Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transformator merupakan suatu alat listrik yang termasuk ke dalam
klasifikasi mesin listrik statik yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah dan sebaliknya. Atau dapat juga diartikan
mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi-elektromagnet.
Transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah
kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Transformator Arus adalah trafo yang digunakan untuk mengambil input
data masukan berupa besaran arus dengan cara perbandingan belitan pada belitan
primer atau sekunder. Trafo ini biasa digunakan untuk pengukuran tak langsung
beban arus yang mengalir ke pelanggan kemudian membatasinya. Selain itu bisa
juga besaran arusnya diambil sebagai input data masukan peralatan pengaman
jaringan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis membatasi tentang Prinsip kerja,
pengoperasian Transformator Arus (CT) dan pemeliharaannya secara umum dan
tidak membahas mengenai perhitungan dalam trafo arus baik itu perhitungan
burden dan perhitungan dalam pengujian trafo arus.

1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui pemakaian dan pemeliharaan
transformator arus beserta pengertian transformator arus serta sistem kerjanya.
DASAR TEORI

Dasar teori dalam makalah ini menguraikan tentang teori transformator.


Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

2.1 Teori Transformator


Transformator merupakan suatu alat listrik yang termasuk ke dalam
klasifikasi mesin listrik statik yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah dan sebaliknya. Atau dapat juga diartikan
mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi-elektromagnet.
Transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah
kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya
listrik jarak jauh.
Dasar teori dari transformator adalah apabila ada arus listrik bolak-balik
yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah
menjadi magnet dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka
pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan mengelilingi
magnet, sehingga akan timbul Gaya Gerak Listrik (GGL).

2.2 Jenis-jenis Trafo dan Penggunaannya


Ada beberapa jenis trafo yang dikenal dan digunakan secara luas di
masyarakat, diantaranya yaitu sebagai berikut.
a. Trafo Daya
Adalah trafo yang biasa digunakan di Gardu Induk (GI), baik itu Gardu
Induk Pembangkit dan Gardu Induk Distribusi dimana trafo tersebut memiliki
kapasitas daya yang besar. Di Gardu Induk Pembangkit, trafo digunakan untuk
menaikkan tegangan ke tegangan transmisi/tinggi (150/500kV). Sedangkan di
Gardu Induk Distribusi, trafo digunakan untuk menurunkan tegangan transmisi ke
tegangan primer/menengah (11,6/20kV).

Gambar 2.1 Trafo Daya


b. Trafo Distribusi
Adalah trafo yang digunakan untuk menurunkan tegangan menengah
(11,6/20kV) menjadi tegangan rendah (220/380V). Trafo ini tersebar luas di
lingkungan masyarakat dan mudah mengenalinya karena biasa dicantol di tiang.
Oleh karena itu, biasa juga disebut dengan gardu cantol. Dalam tulisan ini, penulis
hanya membahas tentang trafo ini saja.

Gambar 2.2 Trafo Distribusi 3 fasa


c. Trafo Tegangan (Potensial Trafo)
Adalah trafo yang digunakan untuk mengambil input data masukan berupa
besaran tegangan dengan cara perbandingan belitan pada belitan primer atau
sekunder. Trafo ini biasa digunakan untuk pengukuran tak langsung beban yang
mengalir ke pelanggan kemudian membatasinya. Selain itu bisa juga besaran
tegangannya diambil sebagai input data masukan peralatan pengaman jaringan.

Gambar 2.3 Trafo Tegangan


d. Trafo Arus (Current Trafo)
Adalah trafo yang digunakan untuk mengambil input data masukan berupa
besaran arus dengan cara perbandingan belitan pada belitan primer atau sekunder.
Trafo ini biasa digunakan untuk pengukuran tak langsung beban arus yang
mengalir ke pelanggan kemudian membatasinya. Selain itu bisa juga besaran
arusnya diambil sebagai input data masukan peralatan pengaman jaringan.

Gambar 2.4 Trafo arus


2.3 Pengertian Trafo Arus
Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada instalasi tenaga listrik disisi primer
(TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti
untuk keperluan pengukuran dan proteksi.

