Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai konsumen pengguna listrik terus meningkat. Tidak puas

hanya dengan terpenuhinya energi listrik akan tetapi konsumen juga menuntut

mutu serta kualitas pelayanan energi listrik yang lebih baik secara berkelanjutan.

Pada gardu induk atau konsumen yang memakai skala besar sering

ditemukan suatu perangkat instalasi listrik yang sering disebut kubikel/

perangkat hubung bagi. Fungsinya adalah sebagai pembagi beban serta

pengukuran.

Kubikel didalamnya mempunyai berbagai alat seperti Pemutus (PMT),

Tranformator Tegangan (PT), Transformator Arus (CT), Relay, dll. Untuk itu

perlu dilakukan pemeliharaan khusus agar tetap sesuai dengan standart

kinerjanya.

1.2 Tujuan

Setelah melakukan praktek bengkel ini, mahasiswa diharapkan mampu

a. Mengetahui bentuk dan fungsi komponen yang terdapat pada kubikel

beserta prinsip kerjanya.

b. Melakukan pengukuran tahanan pada komponen kubikel dan trafo

c. melakukan pengukuran tegangan tembus dari minyak trafo


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panel Tegangan Menengah (Kubikel)

Kubikel adalah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang

berfungsi sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi

tenaga listrik dari sumber tenaga listrik.

Gambar 2.1 kubikel 20 kV SM 6 PNUP

 Fungsi Kubikel

1. Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama

2. Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fuse/pelebur

3. Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)


2.1.1 Jenis dan Komponen Kubikel

1. Kubikel Incoming

Kubikel Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder

trafo daya ke busbar 20 kV.Tegangan 20 kV dari sisi sekunder trafo masuk

ke dalam busbar 20 kV yang berada di dalam kubikel 20 kV. Adapun

komponen-komponen dalam Incoming adalah sebagai berikut:

a. Busbar

Busbar digunakan untuk mengumpulkan daya listrik dengan tegangan

20 kV serta membaginya ke tempat-tempat yang diperlukan.Busbar

dibuat dari tembaga atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain

dari masing-masing pabrik.

Gambar 2.2 Busbar

b. PMS (Pemisah)
Disconnecting switch (DS) atau Pemisah (PMS) adalah peralatan

pada sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah yang

dapat memutus dan menyambung rangkaian dalam kondisi tanpa beban,

Proses buka tutup PMS memiliki interlocking dengan PMT dan earthing

switch

Mekanisme interlocking tersebut adalah :

a) PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.

b) Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat ditutup hanya ketika

PMS dalam keadaan terbuka.

c) PMS dapat ditutup hanya ketika PMT dan ES terbuka.

c. Earthing Switch

Saklar pentanahan digunakan jika akan dilakukan pemeliharaan

terhadap sistem dan menghilangkan tegangan akibat kapasitansi yaitu

dengan menghubungkan saluran yang bertegangan ke bumi. Dalam

keadaan normal saklar pentanahan pada posisi terbuka dan bila saluran

transmisi mengalami gangguan hubung singkat maka saklar pentanahan

akan ditutup dengan tujuan membebaskan tegangan pada salusan

transmisi.

d. Heater

Heatler adalah alat yang berfungsi untuk menjaga komponen –

komponen kubikel dari kelembapan udara, karena kelembapan udara

bisa menimbulkan bercak – bercak kotoran sehingga bercak kotoran

akan menjadi karatan di peralatan kubikel. Alat ini di operasikan pada


tegangan 220 Volt dan akan tetap beroperasi walaupun kubikel dalam

kondisi normal/off maupun saat terhubung ke bumi.Heater juga terdapat

pada Kubikel Metering dan Outgoing.

2. Kubikel Metering

Kubikel ini berfungsi untuk keperluan pengukuran. Kubikel ini

dilengkapi dengan alat pengukuran , seperti amperemeter, voltmeter, dan

wattmeter. Selain itu, kubikel ini juga dilengkapi dengan alat proteksi,

seperti fuse. Adapun alat – alat yang terdapat dalam kubikel metering

sebagai berikut:

a. Fuse

Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang sering

disebut sebagai solefuse.Rating tegangannya bisa mencapai 34 kV,

danmampu bekerja pada arus 31.5 kA.Solefuse inidigunakan untuk

melindungi trafo tegangan dari gangguan.

