Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENGOPERASIKAN GARDU DISTRIBUSI & PHB TR

Oleh:

CHENDRA

01

PLN-TARAKAN UNIT PELAYANAN PELANGGAN DOMPU


(ULP DOMPU)
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Gardu Distribusi
Gardu Distribusi merupakan salah satu Komponen dari suatu sistem
distribusi PLN yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke Konsumen atau
untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen atau pelanggan, baik itu
pelanggan tegangan menengah maupun pelanggan tegangan rendah.
Dalam Gardu Distribusi ini Biasanya digunakan Transformator distribusi
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi
tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan
rendah (step down transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan
380 volt atau 220 volt. Sedang transformator yang digunakan untuk
menaikan tegangan listrik (step up transformator), hanya digunakan pada pusat
pembangkit tenaga listrik agar tegangan yang didistribusikan pada suatu jaringan
panjang (long line) tidak mengalami penurunantegangan (voltage drop) yang
berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan 5% dari
tegangan semula.

1. Komponen Gardu Distribusi

Adapun beberapa komponen- komponen dari Gardu Distribusi, yaitu:


a. Isolator Piring
b. Isolator Tumpu
c. Lighting Arrester
d. Fuse Cut Out (FCO)

e. Transformator
2. Metode Pemeliharaan Gardu Distribusi
Ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan untuk pemeliharaan Gardu
distribusi tiang portal.
A. Pemeliharaan Transformator Distribusi meliputi:
1. Pemeliharaan bushing pada sisi primer dan sisi skunder
2. Pemeliharaan Mur & baut dari sifat-sifat kimia ( Korosi dan kendor)
3. Pemeliharan Tahanan pentanahan terutama pada elektrodanya .
4. Pemeliharaan Minyak trafo, radiator dan konservator.
B. Pemeliharaan PHB-TR ( Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah )
1. Pemeliharaan Sakelar utama yang kena debu dan angus akibat terjadi
busur api yang besar pada alat kontak.
2. Pemeliharaan Mur & baud yang kendor .
3. Pemeliharaan Dudukan Nh Fuse ( Fuse base ) .
4. Penyesuaian Kapsitas beban pada NH Fuse
C. Pemeriksaan tahanan pentanahan ( Aarde )
1. Pemeriksaan pengawatan pentanahan pada arrester dan body trafo
distribusi
2. Pengukuran nilai tanahan pentanahan dengan alat ukur pentanahan
D. Pemeliharaan Instalasi Gardu Distribusi
Instalasi gardu distribusi yang sudah lama terpasang akan terjadi
kerusakan terutama pada bagian titik sambung yang mur-bautnya kendor
dan kena korosi, sehingga akan mengakibatkan terjadinya unjuk kerja
peralatan terpasang tidak sesuai dengan desainnya, untuk mencegah
terjadinya hal tersebut maka dilakukan pemeliharaan berbagai sistem ,
diantaranya :
1. Pemeliharaan Preventif
2. Pemeliharaan rutin
3. Pemeliharaan prediktif
4. Pemeliharaan khusus / Darurat

