TENAGA LISTRIK
BAB I
PENJELASAN UMUM
1
1.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI
Distribusi :
Penyaluran (pembagian, pengiriman) ke beberapa tempat.
2
1.2. RUANG LINGKUP
Gardu distribusi.
3
1.3. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
4
BAB II
5
2.1. PENJELASAN UMUM
APP adalah alat pengukur dan pembatas, yang terdiri dari dari KWH
Meter (Meter KWH) dan Miniature Circuit Breaker (MCB).
Fungsi APP :
1. Fungsi KWH Meter, untuk mengetahui/mengukur penggunaan energi
listrik yang digunakan pada instalasi pemanfaatan.
2. Fungsi MCB :
a. Untuk pembatas arus listrik yang diakibatkan beban pada intalasi
pemanfatan yang melebihi ketentuan.
b. Untuk pemutus rangkaian listrik, yang diakibatkan beban lebih atau
terjadinya arus hubung pendek.
c. Untuk pengaman (proteksi).
APP adalah bagian dari sistem distribusi tenaga listrik dan merupakan
perlengkapan listrik milik PLN yang ditempatkan (dititipkan) di
rumah/bangunan pelanggan listrik PLN.
Beberapa fungsi lain APP :
1. Sebagai alat transaksi bisnis antara PLN dengan pelanggan listrik PLN.
2. Sebagai tempat penyambungan penghantar SMP/SR ke instalasi
pemanfaatan milik pelanggan listrik PLN.
3. Menyalurkan energi listrik, melalui instalasi sirkit utama, menuju PHB
utama dan seterusnya mendistribusikan ke instalasi sirkit cabang, PHB
cabang sampai sirkit akhir.
6
2.2. KETENTUAN PEMASANGAN
APP harus dipasang dengan posisi tegak, kemiringan ke segala arah yang
diijinkan 2° (Dua Derajat).
APP harus dipasang di tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari
dan air hujan.
APP yang dipasang pada bangunan di tepi pantai harus diberi perlindungan
secukupnya.
Sambungan kawat phasa tidak boleh tertukar dengan kawat nol sedangkan
untuk sambungan 3 phasa urutan phasa harus benar.
7
Lanjutan 2.2.
8
2.3. ALAT PENGUKUR ENERGI LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK
Suatu alat ukur mengintegrasikan dan mengukur arus, daya aktif, daya
reaktif ataupun sejenisnya yang diberikan kepada suatu beban untuk
jangka waktu tertentu, disebut alat ukur yang mengintegrasikan suatu
besaran listrik.
9
Lanjutan 2.3.
10
Lanjutan 2.3.
11
2.4. JENIS PENGUKURAN
Pengukuran langsung
Adalah pengukuran yang menggunakan alat bantu trafo arus & trafo
tegangan (daya diatas 200 kVa)
12
Lanjutan 2.4.
13
Lanjutan 2.4.
14
2.5. ALAT BANTU KWH METER
Adalah suatu alat listrik yang befungsi untuk mengubah besaran arus
tertentu (di lilitan primer) ke besaran arus tertentu lainya (di lilitan
sekunder).
15
Lanjutan 2.5.
16
2.6. MINIATURE CIRCUIT BREAKER (MCB)
17
2.7. SEGEL PENGAMAN APP
SEGEL:
1. Suatu tanda sah, tanda jaminan, tanda daerah, dan tanda petugas
yang berhak.
2. Dipasang pada APP oleh petugas tertentu, di daerah tertentu, untuk
mencegah penukaran atau perubahan dari APP oleh pihak yang tidak
berwenang.
TANG SEGEL:
Alat yang dipasangi acuan segel padanya dan digunakan untuk menyegel
Alat Pembatas dan Pengukur.
ACUAN SEGEL:
Alat untuk menghasilkan suatu bentuk cetakan informasi identitas
penggunaan acuan segel pada media hasil cetakannya.
18
Lanjutan 2.7.
TIMAH SEGEL:
Media yang dibubuhi identitas daripada acuan segel dan dipasang sebagai
petunjuk bahwa suatu Alat Pembatas dan Pengukur telah disegel/diberi tanda
tera.
JENIS SEGEL:
1. Segel tera: digunakan di kamar tera, untuk menyegel tutup kWh meter,
kVArhmeter, trafo ukur.
2. Segel pemasangan : dipakai diluar kamar tera, untuk menyegel tutup
terminal kWhmeter, MCB, kotak APP.