Gambar 2.3 Solefuse


b. Ampere Meter Berfungsi mengukur arus listrik yang mengalir melalui

fasa.

c. Watt Meter Berfungsi mengukur besarnya daya yang disuplay dari

genset/PLN.

d. kWh Meter Berfungsi mengukur besarnya daya yang digunakan oleh

beban.

e. Power Factor Meter Berfungsi mengukur factor daya dari PLN/genset.

f. Trafo Tegangan (Potensial Transformer) berfungsi untuk menurunkan

tegangan tinggi atau tegangan menengah menjadi tegangan

rendah.Trafo ini mengubah tegangan menjadi besaran ukur sesuai

dengan tegangan alat – alat pengukuran. Trafo ini berhubungan dengan

jaringan tegangan 20 kV melalui perantara fuse.

Gambar 2.4 Trafo Tegangan

3. Kubikel Outgoing
Kubikel outgoing merupakan kubikel penghubung antara busbar 20

kV yang berada di dalam kubikel dengan jaringan tegangan menengah.

Adapun alat – alat yang terdapat dalam kubikel metering sebagai berikut:

a. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)

Circuit Breaker adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk

menghubungkan atau memutuskan arus listrik sesuai dengan

ratingnya. Circuit breaker ini dapat dioperasikan secara otomatis

maupun manual dengan waktu pemutus atau penyambungan yang

tetap sama, sebab factor ini ditentukan oleh struktur mekanisme yang

menggunakan pegas.

Adapun jenis Circuit Breaker yang terdapat pada kubikel yang

diamati adalah gas Circuit Breakerd dg tipe gas SF6 CB (Sulfur

Hexafluoride Circuit Breaker).

SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6

sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat

yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api

yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6

ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari

busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah

antara 3.6 KV – 760 KV.


Gambar 2.5 SF6 CB

b. Trafo Arus (Current Transformer)

Current Transformer (CT) adalah suatu peralatan transformator

yang diletakkan dalam rangkaian tenaga listrik yang berguna sebagai

peralatan ukur yang dihubungkan dengan relay pengaman. Dengan

transformator arus dapat diperluas batas pengukuran suatu alat ukur

2.2 Pengukuran Tahanan Isolasi Komponen Kubikel dan Transformator

Pengukuran tahanana isoalasi ialah proses pengukuran dengan suatu

alat ukur Insulation Tester.

Pada kubikel, mengetahui besarnya tahanan isolasi merupakan hal

yang penting untuk menentukan apakah peralatan tersebut dapat

dioperasikan dengan aman. Isolasi yg dimaksud adalah isolasi antara bagian


yang bertegangan dengan bertegangan maupun dengan bagian yang tidak

bertegangan seperti body / ground.

Pada Pengukuran tahanan isolasi trafo dilakukan untuk memperoleh

hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi belitan / kumparan trafo tenaga antara

bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (Case) maupun antar

belitan primer,sekunder dan tertier (bila ada).Pada dasarnya pengukuran

tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk mengetahui besar (nilai)

kebocoran arus (leakage current ) yang terjadi pada isolasi belitan atau

kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang menembus

isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,

salah satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk diberi tegangan

adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang

memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan memberikana jaminan bagi trafo

itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi.

Gambar 2.6 alat ukur tahanan isolasi pada kubikel dan transformator
2.3 Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo

Didalam transformator ada dua bagian yang secara aktif

membangkitkan panas yaitu tembaga (kumparan) dan besi (inti). Panas-panas

itu bilamana tidak disalurkan atau diadakan pendinginan, akan menyebabkan

tembaga atau besi itu mencapai suhu yang terlampau tinggi, sehingga bahan-

bahan isolasi yang ada pada tembaga (kertas minyak) akan menjadi rusak.

Untuk hal ini kebanyakan dilakukan dengan memasukkan inti maupun

kumparan ke dalam minyak yaitu suatu jenis minyak tertentu yang dinamakan

minyak isolasi (trafo).

Pengujian tegangan tembus adalah suatu pengujian dimana minyak

trafo diberi tegangan pada frekuensi system pada dua elektroda yang

diletakkan di dalam minyak isolasi. Jarak elektroda tergantung pada standard

yang digunakan. Pada banyak standar jarak yang digunakan adalah 2,5 mm.

Tegangan tembus yang rendah menunjukkan adanya kontaminasi seperti air,

kotoran atau partikel yang tidak dikehendaki.

