Anda di halaman 1dari 44

BAB II

ISI


2.1 Definisi Gardu Induk
Gardu listrik adalah sekumpulan komponen sistem tenaga listrik yang berfungsi
sebagai pusat penyaluran yang menghubungkan antar satu sistem ke sistem lain mulai
dari tegangan extra tinggi hingga tegangan rendah. Dimana selalu terdapat sisi
incoming dan outgoing.

2.2 Fungsi Gardu Induk
Fungsi dari gardu listrik ialah menyalurkan tenaga listrik mulai dari tegangan
tinggi hingga tegangan rendah, untuk fungsi lainnya sebagai berikut:
a. Sebagai tempat pengontrolan penyaluran tenaga listrik
b. Sebagai pengaman operasi system tenaga listrik

2.3 Komponen Pada Gardu Induk
a. Trafo Tiga Belitan
Trafo 3 belitan memiliki belitan primer, sekunder, dan tertier, masing-
masing berdiri sendiri pada tegangan yang berbeda.



Single Line Trafo 3 belitan

Transformator tiga belitan ini memiliki dua belitan pada sisi
incoming/belitan LV terdapat 6 buah masukan yang terdiri dari dua buah fasa
untuk masing-masing R, S dan T. Dua incoming tersebut masing-masing dapat
disuplai dengan dua generator yang berbeda, tetapi hanya memiliki 3 buah
keluaran R, S dan T.

Keuntungan Trafo 3 belitan :
a. Nilai efisiens i lebih tinggi, baik dilihat dari nilai rugirugi transformator
maupun dilihat dari efisiensi rata-rata harian.
b. Bila ditinjau dari sisi kinerjameskipun transformator mempunyai 2 buah
masukan tetapi bila salah satu turbin gas tidak beroperasi karena ada
kerusakan atau untuk pemeliharaan, transformator tetap dapat beroperasi
dengan hanya satu buah masukan.

Kelemahan Trafo 3 belitan antara lain :
Kelemahan dari transformator tiga belitan sebagai transformator step-up
pada dua generator adalah jika terjadi gangguan pada transformator yang
menyebabkan tripnya PMT maka dua generator tidak dapat mensuplai daya ke
beban.

b. Lightning Arrester
Lightning arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap
tegangan lebih, yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching
surge). Alat ini bersifat sebagai By-pass disekitar isolasi yang
menghubungkan arus kilat ke system pertanahan sehingga tidak menimbulkan
tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. Jadi
pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan
surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relative rendah,
sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ketanah.
Sesuai dengan fungsinya, yaitu arrester melindungi peralatan listrik
pada system jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan petir atau surja
hubung. Maka pada umumnya arrester dipasang pada ujung SUTT yang
memasuki gardu induk.

Bagian-bagian yang penting dari arrester
Beberapa bagian yang terdapat pada suatu arrester yaitu :
a. Elektroda
Elektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan
dengan bagian yang bertegangan di bagian atas, dan elektroda bawah
dihubungkan dengan tanah.
b. Sela Percikan (spark-gap)
Apabila terjadi ganguan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada
arrester yang terpasang, maka pada sela percikan (spark-gap) akan terjadi
loncatan busur api. Pada beberapa type arrester busur api yang terjadi
tersebut di-tiup keluar oleh tekanan gas yang ditimbulkan oleh tabung
fiber yang terbakar.
c. Tahanan katun(vave resistor)
Tahanan yang dipergunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis material
yang besifat tahanannya yang berubah bila mendapatkan perubahan
tegangan


Jenis-jenis Lightning Arrester
Lingkup arrester luas, mulai dari penggunaan elektronika hingga pada
system transmisi Tegangan Tinggi maupun Tegangan Ekstra Tinggi. Laporan
ini membahas tentang arrester pada level tegangan Lightning Arrester pada
Sistem Transmisi secara umum yang dapat dikelompokkan berdasarkan
beberapa kategori:
1. Berdasarkan Level Tegangan Withstand Voltage Peralatan yang
dilindungi
Mengacu pada IEC 60071-1:
a. Range I (1kV 245kV)
b. Range II (di atas 245 kV)
Klasifikasi ini didasarkan pada perbedaan karakteristik surja,
dimana pada Range II surja akibat proses switching lebih
membahayakan peralatan daripada surja lightning. Oleh karena proses
switching memiliki steepness yang lebih lambat, maka diperlukan pula
arrester dengan karakteristik komponen non linear yang berbeda.
ANSI/ IEEE C62.1 dan C62.11 membedakan lightning arrester ke dalam
4 kelas:
a. Station Class
b. Intermediate Class
c. Distribusi Class
d. Secondary Class
2. Berdasarkan Letak Pemasangan
Arrester pada HV/ EHV menurut pemasangannya dibedakan menjadi
sebagai berikut:
a. Arrester GIS

Arrester di GIS
b. Arrester Saluran Transmisi
Dipasang baik parallel dengan insulator pada tower (umumnya
diserikan dengan spark gap) atau dipasang pada konduktor sebagai
pengganti damper dilengkapi dengan disconnector Switch. Untuk tipe
gap, stress akibat tegangan power frekuensi tidak mempengaruhi kondisi
arrester, namun sulit untuk memonitor kondisi arrester karena tidak
dilengkapi dengan counter, yang dapat dilaksanakan adalah monitoring
kondisi tanduk api untuk menentukan apakah telah terjadi proses
discharge.
Sementara untuk arrester tanpa gap, dipasang pada konduktor terhubung
ke ground, dilengkapi dengan disconnector switch (yang akan bekerja
bila telah terjadi arus di atas nilai nominalnya), arrester line jenis ini juga
dilengkapi dengan counter sehingga memudahkan proses monitoring.
c. Arrester Gardu Induk
Merupakan Arrester kebanyakan yang terpasang di Gardu Induk,
menurut material penyusun housing, material Gardu Induk dibedakan
menjadi:
1. insulator porselen
2. insulator polimer

Lightning Arrester Jenis Metal Oksida
di Gardu Induk Simpang Tiga

c. Potential Transformer (PT)
Fungsinya adalah mentransformasikan besaran Tegangan Tinggi ke
besaran Tegangan Rendah guna pengukuran atau proteksi dan sebagai isolasi
antara sisi tegangan yang diukur atau diproteksikan dengan alat ukurnya /
proteksinya. Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan transformator
tegangan adalah batas kesalahan transformasi dan pergeseran sesuai tabel
dibawah ini :

Kelas
% Kesalahan Rasio
Tegangan (+/-)
Pergeseran Sudut
+/- (Menit)
0,5 0,5 20
1,0 1,0 40

Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam
hal ini sangat terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan
dalam; lazimnya transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel
pengukuran.

