Anda di halaman 1dari 57

PETUNJUK PRAKTIKUM

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

INSTITUT TEKNOLOGI PLN


MENARA PLN, JL. LINGKAR LUAR BARAT,
DURI KOSAMBI, CENGKARENG, JAKARTA BARAT 11750

Telp. 021-5440342, 5440344, ext 1306


Website : www.itpln.ac.id
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TIM PENYUSUN

Kepala Laboratorium : Oktaria Handayani, S.T., M.T.


Dosen Praktikum :
1. Rizki Pratama Putra, S.T ., M.T.
2. Ginas Alvianingsih, S.T ., M.T.
3. Sofitri Rahayu, S.Pd., M.Eng.
Asisten Laboratorium :
➢ Asti Felicia ➢ Jesica Gultom
➢ Danu Azhar Hidayat ➢ Jihan Fadillah
➢ Fahaz Arba Aziz ➢ Lidia Sofi Hadiyanti
➢ Mega Kurnia Wardani ➢ Ma’ruf Fauzi
➢ Nanda Setia Nugraha ➢ Maulana Azro Asqolani
➢ Ayu Rizky Amelia ➢ Mokhamad Umar Hamdan
➢ Anisya Turahma ➢ Muhammad Fahri
➢ Asri Bagas Aditia Widianto
➢ Diwita Augustine ➢ Nur Rahma
➢ Dony Bagus Saputra ➢ Ochtanisa Lailatus
➢ Evan Wicaksono Sa’dyah
➢ Eki Nur Afifah ➢ Pratiwi Maharani
➢ Fadhilah Prasetyo ➢ Putri Mutiara Sari
➢ Fadilla Putri ➢ Rahmi Liliyanti
➢ Febby Febriyanti ➢ Siti Amaliatu Zahra
➢ Harry Prasetyo ➢ Yahya Akmal N.

ii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Praktikan tidak diperkenankan terlambat (toleransi waktu 15 menit). Keterlambatan lebih
dari 15 menit maka dianggap tidak hadir.
3. Praktikan wajib mengumpulkan tugas rumah sesuai modul sebelum melaksanakan
praktikum.
4. Praktikan wajib membawa Modul Praktikum dan Kartu Praktikum.
5. Praktikan wajib Membawa Jas Laboratorium.
6. Praktikan wajib memakai kaus kaki menutupi mata kaki dan sepatu bertali.
7. Praktikan wajib memakai kemeja dan dilarang menggunakan pakaian dengan logo instansi
lain.
8. Praktikan wajib memahami modul praktikum sebelum melaksanakan praktikum.
9. Sebelum praktikum dimulai praktikan wajib melaksakan tes lisan dari asisten.
10. Praktikan yang tidak hadir dalam salah satu rangkaian kegiatan praktikum dianggap gagal
dalam matakuliah praktikum pengukuran besaran listrik.
11. Apabila praktikan berhalangan hadir harus ada pemberitahuan maks 3 hari sebelum
praktikum dan mencari kelompok pengganti , ada surat izin dari asisten lab beserta surat
dokter bila sakit.
12. Praktikan wajib mempresentasikan laporan pada asisten praktikum.
13. Jadwal yang telah dibuat tidak bisa diubah.
14. Acc Laporan H+3 setelah praktikum terakhir.
15. Pengumpulan laporan H+7 setelah praktikum terakhir. Bagi yang terlambat
mengumpulkan laporan akan berlaku pengurangan nilai 1/7 perharinya.
16. Praktikan mengerjakan Jurnal pada modul praktikum pilihan dalam berkelompok.
Dikumpul H+7 dari praktikum terakhir.
17. Diharapkan keaktifan praktikan selama praktikum berlangsung.
18. Jika ada kecurangan dalam penulisan laporan, maka nilai E.

iii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Praktikum terdiri dari beberapa tahap yaitu:


a. Pengarahan
b. Tes Lisan
c. Penjelasan Modul
d. Pengambilan Data
e. Laporan
f. Presentasi
2. Praktkan WAJIB mengikuti seluruh tahapan praktikum.
3. Praktikum akan dilakukan secara Hybrid Luring dan Daring menggunakan aplikasi
MICROSOFT TEAMS.
4. Praktikan diharapkan sudah standby 15 Menit sebelum kegiatan praktikum dimulai.
5. Penjelasan Modul dan Pengambilan data akan dilaksanakan pada minggu ke – 2 dan
minggu ke – 3 (setelah pengarahan).
6. Setelah dilakukan penjelasan modul dan pengambilan data, praktikan akan
mempresentasikan laporannya kepada asisten laboratorium.
7. Pelaksanaan presentasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
8. Praktikan diwajibkan membuat jurnal dari salah satu modul yang dipilih.
9. Bobot penilaian pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Proses Praktikum Bobot Penilaian (%)


Tes Lisan 10
Keaktifan 15
Jurnal 25

Laporan 20
Presentasi 30
Total 100

iv
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TATA CARA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Laporan praktikum dibuat dalam format kertas A4, dengan ketentuan:


➢ Font (judul) : Times New Roman ukuran 14
➢ Font (isi) : Times New Roman ukuran 12
➢ Spasi : 1.5
➢ Margin : atas, bawah, kiri, kanan : 3,3,3,2
➢ Border : border garis warna biru
➢ Berikan header (Nama dan NIM praktikan) sebelah kanan atas dan footer
(Laboratorium Dasar Teknik Elektro IT – PLN) pada sebelah kanan bawah.
2. Susunan laporan terdiri dari:
A. Cover
B. Isi laporan tiap modul, berupa:
1. Judul
Diketik dalam satu halaman
2. Tujuan
3. Alat Percobaan
4. Teori Modul
5. Teori Tambahan (minimal 3 halaman) dan diberi sumber
6. Langkah Percobaan
7. Data Pengamatan
8. Pengolahan Data
9. Grafik ( Excel )
10. Analisa (minimal 2 halaman)
11. Kesimpulan
3. Cover laporan sesuai dengan ketentuan pada modul petunjuk praktikum ini.

v
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

DISUSUN OLEH :

MAULANA AZRO

201911001

KELOMPOK 9

MEGA KURNIA W

INSTITUT TEKNOLOGI PLN


MENARA PLN, JL. LINGKAR LUAR BARAT,
DURI KOSAMBI, CENGKARENG, JAKARTA BARAT 11750

Telp. 021-5440342, 5440344, ext 1306


Website : www.itpln.ac.id

vi
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

LAPORAN PRAKTEK
INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

DISUSUN OLEH :

MAULANA AZRO

201911001

KELOMPOK 9

MEGA KURNIA W

INSTITUT TEKNOLOGI PLN


MENARA PLN, JL. LINGKAR LUAR BARAT,
DURI KOSAMBI, CENGKARENG, JAKARTA BARAT 11750

Telp. 021-5440342, 5440344, ext 1306


Website : www.itpln.ac.id
KARTU PRAKTIKUM
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
NAMA : ______________________________
NIM : ______________________________ Pas Foto
KELOMPOK : ______________________________ 3x4

PRAKTIKUM : ______________________________
JURUSAN : ______________________________
PROG. STUDI : ______________________________
SEMESTER : ______________________________
Tanggal
Tanggal Tanggal
No. Modul Pengumpulan Asisten Paraf Asisten
Praktikum Presentasi
Laporan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Jakarta, ................................ 20....


