arus mengalir pada kolektor ke emitor.
Penggunaan transistor jenis ini mulai jarang digunakan. Dibanding dengan NPN, transistor jenis PNP
mulai sulit ditemukan dipasaran
Karakteristik dari masing-masing daerah operasi transistor tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
Kolektor, IC, akan mencapai harga maksimum, tanpa bergantung kepada arus Basis, IB, dan βdc. Hal ini,
menyebabkan Transistor menjadi komponen yang tidak dapat dikendalikan. Untuk menghindari daerah ini,
Dioda Kolektor harus diberi prateganan mundur, dengan tegangan melebihi VCE(sat), yaitu tegangan yang
menyebabkan Dioda Kolektor saturasi.
atau
sebagaimana penjelasan pada bagian sebelumnya. Transistor menjadi komponen yang dapat dikendalikan.
Transistor efek medan mempunyai keunggulan lebih stabil terhadap temperatur dan konstruksinya lebih
kecil serta pembuatannya lebih mudah dari transistor bipolar, sehingga amat bermanfaat untuk pembuatan
keping rangkaian terpadu. FET bekerja atas aliran pembawa mayoritas saja, sehingga FET cenderung
membangkitkan noise (desah) lebih kecil dari pada transistor bipolar. Namun umumnya transistor bipolar
lebih peka terhadap input, atau dengan kata lain penguatannya lebih besar. Disamping itu transistor bipolar
mempunyai linieritas yang lebih baik dan respon frekuensi yang lebih lebar. Jenis dari transistor FET itu
sendiri adalah JFET dan MOFET
Transistor JFET
JFET terdiri dari suatu channel (saluran) yang terbuat dari sekeping semikonduktor (misalnya tipe N). pada
saluran ini ditempelkan dua bagian yang terbuat dari semikonduktor jenis yang berbeda (misalnya tipe P).
bagian ini disebut Gate. Dan pada bagian lain, ujung bawah di sebut source sedangkan ujung atas disebut
drain (sesuai gambar).
Cara kerja JFET
jika channel antara source dengan drain cukup lebar maka elektrok akan mengalir dari source ke drain, hal
ini sama seperti hukum GGL. dimana beda potensial tinggi ke potensial rendah. Dan jika channel ini
menyempit, maka aliran elektron akan berkurang atau berhenti sama sekali. Lebar channel sangat
ditentukan oleh Vgs (Tegangan antara Gate dengan Source). Ilustrasinya seperti gambar berikut
Drain harus lebih positif dari source sedangkan gate harus lebih negatif dari source. Jika tegangan gate
cukup negatif, maka lapisan pengosongan akan saling bersentuhan sehingga saluran akan terjepit sehingga
Id = 0. Tegangan Vgs ini kadang-kadang disebut sebagai tegangan pinch-off (pinch-off voltage) dan
besarnya tegangan ini ditentukan oleh karakteristik JFET.
Sambungan gate dengan source merupakan diode silicon yang diberi prategangan terbalik sehingga
idealnya tidak ada arus yang mengalir. Dengan demikian maka Is = Id. Karena tidak ada arus yang
mengalir ke gate maka resistansi masukan JFET sangat tinggi (puluhan sampai ratusan Mega OHM)
Sedangkan kekurangannya adalah untuk menghasilkan perubahan Id yang besar, diperlukan perubahan Vg
yang besar.
Transistor MOSFET
MOSFET (Metal Oxide Semiconduktor Field Effect Transistor) adalah suatu transistor dari bahan
semiconduktor (silicon) dengan tingkat konsentrasi ketidakmurnian tertentu. Tingkat dari ketidak murnian
ini akan menentukan jenis transistor tersebut, yaitu transistor MOSFET tipe–N (NMOS) dan transistor
MOSFET tipe-P (PMOS).
Bahan silicon digunakan sebagai landasan (subsrat) dari penguras (drain), dan sumber (source), dan
gerbang (gate). Selanjutnya transistor dibuat sedemikian rupa agar antara subsrat dan gerbangnya dibatasi
oleh oksida silicon yang sangat tipis. Oksida ini diendapkan diatas sisi kiri dari kanal, sehingga transistor
MOSFET akan mempunyai kelebihan dibanding dengan transistor BJT (Bipolar Junction Transistor) yaitu
menghasilkan daya rendah.