Gambar 2.7 Alat pengujian tegangan tembus minyak trafo


BAB III
ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Tabel 3.1 Daftar Alat


Peralatan Kerja
No Nama Alat Jumlah
1 Alat Ukur Pembumian (Earth Test) 1 buah
2 Kabel 3 buah
3 Kunci inggris 1 buah
4 Obeng 1 set
5 Megger 1000V dan 5000V 1 set
6 Tongkat (lever) 1 buah
Perlengkapan K3
1 Helm Pengaman 7 buah
2 Sepatu Alas Karet 1000 Volt 7 buah
3 Sarung Tangan 20 KV 7 buah
4 Wearpack (baju bengkel) 7 buah
5 Sabuk Pengaman 7 buah

B. Bahan

Tabel 3.2 Daftar Bahan

Bahan Kerja
1 Transformator 3 fasa 380 V / 20 Kva 1 buah
2 Kubikel SCHENEIDER 20 KV SM 6 1 buah
3 BAUR Oil Tester DPA 1 buah
BAB IV
LANGKAH KERJA

A. Pengenalan Komponen Kubikel dan Transformator

1. Melakukan grounding terhadap semua panel kubikel (incoming, metering,

outgoing).

2. Memasukkan tongkat (lever) ke dalam pengunci untuk memutar posisi ke

posisi grounding.

3. Memutar tongkat ke arah kanan atau ke posisi 1.

4. Setelah semua panel dalam keadaan ground maka selanjutnya membuka

pintu panel dengan cara mengangkat sambil menarik pintu panel.

5. Mencatat komponen yang terdapat pada kubikel dan memahami fungsi

dan konsep dari komponen tersebut beserta spesifikasi.

6. Membuat single line dari kubikelnya

7. Setelah mengetahui komponennya, tutup pintu panel dengan cara

mengangkat sambil mendorong pintu panel

8. Melepas grounding kubikel dengan cara memasukkan tongkat (lever) ke

pengunci lalu memutar ke arah kiri (0) sehingga posisi kembali seperti

semula

9. Sedangkan pada trafo, pengenalan dapat dilakukan dengan langsung

melihat komponen trafo yang ada.

B. Pengukuran tahanan isolasi pada komponen kubikel dan trafo;

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Melepas scunt kabel fasa pada kubikel di bagian incoming. Pada saat

melepasnya harus hati-hati dikarenakan heater masih aktif dan

mengakibatkan panas.

3. Menekan tombol power pada alat ukur / megger.

4. Mengatur tegangan input pada Megger. Pada pengukuran yang dilakukan

tegangan input yang digunakan 500 V.

5. Mengukur tahanan pada setiap komponen di kubikel dengan memasang

kabel probe sesuai dengan prosedur yang akan diukur.

6. Kemudian kembali ke langkah d dengan mengganti tegangan input

menjadi 1000 V.

7. Setelah semua pengukuran pada komponen kubikel selesai maka

komponen yang dilepas atau dibuka dipasang kembali

8. Kemudian pada trafo, pada saat ingin melakukan pengukuran tahanan

maka kita juga harus membuka scunt kabel fasa.

9. Kemudian setelah itu, kita mengukur tahanan antar fasa trafo primer dan

antar fasa pada trafo sekunder. Pengukuran dilakukan konsepnya sama

dengan yang dilakukan di kubikel.

10. Setelah pengukuran selesai, maka scunt kabel pada trafo dipasang

kembali.

11. Kemudian mengukur tahanan isolasi pada CT (Current Transformer)

dengan mengukur pada bagian polaritasnya.

12. Selama pengukuran, hasil pengukuran dicatat berdasarkan prosedur.


C. Pengukuran minyak trafo

Pengukuran minyak trafo dilakukan pada suatu alat khusus, dimana akan

dijelaskan langkah-langkah untuk mengoperasikan alat tersebut.

1. Mentanahkan alat ukur.

2. Mengambil sampel minyak trafo.

3. Mengatur jarak elektroda pengetes minyak trafo pada jarak 2,5 mm

dengan cara memutar katup.

4. Menuangkan sampel ke wadah. Dalam hal ini perlu diperhatikan

beberapa hal :

a. Wadah dibersihkan terlebih dahulu, dan sampel dituangkan ke

dalam wadah yang sudah kering.

b. minyak yang dituangkan ke wadah mencapai 95 % hingga 98 %

full.

