Anda di halaman 1dari 12

MANUVER JARINGAN DISTRIBUSI

Dosen Pengampu:

Ir. Sutedjo, MT

Nama Kelompok:
Marwah Ramadhania (1303167002/2 D3K PLN A)
Adam Maulana (1303167009/2 D3K PLN A)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

TAHUN AJARAN 2017/2018


Manuver Jaringan Distribusi
Manuver atau memanipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan
membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya
gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik,
sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi
penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan
dalam manuver jaringan antara lain :

1. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam


keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
2. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam
keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.

Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis


ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di
sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan
yang berfungsi sebagai peralatan hubung. Peralatan tersebut antara lain yaitu :

1. Pemutus Tenaga (PMT)

Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang
berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching
equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan

pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga dapat


memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit
Breaker (CB) adalah :

 Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang
lama.
 Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
 Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
 Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
 Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
 Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan
(Charging Current)
 Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau
kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.

PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada
kabel masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap
rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu
Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi
Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan
atas :

- PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)


- PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
- PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)

Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT
dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest
posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).

2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah


Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka
pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara
langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai
kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka
akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan
pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan tenaga listrik
dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.

Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu


per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya
menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan
sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik
sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
3. Air Break Switch (ABSw)

Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai
pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah
udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan
udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk
meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw
yang dalam kondisi bertegangan .

Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang


pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka /
memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi
sebagai tangkai penggerak pisau ABSw.

Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan,


mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan
ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga
api yang dapat membuat ABSw terbakar.

Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :


a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami
gangguan.

ABSW terdiri dari :


1. Stang ABSW
2. Cross Arm Besi
3. Isolator Tumpu
4. Pisau Kontak
5. Kawat Pentanahan
6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel

4. Load Break Switch (LBS)

Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung
yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.
Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi
gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )

Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat


gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan
penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan
akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock
out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan
sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam akibat
gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu. Recloser
mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat
(fast) dan operasi lambat (delay). Menurut fasanya recloser dibedakan atas :

 Recloser 1 fasa
 Recloser 3 fasa

Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :

 Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan)


digunakan di jawa timur
 Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di
jawa tengah

PERSIAPAN MANUVER
 Mengetahui keadaan operasi normal maupun darurat dari bagian jaringan yang
mutakir.
 Mengetahu kemampuan seluruh peralatan yang terpasang pada jaringan.
 Mengikuti secara kronologis keadaan yang terjadi pada jaringan, manuver-
manuver yang berlangsung.
 Mengetahui tata cara komunikasi dalam operasi jaringan.
 Mempersiapkan perlengkapan manuver :
 Perlengkapan pengaman.
 Peralatan kerja, K3 /K2, Alat ukur dan SOP.
 Sarana transportasi / kendaraan.
PROSEDUR TETAP DALAM MELAKSANAKAN MANUVER
Manuver secara manual : mengirim petugas ketempat / lapangan.
Manuver dilakukan dari GH / gardu Induk.
Manuver dangan control jarak jauh : dilakukan dari pusat control APD yang
melayani daerah / area yang cukup luas.

PROSEDUR KOMUNIKASI

Tata tertib berkomunikasi :

 Fasilitas telekomunikasi operasional hanya digunakan untuk menyampaikan


berita operasional jaringan distribusi.
 Tidak dibenarkan menyampaikan berita yang berbeda diluar tanggung jawab
piket pelaksana / pengatur distribusi.
 Tidak dibenarkan untuk bergurau / berbicara tidak sopan.
 Setiap berita operasional harus ditulis dan diulang pembacaanya secara detail.
 Penerima berita harus membaca ulang seluruh berita yang diterima.
 Berita operasional diusahakan disampaikan secara langsung.
 Semua insformasi yang diperlukan baik lisan /tertulis harus dicatat / direkam.
 Setiap menyampaikan / menerima berita harus menyebut atau mencatat :
 Nama dan indentitas pengirim / penerima.
 Waktu dan tanggal menerima / menyampaikan insformasi

LANGKAH KERJA :
1. Sesuai Perintah Kerja yang di terima dari piket pengatur / Dispatcher UPJ baik
langsung maupun melalui radio komunikasi, petugas pelaksana lapangan
melaksanakan :
- Untuk perintah yang disampaikan melalui Radio komunikasi :
a. Petugas pelaksana mengulang / rekonfirmasi perintah
secara lengkap dan juga menyampaikan posisi nya pada saat itu,
termasuk menanyakan tujuan/maksud dari manuver
dan alamat lokasi, nomor tiang dari peralatan manuver / switching
jaringan ( apabila belum disampaikan oleh Dispatcher UPJ ) serta
mencatat pada lembar Perintah Kerja / PK.