Pada transistor mode depletion, antara drain dan source terdapat saluran yang menghubungkan dua
terminal tersebut, dimana saluran tersebut terdapat fungsi sebagai saluran tempat mengalirnya elektron
bebas. Lebar dari saluran itu sendiri dapat dikendalikan oleh tegangan gerbang. Transistor MOSFET mode
pengosongan terdiri dari tipe-N dan tipe-P
Dilihat dari jenis saluran yang digunakan, transistor MOSFET dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain:
1. NMOS
2. PMOS
3. CMOS
Semoga ilmu tentang pengertian transistor ini, dapat berguna dan mempunyai manfaat yang lebih.
Trimakasih
tags: pengertian transistor, jenis-jenis transistor, transistor dan karakteristik, pengertian BJT, NPN dan
PNP, pengertian transistor JFET MOSFET, daerah kerja transistor, field effect transistor, cara memasang
transistor
Sumber:
[1] http://werden-forscher.blogspot.com/2015/03/pengertian-transistor-jenis-dan.html
5.3. Pengukuran V BE
1. Buat rangkaian seperti gambar dibawah ini.
2 11.72 0.827974
4 12.026 2.797
6 12.331 4.767
8 12.636 6.736
10 12.941 8.706
12 13.247 10.675
10 3.275 11.672
20 6.694 11.331
30 10.025 10.998
40 13.247 10.675
50 16.357 10.364
VII.3 Pengukuran V BE
Tabel 3. Data Pengamatan Pengukuran V BE
I B (uA) V BE (mV)
10 668.013
20 689.216 VII.4 Pengukur
an jenuh
30 702.337
40 712.147 V CE
50 721.126
Tabel 4. Data Pengamatan Pengukuran V CE jenuh
POSISI IB IC V BE V CE KETERANGAN
2. Dari Percobaan 5.2 tentukan harga beta (β) untuk setiap nilai I B!
Jawab:
IC
Rumus dari harga β=
IB
I C 3,275 mA
β= = =¿ 327,5
I B 0,01 mA
I C 6,694 mA
β= = =¿334,7
I B 0,02 mA
I C 10,025 mA
β= = =334,16
IB 0,03 mA
I C 13,247 mA
β= = =¿331,175
IB 0,04 mA
I C 16,357 mA
β= = =¿327,14
IB 0,05 mA
4. Jelaskan hubungan kerja antara arus dan tegangan dari Percobaan 5.4 sekaligus cara kerja
transistor tersebut sebagai saklar?
Jawab:
Seperti pada gambar Percobaan 5.4 posisi 1 sebagai daerah saturasi, dimana arus mengalir dari Vcc ke
titik percabangan dan diteruskan ke basis sehingga terdapat arus mengalir dari kolektor dan menyebabkan
LED menyala. Daerah cut-off keadaan dimana arus base input = nol, arus output kolektor = nol dan
tegangan kolektor maksimum yang menghasilkan lapisan penipisan yang besar dan tidak ada arus yang
mengalir melalui perangkat. Keadaan transistor menyumbat pada hubungan kolektor ke emitor. Pada
daerah ini tidak dapat mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Seperti pada gambar Percobaan 5.4
posisi 2 sebagai daerah cut off terdapat arus bocor di Ic dan nilai negative pada IB disebabkan karena arus
bertemu kutub negative di multimeter dan menghasilkan nilai tegangan lutut yang kecil sehigga arus tidak
mengalir dan keadaan LED mati.
X. ANALISA
I) ANALISA (Elang Mulya Perkasa-201971058)
Transistor adalah jenis piranti elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor.
Transistor bisa digunakan sebagai saklar dan penguat. piranti elektronika aktif adalah piranti
elektronika yang membutuhkan aliran listrik agar dapat berfungsi.
Transistor yang dipakai pada praktikum ini adalah transistor NPN. transistor NPN adalah
kepanjangan dari Negatif – Positif – Negatif, transistor ini membutuhkan arus dan tegangan positif
dari sumber agar arus dari kolektor bisa mengalir ke emitor. Transistor NPN ditandai dengan
tanda panah di emitornya.