*) Menurut SPLN 55:1990 Pasal 4-Ketentuan Peralatan No.12, yaitu
Trafo tegangan yang digunakan adalah trafo tegangan kelas 0,5.
Batas tegangan lebih yang diijinkan menurut SPLN 1 : 1978 dan IEC
71 dapat dilihat pada Tabel berikut ini :








d. Current Transformer (CT)

Gambar 41. Transformator Arus (CT)

Transformator arus (Current Transformer- CT) adalah salah satu
peralatan di Gardu Distribusi, fungsinya untuk mengkonversi besaran arus
besar ke arus kecil guna pengukuran sesuai batasan alat ukur, juga sebagai
proteksi serta isolasi sirkit sekunder dari sisi primernya.
Faktor yang harus diperhatikan pada instalasi transformator arus adalah
Beban (Burden) Pengenal dan Kelas ketelilitian CT. Disarankan
menggunakan jenis CT yang mempunyai tingkat ketelitian yang sama untuk
Teg. Nominal (kV) Teg. Yg
diijinkan (kV)
Teg. Nominal
(kV)
Teg. Yg
diijinkan (kV)
500 525 20 21
150 157,5 12 12,6
70 72,5 6 6,3
30 31,5 - -
beban 20% - 120% arus nominal. Nilai burden, kelas ketelitian untuk proteksi
dan pengukuran harus merujuk pada ketentuan/persyaratan yang berlaku.
Konstruksi transformator arus dapat terdiri lebih dari 1 kumparan primer
(double primer).
Untuk konstruksinya sama halnya dengan transformator tegangan,
transformator arus pasangan luar memiliki konstruksi lebih besar/kokoh
dibandingkan konstruksi pasangan dalam yang umumnya built in (atau akan
dipasangkan) dalam kubikel pengukuran.

*) Menurut SPLN 55:1990 Pasal 4-Ketentuan Peralatan No.13, yaitu
Trafo Arus yang digunakan adalah Trafo kelas 1 untuk pengukuran tegangan
rendah dan kelas 0,5 untuk pengukuran tegangan menengah dan tegangan
tinggi.
Trafo arus tegangan menengah dan tegangan tinggi yang digunakan
untuk pengukiuran dan pembatasan daya harus mempunyai 2 kumparan
sekunder.

e. Capasitor Voltage Transformer (CVT)
Kontruksi Trafo Tegangan Kapasitor (Capacitor Voltage Transformer
)Bagian bagian utama CVT :
1).HV.Tadalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal ) yaitu
bagian yang dihubungkan dengan tegangan transmisi baik untuk tegangan
bus maupun tegangan penghantar terminal tegangan tinggi/primer.
2).C1 ,C2 adalah kapasitor pembagi tegangan (capacitive voltage divider )
yangberfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo
teganganmenjadi tegangan pengukuran yang lebih rendah. Kapasitansi
C2lebih besardari C1. Sebagai contoh untuk CCVT 110/3 kV / 100/3
V dengan maksimum tegangan fasa tanah 71 kV, kapasitansi masukan
(input capacity ) 8.800 pF yang terdiri dari C1= 20.661 pF, dan C2=
182.504 pF (C1 dan C2 terhubung seri).


CVT (Capasitor Voltage Transformer)

3).L0 adalah induktor penyesuai tegangan (medium voltage choke )
yangberfungsi untuk mengatur/menyesuaikan supaya tidak terjadi
pergeseran fasaantara tegangan masukan (v i) dengan tegangan keluaran
(v o) pada frekuensidasar.
4).PT adalah trafo tegangan yang memberikan tegangan sekunder vo untuk
masukan pada instrument meter dan peralatan/relai proteksi dengan
mengubah tegangan menengah dari kapasitor pembagi tegangan ke
tegangan rendah.
5).Rubber bilow adalah sebagai katup pernapasan (dehydrating breather )
untuk menyerap udara lembab pada kompartemen yang timbul akibat
perubahantemperatur, sehingga akan mencegah penurunan isolasi
minyak.
6).Isolator adalah Isolator porselen penyangga, tempat kedudukan
kapasitordan berfungsi sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan
tinggi.
7).1a, 2a adalah terminal keluaran untuk tegangan sekunder, sebagai
contohuntuk rasio CVT 50 Hz adalah 150/3kV / 100/3 volt atau rasio
sama dengan1500.Bagian-bagian lainnya:-PG( protective gap ) adalah
gap pengaman,-H.F(high frequency ) adalah teminal frekuensi tinggi
yang berkisar sampai puluhan kilohertz, sebagai pelengkap pada salah
satu konduktor penghantardalam memberikan sinyal komunikasi melalui
PLC,-L3 adalah reaktor pentanahan yang berfungsi untuk
meneruskanfrekuensi 50Hz,-SA(surge arrester) atau arester surja adalah
pelindung terhadap gelombang surja petir, dan-S adalah sakelar
pentanahan (earthing switch), yang biasanya dipergunakan pada kegiatan
pemeliharaan.



