Anda di halaman 1dari 61

PETUNJUK PRAKTIKUM

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

INSTITUT TEKNOLOGI PLN


MENARA PLN, JL. LINGKAR LUAR BARAT,
DURI KOSAMBI, CENGKARENG, JAKARTA BARAT 11750

Telp. 021-5440342, 5440344, ext 1306


Website : www.itpln.ac.id
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TIM PENYUSUN

Kepala Laboratorium : Oktaria Handayani, S.T., M.T.


Dosen Praktikum :
1. Rizki Pratama Putra, S.T ., M.T.
2. Ginas Alvianingsih, S.T ., M.T.
3. Sofitri Rahayu, S.Pd., M.Eng.
Asisten Laboratorium :
 Asti Felicia
 Danu Azhar Hidayat
 Fahaz Arba Aziz
 Fahri Kasim
 Fanny Dara Amirah
 Mega Kurnia Wardani
 Muhammad Ivan Maulana
 Muhammad Qori Shipa
 Nanda Setia Nugraha
 Safira Nabilla Julianti

ii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan menginstall aplikasi NI MULTISIM pada PC atau Laptop masing-


masing.
2. Praktikan diwajibkan mempelajari video tutorial pembelajaran modul yang tersedia pada
Channel Youtube Laboratorium Pengukuran Besaran Listrik sebelum praktikum modul
tersebut dilaksanakan.
3. Praktikum dilaksanakan melalui MICROSOFT TEAMS
4. Praktikan tidak diperkenankan terlambat (toleransi waktu 15 menit). Keterlambatan lebih
dari 15 menit maka dianggap tidak hadir.
5. Praktikan   wajib   mengumpulkan   tugas   rumah  sesuai modul
sebelum   melaksanakan praktikum dan cover dijadikan satu. Tugas rumah dikumpul
dalam format pdf (berwarna).
6. Praktikan   wajib   memahami   modul   praktikum   sebelum   melaksanakan praktikum.
7. Sebelum praktikum dimulai praktikan wajib melaksakan tes awal dari asisten.
8. Praktikan yang tidak hadir dalam salah satu rangkaian kegiatan praktikum dianggap
gagal dalam matakuliah praktikum pengukuran besaran listrik.
9. Apabila praktikan berhalangan hadir harus ada pemberitahuan maks 3 hari sebelum
praktikum dan mencari kelompok pengganti , ada surat izin dari asisten lab beserta surat
dokter bila sakit.
10. Praktikan wajib mempresentasikan laporan pada asisten praktikum.
11. Jadwal yang telah dibuat tidak bisa diubah.
12. Pengumpulan laporan H+7 setelah praktikum terakhir. Bagi yang terlambat
mengumpulkan laporan akan berlaku pengurangan nilai 1/7 perharinya.
13. Tugas besar dikumpulkan sesuai waktu yang telah ditentukan. Bagi yang terlambat
mengumpulkan tugas besar akan berlaku pengurangan nilai 1/7 perharinya.
14. Diharapkan keaktifan praktikan selama praktikum berlangsung.
15. Jika ada kecurangan dalam penulisan laporan, maka nilai E.

iii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Praktikum terdiri dari beberapa tahap yaitu:


a. Pengarahan
b. Penjelasan Modul
c. Penjelasan Pengambilan Data
d. Tes Pemahaman
e. Presentasi
2. Praktkan WAJIB mengikuti seluruh tahapan praktikum.
3. Praktikum akan dilakukan menggunakan aplikasi MICROSOFT TEAMS.
4. Praktikan diharapkan sudah standby 15 Menit sebelum kegiatan praktikum dimulai.
5. Penjelasan Modul dan Pengambilan data akan dilaksanakan pada minggu ke – 2 dan
minggu ke – 3 (setelah pengarahan).
6. Setelah dilakukan penjelasan modul dan pengambilan data, praktikan akan
mempresentasikan laporannya kepada asisten laboratorium.
7. Pelaksanaan presentasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
8. Praktikan akan membuat tugas besar sebagai pengganti nilai keterampilan.
9. Bobot penilaian pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Proses Praktikum Bobot Penilaian (%)


Tes Pemahaman 15
Keaktifan 15
Tugas Besar 20
Laporan 25
Presentasi 25
Total 100

TATA CARA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Laporan praktikum dibuat dalam format kertas A4, dengan ketentuan:

iv
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

 Font (judul) : Times New Roman ukuran 14


 Font (isi) : Times New Roman ukuran 12
 Spasi : 1.5
 Margin : atas, bawah, kiri, kanan : 3,3,3,2
 Border : border garis warna biru
 Berikan header (Nama dan NIM praktikan) sebelah kanan atas dan footer
(Laboratorium Dasar Teknik Elektro IT – PLN) pada sebelah kanan bawah.
2. Susunan laporan terdiri dari:
A. Cover
B. Isi laporan tiap modul, berupa:
1. Judul
Diketik dalam satu halaman
2. Tujuan
3. Alat Percobaan
4. Teori Modul
5. Teori Tambahan (minimal 3 halaman) dan diberi sumber
6. Langkah Percobaan
7. Data Pengamatan
8. Pengolahan Data
9. Grafik ( Excel )
10. Analisa (minimal 2 halaman)
11. Kesimpulan
3. Cover laporan sesuai dengan ketentuan pada modul petunjuk praktikum ini.

LAPORAN PRAKTIKUM

v
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

DISUSUN OLEH :

FAHAZ ARBA AZIZ

201811001

KELOMPOK 9

FANNY DARA AMIRAH

INSTITUT TEKNOLOGI PLN


MENARA PLN, JL. LINGKAR LUAR BARAT,
DURI KOSAMBI, CENGKARENG, JAKARTA BARAT 11750

Telp. 021-5440342, 5440344, ext 1306


Website : www.itpln.ac.id

vi
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

LAPORAN PRAKTEK
INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

DISUSUN OLEH :

FAHAZ ARBA AZIZ

201811001

KELOMPOK 9

FANNY DARA AMIRAH

INSTITUT TEKNOLOGI PLN


MENARA PLN, JL. LINGKAR LUAR BARAT,
DURI KOSAMBI, CENGKARENG, JAKARTA BARAT 11750

Telp. 021-5440342, 5440344, ext 1306


Website : www.itpln.ac.id
vii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
TATA TERTIB PRAKTIKUM..............................................................................................................i
PROSEDUR PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK...................................................i
TATA CARA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM......................................................................i
MODUL I : PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM SATU FASA...........................1
MODUL II : PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA FASA-EMPAT KAWAT
...............................................................................................................................................................1
MODUL III : PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG TEGANGAN DAN ARUS PADA
BEBAN LINIER DAN NON LINIER...................................................................................................1
MODUL IV : PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN................................................................1
MODUL V : PENGUKURAN TAHANAN PENGHANTAR (KELVIN DOUBLE BRIDGE)...........1
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................1

viii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL I

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM SATU FASA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya,
faktor daya dan energi pada sistem 1 fasa
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuruan tegangan, arus, daya, faktor daya
dan energi pada beban linear dan nonlinear di sistem 1 fasa

II. TEORI
Pengukuran adalah pembandingan secara eksperimen fisik suatu besaran dengan besaran
lain yang sejenis dimana salah satu dari besaran itu dianggap sebagai satuan. Jika dilakukan
pengukuran, maka hasilnya dinyatakan dalam kelipatan besaran satuan itu. Angka kelipatan
dan besaran satuan ini memegang peranan penting dalam pengukuran. Keduanya
memberikan informasi, sebagai jawaban dari apa yang dikehendaki mengapa suatu
pengukuran dilakukan.