Praktikan

(.......................................)
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

DAFTAR ISI

TATA CARA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM.......................................................... v


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ix
MODUL I : PENGKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM 1 FASA ......................... 1
MODUL II : PENGUKURAN BESARA LISTRIK PADA SISTEM 3 FASA 4 KAWAT .... 8
MODUL III : PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG ARUS DAN TEGANGAN
PADA BEBAN LINEAR DAN NON LINEAR ..................................................................... 22
MODUL IV : PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN ................................................. 34
MODUL V : PENGUKURAN TAHANAN PENGHANTAR ............................................... 43

ix
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL I

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM SATU FASA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya, faktor
daya dan energi pada sistem 1 fasa
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuruan tegangan, arus, daya, faktor daya dan
energi pada beban linear dan nonlinear di sistem 1 fasa

II. TEORI
Pengukuran adalah pembandingan secara eksperimen fisik suatu besaran dengan besaran
lain yang sejenis dimana salah satu dari besaran itu dianggap sebagai satuan. Jika dilakukan
pengukuran, maka hasilnya dinyatakan dalam kelipatan besaran satuan itu. Angka kelipatan
dan besaran satuan ini memegang peranan penting dalam pengukuran. Keduanya memberikan
informasi, sebagai jawaban dari apa yang dikehendaki mengapa suatu pengukuran dilakukan.

Pengukuran Sistem Satu Fasa

Besaran listrik yang diukur dalam modul ini ada 3 jenis daya, faktor daya (PF), arus,
tegangan, dan energi. Alat ukur arus adalah amperemeter, alat ukur tegangan adalah voltmeter,
dan alat ukur daya adalah wattmeter.

Gambar 1. Rangkaian alat pengkuran arus, tegangan, dan daya sistem 1 fasa

1
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Daya dalam ilmu elektro dapat didefinisikan sebagai banyaknya energi listrik yang
ditransfer pada suatu rangkaian listrik dalam satu satuan waktu (energi per waktu). Berbeda
dengan rangkaian arus searah, pada rangkaian arus bolak-balik terdapat 3 jenis daya antara
lain daya aktif (True Power), daya reaktif (Reactive Power), serta daya semu (Apparent
Power). Ketiga jenis daya ini memiliki relasi erat yang biasa digambarkan sebagai suatu
segitiga, yaitu segitiga daya. Daya aktif merupakan daya yang diserap oleh beban resistif (R).
Daya reaktif merupakan daya yang diserap oleh beban induktif (XL) yang dihasilkan oleh
beban kapasitif (XC). Daya semu merupakan daya yang belum diserap oleh beban.

Gambar 2. Segitiga Daya

Dari segitiga daya didapat rumus untuk masing – masing daya adalah sebagai berikut:

Daya aktif : P = V.I Cos φ (P dalam Watt, disebut daya aktif)

Daya reaktif : Q = V.I Sin φ (Q dalam VAR, disebut daya reaktif)

Daya semu : S = V.I (S dalam VA, disebut daya semu)

Beasr kecil sudut yang terbentuk (dalam segitiga daya) antara daya semu dan daya aktif
dilambangkan dengan φ (phi), dimana cos dari phi tersebut merupakan faktor daya. Besarnya
faktor daya ini merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.

dimana:

P = daya aktif (Watt)


S = daya semu (VA)

2
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM

1. Modul pengukuran besaran listrik 1 fasa


2. Alat ukur listrik digital (Clamp/Clamp meter).
3. Slide Voltage Regulator (SVR)
4. Lampu pijar
5. Lampu led
6. Lampu TL ballast induktif
7. Lampu TL ballas elektronik
8. Kabel penghubung/jumper

IV. LANGKAH PRAKTIKUM


DIAGRAM PENGKABELAN

PENGKABELAN PANEL MODUL (BELAKANG)

N N N

L N

I in I out L N

I in I out

WATTMETER AMPEREMETER VOLTMETER


INPUT
N L

N L
BEBAN

L N L N L N

I in I out I in I out I in I out

POWER VAR METER PF METER


ANALYZER

N N N

3
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MEJA TERA PENGUKURAN


BESARAN LISTRIK

SIMULATOR PENGUKURAN DAYA 1 FASA LAMPU 9

LAMPU 10

LAMPU 11
VOLT AMPERE WATT

LAMPU 12

LAMPU 13

ON OFF

ON OFF
PF VAR
ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

Gambar 3
Rangkaian pengukuran besaran listrik sistem satu fasa.
PROSEDUR
1. Siapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan, seperti alat ukur, Slide Voltage Regulator
serta beban lampu yang dibutuhkan.
2. Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera pada modul
yang digunakan
3. Rangkai papan modul sesuai dengan diagram pengkabelan yang diberikan
4. Pastikan bahwa penunjukan alat ukur yang akan digunakan sama dengan nol. Lalu
siapkan Tabel yang telah diberikan untuk mengisi data-data hasil pengukuran.
5. Pasang beban sesuai yang diminta pada tabel pengukuran
6. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi on, kemudian ukur semua
parameter yang ditanyakan sesuai tabel
7. Untuk pengukuran energi, atur tegangan SVR ke 200 V. Catat energi yang terbaca pada
KWh Meter dan masukkan ke tabel.
8. Ulangi prosedur 1-7 untuk setiap jenis tabel/pengukuran
9. Setelah percobaan selesai, rapikan kembali seluruh peralatan

4
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TABEL 1

Lampu Pijar : 100 W

BESARAN
BEBAN LAMPU PIJAR KETERANGAN
LISTRIK

TEGANGAN
SUMBER (V) 180 190 200 210 220

ARUS (A)

DAYA AKTIF
(W)

DAYA
REAKTIF
(VAR)

FAKTOR
DAYA

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5

ENERGI PADA
TEGANGAN
220 V (Wh)

5
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TABEL 2

Lampu Ballast Elektronik: 144 W

BESARAN
BEBAN LAMPU PIJAR KETERANGAN
LISTRIK

TEGANGAN
SUMBER (V) 180 190 200 210 220

ARUS (A)

DAYA AKTIF
(W)

DAYA
REAKTIF
(VAR)

FAKTOR
DAYA

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5

ENERGI PADA
TEGANGAN
220 V (Wh)

6
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

V. TUGAS AKHIR
Analisa harus memuat penjelasan dari pertanyaan dibawah ini!

1. Jelaskan grafik perubahan besaran listrik dari tiap jenis beban yang anda amati,
bandingkan hasilnya dengan pengukuran secara teoritis dan cari galat/error
pengukurannya!
2. Jelaskan hal apa saja yang menyebabkan galat pengukuran!
3. Beban jenis mana yang mengkonsumsi daya reaktif terbesar? Jelaskan!
4. Beban jenis mana yang memberi faktor daya paling besar ? jelaskan!
5. Mengapa pada lampu pijar masih mengkonsumsi daya reaktif ?
6. Beban mana yang mengkonsumsi daya reaktif paling besar, mengapa terjadi demikian?
7. Jelaskan grafik perubahan/konsumsi energi listrik untuk tiap pengukuran!

7
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL II

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA FASA-EMPAT


KAWAT

I. TUJUAN
1. Memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya dan faktor daya pada
sistem 3 fasa - 4 kawat
2. Mampu menganalisa hasil pengukuran besaran listrik pada beban linear dan nonlinear di
sistem 3 fasa 4 kawat
3. Memahami fenomena ketidakseimbangan beban dan besaran-besaran listrik pada tiap beban terkait
fenomena tersebut

II. TEORI
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan
dan diserap oleh beban semuanya seimbang, Ppembangkitan = Ppemakain, dan juga pada tegangan
yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai
magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya mempunyai beda
fase sebesar 120° listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan dapat
dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ, D).

