Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH JARINGAN SCADA PLN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SCADA

Disusun oleh :

Faisal Auliazaldy (3.31.17.1.08)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Sistem tenaga listrik di Indonesia dikelola oleh PT. PLN (Persero)


yang mempunyai cabang diseluruh wilayah Indonesia. Sistem tenaga
listrik ini dikelola secara terpadu. Tujuannya adalah agar sistem dapat
dioperasikan secara ekonomis namun mutu dan keandalan dapat
maksimal, sehingga dapat memberikan pelayanan terhadap pelanggan
secara berkesinambungan. Dengan demikian, dibutuhkan suatu
perencanaan dan pengendalian sistem operasi yang handal serta akurat
untuk memperoleh sistem yang diharapkan.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih,


perkembangan sistem tenaga listrik di Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Sistem tenaga listrik terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
sistem pembangkit listrik, saluran transmisi dan distribusi serta konsumen
(beban). Sehingga, dibutuhkan suatu sistem penyaluran listrik yang
terpadu untuk meningkatkan mutu sistem tenaga listrik di Indonesia.

Demi mewujudkan sistem interkoneksi Jawa-Bali dan


mengoptimalkan penyediaan listrik, dibutuhkan teknik penganalisaan
yang baik dan juga diperlukan perancangan sistem software dan hardware
yang handal. Selain itu, kondisi tiap Gardu Induk juga harusdiperhatikan
pemeliharaannya. Hal tersebut bertujuan agar tercipta mutu yang baik dan
memudahkan dalam pengendalian serta pengaturan sistem.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem tenaga listrik di Indonesia dikelola oleh PT. PLN (Persero)
yang mempunyai cabang diseluruh wilayah Indonesia. Sistem tenaga
listrik ini dikelola secara terpadu. Tujuannya adalah agar sistem dapat
dioperasikan secara ekonomis namun mutu dan keandalan dapat
maksimal, sehingga dapat memberikan pelayanan terhadap pelanggan
secara berkesinambungan. Dengan demikian, dibutuhkan suatu
perencanaan dan pengendalian sistem operasi yang handal serta akurat
untuk memperoleh sistem yang diharapkan.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih,
perkembangan sistem tenaga listrik di Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Sistem tenaga listrik terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
sistem pembangkit listrik, saluran transmisi dan distribusi serta konsumen
(beban). Sehingga, dibutuhkan suatu sistem penyaluran listrik yang
terpadu untuk meningkatkan mutu sistem tenaga listrik di Indonesia.
Demi mewujudkan sistem interkoneksi Jawa-Bali dan
mengoptimalkan penyediaan listrik, dibutuhkan teknik penganalisaan
yang baik dan juga diperlukan perancangan sistem software dan hardware
yang handal. Selain itu, kondisi tiap Gardu Induk juga harusdiperhatikan
pemeliharaannya. Hal tersebut bertujuan agar tercipta mutu yang baik dan
memudahkan dalam pengendalian serta pengaturan sistem.
Selain itu dibutuhkan pula sebuah alat yang mampu merekam dan
memberikan informasi secara real time tentang satus maupun gangguan
yang terjadi pada alat – alat di lapangan. Sehingga apabila terjadi
gangguan, proses penganalisaan dan penanganan akan semakin mudah.

1.2Tujuan
 Mengetahui tentang penerapan SCADA pada sistem tenaga
listrik
 Mempelajari kinerja dari peralatan SCADA khususnya Remote
Terminal Unit (RTU).

1.3 Rumusan Masalah


Untuk memperjelas ruang lingkup dan analisa, maka
permasalahan lebih ditekankan pada fungsi dan bagian bagian dari
Remote Terminal Unit (RTU).
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sistem SCADA

SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) adalah suatu


sistem pengawasan, pengendalian dan pengolahan data secara real
time. Dalam pengoperasian tenaga listrik, seorang
operator/dispatcher membutuhkan sistem SCADA untuk melakukan
dan memanfaatkan hal-hal seperti Telemetering (TM), Telesinyal
(TS), dan Telekontrol (TC). Sistem SCADA terdiri dari 3 bagian
utama yaitu: Master Station, Link Komunikasi Data, dan Remote
Station.

