Anda di halaman 1dari 17

1.

1 Panel Tegangan Menengah (Kubikel 20 kV)

A. Pengertian Kubikel Tegangan Menengah

Kubikel Tegangan Menengah adalah seperangkat peralatan listrik yang yang

berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung, pengontrol dan pengaman sistem

penyaluran tenaga listrik tegangan menengah. Kubikel istilah umum yang mencangkup

peralatan switching dan kombinasinya dengan peralatan kontrol, pengukuran, proteksi

dan peralatan pengatur. Peralatan tersebut dirakit dan saling terkait dengan

perlengkapan, selungkup dan penyangga. . Dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Bentuk Fisik Kubikel

B. Jenis-Jenis Kubikel

1. Kubikel Incoming

Kubikel Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo daya ke

busbar 20 kV.Tegangan 20 kV dari sisi sekunder trafo masuk ke dalam busbar 20 kV


yang berada di dalam kubikel 20 kV. Berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder

trafo daya ke rel tegangan menengah.

2. Kubikel Metering

Kubikel ini berfungsi untuk keperluan pengukuran. Kubikel ini dilengkapi dengan alat

pengukuran, seperti amperemete dan voltmeter. Selain itu, kubikel ini juga dilengkapi

dengan alat proteksi, seperti fuse.

3. Kubikel Outgoing

Kubikel outgoing merupakan kubikel penghubung antara busbar 20 kV yang berada di

dalam kubikel dengan jaringan tegangan menengah. Berfungsi sebagai penghubung /

penyalur dari rel ke beban.

C. Komponen-Komponen Utama Kubikel :

1. PMT (Pemutus Tenaga)

PMT atau CB adalah sakelar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau

memutuskan arus atau daya listrik sesuai ratingnya. Circuit breaker ini dapat

dioperasikan secara otomatis maupun manual dengan waktu pemutus atau

penyambungan yang tetap sama, sebab factor ini ditentukan oleh struktur mekanisme

yang menggunakan pegas. Pada waktu memutuskan atau menghubungkan arus daya

listrik akan terjadi busur api listrik. Pemadaman busur api listrik ini dapat dilakukan

oleh beberapa macam bahan, yaitu: minyak, udara atau gas. Dapat dilihat pada Gambar

1.2
Gambar 1.2 PMT (Pemutus Tenaga)

2. Voltage Transformer (VT)

Voltage Transformer berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi atau menengah

menjadi tegangan rendah sesuai dengan tegangan nominal instrument. Digunakan

untuk mengkonversi besaran tegangan pada sistem tenaga listrik dari besaran primer

menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem metering dan proteksi. Trafo ini

berhubungan dengan jaringan tegangan 20 kV melalui perantara fuse. Dapat dilihat

pada Gambar 1.3


Gambar 1.3 Voltage Transformer (VT) dan Name Plate VT

3. Current Transformer (CT)

Current Transformer digunakan untuk mengonversi besaran arus pada sistem

tenaga listrik dari besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem

metering dan proteksiNominal arus di sisi primer CT bermacam-macam, dapat dipilih

sesuai dengan arus beban maksimum di sisi primer. Sedang arus nominal sisi sekunder

adalah 1 Ampere atau 5 Ampere. Current Transformer (CT) adalah suatu peralatan

transformator yang diletakkan dalam rangkaian tenaga listrik yang berguna sebagai

peralatan ukur yang dihubungkan dengan relay pengaman. Current Transformer juga

berfungsi mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai

pengamanan terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran. Dengan

transformator arus dapat diperluas batas pengukuran suatu alat ukur. Trafo arus untuk

metering dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus proteksi sehingga

konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil. Dapat dilihat pada

Gambar 1.4
Gambar 1.4 CT (Current Transformer) dan Name Plate CT

4. Fuse

Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang sering disebut

sebagai solefuse. Rating tegangannya bisa mencapai 34 kV, dan mampu bekerja

pada arus 31.5 kA. Solefuse ini digunakan untuk melindungi trafo tegangan dari

gangguan. Berfungsi sebagai pengaman sebelum tegangan masuk ke trafo

tegangan. Pada umumnya fungsi fuse ialah alat yang dapat memutuskan arus listrik

pada saat terjadi beban lebih atau hubung singkat pada sebuah rangkaian listrik.