Hubungan Bintang (Y, wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu
dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a
– b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap
terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan “fase” atau Vf.

8
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 1. Hubungan Y

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan
magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).

Vline 220 v = 220𝑣√3= 380 v

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang sama,
ILine = Ifase

Ia = Ib = Ic

Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga


membentuk hubungan segitiga 3 fase.

9
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 2. Hubungan Delta

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fase,
karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfase

Nilai efektif dari setiap arus bolak-balik sama dengan nilai dari arus searah yang
mengalir melalui tahanan R yang sama. Daya yang diberikan oleh arus searah terhadap
tahanan R adalah sama dengan daya yang diberikan oleh arus bolak-balik. Arus bolak-
balik yang diberikan terhadap tahanan R memiliki daya sesaat sebesar i2R. Kemudian
suatu arus searah mengalir melalui tahanan R yang sama dan menjaga agar arus searah
dan memperoleh harga daya yang sama dengan rata-rata arus bolak-balik. Besar arus
searah tersebut adalah arus efektif dari arus bolak-balik. Faktor √2 merupakan faktor
perbandingan harga maksimum dari arus periodik dengan nilai efektifnya dan hanya
dipakai jika fungsi periodik tersebut berupa sinusoidal.

Untuk sumber arus bolak-balik daya yang berubah terhadap waktu atau daya sesaat
merupakan perkalian antara tegangan dan arus.

S(t) = V(t) . I(t)

Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif terhadap daya


kompleks. Dapat dinyatakan dengan :
𝑃
Cosφ = 𝑆

10
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Untuk pembebanan resistif murni, faktor dayanya adalah 1, untuk induktif murni dan
kapasitif murni faktor dayanya adalah 0. Beban kapasitif memiliki faktor daya leading,
dan beban induktif memiliki faktor daya lagging.

Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu dikenal dengan istilah segitiga
daya. Berikut gambar segitiga daya

Gambar 3. Segitiga daya

Dimana :

S = √3 V.I (S dalam VA, disebut daya semu)

P = √3 V.I Cos φ (P dalam Watt, disebut daya aktif)

Q =√3 V.I Sin φ (Q dalam VAR, disebut daya reaktif)

Rumus mencari Kesalahan Relatif:


𝐼 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛−𝐼 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
KR =│ 𝐼 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
│x 100%

Impedansi Z dalam hal ini dapat terdiri dari berbagai jenis beban resistif, induktif,
kapasitif ataupun kombinasi dari ketiga jenis beban sehingga sebuah impedansi Z yang
memiliki karakteristik gabungan dari karakteristik berbagai jenis beban yang
menyusunnya.

Yang dimaksud dengan karakteristik beban adalah jenis daya yang diserapnya, sifat
arus dan tegangannya yang bila digabungkan dengan jenis beban yang berbeda dapat
terbentuk karakteristik yang lebih baik maupun lebih buruk (jika dilihat dari sudut pandang
yang berbeda-beda).

11
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Perbedaan jenis-jenis daya pada rangkaian ac ini disebabkan oleh karena perbedaan
sifat impedansi komponen induktif dan kapasitif. Pada rangkaian AC, Pada pengukuran
daya, ada juga yang dikenal dengan faktor daya, yaitu perbandingan antara daya aktif
(Watt) dengan daya semu (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu.

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi
dan penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah pada beban-beban satu fasa pada
pelanggan jaringan tegangan rendah.

Alat ukur adalah alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan / mengetahui hasil
perbandingan antara suatu besaran / ukuran yang ingin diketahui dengan standar yang
dipakai. Fungsi penting dari alat ukur baik alat ukur listrik maupun mekanik adalah untuk
mengetahui nilai yang telah ditentukan sebagai batasan baik atau tidaknya peralatan /
jaringan akan dioperasikan. Alat ukur terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Alat ukur analog

Alat yang menggunakan penyimpangan jarum untuk membaca hasil pengukurannya.

b. Alat ukur digital

Alat yang menggunakan angka desimal untuk membaca hasil pengukurannya

c. Alat Ukur Clamp

Alat Yang menggunakan Penjepit/clamp untuk mendapat kan hasil dalam pengukuran

Gambar 4. Voltmeter ( Alat ukur analog)

12
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 5. Multimeter (Alat ukur digital)

Gambar 6. Clampmeter (Alat ukut penjepit)

Pengukuran besaran-besaran listrik pada sistem tiga-empat kawat dilakukan dengan


menggunakan alat ukur clampmeter yang memunyai kemampuan-kemampuan seperti
berikut :

1. Dapat mengukur daya aktif (W), daya semu (VA), daya reaktif (VAR), daya reaktif per
jam (KWHr), dan pengukuran faktor daya, serta menampilkan gelombang yang
terdistorsi.
2. Pengukuran arus AC dan DC hingga 2000 Ampere.
3. TRMS, puncak, faktor puncak, Total Harmonic Distortion (THD), DF, dan frekuensi
pada arus dan tegangan.

13
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

4. Layar backlit yang besar untuk mode osiloskop, bentuk grafik dan layar banyak
parameter.
5. Internal dan database PC dapat mencatat sampai 5 parameter selama 24 jam untuk
mengidentifikasi kesalahan sementara waktu.
6. 8 layar menyimpan memori dan merekam tanda waktu min, max, rata-rata.
7. Built pada 3 fasa daya mampu untuk beban yang seimbang.
8. IEC1010 Cat IV untuk meningkatkan keamanan pada wilayah tegangan yang berbahaya.
9. Ditingkatkan bentuk EMC untuk aplikasi elektronika daya.
10. Analisa timbulnya harmonik dan gambar grafik palang.
11. Penyimpanan secara bersama harmonik, RMS, dan nilai THD dengan menggunakan
perangkat lunak PC Winlog.
12. Pengukur dari riak DC.
13. Penyimpan yang baik untuk secara serempak mengidentifikasikan/menangkap seluruh
harmonik dan bentuk gelombang yang dikumpulkan.
14. Dapat memberikan memori untuk penyimpanan data sampai 10000 huruf/pembacaan
(AN2050-5000 huruf/pembacaan).
Diagram pengawatan untuk pengukuran arus dan tegangan pada sistem tiga fasa-empat
kawat dengan beban seimbang dapat dilihat pada gambar berikut.

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM


1. Alat ukur listrik digital Clampmeter.
2. 3 buah lampu pijar
3. 3 buah lampu TL ballast magnetic
4. 3 buah lampu TL ballast elektronik
5. Kabel penghubung/jumper

14
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

IV. LANGKAH PRAKTIKUM


1. Pengukuran Besaran-besaran Listrik pada Sistem Tiga fasa-empat kawat dengan
Beban Seimbang
DIAGRAM PENGKABELAN

L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
T L12

N
I II L13

Gambar 7
Rangkaian pengukuran besaran listrik fasa tiga beban seimbang.

L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12

N
I II L13

Gambar 8
Contoh pengkabelan paralel beban L1 dan L2

15
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 9
Diagram Pengkabelan Motor 3 Fasa

1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera
pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan sesuai
tabel.
3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel pengamatan.
Misalkan untuk pengukuran dengan beban lampu pijar daya 100 watt, siapkan 3 buah
bohlam lalu pasang ke 3 fitting lampu bohlam pada meja tera.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan dengan masing-
masing terminal beban yang sesuai. Untuk kabel netral, hubungkan terminal beban yang
terpakai saja dengan terminal netral sumber tegangan.
5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin diparalelkan,
lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang terparalel dengan fasa sumber
tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau terhubung singkat.