Gambar 2.1 Alur Sistem SCADA


2.2. Master Station

Dalam sistem SCADA, Master Station mempunyai fungsi


melaksanakan telekontrol (telemetering, telesinyal, dan remote control)
terhadap remote station. Remote Station adalah stasiun yang dipantau, atau
diperintah dan dipantau oleh master station, yang terdiri dari gateway,
IED, local HMI, RTU, dan meter energi.
Master station yang dibangun harus mempunyai kapasitas minimum Input/
Output (I/O) sebanyak 3 kali dari jumlah I/O yang terpasang.
Kinerja master station dapat diukur dengan menguji kapasitas
maksimum sesuai spesifikasi dimana peak-nya tidak boleh melebihi 50%
dari RAM, tidak boleh melebihi 50% dari kemampuan CPU, dan tidak
boleh melebihi 40% dari kapasitas LAN [1].
Response time SCADA paling lambat adalah telesignaling 3 detik,
telemetering 10 detik, remote control 6 detik mulai dari eksekusi remote
sampai dengan perubahan status di master station, remote tap changer 20
detik, dan remote LFC 4 detik.

2.3. Remote Station

Remote Station adalah stasiun yang dipantau, atau diperintah dan


dipantau oleh master station, yang terdiri dari gateway, IED, local HMI,
dan RTU. Remote Station dapat berfungsi sebagai [1]:
a. GI Otomasi yang terdiri dari: Gateway, IED Bay Control Unit
(BCU), IED Bay Proteksi, dan LAN.
b. Remote Terminal Unit (RTU)

2.3.1 Peralatan Remote Station

Mengacu pada SPLN S3.001:2008 butir 7.2, peralatan remote


station terbagi atas beberapa, antara lain [1] :

a. Gateway

Gateway dapat berkomunikasi dengan RTU, IED, dan relay proteksi.


Gateway mampu berkomunikasi secara bersamaan dengan minimal dua
control center dengan protokol yang berbeda dan dapat dihubungkan
dengan Local HMI di gardu induk sebagai pengganti control panel

b. Intelligent Electronic Device (IED)

IED berfungsi untuk melakukan remote control, telemetering,


telesignal, dan proteksi, yang terpasang pada bay controller dan dapat
berkomunikasi dengan RTU atau Gateway menggunakan protokol standar.

c. Digital Meter

Digital meter merupakan alat yang dipasang pada panel sebagai


pengganti transducer konvensional dan terhubung dengan remote station.
Protokol yang digunakan adalah IEC 60870-5-104, DNP3, atau Modbus.
Parameter yang ditampilkan oleh digital meter antara lain adalah phase
amp, phase volts, line volts, per phase PF, per phase kW, per phase kVAr,
per phase kVA, 3 phase PF, 3 phase kW, 3 phase kVAr, 3 phase kVA,
frequency, amps puncak, phase volts puncak, arus netral.
d. Local HMI

Local HMI berfungsi sebagai pengganti control panel, terdiri dari satu
buah komputer dilengkapi dengan aplikasi HMI. Komunikasi antara local
HMI dengan gateway menggunakan protokol standar melalui TCP/IP,
yaitu IEC 60870-5-104, IEC 61850, dan DNP 3.0.[2]

e. Remote Terminal Unit (RTU)

RTU dapat mengakuisisi digital input, digital output, analog input, dan
analog output. RTU dapat berkomunikasi dengan sub-RTU yang
dinamakan RTU Konsentrator. RTU harus memiliki port komunikasi
redundant yang mampu berkomunikasi secara bersamaan dengan minimal
dua control center dengan protokol yang berbeda dan dapat dihubungkan
dengan Local HMI di gardu induk sebagai pengganti control panel. RTU
harus dilengkapi dengan fasilitas dummy breaker yang berfungsi untuk
melakukan simulasi remote control.

2.3.2 Bagian Remote Station

Berikut ini adalah bagian utama dari remote station :

1. Modul Mikroprosessor

Fungsi Modul Mikroprosessor adalah organisasi aliran data.


Sinkronisasi waktu dengan GPS lokal atau GPS di control center,
Sinkronisasi komunikasi serial atau field bus.

2. Modul Komunikasi
Fungsi modul komunikasi yaitu dapat berkomunikasi menggunakan
protokol sesuai dengan standar, memiliki fungsi http dan ftp (optional),
dapat melakukan switch secara otomatis.

3. Modul Input/Output (I/O)

Jenis I/O pada remote station terdiri dari 4, yaitu Analog Input, Analog
Output, Digital Input, Digital Output [2].

4. Modul Pulse Counter

Modul pulse counter berfungsi sebagai akumulator dari sinyal kontrol


status peralatan.