Fuse ini juga berfungsi sebagai pengaman. Dapat dilihat pada Gambar 1.5

Gambar 1.5 Fuse dan Name Plate Fuse


5. Rel Busbar

Sebagai rel penghubung antara kubikel yang satu dengan

lainnya, posisi rel umumnya terletak pada bagian atas kubikel,

pada kubikel tipe RMU (Ring Main Unit) rel 20 kV terdapat dalam

tabung SF6 vacum bentuk rel ada yang bulat ada yang pipih. Busbar berfungsi

menghubungkan antara kubikel yang satu dan yang lain. . Dapat dilihat pada

Gambar 1.6

Gambar 1.6 Rel Busbar


1.2 Pengukuran Tahanan Isolasi Komponen Kubikel

Pengukuran tahanan isoalasi ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation

Tester. Pada kubikel, mengetahui besarnya tahanan isolasi merupakan hal yang penting

untuk menentukan apakah peralatan tersebut dapat dioperasikan dengan aman. Isolasi yang

dimaksud adalah isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bertegangan maupun

dengan bagian yang tidak bertegangan seperti body / ground.

Pada Pengukuran tahanan isolasi trafo dilakukan untuk memperoleh hasil

(nilai/besaran) tahanan isolasi belitan / kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi

tegangan (fasa) terhadap badan (Case) maupun antar belitan primer,sekunder dan tertier

(bila ada).Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk mengetahui

besar (nilai) kebocoran arus (leakage current ) yang terjadi pada isolasi belitan atau

kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan

listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa

trafo cukup aman untuk diberi tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya.

Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan memberikana jaminan

bagi trafo itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi.

Gambar 1.7 Insulation Tester


Pengujian tahanan isolasi dilakukan untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi
komponen kubikel, untuk menghindari kegagalan yang fatal pada pengujian
selanjutnya, terutama pada saat dioperasikan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan megger High Voltage Insulation Tester merk Metrel.

Cara pengujiannya adalah sebagai berikut:


1. Memasang kabel warna merah pada soket yang sesuai pada alat ukur.
2. Yakinkan kabel line terpasang dengan sempurna.
3. Menekan tombol ON/OFF untuk mengaktifkan Insulation Tester.
4. Mengatur setting tegangan sebesar 500 V.
5. Merangkai alat ukur dengan CT/VT yang akan diuji, terminal phasa R pada sisi
primer dengan terminal body.
6. Menekan tombol START/STOP untuk memulai pengujian tahanan.
7. Melakukan pembacaan setelah tanda energize pada layar Insulation Tester hilang.
8. Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi.
9. Melakukan langkah 5 sampai langkah 8 untuk phasa S dan T. Demikian pula antara
sisi primer dan sisi sekunder.

1. Pengukuran Tahanan Isoalsi Trafo Arus (CT)

Pada job ini, kami melakukan pengukuran terhadap tahanan isolasi trafo arus pada

kubikel incoming. Pada job Kubikel dilakukan pengambilan data pada tahanan isolasi

trafo arus 20 Kv baik itu antara teg.primer-teg.sekunder, teg.sekunder-body, dan

teg.primer-body. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan tegangan DC

kepada media isolasi yang akan diukur tahanannya yaitu sebesar 1000 V untuk sisi

primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Tahanan isolasi yang akan diukur adalah

antara:
– terminal antar R-S-T,

– terminal primer (R/S/T) - ground,

– terminal primer (R/S/T) – sekunder (S1/S2), dan

– terminal sekunder (S1/S2) - ground, secara bergantian.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Arus Kubikel Incoming

Pengukuran Tegangan Tahanan


R-S 1000 V 148 GΩ
S-T 1000 V 305 GΩ
R-T 1000 V 299 GΩ
R-G 1000 V 70,6 GΩ
S-G 1000 V 77,8 GΩ
T-G 1000 V 146 GΩ
R-1s1 1000 V 87,7 GΩ
R-1s2 1000 V 86,7 GΩ
S-1s1 1000 V 94,3 GΩ
S-1s2 1000 V 69,8 GΩ
T-1s1 1000 V 140 GΩ
T-1s2 1000 V 152 GΩ
R 1s1-1s2 500 V 15,3 GΩ
R 1s1-G 500 V 18,6 GΩ
R 1s2-G 500 V 23,3 GΩ
S 1s1-1s2 500 V 13 GΩ
S 1s1-G 500 V 36 GΩ
S 1s2-G 500 V 53,9 GΩ
T 1s1-1s2 500 V 90,6 GΩ
T 1s1-G 500 V 90,9 GΩ
T 1s2-G 500 V 90,1 GΩ
Di samping digunakan untuk mengetahui keadaan tahanan isolasi, juga untuk

mengetahui kebenaran sambungan yang ada pada instalasi. Jika terjadi sambungan

yang salah atau hubung singkat dapat segera diketahui dan diperbaiki.