Pengukuran Sistem Satu Fasa

Besaran listrik yang diukur dalam modul ini ada 3 jenis daya, faktor daya (PF), arus,
tegangan, dan energi. Alat ukur arus adalah amperemeter, alat ukur tegangan adalah
voltmeter, dan alat ukur daya adalah wattmeter.

Gambar 1. Rangkaian alat pengkuran arus, tegangan, dan daya sistem 1 fasa

1
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Daya dalam ilmu elektro dapat didefinisikan sebagai banyaknya energi listrik yang
ditransfer pada suatu rangkaian listrik dalam satu satuan waktu (energi per waktu). Berbeda
dengan rangkaian arus searah, pada rangkaian arus bolak-balik terdapat 3 jenis daya antara
lain daya aktif (True Power), daya reaktif (Reactive Power), serta daya semu (Apparent
Power). Ketiga jenis daya ini memiliki relasi erat yang biasa digambarkan sebagai suatu
segitiga, yaitu segitiga daya. Daya aktif merupakan daya yang diserap oleh beban resistif
(R). Daya reaktif merupakan daya yang diserap oleh beban induktif (XL) yang dihasilkan
oleh beban kapasitif (XC). Daya semu merupakan daya yang belum diserap oleh beban.

Gambar 2. Segitiga Daya

Dari segitiga daya didapat rumus untuk masing – masing daya adalah sebagai berikut:

Daya aktif : P = V.I Cos φ (P dalam Watt, disebut daya aktif)

Daya reaktif : Q = V.I Sin φ (Q dalam VAR, disebut daya reaktif)

Daya semu : S = V.I (S dalam VA, disebut daya semu)

Beasr kecil sudut yang terbentuk (dalam segitiga daya) antara daya semu dan daya aktif
dilambangkan dengan φ (phi), dimana cos dari phi tersebut merupakan faktor daya.
Besarnya faktor daya ini merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.

2
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

dimana:

P = daya aktif (Watt)


S = daya semu (VA)
III. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM

1. Modul pengukuran besaran listrik 1 fasa


2. Alat ukur listrik digital (Clamp/Clamp meter).
3. Slide Voltage Regulator (SVR)
4. Lampu pijar
5. Lampu led
6. Lampu TL ballast induktif
7. Lampu TL ballas elektronik
8. Kabel penghubung/jumper

IV. LANGKAH PRAKTIKUM

DIAGRAM PENGKABELAN

PENGKABELAN PANEL MODUL (BELAKANG)

N N N

L N

I in I out L N

I in I out

WATTMETER AMPEREMETER VOLTMETER


INPUT
N L

N L
BEBAN

L N L N L N

I in I out I in I out I in I out

POWER VAR METER PF METER


ANALYZER

N N N

3
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MEJA TERA PENGUKURAN


BESARAN LISTRIK

SIMULATOR PENGUKURAN DAYA 1 FASA LAMPU 9

LAMPU 10

LAMPU 11
VOLT AMPERE WATT

LAMPU 12

LAMPU 13

ON OFF

ON OFF
PF VAR
ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

Gambar 3
Rangkaian pengukuran besaran listrik sistem satu fasa.

PROSEDUR

1. Siapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan, seperti alat ukur, Slide Voltage Regulator
serta beban lampu yang dibutuhkan.
2. Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera pada modul
yang digunakan
3. Rangkai papan modul sesuai dengan diagram pengkabelan yang diberikan
4. Pastikan bahwa penunjukan alat ukur yang akan digunakan sama dengan nol. Lalu
siapkan Tabel yang telah diberikan untuk mengisi data-data hasil pengukuran.
5. Pasang beban sesuai yang diminta pada tabel pengukuran
6. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi on, kemudian ukur semua
parameter yang ditanyakan sesuai tabel
7. Untuk pengukuran energi, atur tegangan SVR ke 200 V. Catat energi yang terbaca pada
KWh Meter dan masukkan ke tabel.
8. Ulangi prosedur 1-7 untuk setiap jenis tabel/pengukuran
9. Setelah percobaan selesai, rapikan kembali seluruh peralatan

4
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TABEL 1

Lampu Pijar : 100 W

BESARAN
BEBAN LAMPU PIJAR KETERANGAN
LISTRIK

TEGANGAN
SUMBER (V) 180 190 200 210 220

ARUS (A)

DAYA AKTIF
(W)
DAYA
REAKTIF
(VAR)
FAKTOR
DAYA

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
ENERGI PADA
TEGANGAN
220 V (Wh)

TABEL 2

Lampu Ballast Elektronik: 144 W

5
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

BESARAN
BEBAN LAMPU PIJAR KETERANGAN
LISTRIK

TEGANGAN
SUMBER (V) 180 190 200 210 220

ARUS (A)

DAYA AKTIF
(W)
DAYA
REAKTIF
(VAR)
FAKTOR
DAYA

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
ENERGI PADA
TEGANGAN
220 V (Wh)

V. ANALISA
Analisa harus memuat penjelasan dari pertanyaan dibawah ini!

6
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

1. Jelaskan grafik perubahan besaran listrik dari tiap jenis beban yang anda amati,
bandingkan hasilnya dengan pengukuran secara teoritis dan cari galat/error
pengukurannya!
2. Jelaskan hal apa saja yang menyebabkan galat pengukuran!
3. Beban jenis mana yang mengkonsumsi daya reaktif terbesar? Jelaskan!
4. Beban jenis mana yang memberi faktor daya paling besar ? jelaskan!
5. Mengapa pada lampu pijar masih mengkonsumsi daya reaktif ?
6. Beban mana yang mengkonsumsi daya reaktif paling besar, mengapa terjadi demikian?
7. Jelaskan grafik perubahan/konsumsi energi listrik untuk tiap pengukuran!

7
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL II

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA FASA-EMPAT


KAWAT

I. TUJUAN
1. Memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya dan faktor daya pada
sistem 3 fasa - 4 kawat
2. Mampu menganalisa hasil pengukuran besaran listrik pada beban linear dan nonlinear di
sistem 3 fasa 4 kawat
3. Memahami fenomena ketidakseimbangan beban dan besaran-besaran listrik pada tiap beban
terkait fenomena tersebut

II. TEORI
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan
dan diserap oleh beban semuanya seimbang, Ppembangkitan = Ppemakain, dan juga pada tegangan
yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai
magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya mempunyai
beda fase sebesar 120° listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60°,
dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ, D).

Hubungan Bintang (Y, wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu
dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a
– b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap
terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan “fase” atau Vf.

8
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 1. Hubungan Y

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan
magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).

Vline 220 v = 220 v √ 3= 380 v

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang sama,
ILine = Ifase

Ia = Ib = Ic

Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga


membentuk hubungan segitiga 3 fase.