5. Modul Catu Daya

Catu daya mempunyai protokol komunikasi Modbus. Besaran


nominal toleransi dan sistem pentanahan untuk peralatan catu daya 48
VDC mengacu pada SNI 04- 7021.2.1-2004: 2004

6. HMI (Human Machine Interface)

Human Machine Interface atau Man Machine Interface adalah


perangkat yang sangat penting dalam Pusat Pengatur Beban. HMI
digunakan sebagai media komunikasi antara Operator/Dispatcher dengan
komputer. Modul Local HMI berfungsi sebagai panel display operator
terhadap seluruh peralatan Gardu Induk. Operator tersebut dapat
melaksanakan eksekusi/perintah maupun monitoring peralatan di gardu
Induk yang masuk ke dalam sistem SCADA. Selain itu, HMI juga
menyimpan data dan informasi sistem secara real time untuk dijadikan
bahan analisa selanjutnya. Jumlah operator yang bekerja dalam ruangan
pusat pengatur menentukan banyaknya workstation/ terminal yang
diperlukan.

Sistem HMI tersebut meliputi semua peralatan yang dipergunakan untuk


menyampaikan informasi kepada operator/dispatcher dan dapat dipakai
oleh operator/ dispatcher untuk mengoperasikan sistem.

7. FMEA (Failure Mode And Effect Analysis)


Remote Station yang sedang beroperasi kemungkinan terjadi
gangguan hardware atau software pada salah satu komponen. Untuk
mengetahui gangguan salah satu modul dari Remote Station diperlukan
pemahaman alternatif jenis gangguan maka digunakan metode Failure
Mode And Effect Analysis (FMEA)
2.4. Media Komunikasi
Media komunikasi ini adalah menghubungkan antara Master Station
dan Remote Terminal Unit, biasanya menggunakan PLC (Power Line
Carrier) dan FO (Fiber Optik). PLC ini dihubungkan melalui jaringan
kabel transmisi 150 kV dan 500 kV.
Gambar 2.2 Peralatan PLC
BAB III
PEMBAHASAN

3. RTU (Remote Terminal Unit)


RTU (Remote Terminal Unit) adalah salah satu komponen dari suatu
sistem pengendali tenaga listrik yang merupakan perangkat elektronik
yang dapat diklasifikasikan sebagai perangkat pintar. RTU biasanya
ditempatkan di gardu induk, gardu hubung, gardu distribusi, maupun pusat
- pusat pembangkit sebagai perangkat yang diperlukan oleh control centre
untuk mengakuisisi data- data rangkaian proses dalam melakukan remote
control, teleindikasi dan telemetering. RTU merupakan komponen yang
sangat penting dalam sistem pengendalian, sehingga RTU ini harus
mempunyai tingkat keandalan dan ketepatan (akurasi) yang tinggi, dan
tidak boleh terpengaruh oleh gangguan - gangguan, misalnya noise,
guncangan tegangan catu, dsb.

3.1 Fungsi RTU


Sebagai perangkat pemroses sinyal, RTU dirancang untuk dapat
melakukan proses- proses sebagai perangkat pengiriman data ke pusat
pengendalian sistem seperti perubahan status peralatan, perubahan besaran
analog, perubahan sinyal (alarm), pembacaan harga pulse akumulator,
pembacaan besaran analog, serta memproses data perintah yang datang
dari satu, dua atau tiga control centre ke rangkaian proses dan mengirim
data hasil pengukuran/pemantauan ke pusat pengendali yang sesuai
dengan ketetapan (mampu berkomunikasi dengan satu, dua atau tiga
control centre).
Pada prinsipnya, RTU mempunyai fungsi dasar sebagai berikut :
- Mengakuisisi data analog maupun sinyal digital.
- Melakukan kontrol buka/tutup kontak, naik/turun start/stop setting
atau fungsi- fungsi set point lainnya.
- Meneruskan hasil-hasil pengukuran (daya aktif, daya reaktif,
frekuensi, arus, tegangan, energi) dan sebagainya ke pusat pengendali
(Control Centre).
- Sebagai data logging, RTU berfungsi untuk merekam semua kejadian,
termasuk apabila terdapat kelainan dari sistem maupun sinyal yang
sedang dipantau. Data logging disini dapat bersifat pengarsipan.
Laporan dapat diperoleh dari layar monitor atau dari printer, dalam
bentuk kumpulan data berdasarkan tanggal/bulan sesuai yang diminta
untuk keperluan pengecekkan atau perbaikan.
- Sebagai Event recording. Agak berbeda dengan data logging, Event
recording merekam setiap kejadian sesuai dengan prosedur yang ada
atau sesuai dengan yang diperintahkan/ diprogram dari pusat
pengendali, misalnya perintah buka/tutup pemutus hubungan beserta
reaksinya (sudah dilaksanakan, gagal dsb), hasil - hasil pengukuran
beserta komentarnya (nilai pengukuran atau berita khusus bila batas
terlampaui, dsb).
- Berkomunikasi dengan lokal personal komputer untuk keperluan
supervisi dan pengendalian secara lokal serta untuk keperluan
pemeliharaan.
Gambar 3.1 Bagian utama RTU