Batasan Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Rangkaian Sekunder
CT/PT/CVT (Standar IEEE 43-2000)


f. Current Potential Transformer (CPT)
g. Disconnecting Switch (DS)


Disconnectiong Switch

Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik 20kV.
Pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban. Karena DS
hanya dapat dioperasikan saat kondisi tidak berbeban, maka yang harus
dioperasikan terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus oleh CB
baru DS dioperasikan.

h. Circuit Breaker (CB)
Circuit breaker adalah piranti saklar mekanik yang mampu untuk
menyambung atau memutus arus di bawah kondisi normal atau abnormal
(hubung singkat) dari suatu sistem tenaga. CB seringkali didefinisikan
menurut kemampuannya dalam menangani kondisi abnormal (hubung
singkat). Ada beberapa referensi yang menyebutkan bahwa fungsi CB adalah
sebagai pemutus dalam kondisi berbeban dan tidak berbeban.


Circuit Breaker Substation

CB memiliki rating utama sebagai berikut:
i. Power frequency voltage atau rated normal voltage adalah tegangan
saluran rms maksimum pada frekuensi 50/60 Hz
ii. Insulation levels (BIL, switching impulse, hi-pot voltage). Merupakan
ukuran dari kekuatan bahan isolasi yang diberi satuan kilo volt. Nilai
BIL didapat dari nilai tegangan pengujian ketahanan pada saat tes di
laboratorium. Tegangan uji dapat berupa tegangan RMS maupun
tegangan impuls.
iii. Continuous current, adalah arus yang mengalir pada CB secara kontinyu
dalam kondisi normal (berbeban) tanpa melampaui batas kenaikan suhu
yang diijinkan.
iv. Rated short time current, adalah arus yang paling tinggi, termasuk
komponen AC dan DC yang harus mampu ditangani oleh CB tanpa
menyebabkan kerusakan dalam interval waktu yang telah ditentukan,
dibagi menjadi 2, yaitu:
The rated instantaneous current, adalah amplitude arus maksimum
yang mungkin terjadi (nilai puncak)
Rating arus waktu tertentu, adalah rating arus yang didasarkan pada
batas suhu yang diijinkan, 1 second rating, 3 second rating atau 5
second rating
v. Rated interrupting current, adalah arus hubung singkat tiga fasa (RMS)
yang paling tinggi yang dapat diputuskan dengan aman selama siklus
kerja standard. Rating arus pemutusan (breaking/interrupting current)
juga memberikan informasi mengenai batas kemampuan kontak dari CB
untuk memutus arus gangguan dengan aman. Proses pemutusan arus
hubung singkat dikatakan berjalan dengan aman apabila:
waktu pemutusan tidak lebih dari waktu pemutusan normal
proses pemutusan berjalan tanpa menghasilkan api yang
membahayakan
setelah trip, CB harus kembali ke posisi semula

Arus setelah terjadi hubung singkat terdiri dari 2 komponen:
i = i
s
+ i
t

Dimana:
i
s
= arus steady state (arus hubung singkat simetri)
i
t
= arus transient (arus karena adanya komponen DC)
vi. The rated interrupting KVA, P
int
=
int
3 I V
rated
(Breaking capacity)
vii. The rated making current, adalah nilai arus puncak (peak) yang terjadi
pada siklus pertama ketika CB menutup (ON). Making current selalu
dinyatakan dalam nilai puncak (peak values) oleh karenanya making
current selalu lebih tinggi dari interrupting/breaking current.
viii. Operating duty (duty cycle), adalah siklus operasi standard dari CB.
Sesuai dengan standard, siklus operasi dari CB mengacu pada tata urutan
sebagai berikut:
O t CO t CO
Di mana:
O = open
t = 0.3 detik (untuk CB dengan proses reclosing yang sangat cepat)
= 15 detik (untuk CB yang tidak digunakan untuk proses
reclosing yang sangat cepat)
CO = close-open
t = 3 menit
Contoh:
O-0.3s-CO-3min-CO
Artinya:
Ketika ada gangguan, relai akan kerja dan memerintahkan CB
untuk open (O) atau mati. Oleh autorecloser, setelah 0.3 detik, CB
diperintahkan close (C) atau ON. Setelah selang waktu 30 mili detik,
kontak CB open lagi selama 3 menit untuk me-recharge system piranti
mekanis seperti pegas atau hydraulic supaya mampu untuk menutup
(close) lagi. Dan kemudian, setalah selang waktu 30 mili detik, kontak
open (OFF).
ix. The rated interrupting time, adalah waktu maksimum untuk pemutusan
arus.

Pemilihan Circuit Breaker
Setiap circuit breaker dirancang sesuai dengan tugas yang akan
dipikulnya. Ada bebrapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam disain
pemutus daya, yaitu:
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya di mana CB akan
dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan netral sistem
tenaga.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui CB. Nilai arus ini
tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal be ban
di mana CB tersebut terpasang
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan oleh CB
4. Lama maksimum arus hubung singkaat yang boleh berlangsung. Hal ini
berhubungan dengan waktu pembukaan kontak.
5. Kekuatan dielektrik media isolasi
6. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan CB. Untuk instalasi di atas 1000
m, faktor koreksi ketinggian harus digunakan, sebagaimana yang terlihat
pada gambar 31.

Faktor Koreksi Ketinggian
Nilai maksimum untuk tegangan dan BIL harus dikalikan dengan
faktor koreksi ini. Detail berkatitan dengan faktor koreksi ini dapat
dibaca di ANSI/IEEE C37.04-1979.


