Dosen Pengampu:
Ir. Sutedjo, MT
Nama Kelompok:
Marwah Ramadhania (1303167002/2 D3K PLN A)
Adam Maulana (1303167009/2 D3K PLN A)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang
berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching
equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan
Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang
lama.
Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan
(Charging Current)
Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau
kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada
kabel masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap
rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu
Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi
Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan
atas :
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT
dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest
posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai
pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah
udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan
udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk
meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw
yang dalam kondisi bertegangan .
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung
yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.
Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi
gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
Recloser 1 fasa
Recloser 3 fasa
PERSIAPAN MANUVER
Mengetahui keadaan operasi normal maupun darurat dari bagian jaringan yang
mutakir.
Mengetahu kemampuan seluruh peralatan yang terpasang pada jaringan.
Mengikuti secara kronologis keadaan yang terjadi pada jaringan, manuver-
manuver yang berlangsung.
Mengetahui tata cara komunikasi dalam operasi jaringan.
Mempersiapkan perlengkapan manuver :
Perlengkapan pengaman.
Peralatan kerja, K3 /K2, Alat ukur dan SOP.
Sarana transportasi / kendaraan.
PROSEDUR TETAP DALAM MELAKSANAKAN MANUVER
Manuver secara manual : mengirim petugas ketempat / lapangan.
Manuver dilakukan dari GH / gardu Induk.
Manuver dangan control jarak jauh : dilakukan dari pusat control APD yang
melayani daerah / area yang cukup luas.
PROSEDUR KOMUNIKASI
LANGKAH KERJA :
1. Sesuai Perintah Kerja yang di terima dari piket pengatur / Dispatcher UPJ baik
langsung maupun melalui radio komunikasi, petugas pelaksana lapangan
melaksanakan :
- Untuk perintah yang disampaikan melalui Radio komunikasi :
a. Petugas pelaksana mengulang / rekonfirmasi perintah
secara lengkap dan juga menyampaikan posisi nya pada saat itu,
termasuk menanyakan tujuan/maksud dari manuver
dan alamat lokasi, nomor tiang dari peralatan manuver / switching
jaringan ( apabila belum disampaikan oleh Dispatcher UPJ ) serta
mencatat pada lembar Perintah Kerja / PK.
5. Petugas lapangan / mobil unit memeriksa secara visual kondisi jumper, pisau
kontak, stang kopel, pentanahan ( untuk ABSW ) dan memastikan posisi masuk
atau lepas untuk ABSW, PBO/Recloser, SSO/ Sectionaliser,
FCO. dan membuka gembok / kunci stang ABSW ; bok kontrol LBS /
PBO atau menyiapkan Teleskop Stick untuk FCO. ( apabila tidak ada
permasalahan terhadap kondisi ABSW/PBO/SSO/FCO ), apabila ada
permasalahan, laporkan ke dispatcher UPJ adanya permasalahan tersebut untuk
selanjutnya pengoperasian peralatan switching tidak boleh dilakukan.
6. Petugas lapangan / mobil unit melaporkan ke dispatcher UPJ kalau gembok
ABSW sudah dilepas / kunci bok kontrol LBS / PBO sudah dibuka
atau Teleskop Stick siap untuk dioperasikan dan menanyakan apakah
pelaksanaan pengoperasian peralatan swiching dapat dilaksanakan. ( khusus
untuk pelepasan ABSW, ditanyakan terlebih dahulu kepada Dispatcher UPJ
beban ABSW, apakah masih dalam batas operasi aman < 40 A , kalau diluar
batas operasi aman, minta ke dispatcher UPJ melakukan pengaturan terlebih
dahulu untuk mengurangi beban ( ABSW ).
7. Menanyakan kepada dispatcher UPJ apakah kondisi jaringan telah aman dari
petugas, peralatan kerja, tidak ada regu lain yang ikut bekerja memanfaatkan
pemadaman termasuk petugas dari UPJ lain yang terkait dengan jaringan
tersebut dan aman bagi lingkungan apabila di beri tegangan melalui
pengoperasian peralatan swiching. ( khusus untuk operasi tutup / pemberian
tegangan )
8. Petugas pelaksana / mobil unit menunggu perintah pengoperasian peralatan
swichingatau pengaturan beban / jaringan dari dispatcher
UPJ kalau operasi ABSW diluar batas aman operasi.
11. Petugas pelaksana / mobil unit minta kepada dispatcher UPJ untuk pengamatan
PMT (khusus apabila akan memasukan peralatan switching )
16. Mencatat apabila ada kelainan dalam operasi ( keluar bunga api, dlsb) juga hal-
hal lain seperti handel hilang, gembok hilang, operasi stang berat / seret ,
Jumper tampak hampir putus, dsb.
1. Menerima perintah dari Area/UPB (JTT) atau UPD (JTM) atau pejabat yang
berwenang. Perintah tersebut dijadikan panduan dalam melaksanakan manuver;
2. Mempersiapkan peralatan kerja dan peralatan keselamatan kerja yangsesuai
dengan tugas yang telah diperintahkan serta mengidentifikasi peralatan yang akan
dimanuver secara seksama;
Contoh 1:
Perhatikan konfigurasi GI di bawah ini. Pada keadaan normal penghantar 1 pada rel
I, penghantar 2 pada rel II, trafo pada rel I dan kopel dalam posisi masuk maka
urutan manuver pengoperasiannya sebagai berikut:
1. Penghantar 1:
• PMS Line //
• PMS Rel I //
• PMT //
2. Transformator:
• PMS Rel 2 Tr //
• PMT Prim (TT) Tr //
• PMT sec (TM) Tr //
3. Penghantar 2:
• PMS Line //
• PMS rel II //
• PMT //
4. Kopel
• PMS rel I Kopel //
• PMS rel II kopel //
• PMT kopel //Urutan pembebasannya dapat mengacu pada pedoman pembebasan.
Contoh 2:
Perhatikan konfigurasi GI double bus bar sistem 1,5 PMT di bawah ini. Dalam
keadaan normal semua PMT/PMS keadaan masuk. Urutan pengoperasiannya
sebagai berikut:
1. Penghantar 1
Setelah mendapat ijin dari UPB dan Distribusi telah siap maka urutanpembebasan
trafo 1 sebagai berikut:
1. PMT kopel 20 kV //
2. PMT Incoming Tr 1 //
3. PMT 150 kV Tr 1 //
4. PMS 150 kV Tr 1 //
5. PMS 20 kV Tr 1 (draw out) //
6. PMS ground 20 kV //
7. Pemasangan ground lokal pada area bebas tegangan bay trafo 1.