Cara kerja transistor sebagai saklar yaitu Ketika basis diberi arus maka arus bisa mengalir
dari kolektor ke emitter. Jika tidak ada arus yang mengalir ke basis maka arus tidak bisa mengalir
dari kolektor ke emitter. Agar transistor disebut sebagai penguat, maka kita harus melihat bahwa
nilai arus basis harus lebih kecil dari nilai output arus kolektor.
Kolektor adalah bagian transistor yang mengumpulkan electron, emitor adalah bagian
transistor yang menyalurkan electron dan basis adalah sebagai “gerbang”.
Pada percobaan pertama, kita mencoba tentang karakteristik kerja transistor. Yang dimaksud
dengan karakteristik kerja transistor yaitu ketika kita memberikan arus ke basis dan kita melihat
apakah ada arus yang mengalir di kolektor dan apakah ada tegangan di VCE. Pada pecobaan
pertama ini Ketika kita memberi arus pada kaki basis konstan (40uA) dan VCC nya berubah ubah
maka kita bisa melihat ada nilai output IC dan ada juga nilai VCE (tegangan kolektor – emitor).
Jika nilai VCC semakin kita naikkan maka nilai output IC dan nilai VCE juga akan naik pula. jadi
nilai VCC berbanding lurus dengan nilai IC dan nilai VCE.
Pada percobaan kedua, kita mencoba tentang karakteristik penguat arus DC transistor. Pada
percobaan kedua ini, transistor digunakan sebagai penguat arus. Syarat agar transistor disebut
penguat yaitu kita melihat nilai IB lebih kecil daripada nilai IC. Pengaturannya adalah kita
menetapkan VCC sebesar 12 Volt dan nilai IBnya yang kita ubah ubah. Pada hasilnya, arus output
IC yang keluar yaitu dari nilai 3,275 mA sampai 16,357 mA dan IB nya dari 10 uA sampai 50 uA.
Disitu kita melihat IB lebih kecil daripada IC. Disini kita melihat transistor ini didalam daerah
aktif, karena VCE nya turun dan IC nya naik, kenapa tidak disebut daerah saturasi dikarenankan
VCEnya belum mendekati 0 jika sudah mendekati 0 maka transistor tersebut dalam keadaan
saturasi.
Pada percobaan ketiga yaitu pengukuran VBE, kita melihat bahwa ketika kita menaikkan
arus IB maka tegangan Vbe akan semakin naik juga. Hal ini dikarenakan arus itu berbanding lurus
dengan tegangan. Kalau kita melihat dari grafik, VCE nya itu tetap (sama) tetapi IB dan VBE nya
akan semakin naik bilai kita mengubah IBnya.
Pada percobaan keempat yaitu pengukuran Vce Jenuh. Pada baris pertama pada table
percobaan keempat, saklar dalam keadaan pertama (tersambung ke kutub positif baterai)
terhubung ke basis sehingga arus dari kolektor bisa mengalir ke emitter dan oleh karena itu lampu
akan menyala. Pada baris kedua pada table percobaan kedua, saklar dalam keadaan kedua (tidak
tersambung ke kutub positif baterai) tidak tersambung ke basis, sehingga basis tidak mendapatkan
arus dan arus tak bisa mengalir dari kolektor ke emitor, yang terjadi adalah lampu tidak menyala.
Ini disebabkan karena arus yang mengalir pada lampu itu sangat kecil sekali dan syarat agar lampu
menyala itu arus harus menyelesaikan 1 loop agar lampu bisa menyala. Pada table ini kita bisa
melihat bahwa arus IB itu sama dengan -312,303 fA, jika arus min ini berarti arus pada basis
adalah sama dengan 0, arus IC = 4,974 nA, arus IC ini sangat kecil sekali sehingga tidak bisa
menyalakan lampu. tegangan VCE yang terukur adalah sebesar 4,963 volt sementara itu nilai
VCC nya adalah 6 volt. Tegangan VCE seharusnya sana dengan VCC namun karena ada dua
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B
percabangan, maka tegangan itu akan terbagi juga sehingga nilai VCE nya = 4,963 volt.