9
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 2. Hubungan Delta

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar
fase, karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama,
maka:
Vline = Vfase

Nilai efektif dari setiap arus bolak-balik sama dengan nilai dari arus searah yang
mengalir melalui tahanan R yang sama. Daya yang diberikan oleh arus searah terhadap
tahanan R adalah sama dengan daya yang diberikan oleh arus bolak-balik. Arus bolak-
balik yang diberikan terhadap tahanan R memiliki daya sesaat sebesar i 2R. Kemudian
suatu arus searah mengalir melalui tahanan R yang sama dan menjaga agar arus searah
dan memperoleh harga daya yang sama dengan rata-rata arus bolak-balik. Besar arus
searah tersebut adalah arus efektif dari arus bolak-balik. Faktor √2 merupakan faktor
perbandingan harga maksimum dari arus periodik dengan nilai efektifnya dan hanya
dipakai jika fungsi periodik tersebut berupa sinusoidal.

Untuk sumber arus bolak-balik daya yang berubah terhadap waktu atau daya sesaat
merupakan perkalian antara tegangan dan arus.

S(t) = V(t) . I(t)

Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif terhadap daya


kompleks. Dapat dinyatakan dengan :

P
Cosφ =
S

10
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Untuk pembebanan resistif murni, faktor dayanya adalah 1, untuk induktif murni dan
kapasitif murni faktor dayanya adalah 0. Beban kapasitif memiliki faktor daya leading,
dan beban induktif memiliki faktor daya lagging.

Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu dikenal dengan istilah segitiga
daya. Berikut gambar segitiga daya

Gambar 3. Segitiga daya

Dimana :

S = √ 3V.I (S dalam VA, disebut daya semu)

P = √ 3V.I Cos φ (P dalam Watt, disebut daya aktif)

Q =√ 3 V.I Sin φ (Q dalam VAR, disebut daya reaktif)

Rumus mencari Kesalahan Relatif:

I perhitungan−I percobaan
KR =│ │x 100%
I perhitungan

Impedansi Z dalam hal ini dapat terdiri dari berbagai jenis beban resistif, induktif,
kapasitif ataupun kombinasi dari ketiga jenis beban sehingga sebuah impedansi Z yang
memiliki karakteristik gabungan dari karakteristik berbagai jenis beban yang
menyusunnya.

Yang dimaksud dengan karakteristik beban adalah jenis daya yang diserapnya,
sifat arus dan tegangannya yang bila digabungkan dengan jenis beban yang berbeda dapat
terbentuk karakteristik yang lebih baik maupun lebih buruk (jika dilihat dari sudut
pandang yang berbeda-beda).

11
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Perbedaan jenis-jenis daya pada rangkaian ac ini disebabkan oleh karena


perbedaan sifat impedansi komponen induktif dan kapasitif. Pada rangkaian AC, Pada
pengukuran daya, ada juga yang dikenal dengan faktor daya, yaitu perbandingan antara
daya aktif (Watt) dengan daya semu (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya
semu.

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi
dan penyebab ketidakseimbangan tersebut  adalah pada beban-beban satu fasa pada
pelanggan jaringan tegangan rendah.

Alat ukur adalah alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan / mengetahui
hasil perbandingan antara suatu besaran / ukuran yang ingin diketahui dengan standar
yang dipakai. Fungsi penting dari alat ukur baik alat ukur listrik maupun mekanik adalah
untuk mengetahui nilai yang telah ditentukan sebagai batasan baik atau tidaknya
peralatan / jaringan akan dioperasikan. Alat ukur terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Alat ukur analog

Alat yang menggunakan penyimpangan jarum untuk membaca hasil pengukurannya.

b. Alat ukur digital

Alat yang menggunakan angka desimal untuk membaca hasil pengukurannya

c. Alat Ukur Clamp

Alat Yang menggunakan Penjepit/clamp untuk mendapat kan hasil dalam pengukuran

Gambar 4. Voltmeter ( Alat ukur analog)

12
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 5. Multimeter (Alat ukur digital)

Gambar 6. Clampmeter (Alat ukut penjepit)

Pengukuran besaran-besaran listrik pada sistem tiga-empat kawat dilakukan dengan


menggunakan alat ukur clampmeter yang memunyai kemampuan-kemampuan seperti
berikut :

1. Dapat mengukur daya aktif (W), daya semu (VA), daya reaktif (VAR), daya reaktif per
jam (KWHr), dan pengukuran faktor daya, serta menampilkan gelombang yang
terdistorsi.
2. Pengukuran arus AC dan DC hingga 2000 Ampere.
3. TRMS, puncak, faktor puncak, Total Harmonic Distortion (THD), DF, dan frekuensi
pada arus dan tegangan.

13
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

4. Layar backlit yang besar untuk mode osiloskop, bentuk grafik dan layar banyak
parameter.
5. Internal dan database PC dapat mencatat sampai 5 parameter selama 24 jam untuk
mengidentifikasi kesalahan sementara waktu.
6. 8 layar menyimpan memori dan merekam tanda waktu min, max, rata-rata.
7. Built pada 3 fasa daya mampu untuk beban yang seimbang.
8. IEC1010 Cat IV untuk meningkatkan keamanan pada wilayah tegangan yang
berbahaya.
9. Ditingkatkan bentuk EMC untuk aplikasi elektronika daya.
10. Analisa timbulnya harmonik dan gambar grafik palang.
11. Penyimpanan secara bersama harmonik, RMS, dan nilai THD dengan menggunakan
perangkat lunak PC Winlog.
12. Pengukur dari riak DC.
13. Penyimpan yang baik untuk secara serempak mengidentifikasikan/menangkap seluruh
harmonik dan bentuk gelombang yang dikumpulkan.
14. Dapat memberikan memori untuk penyimpanan data sampai 10000 huruf/pembacaan
(AN2050-5000 huruf/pembacaan).
Diagram pengawatan untuk pengukuran arus dan tegangan pada sistem tiga fasa-empat
kawat dengan beban seimbang dapat dilihat pada gambar berikut.

III.PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM


1. Alat ukur listrik digital Clampmeter.
2. 3 buah lampu pijar
3. 3 buah lampu TL ballast magnetic
4. 3 buah lampu TL ballast elektronik
5. Kabel penghubung/jumper

14
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

IV. LANGKAH PRAKTIKUM


1. Pengukuran Besaran-besaran Listrik pada Sistem Tiga fasa-empat kawat dengan
Beban Seimbang
DIAGRAM PENGKABELAN

L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
T L12

N
I II L13

Gambar 7
Rangkaian pengukuran besaran listrik fasa tiga beban seimbang.

L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12

N
I II L13

Gambar 8
Contoh pengkabelan paralel beban L1 dan L2

1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera
pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan
sesuai tabel.