3. Segel pemutusan : digunakan diluar kamar tera untuk keperluan
pemutusan, dengan menyegel MCB atau kotak APP.
4. Segel OPAL / P2TL : dipakai hanya dalam pelaksanaan untuk menyegel
sementara pada suatu kasus pelanggaran terhadap ketentuan
sambungan tenaga listrik.
19
Lanjutan 2.7.
20
BAB III
21
3.1. PENJELASAN UMUM
Dalam istilah keseharian di lapangan, yang dimaksud sistem jaringan
pelayanan tegangan rendah, adalah :
1. Saluran luar pelayanan/saluran masuk pelayanan/sambungan rumah
(SLP/SMP/SR).
2. Terletak (letak pemasangannya) antaxa JTR (SUTR/SKTR) dengan
APP.
Pole Bracket
Baut Mata
Service Wedge Clamp 2x10/16 mm2
Strain Hook 1,5"
Cable Support
23
3.3. REKAPITULASI KEBUTUHAN MATERIAL SR 1 PHASA
24
3.4. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES 1 A
25
Lanjutan 3.4.
26
Lanjutan 3.4.
27
3.5. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES I B
28
Lanjutan 3.5.
29
3.6. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES IIA
30
Lanjutan 3.6.
31
3.7. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES II B
32
3.8. BEBERAPA CONTOH MATERIAL SLP/SMP/SR
33
Lanjutan 3.8.
34
3.9. CONTOH KONSTRUKSI SLP/SMP/SR
35
3.10. PERLENGKAPAN KERJA
6. PALU
7. TESPEN
36
BAB IV
JARINGAN DISTRIBUSI
TEGANGAN RENGAH
37
4.1. KONSEP DASAR KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN
RENDAH
Umum
1. Sistem distribusi tegangan rendah adalah bagian paling hilir dari sistem
tenaga listrik, sebelum sistem pemanfaatan tenaga listrik, yang terdiri
atas :
a. Sistem jaringan tegangan rendah
b. Sistem jaringan pelayanan
39
Lanjutan 4.1.
Sistem Enjiniring.
NO URAIAN KONDISI
2 Ambient temperatur
a. Nominal 20° C s/d 60° C
b. Rata-rata 30° C
41
Lanjutan 4.1.
Konstruksi Jaringan.
Saluran Udara
PHB TR
42
Lanjutan 4.1.
43
4.2. KARAKTERISTIK KONSTRUKSI
SALURAN KABEL BAWAH TANAH TEGANGAN RENDAH
1. Kedalaman Penanaman.
Kabel ditanam 80 cm di bawah permukaan tanah pada jalan umum atau
minimal bocor pada jalan umun atau minimal bocor pada jalan
sendiri/lingkungan. Pemerintah daerah biasannya menentukan khusus
kedalaman penggelaran utilitas-utilitas di bawah tanah pada jalan jalan
umum.
44
Lanjutan 4.2.
b. Fungsi pasir adalah sebagai pelindung mekanis atas tekanan beban
dari atas
Lapisan Pengeras
(tanah padat, macadam)
5 cm Batu Pelindung
10 cm Kabel
5 cm Pasir
3. Batu Pelindung.
a. Di atas pasir perlu dipasang batu pelindung atau batu peringatan,
dipasang menutupi sepanjang galian kabel. Pada ubin pelindung
tercantum tanda dan tegangan kerjanya.
KABEL LISTRIK
TEBAL
6 CM 30 CM
220/380 VOLT
45 CM
b. Batu pelindung dibuat dari ubin dan diberi cat warna merah tipis.
45
Lanjutan 4.2.
4. Timah Label Pengenal Kabel.
a. Di dalam tanah, tergelar lebih dari 1 kabel. Untuk membedakan kabel
satu dengan lainnya
b. Diberi label yang terbuat dari timah hitam.
c. Pada timah label tersebut tercantum :
Nama kabel dan ukuran tabel.
Jenis isolasi.
Nomor perintah kerja, tanggal penggelaran, nama perusahaan
atau pemborong kerja.
d. Sehingga jika terjadi kesalahan operasi akibat pelaksanaan konstruksi
salah prosedur, selama masih dalam masa jaminan pemborong kerja
wajib menangggung akibatnya.