5. Menyalakan alat ukur dengan saklar pada belakang alat.

6. Mengatur setting alat ukur seperti tanggal, hari, waktu pengetesan.

7. Melakukan pengukuran dengan standarisasi IEC 60156:1995. Untuk

melakukan pengukuran ini pada Main menu, tekan ok pada pilihan

standardized Management. Lalu pilih standarisasi yang di atas dan

menekan start

8. Menunggu hasil pengukuran dalam bentuk struk dari alat ukur

tersebut.

9. Kemudian melakukan pengukuran tunggal. Pada Main Menu, pilih

Single measurement. Lalu tekan start.


10. Menunggu hasil pengukuran dalam bentuk struk.

11. Kemudian kita melakukan pengujian dengan sampel berikutnya.

D. Pemeliharaan Kubikel dan Transformator

1. Kubikel

a. Melakukan grounding terhadap semua panel kubikel (incoming,

metering, outgoing)

b. Memasukkan tongkat (lever) ke dalam pengunci untuk memutar posisi

ke posisi grounding.

c. Memutar tongkat ke arah kanan atau ke posisi 1

d. Setelah semua panel dalam keadaan ground maka selanjutnya

membuka pintu panel dengan cara mengangkat sambil menarik pintu

panel

e. Mengecek keadaan fuse, PMT, transformator metering apakah masi

dalam kondisi baik atau tidak, namun dalam pengecekan harus hati-

hati dikarenakan masi aktifnya heater.

f. Setelah selesai perawatan maka menutup pintu panel dengan cara

mengangkat sambil mendorong pintu panel

g. Melepas grounding kubikel dengan cara memasukkan tongkat (lever)

ke pengunci lalu memutar ke arah kiri (0) sehingga posisi kembali

seperti semula

h. Perawatan kubikel telah selesai.

2. Transformator

a. Memastikan transformator tidak dalam keadaan bertengangan


b. Melepas kabel primer transformator dengan kunci pas

c. Melakukan pengukuran isolasi dengan menggunakan megger isolasi,

pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran isolasi fasa ke fasa dan

fasa ke body

d. Pengukuran yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 6.1 Tahanan

Isolasi Trafo step up 20 kV

e. Setelah melakukan pengukuran maka mengembalikan kabel primer ke

posisi semula

f. Pemeliharaan Transformator telah selesai.


BAB V
GAMBAR RANGKAIAN

A. SINGLE LINE DIAGRAM


BAB VI

ANALISA

6.1 Pengenalan Komponen Kubikel dan Transformator


6.1.1 Spesifikasi Kubikel Schneider 20 KV SM 6 :
1. Incoming
a. Kabel 3 phasa dari generator

Gambar 6.1 Kabel 3 Phasa dari Generator

Gambar 6.2 Kubikel Incoming


H21 merupakan lampu tanda Jika tengangan masuk dari generator
Q1 merupakan Kunci untuk Meng-On kan incoming
Q2 merupakan kunci untuk menghubungkan kubikel dengan system
pembumian, hal ini dilakukan jika kubikel dalam pemeliharaan
b. Spesifikasi Incoming

Gambar 6.3 Spesifikasi Kubikel Incoming

2. Metering
a. Trafo Arus

Gambar 6.4 Spesifikasi Trafo Arus


b. Fuse
Spesifikasi :

Gambar 6.5 Spesifikasi Fuse


c. Alat Pengukuran
Voltmeter, Amperemeter, KwH Meter
d. Q1 merupakan Kunci untuk Meng-On kan Kubikel
e. Q2 merupakan kunci untuk menghubungkan kubikel dengan sistem
pembumian, hal ini dilakukan jika kubikel dalam pemeliharaan
f. Spesifikasi Metering
Pada metering spesifikasinya hampir sama dengan incoming, hanya pada
metering (Ir) nya adalah 100 A

Gambar 6.6 Spesifikasi Kubikel Metering

3. Outgoing
a. Trafo Tegangan

Gambar 6.7 Spesifikasi Trafo Tegangan


Gambar 6.8 Kubikel Outgoing

A adalah kunci untuk memastikan outgoing telah terhubung


B merupakan Kunci untuk membuka Q1
C untuk menghubungkan CB
Q2 merupakan kunci untuk menghubungkan outgoing
Q1 merupakan kunci untuk menghubungkan kubikel dengan sistem
pembumian, hal ini dilakukan jika kubikel dalam pemeliharaan