1.2. PENGERTIAN PANEL HUBUNG BAGI TEGANGAN RENDAH

Panel adalah suatu lemari hubung atau suatu kesatuan dari alat
penghubung, pengaman, dan pengontrolan untuk suatu instalasi kelistrikan
yang ditempatkan dalam suatu kotak tertentu sesuai dengan banyaknya
komponen yang digunakan.
Panel hubung bagi adalah peralatan yang berfungsi menerima energi
listrik dari PLN dan selanjutnya mendistribusikan dan sekaligus mengontrol
penyaluran energi listrik tersebut melalui sirkit panel utama dan cabang ke
PHB cabang atau langsung melalui sirkit akhir ke beban yang berupa
beberapa titik lampu dan melalui kotak-kontak ke peralatan pemanfaatan
listrik yang berada di dalam bangunan.
Sesuai dengan kegunaan dari panel listrik, maka dalam perancangannya
harus sesuai dengan syarat dan ketentuan serta standar panel listrik yang ada.
Untuk penempatan panel listrik hendaknya disesuaikan dengan situasi
bangunan dan terletak ditempat yang mudah dijangkau dalam memudahkan
pelayanan. Panel harus mendapatkan ruang yang cukup luas sehingga
pemeliharaan, perbaikan, pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan
mudah dan aman.
Dalam penempatan panel ini sangat mempengaruhi proses kelangsungan
penyaluran energi listrik, karena apabila penempatan dari panel tersebut tidak
diperhatikan maka kontinitas pelayanan panel tersebut tidak akan bertahan
lama dan dapat mengurangi keandalan dalam penyaluran energi listrik.
A. FUNGSI PANEL
Fungsi panel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu
(Drs.Aslimeri,M.T: 1991: 92) :
1. Penghubung
2. pengaman
3. pembagi
4. pengontrol
5. pengontrol
B. SISTEM PEMBUMIAN PHBTR
PHB TR adalah kependekan dari Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah,
atau istilah lainnya papan bagi. Fungsinya untuk membagi tegangan rendah ke
saluran rumah tangga, istilah mudahnya PHB TR adalah terminal pembagi
dari trafo pada gardu listrik ke jaringan rumah tangga.
Pembumian dilakukan dengan cara menghubungkan peralatan listrik
(seperti body motor listrik, body kotak hubung bagi) dengan elektroda tanah
yang ditanam didalam tanah. Penghantar Pembumian harus sesuai dengan
PUIL terutama berkenaan dengan:
1. bahan dan tipe konduktor, dan
2. ukuran konduktor.
Pada sistem pembumian PHBTR ini pemasangannya sangat sederhana yaitu
terletak pada body PHBTR itu sendiri.

 Arus Listrik
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu
rangkaian pada satu waktu. Muatan listrik yang dimaksud di sini adalah elektron.
Arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron dari kutub negatif ke kutub
posisif.
I=V/R satuan (Ampere)
 Tegangan Listrik
Tegangan listrik merupakan perbedaan potensial listrik antara dua titik pada suatu
penghantar atau rangkaian listrik. Beda potensial adalah perbedaan jumlah
elektron yang berada dalam suatu arus listrik
V = IR Satuan (Volt)

 Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan yang menyebutkan bahwa arus listrik (I)
yang mengalir pada suatu kawat konduktor sebanding dengan beda potensial (V)
yang diberikan pada ujung-ujungnya. Artinya, semakin besar beda potensial,
maka semakin besar arus yang mengalir. Sebaliknya, jika beda potensial yang
diberikan diperkecil, semakin kecil pula arus yang mengalir. Kita bisa
merumuskannya menjadi sebagai berikut.

I=V
Ketika arus listrik I mengalir dalam sebuah kawat konduktor dengan beda
potensial di ujung-ujungnya V, maka arus akan berbanding terbalik dengan
hambatan, menghasilkan rumus sebagai berikut.
I α 1/R
Berdasarkan dua persamaan di atas, maka didapatkan rumus dari hukum Ohm
sebagai berikut.
I=V/R atau V = IR
Besaran R adalah hambatan pada kawat.

Dalam mengoperasikan gardu distribusi ada Standar operaional prosedur


(SOP )pengoperasian trafo distribusi out door
1. Peralatan Kerja
-Alat Kerja dan Alat Bantu
a. Alat Ukur Tahanan Isolasi
b. Tester 20 kV
c. Multimeter
d. Phase Squense meter
e. Earth tester
f. Stick 20 KV
g. Kunci Gardu
h. Fuse Puller
i. Alat Tulis
j. Tangga
k. Senter/ lampu penerangan
l. Radio Kmunikasi
m. Grounding
2. APD (Alat Perlindungan Diri )
a. Helm pengaman
b. Sepatu alat karet
c. Sarung tangan
d. Pakaian kerja
e. Kelengkapan P3K
f. Kaca mata
g. sepatu pengaman
h.tutup telingga
i.jas hujan
4. Langkah Kerja