II) ANALISA (Catur Rara Paringga Rizaldi-201971057)
Pada praktikum modul 4 ini membahas tentang Karakteristik Kerja Transistor. Dimana transistor itu
sendiri merupakan suatu komponen semikonduktor pada rangkaian yang memiliki 3 kaki elektroda yaitu
basis, kolektor dan emitter. Transistor merupakan 2 buah diode yang dihubungkan atau disebut dengan
Junction Dimana fungsi dari 3 kaki elektroda ini adalah Emitor, berfungsi menimbulkan elektron. Kolektor,
berfungsi menyalurkan elektron tersebut keluar dari transistor. Basis, mengatur gerakan elektron dari emitor
yang keluar melalui kaki kolektor. Cara menetukan kaki transistor menggunakan multimeter atau alat
pengukur hambatan yaitu dimana probe merah pada multimeter diletakan dikepala transistor, sedangkan
probe hitam diletakkan pada salah satu kaki transistor untuk mengukur nilai hambatannya, apabila pada
emitor bernilai tak hingga, kemudian pada kolektor bernilai nol, serta pada basis memiliki nilai. Fungsi dari
transistor ini sangat beragam sebagai penguat, pemutus dan penyambung, sebagai stabilitasi tegangan dan
lainnya. Jenis-jenis dari transistor terbagi 2 yaitu yang pertama Transistor Junction Bipolar atau biasa disebut
BJT. Dimana transistor jenis ini memiliki 3 terminal transistor diantaranya adalah terminal basis, kolektor
dan emitor.
Pada Transistor NPN Daerah kerja terbagi menjadi 3 yaitu Daerah aktif, Daerah Saturasi dan Daerah
Cut-Off. Yang pertama ada Daerah aktif yaitu ketika arus Kolektor I C konstan terhadap nilai berapa saja pun
yang dihasilkan oleh nilai Tegangan Kolektor-Emitor V CE, arus Kolektor I C hanya tergantung dari besar
arus Basis I B. Pada daerah kerja ini transistor digunakan sebagai penguat. Dimana transistor dapat bekerja
pada daerah aktif dikarenakan transistor mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Daerah aktif terletak
antara daerah saturasi dan daerah Cut-off. Kemudian yang kedua Daerah saturasi dimana merupakan suatu
keadaan transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor tersebut
seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor. Pada daerah ini nilai Tegangan Kolektor-Emitor V CE akan
bernilai atau mendekati nol. Yang terakhir yaitu Daerah Cut-off, dimana keadaan transistor menyumbat pada
hubungan kolektor-emitor. Daerah Cut-off sering dinamakan daerah mati karena pada daerah kerja ini
transistor tidak dapat mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Pada daerah Cut-off transistor dapat
dianalogikan sebagai saklar terbuka pada hubungan kolektor-emitor. Pada daerah ini arus Basis I B bernilai
nol.
Tujuan dari praktikum modul 4 tentang Karakteristik Kerja Transistor ini ada 2 yaitu, pertama dapat
memahami Mempelajari karakteristik input maupun karakteristirk output dari Bipolar Junction Transistor
(BJT). Yang kedua dapat mengetahui parameter BJT dari grafik karakteristik yang diperoleh.
Pada praktikum modul 4 tentang Karakteristik Kerja Transistor ini menggunakan alat dan
perlengkapan yaitu 1 Unit PC dan software NI Multisim. Dimana PC ini digunakan sebagai media untuk
merangkai rangkaian elektronika dengan menggunakan software NI Multisim.
Pada praktikum modul 4 tentang Karakteristik Kerja Transistor ini terdapat 4 Percobaan, yang
pertama Percobaan mengenai Karakteristik Kerja Transistor, Percobaan kedua yaitu mengenai Karakteristik
Penguat Arus DC Transistor, Percobaan yang ketiga yaitu mengenai Pengukuran V BE dan Percobaan yang
terakhir yaitu Percobaan 4 mengenai Pengukuran V CE jenuh.
Percobaan yang pertama yaitu mengenai Karakteristik Kerja Transistor, langkah yang pertama
rangkailah rangkaian seperti gambar 5 pada Percobaan Karakteristik Kerja Transistor pada modul 4 dengan
menggunakan software NI Multisim. Langkah yang kedua dengan mengatur
DC_INTERACTIVE_VOLTAGE dengan format Maximum Value dengan nilai 12 V, Minimum Value
dengan nilai 0 Vdan Increment dengan nilai 10%. Selanjutnya langkah yang ketiga jalankan simulasi dengan
menekan tombol Run atau F5. Langkah yang keempat dengan mengatur Tegangan Kolektor V CC sesuai
dengan data pengamatan dengan cara menggeser slider ke kanan atau dengan menekan Tombol Key.