15
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel pengamatan.
Misalkan untuk pengukuran dengan beban lampu pijar daya 100 watt, siapkan 3 buah
bohlam lalu pasang ke 3 fitting lampu bohlam pada meja tera.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan dengan masing-
masing terminal beban yang sesuai. Untuk kabel netral, hubungkan terminal beban
yang terpakai saja dengan terminal netral sumber tegangan.
5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin diparalelkan,
lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang terparalel dengan fasa sumber
tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau terhubung singkat.
7. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan pengukuran
parameter yang diminta.
8. Untuk pengukuran tegangan, ubah tuas power analyzer/ clamp meter ke mode
tegangan lalu pasang probe pengukuran pada terminal beban.
9. Untuk pengukuran arus dan sudut fasa, ubah tuas pengatur pada power analyzer sesuai
dengan parameter yang ingin diukur, kemudian masukkan kabel yang ingin diukur
arusnya ke capit clamp meter. Dan untuk pengukuran daya, pasang kedua probe
pengukur tegangan ke terminal beban yang diukur kemudian pasang kabel ke capit
clamp meter/power analyzer.
10. Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban

2. Pengukuran Besaran-besaran Listrik pada Sistem Tiga fasa-empat kawat dengan


Beban Tak Seimbang
1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera
pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan
sesuai tabel.
3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel pengamatan.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan dengan masing-
masing terminal beban yang sesuai.

16
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin diparalelkan,
lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang terparalel dengan fasa sumber
tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau terhubung singkat.
7. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan pengukuran
parameter yang diminta.
8. Untuk pengukuran tegangan, ubah tuas power analyzer/ clamp meter ke mode
tegangan lalu pasang probe pengukuran pada terminal beban.
9. Untuk pengukuran arus dan sudut fasa, ubah tuas pengatur pada power analyzer sesuai
dengan parameter yang ingin diukur, kemudian masukkan kabel yang ingin diukur
arusnya ke capit clamp meter. Dan untuk pengukuran daya, pasang kedua probe
pengukur tegangan ke terminal beban yang diukur kemudian pasang kabel ke capit
clamp meter/power analyzer.
10. Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban

17
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TABEL 1. BEBAN SEIMBANG

LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED

L1 : W L2 : W L3 : W L1 : W L2 : W L3 : W

DAYA
BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK R S T R S T
KW
KVA
KVAR
PF
ARUS
BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK R S T N R S T N
A RMS
TEGANGAN
BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK VRN VSN VTN VRN VSN VTN
V RMS

TABEL 2. BEBAN TAK SEIMBANG

LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED

L1 : W L2 : W L3 : W L1 : W L2 : W L3 : W

DAYA
BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK R S T R S T
KW
KVA
KVAR

18
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

PF
ARUS
BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK R S T N R S T N
A RMS
TEGANGAN
BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK VRN VSN VTN VRN VSN VTN
V RMS
I. ANALISA
1. Bandingkan hasil pengukuran secara teori dan pengukuran/praktek untuk beban seimbang 3 fasa menggunakan lampu
bohlam, kemudian cari galat/error nya!

2. Bandingkan hasil pengukuran secara teori dan pengukuran/praktek untuk beban tak seimbang 3 fasa menggunakan lampu
bohlam, kemudian cari galat/error nya!

3. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi adanya arus di penghantar netral pada beban seimbang maupun beban tak seimbang?

4. Bandingkan arus netral dari masing-masing pengujian di sistem beban tidak seimbang pada setiap jenis beban yang diujikan,
jelaskan mengapa terjadi perbedaan!

19
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL III

PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG TEGANGAN DAN ARUS PADA BEBAN LINIER DAN
NON LINIER

I. TUJUAN
1. Mengukur nilai Total Harmonic Distortions (THD) arus pada system yang mengandung arus harmonic dengan menggunakan
alat ukur digital (Clampmeter) pada beban yang linier (lampu pijar) dan non linier (ballast elektronik/magnetic).
2. Mengetahui dan memahami pengaruh arus harmonic pada system distribusi tenaga listrik fasa tiga-empat kawat.

20
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

3. Melakukan perbandingan percobaan dengan beban yang linier (lampu pijar) dan non linier (ballast electronic/magnetic).
4. Mengetahui bentuk kurva arus dan spectrum harmonic arus dan beban non linier dan beban linier.

II. TEORI
Dalam matematika, Deret Fourier merupakan penguraian fungsi periodik menjadi jumlahan fungsi-fungsi berosilasi, yaitu
fungsi sinus dan kosinus, ataupun eksponensial kompleks.

Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada peralatan elektronik yang menyebabkan terjadinya distorsi gelombang arus dan
tegangan. Pada dasarnya, harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan
perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk gelombang
aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem
tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonik ketiga
adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan seterusnya. Gelombang-gelombang ini kemudian menumpang pada
gelombang murni/aslinya sehingga terbentuk gelombang cacad yang merupakan jumlah antara gelombang murni sesaat dengan
gelombang hormoniknya. Hubungan antara frekuensi harmonik dan fundamental dapat ditulis sebagai berikut:

f h=n f i….(1)

Dengan  f h adalah frekuensi harmonic, n adalah kelipatan gelombang (bilangan bulat), dan  f i adalah frekuensi fundamental.
Gelombang harmonik ini akan menumpang pada gelombang fundamental sehingga akan terbentuk gelombang yang terdistorsi. Ini
dikarenakan efek penjumlahan dari gelombang harmonisa dengan gelombang fundamentalnya. Gelombang harmonisa ini dapat
dijabarkan pada deret Fourier berikut ini:

21
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

a0 ∞
f ( t )= + ∑ {ah cos ( h ω 0 t ) +b h sin ( h ω 0 t ) }….(2)
2 h+1
dengan :

T
1
a 0= ∫ f ( t ) dt…. (3)
T 0

T
2
a h= ∫ f ( t ) cos ( hωt ) dt….(4)
T 0

T
2
b h= ∫ f ( t ) sin ( hωt ) dt….(5)
T 0

a 0 adalah komponen DC, sedangkan a h dan b h adalah komponen AC.

Peran harmonisa pada sistem tenaga listrik cukup besar, terutama pada alat-alat yang terdapat pada sistem tenaga. Harmonisa
akan menimbulkan beberapa dampak seperti panas berlebih pada beberapa alat seperti generator dan transformator karena
kecenderungan harmonisa mengalir ke tempat dengan impedansi yang lebih rendah. Beberapa dampak lain akan dijelaskan pada
artikel ini. Parameter besarnya harmonisa dinyatakan dalam Total Harmonic Distortion (THD) yang dapat ditulis sebagai:
Untuk tegangan,

2
√V 2 +V 23 +V 24 +…+V 2n
THDV = ….(6)
V1

22
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Untuk arus,

2 2 2 2

THD =
√ I + I + I + …+ I
2 3 4 n
….(7)
I
I1

Berdasarkan kesepakatan yang disepakati dunia internasional, THD yang diterima adalah apabila bernilai dibawah 5% dari
tegangan atau arus fundamentalnya.Apabila diatas batas tersebut maka alat elektronik tersebut tidak boleh digunakan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik pada sistem distribusi antara lain:

1. Memperbesar Kawat Netral

Setiap sistem distribusi biasanya memakai sistem 3 phase empat kawat, yaitu 3 kawat untuk ketiga phase dan 1 kawat lagi untuk
netral. Apabila beban yang dipasok non linier sehingga pengaruh harmonik lebih dominan maka untuk mengatasi panas lebih
pada kawat netral akibat pengaruh harmonik sebaiknya ukuran kawat netral diperbesar dari ukuran standarnya. Begitu juga pada
panel-panel listrik disarankan kawat netral untuk sistem pentanahannya diperbesar dari ukuran standarnya.

