Anda di halaman 1dari 129

INSTALASI JARING DISTRIBUSI

TENAGA LISTRIK
BAB I

PENJELASAN UMUM

1
1.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI

 Distribusi :
Penyaluran (pembagian, pengiriman) ke beberapa tempat.

 Distribusi tenaga listrik :


Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat.

 Jaring distribusi tenaga listrik :


Instalasi listrik yang berfungsi untuk membagi atau meyalurkan energi
listrik ke beberapa tempat (suatu tempat).

 Pada sistem tenaga listrik, jaring distribusi merupakan sub-sistem yang


langsung berhubungan dengan pelanggan. Dengan kata lain, bahwa catu
daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui (oleh)
jaring distribusi.

 Ditinjau dari penggunannya/pemanfaatannya (pelanggan yang dilayani),


jaring distribusi terdiri dari tegangan rendah, tegangan menengah dan
tegangan tinggi.

2
1.2. RUANG LINGKUP

 Saluran udara tegangan menengah (SUTM).

 Saluran kabel udara tegangan menengah (SKUTM).

 Saluran Kabel tanah tegangan menengah (SKTM).

 Saluran kabel bawah air/bawah laut tegangan menengah.

 Gardu distribusi.

 Saluran udara tegangan rendah (SUTR).

 Saluran kabel tanah tegangan rendah (SKTR).

 Saluran luar pelayanan (SLP).

 Saluran masuk pelayanan/sambungan rumah (SMP/SR).

 Alat pengukur dan pembatas (APP).

3
1.3. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

 Sebagaimana pada instalasi pemanfaatan tenaga listrik, maka pada


instalasi jaring distribusi tenaga listrik, klasifikasi dan kualifikasi
keterampilannya mengacu pada bakuan (standard) kompetensi
keterampilan yang diputuskan/ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Listrik
dan Pemanfaatan Energi (LPE).

 Materi pelatihan/pembekalan dan materi uji lebih ditekankan pada hal-hal


yang bersifat aplikasi (pelaksanaan pekerjaan di lapangan)

 Secara umum yang dimaksud jaring distribusi pada pembahasan ini,


adalah instalasi listrik yang dimulai dari feeder (penyulang) Gardu Induk
menuju jaring tegangan menengah (JTM), gardu distribusi tegangan
menengah, jaring tegangan rendah, SLP/SMP/SR dan alat pengukur dan
pembatas (APP).

 Pembahasannya tidak dimulai dari feeder (penyulang) menuju APP, tetapi


dari APP menuju ke feeder (penyulang).

4
BAB II

ALAT PEGUKUR DAN PEMBATAS (APP)


TEGANGAN RENDAH

5
2.1. PENJELASAN UMUM

 APP adalah alat pengukur dan pembatas, yang terdiri dari dari KWH
Meter (Meter KWH) dan Miniature Circuit Breaker (MCB).
 Fungsi APP :
1. Fungsi KWH Meter, untuk mengetahui/mengukur penggunaan energi
listrik yang digunakan pada instalasi pemanfaatan.
2. Fungsi MCB :
a. Untuk pembatas arus listrik yang diakibatkan beban pada intalasi
pemanfatan yang melebihi ketentuan.
b. Untuk pemutus rangkaian listrik, yang diakibatkan beban lebih atau
terjadinya arus hubung pendek.
c. Untuk pengaman (proteksi).
 APP adalah bagian dari sistem distribusi tenaga listrik dan merupakan
perlengkapan listrik milik PLN yang ditempatkan (dititipkan) di
rumah/bangunan pelanggan listrik PLN.
 Beberapa fungsi lain APP :
1. Sebagai alat transaksi bisnis antara PLN dengan pelanggan listrik PLN.
2. Sebagai tempat penyambungan penghantar SMP/SR ke instalasi
pemanfaatan milik pelanggan listrik PLN.
3. Menyalurkan energi listrik, melalui instalasi sirkit utama, menuju PHB
utama dan seterusnya mendistribusikan ke instalasi sirkit cabang, PHB
cabang sampai sirkit akhir.
6
2.2. KETENTUAN PEMASANGAN

 APP harus dipasang dengan posisi tegak, kemiringan ke segala arah yang
diijinkan 2° (Dua Derajat).