2.4 Fungsi Trafo Arus


Fungsi dari trafo arus adalah:
- Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering
dan proteksi
- Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai
pengamanan terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran.
- Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Ampere dan 5
Ampere.
Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua yaitu:
a). Trafo arus pengukuran
Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada
daerah kerja (daerah pengenalnya) 5% - 120% arus nominalnya
tergantung dari kelasnya dan tingkat kejenuhan yang relatif rendah
dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter,
VARh-meter, dan cos meter.
b). Trafo arus proteksi
Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi
gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus
pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup tinggi.
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR),
relai beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik
saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah

2.5 Penyebab Gangguan Trafo


Adapun penyebab gangguan yang terjadi pada trafo, diantaranya yaitu
sebagai berikut.
a. Tegangan Lebih Akibat Petir
Gangguan ini terjadi akibat sambaran petir yang mengenai kawat phasa,
sehingga menimbulkan gelombang berjalan yang merambat melalui kawat phasa
tersebut dan menimbulkan gangguan pada trafo. Hal ini dapat terjadi karena
arrester yang terpasang tidak berfungsi dengan baik, akibat kerusakan
peralatan/pentanahan yang tidak ada. Pada kondisi normal, arrester akan
mengalirkan arus bertegangan lebih yang muncul akibat sambaran petir ke tanah.
Tetapi apabila terjadi kerusakan pada arrester, arus petir tersebut tidak akan
dialirkan ke tanah oleh arrester sehingga mengalir ke trafo. Jika tegangan lebih
tersebut lebih besar dari kemampuan isolasi trafo, maka tegangan lebih tersebut
akan merusak lilitan trafo dan mengakibatkan hubungan singkat antar lilitan.
b. Overload dan Beban Tidak Seimbang
Overload terjadi karena beban yang terpasang pada trafo melebihi
kapasitas maksimum yang dapat dipikul trafo dimana arus beban melebihi arus
beban penuh (full load) dari trafo.
Overload akan menyebabkan trafo menjadi panas dan kawat tidak sanggup
lagi menahan beban, sehingga timbul panas yang menyebabkan naiknya suhu
lilitan tersebut. Kenaikan ini menyebabkan rusaknya isolasi lilitan pada kumparan
trafo.
c. Loss Contact Pada Terminal Bushing
Gangguan ini terjadi pada bushing trafo yang disebabkan terdapat
kelonggaran pada hubungan kawat phasa (kabel schoen) dengan terminal bushing.
Hal ini mengakibatkan tidak stabilnya aliran listrik yang diterima oleh trafo
distribusi dan dapat juga menimbulkan panas yang dapat menyebabkan kerusakan
belitan trafo.
d. Isolator Bocor/Bushing Pecah
Gangguan akibat isolator bocor/bushing pecah dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu sebagai berikut.
Flash Over
Flash Over dapat terjadi apabila muncul tegangan lebih pada jaringan
distribusi seperti pada saat terjadi sambaran petir/surja hubung. Bila besar surja
tegangan yang timbul menyamai atau melebihi ketahanan impuls isolator, maka
kemungkinan akan terjadi flash over pada bushing. Pada sistem 20 KV, ketahanan
impuls isolator adalah 160 kV. Flash over menyebabkan loncatan busur api antara
konduktor dengan bodi trafo sehingga mengakibatkan hubungan singkat phasa ke
tanah.
Bushing Kotor
Kotoran pada permukaan bushing dapat menyebabkan terbentuknya
lapisan penghantar di permukaan bushing. Kotoran ini dapat mengakibatkan
jalannya arus melalui permukaan bushing sehingga mencapai body trafo.
Umumnya kotoran ini tidak menjadi penghantar sampai endapan kotoran tersebut
basah karena hujan/embun.

e. Kegagalan Isolasi Minyak Trafo/Packing Bocor


Kegagalan isolasi minyak trafo dapat terjadi akibat penurunan kualitas
minyak trafo sehingga kekuatan dielektrisnya menurun. Hal ini disebabkan oleh:
1. Packing bocor, sehingga air masuk dan volume minyak trafo berkurang.
2. Karena umur minyak trafo sudah tua.
PEMBAHASAN

Pembahasan dalam makalah ini menguraikan tentang transformator arus


(Current Transformator). Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

3.1 Pengertian Trafo Arus


Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada instalasi tenaga listrik disisi primer
(TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti
untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
Prinsip kerja trafo arus adalah sebagai berikut:

N1 N2
P2
P1
S1
I1 I2
S2

Gambar 3.1. Rangkaian pada Trafo Arus

Untuk trafo yang dihubung singkat : I 1N 1 =I 2N 2

Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban:


E1 N1
=
E2 N2
Dimana
N1
a=
N2 ,

I1 > I2 sehingga N 1 <N 2 ,

N 1 = jumlah lilitan primer, dan

N 2 = jumlah lilitan sekunder.