2. Menurunkan Kapasitas Transformator

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik pada sistem distribusi adalah dengan mengurangi
kapasitas suplai daya transformator (derating fransformator). Dalam menentukan besarnya pengurangan kapasitas transformator
ada metode sederhana yang dapat dipergunakan yaitu dengan memakai persamaan sebagai berikut:

KVA baru = THDF x KVA pengenal ..................persamaan (1)

di mana THDF adalah Transformator Harmonic Derating Factor,

23
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

THDF = [1,414 x (arus phase rms) / (arus puncak phase sesaat)] x 100%
= [(1,414 x 1/3 x (Ir + Is + It)rms / 1/3 x (Ir + Is + It)puncak] x 100%

Ada tiga macam urutan fasa serta urutan harmonisa yaitu :

1. Urutan fasa positif, urutan fasanya adalah R-S-T yang antar fasanya terpisah 1200. Orde harmonisanya adalah n = 1, 7, 13, ….
2. Urutan fasa negatif, urutan fasanya adalah R-T-S yang antar fasanya terpisah 1200. Orde harmonisanya adalah n = 5, 11, 17, …
3. Urutan nol yang mempunyai beda fasa sama dengan nol (sefasa). Orde harmonisanya adalah n = 3, 9, 15, ….

Terdapat dua jenis beban pada sistem ketenagalistirikan.Beban tersebut terdiri dari beban linier dan beban
non linier.Beban disebut linier jika nilai arus berbanding secara linier dengan tegangan beban. Berarti bentuk gelombang arus
akan sama dengan bentuk gelombang tegangan.
Beban disebut sebagai beban non linier jika bentuk gelombang arus tidak sama dengan bentuk gelombang tegangan
(mengalami distorsi). Arus yang ditarik beban non linier tidak sinusoidal tetapi periodic.Bentuk gelombang tidak periodic tersebut
dapat diuraikan berdasarkan komponen fundamental dan komponen harmonic.Beban non linier tersebut misalnya semi konduktor
yang digunakan sebagai switching device.Beban non linier inilah yang berperan sebagai sumber harmonisa pada sistem
ketenagalistrikan.
Dalam sistem tenaga listrik sumber beban non linier antara lain berasal dari converter statis, magnetisasi transformator yang tidak
linier, putaran mesin arus AC, bangku kapasitor dan lainnya.

PENGARUH HARMONISA PADA SISTEM TENAGA

Sistem Proteksi

24
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Pada peralatan sistem proteksi, harmonisa dapat menyebabkan:

1. Penurunan rating (derating) akibat pemanasan yang terjadi.


2. Menyebabkan peningkatan pemanasan dan rugi-rugi pada switchgear, sehingga mengurangi kemampuan mengalirkan arus dan
mempersingkat umur beberapa komponen isolator.
3. Timbulnya getaran mekanis pada panel listrik yang merupakan getaran resonansi mekanis akibat harmonisa arus frekuensi
tinggi.
4. Harmonisa dapat menimbulkan tambahan torsi pada kWh-meter jenis elektromekanis yang menggunakan piringan induksi
berputar, akibatnya putaran piringan akan lebih cepat atau terjadi kesalahan ukur pada kWh-meter karena piringan induksi
tersebut dirancang hanya untuk beroperasi pada frekuensi dasar.
5. Triple harmonisa pada kawat netral dapat memberikan induksi harmonisa yang mengganggu sistem telekomunikasi.
6. Pemutus beban dapat bekerja di bawah arus pengenalnya atau mungkin tidak bekerja pada arus pengenal.
7. Untuk sistem tenaga, arus pada kawat netral membesar (terutama akibat munculnya kelipatan harmonisa ke-3) serta tegangan
sentuh peralatan membesar dan berbahaya bagi operator.
Motor Listrik
Harmonisa arus atau tegangan menyebabkan peningkatan rugi-rugi pada belitan stator, rangkaian rotor, serta laminasi stator
dan rotor sehingga efisiensi mesin menurun. Akibat efek kulit dan arus eddy, rugi-rugi ini lebih besar dibandingkan rugi-rugi yang
disebabkan arus DC. Medan bocor pada stator dan rotor juga menyebabkan rugi-rugi tambahan. Pada mesin induksi dan mesin
sinkron, rugi-rugi panas tambahan paling banyak dibangkitkan pada rotor karena urutan polaritas harmonisa yang dihasilkan oleh
motor khususnya motor induksi, polaritasnya dapat bernilai positif atau negatif. Dari perubahan urutan polaritas harmonisa yakni
harmonisa ke-5 urutan polaritasnya negatif (-), sedangkan harmonisa ke-7 urutan polaritasnya positif (+), akan memiliki dampak
sendiri-sendiri.

25
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Bila motor menghasilkan harmonisa dengan urutan polaritas negatif, maka pada sistem distribusi akan menimbulkan medan
magnet putar dengan arah maju (forward). Sedangkan untuk polaritas harmonisa negatif akan menimbulkan medan magnet putar
dengan arah mundur (reverse). Urutan polaritas positif dan negatif harmonisa inilah yang menyebabkan motor menjadi panas.
Sehingga kemampuan mesin akan menurun akibat pemanasan berlebih karena harmonisa, selain itu umur mesin juga akan
menurun. Sedangkan pada arus harmonisa urutan polaritas nol tidak akan menimbulkan masalah pada motor itu sendiri,
melainkan akan menimbulkan masalah pada sistem 3 fasa 4 kawat. Yaitu akan menimbulkan penambahan arus pada kawat netral,
biasanya terjadi pada transformator hubungan wye. Penambahan arus pada kawat netral ini akan menyebabkan kawat netral
menjadi panas, karena kawat netral tidak memiliki pengaman seperti pemutus arus untuk proteksi tegangan atau arus lebih. Selain
itu, polaritas harmonisa urutan nol ini menyebabkan terjadinya interferensi pada kabel saluran telekomunikasi. Frekuensi
harmonisa yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya akan mengakibatkan penurunan efisiensi atau terjadinya kerugian daya.

Transformator
Pada transformator daya, arus urutan nol yang bersirkulasi pada belitan delta dapat menyebabkan arus yang besar dan
pemanasan berlebih.Untuk mengatasipemanasan berlebih akibat harmonisa, seringkali kapasitas daya transformator diperbesar
untuk memperbesar kapasitas pendinginan.Tetapi konduktor yang lebih besar menyebabkan pemanasan yang lebih besar juga,
yang diakibatkan harmonisa frekuensi tinggi.Selain itu, memperbesar kapasitas transformator berarti memperbesar arus harmonisa
yang mungkin mengalir dalam sistem.Penurunan efisiensi transformator akibat harmonisa dapat mencapai sekitar 6%.Pada sisi
transformator dampak yang bisa diketahui adalah transformator mengalami kenaikan suhu. Naiknya suhu transformator akan
menyebabkan:

1. Penambahan rugi-rugi daya akan mengurangi kapasitas pembebanan transformator. Misal: pada transformator 750 kVA,
dengan 10% rugi arus eddy dan rugi arus harmonisa akan bekerja hanya pada 77,5%-nya atau menjadi 578 KVA.
2. Mengurangi kemampuan arus maksimum.
26
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

3. Mengurangi umur transformator.

Dampak Harmonisa pada Peralatan


Distorsi harmonisa bisa menebabkan terjaadinya voltage zero crossing, yang beakibat pada kesalahan operasi bila digunakan
untuk sinkronisasi kontrol. Komputer dan sejenisnya membutuhkan sumber AC yang bila megandung harmonisa THD (Total
Harmonic Distortion) tegangannya tidak boleh lebih dari 5%, dan untuk masing-masing harmonisa tidak boleh lebih dari 3%
gelombanng dasar (50 Hz).