 APP harus dipasang di tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari
dan air hujan.

 APP harus dipasang sedemikian rupa sehingga petugas pencatat meter


dapat dengan mudah membaca angka register dengan jelas (± 1,5 meter
dari lantai sampai dengan bagian atas APP).

 APP yang dipasang pada bangunan di tepi pantai harus diberi perlindungan
secukupnya.

 Sambungan kawat phasa tidak boleh tertukar dengan kawat nol sedangkan
untuk sambungan 3 phasa urutan phasa harus benar.

7
Lanjutan 2.2.

8
2.3. ALAT PENGUKUR ENERGI LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

 Suatu alat ukur mengintegrasikan dan mengukur arus, daya aktif, daya
reaktif ataupun sejenisnya yang diberikan kepada suatu beban untuk
jangka waktu tertentu, disebut alat ukur yang mengintegrasikan suatu
besaran listrik.

9
Lanjutan 2.3.

Meter Elektronik Meter Mekanik

10
Lanjutan 2.3.

11
2.4. JENIS PENGUKURAN

 Pengukuran langsung

Adalah pengukuran yang tidak menggunakan alat bantu ukur (tanpa


trafo arus & trafo tegangan).

 Pengukuran tidak langsung tegangan rendah

Adalah pengukuran yang menggunakan alat bantu trafo arus (daya


41.500 VA s/d 197.000 VA).

 Pengukuran tidak langsung tegangan menengah

Adalah pengukuran yang menggunakan alat bantu trafo arus & trafo
tegangan (daya diatas 200 kVa)

12
Lanjutan 2.4.

13
Lanjutan 2.4.

14
2.5. ALAT BANTU KWH METER

 Trafo Arus (CT).

Adalah suatu alat listrik yang befungsi untuk mengubah besaran arus
tertentu (di lilitan primer) ke besaran arus tertentu lainya (di lilitan
sekunder).

 Trafo Tegangan (PT).

Adalah suatu alat listrik yang berfungsi untuk mengubah besaran


tegangan tertentu (di lilitan primer) ke besaran tegangan tertentu lainya
(di lilitan sekunder).

15
Lanjutan 2.5.

16
2.6. MINIATURE CIRCUIT BREAKER (MCB)

17
2.7. SEGEL PENGAMAN APP

 SEGEL:
1. Suatu tanda sah, tanda jaminan, tanda daerah, dan tanda petugas
yang berhak.
2. Dipasang pada APP oleh petugas tertentu, di daerah tertentu, untuk
mencegah penukaran atau perubahan dari APP oleh pihak yang tidak
berwenang.

 TANG SEGEL:
Alat yang dipasangi acuan segel padanya dan digunakan untuk menyegel
Alat Pembatas dan Pengukur.

 ACUAN SEGEL:
Alat untuk menghasilkan suatu bentuk cetakan informasi identitas
penggunaan acuan segel pada media hasil cetakannya.

18
Lanjutan 2.7.

 TIMAH SEGEL:
Media yang dibubuhi identitas daripada acuan segel dan dipasang sebagai
petunjuk bahwa suatu Alat Pembatas dan Pengukur telah disegel/diberi tanda
tera.

 JENIS SEGEL:
1. Segel tera: digunakan di kamar tera, untuk menyegel tutup kWh meter,
kVArhmeter, trafo ukur.
2. Segel pemasangan : dipakai diluar kamar tera, untuk menyegel tutup
terminal kWhmeter, MCB, kotak APP.
3. Segel pemutusan : digunakan diluar kamar tera untuk keperluan
pemutusan, dengan menyegel MCB atau kotak APP.
4. Segel OPAL / P2TL : dipakai hanya dalam pelaksanaan untuk menyegel
sementara pada suatu kasus pelanggaran terhadap ketentuan
sambungan tenaga listrik.

19
Lanjutan 2.7.

20
BAB III

SISTEM JARINGAN PELAYANAN


TEGANGAN RENDAH

21
3.1. PENJELASAN UMUM
 Dalam istilah keseharian di lapangan, yang dimaksud sistem jaringan
pelayanan tegangan rendah, adalah :
1. Saluran luar pelayanan/saluran masuk pelayanan/sambungan rumah
(SLP/SMP/SR).
2. Terletak (letak pemasangannya) antaxa JTR (SUTR/SKTR) dengan
APP.