3.2 Modul RTU


Pada perangkat RTU, dibuat sistem modul dimana perangkat keras
maupun lunak dapat saling menyesuaikan di dalam perencanaan dan
pembuatan. Hal ini dilakukan untuk mempertinggi fleksibilitas RTU
sesuai dengan keperluan pengembangan maupun pemeliharaan yang
diperlukan dimasa mendatang. Seperti misalnya, apabila diperlukan
perbaikan- penggantian komponen dengan mudah dan tanpa mengganggu
operasi. Tiap modul RTU mempunyai fungsinya sendiri. Seperti pada
setiap satu kabinet RTU, selalu terdapat Central Unit, I/O Pheripheral dan
Power Supply Unit. Pada Central Unit terdapat modul CPU, Memori dan
Komunikasi. Power Supply Unit adalah modul yang menyediakan catu
daya untuk keperluan operasi.
Fungsi utama dari I/O adalah sebagai media masukan besaran analog,
sinyal digital, tranducer, akumulator, dan sumber sinyal lainnya dari
rangkaian proses. Disamping itu, I/O juga merupakan perangkat-perangkat
yang melakukan dan meneruskan perintah kendali seperti untuk
pegoperasian relay, pemutus daya, motor start/stop unit dan lain
sebagainya termasuk kendali set point. Sinyal input-output pada modul I/O
RTU harus terisolasi secara galvanic terhadap sumber sinyal dari
rangkaian proses yang akan
dikirimkan oleh RTU ke control centre atau sinyal kendali yang akan
diteruskan oleh RTU dari control centre ke gardu induk. Dalam hal proses
indikasi alarm atau perubahan status posisi peralatan, dapat juga
diterapkan metode isolasi dengan isolator optik (optoelectronic isolator)
dengan kemampuan isolasi sekitar 1000 sampai 3000 volt.
Modul I/O ini harus dapat berfungsi sebagai :
 Restitusi logic
Sinyal dengan restitusi logic digunakan untuk pengendalian jarak jauh.
Seperti peralatan pemutus rangkaian, switchgear, isolators dll. Peralatan
yang dituju dapat diaktifkan dengan mengirimkan perintah tutup/buka dari
pusat kendali. Pengendalian satu atau lebih peralatan (tergantung dari
kemampuan modul) dapat dilakukan serempak untuk sebuah perintah
open/close.
 Restitusi Analog
Pusat kendali (Control Centre) memberikan besaran analog tertentu
yang dikirimkan ke Control Unit dalam bentuk digital. Kemudian oleh
modul khusus untuk restitusi analog ini, data digital yang dikirimkan dari
Central Unit dikembalikan kedalam bentuk analog, yang dipakai sebagai
besaran referensi pada peralatan yang dikendalikan.
 Keluaran Logic untuk animasi diagram mimic
Diagram mimic bermanfaat untuk melihat secara visual keadaan kerja
sistem jaringan listrik yang dikontrol dan ditandai dengan indikator lampu
menyala (steady atau flashing) atau mati. Modul I/O memberikan keluaran
logic yang urutan operasi indikatornya dikontrol oleh software yang ada
pada Central Unit. Sinyal ini biasanya digunakan untuk pengendali
animasi diagram mimic yang terletak di Control Centre atau Substation.
 Akuisisi Analog
Prinsip kerja dari modul untuk akuisisi analog ini adalah ‘mengambil’
besaran sinyal yang diukur (besaran analog) dari rangkaian luar dan
kemudian diberikan ke modul pengubah bentuk analog ke digital untuk
diteruskan ke Control Unit. Sinyal ini digunakan untuk aplikasi
pemantauan aliran pada beban di sistem daya (pembangkit). Berdasarkan
panggilan dari Control Centre, akan diberikan hasil pengukuran pada
periode tegangan ac, dan
modul ini akan memberitahu Central Unit apabila sinyal yang diukur
melewati ambang batas yang telah disetel untuk kemudian digunakan
dalam pengukuran tegangan, arus, daya dsb.
 Akuisisi Counting
Modul dengan fungsi akuisisi Counting ini digunakan untuk menerima
data yang dihasilkan oleh pengukur daya (misalnya: KwH dsb), ini
dipergunakan untuk bukti transaksi jumlah daya yang dipergunakan.