NYFGBY 4 X 95 mm2
414 VOLT
= PIRUS =
PLN
e. Timah label ini diikatkan dengan kawat galvanis pada tiap - tiap 6
meter. 6 meter
6 meter 46
Lanjutan 4.2.
KABEL
LISTRIK
KABEL
LISTRIK
30 CM
PATOK TUGU
PATOK DATAR
47
Lanjutan 4.2.
SAMBUNGAN KABEL
48
Lanjutan 4.2.
7. Lintasan Kabel Dengan Utilitas Lain.
a. Jika kabel melintasi atau dekat dengan :
Kabel lain, pipa gas, PAM, Telkom. dan fondasi bangunan.
Jalan raya/rel kereta api (crossing dan boring).
Area berlistrik, misalnya area instalasi listrik PJKA dan kaki tower
transmisi.
b. Kabel tersebut harus dilindungi dengan buis beton pipa PVC. Tiap-tiap
lintasan harus dilebihkan 0,5 meter kiri-kanan titik lintasan.
c. Jarak antara kabel dengan lintasan harus memenuhi standard
konstruksi yang berlaku dan Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
PIPA 50 cm
BETON PONDASI
D BANGUNAN
50 cm
Pipa gas : D 60 cm
Pipa Telkom : D 30 cm
Rel Kereta
D 80 cm
0,50 m 0,50 m
Pipa gas4 inc PIPA PVC ATAU PIPA BETON 4 INCI
49
Lanjutan 4.2.
KABEL
R ≥ X diameter kabel
50
Lanjutan 4.2.
9. Terminasi Kabel.
a. Ujung kabel pada tiang atau pada gardu distribusi harus di terminasi.
Pemasangan terminasi (mof) kabel harus dilakukan oleh teknisi yang
bersertifikat kompetensi. Kabel naik pada gardu distribusi atau tiang
harus tegak lurus, tidak diperkenankan miring.
PHB TR
90
51
Lanjutan 4.2.
c. Untuk terminasi kabel pada jaringan kabel udara dengan inti alumunium
harus memakai bimetal Al Cu junction sleeve. Posisi junction sleeve
tegak dengan bagian alumunium pada bagian atas, jika dipasang di
udara terbuka.
52
Lanjutan 4.2.
10. Susunan Penggelaran Kabel.
a. Jika kabel digelar lebih dari satu pada parit yang sama, tidak boleh
bersentuhan.
b. Jika terlalu rapat, temperatur lingkungan akan membatasi besarnya
kuat hantar arus kabel.
c. PUIL mengatur jarak minimal adalah sama dengan diameter kabel.
Namun konstruksi kabel mengatur 2 X diameter kabel. Jika sulit
mengatur kabel tidak bersentuhan, maka dipasang bata pada titik-titik
yang diperlukan, misainya pada parit belokan kabel.
D 2D D
Bata
53
Lanjutan 4.2.
11. Konstruksi Kabel pada Tiang.
a. Kabel naik pada tiang pertama/awal saluran kabel udara harus
terlindung dari kemungkinan kerusakan mekanis.
b. Pada 3 meter pertama dilindungi dengan pipa galvanis ukuran 3 inchi.
Selanjutnya pengencangan kabel pada tiang, dengan menggunakan
stainless steel strip dengan pelindung plastik untuk menjaga dari sisi
tajam stainless steel strip.
54
Lanjutan 4.2.
12. Pelaksanaan Fisik Penggelaran Kabel.
Dalam pelaksanaan fisik penggelaran kabel perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Persiapan Pekerjaan.
Prosedur kerja.
Gambar rencana penggelaran peta dengan skala (umumnya
skala 1 : 500).
Koordinasi dengan pihak terkait (izin galian dan keamanan
setempat).
Peralatan kerja, alat kerja, dan peralatan K3.
Peninjauan lapangan.
Gambar as built drawing utilitas setempat.
b. Pelaksanaan Penggelaran Kabel.
Penandaan route/jalur galian kabel.
Pembersihan jalur galian.
Penyuntikan jalur galian tiap 5 meter untuk meneliti
kemungkinan adanya utilitas lain.
Penerapan K3, khususnya penanganan lingkungan.
Penggalian jalur kabel.
Mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi.
Penggelaran kabel.
Pemulihan kembali kondisi setempat.
55
Lanjutan 4.2.
c. Pengujian Kabel.
Setelah digelar kabel perlu diuji tahanan isolasinya dengan
megger 1 kV.
Membuat Laporan.