 Berdasarkan dari sumber pengambilan :


1. Pengambilan dari tiang JTR.
2. Pengambilan dari tiang atap (dakstandart).

 Berdasarkan akhir pengambilan :


1. Akhir pengambilan dengan baut mata.
2. Akhir pengambilan dengan tiang atas (dakstandart).

 Jenis konstruksi SR 1 phasa :


1. Sdes Ia : Sumber pengambilan dari tiang jtr dengan akhir
pengambilan pada baut mata
2. Sdes Ib : Sumber pengambilan dari tiang jtr dengan akhir
pengambilan pada tiang atap dakstandart
3. Sdes IIa : Sumber pengambilan dari tiang atap dengan akhir
pengambilan pada baut mata
4. Sdes IIb : Sumber pengambilan dari tiang atap dengan akhir
pengambilan pada tiang atap / dakstandart
22
3.2. MATERIAL SLP/SMP/SR & APP 1 PHASA

 Service drop conductor 2 x 10/16 mm


 connector press Al/Al type CPTO & Cover.
 Connector press Al/Cu type CJCAC & Cover.
 KWh meter 1 phs 230 V, 5/20 Amp.

 Pole Bracket
 Baut Mata
 Service Wedge Clamp 2x10/16 mm2
 Strain Hook 1,5"
 Cable Support

 Gaspijp 1,5" u/ Daks lengkap dengan :


 Protektive Cap 1,5"
 Loden Manchet 1,5" + Stroppen
 Fixing Colar/Beugel ul daks 1,5" + Dekschropen

23
3.3. REKAPITULASI KEBUTUHAN MATERIAL SR 1 PHASA

24
3.4. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES 1 A

25
Lanjutan 3.4.

26
Lanjutan 3.4.

27
3.5. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES I B

28
Lanjutan 3.5.

29
3.6. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES IIA

30
Lanjutan 3.6.

31
3.7. KONSTRUKSI PEMASANGAN SR 1 PHASA
TYPE/MODEL SDES II B

32
3.8. BEBERAPA CONTOH MATERIAL SLP/SMP/SR

33
Lanjutan 3.8.

34
3.9. CONTOH KONSTRUKSI SLP/SMP/SR

35
3.10. PERLENGKAPAN KERJA

 PERALATAN KERJA  PERALATAN KESELAMATAN KERJA

1. COMPRESSION TOOLS 1. TOPI PENGAMAN

2. CRIMPING TOOLS 2. SABUK PENGAMAN

3. BURN HEAD / KOMPOR 3. SEPATU TAHAN TEGANGAN

4. BOR LISTRIK 4. SARUNG TANGAN TAHAN TEG.

5. KUNCI PAS 5. PLAT FORM

6. PALU

7. TESPEN

36
BAB IV

JARINGAN DISTRIBUSI
TEGANGAN RENGAH

37
4.1. KONSEP DASAR KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN
RENDAH

 Umum

1. Sistem distribusi tegangan rendah adalah bagian paling hilir dari sistem
tenaga listrik, sebelum sistem pemanfaatan tenaga listrik, yang terdiri
atas :
a. Sistem jaringan tegangan rendah
b. Sistem jaringan pelayanan

2. Konstruksi sistem distribusi tegangan rendah ini dapat berupa konstruksi


saluran udara atau konstruksi bawah tanah. Pemilihannya tergantung atas
konsep perencanaannya.

3. Sistem tegangan pelayanan yang dipakai adalah di bawah 1.000 Volt,


dengan variasi:
a. 380 Volt / 220 Volt, Fasa - Fasa / Fasa – Netral
b. 220 Volt Fasa - Netral atau 440 Volt Fasa – Fasa

4. Sambungan pelayanan dapat berupa sistem Fasa 1 atau Fasa 3. Pada


umumnya konsep operasi dari suatu sistem distribusi tegangan rendah
adalah radial. Sangat jarang berbentuk tertutup atau loop, kecuali atas
pertimbangan khusus.
38
Lanjutan 4.1.