16
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

7. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan pengukuran
parameter yang diminta.
8. Untuk pengukuran tegangan, ubah tuas power analyzer/ clamp meter ke mode tegangan
lalu pasang probe pengukuran pada terminal beban.
9. Untuk pengukuran arus dan sudut fasa, ubah tuas pengatur pada power analyzer sesuai
dengan parameter yang ingin diukur, kemudian masukkan kabel yang ingin diukur
arusnya ke capit clamp meter. Dan untuk pengukuran daya, pasang kedua probe
pengukur tegangan ke terminal beban yang diukur kemudian pasang kabel ke capit clamp
meter/power analyzer.
10. Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban

2. Pengukuran Besaran-besaran Listrik pada Sistem Tiga fasa-empat kawat dengan


Beban Tak Seimbang
1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera
pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan sesuai
tabel.
3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel pengamatan.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan dengan masing-
masing terminal beban yang sesuai.
5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin diparalelkan,
lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang terparalel dengan fasa sumber
tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau terhubung singkat.
7. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan pengukuran
parameter yang diminta.
8. Untuk pengukuran tegangan, ubah tuas power analyzer/ clamp meter ke mode tegangan
lalu pasang probe pengukuran pada terminal beban.
9. Untuk pengukuran arus dan sudut fasa, ubah tuas pengatur pada power analyzer sesuai
dengan parameter yang ingin diukur, kemudian masukkan kabel yang ingin diukur
arusnya ke capit clamp meter. Dan untuk pengukuran daya, pasang kedua probe

17
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

pengukur tegangan ke terminal beban yang diukur kemudian pasang kabel ke capit
clamp meter/power analyzer.
10. Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban

3. Pengukuran Besaran-besaran Listrik pada Sistem Tiga fasa-empat kawat dengan


Motor 3 Fasa

1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera pada
modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan sesuai
tabel.
3. Tarik tuas MCB yang terhubung dengan sumber ke posisi ON.
4. Tarik tuas MCB pada kWh meter ke posisi ON.
5. Tarik tuas MCB yang terhubung dengan Motor ke posisi ON.
6. Pasang clamp pada PQM ke masing- masing kabel fasa dengan arah panah pada clamp
dari sumber menuju beban. Pasang probe magnetic pada PQM ke masing- masing baut
bertegangan Pada MCB yang terhubung dengan Motor.
7. Untuk pengambilan data dapat menyalakan PQM, lalu dapat memilih opsi- opsi yang
ada pada layar sentuh PQM, baik table pengukuan, bentuk gelombang, dan
keseimbangan beban.

18
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TABEL 1. BEBAN SEIMBANG

LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED Motor 3 Fasa: W

L1 : W L2 : W L3 : W L1 : W L2 : W L3 : W

DAYA
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
R S T R S T R S T
KVA
KW
KVAR
PF
ARUS
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
R S T N R S T N R S T N
A RMS
TEGANGAN
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
VRN VSN VTN VRN VSN VTN VRN VSN VTN
V RMS

19
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

TABEL 2. BEBAN TAK SEIMBANG

LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED Motor 3 Fasa : W

L1 : W L2 : W L3 : W L1 : W L2 : W L3 : W

DAYA
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
R S T R S T R S T
KVA
KW
KVAR
PF
ARUS
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
R S T N R S T N R S T N
A RMS
TEGANGAN
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
VRN VSN VTN VRN VSN VTN VRN VSN VTN
V RMS

20
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

V. TUGAS AKHIR
1. Bandingkan hasil pengukuran secara teori dan pengukuran/praktek untuk beban
seimbang 3 fasa menggunakan lampu bohlam, kemudian cari galat/error nya!

2. Bandingkan hasil pengukuran secara teori dan pengukuran/praktek untuk beban tak
seimbang 3 fasa menggunakan lampu bohlam, kemudian cari galat/error nya!

3. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi adanya arus di penghantar netral pada beban
seimbang maupun beban tak seimbang?

4. Bandingkan arus netral dari masing-masing pengujian di sistem beban tidak seimbang
pada setiap jenis beban yang diujikan, jelaskan mengapa terjadi perbedaan!

21
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL III

PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG TEGANGAN DAN ARUS


PADA BEBAN LINIER DAN NON LINIER

I. TUJUAN
1. Mengukur nilai Total Harmonic Distortions (THD) arus pada system yang mengandung
arus harmonic dengan menggunakan alat ukur digital (Clampmeter) pada beban yang linier
(lampu pijar) dan non linier (ballast elektronik/magnetic).
2. Mengetahui dan memahami pengaruh arus harmonic pada system distribusi tenaga listrik
fasa tiga-empat kawat.
3. Melakukan perbandingan percobaan dengan beban yang linier (lampu pijar) dan non linier
(ballast electronic/magnetic).
4. Mengetahui bentuk kurva arus dan spectrum harmonic arus dan beban non linier dan beban
linier.

II. TEORI
Dalam matematika, Deret Fourier merupakan penguraian fungsi periodik menjadi
jumlahan fungsi-fungsi berosilasi, yaitu fungsi sinus dan kosinus, ataupun eksponensial
kompleks.

Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada peralatan elektronik yang menyebabkan
terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya, harmonik adalah gejala
pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian
bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul
pada bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut
angka urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz,
maka harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonik
ketiga adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan seterusnya. Gelombang-
gelombang ini kemudian menumpang pada gelombang murni/aslinya sehingga terbentuk
gelombang cacad yang merupakan jumlah antara gelombang murni sesaat dengan gelombang

22
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

hormoniknya. Hubungan antara frekuensi harmonik dan fundamental dapat ditulis sebagai
berikut:

𝑓ℎ = 𝑛𝑓𝑖 ….(1)

Dengan 𝑓ℎ adalah frekuensi harmonic, n adalah kelipatan gelombang (bilangan bulat),


dan 𝑓𝑖 adalah frekuensi fundamental. Gelombang harmonik ini akan menumpang pada
gelombang fundamental sehingga akan terbentuk gelombang yang terdistorsi. Ini dikarenakan
efek penjumlahan dari gelombang harmonisa dengan gelombang fundamentalnya.
Gelombang harmonisa ini dapat dijabarkan pada deret Fourier berikut ini:
𝑎0
𝑓(𝑡) = + ∑∞
ℎ+1{𝑎ℎ cos(ℎ𝜔0 𝑡) + 𝑏ℎ sin(ℎ𝜔0 𝑡)}….(2)
2

dengan :

1 𝑇
𝑎0 = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡…. (3)
𝑇 0

2 𝑇
𝑎ℎ = ∫ 𝑓(𝑡) cos(ℎ𝜔𝑡) 𝑑𝑡….(4)
𝑇 0

2 𝑇
𝑏ℎ = ∫ 𝑓(𝑡) sin(ℎ𝜔𝑡) 𝑑𝑡….(5)
𝑇 0

𝑎0 adalah komponen DC, sedangkan 𝑎ℎ dan 𝑏ℎ adalah komponen AC.