 SPV Teknik Rayon menerbitkan PK Pekerjaan (Dokumen No.FR.01-


JAR-02).
 SPV Teknik Rayon menunjuk staff sebagai pengawas pekerjaan
(Dokumen No.FR.02-JAR- 02)
 SPV Teknik Rayon memberi pengarahan urutan pelaksanaan kerja dan
mengecek pemakaian peralatan K3, dilanjutkan dengan doa bersama.
 Persiapkan peralatan kerja dan material yang dibutuhkan.
 Pengawas Pekerjaan pergi menuju ke lokasi pekerjaan.
 Pasang rambu dan papan peringatan di lokasi pekerjaan.
 Dirikan dan ikat tangga dekat papan injak trafo.
 Pasang grounding local pada jumper primer dan periksa secara visual kondisi
trafo.
 Catat semua data-data gardu dan cek fuse link yang terpasang sesuai standart
operasi.
 Catat posisi tap changer trafo, sesuaikan dengan tegangan operasi.
 Ukur dan catat tahanan isolasi trafo untuk memastikan bahwa trafo benar-
benar baik.
a. Primer – Body (≥ 20 Mega Ohm)

b. Primer – Primer (Zero)

c. Sekunder – Body (≥ 4 Mega Ohm)

d. Sekunder – Sekunder (Zero)

e. Primer – Sekunder (≥ 20 Mega Ohm)

Ukur tahanan pentanahan :


a. Ground Arresster

b. Ground Body Trafo

c. Ground Netral Trafo

d. Ground LV Board

 Lepas grounding local pada jumper primer dan periksa alat kembali jangan
sampai ada yang tertinggal
 Posisikan saklar utama LV Board (hefboom) dan NH fuse tiap-tiap
jurusan dalam posisi lepas.
 Informasikan ke Operator SMGT bahwa pekerjaan pengoperasian trafo
gardu distribusi siap dilaksanakan.
 Masukan CO gardu dengan menggunakan stick 20 kV.
 Buka pintu gardu dan nyalakan lampu kontrol.
 Lakukan pengukuran pada saat tidak berbeban (arus, tegangan & urutan
phasa) dan catat dalam buku pekerjaan.
 Operasikan trafo selama ± 10 menit dengan beban kosong.
 Apabila setelah dioperasikan dengan beban kosong trafo dalam keadaan
normal, maka masukan saklar utama LV Board (hefboom).
 Masukkan NH Fuse masing-masing jurusan menggunakan Fuse Puller.
 Ukur tegangan dan beban tiap-tiap jurusan :
 Catat hasil pengukuran pada blangko form pengoperasian gardu.
 Ukur tegangan ujung pada tiang terakhir dan catat pada blangko formulir
pengoperasian gardu.
 Gantung kartu trafo pada tempat yang mudah dijangkau dalam LV Board.
 Matikan lampu kontrol kemudian tutup dan kunci pintu gardu.
 Turunkan tangga dan kumpulkan alat-alat kerja pada tempatnya.
Informasikan kembali ke Operator SMGT bahwa gardu telah beroperasi.