b. Spesifikasi outgoing

Gambar 6.9 Spesifikasi Kubikel Outgoing

Bagian Outgoing yang digunakan untuk menghubungkan kubikel dengan


Distribusi
Gambar 6.10 Kubikel Outgoing Distribusi

6.1.2 Spesifiakasi Transformer Bengkel Listrik PNUP

Gambar 6.11 Tampak Depan dan Belakang Transformator

Spesifikasi Transformer

Gambar 6.12 Spesifikasi Transformator


1. Serial No. : Kode produk dari transformer
2. Capacity : Kapasitas dari transformator 2,5 kVA,
3. Phase : Transformator 3 fasa
4. Frequency : Frekuensi transformator 50 Hz
5. V Group : Jenis Gulungan Transformator
6. Primary : Tegangan Primer Transformator 2000 V
7. Secondary : Tegangan Sekunder Transformator 400 V
8. Primary : Arus Primer Transformator 0,72 A
9. Secondary : Arus Sekunder Transformator 36,08 A
10. Cooling : ONAN (Oil Natural Air Natural) minyak didinginkan
secara alami oleh angin
11. Type Of Oil : Jenis dari minyak trafo yaitu mineral
12. Oil / Winding : Kenaikan temperatur maksimal Transformator
13. Oil Volume : Volume Minyak Transformator 125 Liter
14. Total Weight : Berat Transformator 320 kg
15. Year of Mfg : Tahun Pembuatan 2011
16. Imp 75˚C : Arus Hubung Singkat Transformator 4,6 %
17. BIL HV : Isolasi Transformator mampu sampai tegangan 125 kV

TAP

Primary : Tapping yang di setting di transformator sesuai dengan tegangan


masukan (primary) transformator dikarenakan tegangan primary yang
fluktuatif tidak tepat pada 20000 V

Secondary : Tegangan Keluaran Transformator 400 V, berapapun fluktuatif


dari tegangan apabila di tapping sesuai dengan tegangan masukan maka
keluaran tetap 400 V

Data Spesifik Teknik Trafo


Tempat : Lab. Tegangan Menegah
Jenis uji/ukur : Spesifikasi Teknik
Alat uji/ukur : Plat Nama dan Meter
Type :
Tgl Pengukuran : 27 September 2016
Cuaca : Cerah
Tabel 6.1 Data Spesifikasi teknik Trafo
Uraian Kapasitas/Ukuran/Simbol Satuan
Merek Dagang 1112004
Daya Nominal 25 kVA
Jumlah Fasa 3
Frekuensi 50 Hz
Hubungan Belitan
Primer 21000 V
20500 V
20000 V
19500 V
19000 V
18500 V
18000 V
Sekunder 400 V
Tegangan Nominal
Primer 20000 V
Sekunder 400 V
Arus Nominal
Primer 0,72 A
Sekunder 36,08 A
Pendingin Minyak ONAN (Mineral)
Kenaikan Suhu
Minyak 50 ˚C
Kumparan 55 ˚C
Tingkat Isolasi Dasar 125 kV
Dimensi (toleransi 5%)
Panjang
Lebar
Tinggi
Berat Minyak 125 lt
Jumlah Berat 320 Kg

6.2 Pengukuran Tahanan Isolasi pada Komponen Kubikel dan

Transformator

Pada job ini, kami melakukan pengukuran terhadap tahanan isolasi

trafo step up 20kV. Pada job Kubikel dilakukan pengambilan data pada
tahanan isolasi trafo step up 20kV baik itu antara teg.primer-teg.sekunder,

teg.sekunder-body, dan teg.primer-body.

Tabel 6.1 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi pada Kubikel dengan Vin =
500 V
Pengukuran Nilai tahanan Arus (nA)
R-S > 500 GΩ 0,08
R-T > 500 GΩ 0,05
S-T > 500 GΩ 0,07
R-G > 500 GΩ 0,44
S-G > 500 GΩ 0,40
T-G > 500 GΩ 0,40

Tabel 6.2 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi pada Kubikel dengan Vin =
1000 V
Pengukuran Nilai tahanan Arus (nA)
R-S > 1 TΩ 0,07
R-T > 1 TΩ 0,08
S-T > 1 TΩ 0,07
R-G > 1 TΩ 0,29
S-G > 1 TΩ 0,63
T-G > 1 TΩ 0,48