Peran harmonisa pada sistem tenaga listrik cukup besar, terutama pada alat-alat yang
terdapat pada sistem tenaga. Harmonisa akan menimbulkan beberapa dampak seperti panas
berlebih pada beberapa alat seperti generator dan transformator karena kecenderungan
harmonisa mengalir ke tempat dengan impedansi yang lebih rendah. Beberapa dampak lain
akan dijelaskan pada artikel ini. Parameter besarnya harmonisa dinyatakan dalam Total
Harmonic Distortion (THD) yang dapat ditulis sebagai:
Untuk tegangan,

√𝑉22 + 𝑉32 +𝑉42 +⋯+𝑉𝑛2


𝑇𝐻𝐷𝑉 = ….(6)
𝑉1

23
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Untuk arus,

√𝐼22 + 𝐼32 +𝐼42 +⋯+𝐼𝑛2


𝑇𝐻𝐷𝐼 = ….(7)
𝐼1

Berdasarkan kesepakatan yang disepakati dunia internasional, THD yang diterima adalah
apabila bernilai dibawah 5% dari tegangan atau arus fundamentalnya.Apabila diatas batas
tersebut maka alat elektronik tersebut tidak boleh digunakan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik pada sistem
distribusi antara lain:

1. Memperbesar Kawat Netral

Setiap sistem distribusi biasanya memakai sistem 3 phase empat kawat, yaitu 3 kawat untuk
ketiga phase dan 1 kawat lagi untuk netral. Apabila beban yang dipasok non linier sehingga
pengaruh harmonik lebih dominan maka untuk mengatasi panas lebih pada kawat netral akibat
pengaruh harmonik sebaiknya ukuran kawat netral diperbesar dari ukuran standarnya. Begitu
juga pada panel-panel listrik disarankan kawat netral untuk sistem pentanahannya diperbesar
dari ukuran standarnya.

2. Menurunkan Kapasitas Transformator

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik pada sistem
distribusi adalah dengan mengurangi kapasitas suplai daya transformator (derating
fransformator). Dalam menentukan besarnya pengurangan kapasitas transformator ada
metode sederhana yang dapat dipergunakan yaitu dengan memakai persamaan sebagai
berikut:

KVA baru = THDF x KVA pengenal ..................persamaan (1)

di mana THDF adalah Transformator Harmonic Derating Factor,

THDF = [1,414 x (arus phase rms) / (arus puncak phase sesaat)] x 100%
= [(1,414 x 1/3 x (Ir + Is + It)rms / 1/3 x (Ir + Is + It)puncak] x 100%

24
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Ada tiga macam urutan fasa serta urutan harmonisa yaitu :

1. Urutan fasa positif, urutan fasanya adalah R-S-T yang antar fasanya terpisah 1200. Orde
harmonisanya adalah n = 1, 7, 13, ….
2. Urutan fasa negatif, urutan fasanya adalah R-T-S yang antar fasanya terpisah 1200. Orde
harmonisanya adalah n = 5, 11, 17, …
3. Urutan nol yang mempunyai beda fasa sama dengan nol (sefasa). Orde harmonisanya
adalah n = 3, 9, 15, ….

Terdapat dua jenis beban pada sistem ketenagalistirikan.Beban tersebut terdiri dari beban
linier dan beban non linier.Beban disebut linier jika nilai arus berbanding secara linier dengan
tegangan beban. Berarti bentuk gelombang arus akan sama dengan bentuk gelombang
tegangan.
Beban disebut sebagai beban non linier jika bentuk gelombang arus tidak sama dengan
bentuk gelombang tegangan (mengalami distorsi). Arus yang ditarik beban non linier tidak
sinusoidal tetapi periodic.Bentuk gelombang tidak periodic tersebut dapat diuraikan
berdasarkan komponen fundamental dan komponen harmonic.Beban non linier tersebut
misalnya semi konduktor yang digunakan sebagai switching device.Beban non linier inilah
yang berperan sebagai sumber harmonisa pada sistem ketenagalistrikan.
Dalam sistem tenaga listrik sumber beban non linier antara lain berasal dari converter statis,
magnetisasi transformator yang tidak linier, putaran mesin arus AC, bangku kapasitor dan
lainnya.

PENGARUH HARMONISA PADA SISTEM TENAGA

Sistem Proteksi
Pada peralatan sistem proteksi, harmonisa dapat menyebabkan:

1. Penurunan rating (derating) akibat pemanasan yang terjadi.


2. Menyebabkan peningkatan pemanasan dan rugi-rugi pada switchgear, sehingga
mengurangi kemampuan mengalirkan arus dan mempersingkat umur beberapa komponen
isolator.

25
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

3. Timbulnya getaran mekanis pada panel listrik yang merupakan getaran resonansi mekanis
akibat harmonisa arus frekuensi tinggi.
4. Harmonisa dapat menimbulkan tambahan torsi pada kWh-meter jenis elektromekanis yang
menggunakan piringan induksi berputar, akibatnya putaran piringan akan lebih cepat atau
terjadi kesalahan ukur pada kWh-meter karena piringan induksi tersebut dirancang hanya
untuk beroperasi pada frekuensi dasar.
5. Triple harmonisa pada kawat netral dapat memberikan induksi harmonisa yang
mengganggu sistem telekomunikasi.
6. Pemutus beban dapat bekerja di bawah arus pengenalnya atau mungkin tidak bekerja pada
arus pengenal.
7. Untuk sistem tenaga, arus pada kawat netral membesar (terutama akibat munculnya
kelipatan harmonisa ke-3) serta tegangan sentuh peralatan membesar dan berbahaya bagi
operator.
Motor Listrik
Harmonisa arus atau tegangan menyebabkan peningkatan rugi-rugi pada belitan stator,
rangkaian rotor, serta laminasi stator dan rotor sehingga efisiensi mesin menurun. Akibat efek
kulit dan arus eddy, rugi-rugi ini lebih besar dibandingkan rugi-rugi yang disebabkan arus DC.
Medan bocor pada stator dan rotor juga menyebabkan rugi-rugi tambahan. Pada mesin induksi
dan mesin sinkron, rugi-rugi panas tambahan paling banyak dibangkitkan pada rotor karena
urutan polaritas harmonisa yang dihasilkan oleh motor khususnya motor induksi, polaritasnya
dapat bernilai positif atau negatif. Dari perubahan urutan polaritas harmonisa yakni harmonisa
ke-5 urutan polaritasnya negatif (-), sedangkan harmonisa ke-7 urutan polaritasnya positif (+),
akan memiliki dampak sendiri-sendiri.

Bila motor menghasilkan harmonisa dengan urutan polaritas negatif, maka pada sistem
distribusi akan menimbulkan medan magnet putar dengan arah maju (forward). Sedangkan
untuk polaritas harmonisa negatif akan menimbulkan medan magnet putar dengan arah
mundur (reverse). Urutan polaritas positif dan negatif harmonisa inilah yang menyebabkan
motor menjadi panas. Sehingga kemampuan mesin akan menurun akibat pemanasan berlebih
karena harmonisa, selain itu umur mesin juga akan menurun. Sedangkan pada arus harmonisa
urutan polaritas nol tidak akan menimbulkan masalah pada motor itu sendiri, melainkan akan

26
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

menimbulkan masalah pada sistem 3 fasa 4 kawat. Yaitu akan menimbulkan penambahan arus
pada kawat netral, biasanya terjadi pada transformator hubungan wye. Penambahan arus pada
kawat netral ini akan menyebabkan kawat netral menjadi panas, karena kawat netral tidak
memiliki pengaman seperti pemutus arus untuk proteksi tegangan atau arus lebih. Selain itu,
polaritas harmonisa urutan nol ini menyebabkan terjadinya interferensi pada kabel saluran
telekomunikasi. Frekuensi harmonisa yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya akan
mengakibatkan penurunan efisiensi atau terjadinya kerugian daya.