Kemampuan Arus Circuit Breaker
Kemampuan arus pemutus daya dinyatakan dalam tiga besaran, yaitu:
1. Breaking/interrupting current, yaitu harga efektif arus hubung singkat
simetri (tiga fasa) tertinggi yang dapat diputuskan CB tanpa
menimbulkan kerusakan pada kontak-kontak CB. Arus hubung singkat
simetri ini bisa diperoleh dari perhitungan atau langsung didapatkan dari
PLN.
2. Making current, yaitu arus puncak tertinggi pada saat CB menutup.
Penentuan making current dapat dihitung dengan persamaan pendekatan
sebagai berikut:
sym sc m
I k I


Di mana:
k = faktor pengali yang besarnya ditentukan sebagai berikut:
R
X
e k
3
98 . 0 02 . 1


3. Arus kontinyu. Arus yang besarnya tergantung dari rating generator,
trafo, atau beban (tergantung pada lokasi di mana CB dipasang).
) , (
.) , (
3
gen trafo
gen trafo
n
V
S
I



Kemampuan Tegangan CB
1. Rated Normal Voltage, yaitu rating tegangan dari CB. Rating tegangan
CB ini ini harus dipilih di atas tegangan nominal sistem tenaga.
2. Power Frequency Withstand Voltage, tegangan RMS yang paling tinggi
yang dapat ditahan oleh CB selama selang waktu tertentu (ex. 1 menit)
pada frekuensi 50 atau 60 Hz.

system pfw
V V 3

3. BIL, impulse withstand voltage. Besarnya tegangan ini didapat dari
koordinasi isolasi. Koordinasi isolasi adalah proses penentuan level
isolasi yang tepat dari beberapa komponen sistem tenaga. Level isolasi
ini harus benar-benar memperhatikan tegangan discharge dari arrester.
Tegangan discharge dari arrester harus lebih kecil dari BIL peralatan.
Akan tetapi harus lebih besar dari tegangan sistem. Diagram koordinasi
isolasi secara praktis dapat dilihat pada gambar 32.


Diagram koordinasi isolasi antara surge arrester dan peralatan sistem
tenaga

Standar dari tiga tegangan di atas (rated normal voltage, power
frequency withstand voltage dan BIL) telah terstandarisasi sebagaimana yang
terlihat pada gambar 33.


Standar Tegangan CB
Standar-standar bernkenaan dengan CB
1. IEEE C37.04
2. IEEE C37.06
3. IEEE C37.100.1
4. IEEE C37.010
5. IEEE C37.011
6. IEEE C37.012
7. IEEE C37.015

i. Reactor
Reaktor merupakan peralatan utama atau peralatan yang terintegrasi, baik
dalam jaringan sistem distribusi maupun transmisi. Dikatakan bahwa reaktor
merupakan peralatan utama jika pemasangannya tidak menjadi bagian dari
paralatan dasar lainnya, misalnya reaktor pembatas arus (current liminting
reactors), reaktor paralel (shunt reactor/steady-state reactive compensation)
dll. Dikatakan bahwa reaktor merupakan peralatan terintegrasi jika reaktor
tersebut merupakan bagian dari suatu peralatan dengan unjuk kerja tertentu,
misalnya reaktor surja hubung kapasitor paralel (shunt-capacitor-switching
reactor), reaktor peluah kapasitor (capacitor discharge reactor), reaktor
penyaring (filter reactor) dan lain-lain.
o Fungsi
Aplikasi pemasangan reaktor dalam sistem tenaga listrik pada prinsipnya
untuk membentuk suatu reaktansi induktif dengan tujuan tertentu. Beberapa
tujuan tersebut diantaranya adalah membatasi arus gangguan, membatasi arus
inrush pada motor dan kapasitor, menyaring harmonisa, mengkompensasi
VAR, mengurangi arus ripple, mencegah masuknya daya pembawa signal
(blocking of power-line carrier), pentanahan titik netral, peredam surja
transient (damping of switching transient), mereduksi flicker pada aplikasi
tanur listrik, circuit detuning, penyeimbang beban dan power conditioning.
Untuk mempermudah identifikasi, pada umumnya penamaan reaktor
disesuaikan dengan tujuan pemasangannya atau lokasi dimana peralatan
tersebut terpasang.
o Jenis-Jenis
Reaktor terdiri dari tipe kering (dry type) dan tipe terendam minyak (oil
immersed). Berdasarkan jenis konstruksinya, reaktor tipe kering terdiri dari
inti udara (air-core) atau inti besi (iron-core). Di masa lampau, konstruksi
reaktor tipe kering, inti udara hanya berbentuk open-style (Gambar. 1), belitan
terpasang oleh sistem clamping mekanis dan level isolasi diberikan oleh jarak
udara antar lilitan. Reaktor tipe kering inti udara desain saat ini memiliki
belitan yang terbungkus secara penuh dengan isolasi belitan diberikan oleh
film, fiber, atau dielektrik enamel (Gambar. 2).


Gambar 1.1 Reaktor konstruksi open-style


Gambar 1.2. Reaktor konstruksi encapsulated

Di masa lalu, reaktor-reaktor tipe kering inti udara (teknologi kumparan
open-style) dibatasi pada penerapan-penerapan kelas tegangan distribusi.
Reaktor-reaktor tipe kering inti udara modern (terbungkus secara penuh
dengan belitan yang terisolasi dielektrik padat) digunakan untuk keseluruhan
tegangan distribusi dan transmisi, termasuk tegangan tinggi dan tegangan
ekstra tinggi transmisi arus bolak-balik (reaktor seri) dan sistem HVDC
(reaktor filter arus bolak-balik dan arus searah, smoothing reactor).
Konstruksi reaktor tipe terendam minyak dapat berupa inti besi bercelah
(gapped iron-core) atau perisai magnetic (magnetically shielded). Reaktor-
reaktor tipe terendam minyak antara lain digunakan untuk HV/EHV shunt-
reactor (gambar-3).

j. Fuse Cut Out (FCO)
Fuse (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya
bagian dari komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan
ukurannya untuk itu, membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang
dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam
waktu yang cukup.
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi
dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit)
atau beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih
sederhana bila dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang
terdapat di Gardu Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai
kemampuan yang sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya
dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila
diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak
tiga buah.