Dalam Mengoperasikan Saluran Udara Tegangan rendah ada Standar


operaional prosedur (SOP )
I. KOORDINASI DENGAN:
1. ASMAN OPDIS.
2. Petugas POSKOII.
PERALATAN KERJA:
1. Toolkit.
2. Tangga.
3. Fuse puller.
4. Kunci Gardu.
5. Stick 20 KV.
III. PERALATAN UKUR:
1. Tang Ampere (Tang multi meter)
2. Earth Tester
3. Meger isolasi (500 1000 V )
4. Tespen
IV. PERALATAN K3:
1. Pakaian kerja
2. Sepatu karet
3. Sabuk Pengaman.
4. Sarung tangan kulit
5. Helm pengaman
6. P3KV. MATERIAL: Konektor, vaselin dan NH Fuse sesuai kebutuhan,
beban memakai LHE, LP dan Motor.
VI. LANGKAH KERJA :
1. Petugas lapangan menerima perintah dari ASSMAN OPDIST untuk
melakukan pengoperasian SUTR baru dilengkapi dengan gambar revisi /
gambar pelaksanaan.
2. Berdoa.
3. Siapkan Alat Kerja, Material Kerja, Alat Ukur dan perlengkapan K-3, sesuai
dengan kebutuhan.
4. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi pekerjaan
5. Periksa konstruksi SUTR berdasarkan SPK meliputi: Koneksi/sambungan
dari PHB-TR dan percabangan, cek fasanya jangan tertukar. . Kesesuaian
gambar dengan SPK, . Pemeriksaan rating NT/NH-Fuse
5. Lakukan pengukuran : tahanan isolasi antara fasafasa dan fasanetral,
kontinuitas dan
6. tanahan pentanahan serta catat hasilnya pada BA. Kemudian pasang beban.6.
Lakukan pengukuran tegangan dan urutan fase sebelum NT/NH-Fuse
dimasukkan dan catat hasinya pada BA.
7. Lapor ke POSKO bahwa kondisi fisik SUTR siap dioperasikan dan personil
aman, minta ijin untuk pemasukan tegangan
8. Terima ijin memasukkan tegangan dari POSKO
9. Masukan NT/NH-Fuse fasa R, ukur tegangan fasa R-N, Out fasa S-N, Out
fasa T-N. Lanjutkan masukan NT/NH-Fuse fasa S, ukur tegnya fasa Out T-N,
jika kondisi normal lanjutkan ke butir 14, dst.
10. Apabila hasil pengukuran tegangan fasa T thd netral / menunjukkan adanya
angka besaran berarti telah terjadi kebocoran pada isolasi penghantar tsb.
11. Lakukan penulusuran lokasi titik gangguan, bila telah ditemukan langsung
dilakukan perbaikan, kemudian masukkan NT/NH Fuse.
12. Jika terjadi kegagalan / gangguan maka laporkan ke POSKO / Asman Bung
untuk menelusuri gangguan lebih lanjut.
13. Setelah ijin diterima, lakukan penelusuri lokasi titik gangguan, jika
gangguan ditemukan langsung perbaikan dan masukan NT/NH-Fuse.
14. Lakukan pengukuran tegangan antar fasa & fasa-netral , arus beban fasa R,
S, T, N, dan catat hasilnya pada BA.
15. Lapor ke POSKO bahwa pekerjaan mengoperasikan SUTR baru telah
selesai dan petugas akan meninggalkan lokasi pekerjaan
16. Lepaskan K3 yang sudah tidak dipergunakan
17. Laporan penyelesaian pekerjaan dan penyerahan BA kepada ASSMAN
OPDIST.
Dokumntasi
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan

Adapun simpula yang dapat disampaikan, yaitu:


1. Gardu Distribusi merupakan salah satu Komponen dari suatu sistem
distribusi PLN yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke
Konsumen atau untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen atau
pelanggan, baik itu pelanggan tegangan menengah maupun pelanggan
tegangan rendah.
2. Pemeliharaan Trafo dilakukan secra terjadwal dan dalam keadaan beroperasi /
bertegangan maupun tidak. Pemelihraan trafo meliputi pemeliaraan bushing pada
isi primer dan sekunder, pemelihraaan mur dan baut, pemeliharaan minyak trafo,
radiator dan konservator.
3. Pemeliharaan arrester diulakukan dalam jadwal yang sudah ditentukan. Untuk
pemeliharaan arrester dilakukan dalam tahapan pemelihraan harian, pemeliharaan
tahunan, dana pemeliharaan 10 tahun.
4. Pemeliharaan fuse cut out hanya sebatas pengecekan kondisi fuse tersebut
serta melakukan pembersihan terhadap debu dan kotoran lainnya yang
melekat pada fuse tersebut. Sedangkan untuk perbaikan fuse cut out sangat
jrang dilakukan dikareanakn apabila telah terjadi kerusakan pada fuse maka
akan segera dilakukan penggantian.

Anda mungkin juga menyukai