Transformator
Pada transformator daya, arus urutan nol yang bersirkulasi pada belitan delta dapat
menyebabkan arus yang besar dan pemanasan berlebih.Untuk mengatasipemanasan berlebih
akibat harmonisa, seringkali kapasitas daya transformator diperbesar untuk memperbesar
kapasitas pendinginan.Tetapi konduktor yang lebih besar menyebabkan pemanasan yang lebih
besar juga, yang diakibatkan harmonisa frekuensi tinggi.Selain itu, memperbesar kapasitas
transformator berarti memperbesar arus harmonisa yang mungkin mengalir dalam
sistem.Penurunan efisiensi transformator akibat harmonisa dapat mencapai sekitar 6%.Pada
sisi transformator dampak yang bisa diketahui adalah transformator mengalami kenaikan
suhu. Naiknya suhu transformator akan menyebabkan:

1. Penambahan rugi-rugi daya akan mengurangi kapasitas pembebanan transformator. Misal:


pada transformator 750 kVA, dengan 10% rugi arus eddy dan rugi arus harmonisa akan
bekerja hanya pada 77,5%-nya atau menjadi 578 KVA.
2. Mengurangi kemampuan arus maksimum.
3. Mengurangi umur transformator.

Dampak Harmonisa pada Peralatan


Distorsi harmonisa bisa menebabkan terjaadinya voltage zero crossing, yang beakibat pada
kesalahan operasi bila digunakan untuk sinkronisasi kontrol. Komputer dan sejenisnya
membutuhkan sumber AC yang bila megandung harmonisa THD (Total Harmonic
Distortion) tegangannya tidak boleh lebih dari 5%, dan untuk masing-masing harmonisa tidak
boleh lebih dari 3% gelombanng dasar (50 Hz).

27
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Rugi-rugi pada Konduktor Kabel dan Kawat Transmisi


Apabila system mengalami resonansi, tegangan pada sistem dapat mengalami peningkatan.
Akibatnya, kabel dan isolator lainnya akan mengalami stres tegangan berlebih dan korona,
yang dapat menyebabakan kegagalan pada isolasi listrik atau mempercepat penuaan (aging).
Dari segi pengukuran harmonisa mengakibatkan kesalahan pengukuran dari alat-alat ukur
tergantung pada konstruksi dari alat ukur tersebut.Alat ukur yang bekerja berdasarkan induksi
(induction disk), seperti watt-hour meters, dirancang dan dikalibrasi untuk gelombang sinus.
Harmonisa membangkitkan tambahan kopel atau torque electromagnetic pada disk, sehingga
hasil pengukurannya lebih tinggi.

Generator Sinkron
Dampak arus harmonisa pada generator sinkron yang disebabkan oleh penggangguan beba-
beban non-linear adalah sebagai berikut:

1. Beban non-linear akan menyebabkan rugi-rugi tambahan pada generator sinkron


2. Rugi-rugi tambahan akibat beban non-linear disebabkan oleh rugi-rugi arus urutan nol
dan rugi-rugi arus urutan negative
3. Dalam system pembangkitan energy listrik sendiri yang umumnya menggunakan
konfigurasi tiga-fasa empat-kawat, kontribusi rugi-rugi tambahan akibat arus urutan nol
lebih besar dibandingkan rugi-rugi tambahan akibat oleh arus urutan negative

Suatu sistem tenaga listrik dipemgaruhi banyak factor, salah satunya adalah harmonisa.
Adanya harmonisa pada sistem tenaga listrik akanmenyebabkan timbulnya rugi-rugi pada
konduktor kabel dan kawat transmisi, generator sinkron, transformator, sistem proteksi, dan
motor listrik. Sehingga harmonisa harus diredam dalam sistem tenaga. Cara untuk meredam
harmonisa adalah dengan pemasangan filter kapasitif atau induktif, converter, dan trafo isolasi
hubungan Δ-Y pada sistem.

28
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM


1. Alat ukur listrik digital (Clampmeter).
2. Beban lampu pijar, lampu led, lampu
fluorescent ballast magnetic dan elektronik (lampu hemat energy)
3. Kabel penghubung/jumper.
IV. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.
2. Buat rangkaian pada gambar 6 untuk mengukur besaran-besaran listrik yang diperlukan pada
pengukuran THD, dengan beban lampu fluorescent (ballast elektronik/magnetic)
3. Siapkan alat ukur digital Clampmeter.

L9

L10
R

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12

N
I II L13

Gambar 1. Rangkaian pengukuran harmonisa beserta gelombang dan spektrumnya

4. Ukurlah seluruh besaran-besaran nilai THD dan besaran lainnya sesuai tabel 5 pada tiap
orde harmonic hingga orde harmonic ke 25 (seluruh prosedur pengukuran besaran listrik,
tanyakan pada asisten)
5. Setelah langkah 1-4 selesai. Percobaan dilanjutkan dengan menggunakan lampu pijar
25/40/60/100 W sebagai beban linier.
6. Masukan gambar kurva arus beserta spectrum harmonic arus baik beban non linier
maupun beban linier pada tiap fasanya termasuk netral kedalam computer, (untuk
prosedurnya tanyakan kembali kepada assisten).

29
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Pengukuran THD Lampu Pijar (100 W)

Komponen Frekuensi THD


V RMS I RMS DF
Harmonik (Hz) (%)
DC
Fundamental
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

30
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Tabel 2. Pengukuran THD Lampu TL Ballast Elektronik


Komponen Frekuensi THD
V RMS I RMS DF
Harmonik (Hz) (%)
DC
Fundamental
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

31
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Tabel 3. Pengukuran THD Motor 3 Fasa


Komponen Frekuensi THD
V RMS I RMS DF
Harmonik (Hz) (%)
DC
Fundamental
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

32
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

V. TUGAS AKHIR
Analisa harus memuat jawaban pertanyaan dibawah ini

1. Jelaskan spektrum harmonik yang didapatkan pada masing-masing pengukuran!

2. Jelaskan tentang distorsion factor dan jelaskan mengapa besarnya berbeda-beda untuk tiap-
tiap pengukuran

3. Bandingkan besaran harmonic dari pengukuran pada tiap jenis beban!

4. Beban mana yang memiliki THD dan DF terbesar? Jelaskan mengapa demikian!

33
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL IV

PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN

I. TUJUAN
1. Memahami prosedur penggunaan alat “Digital Earth Resistance Tester” terhadap
besaran-besaran yang akan diukur.
2. Memahami prinsip pengukuran tegangan pembumian
3. Mengukur besarnya nilai tegangan pembumian dan tahanan elektroda pembumian.
II. TEORI

Tahanan pembumian merupakan tahanan dari suatu sistem pentanahan yang bertujuan
untuk mengalirkan arus petir ke tanah agar tidak terjadi kerugian akibat adanya sambaran
petir. Pembumian adalah suatu sistem pengaman terhadap makhluk hidup maupun
peralatan peralatan listrik dari arus gangguan.

Pada dasarnya tujuan desain pembumian yang baik mempunyai dua tujuan :

a. Memberikan sarana bagi tersalurkannya arus listrik kedalam bumi pada kondisi
normal dan kondisi gangguan tanpa melebihi operasi dan batas bekerjanya peralatan
atau mempengaruhi kontinulitas layanan.
b. Menjamin jika ada orang disekitar instalasi yang dihubungkan dengan sistem
pembumian tidak terkena kejut listrik kritis yang berbahaya (tegangan langkah dan
tegangan sentuh).

Alat ukur yang digunakan dalam praktikum ini adalah Digital Earth Resistance Tester.
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding, Besarnya tahanan
tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan pentanahan dalam sistem
pengaman.Untuk mengetahui besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat ukur
dengan penampil analog. Hasil pengukuran secara analog sering terjadi kesalahan dalam
pembacaan hasil pengukurannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,maka
dirancanglah suatu alat ukur tahanan tanah digital yang memiliki kemudahan dalam
pembacaan nilai tahanan yang diukur. Alat ukur ini penampilnya menggunakan digital
pada segmen-segmen, sehingga dengan mudah menyimpan data-data yang terukur.