Prinsip Kerja
Pada distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip kerja
melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus nominalnya.
Biasanya Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS untuk
memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri dengan
jaringan yang dilindunginya, Fuse Cut Out juga sering ditemukan pada setiap
transformator.

Cut Out Fuse

Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam
jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai
kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus
maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan
kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang
rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor
lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan
yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak, kawat tembaga,
kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan bahan tersebut.
Pada umumnya diantara kawat diatas, yang sering digunakan adalah kawat
logam perak, hal ini karena logam perak memiliki Resistansi Spesifik
(/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC) yang rendah. Kawat ini
dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai
pemadam busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa,
sehingga arus mengalir melaluinya.


Tabel Bahan Cut Out Fuse

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat
perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan
dapat dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera
dipadamkan oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin. Karena udara
yang berada di dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan
akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan
sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak
menjadi lumer karena tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu
kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan
terlempar keluar dari kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang
berfungsi sebagai saklar pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan
distribusi dari gangguan arus beban lebih atau arus hubung singkat.
Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila
arus yang melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur
fuse cut out lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada
jaringan distribusi hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari
kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal
yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman
tansformator distribusi, dan pengaman pada cabang cabang saluran feeder
yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.


Konstruksi Fuse Cut Out

1. Isolator Porselin
2. Kontak Tembaga (disepuh perak)
3. Alat Pemadam/Pemutus Busur
4. Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)
5. Mata kait (dari brons) 6. Tabung pelebur (dari resin)
7. Penggantung (dari kuningan)
8. Klem pemegang (dari baja)
9. Klem terminal (dari kuningan)

2.4 Jenis-Jenis Gardu Induk
2.4.1 Berdasarkan Tegangan
a. Gardu Induk Pembangkit
Menyalurkan energi listrik dari satu sistem ke sistem lain dan terdapat
sisi incoming dan outgoing. Sisi incoming gardu induk pembangkit adalah
tegangan pembangkit itu sendiri sedangkan sisi outgoingnya adalah sisi
incoming gardu induk transmisi. Gardu induk pada sistem pembangkit ini
terdiri dari GITT (Gardu Induk Tegangan Tinggi) dan atau GITET (Gardu
Induk Tegangan Ekstra Tinggi) yang sama halnya dengan sistem
transmisi.

b. Gardu Induk Transmisi
i). GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi)
Sisi incoming gardu induk pembangkit adalah tegangan
pembangkit itu sendiri sedangkan sisi outgoingnya adalah sisi incoming
gardu induk transmisi. Sedangkan sisi incoming gardu induk transmisi
adalah tegangan sisi outgoing pembangkit dan sisi outgoingnya adalah
sisi incoming GITT atau GITET.


GITET di daerah Cibatu, Jawa Barat

GITET yaitu gardu listrik yang mendapat daya dari saluran
transmisi tegangan ekstra tinggi atau saluran udara tegangan tinggi
untuk kemudian menyalurkannya ke GITET atau GITT lain melalui
SUTET atau SUTT lain. GITET merupakan gardu yang bertegangan
nominal di atas 230 kV sampai dengan 500 kV dan berfungsi sebagai
saluran utama energi listrik pada sistem tenaga listrik serta
menyalurkan energi listrik ke level tegangan tinggi lainnya.
Contoh Single Line Diagram GITET :

ii). GITT (Gardu Induk Tegangan Tinggi)
GITT yaitu gardu listrik yang mendapat daya dari Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) atau Saluran Sub Transmisi Tegangan Tinggi untuk kemudian
menyalurkannya ke daerah beban melalui penyaluran distribusi. GITT
merupakan gardu yang bertegangan nominal di atas 20kV sampai
dengan 230 kV dan berfungsi untuk mendistribusikan energy listrik ke
level tegangan menengah dan atau meneruskan penyaluran energy
listrik ke subsistem tegangan tinggi lainnya.
Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum
antara GITET dengan GI mempunyai banyak kesamaan. Namun ada
juga perbedaan antara keduanya. Perbedaan mendasar antara keduanya
adalah :
Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah
tranformator daya masing-masing 1 phasa (bank tranformer) dan
dilengkapi peralatan reaktor yang berfungsi mengkompensasikan
daya reaktif jaringan.
Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan
transformator daya 3 phasa dan tidak ada peralatan reaktor.

c. Gardu Induk Distribusi
Gardu distribusi merupakan suatu bangunan gardu listrik yang berisi
atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah
(PHB-TM), transformator distribusi dan perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik
bagi para pelanggan baik dengan tegangan menengah 20 kV maupun
tegangan rendah (220/380V).
Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan
listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai
pada jaringan distribusi tegangan rendah (step down transformator).
Misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt.
Sedang transformator yang digunakan untuk menaikkan tegangan listrik
(step up transformator), hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga
listrik agar tegangan yang didistribusikan pada suatu jaringan panjang
(long line) tidak mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang
berarti tidak melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan yaitu
5% dari tegangan semula.
Jenis transformator yang digunakan adalah transformator satu phasa
dan transformator tiga phase. Adakalanya untuk melayani beban tiga
phase dipakai tiga buah transformator satu phase dengan hubungan
bintang (star conection) atau hubungan delta (delta conection) .
Sebagian besar pada jaringan distribusi tegangan tinggi (primer)
sekarang ini memakai transformator tiga phase untuk jenis outdoor (jenis
transformator yang diletakkan di atas tiang) dengan ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan jenis indoor (jenis transformator yang diletakkan di
dalam rumah gardu).
Fungsi gardu distribusi adalah sebagai berikut :
Menyalurkan atau meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke
konsumen tegangan rendah.
Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah
selanjutnya disalurkan kekonsumen tegangan rendah.
Menyalurkan atau meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke
gardu distribusi lainnya dan ke gardu hubung.