Pembuatan laporan dalam bentuk :
Laporan pelaksanaan pekerjaan.
Berita acara pekerjaan selesai.
As built drawing hasil pelaksanaan pekerjaan.
a. Dongkrak Haspel.
Haspel kabel harus didongkrak dan dijaga oleh penyangga hingga
mudah diputar, sehingga kabel mudah dilepas dari haspel.
56
Lanjutan 4.2.
b. Rol Kabel.
1. Rol kabel diperlukan untuk dudukan penarikan kabel. Kabel
tidak boleh terseret pada pada tanah.
2. Terdapat 2 jenis rol :
v Rol lurus/datar, untuk jalur kabel lurus.
v Rol belok, untuk jalur kabel yang belok.
3. Rol kabel dipasang pada tiap - tiap 5 meter.
c. Pulling Grip.
Pada saat penarikan kabel, ujung kabel dibalut dengan pulling grip.
Alat ini berbentuk kaos dan makin kuat jika ditarik.
57
Lanjutan 4.2.
d. Swivel.
Alat ini dapat berputar 360, digunakan / dipasang pada tiang
awal. Saat ditarik, kabel umumnya cenderung berputar, dengan
swivel kabel dapat berputar tanpa harus dipaksa kembali pada
posisi semula.
e. Winch.
Winch adalah alat untuk menarik ujung kabel (melalui tali). Gaya
menarik kabel dapat diatur dengan wincher.
f. Megaphone.
Megaphone digunakan sebagai sarana pengeras suara saat
penarikan kabel, baik untuk petugas penarik maupun memberi
peringatan pada lingkungan.
g. Lampu Penerangan.
Untuk penerangan saat penggelaran malam hari. Biasanya
memakai generatcr portabel.
58
Lanjutan 4.2.
h. Lampu Peringatan.
Untuk peringatan / tanda bagi lalu lintas pada tempat / lokasi
penggelaran.
HATI - HATI
ADA PEKERJAAN
59
Lanjutan 4.2.
14. Prosedur Pelaksanaan Penggelaran Kabel.
Penggelaran kabel harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kabel tidak
boleh berpilin, tergilas kendaraan, atau kulit kabel terkelupas.
Penggelaran kabel harus dilakukan di bawah pengawasan petugas
bersertifikat dan telah mengikuti pelatihan penggelaran kabel. Setelah
persiapan pendahuluan proses penggelaran kabel dimulai dari
transportasi kabel dari gudang.
a. Kabel harus diangkut dengan Haspel. Apabila jumlah terbatas
digulung mengikuti angka baik dengan truk atau trailer. Haspel
kabel tidak boleh terbanting.
60
Lanjutan 4.2.
b. Penggelaran dilakukan tiap 1 Haspel. Pelaksanaan dilaksanakan
setelah galian 1 Haspel (300 m) selesai dan petugas siap bekerja.
Setelah pekerjaan penggelaran parit galian langsung ditutup.
Konstruksi susunan komponen pelindung sesuai dengan standard
konstruksi yang berlaku.
c. Penarikan kabel harus dengan memakai alat-alat tarik (pulling grip,
swivel, dan tali tambang), dengan susunan petugas :
Supervisor.
Sejumlah petugas penarik / petugas tiap - tiap 5 meter.
Penarikan kabel harus dilakukan secara perlahan-lahan.
Kabel tidak boleh dirarik langsung dari Haspel, namun
harus diurai dulu, baru ditarik perlahan-lahan.
61
Lanjutan 4.2.
d. Pemakaian rol lurus dan rol sudut.
Kabel tidak boleh bergeser dengan tanah saat ditarik, harus
diletakkan di atas rol. Jarak tiap-tiap rol 5 meter, di antara 2 rol
terdapat 1 orang petugas penarik
62
Lanjutan 4.2.
Untuk 1 Haspel (300 meter) pengelaran diperlukan :
Supervisor : 1 orang.
Mandor : 1 orang.
Petugas Pengaman : 1 orang.
Pemutar Haspel : 2 orang.
Pengatur Kabel : 1 orang.
Petugas mesin penarik : 1 orang.
Petugas pemegang kabel
antara rol tarik : (dihitung tiap 5 meter).
Rol gelar : tiap 5 meter
e. Ujung kabel.
Ujung kabel harus diterminasi (didop), guna mencegah masuknya air
ke dalam kabel. Apabila akan akan disambung, masing-masing kabel
dilebihkan 1 meter salirg bersilang.