3.3 Indikasi – Indikasi


Terdapat beberapa karakteristik sinyal indikasi yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut:
 Single Signal S/S
Sinyal ini digunakan untuk mengindikasikan status alarm. Alarm
bisanya diperoleh dari kontak relay alarm yang bebas tegangan yang dapat
diindikasikan dengan posisi terbuka atau tertutupnya kontak tersebut.
Umumnya dalam keadaan normal sinyal tersambung dengan posisi
tertutup namun sebaliknya juga dapat diterapkan pada posisi kontak
terbuka sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3.2 Sinyal tunggal rangkaian proses


 Informasi Sinyal Ganda (Double Signaling Information DS)
Sinyal ini biasanya digunakan untuk merefleksikan status dari
peralatan yang bisa digunakan dalam dua keadaan steady state seperti
posisi pemutus tenaga yang bisa dalam keadaan terbuka atau tertutup
seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Sinyal ganda rangkaian proses dengan switch L/R (local
remote switch).

Pada umumnya kontak tersebut di supply dengan tegangan DC ± 48V atau


±110V dimana salah satu polaritasnya diarahkan ke ground untuk
keperluan keamanan. Posisi open/close menandakan bahwa peralatan
tersebut sedang dalam keadaan terbuka, sedang pada keadaan close/open
memperlihatkan bahwa informasi tersebut dalam keadaan tertutup.
Mengingat status posisi suatu perangkat switching pada jaringan sistem
tenaga listrik dapat berada diantara posisi buka/tutup maka suatu RTU
perlu dirancang agar dapat mengindikasikan status-status peralatan yang
tidak jelas (invalid) dimana kedua status diatas tidak diperoleh karena
adanya kelainan sirkuit indikasi.

3.4 Perintah Kendali


Suatu RTU dirancang untuk dapat mengendalikan device gardu induk
yang dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut [3] :
 Single command
Kendali ini pada umumnya terdiri dari satu pulse dengan lebar 1s
untuk digunakan menaikkan atau menurunkan posisi tap dari on load tap
changer transformer.
 Double command
Kendali ini adalah untuk merubah status dari posisi device gardu
induk seperti circuit breaker, disconnecting switch, dll. Kendali ini berupa
pulse dengan panjang 1s. Untuk keperluan keamanan, maka sistem harus
dilengkapi dengan sistem “watchdog” yang akan membatalkan semua
perintah kendali secara otomatis apabila terjadi keanehan/kesalahan
dalam perangkat keras maupun perangkat lunak RTU. Untuk keperluan
pemeliharaan atau untuk pengoperasian lokal rangkaian, kendali ini
dirancang tersambung.

3.5 Macam RTU


Berikut ini beberapa contoh RTU yang sering digunakan dalam
industry/ perusahaan khususnya PLN [3] :
1. EPC 3200
2. S 900 Programmable
3. INDACTIC 33 / 2033
4. INDACTIC 233 Programmable
5. SAT / AK 1703 Automation / Programmable

Gambar 3.4 RTU Indactic 33, Indactic 2033, dan


AK 1703
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Dalam pengoperasian tenaga listrik, seorang operator/dispatcher
membutuhkan sistem SCADA untuk melakukan dan memanfaatkan
hal-hal seperti Telemetering, Telesinyal, dan Telekontrol.
2. Sistem SCADA terdiri dari 3 bagian utama yaitu: Master Station,
Link Komunikasi Data, dan Remote Station
3. Pengontrolan peralatan di gardu induk dapat dilakukan secara
remote dari Control Center melalui media RTU.
4. RTU terdiri dari beberapa modul, dan setiap modul memiliki
fungsinya masing masing, sebagai contoh Modul Power Supply
Unit adalah module/module-module yang menyediakan catu daya
untuk keperluan operasi.
5. suatu RTU dirancang untuk dapat mengendalikan device gardu
listrik yang dapat dilakukan dengan cara single command dan
double command.

4.2. Saran
1. Perlunya penggantian peralatan SCADA yang sudah usang untuk
mewujudkan sistem yang andal, aman, bermutu, dan ekonomis,
dengan berbasis teknologi sesuai standar dan peraturan yang
berlaku.
2. Perlunya penambahan SDM yang berkompeten di bidang
SCADA, dikarenakan luasnya wilayah dan banyaknya peralatan
SCADA yang harus dipelihara oleh PLN APB Jateng & DIY.

Anda mungkin juga menyukai