Jenis Gardu Induk Distribusi
i. Gardu Hubung
Gardu hubung adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan
manuver pembebanan dari suatu penyulang ke penyulang lain yang
dapat dilengkapi atau tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit).
Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC supply dari trafo
distribusi pemakaian sendiri atau umum yang diletakkan satu
kesatuan.
Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk
yang telah diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan
atau membagi daya listrik tanpa merubah tegangannya melalui
jaringan distribusi primer (JTM) menuju gardu atau transformator
distribusi.

ii. Gardu Tiang Trafo
Gardu Trafo Tiang (GTT) merupakan salah satu komponen
instalasi tenaga listrik yang terpasang di jaringan distribusi.
Berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan menengah ke
tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke
konsumen.


Gardu Trafo Tiang

iii. Gardu Portal
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) dengan
memakai konstruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan
transformator sekurang-kurangnya 3 meter di atas tanah dan
ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi
operasi dan pemeliharaan. Transformator dipasang pada bagian atas
dan lemari panel / PHB-TR pada bagian bawah.


Gardu Portal

iv. Gardu Cantol
Gardu cantol adalah tipe gardu listrik dengan transformator yang
dicantolkan pada tiang listrik besarnya kekuatan tiang minimal 500
daN. Gardu cantol (Single Pole Mounted distribution substation),
dimana transformator dan panel tegangan rendah menjadi satu yang
dicantolkan pada tiang dan umumnya adalah transformator jenis
Completely Self Protected (CSP). Trafo pada gardu cantol dapat
berupa trafo satu fasa atau 1 buah trafo 3 fasa.


Gardu Cantol

Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu
jenis ini telah dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse) TM
dan pemutus (circuit Breaker) TR. Gardu tiang sangat cocok
digunakan untuk beban-beban daerah yang sangat padat seperti
perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain. Transformator yang
terpasang adalah transformator dengan daya 100 kVA, 3 fasa atau
1 fasa.

v. Gardu Beton
Gardu distribusi jenis beton atau yang sering disebut gardu beton
merupakan suatu lokasi tertentu untuk menerima dan menyalurkan
tenaga listrik dengan konstruksi bangunan menggunakan beton,
dimana terdiri dari komponen sistem tenaga yang berfungsi sebagai
pusat penyaluran yang menghubungkan antara satu sistem ke sistem
lain, dimana selalu terdapat incoming dan outgoing. Dan yang
membedakan dengan gardu distribusi yang lain adalah peralatan
gardu distribusi yang dipasang dalam bangunan yang terbuat dari
beton. Dimana, gardu beton memiliki kapasitas lebih besar dari
gardu tiang dan gardu metal clad dan dapat juga dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan. Konstruksi dengan menggunakan beton
dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.
Gardu beton memiliki trafo dan PHB yang terpasang di dalam
sebuah gedung beton dengan kapasitas transformator yang besar
dibanding jenis gardu yang lain. Gardu konstruksi beton ini memiliki
kapasitas transformator besar, dimana dipakai untuk daerah padat
beban tinggi dengan kontruksi instalasi yang berbeda dengan gardu
pasangan luar. Gardu beton dipasok dari baik jaringan saluran udara
ataupun saluran kabel tanah. Jumlah trafo yang dapat ditampung
dalam gardu ini dapat lebih dari 1 buah, dimana hal ini bargantung
dari kebutuhan dan lokasi yang ada.
Kapasitas trafo yang paling besar untuk gardu ini adalah 400
KVA s/d 630 KVA tetapi ada pula tempat-tampat tertentu trafo
mancapai 1000 KVA. Oleh karena kemampuannya yang cukup besar
maka pembangunan gardu ini biasanya dilaksanakan pada daerah-
daerah yang mempunyai kepadatan lebih besar/ daerah kawasan
industri.
Pada gardu beton pada jenis yang lama biasanya ruangan
tegangan menengah, ruangan trafo dan ruangan tegangan rendah
dipisahkan oleh skat tembok atau terali kawat. Jenis gardu ini yang
baru sekat-sekat tak ada dimungkinkan karena instalasi tegangan
biasanya disebut jenis Open Type. Sedangkan bangunan beton
menengah ada dalam kontak yang tertutup yang biasanya disebut
cubikel sehingga lebih aman dan mudah dalam pengoperasian dan
hemat tempat.
Keuntungannya dari gardu beton ini adalah peralatan yang ada
didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah
dibandingkan gardu distribusi jenis lain. Gardu ini pada umumnya
digunakan untuk daya yang besar, sehingga pada gardu beton ini
dapat diletakkan beberapa trafo.
Selain memiliki keuntungan gardu beton juga memiliki kerugian
yaitu memerlukan tempat yang luas dan biaya lebih mahal serta
pembangunannya yang lebih mahal.

Contoh Gardu Beton

vi. Gardu Kios
Gardu kios adalah gardu yang bangunan keseluruhannya terbuat
dari plat besi dengan konstruksi seperti kios.
Gardu distribusi ini pembangunannya bisanya bersifat untuk
sementara saja selama ada rehabilitasi gardu. Bangunannya terdiri
dari rangka besi dan dindingnya dari Seng serta lantainya biasanya
terbuat dari kayu atau beton.
Terdapat tiga bagian pada gardu kios, yaitu :
o Incoming (tegangan menengah)
o Trafo
o Outgoing (tegangan rendah)
Gardu besi termasuk gardu jenis pasangan dalam, karena pada
umumnya semua peralatan penghubung / pemutus, pemisah dan trafo
distribusi terletak di dalam bangunan besi.


Konstruksi Gardu Kios


Contoh Gardu Kios

Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
membangun gardu beton.
Karena sifat mobilitasnya (mudah dipindahkan), maka kapasitas
transformator distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas
maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan tegangan rendah.