Rugi-rugi pada Konduktor Kabel dan Kawat Transmisi


Apabila system mengalami resonansi, tegangan pada sistem dapat mengalami peningkatan. Akibatnya, kabel dan isolator
lainnya akan mengalami stres tegangan berlebih dan korona, yang dapat menyebabakan kegagalan pada isolasi listrik atau
mempercepat penuaan (aging). Dari segi pengukuran harmonisa mengakibatkan kesalahan pengukuran dari alat-alat ukur
tergantung pada konstruksi dari alat ukur tersebut.Alat ukur yang bekerja berdasarkan induksi (induction disk), seperti watt-hour
meters, dirancang dan dikalibrasi untuk gelombang sinus. Harmonisa membangkitkan tambahan kopel atau torque
electromagnetic pada disk, sehingga hasil pengukurannya lebih tinggi.

Generator Sinkron
Dampak arus harmonisa pada generator sinkron yang disebabkan oleh penggangguan beba-beban non-linear adalah sebagai
berikut:

1. Beban non-linear akan menyebabkan rugi-rugi tambahan pada generator sinkron


2. Rugi-rugi tambahan akibat beban non-linear disebabkan oleh rugi-rugi arus urutan nol dan rugi-rugi arus urutan negative

27
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

3. Dalam system pembangkitan energy listrik sendiri yang umumnya menggunakan konfigurasi tiga-fasa empat-kawat,
kontribusi rugi-rugi tambahan akibat arus urutan nol lebih besar dibandingkan rugi-rugi tambahan akibat oleh arus urutan
negative

Suatu sistem tenaga listrik dipemgaruhi banyak factor, salah satunya adalah harmonisa. Adanya harmonisa pada sistem tenaga
listrik akanmenyebabkan timbulnya rugi-rugi pada konduktor kabel dan kawat transmisi, generator sinkron, transformator, sistem
proteksi, dan motor listrik. Sehingga harmonisa harus diredam dalam sistem tenaga. Cara untuk meredam harmonisa adalah
dengan pemasangan filter kapasitif atau induktif, converter, dan trafo isolasi hubungan Δ-Y pada sistem.

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM


1. Alat ukur listrik digital (Clampmeter).
2. Beban lampu pijar, lampu led, lampu fluorescent ballast magnetic dan elektronik (lampu hemat energy) 
3. Kabel penghubung/jumper.
IV. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.
2. Buat rangkaian pada gambar 6 untuk mengukur besaran-besaran listrik yang diperlukan pada pengukuran THD, dengan beban
lampu fluorescent (ballast elektronik/magnetic)
3. Siapkan alat ukur digital Clampmeter.

28
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

L9

L10
R

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12

N
I II L13

Gambar 1. Rangkaian pengukuran harmonisa beserta gelombang dan spektrumnya

4. Ukurlah seluruh besaran-besaran nilai THD dan besaran lainnya sesuai tabel 5 pada tiap orde harmonic hingga orde harmonic
ke 25 (seluruh prosedur pengukuran besaran listrik, tanyakan pada asisten)
5. Setelah langkah 1-4 selesai. Percobaan dilanjutkan dengan menggunakan lampu pijar 25/40/60/100 W sebagai beban linier.
6. Masukan gambar kurva arus beserta spectrum harmonic arus baik beban non linier maupun beban linier pada tiap fasanya
termasuk netral kedalam computer, (untuk prosedurnya tanyakan kembali kepada assisten).

DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Pengukuran THD Lampu Pijar (100 W)

Komponen Frekuensi THD


V RMS I RMS DF
Harmonik (Hz) (%)
DC

29
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Fundamental    
2    
3    
4    
5    
6    
7    
8    
9    
10    
11    
12    
13    
14    
15    
16    
17    
18    
19    
20    
21    
22    
23    
24    
25    

30
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Tabel 2. Pengukuran THD Lampu TL Ballast Elektronik


Komponen Frekuensi THD
V RMS I RMS DF
Harmonik (Hz) (%)
DC
Fundamental    
2    
3    
4    
5    
6    
7    
8    
9    
10    
11    
12    
13    
14    
15    
16    
17    
18    

31
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

19    
20    
21    
22    
23    
24    
25    

V. ANALISA
Analisa harus memuat jawaban pertanyaan dibawah ini

1. Jelaskan spektrum harmonik yang didapatkan pada masing-masing pengukuran!

2. Jelaskan tentang distorsion factor dan jelaskan mengapa besarnya berbeda-beda untuk tiap-tiap pengukuran

3. Bandingkan besaran harmonic dari pengukuran pada tiap jenis beban!

4. Beban mana yang memiliki THD dan DF terbesar? Jelaskan mengapa demikian!

32
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

33
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL IV

PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN

I. TUJUAN
1. Memahami prosedur penggunaan alat “Digital Earth Resistance Tester” terhadap besaran-besaran yang akan diukur.
2. Memahami prinsip pengukuran tegangan pembumian
3. Mengukur besarnya nilai tegangan pembumian dan tahanan elektroda pembumian.

V. TEORI

Tahanan pembumian merupakan tahanan dari suatu sistem pentanahan yang bertujuan untuk mengalirkan arus petir ke tanah
agar tidak terjadi kerugian akibat adanya sambaran petir. Pembumian adalah suatu sistem pengaman terhadap makhluk hidup
maupun peralatan peralatan listrik dari arus gangguan.

Pada dasarnya tujuan desain pembumian yang baik mempunyai dua tujuan :

a. Memberikan sarana bagi tersalurkannya arus listrik kedalam bumi pada kondisi normal dan kondisi gangguan tanpa
melebihi operasi dan batas bekerjanya peralatan atau mempengaruhi kontinulitas layanan.
b. Menjamin jika ada orang disekitar instalasi yang dihubungkan dengan sistem pembumian tidak terkena kejut listrik kritis
yang berbahaya (tegangan langkah dan tegangan sentuh).

Alat ukur yang digunakan dalam praktikum ini adalah Digital Earth Resistance Tester. Earth Tester adalah alat untuk
mengukur nilai resistansi dari grounding, Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan
pentanahan dalam sistem pengaman.Untuk mengetahui besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat ukur dengan
penampil analog. Hasil pengukuran secara analog sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukurannya. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut,maka dirancanglah suatu alat ukur tahanan tanah digital yang memiliki kemudahan dalam

34
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

pembacaan nilai tahanan yang diukur. Alat ukur ini penampilnya menggunakan digital pada segmen-segmen, sehingga dengan
mudah menyimpan data-data yang terukur.