Rangkaian Ekivalen

I1Z1 I2Z2

U1 I0 E2 I2 I2Zb = U2

Gambar 3.2. Rangkaian Ekivalen

Tegangan induksi pada sisi sekunder adalah


E2 =4, 44BAfN 2 Volt

Tegangan jepit rangkaian sekunder adalah


E2 =I 2( Z 2 + Z b )
Volt
Z b =Z kawat + Z inst Volt

Dalam aplikasinya harus dipenuhi U 1 >U 2


Dimana: B = kerapatan fluksi (tesla)

A = luas penampang (m2)


f = frekuensi (Hz)

N2 = jumlah lilitan sekunder

U1 = tegangan sisi primer

U2 = tegangan sisi sekunder

Zb = impedansi/tahanan beban trafo arus

Zkawat = impedansi/tahanan kawat dari terminasi CT ke instrumen

Zins = impedansi/tahanan internal instrumen, misalnya relai

proteksi atau peralatan meter


Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus (CT)

U1 I1 Z1

I2 Z2
E
U2 IO I1

I2

IO

Im

Gambar 3.3. Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus

3.2 Fungsi Trafo Arus


Fungsi dari trafo arus adalah:
- Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering
dan proteksi
- Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai
pengamanan terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran.
- Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Ampere dan 5
Ampere.
Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Trafo arus pengukuran
Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada
daerah kerja (daerah pengenalnya) 5% - 120% arus nominalnya
tergantung dari kelasnya dan tingkat kejenuhan yang relatif rendah
dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter,
VARh-meter, dan cos meter.
b) Trafo arus proteksi
Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi
gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus
pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup tinggi.
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR),
relai beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada
titik saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 3.4).
V
proteksi

pengukuran

Gambar 3.4. Kurva kejenuhan CT untuk Pengukuran dan Proteksi

- Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh


dibandingkan trafo arus proteksi sehingga konstruksinya mempunyai
luas penampang inti yang lebih kecil (Gambar 3.5).

CT Pengukuran CT Proteksi
A2
A1

Gambar 3.5. Luas Penampang Inti Trafo Arus


3.3 Jenis Trafo Arus
Adapun jenis trafo arus menurut tipe konstruksi dan pasangannya yaitu
sebagai berikut:
Tipe Konstruksi
Tipe cincin (ring / window type) Gambar 1a dan 1b.
Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type) Gambar 2.
Tipe tangki minyak (oil tank type) Gambar 3.
Tipe trafo arus bushing
Tipe Pasangan.
Pasangan dalam (indoor)
Pasangan luar (outdoor)

Adapun jenis trafo arus berdasarkan konstruksi belitan primer yaitu


sebagai berikut:
Sisi primer batang (bar primary)

Gambar 3.6. Bar Primary


Sisi tipe lilitan (wound primary).

Gambar 3.7 Wound Primary

Adapun jenis trafo arus berdasarkan konstruksi jenis inti, diantaranya yaitu
sebagai berikut:
Trafo arus dengan inti besi
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada
arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan
kesalahan dan pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo
arus akan mengalami saturasi.
Trafo arus tanpa inti besi
Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis,
transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di
seluruh jangkauan pengukuran, contohnya adalah koil rogowski (coil
rogowski)

Adapun jenis trafo arus berdasarkan konstruksi jenis isolasi yang


dikelompokkan menjadi dua kelompok (indoor dan outdoor), yaitu sebagai
berikut:
Trafo arus kering
Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor).
Trafo arus Cast Resin
Trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan menengah, umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor), misalnya trafo arus tipe
cincin yang digunakan pada kubikel penyulang 20 kV.
Trafo arus isolasi minyak
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus
tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan
(outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada
pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV dan 150 kV.
Trafo arus isolasi SF6 / Compound
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan
trafo arus tipe top-core.

Adapun jenis trafo arus berdasarkan lokasi pemasangannya yang dibagi


menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut:
Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh,
isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian
elektrik internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.

Gambar 3.8. Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan


Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)
Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang
lebih kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan
isolator dari bahan resin.

Gambar 3.9 Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan

Adapun jenis trafo arus berdasarkan jumlah inti pada sisi sekunder, yaitu
sebagai berikut:
Trafo arus dengan inti tunggal
Contoh: 150 300 / 5 A, 200 400 / 5 A, atau 300 600 / 1 A.
Trafo arus dengan inti banyak
Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang
mempunyai sifat pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat tempat.

Contoh:
Trafo arus 2 (dua) inti 150 300 / 5 5 A (Gambar 3.10).
Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk pengukuran)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)
P1 P2

300/5 A

300/5 A

1S1 1S2 2S1 2S2


Gambar 3.10. Trafo Arus dengan 2 Inti

Trafo arus 4 (empat) inti 800 1600 / 5 5 5 5 A (Gambar 3.11).


Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk pengukuran)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)
Penandaan sekunder inti ke-3: 3S1-3S2 (untuk relai jarak)
Penandaan sekunder inti ke-4: 4S1-4S2 (untuk proteksi rel)
Trafo arus 4 (empat) inti 800 1600 / 5 5 5 5 A

P1 P2

300/5 A

300/5 A

300/5 A
300/5 A

1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2

Gambar 3.11. Trafo Arus dengan 4 Inti

Adapun jenis trafo arus berdasarkan pengenal yaitu pengenal primer dan
sekunder, diantaranya sebagai berikut:
Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300,
400, 600, 800, 900, 1000, 1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600.
Pengenal sekunder yang biasa dipakai adalah 1 A dan 5 A.
Berdasarkan pengenalnya, trafo arus dapat dibagi menjadi:
Trafo arus dengan dua pengenal primer
Primer paralel
Contoh: CT dengan rasio 800 1600 / 1 A
Untuk hubungan primer paralel, maka didapat rasio CT 1600 A, lihat
Gambar 3.12 berikut.

Primer seri
Contoh: CT 800 1600 / 1 A
Untuk hubungan primer seri, maka didapat rasio CT 800 / 1 A, lihat
Gambar 3.13 berikut.

P1 P2 P1 P2

S1 S2 S1 S2

Gambar 3.12 Primer Paralel Gambar 3.13. Primer Seri


CT rasio 1600 / 1 A CT rasio 800 / 1 A

Trafo arus multi rasio/sekunder tap


Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari
tap yang terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada juga
yang memiliki lebih dari dua tap (lihat Gambar 3.15).
Contoh:
Trafo arus dengan dua tap: 300 600 / 5 A
Pada Gambar 3.14, S1-S2 = 300 / 5 A, S1-S3 = 600 / 5 A.
Trafo arus dengan tiga tap: 150 300 600 / 5 A
Pada Gambar 3.15, S1-S2 = 150 / 5 A, S1-S3 = 300 / 5 A, S1-S4 = 600 / 5
A.
P1 P2 P1 P2

S1 S2 S3 S1 S2 S3 S4

Gambar 3.14 Gambar 3.15.


CT Sekunder 2 Tap CT Sekunder 3 Tap

3.4 Komponen Trafo Arus


Tipe cincin (ring / window type) dan Tipe cor-coran cast resin
(mounded cast resin type)

Gambar 3.16. CT tipe cincin

Gambar 3.17. Komponen CT tipe cincin


Keterangan
Terminal utama (primary terminal)
Terminal sekunder (secondary terminal).
Kumparan sekunder (secondary winding).

CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada


kubikel penyulang (tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis
isolasi pada CT cincin adalah Cast Resin
Tipe Tangki

Gambar 3.18. Komponen CT tipe tangki

Komponen Trafo arus tipe tangki


1. Bagian atas Trafo arus (transformator head).
2. Peredam perlawanan pemuaian minyak (oil resistant expansion
bellows).
3. Terminal utama (primary terminal).
4. Penjepit (clamps).
5. Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil
assembly with primary winding and main insulation).
6. Inti dengan kumparan sekunder (core with secondary windings).
7. Tangki (tank).
8. Tempat terminal (terminal box).
9. Plat untuk pentanahan (earthing plate).

Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi
minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya
digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe
bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV, 150
kV dan 500 kV.
PENUTUP

Penutup dalam makalah ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.


Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

4.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang kami dapat berdasarkan materi yang
kami kumpulkan, yaitu sebagai berikut:
1. Trafo arus yang digunakan untuk mengambil input data masukan berupa
besaran arus dengan cara perbandingan belitan pada belitan primer atau
sekunder.
2. Sebuah trafo arus dikatakan bagus dan baik jika memiliki kekuatan isolasi
yang kuat dan baik untuk menahan arus yang besar.
3. Gangguan terjadi akibat sambaran petir yang mengenai kawat phasa, dapat
menimbulkan gelombang berjalan yang merambat melalui kawat phasa
tersebut dan menimbulkan gangguan pada trafo

4.2 Saran
1. Untuk Guru atau Dosen
Guru atau dosen sebagai orang yang ahli untuk lebih membimbing agar
semua orang atau kalangan lebih mengetahui tentang transformator arus
(Current Transformator).
2. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa sebaiknya lebih giat belajar materi tentang trafo dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada, guna menambah wawasan materi tentang
matakuliah transformator.
DAFTAR RUJUKAN

Bejo, Mas. 2013. Bagian Trafo Arus. (Online), (http://Bagian-Trafo-Arus-


IlmuListrik.com.html), diakses 20 Juni 2015.
Yakusa. 2012. CURRENT TRANSFORMER (TRAFO ARUS). (Online),
(http://yakusa-CURRENT-TRANSFORMER-(TRAFO-ARUS).html),
diakses 20 Juni 2015.
Taufan, Muhammad. 2013. Current Transformer (CT) atau Trafo Arus. (Online),
(http://ENGINEERING-BUILDING-Current-Transformer-(CT)-atau-
Trafo-Arus.html), diakses 20 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai