Anda di halaman 1dari 41

Manuver Jaringan Distribusi

Manuver atau memanipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan


membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari
adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman
tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap
tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin.

Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :


1. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung
dalam keadaan  bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam
kondisi normalnya.
2. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah
dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam
kondisi normalnya.
OPERASI JARINGAN DISTRIBUSI.
Pengertian Operasi Jaring Distribusi :
Adalah menyalurkan tenaga listrik kepada Konsumen secara tepat serta
menjamin kelangsungan pelayanan dengan TEGANGAN & FREQUENSI yg
stabil serta AMAN bagi konsumen dan lingkungannya.

FAKTOR FAKTOR YG BERPENGARUH DALAM KELANGSUNGAN PENYALURAN


TENAGA LISTRIK :

a. Adanya pekerjaan jaringan dan gangguan jaringan.


b. Kecepatan mengisolasi gangguan dan melakukan pengalihan beban
(mengadakan manufer jaringan ).
c. Adanya gangguan pada tegangan normal.

d. Jatuh tegangan yg berlebihan /lebih dari 10 % nominalnya.


MANUVER JARINGAN DISTRIBUSI.

Manuver / manipulasi jaringan , merupakan serangkaian kegiatan


memodifikasi jaringan terhadap kondisi normal akibat adanya
gangguan atau pekerjaan jaringan sedemikian rupa sehingga
tercapainya kondisi penyaluran yang maksimum

PEKERJAAN MANUVER JARING DISTRIBUSI MELIPUTI:

a. Menghubungkan bagian – bagian jaringan yang terpisah menurut


keadaan operasi normalnya, baik dalam keadaan bertegangan
maupun tidak.
b. Memisahkan jaringan bagian- bagian yg semula terhubung me-
nurut keadaan operasi normalnya, baik dalam keadaan
bertegangan maupun tidak.
PERSIAPAN MANUFER JARINGAN
Untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan didalam manuver jaring distribusi pelak-
sana harus mengerti dan memahami hal-hal sebagai berikut :
a. Mengetahui keadaan operasi normal maupun darurat dari jaringan yg mutakir, karena
kesalahan didalam operasi berakibat fatal.
b. Mengikuti secara kronologis keadaan yg terjadi pada saat manuver sehingga segala
perubahan yg terjadi pada sistem dapat diketahui secara seksama.

c. Penggunaan Alat Komunikasi :


- Lawan bicara (dari /untuk).
- Pesan yg diterima sbg dasar action.
- Laporan / catat setiap pelaksanaan.

d. Persiapan Peralatan Manuver a.l.:


- SOP (Standart operation prosedure).
- Perlengkapan K3.
- Peralatan kerja (sabuk, tangga, kunci-kunci, isolasi pengaman dll).
- Peralatan Ukur.
- Kendaran
S O P DALAM PELAKSANAAN MANUVER JARINGAN
Dalam pelaksanaan manuver dapat digolongkan menjadi 3 jenis al, :

1. Manuver manual : mengirim personal ke lokasi jaringan.

2. Manuver dengan kontrol lokal : manuver sekumpulan peralatan di


lapangan dilakukan dari stasion kontrol yang tidak jauh dari
peralatan,
misalnya sistim kontrol GI atau pusat listrik.

3. Manuver kontrol jarak jauh : manuver yang dilakukan dari suatu


pusat kontrol untuk melayani daerah yang luas. Misalnya
Distribution control Centre / DCC atau sekarang APD
PERALATAN MANUVER JARINGAN DISTRIBUSI.
PMS : Hanya dioperasikan tanpa beban.

LBS : Dioperasikan dalam keadaan berbeban.

PMT : Dioperasikan dalam keadaan berbeban sesuaikan dengan pabrikan.

KONFIGURASI GARDU DISTRIBUSI SISI 20 KV.