Tabel 6.3 Hasil Pengukuran Tahahan Isolasi pada Trafo Step Up 20 kV


Pengukuran Tegangan Arus I (nA) Nilai Tahanan
Trafo R-S 1000 V 0.64 >1.00 TΩ
Trafo R-T 1000 V 0.75 >1.00 TΩ
Trafo S-T 1000 V 0.88 >1.00 TΩ
Trafo R-G 1000 V 0.92 >1.00 TΩ
Trafo S-G 1000 V 0.90 >1.00 TΩ
Trafo T-G 1000 V 0.01 >1.00 TΩ
Trafo R-r 1000 V 52.6 20.1 GΩ
Trafo R-s 1000 V 4.82 219 GΩ
Trafo R-t 1000 V 1.83 578 GΩ
Trafo S-r 1000 V 1.50 705 GΩ
Trafo S-s 1000 V 8.02 132 GΩ
Trafo S-t 1000 V 8.30 127 GΩ
Trafo T-r 1000 V 4.93 215 GΩ
Trafo T-s 1000 V 8.49 124 GΩ
Trafo T-t 1000 V 162 6.51 GΩ
Trafo r-s 500 V 1.15 468 GΩ
Trafo r-t 500 V 1.02 >500 GΩ
Trafo s-t 500 V 0.94 >500 GΩ
Trafo r-G 500 V 0.89 >500 GΩ
Trafo s-G 500 V 0.80 >500 GΩ
Trafo t-G 500 V 0.66 >500 GΩ

Tabel 6.4 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi pada CT

Pengukuran Tegangan Arus (nA) Tahanan


CT P1-G 2000 V 15.1 136 GΩ
CT P1-G 5000 V 41.5 124 GΩ
CT 1s1-2s1 1000 V 2.33 453 GΩ
CT 1s1-G 1000 V 1.74 608 GΩ
CT 2s1-G 1000 V 1.78 594 GΩ
CT P1-1s1 5000 V 10.9 475 GΩ
CT P1-2s1 5000 V 13.4 384 GΩ
Pada saat melakukan pengukuran tahanan isolasi antara fasa (P) dan

netral (N), hal pokok yang perlu diperhatikan adalah memutus atau membuka

semua alat pemakai arus yang terpasang secara paralel pada saluran tersebut,

seperti lampu-lampu, motormotor, voltmeter, dan sebagainya. Sebaliknya


semua alat pemutus seperti : kontak, penyambung-penyambung, dan

sebagainya yang tersambung secara seri harus ditutup.

Di samping digunakan untuk mengetahui keadaan tahanan isolasi, juga

untuk mengetahui kebenaran sambungan yang ada pada instalasi. Jika terjadi

sambungan yang salah atau hubung singkat dapat segera diketahui dan

diperbaiki.

Sedangkan untuk pengujian tahanan isolasi antara jaringan instalasi

dengan tanah/ground (G), hal pokok yang perlu diperhatikan adalah

memasang semua alat pemakai arus yang terpasang secara paralel pada

saluran tersebut, seperti lampu-lampu, motormotor, voltmeter, dan

sebagainya. Semua alat pemutus seperti : kontak, penyambung-penyambung,

dan sebagainya yang tersambung secara seri harus ditutup.

Saat ingin melakukan pengukuran lebih baik menggunakan daya

baterainya saja karena dapat membangkitkan tegangan tinggi yang lebih

stabil. Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk

mengetahui besar nilai kebocoran arus (leakage current) yang terjadi pada

isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus

yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh

karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk diberi

tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya.

Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan

memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan

isolasi. Insulation tester banyak jenisnya (merk dan type Insulation Tester),
masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan

yang lainnya. Mulai dari type sederhana, menengah sampai dengan yang

canggih. Display (tampilannya) juga banyak ragamnya, mulai dari tampilan

analog, semi digital dan digital murni. Pada panel kendali (Front Panel) ada

yang sangat sederhana, namun ada pula yang super canggih. Tapi seluruhnya

memiliki prinsip kerja yang sama.