b. Menyiapkan kunci ABSW dan atau Kunci box control LBS,


Recloser yang akan ditujudan peralatan lain sesuai peralatan kerja
yang disyaratkan.
- Untuk perintah yang disampaikan langsung :

a. Petugas pelaksana mencatat perintah / instruksi dalam lembar


Perintah Kerja secaralengkap, dengan rincian : Maksud dari
manuver jaringan, alamat lokasi, nomor tiang dari peralatan
manuver / switching jaringan ( LBS, ABSW/PTS, PBO/Recloser,
SSO/ Sectionaliser, FCO ).

b. Menyiapkan kunci ABSW dan atau Kunci box kontrol LBS,


Recloser yang akan ditujudan sarana transportasi maupun peralatan
lain sesuai peralatan kerja yang disyaratkan.
2. Datang ke lokasi sesuai yang perintahkan Dispatcher UPJ.
3. melaporkan ke dispatcher UPJ kalau sudah siap / sampai di lokasi.

4. Dispatcher UPJ memerintahkan pengecekan secara visual kondisi jumper,


pisau kontak, stang kopel, pentanahan ( untuk ABSW ) dan memastikan posisi
masuk atau lepas untuk ABSW , PBO/Recloser, SSO/ Sectionaliser, FCO dan
membuka gembok / kunci stang ABSW ; bok kontrol LBS /
PBO atau menyiapkan Teleskop Stick untuk FCO.

5. Petugas lapangan / mobil unit memeriksa secara visual kondisi jumper, pisau
kontak, stang kopel, pentanahan ( untuk ABSW ) dan memastikan posisi masuk
atau lepas untuk ABSW, PBO/Recloser, SSO/ Sectionaliser,
FCO. dan membuka gembok / kunci stang ABSW ; bok kontrol LBS /
PBO atau menyiapkan Teleskop Stick untuk FCO. ( apabila tidak ada
permasalahan terhadap kondisi ABSW/PBO/SSO/FCO ), apabila ada
permasalahan, laporkan ke dispatcher UPJ adanya permasalahan tersebut untuk
selanjutnya pengoperasian peralatan switching tidak boleh dilakukan.
6. Petugas lapangan / mobil unit melaporkan ke dispatcher UPJ kalau gembok
ABSW sudah dilepas / kunci bok kontrol LBS / PBO sudah dibuka
atau Teleskop Stick siap untuk dioperasikan dan menanyakan apakah
pelaksanaan pengoperasian peralatan swiching dapat dilaksanakan. ( khusus
untuk pelepasan ABSW, ditanyakan terlebih dahulu kepada Dispatcher UPJ
beban ABSW, apakah masih dalam batas operasi aman < 40 A , kalau diluar
batas operasi aman, minta ke dispatcher UPJ melakukan pengaturan terlebih
dahulu untuk mengurangi beban ( ABSW ).

7. Menanyakan kepada dispatcher UPJ apakah kondisi jaringan telah aman dari
petugas, peralatan kerja, tidak ada regu lain yang ikut bekerja memanfaatkan
pemadaman termasuk petugas dari UPJ lain yang terkait dengan jaringan
tersebut dan aman bagi lingkungan apabila di beri tegangan melalui
pengoperasian peralatan swiching. ( khusus untuk operasi tutup / pemberian
tegangan )
8. Petugas pelaksana / mobil unit menunggu perintah pengoperasian peralatan
swichingatau pengaturan beban / jaringan dari dispatcher
UPJ kalau operasi ABSW diluar batas aman operasi.

9. Dispatcher UPJ memerintahkan pelaksanaan pengoperasian / eksekusi


peralatan swiching atau melaksanakan pengaturan beban apabila beban ABSW
diluar batas aman operasi.

10. Petugas pelaksana / mobil unit menyampaikan konfirmasi bahwa perintah


dimengerti dan akan segera dilaksanakan.

11. Petugas pelaksana / mobil unit minta kepada dispatcher UPJ untuk pengamatan
PMT (khusus apabila akan memasukan peralatan switching )

12. Eksekusi pengoperasian peralatan switching dilaksanakan, untuk


selanjutnyamengamati kondisi jumper-jumper dan ketiga pisau ABSW
apakah sudah lepas / tertutup dengan sempurna, indikator LBS / PBO, Fuse
holder sudah lepas / tertutupdengan sempurna ( sesuai dengan langkah kerja
yang diatur dalam SOP dari masing-masing peralatan ).
13. Gembok kembali stang ABSW, tutup dan kunci bok kontrol LBS / PBO.