Untuk pengujian tahanan isolasi antara jaringan instalasi dengan tanah/ground

(G), hal pokok yang perlu diperhatikan adalah memasang semua alat pemakai arus

yang terpasang secara paralel pada saluran tersebut, seperti lampu-lampu,

motormotor, voltmeter, dan sebagainya. Semua alat pemutus seperti: kontak,

penyambung-penyambung, dan sebagainya yang tersambung secara seri harus

ditutup.

Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk

mengetahui besar nilai kebocoran arus (leakage current) yang terjadi pada isolasi

belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang menembus

isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara

meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk diberi tegangan adalah dengan mengukur

tahanan isolasinya.

Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan memberikan

jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi. Insulation

tester banyak jenisnya (merk dan type Insulation Tester), masing-masing memiliki

spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mulai dari type

sederhana, menengah sampai dengan yang canggih. Display (tampilannya) juga

banyak ragamnya, mulai dari tampilan analog, semi digital dan digital murni. Pada

panel kendali (Front Panel) ada yang sangat sederhana, namun ada pula yang super

canggih. Tapi seluruhnya memiliki prinsip kerja yang sama.


2. Pengukuran Tahanan Isoalsi Trafo Tegangan (VT)

Pada job ini, kami melakukan pengukuran terhadap tahanan isolasi trafo

tegangan pada kubikel metering, dimana pengukurannya hamper sama dengan

pengukuran tahanan isolasi trafo arus. Pada job Kubikel dilakukan pengambilan data

pada tahanan isolasi trafo tegangan 20 Kv baik itu antara teg.primer-teg.sekunder,

teg.sekunder-body, dan teg.primer-body. Pengujian ini dilakukan dengan cara

memberikan tegangan DC kepada media isolasi yang akan diukur tahanannya yaitu

sebesar 1000 V untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Tegangan Kubikel Metering

Pengukuran Tegangan Tahanan


R-S 1000 V 19 GΩ
S-T 1000 V 19 GΩ
R-T 1000 V 19 GΩ
R-G 1000 V 10 kΩ
S-G 1000 V 10 kΩ
T-G 1000 V 9 kΩ
R-1s1 1000 V 181 GΩ
R-1s2 1000 V 236 GΩ
S-1s1 1000 V 68 GΩ
S-1s2 1000 V 67 GΩ
T-1s1 1000 V 76,7 GΩ
T-1s2 1000 V 21,2 GΩ
R 1s1-1s2 500 V 18,1 GΩ
R 1s1-G 500 V 31,2 GΩ
R 1s2-G 500 V 32,6 GΩ
S 1s1-1s2 500 V 4,29 GΩ
S 1s1-G 500 V 7,12 GΩ
S 1s2-G 500 V 7,73 GΩ
T 1s1-1s2 500 V 59 GΩ
T 1s1-G 500 V 55 GΩ
T 1s2 - G 500 V 55 Ω

1.3 Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo

Didalam transformator ada dua bagian yang secara aktif membangkitkan panas yaitu

tembaga (kumparan) dan besi (inti). Panas-panas itu bilamana tidak disalurkan atau

diadakan pendinginan, akan menyebabkan tembaga atau besi itu mencapai suhu yang

terlampau tinggi, sehingga bahan-bahan isolasi yang ada pada tembaga (kertas minyak)

akan menjadi rusak.

Untuk hal ini kebanyakan dilakukan dengan memasukkan inti maupun kumparan ke

dalam minyak yaitu suatu jenis minyak tertentu yang dinamakan minyak isolasi (trafo).