LBS LBS
PMT

LBS
PMT

PMT
150 kV / 20 kV
LBS
UNTUK MENJAGA TEGANGAN, DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :

a. Mengatur teg. Sumber


(dengan mengatur tap changer trafo di Gardu Induk).
b. Mengatur tap changer trafo distribusi.

c. Memasang capasitor pada JTM / AVR.


d. Memperbesar penampang conductor.

e. Menambah trafo sisipan. Dll.


Manuver atau memanipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian
kegiatan memodifikasi sistem terhadap operasi normal dari
jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang
membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat
mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi
penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin.

Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :


• Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung
dalam keadaan  bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam
kondisi normalnya.
• Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah
dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam
kondisi normalnya.
Peralatan-hubung berdasarkan konstruksi pemasangannya
 Peralatan-hubung pasangan luar
 Peralatan-hubung pasangan dalam ( kubikel )

Peralatan-hubung pasangan luar :


Pole top switch ( PTS )
Pole Top – Load Break Switch ( PT – LBS )
Cut – Out ( CO )
Fuse Cut Out ( FCO )
Recloser
Sectionalizer
• Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan
dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan
peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan.
Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan
jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
• Peralatan tersebut antara lain yaitu :
1. Pemutus Tenaga (PMT)

Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat


pemutus tenaga listrik yang berfungsi
untuk menghubungkan dan memutuskan
hubungan listrik (switching equipment)
baik dalam kondisi normal (sesuai
rencana dengan tujuan pemeliharaan),
abnormal (gangguan), atau manuver
system,
• Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau
Circuit Breaker (CB) adalah :
1. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam
waktu yang lama.
2. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban
lebih.
3. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
4. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak
membuka.
5. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
6. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus
pemuatan (Charging Current)
7. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik
atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
• PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu
Induk, pada kabel masuk ke busbar tegangan menengah
(Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar
(Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari
Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan
menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media
pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
1. PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
2. PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
3. PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
4. PMT dengan media Air (udara) Circuit Breaker)
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang
digunakan untuk menutup dan membuka
pada komponen utama
pengaman/recloser, DS tidak dapat
dioperasikan secara langsung, karena alat
ini mempunyai desain yang dirancang
khusus dan mempunyai kelas atau
spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk
pengoperasian langsung, maka akan
menimbulkan busur api yang dapat
berakibat fatal. Yang dimaksud dengan
pengoperasian langsung adalah
penghubungan atau pemutusan tenaga
listrik dengan menggunakan DS pada saat
DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.
3. Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah
peralatan hubung yang berfungsi
sebagai pemisah dan biasa dipasang
pada jaringan luar. Biasanya
medium kontaknya adalah udara
yang dilengkapi dengan peredam
busur api / interrupter berupa
hembusan udara. 
Air Break Switch Handle ABSW
ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam
busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw yang
dalam kondisi bertegangan .
Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau
ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus
dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai
tangkai penggerak pisau ABSw.
BAGIAN-BAGIAN AIR BREAK SWITCH
1. Ruang Pemutusan
2. Kontak Utama
3. Isolator Penyangga
4. Isolator
5. Tembaga anyaman disepuh timah
6. Kerangka
7. Penggerak dengan poros as
8. As
9. Sendi / Siku
10. Batang di dalam Pegas
11. Pegas
Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk
• Penambahan beban pada lokasi jaringan
• Pengurangan beban pada lokasi jaringan
• Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami
gangguan.

ABSW terdiri dari :


• Stang ABSW
• Cross Arm Besi
• Isolator Tumpu
• Pisau Kontak
• Kawat Pentanahan
• Peredam Busur Api
• Pita Logam Fleksibel
Sectionalizer
• Load Break Switch (LBS)
• Load Break Switch (LBS) atau
saklar pemutus beban adalah
peralatan hubung yang digunakan
sebagai pemisah ataupun pemutus
tenaga dengan beban nominal.
Proses pemutusan atau pelepasan
jaringan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Saklar pemutus beban
ini tidak dapat bekerja secara
otomatis pada waktu terjadi
gangguan, dibuka atau ditutup
hanya untuk memanipulasi beban.
isolator
TM