1 meter
Dop kabel
63
Lanjutan 4.2.
f. Lintasan kabel pada jalan dan lain – lain.
Lintasan jalur kabel dapat memotong jalan raya, pintu masuk
garasi, gudang, dan lain-lain. Tekanan mekanis kendaraan yang
melintas menyebabkan kabel harus dilindungi efektif dengan
pipa buis betOIl atau PVC tebal 4 mm2 (jenis M6.8). Pipa
pelindung dilebihkan 0,5 meter kiri-kanan pipa.
Buis beton
L meter
0,50 mtr
Pondasi bangunan
Buis beton
64
Lanjutan 4.2.
Permukaan jalan
0,5 m 0,5 m
Kawat Penarik
65
Lanjutan 4.2.
15. Pengamanan Lingkungan.
Tidak bisa dihindarkan saat penggalian akan ditemukan utilitas - utilitas
lain yang perlu penanganan, untuk menghindari rusaknya utilitas-utilitas
tersebut. Demikian pula dengan jalan keluar masuk pintu rumah / garasi.
Rumah
penduduk
Galian kabel
66
Lanjutan 4.2.
Kabel Operasi
67
Lanjutan 4.2.
Kayu penyangga
68
Lanjutan 4.2.
D
D
D
69
Lanjutan 4.2.
Las Las
Mur baut
Pipa Beton
70
Lanjutan 4.2.
D
Pipa beton
D
Pondasi
D lebih kecil
dari 50 cm
Kabel
71
Lanjutan 4.2.
2 mtr
2 mtr 2 mtr
72
Lanjutan 4.2.
73
Lanjutan 4.2.
Kabel Twisted
Tiang awal
Bimetal jointsleeve
Hydraulic press
74
Lanjutan 4.2.
19. Pembumian.
a. Kabel tanah yang mempunyai perisai baja (misalnya NYFGbY) pada
bagian terminasi di PHB / Gardu harus dibumikan.
b. Penghantar pembumian memakai kabel anyam dihubung langsung
dengan sistem pembumian gardu atau PHB.
Dihubungkan ke
Terminal pembumian
Pita tembaga
75
Lanjutan 4.2.
Konstruksi ini dipakai pada tiang awal / akhir, penyangga / tiang tengah, tiang
sudut, atau tiang seksi.
Sebelum uraian mengenai konstruksi ini, akan diuraikan lebih dahulu mengenai
komponen utama dan pendukungnya.
77
Lanjutan 4.3.
1. Tiang Penyangga.
a. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang baja atau tiang beton dengan tinggi
tiang 7 meter atau 9 meter.
b. Tiang saluran udara tegangan menengah juga dipakai sebagai tiang
konstruksi saluran tegangan rendah (under built).
c. Ikatan konstruksi saluran udara dipasang pada minimal 10 cm dari ujung
tiang bagian atas.
10 cm
Ikatan konstruksi jaringan/
ikatan pole braket
Kode tiang
dengan instalasi
pembumian
2. Penghantar.
a. Penghantar salutan udara saat ini secara luas dipakai adalah dari jenis
kabel berpilin (Insulated Bundle Conductor-Preassembled Bundle
Conductor) atau TIC (Twisted Insulated Concductor) atau LVTC (Low
Voltage Twisted Conductor).
Fasa Neutral
80
Lanjutan 4.3.
2,5 cm
4. Link.
a. Link (= ling) adalah besi bulat diameter 6 mm galvanis berbentuk
segiempat ukuran 3 x 3 cm dan 3 x 6 cm.
Tiang
Stainless
Link
Link
Kabel
82
Lanjutan 4.3.
5. Pole Bracket.
a. Pole bracket merupakan komponen saluran udara pada tiang. Terbuat
dari alumunium alloy atau baja galvanis.
b. Dua jenis pemakaian pole bracket, untuk tiang ujung (awal, akhir),
tiang sudut dengan sudut lintasan di atas 30°, tiang siku 90°, dan
untuk tiang tengah dengan sudut lintasan 30°. Kedua pole bracket ini
berbeda pada panjangnya.
c. Beban maksimum yang dapat ditahan oleh pole bracket adalah :
F 500 daN arah vertikal (ke bawah).
F 1.000 daN arah horizontal.
F antara 200 daN dan 500 daN arah longitudinal.