1 2
3
4
5
6
7
Single Line Gardu Kios
Keterangan :
1.Kabel masuk-pemisah atau saklar beban (Load Break Switch)
2.Tranformator Protection (TP) - sakelar beban + pengaman
lebur
3.Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)
4.Transformator
5.Sakelar beban sisi TR
6.Rak TR dengan 4 sirkit
7.Pengaman Lebur TR (NH-Fuse)
Komponen gardu kios :
o Pemutus beban - LBS (Load Break Switch)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik
20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan
berbeban.
o Tranformator Protection (TP)
Pengaman Transformator dengan saklar Load Break Switch
(LBS) dan Proteksi Arus Lebih jenis pengaman lebur. Jumlah
pengaman transformator (TP) harus disesuaikan dengan jumlah
transformator yang akan dipasangkan dalam gardu tersebut.
Transformator distribusi dengan daya 630 kVA pada sisi
primer dilindungi pembatas arus dengan pengaman lebur jenis
HRC (High Rupturing Capacity). Peralatan kubikel proteksi
transformator, dilengkapi dengan LBS yang dipasang sebelum
pengaman lebur.

vii. Gardu Mobil
Merupakan Gardu Induk yang peralatannya dipasang di atas trailler
atau kendaraan bergerak lainnya sehingga dapat berpindah tempat
sesuai dengan kebutuhan. Biasanya digunakan untuk pemakaian
sementara atau keadaan darurat.


Gardu Mobil


2.4.2 Berdasarkan Penempatan
Gardu listrik dikelompokkan berdasarkan penempatan peralatan
karena menyesuaikan tempat gardu listrik tersebut akan dibangun.
a. Gardu Indoor
Merupakan Gardu Induk yang hampir seluruh peralatannya
(switchgear, busbar, isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle,
dan lain-lain)dipasang di dalam ruang tertutup (indoor)kecuali transformator
daya, pada umumnya dipasang di luar gedung.
Gardu Induk ini dibangun untuk kepentingan estetika dengan
surrounding, juga untuk menghindari bahaya yang datang dari lingkungan
sekitarnya.

Gardu Indoor

Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insutaled Substation (GIS).
GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang pada umumnya
dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang sulit untuk
mendapatkan lahan.
Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI konvensional :
Hanya membutuhkan lahan seluas 3.000 meter persegi atau 6 %
dari luas lahan GI konvensional.
Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity) sebesar 3 x 60
MVA bahkan bisa ditingkatkan sampai dengan 3 x 100 MVA.
Jumlah penyulang keluaran (output feeder) sebanyak 24 penyulang
(feeder) dengan tegangan kerja masing-masing 20 KV.
Bisa dipasang di tengah kota yang padat pemukiman.
Keunggulan dari segi estetika dan arsitektural, karena bangunan bisa
didesain sesuai kondisi disekitarnya.
Gardu Induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam : Adalah
gardu induk yang komponen switchgear-nya ditempatkan di dalam
gedung dan sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar
gedung, misalnya gantry (tie line) dan saluran udara tegangan tinggi
(SUTT) sebelum masuk ke dalam switchgear. Transformator daya juga
ditempatkan di luar gedung.

b. Gardu Outdoor
Kebalikan dari Indoor Substation, Gardu Induk ini merupakan Gardu
Induk yang semua peralatannya dipasang di ruangan terbuka (outdoor),
namun pusat kontrol, sistem proteksi dan alat ukur, serta komponen bantu
lainnya tetap berada dalam ruangan.


Gardu Outdoor

Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan gardu induk
konvensional. Sebagian besar gardu induk di Indonesia adalah gardu induk
konvensional. Untuk daerah-daerah yang padat pemukiman dan di kota-kota
besar di Pulau Jawa, sebagian menggunakan gardu induk pasangan dalam,
yang disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS).
Outdoor Substation lebih murah dalam konstruksinya, namun
memerlukan lahan yang lebih luas.

c. Gardu Underground
Merupakan Gardu Induk yang seluruh peralatannya dipasang dibawah
permukaan tanah, kecuali pendingin. Biasanya Gardu Induk ini dibangun
karena lahan yang tidak memadai.


Gardu Underground

d. Gardu Combined Outdoor Indoor
Merupakan Gardu Induk yang sebagian peralatannya dipasang di dalam
ruangan tertutup, dan sebagiannya lagi dipasang di ruangan terbuka dengan
tujuan menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi surrounding atau
lingkungan sekitar.

Combined Outdoor Indoor Substation

e. Gardu Semi Underground
Merupakan Gardu Induk yang sebagian peralatannya dipasang di
bawah permukaan tanah (biasanya transformator daya), dan sebagian lagi
dipasang di atas permukaan tanah.

Gardu Semi Underground


2.4.3 Berdasarkan Isolasi
a. Konvensional
Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnyakarena
sebagian besar peralatannya terpasang di luar gedung (switch yard) dan
sebagian kecil di dalam gedung (HVcell, dll) dan memerlukan areal tanah
yang relatif luas.


Gardu induk konvensional

Standar yang digunakan gardu induk konvensional di Indonesia
salah satunya adalah SPLN 118-4-1 : 1996 tentang Perangkat Hubung
Bagi bagian 4-1. mengenai Spesifikasi Peralatan Hubung Bagi
Tegangan Menengah Gardu Distribusi.

Properties of gases at 20 C, 1 atm
Gas
Breakdown Field Strength,
[kV/mm]
Hidrogen 1,9
Helium 1
Neon 0,29
Nitrogen 3,3
Air 3,2
Oksigen 2,9
Argon 0,65
Karbon Dioksida 2,9
Kr 0,8

8,9

b. Gas Insulation Substation (GIS)
Gardu induk GIS adalah gardu induk yang menggunakan gas SF6
sebagai isolasi antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain
yang bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian
yang tidak bertegangan. Gardu induk ini disebut Gas Insulated Substation
atau Gas Insulated Switchgear (GIS).