FCO
DS
PT
LBS

SF6 Gas Automatic Sectionalizer Switch


3. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi
bila terdapat gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara
otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai
beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan
membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang
(lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara
manual maupun dengan sistem remote.
Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam
akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang
terganggu Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu
operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi
lambat (delay)
• Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
• Recloser 1 fasa
• Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa
timur
Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah
Power protection equipment, Automatic
Circuit Recloser
Automatic Circuit Recloser

Power protection equipment, Automatic


Circuit Recloser
Air Switch Single Phase Sectionalizers Disconnecting Switch

Pole Mounted Load Break Switch Fused Vacuum Switch SILF


Peralatan Manuver SUTM
Fuse cut out
Fuse cut out atau biasa disingkat FCO adalah
peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi
gangguan arus lebih.

1. Isolator Porselin
2. Kontak Tembaga (disepuh perak)
3. Alat Pemadam/Pemutus Busur
4. Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)
5. Mata kait (dari brons) 6. Tabung pelebur (dari resin)
6. Penggantung (dari kuningan)
7. Klem pemegang (dari baja)
8. Klem terminal (dari kuningan)
Cut – Out ( CO )

26
Pole Top – Load Break Switch

Pole top switch


27
RECLOSER (menutup kembali)
Gunanya:
Mengamankan Jaringan distribusi dari ganggguan hubung singkat yang
Sifatnya temporer atau permanen
Penempatannya:
• Alat pengaman yang ditempatkan pada SUTM (setelah GI)
• Atau ditempatkan di percabangan SUTM
• Dapat dikoordinasikan dengan pengaman lain
• Penyetelan recloser tergantung tipe yang di pergunakan

kreteria aplikasi recloser


• Sistem tegangan
• Arus gangguan maksimum dimana recloser ditempatkan
• Arus beban maksimum
• Perhitungan koordinasi dengan proteksi lain dari sumber
• Apakah ada arus gangguan 1 fasa yang dirasakan oleh recloser 28
Cara kerja recloser
Operasi cepat Operasi lambat
(kontak menutup) (kontak menutup)

Arus gangguan

Arus beban
Recloser keluar
Kontak membuka
(Kontak menutup)

Waktu (detik)

Interval reclosing
(kontak membuka)

Fungsi buka cepat adalah untuk menghilangkan gangguan temporer (buka cepat
Pertama ± 80% dan kedua ± 10%)
Buka lambat untuk koordinasi dengan pengaman lain

29
INTERVAL RECLOSER

TIPE RECLOSING INTERVAL


RECLOSER (DETIK)

H dan 3H 1
4H, V4H, 6H, V6H 1,5
L 1,5
D dan DV 2
E dan 4E 1,5

CONTOH:
1. INST, 2 detik, 2 detik atau 2 detik, 2 detik , 2 detik
2. INST, 2 detik, 5 detik atau 2 detik, 2 detik, 5 detik
3. INST, 2 detik, 15 detik 30
SECTIONALIZER
Adalah
• peralatan pengaman jika ada gangguan
• Sebagai back up Recloser atau pengaman lain

APLIKASI SECTIONALIZER

• Sistem tegangan: Tegangan sama dengan tegangan sistem


• Arus beban maksimum : sectionalizer di setting diatas arus beban
• Arus gangguan maksimum: arus gangguan maksimum yang dihitung
dari sectionaliser ditempatkan ke ujung jaringan
• di koordinasikan dengan proteksi lain seperti Recloser berapa kali trip
yang kemudian lockout
31
KOORDINASI ANTARA PBO (recloser) DAN PSO (sectionalizer)

1. Bila terjadi gangguan sisi hilir dari PSO, maka PBO hulu bekerja dengan membuka
tutup cepat pertama sampai kedua untuk menghilangkan gangguan yang bersifat
temporer
2. PSO mengindera arus gangguan dan menghitung banyaknya buka tutup dari PBO
(berapa kali arus gangguan terputus)
3. Bila gangguan bersifat permanen, maka sesuai penyetelan hitung dari PSO, PSO
akan membuka pada saat PBO membuka, sebelum buka tutup terakhir dan
mengunci (lock out)
4. Jadi seksi yang terganggu dapat dibebaskan dengan terbukanya PSO, kemudian
PBO masuk dan terpasang normal kembali (reset).