83
Lanjutan 4.3.
84
Lanjutan 4.3.
85
Lanjutan 4.3.
8. Plastik Strap.
a. Plastik Strap atau plastic tic atau rins plastik digunakan untuk
mengikat kabel twisted pada tiang penyangga.
b. Plastik strap berwarna hitam, bagian kepala berlubang dan bergerigi,
pada bagian ujung (ekor) lurus rata. Bagian ekor dimasukkan pada
bagian kepala yang berlubang.
Plastik strap
86
Lanjutan 4.3.
Pipa pelindung
Insulating tape
(Heatshrink)
88
Lanjutan 4.3.
Kecil Sedang
Beban
1.870 daN 3.280 daN
Maksimum
91
Lanjutan 4.3.
Lubang
Isolator
92
Lanjutan 4.3.
End preformed kawat spiral galvanis digunakan pada konstruksi guy wire,
untuk ikatan pada span schrof / turn buckle, guy insulator, anker tanah
(atau rod).
93
Lanjutan 4.3.
Stayblok
94
Lanjutan 4.3.
98
4.5. PENARIKAN PENGHANTAR SALURAN UDARA
Di dalam proses penarikan (stringing) kabel twisted tidak boleh ditarik di atas
benda keras (besi), tanah berbatu, permukaan aspal/jalan, karena bisa
merusak isolasinya. Oleh karenanya kabel harus ditarik di atas rol tarik
(stringing block) yang dipasang pada tiap-tiap tiang.
b. Stringing Block.
Stringing block adalah rol gantung, dipasang pada tiap-tiap tiang.
Kabel twisted diletakkan di atas block.
1. Pole bracket
1 a1 3 2. Stringing block
3. Kabel twisted.
2 a2 4. Tongkat Pengukur sag
a1 + a2 minimal 60 cm
4
100
Lanjutan 4.5.
d. Comealong.
Alat ini dipakai untuk menjepit tali penarik kabel. Dengan gerakan
tension device / takel tangan, jepitan comealong membuka
menutup mengikuti irama gerakan takel tangan.
Comealong dipasang sesudah takel.
e. Swivel.
Alat ini berbentuk seperti anting-anting, dapat berputar 380°. Swivel
dipasang sesudah comealong untuk menghindari terurainya kabel
akibat kabel berputar (melintir).
Pull grip
360
360
Comealong
101
Lanjutan 4.5.
f. Dinamometer.
a. Guna mengukur besarnya gaya
tarik saat menarik kabel, dipasang
dinamometer.
b. Dinamometer dipasang antara tiang
pengikat dan swivel.
g. Pulling Grip.
Kaus penarik kabel. Kaus ini akan mengecil dan menarik kabel jika tali
penarik ditarik.
h. Capstan.
Capstan dipergunakan jika tidak memakai alat penarik mesin winch.
Fungsi Capstan adalah untuk belitan kabel penarik, untuk
meringankan, menahan / melepas kabel penarik.
i. Tali Penarik.
Tali yang digunakan adalah kawat baja atau tali manila henep kelas 1.
102
Lanjutan 4.5.
2. Prosedur Penarikan Kabel Udara.
Prosedur penarikan kabel udara dilakukan dengan 2 cara :
Proses Penarikan
Proses Pengaturan Sag (Lendutan).
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1. Haspel kabel + Trailer 4. Pulling grip
2. Kabel twisted 5. Kawat penarik
3. Stringing block 6. Mesin penarik.
103
Lanjutan 4.5.
Pada tiang awal dan akhir terpasang stringing block dan konstruksi
dead end clamp.
Pada tiang tengah telah terpasang stringing block dan konstruksi
suspension clamp.
Pada saat penarikan, kabel tidak boleh terseret di atas kayu, tanah
keras/berbatu, pagar besi, kabel listrik / telepon.
Jika penarikan telah setesai, andongan kabel diatur pada tiap-tiap
gawang, panjang diperkirakan cukup untuk pengaturan andongan /
sag.
Kencangkan / ikatkan kabel pada tiang akhir dengan dead end clamp,
sisakan 1 meter.
Penarikan selesai.
b. Proses Pengencangan.
Pada proses ini dilakukan pengaturan sagging / lendutan.
Papan bidik lendutan dipasang pada tiap-tiap tiang atau pada
tiap-tiap tiang dan telah terpasang sesuai dengan jarak lendutan
yang ditentukan (minimal 60 cm pada jarak gawang 40 meter).