Gambar 1. Bagian – Bagian Alat Ukur Digital Earth Resistance Tester

35
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

1. Layar LCD 5. Saklar Pemilih Jangkauan


2. Tanda Penggantian Baterai 6. Terminal Pengukur
(Simbol Baterai Lemah) 7. Kabel Uji
3. Indikasi LED 8. Pasak Bumi Tambahan
dengan Pengukuran (Hijau) 9. Probe Pengukuran Sederhana
4. Tombol Tekan Untuk 10. Capit Buaya
Menguji 11. Batang Uji

*1 Pembatas adalah sebuah bagian yang meningkatkan perlindungan dari sengatan listrik dan memastikan udara
dan jarak rambat yang dibutuhkan.

Gambar 2. Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang elektroda

36
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth),
elektroda P (Potensial) dan elektroda C (Current). Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui
sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok diagram rangkaian,
antara lain rangkaian osilator,rangkaian tegangan input, rangkaian arus input, mikrokontroler dan rangkaian penampil.
Sebelum hasil pengukuran di tampilkan ke LCD, data diolah dirangkaian mikrokontroler. Keuntungan dengan manggunakan
mikrokontroler ini yaitu keluaran dari rangkaian input ini debelum masuk ke LCD bisa diatur. Sehingga, perancangan alat ukur
tahanan tanah digital ini dapat mengukur tahanan tanah dengan teliti dan akurat. Hasil pengukuran tahanan tanah juga
bergantung pada kondisi tanah itu sendiri. Pengukuran tahanan tanah dilakukan dengan membandingkan alat ukur rakitan
dengan alat ukur yang sudah ada dengan merek Kyoritsu Earth Tester Digital.

VI. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM

 Digital Earth Resistance Tester 1 unit


 Elektroda Pembumian 2 buah
 Roll meter 1 buah
 Kabel Penghubung
 Pasak Bantu 2 buah

VII. LANGKAH PRAKTIKUM

1. Persiapan untuk pengukuran


1.1. Cek tegangan batery
Masukkan saklar ke posisi on, jika layar display tidak menampilkan simbol low battery, maka tegangan battery cukup.
Tetapi jika layar display kosong sama sekali atau simbol terindikasi, ganti battery atas persetujuan dan pengawasan
asisten praktikum.

37
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

1.2. Memasang Test Probe


Masukkan ujung tusuk ( plug ) probe hati-hati ke terminal-terminal alat. Hubungan yang kendor dapat mengakibatkan
hasil pengukuran yang tidak akurat.

2. Instruksi-instruksi pengoperasian
2.1. Pengukuran ( dengan Test Probe M-7095 )
2.1.1. Tancapkan pasak (spike) pembunian Bantu P dan C ke dalam tanah yang dalam. Hubungan kabel hijau ke elektroda
pembumian yang dites, kabel kuning ke pasak pembumian bantu P dan kabel merah ke pasak pembumian bantu C.
Cat :
 Beri air jika ditancapkan ke dalam bagian tanah yang kering, berbatu atau berpasir.
 Jika tempat menancapkan pasak serupa, maka baringkan pasak itu dan basahi dengan air atau ditutup dengan kain
basah

Gambar 3. Pemasangan alat ukur resistansi pembumian

38
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

2.1.2. Pengukuran Tegangan Pembumian


Atur skala ke posisi EARTH VOLTAGE pada kondisi 2.1.1. Tegangan pembumian akan diindikasikan pada
display. Pastikan bahwa tegangannya 10 V atau lebih kecil.
Saat display menunjukkan lebih dari 3 V, dapat menyebabkan hasil pengukuran dan kesalahan yang sangat besar
( excessive errors ). Untuk menghindari ini, lakukan pengukuran setelah mengurangi tegangannya dengan cara
mematikan power supply dari peralatan yang sedang di tes dsb.
2.1.3. Pengukuran
Atur saklar bulat ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes.LED tetap diterangi selama pengujian.Putar saklar bulat ke
200 Ω dan 20 Ω saat tahanan pembumian bernilai kecil.Nilai yang ditunjukkan adalah tahanan pembumian dari
elektroda pembumian yang sedang dites.

Cat :

- Bila tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu C terlalu tinggi untuk membuat pengukuran, display-nya
membaca “. . .”. Cek kembali hubungan dari kabel tes dan tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu.
Perhatian :
Hindarkan kabel penghubung perbelitan satu sama lain karena dapat mempengaruhi pengukuran karena induksi.

2.2. Pengukuran disederhanakan ( dengan Test Probe M-7127 )


Gunakan metode ini disaat pasak Bantu pembumian tidak bisa ditancapkan.Pada metode ini, elektroda pembumian dengan
tahanan pembumian yang rendah seperti pipa air logam, atau sebuah terminal pembumian dari sebuah gedung, dapat
digunakan dengan metode dua terminal.( two-terminal method ; E, P ).

39
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 4. Konfigurasi pemasangan alat ukur resistansi pembumian yang disederhanakan

Bahaya :
 Harap dipastikan untuk gunakan detektor tegangan untuk mengecek tanah keadaan sekitar dari power supply komersial
 Jangan gunakan alat untuk mengecek tanah keadaan sekitar dari power supply komersial.
 Bahaya akan terjadi karena tegangan mungkin tidak akan ditampilkan walaupun konduktor berarus saat menghubungkan
elektroda pembumian yang akan diukur telah mati, ataupun saat hubungan dari kabel tes dari alat tidak benar dsb.
 Jangan gunakan alat ukut untuk mengukur tegangan dari power supply komersial. Saat menggunakan probe tambahan
MODEL 7127, terminal P dan C akan di hubung singkat dan impedansi masukan akan dikurangi. Sisa arus circuit breaker
mungkin beroperasi saat membuat pengukuran dari tegangan pada rangkaian dengan breaker.

2.2.1. Pengukuran Tegangan Pembumian


Atur saklar ke posisi EARTH VOLTAGE pada kondisi 2.1.1. Tegangan pembumian akan diindikasikan pada display.
Pastikan bahwa tegangannya 3 V atau lebih kecil.

40
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Saat display membaca lebih dari 3 V, mungkin hasilnya dalam kesalahan yang sangat tinggi ( excessive errors ) pada
pengukuran tahanan pembumian,. Untuk menghindari ini, lakukan pengukuran setelah mengurangi tegangannya dengan cara
mematikan power supply dari peralatan yang sedang dites dsb.

2.2.2. Pengukuran Teliti


Atur saklar ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes. LED tetap diterangi menjelang dites.Putar saklar ke 200 Ω dan 20 Ω saat
tahanan pembumian bernilai kecil.Nilai yang terindikasi adalah tahanan pembumian dari peralatan yang dibumikan yang
sedang dites.
Cat :
Bila tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu C terlalu tinggi untuk membuat pengukuran, display-nya membaca “. .
.”. Cek kembali hubungan dari kabel tes dan tahanan pembumian dari alat bantu pasak pembumian.

2.2.3. Nilai Pengukuran Sederhana


Metode dua terminal digunakan untuk pengukuran yang disederhanakan. Pada metode ini, nilai tahanan pembumian re dari
elektroda pembumian yang terhubung ke terminal P ditambahkan ke nilai tahanan pembumian yang sebenarnya Rx dan
ditunjukkan sebagai nilai terindikasi Re.