34
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 1. Bagian – Bagian Alat Ukur Digital Earth Resistance Tester

1. Layar LCD 5. Saklar Pemilih Jangkauan


2. Tanda Penggantian Baterai 6. Terminal Pengukur
(Simbol Baterai Lemah) 7. Kabel Uji
3. Indikasi LED 8. Pasak Bumi Tambahan
dengan Pengukuran (Hijau) 9. Probe Pengukuran Sederhana
4. Tombol Tekan Untuk 10. Capit Buaya
Menguji 11. Batang Uji

35
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

*1 Pembatas adalah sebuah bagian yang meningkatkan perlindungan dari sengatan


listrik dan memastikan udara dan jarak rambat yang dibutuhkan.

Gambar 2. Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga
batang elektroda

Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang elektroda yang
ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P (Potensial) dan elektroda C (Current).
Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana
tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur tahanan tanah ini terdiri dari beberapa
blok diagram rangkaian, antara lain rangkaian osilator,rangkaian tegangan input, rangkaian
arus input, mikrokontroler dan rangkaian penampil. Sebelum hasil pengukuran di
tampilkan ke LCD, data diolah dirangkaian mikrokontroler. Keuntungan dengan
manggunakan mikrokontroler ini yaitu keluaran dari rangkaian input ini debelum masuk
ke LCD bisa diatur. Sehingga, perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini dapat
mengukur tahanan tanah dengan teliti dan akurat. Hasil pengukuran tahanan tanah juga
bergantung pada kondisi tanah itu sendiri. Pengukuran tahanan tanah dilakukan dengan
membandingkan alat ukur rakitan dengan alat ukur yang sudah ada dengan merek Kyoritsu
Earth Tester Digital.

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM

• Digital Earth Resistance Tester 1 unit


• Elektroda Pembumian 2 buah
• Roll meter 1 buah
• Kabel Penghubung
• Pasak Bantu 2 buah

36
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

IV. LANGKAH PRAKTIKUM

1. Persiapan untuk pengukuran


1.1. Cek tegangan batery
Masukkan saklar ke posisi on, jika layar display tidak menampilkan simbol low
battery, maka tegangan battery cukup. Tetapi jika layar display kosong sama sekali
atau simbol terindikasi, ganti battery atas persetujuan dan pengawasan asisten
praktikum.
1.2. Memasang Test Probe
Masukkan ujung tusuk ( plug ) probe hati-hati ke terminal-terminal alat. Hubungan
yang kendor dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak akurat.

2. Instruksi-instruksi pengoperasian
2.1. Pengukuran ( dengan Test Probe M-7095 )
2.1.1. Tancapkan pasak (spike) pembunian Bantu P dan C ke dalam tanah yang dalam.
Hubungan kabel hijau ke elektroda pembumian yang dites, kabel kuning ke pasak
pembumian bantu P dan kabel merah ke pasak pembumian bantu C.
Cat :
• Beri air jika ditancapkan ke dalam bagian tanah yang kering, berbatu atau
berpasir.
• Jika tempat menancapkan pasak serupa, maka baringkan pasak itu dan basahi
dengan air atau ditutup dengan kain basah

Gambar 3. Pemasangan alat ukur resistansi pembumian

37
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

2.1.2. Pengukuran Tegangan Pembumian


Atur skala ke posisi EARTH VOLTAGE pada kondisi 2.1.1. Tegangan
pembumian akan diindikasikan pada display. Pastikan bahwa tegangannya 10
V atau lebih kecil.
Saat display menunjukkan lebih dari 3 V, dapat menyebabkan hasil pengukuran
dan kesalahan yang sangat besar ( excessive errors ). Untuk menghindari ini,
lakukan pengukuran setelah mengurangi tegangannya dengan cara mematikan
power supply dari peralatan yang sedang di tes dsb.
2.1.3. Pengukuran
Atur saklar bulat ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes.LED tetap diterangi
selama pengujian.Putar saklar bulat ke 200 Ω dan 20 Ω saat tahanan pembumian
bernilai kecil.Nilai yang ditunjukkan adalah tahanan pembumian dari elektroda
pembumian yang sedang dites.
Cat :

- Bila tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu C terlalu tinggi untuk
membuat pengukuran, display-nya membaca “. . .”. Cek kembali hubungan
dari kabel tes dan tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu.
Perhatian :
Hindarkan kabel penghubung perbelitan satu sama lain karena dapat
mempengaruhi pengukuran karena induksi.

2.2. Pengukuran disederhanakan ( dengan Test Probe M-7127 )


Gunakan metode ini disaat pasak Bantu pembumian tidak bisa ditancapkan.Pada metode
ini, elektroda pembumian dengan tahanan pembumian yang rendah seperti pipa air logam,
atau sebuah terminal pembumian dari sebuah gedung, dapat digunakan dengan metode
dua terminal.( two-terminal method ; E, P ).

38
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 4. Konfigurasi pemasangan alat ukur resistansi pembumian yang


disederhanakan
Bahaya :
▪ Harap dipastikan untuk gunakan detektor tegangan untuk mengecek tanah keadaan sekitar
dari power supply komersial
▪ Jangan gunakan alat untuk mengecek tanah keadaan sekitar dari power supply komersial.
▪ Bahaya akan terjadi karena tegangan mungkin tidak akan ditampilkan walaupun
konduktor berarus saat menghubungkan elektroda pembumian yang akan diukur telah
mati, ataupun saat hubungan dari kabel tes dari alat tidak benar dsb.
▪ Jangan gunakan alat ukut untuk mengukur tegangan dari power supply komersial. Saat
menggunakan probe tambahan MODEL 7127, terminal P dan C akan di hubung singkat
dan impedansi masukan akan dikurangi. Sisa arus circuit breaker mungkin beroperasi saat
membuat pengukuran dari tegangan pada rangkaian dengan breaker.

2.2.1. Pengukuran Tegangan Pembumian


Atur saklar ke posisi EARTH VOLTAGE pada kondisi 2.1.1. Tegangan pembumian akan
diindikasikan pada display. Pastikan bahwa tegangannya 3 V atau lebih kecil.
Saat display membaca lebih dari 3 V, mungkin hasilnya dalam kesalahan yang sangat
tinggi ( excessive errors ) pada pengukuran tahanan pembumian,. Untuk menghindari ini,
lakukan pengukuran setelah mengurangi tegangannya dengan cara mematikan power
supply dari peralatan yang sedang dites dsb.

39
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

2.2.2. Pengukuran Teliti


Atur saklar ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes. LED tetap diterangi menjelang
dites.Putar saklar ke 200 Ω dan 20 Ω saat tahanan pembumian bernilai kecil.Nilai yang
terindikasi adalah tahanan pembumian dari peralatan yang dibumikan yang sedang dites.
Cat :
Bila tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu C terlalu tinggi untuk membuat
pengukuran, display-nya membaca “. . .”. Cek kembali hubungan dari kabel tes dan
tahanan pembumian dari alat bantu pasak pembumian.

2.2.3. Nilai Pengukuran Sederhana


Metode dua terminal digunakan untuk pengukuran yang disederhanakan. Pada metode
ini, nilai tahanan pembumian re dari elektroda pembumian yang terhubung ke terminal P
ditambahkan ke nilai tahanan pembumian yang sebenarnya Rx dan ditunjukkan sebagai
nilai terindikasi Re.