PSO

PBO 3 hitungan
32
PRINSIP KOORDINANASI SECTIONALIZER

Pertama hitungan sect


ketiga hitungan sect terbuka
kedua hitungan sect
Memori waktu sect

Arus 1 2 3
gangguan R1 R2

waktu

R1 dan R2 = waktu reclosing I dan II

1. Sectionalizer diset lockoutnya yang disesuaikan dengan setelan recloser


2. Penyetelan arus harus melihat besarnya arus gangguan 3 fasa
3. Minimum arus sectionalizer sebaiknya 1,6 kali rating coil sectionalizer atau
di koordinasikan dengan minimum trip recloser 33
TOTAL WAKTU SECTIONALIZER SEBAGAI BACK UP

L F1 R1 F2 R2 F3 R3

Total waktu akumulasi

Posisi maksimum Sectionalizer


buka
Posisi II

Posisi I
start
Posisi piston sectionalizer SETTING:
trip
L = Arus beban 1. Setelan sectionalizer diset setelah 3 x arus
F1 = waktu trip I gangguan: (lockout) Waktu R1 + F2 + R2 + F3 detik
R1 = waktu reclose I
F2 = waktu trip II 2. Setelan sectionalizer diset setelah 2 x arus
R2 = waktu reclose II gangguan: (lockout) Waktu R1 + F2 detik
F3 = waktu trip III
R3 = waktu reclose III 34
KOORDINASI SECTIONALIZER SEBAGAI BACK UP PROTEKSI ADALAH
1. Bila 2 x gangguan = TAT nya = 70% x (R1 + F2)
Bila 3 x gangguan TAT nya = 70% x (R1 + F2 + R2 + F3)
2. Maksimum temperatur oil dari sectionalizer perlu melihat
temperatur ambient dan kenaikan temperatur dan untuk melihat
TAT perlu melihat kurva koordinasi
CONTOH:
Maksimum ambient temperatur: 300 C
Ukuran arus coil Sect : 100 Amp
Arus beban : 50 Amp
Back up ACR : 1 x cepat 3 delayed
Maksimum temperatur oil : 300 + 70 = 370
Arus gangguan

Arus beban

(Kontak menutup)
R1 R2
F1 = 10 det F1 = 10 det
maks maks

TAT = 28 detik
35
Kenaikan temperatur oil

Arus beban kenaikan


(% dari rating coil temperatur (0C)

25 2

50 7

75 15

Gambar diatas TAT (total accumulated time) 370C = 28 detik

36
Sectionalizer di set : 3 x gangguan lockout

Koordinasi 1:
Waktu arus gangguan untuk TAT 28 detik = (0,70/2) x 28 = 9,8 detik
(dibulatkan) = 10 detik jadi untuk F2 dan F3 masing2 waktu = 10 detik

Koordinasi 2:
TAT = (R1 + R2) + (F2 + F3)

Karena (F2 + F3) = (10 + 10), maka

((R1 + R2 ) = 28 – (10 + 10) = 8 detik


Jadi setelan recloser adalah
Masing-masing 2 detik atau 2 detik dan 5 detik
37
Sectionalizer di set : 2 x gangguan lockout
Koordinasi :
Waktu arus gangguan untuk TAT = 28 detik
Maka F2 maksimum = 70% x 28 = 19,6 detik (dibulatkan) = 20 detik

Jadi:
R1 maksimum = 28 – 20 = 8 detik

38
RECLOSER MEREK ABB

PMT RELAY

Relay jenis ini dapat disetting OCR dan GFR nya dengan hitungan
dari GI s/d ujung jaringan. 39
LBS - Recloser

Box Control
Recloser 40
41

Anda mungkin juga menyukai