Langkah yang kelima amatilah nilai arus yang terukur pada Multimeter DC untuk setiap nilai Tegangan
Kolektor V CC , kemudian jangan lupa mencatat hasil pada Data Pengamatan. Dan langkah yang terakhir yaitu
yang keenam jangan lupa juga untuk menghentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
Percobaan kedua yaitu mengenai Karakteristik Penguat Arus DC Transistor, langkah yang pertama
rangkailah rangkaian seperti gambar 6 pada Percobaan Karakteristik Penguat Arus DC Transistor pada
modul 4 dengan menggunakan software NI Multisim. Langkah yang kedua dengan mengatur
DC_INTERACTIVE_CURRENT dengan format Maximum Value dengan nilai 50 µA, Minimum Value
dengan nilai 0 Vdan Increment dengan nilai 20%. Selanjutnya langkah yang ketiga jalankan simulasi dengan
menekan tombol Run atau F5. Langkah yang keempat dengan mengatur arus Basis I B sesuai dengan data
pengamatan dengan cara menggeser slider ke kanan atau dengan menekan Tombol Key. Langkah yang
kelima amatilah nilai arus dan tegangan yang terukur pada Multimeter DC untuk setiap nilai arus basis I B,
kemudian jangan lupa mencatat hasil pada Data Pengamatan. Dan langkah yang terakhir yaitu yang keenam
jangan lupa juga untuk menghentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
Percobaan ketiga yaitu mengenai Pengukuran V BE . Langkah yang pertama rangkailah rangkaian seperti
gambar 7 pada Percobaan Pengukuran V BE pada modul 4 dengan menggunakan software NI Multisim.
Langkah yang kedua dengan mengatur DC_INTERACTIVE_CURRENT dengan format Maximum Value
dengan nilai 50 µA, Minimum Value dengan nilai 0 Vdan Increment dengan nilai 20%. Selanjutnya langkah
yang ketiga jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5. Langkah yang keempat dengan
mengatur arus Basis I B sesuai dengan data pengamatan dengan cara menggeser slider ke kanan atau dengan
menekan Tombol Key. Langkah yang kelima amatilah nilai arus dan tegangan yang terukur pada Multimeter
DC untuk setiap nilai arus basis I B, kemudian jangan lupa mencatat hasil pada Data Pengamatan. Dan langkah
yang terakhir yaitu yang keenam jangan lupa juga untuk menghentikan simulasi dengan menekan tombol
Stop.
Percobaan terakhir yaitu yang keempat mengenai Pengukuran V CE jenuh. Langkah yang pertama
rangkailah rangkaian seperti gambar 8 pada Percobaan Pengukuran V CE pada modul 4 dengan menggunakan
software NI Multisim. Langkah yang kedua jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.
Langkah yang ketiga apabila pada saklar (S1) berada diposisi 1, amati nilai arus dan tegangan yang terukur
pada multimeter DC serta pada kondisi LED, jangan lupa untuk mencatat hasil data pengamatan yang
dihasilkan. Langkah yang keempat dengan mengubah posisi saklar (S1) menjadi posisi 2 dengan mengklik
saklar atau dengan menekan Tombol Key dengan tombol space. Langkah yang kelima amatilah nilai arus
dan tegangan yang terukur pada Multimeter DC serta kondisi pada LED, kemudian catatlah hasil pada data
pengamatan. Langkah yang keenam jangan lupa juga untuk menghentikan simulasi dengan menekan tombol
Stop.
Pada percobaan 1 mengenai Karakteristik Kerja Transistor dari data yang dihasilkan pada Tabel 1.
Karakteristik Kerja Transistor dapat diamati bahwa semakin besar nilai Tegangan Kolektor V CC yang
digunakan maka akan semakin besar pula arus Kapasitor I C yang dihasilkan serta semakin besar pula nilai
Tegangan Kolektor-Emitor V CE. Namun pada beberapa nilai Tegangan Kolektor V CC tertentu pada arus
Kapasitor I C ditemukan nilai yang stabil atau konstan. Dapat dilihat juga dari percobaan bahwa nilai arus
Basis I B memiliki nilai lebih kecil dari arus Kapasitor I C.
Kemudian pada percobaan 2 mengenai Karakteristik Penguat Arus DC Transistor dari data yang
dihasilkan pada Tabel 2. Karakteristik Penguat Arus DC Transistor dapat diamati bahwa pada percobaan ini
menggunakan nilai Tegangan Kolektor V CC sebesar 12 Volt pada 5 percobaan. Pada data dapat diamati
bahwa semakin bertambahnya nilai arus Basis I B yang digunakan dapat menghasilkan nilai arus Kapasitor
I C yang semakin meningkat serta ada dibeberapa percobaan yang menghasilkan nilai konstan atau stabil
pada nilai arus Kapasitor I C. Dimana dapat dilihat apabila semakin bertambahnya nilai arus Basis I B yang
digunakan dapat menghasilkan nilai Tegangan Kolektor-Emitor V CE yang naik dengan stabil.
Kemudian pada percobaan 3 mengenai Pengukuran V BE . Dimana dari data yang dhasilkan dari
percobaan yaitu pada Tabel 3. Data Pengamatan Pengukuran V BE nilai Arus Basis I B yang digunakan
berbanding lurus dengan hasil pada nilai Tegangan Basis-Emitor V BE . Apabila nilai pada Arus Basis I B yang
digunakan semakin bertambah, maka akan semakin bertambah pula yang dihasilkan pada nilai Tegangan
Basis-Emitor V BE . Pada percobaan ini dihasilkan pada nilai Tegangan Kolektor-Emitor V CE yang tetap,
walaupun nilai pada Arus Basis I B semakin bertambah yaitu tetap dengan nilai 12 Volt. Dimana pada nilai
Tegangan Kolektor-Emitor V CE tidak berpengaruh dengan nilai Arus Basis I B.
Kemudian percobaan 4 Pengukuran V CE. Dimana pada percobaan 4 ini terdapat 2 posisi, dimana
posisi 1 yaitu pada posisi saklar terhubung pada jalur 1, dan posisi 2 yaitu posisi diubah kejalur 2 dengan
cara mengklik saklar sehingga jalur beralih ke jalur 2. Pada posisi 1 dihasilkan nilai yang lebih besar dari
pada posisi 2, tetapi nilai Tegangan Kolektor-Emitor V CE yang dihasilkan pada posisi 2 lebih besar dari
posisi 1. Pada posisi 1 dioda LED menyala, dan pada posisi 2 dioda LED mati atau tidak menyala.
Pada praktikum modul 4 tentang Karakteristik Kerja Transistor ini ditemukan beberapa
kemungkinan kesalahan, dari perhitungan yang dilakukan oleh praktikan dan tidak telitian praktikan dalam
membulatkan bilangan sehingga dapat dihasilkan nilai yang berbeda dari nilai yang seharusnya. Kesalahan
juga sangat banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemungkinan kesalahan dari komputer/ PC
Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika
Institut Teknologi PLN
Kelompok 6B
atau laptop yang digunakan kemungkinan error atau bermasalah. Kesalahan lainnya mungkin pada praktikan
yang merangkai suatu rangkaian,kemungkinan kesalahan penggunaan komponen pada rangkaian sehingga
menghasilkan hasil yang tidak sesuai.
Dilihat dari kondisi 1 dan 2 terdapat hasil data, apabila saklar pada posisi 1 LED menyala, dan apabila
saklar pada posisi 2 LED dioda tidak menyala atau mati.
XI. KESIMPULAN
Pada praktikum keempat modul 4 ini membahas tentang Karakteristik Kerja Transistor. Dan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik output adalah hubungan antara nilai I C dan nilai V CE. Dimana parameter I B yang kita
ubah ubah , semakin besar parameter I B maka semakin besar pula nilai I C dan nilai V CE.
2. Karakteristik input adalah hubungan antara nilai I B dan nilai V BE . , Dimana parameternya adalah
V CE. Dimana nilai V CE sama dengan nilai V CC , semakin tinggi nilai IB maka semakin tinggi nilai
V BE .