14. Melaporkan kepada dispatcher UPJ, bahwa pengoperasian peralatan manuver


(pelepasan maupun pemasukan ) sudah dilaksanakan dengan baik disertai
penjelasan mengenai kondisi peralatan manuver jaringan setelah
pengoperasian ( a.l. stang ABSW sudah digembok, bok kontrol LBS /
PBO sudah tutup dan kunci ).
15. Dispatcher UPJ menerima laporan dari petugas pelaksana lapangan / mobil
unit dan mencatat jam pelepasan / pemasukan, selanjutnya piket Dispatcher
UPJ melaporkan ke piket pengatur / Dispatcher APJ.

16. Mencatat apabila ada kelainan dalam operasi ( keluar bunga api, dlsb) juga hal-
hal lain seperti handel hilang, gembok hilang, operasi stang berat / seret ,
Jumper tampak hampir putus, dsb.

PROSES PERINTAH MANUVER PERALATAN S.D. PELAKSANAAN


DI JARINGAN GARDU INDUK

Proses perintah manuver peralatan s.d. pelaksanaan di jaringan gardu indukadalah


sebagai berikut:

1. Menerima perintah dari Area/UPB (JTT) atau UPD (JTM) atau pejabat yang
berwenang. Perintah tersebut dijadikan panduan dalam melaksanakan manuver;
2. Mempersiapkan peralatan kerja dan peralatan keselamatan kerja yangsesuai
dengan tugas yang telah diperintahkan serta mengidentifikasi peralatan yang akan
dimanuver secara seksama;

3. Melaksanakan manuver peralatan dengan memperhatikan urutan


manuverPMT/PMS yang berlaku serta mengamati pelaksanaan secara teliti: kondisi
status peralatan yang dimanuver;

4. Memberikan laporan kepada pemberi perintah bahwa pelaksanaan manuver telah


selesai, baik dalam kondisi berhasil atau gagal/tidak sempurna.

PROSEDUR MANUVER PMT DAN PMS UNTUK PENGOPERASIAN


DAN PEMBEBASAN PERALATAN DI JARINGAN GARDU INDUK

Urutan pengoperasian dan pembebasan peralatan:

 Urutan pengoperasian dari sumber ke beban sedang urutanpembebasannya


sebaliknya
 Urutan pembukaan dan penutupan PMT dan PMS:Pengoperasian:PMS ma
suk kemudian PMT masukPembebasan : PMT keluar kemudian PMS kelu
ar

Contoh 1:
Perhatikan konfigurasi GI di bawah ini. Pada keadaan normal penghantar 1 pada rel
I, penghantar 2 pada rel II, trafo pada rel I dan kopel dalam posisi masuk maka
urutan manuver pengoperasiannya sebagai berikut:
1. Penghantar 1:
• PMS Line //
• PMS Rel I //
• PMT //
2. Transformator:

• PMS Rel 2 Tr //
• PMT Prim (TT) Tr //
• PMT sec (TM) Tr //
3. Penghantar 2:

• PMS Line //
• PMS rel II //
• PMT //
4. Kopel
• PMS rel I Kopel //
• PMS rel II kopel //
• PMT kopel //Urutan pembebasannya dapat mengacu pada pedoman pembebasan.

Contoh 2:

Perhatikan konfigurasi GI double bus bar sistem 1,5 PMT di bawah ini. Dalam
keadaan normal semua PMT/PMS keadaan masuk. Urutan pengoperasiannya
sebagai berikut:

1. Penghantar 1

• PMS A1-3 // 4. Penghantar 2


• PMS A1-1 // • PMS A2-3 //
• PMS A1-2 // • PMS A2-1 //
• PMT A1 // • PMS A2-2 //
• PMT A2 //
2. Trafo daya
• PMS B1-3 // 5. Diameter 2
• PMS B1-1 // • PMS AB2-1 //
• PMS B1-2 // • PMS AB2-2 //
• PMT B1 // • PMT AB2 //
• PMS B2-1 //
3. Diameter 1
• PMS B2-2 //
• PMS AB1-1 //
• PMT B2//
• PMS AB1-2 //
• PMT AB1 //

Tata cara Manuver Peralatan yang akan dipelihara


Tata cara manuver peralatan yang akan dipelihara memuat urutan:
Pembebasan peralatan yang akan dipelihara dan penormalan peralatan yang telah
selesai dipelihara.
Contoh 1:
Manuver pembebasan/pemadaman trafo berbeban dan pengalihan beban ke trafo
lainnya. Perhatikan konfigurasi GI di bawah ini.

Setelah mendapat ijin dari UPB dan Distribusi telah siap maka urutanpembebasan
trafo 1 sebagai berikut:
1. PMT kopel 20 kV //
2. PMT Incoming Tr 1 //
3. PMT 150 kV Tr 1 //
4. PMS 150 kV Tr 1 //
5. PMS 20 kV Tr 1 (draw out) //
6. PMS ground 20 kV //
7. Pemasangan ground lokal pada area bebas tegangan bay trafo 1.

Anda mungkin juga menyukai