104
Lanjutan 4.5.
2 2
3 a a a
1
1
Keterangan:
Papan bidik berjarak a meter sesuai tinggi lendutan yang diperlukan
(minimal 60 cm pada jarak gawang 40 meter).
Pole bracket ( dead end atau suspension).
Kabel twisted.
a a a a
c. Prosedur Pengencangan :
1. Pasang peralatan pada tiang awal dengan urutan sebagai berikut :
Pulling grip
1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Tiang awal.
2. Dinamometer.
3. Takel tangan ( ratened tackle).
4. Comealong.
5. Swivel.
106
Lanjutan 4.5.
Keterangan :
Pada umumnya pengaturan sag diatur dari tiang ujung. Jika
gawang yang jarak andongarmya sudah memenuhi syarat,
langsung diikat kencang pada konstruksi suspension clamp.
Jika sudut tarikan lebih dari 30 harus dipakai dua buah
stringing block, dimana diperlukan konstruksi 2 buah dead
end.
107
4.6. KONSTRUKSI INSTALASI PEMBUMIAN PADA JARINGAN
TEGANGAN RENDAH
Instalasi pembumian pada jaringan tegangan rendah dipasang pada tiap-tiap
jarak 200 meter (±500 gawang). Bagian penghantar yang dibumikan adalah
penghantar netral, sesuai dengan konsep TNC (tera Netral Combine) / PNP
(Pembumian Netral Pengaman). Besarnya nilai tahanan pembumian
diharapkan tidak lebih dari 10 Ohm.
Ikatan penghantar netral dengan penghantar pembumian memakai konektor
tipe H.
Mengingat inti kabel twisted tegangan rendah adalah alumunium, sementara
elektroda buminya adalah tembaga, dipergunakan joint sleeve bimetal Al-Cu.
Penghantar pembumian ke penghantar netral memakai alumunium.
Penghantar pemburnian ke elektroda buni memakai tembaga.
Ikatan penghantar tembaga dengan elektroda bumi memakai compression
terminal lug (sepatu kabel).
1. Prosedur penyambungan penghantar pembumian dengan penghantar
netral saluran udara .
a. Meregangkan belitan kabel twisted dengan pemisah (spacer).
b. Membersihkan dengan sikat kawat bagian penghantar pembumian yang
akan disambung ke penghantar netral, lapisi dengan pelumas (greace /
gemuk).
c. Pasang konektor tipe tembus (piercing) pada penghantar pembumian.
Kepala baut konektor harus patah. Pasang insulating tip pada ujung
penghantar pemburnian (jika harus memakai insulating tip).
108
Lanjutan 4.6.
d. Untuk sambungan penghantar pembumian Al dengan tembaga gunakan
bimetal junction sleeve. Masukkan selubung plastic heatshrink ke salah
satu penghantar. Press junction sleeve dengan hydraulic press. Beri lapisan
pelumas/greace pada bagian alumunium, selubung dengan selubung
heatshrink. Panaskan hingga
AL
bagian junction sleeve terbungkus rapi.
Selubung AL
Heatshrink
CU
CU
Pipa Galvanis
0,5 inchi
L
30 cm Elektroda Pembumian
L
Elektroda 2 Elektroda 1
110
4.7. PROSEDUR MENDIRIKAN TIANG
Cukup jelas untuk hal pada butir a , untuk hal pada butir b, tiang harus
didirikan. Pendirian tiang ini melibatkan proses :
1. penimbunan tiang (pole laying out)
2. Pematokan (pole straking)
3. Transportasi tiang (pole transporting)
4. Pembersihan lokasi/penggalian lubang
5. Pendirian tiang
6. Pengerasan tanah disekitar lubang tiang
7. Pemasangan fondasi tiang
8. Pembersihan /finishing
111
Lanjutan 4.7.
c. Jarak antara titik patok antara 35 meter s/d 50 meter. Titik patok yang
terbaik adalah diantara batas halaman 2 rumah.
112
Lanjutan 4.7.
No POSISI SITUASI
1. Hindarkan dekat tempat
sampah
Bak
sampah
Umum
Jalan
Titik tiang
Jalan
113
Lanjutan 4.7.
No POSISI SITUASI
3. Hindarkan disisi pintu
masuk garasi rumah Titik tiang
Jalan
4. Hindarkan pada
bantaran sungai Titik tiang
Sungai
114
Lanjutan 4.7.