Gas Insulation Substation

Secara prinsip peralatan yang dipasang pada gardu induk GIS sama
dengan peralatan yang digunakan pada gardu induk konvensional. Adapun
perbedaan gardu induk GIS dengan gardu induk konvensional yaitu antara
lain :
Pada GIS peralatan-peralatan utamanya berada dalam suatu selubung
logam tertutup rapat, yang di dalamnya berisi gas bertekanan, yaitu
gas SF6 (Sulphur Hexafluorida).
Gas SF6 berfungsi sebagai isolasi switchgear dan sebagai pemadam
busur api pada operasi Circuit Breaker (CB).
GIS (Gas Insulated Substation) merupakan salah satu bagian penting
dari sistem pembangkitan yang berfungsi sebagai saluran penghubung
antara sistem pembangkitan dan jaringan transmisi milik PLN. GIS adalah
sebuah sistem penghubung dan pemutus jaringan listrik yang dikemas dalam
sebuah tabung non-ferro dan menggunakan bahan gas Sulphurhexaflouride
(SF6) sebagai media isolasinya. Gas SF6 mempunyai sifat elektronegatif
yang berperan untuk menghambat busur api yang mungkin terjadi ketika
operasi switchgear. Switchgear mempunyai peran yang sangat penting yaitu
sebagai penghubung antara daya listrik terbangkitkan dari pembangkit
dengan saluran transmisi. Switchgear beroperasi pada tegangan ekstra
tinggi, oleh karena itu harus dilengkapi dengan sistem operasi pengaman
dengan tingkat kehandalan tinggi untuk menjaga kelangsungan pasokan
listrik ke konsumen.
Untuk tegangan rendah mungkin faktor keselamatan dan cara
pemasangan panel relatif belum begitu diperhatikan dibandingkan dengan
untuk tegangan menengah. Sedangkan untuk tegangan di atas 115 KV faktor
ruangan sudah menjadi terbatas untuk meletakkan panel indoor (dalam
ruang), sehingga ukuran komponen dan isolasi perlu diefisienkan. Cara
pengoperasian panel, antisipasi perluasan panel, cara perawatan, kekuatan
rangka dan dinding panel, kemungkinan kesalahan hubung singkat juga
menjadi pertimbangan dalam mendesain panel daya listrik tegangan
menengah. Pada panel berisolasi udara faktor kelembaban, kontaminasi,
masuknya gas explosif, uap korosif, debu dan binatang-binatang kecil masih
merupakan masalah. Susunan busbar yang memanjang di keseluruhan panel
membentuk panel dengan dimensi panjang dan jumlah panel yang tetap.
Dengan menggunakan gas SF6 sebagai isolasi komponen utama di dalam
setiap panel baja kedap udara, maka semua komponennya terlindung dari
faktor-faktor di atas. Busbar panel diletakkan dalam selubung isolasi per-
phasa, sambungan panel dengan panel atau blok panel diberikan dengan
menggunakan busbar sumbat CU berisolasi semi konduktif. Fleksibilitas
sambungan untuk perluasan panel bisa diletakkan di kanan atau kiri panel
asal.
Beberapa pertimbangan penggunaan gas SF6 pada gardu induk GIS
antara lain :
Kekuatan dielektrik tinggi, yaitu pada tekanan udara normal sebesar 2,5
kali dielektrik udara.
Tidak mudah terbakar dan tidak berbau.
Tidak beracun dan tidak berwarna.
Berat molekul 146 (udara 29).
Kepekaan 6 kg/m3 pada 0,1 MFA dan 100 C.
Hampir semua komponen GIS dipasang atau ditempatkan dalam
gedung, kecuali transformator tenaga, pada umumnya dipasang atau
ditempatkan di luar gedung.
Komponen listrik pada GIS merupakan suatu kesatuan yang sudah
berwujud rigid (kompak). Untuk pemasangannya tinggal meletakkan di
atas pondasi.

Komponen-komponen GIS

Tampak Samping
Keterangan :
1) Circuit breaker
2) Mekanisme operasi (CB)
3) Current transformer
4) Disconnecting switch
5) Maintenance earthing switch
6) Fast acting earthing switch
7) Voltage transformer
8) SF6 bushing

Aplikasi Isolator Gas Sf6 Pada PLTU Paiton
Energi listrik merupakan salah satu energi yang mempunyai peranan
disegala bidang sehingga ketersediaanya dibutuhkan dengan jumlah daya
yang besar serta berkelanjutan. PLTU Paiton Unit 7 dan 8 merupakan salah
satu perusahaan listrik swasta yang berupaya untuk memenuhi tingginya
kebutuhan daya listrik yang berkelanjutan di Indonesia. PLTU ini mampu
menyediakan daya listrik dengan kapasitas masing -masing 615 MW(NET)
atau kapasitas total mencapai 1230 MW. Gas Insulated Switchgear(GIS)
merupakan salah satu bagian penting dari sistem pembangkitan di PLTU
Paiton Unit 7 dan 8 yang berfungsi sebagai saluran penghubung antara
sistem pembangkitan dan jaringan transmisi milik PLN.
Gas Insulated Switchgear adalah sebuah sistem penghubung dan
pemutus jaringan listrik yang dikemas dalam sebuah tabung non ferro dan
menggunakan bahan gas sulphurhexaflouride (SF6) sebagai media
isolasinya. Gas SF6 ini mempunyai sifat elektronegatif yang berperan untuk
menghambat busur api yang mungkin terjadi ketika operasi switchgear. GIS
500 kV terdiri dari peralatan-peralatan switchgear yang mempunyai fungsi
dan spesifikasi tertentu serta tidak diijinkan terjadi kesalahan dalam
pengoperasianya.

Standar yang Mengatur Tentang GIS
Berdasarkan standar IEC TR 61634 High Voltage Switchgear and
Controlgear use and handling of Sulphur Hexafluoride (SF6) in high
voltage switchgear and controlgear, gas SF6 sangat dianjurkan untuk
digunakan pada Gas Insulated Switchgear.

2.5 Pola Proteksi Gardu Induk


BAB III
ANALISA

Anda mungkin juga menyukai