Pengujian tegangan tembus adalah suatu pengujian dimana minyak trafo diberi

tegangan pada frekuensi system pada dua elektroda yang diletakkan di dalam minyak

isolasi. Jarak elektroda tergantung pada standard yang digunakan. Pada banyak standar

jarak yang digunakan adalah 2,5 mm. Tegangan tembus yang rendah menunjukkan adanya

kontaminasi seperti air, kotoran atau partikel yang tidak dikehendaki.

Gambar 1.8 Alat pengujian tegangan tembus minyak trafo


Pengukuran minyak trafo dilakukan pada suatu alat khusus, dimana akan dijelaskan

langkah-langkah untuk mengoperasikan alat tersebut.

1. Mentanahkan alat ukur.

2. Mengambil sampel minyak trafo.

3. Mengatur jarak elektroda pengetes minyak trafo pada jarak 2,5 mm dengan cara

memutar katup.

4. Menuangkan sampel ke wadah. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal :

a. Wadah dibersihkan terlebih dahulu, dan sampel dituangkan ke dalam wadah

yang sudah kering.

b. minyak yang dituangkan ke wadah mencapai 95 % hingga 98 % full.

5. Menyalakan alat ukur dengan saklar pada belakang alat.

6. Mengatur setting alat ukur seperti tanggal, hari, waktu pengetesan.

7. Melakukan pengukuran dengan standarisasi IEC 60156:1995. Untuk melakukan

pengukuran ini pada Main menu, tekan ok pada pilihan standardized Management.

Lalu pilih standarisasi yang di atas dan menekan start

8. Menunggu hasil pengukuran dalam bentuk struk dari alat ukur tersebut.

9. Kemudian melakukan pengukuran tunggal. Pada Main Menu, pilih Single

measurement. Lalu tekan start.

10. Menunggu hasil pengukuran dalam bentuk struk.

11. Kemudian kita melakukan pengujian dengan sampel berikutnya.


Tabel 3. Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Baru
Nomor Sampel 33
Standarisasi Pengukuran IEC 60156:1995
Bentuk Elektroda IEC156 Figure II
Jarak Elektroda 2.5 mm
Frekuensi Pengukuran 60 Hz
Metode Pengukuran Tanpa mengaduk
Temperatur 26 ◦c
Test 1 20.6 kV
Test 2 16.2 kV
Test 3 12.0 kV
Test 4 18.7 kV
Test 5 19.9 kV
Test 6 18.5 kV
Rata-rata 17.6 kV
Deviasi Standar 3.1 kV
Deviasi Standar/Rata-tata 17.7%
Tes Dilakukan Oleh Kelompok 2

Tabel 4. Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Lama


Nomor Sampel 34
Standarisasi Pengukuran IEC 60156:1995
Bentuk Elektroda IEC156 Figure II
Jarak Elektroda 2.5 mm
Frekuensi Pengukuran 60 Hz
Metode Pengukuran Tanpa mengaduk
Temperatur 27 ◦c
Test 1 13.4 kV
Test 2 13.4 kV
Test 3 13.4 kV
Test 4 11.7 kV
Test 5 13.8 kV
Test 6 12.3 kV
Rata-rata 13.0 kV
Deviasi Standar 0.8 kV
Deviasi Standar/Rata-tata 6.3%
Tes Dilakukan Oleh Kelompok 2
Pada percobaan minyak trafo baru, tegangan tembusnya rata-ratanya adalah 17.6

sedangkan pada percobaan minyak tarfo lama, tegangan tembusnya adalah 13.0.

Penuruunan nilai tegangan temnbus ini dipengaruhi oleh rusaknya molekul- molekul yang

ada pada minyak isolasi ketika terkontaminasi dengan udara atau cairan lainnya. Oleh

karena itu kemampuan hantar listrik dari minyak isolasi menjadi naik karena adanya unsur

CO dan HO dalam minyak trafo. Adanya unsur HO dimana merupakan unsur air akan

menjadikan sifat konduktor pada minyak trafo sehingga akan menghantarkan listrik dari

elektroda satu ke elektroda lainyya melewati minyak tersebut dengan lebih mudah.
Laporan Harian 1

BENGKEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK


KUBIKEL 20 kV

Disusun Oleh:
KELOMPOK II

NAMA : JUMRIANA UMAR


NIM : 421 16 025
KELAS : 4A D4 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2019

Anda mungkin juga menyukai