No POSISI SITUASI
6. Hindarkan Bangunan
kemungkinan kabel Titik tiang
tinggi
menyentuh bangunan.
Jalan
8. Hindarkan Halaman
kemungkinan melintasi Rumah
halaman penduduk. penduduk Titik
tiang
Titik
tiang Jalan berbelok
115
Lanjutan 4.7.
No POSISI SITUASI
9. Hindarkan pada titik
Titik tiang Patok Mof kabel
dekat moF Sambungan
utilitas lain (listrik,
Telkom, Gas, PAM). Jalan
Kabel telkom
116
Lanjutan 4.7.
No POSISI SITUASI
117
Lanjutan 4.7.
Posisi letak tiang yang akan dibangun, diberikan tanda patok dan diberi
nomor.
118
Lanjutan 4.7.
2. Jenis-jenis Tiang
a. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang besi dan tiang beton dengan
panjang 7 meter dan 9 meter.
b. Tiang besi umumnya tidak dipakai secara besar-besaran untuk konstruksi
baru yang dipakai secara umum adalah tiang beton. Tiang 7 meter dipakai
pada konstruksi listrik desa.
c. Berdasarkan fungsinya sebagai tiang awal, tiang tengah atau tiang ujung
atau tiang sudut pemilihan tiang 7 meter dan 9 meter berdasarkan
kekuatan tarik tiang yang distandarisasi dengan satuan gaya daN (deka
Newton).
d. Mengingat tiang beton sangat berat ( 500 kg), umumnya untuk jaringan
tegangan rendah memakai tiang dengan kekuatan tarik 160 daN, 200
daN, 350 daN tiang 350 daN dipakai untuk konstruksi tiang awal atau
pada tiang ujung/sudut yang tidak memungkinkan memakai
guywire/trekschor.
119
Lanjutan 4.7.
a. Pengangkutan Tiang.
Tiang harus diangkat dan diturunkan dengan alat crane. Tiang tidak
boleh dijatuhkan (pekerjaan pengangkutan sampai ke tempat
penumpukan dilakukan oleh pabrikan).
Penempatan tiang, harus pada tempat yang rata dan diganjal
dengan kayu / tonggak pada 3 titik agar tidak tergulir dan
diletakkan di tanah yang rata.
120
Lanjutan 4.7.
Trailer besar
121
Lanjutan 4.7.
b. Mendirikan Tiang.
Bagian yang ditanam dalam tanah adalah 1/6 x panjang.
2D
2 3
123
Lanjutan 4.7.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Pangkal tiang pada posisi tepat dimulut lubang.
b. Penarik (sling) harus memakai kawat baja (galvanized steel)
dengan kekuatan minimal 3281 daN
c. Harus ada 3 petugas yang berfungsi :
1. Penarik kawat sling.
2. Penahan tiang agar tidak perputar
d. Ikatan kawat sling harus pada titik berat tiang ( 2/3 panjang
tiang dari bagian bawah tiang)
e. Titik ikatan Tripoid harus bergeser dari garis titik pusat lubang
tiang, sehingga tiang akan berdiri lurus.
Tripoid
124
Lanjutan 4.7.
Drum aspalt
Beton cor
Cetakan lubang
tiang
125
Lanjutan 4.7.
4. Pole Aligmend
a. Semua tiang seteah berdiri harus tepat lurus tegak lurus bumi (kecuali
pada tanah dengan kemiringan)
b. Plum Bob (tali yang di gantung dengan benda berat) dapat
dipergunakan sebagai referensi tegak lurusnya tiang.
c. Jika tiang yang didirikan berfungsi sebagai tiang T dapat diberi
toleransi 5 berlawanan arah dengan tarikan penghantar.
Arah tarikan T
5
126
Lanjutan 4.7.
5. Pengerasan.
Arah gaya tarik resultan
Setelah aligmend selesai
bagian tiang yang tertanam
dalam tanah harus dikeraskan
sekelilingnya dengan batas
pengeras harus diperhatikan
Kemungkinan Resultan gaya
yang akan dipikul, khususnya
pada tiang sudut dan tiang
akhir/awal yang tidak
memakai fondasi.
Substansi penahan
- Batu gunung
- Slab beton
Pengerasan (Macadam)
- Koral
- Tanah keras
127
Lanjutan 4.7.
6. Pembersihan
128