Re = Rx + re
Bila re telah diketahui sebelumnya, nilai tahanan pembumian yang sebenarnya dihitung
sebagai berikut

Rx = Re – re

40
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Grounding Kedalaman Elektroda 2.3 m


No. D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v
1.

2.

3.

4.

5.

Tabel 2. Grounding Kedalaman Elektroda 2.2 m


No. D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v
1.

2.

3.

4.

5.

Tabel 3. Grounding Pararel


No. D (Jarak, m) 20 Ω 200 Ω 2000 Ω v
1.

2.

3.

4.

5.

41
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

V. ANALISA

Analisa harus memuat penjelasan dari pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan hasil yang Anda peroleh dalam masing-maisng table, jelaskan apa yang
menyebabkan adanya perubahan/perbedaan nilai tiap pengukuran ?
2. Mengapa hasil pengukuran dengan grounding tegak lurus, miring, dan pararel berbeda ?
3. Mengapa kektika elektroda bantu dipindahkan nilai yang diperoleh berebda ?

42
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

MODUL V

PENGUKURAN TAHANAN PENGHANTAR


(KELVIN DOUBLE BRIDGE)

I. TUJUAN

1. Memahami pengukuran tahanan dengan menggunakan “Kelvin Double Bridge”


2. Memahami cara mengukur tahanan konduktor
3. Menentukan nilai tahanan suatu bahan konduktor

II. TEORI

Jembatan Kelvin merupakan perubahan dari Jembatan Wheatstone. Maksud dari


perubahan ini adalah untuk menghilangkan pengaruh kontak dan peranan hambatan pada
saat mengukur nilai hambatan rendah yang tidak diketahui. Dengan menggunakan
jembatan ini, tahanan dari kawat penghubung dan tahanan kontak pada jepitan dapat
dibuat tidak berpengaruh. Tahanan harus dalam bentuk empat jepitan (Four Terminal
Resistor).

Besarnya hambatan dengan kisaran, antara 1 (satu) Ohm sampai dengan kira-kira sekitar
1 satu) mikro-Ohm, dapat diukur dengan menggunakan peralatan yang mempunyai
derajat akurasi yang tinggi, yaitu dengan memakai Jembatan Kelvin. Sehingga dapat
dikatakan, bahwa Jembatan Kelvin (Kelvin Double Bridge) digunakan untuk pengukuran
tahanan-tahanan dengan nilai rendah.

43
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Gambar 1. (Theoritical diagram of the double bridge)


Jembatan ini merupakan perubahan dari jembatan Wheatstone.Perhatikan tahanan-tahanan
p,q,r. Ketiganya membentuk tahanan dalam hubungan segitiga (delta). Hubungan delta ini
dpat ditransformasikan menjadi hubungan bintang (star). Dengan hubungan star ini bentuk
jembatan menjadi jembatan wheatstone.

Rumus Hambatan :
ρx
R= ………………….(1)
A
Keterangan :
R = Hambatan kawat (Ω)
ρ = Hambatan jenis penghantar (Ωm)
 = Panjang kawat (m)
A = Luas penampang (m2)

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PRAKTIKUM

1. Alat pengukuran nilai tahanan suatu bahan penghantar (Kelvin Double Bridge)
2. Bahan penghantar yang akan diukur tahanannya
3. Mikrometer Sekrup
4. Roll Meter
5. Jumper
6. Baterai extra bila diperlukan

44
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

IV. LANGKAH PRAKTIKUM

Gambar 2. Diagram pengawatan Kelvin double bridge

1. Ukur diameter konduktor sampai 5 kali pengukuran pada tempat yang berbeda,
masukan hasil yang didapat kedalam table percobaan.
2. Ukur panjang bahan konduktor yang akan diukur tahanannya. Beri tanda batas-
batasnya. Pada tanda tersebut dipasang penghantar potensial.
3. Pengoperasian baterai, (internal atau external). Jika menggunakan baterai internal
maka Int BA di jumper. Begitu juga sebaliknya,
4. Untuk mengetahui keadaan baterai Meter Sensivity selector di switch ke B-CH.
Apabila jarum meter berada dalam zona biru, maka baterai dalam kondisi baik. Dengan
memencet GA.
5. Periksa GA sensitive S/W Go, apakah jaruh galvanometer berada dalam posisi (0).
Jika tidak, diatur terlebih dahulu sehingga berada dalam posisi nol.

45
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

6. Pasang “penghantar arus” pada ujung-ujung konduktor (lihat gambar 2)


7. Sebelum mulai mengukur, alat ukur di atur pada Multiply secara bertahap.
8. Untuk mengetahui nilai Rx, Batt di posisi On, meter sensivity berada dalam keadaan
G2 dimana tingkat sensifitasnya rendah. Dengan menekan GA maka akan diketahui
keadaan jarum meter. Untuk mendapatkan nilai 0 pada Galvanometer maka kita harus
memutar The Dial of Bridge.
9. Setelah mendapatkan nilai 0, maka pindahkan ke G1 dimana tingkat sensifitasnya
lebih tinggi daripada G2.
10. Tekan GA dan lihat keadaan jarum meter, apabila belum nol maka atur dengan
menggunakan The Dial of Bridge sampai jarum menunjuk nol.
11. Setelah mendapatkan nilai 0, maka pindahkan lagi ke G0. Tingkat sensifitasnya paling
tinggi.
12. Untuk mendapatkan nilai nol pada jarum meter lakukan percobaan 10.
13. Setelah jarum galvanometer menunjuk angka nol, nilai tahanan Rx adalah nilai pada
The Dial of Bridge dikalikan dengan nilai Multiply yang kita masukkan sebelumnya.
14. Masukkan hasil yang didapat ke dalam table percobaan.
15. Ulangi percobaan 6 - 14 dengan bahan penghantar yang sama tetapi jarak yang berbeda
sampai 3 kali, dan bahan konduktor dengan diameter yang sama (jarak ditentukan
asisten).
16. Ulangi LANGKAH PRAKTIKUM diatas dengan bahann konduktor yang sama tapi
diameter berbeda.
17. Setelah mendapatkan nilai semua. Kembalikan posisi Batt dan Ga sensivity pada posisi
OFF serta The Dial Of Bridge dikembalikan ke posisi nol.

46
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

DATA PENGAMATAN
Percobaan 1
KonduktorTembaga 1 (Besar)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1
2
3
4
5

No l (mm) Rx (Ω) ρ
1
2
3

Percobaan 2
KonduktorTembaga 2 (Sedang)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1
2
3
4
5

No l (mm) Rx (Ω) ρ
1
2
3

Percobaan 3
KonduktorTembaga 3 (Kecil)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1
2
3
4
5

47
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

No l (mm) Rx (Ω) Ρ
1
2
3

V. TUGAS

1. Hitung tahanan jenis penghantar (ρ) dengan perhitungan matematis dari data yang
diperoleh (untuk semua data yang diperoleh) ?
2. Bandingkan nilai ρ yang diperoleh dari perhitungan secara matematis dengan ρ
referensi dan berikan kesalahan relative?
3. Tuliskan turunan rumus dari hukum Ohm secara matematis. Dan jelaskan
hubungannya dengan percobaan yang Anda lakukan!
4. Faktor – factor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran
dengan menggunakan Kelvin Double Bridge?
5. Sebutkan cara lain untuk menghitung tahanan jenis penghantar, selain dengan
menggunakan Kelvin Double Bridge. Jelaskan ? Mana yang lebih baik?

48

Anda mungkin juga menyukai