6.3 Pengukuran Tahanan Isolasi pada Komponen Kubikel dan

Transformator

Tabel 6.5 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo I

Nomor Sampel 27041998


Standarisasi Pengukuran IEC 60156:1995
Bentuk Elektroda IEC156 Figure II
Jarak Elektroda 2.5 mm
Frekuensi Pengukuran 60 Hz
Metode Pengukuran Tanpa mengaduk
Temperatur 24 ◦c
Test 1 6.4 kV
Test 2 5.8 kV
Test 3 6.3 kV
Test 4 8.9 kV
Test 5 6.9 kV
Test 6 7.6 kV
Rata-rata 7.0 kV
Deviasi Standar 1.1 kV
Deviasi Standar/Rata-tata 15.6%
Tes Dilakukan Oleh Kelompok 1

Tabel 6.6 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo II

Nomor Sampel 9901


Standarisasi Pengukuran IEC 60156:1995
Bentuk Elektroda IEC156 Figure II
Jarak Elektroda 2.5 mm
Frekuensi Pengukuran 60 Hz
Metode Pengukuran Tanpa mengaduk
Temperatur 24 ◦c
Test 1 12.5 kV
Test 2 14.2 kV
Test 3 9.1 kV
Test 4 15.7 kV
Test 5 15.3 kV
Test 6 15.1 kV
Rata-rata 13.7 kV
Deviasi Standar 2.5 kV
Deviasi Standar/Rata-tata 18.4%
Tes Dilakukan Oleh Kelompok 1

Gambar 6.13 Struk Hasil Pengukuran Tahanan Insulasi Minyak Trafo

Minyak trafo pada percobaan I, tegangan tembusnya rata-ratanya adalah

13,7 sedangkan pada percobaan II, tegangan tembusnya adalah 7,0.

Penuruunan nilai tegangan temnbus ini dipengaruhi oleh rusaknya molekul-

molekul yang ada pada minyak isolasi ketika terkontaminasi dengan udara
atau cairan lainnya. Oleh karena itu kemampuan hantar listrik dari minyak

isolasi menjadi naik karena adanya unsur CO dan HO dalam minyak trafo.

Adanya unsur HO dimana merupakan unsur air akan menjadikan sifat

konduktor pada minyak traf sehingga akan menghantarkan listrik dari

elektroda satu ke elektroda lainyya melewati minyak tersebut dengan lebih

mudah.

6.4 Pemeliharaan Kubikel dan Transformator

Kubikel diposisikan dalam keadaan netral, semua bagian kubikel

dihubungkan dengan pembumian dan dilakukan pengecekan terhadap bagian-

bagian kubikel. Setelah kubikel dalam kondisi standby, semua peralatan dalam

keadaan terbuka, termasuk PMT, PMS, DS, CB. Dalam mengoperasikan

kubikel sebaiknya yang pertama dihubungkan adalah metering, hal ini

disebabkan karena apabila incoming di ON-kan terlebih dahulu akan

berbahaya, dimana pada incoming terdapat tegangan 20 kV.

Setelah metering dihubungkan, selanjutnya outgoing di hubungkan

dengan membuka kunci B terlebih dahulu sehingga Q1 dapat dihubungkan.

Dalam menghubungkan Q1 terlebih dahulu dipastikan tidak ada orang yang

berada dijaringan distribusi untuk menghindari bahaya tegangan.Selanjutnya

Pada saat outgoing dan metering sudah terpasang selanjutnya incoming sudah

bisa di-ON-kan. Kunci A digunakan untuk memastikan outgoing telah

terhubung, selanjutnya kunci C untuk membuka pengunci CB dengan jaringan


distribusi, sehingga pada saat tombol ON ditekan, maka CB akan ON dan

tegangan akan mengalir dari kubikel ke jaringan distribusi.


BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Setelah melakukan kegiatan praktikum Bengkel Listrik Catu Daya


job kubikel, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang


berfungsi sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta
membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik.
2. Pengukuran tahanan isolasi pada kubikel dan transformator
menggunakan alat ukur insulation tester. Dimana pengukuran
dilakukan antara fasa ke fasa, fasa ke netral dan fasa ke grounding.
3. Pengujian tegangan tembus minyak trafo dilakukan pada suatu alat
khusus. Dimana pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
kelayakan minyak trafo untuk digunakan.
4. Pemeliharaan kubikel dan transformator digunakan untuk
menghindari masalah yang timbul dari komponen itu sendiri maupun
masalah yang timbul akibat kesalahan manusia.

7.2 Saran

1. Sebaiknya praktikan mengutamakan safety terkhusus pada job


Distribusi Tegangan Menengah. Misalnya mengenakan safety belt,
sarung tangan, helm, dan sepatu safety.
2. Pada saat praktek di bengkel sebaiknya praktikan benar-benar
memanfaatkan waktu yang diberikan untuk memahami job yang
diberikan mengingat waktu yang diberikan sangat terbatas.

Anda mungkin juga menyukai