Re = Rx + re
Bila re telah diketahui sebelumnya, nilai tahanan pembumian yang sebenarnya dihitung sebagai berikut

41
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Rx = Re – re

42
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Grounding TegakLurus (Arah 1) Tabel 2. Grounding TegakLurus (Arah 2)
No D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v No. D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v
.
1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

Tabel 3. Grounding Miring (Arah 1) Tabel 4. Grounding Miring (Arah 2)
No D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v No. D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v
.
1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

43
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Tabel 5. Grounding Pararel  (Arah 1) Tabel 6. Grounding Pararel  (Arah 2)


No D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v No. D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v
.
1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

44
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

VIII. ANALISA

Analisa harus memuat penjelasan dari pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan hasil yang Anda peroleh dalam masing-maisng table, jelaskan apa yang menyebabkan adanya perubahan/perbedaan
nilai tiap pengukuran ?
2. Mengapa hasil pengukuran dengan grounding tegak lurus, miring, dan pararel berbeda ?
3. Mengapa kektika elektroda bantu dipindahkan nilai yang diperoleh berebda ?

45
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL V

PENGUKURAN TAHANAN PENGHANTAR


(KELVIN DOUBLE BRIDGE)

I. TUJUAN

1. Memahami pengukuran tahanan dengan menggunakan “Kelvin Double Bridge”


2. Memahami cara mengukur tahanan konduktor
3. Menentukan nilai tahanan suatu bahan konduktor

IX. TEORI

46
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Jembatan Kelvin merupakan perubahan dari Jembatan Wheatstone. Maksud dari perubahan ini adalah untuk menghilangkan
pengaruh kontak dan peranan hambatan pada saat mengukur nilai hambatan rendah yang tidak diketahui. Dengan
menggunakan jembatan ini, tahanan dari kawat penghubung dan tahanan kontak pada jepitan dapat dibuat tidak berpengaruh.
Tahanan harus dalam bentuk empat jepitan (Four Terminal Resistor).

Besarnya hambatan dengan kisaran, antara 1 (satu) Ohm sampai dengan kira-kira sekitar 1 satu) mikro-Ohm, dapat diukur
dengan menggunakan peralatan yang mempunyai derajat akurasi yang tinggi, yaitu dengan memakai Jembatan Kelvin.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa Jembatan Kelvin (Kelvin Double Bridge) digunakan untuk pengukuran tahanan-tahanan
dengan nilai rendah.

Gambar 1. (Theoritical diagram of the double bridge)


Jembatan ini merupakan perubahan dari jembatan Wheatstone.Perhatikan tahanan-tahanan p,q,r. Ketiganya membentuk tahanan
dalam hubungan segitiga (delta). Hubungan delta ini dpat ditransformasikan menjadi hubungan bintang (star). Dengan hubungan
star ini bentuk jembatan menjadi jembatan wheatstone.

Rumus Hambatan :
ρx
R
A ………………….(1)

47
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Keterangan :
R = Hambatan kawat (Ω)
ρ = Hambatan jenis penghantar (Ωm)
 = Panjang kawat (m)
A = Luas penampang (m2)

X. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM

1. Alat pengukuran nilai tahanan suatu bahan penghantar (Kelvin Double Bridge)
2. Bahan penghantar yang akan diukur tahanannya
3. Mikrometer Sekrup
4. Roll Meter
5. Jumper
6. Baterai extra bila diperlukan

48
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

XI. LANGKAH PRAKTIKUM

Gambar 2. Diagram pengawatan Kelvin double bridge

1. Ukur diameter konduktor sampai 5 kali pengukuran pada tempat yang berbeda, masukan hasil yang didapat kedalam table
percobaan.

49
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

2. Ukur panjang bahan konduktor yang akan diukur tahanannya. Beri tanda batas-batasnya. Pada tanda tersebut dipasang
penghantar potensial.
3. Pengoperasian baterai, (internal atau external). Jika menggunakan baterai internal maka Int BA di jumper. Begitu juga
sebaliknya,
4. Untuk mengetahui keadaan baterai Meter Sensivity selector di switch ke B-CH. Apabila jarum meter berada dalam zona
biru, maka baterai dalam kondisi baik. Dengan memencet GA.
5. Periksa GA sensitive S/W Go, apakah jaruh galvanometer berada dalam posisi (0). Jika tidak, diatur terlebih dahulu
sehingga berada dalam posisi nol.
6. Pasang “penghantar arus” pada ujung-ujung konduktor (lihat gambar 2)
7. Sebelum mulai mengukur, alat ukur di atur pada Multiply secara bertahap.
8. Untuk mengetahui nilai Rx, Batt di posisi On, meter sensivity berada dalam keadaan G2 dimana tingkat sensifitasnya
rendah. Dengan menekan GA maka akan diketahui keadaan jarum meter. Untuk mendapatkan nilai 0 pada Galvanometer
maka kita harus memutar The Dial of Bridge.
9. Setelah mendapatkan nilai 0, maka pindahkan ke G1 dimana tingkat sensifitasnya lebih tinggi daripada G2.
10. Tekan GA dan lihat keadaan jarum meter, apabila belum nol maka atur dengan menggunakan The Dial of Bridge sampai
jarum menunjuk nol.
11. Setelah mendapatkan nilai 0, maka pindahkan lagi ke G0. Tingkat sensifitasnya paling tinggi.
12. Untuk mendapatkan nilai nol pada jarum meter lakukan percobaan 10.
13. Setelah jarum galvanometer menunjuk angka nol, nilai tahanan Rx adalah nilai pada The Dial of Bridge dikalikan dengan
nilai Multiply yang kita masukkan sebelumnya.
14. Masukkan hasil yang didapat ke dalam table percobaan.

50
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

15. Ulangi percobaan 6 - 14 dengan bahan penghantar yang sama tetapi jarak yang berbeda sampai 3 kali, dan bahan
konduktor dengan diameter yang sama (jarak ditentukan asisten).
16. Ulangi LANGKAH PRAKTIKUM diatas dengan bahann konduktor yang sama tapi diameter berbeda.
17. Setelah mendapatkan nilai semua. Kembalikan posisi Batt dan Ga sensivity pada posisi OFF serta The Dial Of Bridge
dikembalikan ke posisi nol.

XII. DATA PENGAMATAN
Percobaan 1
KonduktorTembaga 1 (Besar)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1
2
3
4
5

No l (mm) Rx (Ω) ρ
1
2
3

Percobaan 2
KonduktorTembaga 2 (Sedang)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1

51
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

2
3
4
5

No l (mm) Rx (Ω) ρ
1
2
3

Percobaan 3
KonduktorTembaga 3 (Kecil)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1
2
3
4
5

No l (mm) Rx (Ω) Ρ
1
2
3

52
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

XIII. TUGAS

1. Hitung tahanan jenis penghantar (ρ) dengan perhitungan matematis dari data yang diperoleh (untuk semua data yang
diperoleh) ?
2. Bandingkan nilai ρ yang diperoleh dari perhitungan secara matematis dengan ρ referensi dan berikan kesalahan
relative?
3. Tuliskan turunan rumus dari hukum Ohm secara matematis. Dan jelaskan hubungannya dengan percobaan yang Anda
lakukan!
4. Faktor – factor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran dengan menggunakan Kelvin
Double Bridge?
5. Sebutkan cara lain untuk menghitung tahanan jenis penghantar, selain dengan menggunakan Kelvin Double Bridge.
Jelaskan ? Mana yang lebih baik?

53

Anda mungkin juga menyukai