5. Bentuk konfigurasi dan anatomi suatu sistem distribusi tegangan rendah


adalah :

Transformator distribusi 20.000 Volt/ 380 Volt

Perlengkapan hubung bagi dan kendali (PHB) :


 Ohm saklar pada sisi masuk.
Pengaman lebur HRC type NH pada sisi keluar.
Saluran kabel tanah atau kabel tidak ditanam di
bawah tanah.

Saluran udara atau saluran bawah tanah, Janngan


distribusi tegangan rendah.

Sambungan pelayanan dan alat pembatas dan


pengukur terletak pada kediaman pelanggan.

Sistem pembumian, di mana penghantar netral


dibumikan.

39
Lanjutan 4.1.
 Sistem Enjiniring.

1. Sistem distribusi tegangan rendah ini terbentuk dari komponen-komponen


kabel, tiang, alat proteksi, alat pengukur, fitting, dan lain - lain.

2. Komponen-komponen tersebut mempunyai persyaratan atau spesifikasi


teknis yang telah ditentukan, antara lain sebagai berikut :
NO URAIAN SPESIFIKASI
Tegangan maksimum
1 414 Volt Fasa - fasa
(rated voltage
Tegangan pelayanan 301 Volt Fasa - fasa
2
(nominal voltage 231 Volt Fasa - Neutral
3 Frekuensi (50 - 60) Hertz
Sistem pengaman / PNP (Pentanahan Netral
4
pembumian Pengaman) atau T - N - C - S.
5 Uji tegangan 1 menit 2.500 Volt
Uji tegangan impuls (1,5
6 8000 Volt
/ 50 wave)
40
Lanjutan 4.1.

3. Untuk perencanaan konstruksi, kondisi fisik dipertimbangkan adalah :

NO URAIAN KONDISI

1 Kondisi klimatik Daratan dan tepi pantai

2 Ambient temperatur
a. Nominal 20° C s/d 60° C
b. Rata-rata 30° C

3 Curah hujan rata-rata 1.200 mm

4 Kelembaban s/d 100 %

5 Tekanan angin 40 bar / m2

6 Ketinggian 0 - 1.000 meter

41
Lanjutan 4.1.

 Konstruksi Jaringan.

1. Konstruksi Saluran Bawab Tanah.


a. Konstruksi saluran bawah tanah secara umum sebagai jaringan
distribusi, hanya dipakai antara lain pada kompleks perumahan-
perumahan mewah. Namun secara umum adalah sebagai kabel
utama dari gardu distribusi (umumnya tipe beton) PHB Tegangan
rendah naik ke tiang pertama saluran udara tegangan rendah.

Saluran Udara

PHB TR

Gardu Distribusi Saluran Kabel Bawah tanah

42
Lanjutan 4.1.

b. Persyaratan konstruksi saluran bawah tanah mengikuti ketentuan


ketentuan pada PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) 2000 atau
diadopsi dari perusahaan lain, khususnya standard konstruksi PT. PLN
(Persero).
c. Jenis kabel yang dipakai adalah dari jenis dengan pelindung metal,
misalnya NYFGbY, atau tanpa pelindung mekanis namun kabel harus
dimasukkan dalam pipa konduit atau logam.

2. Konstruksi Saluran Udara.


a. Konstruksi saluran udara tegangan rendah dipakai secara luas.
b. Kemudahan dalam hal :
 Mudah konstruksi
 Mudah pengoperasian
 Mudah perawatan
 Mudah perluasan / pengembangan.
c. Jenis penghantar yang dipakai adalah jenis instalated bundle
conductor. Jenis tiang yang dipakai adalah jenis tiang beton bulat dan
atau tiang beton bentuk H dengan kekuatan menahan tarikan (160
daN, 200 daN, 350 daN, 500 daN) dan panjang 9 meter atau terpasang
di bawah jaringan tegangan menengah.

43
4.2. KARAKTERISTIK KONSTRUKSI
SALURAN KABEL BAWAH TANAH TEGANGAN RENDAH

 Persyaratan konstruksi saluran kabel bawah tanah mengikuti ketentuan pada


Persyaratan Umun Instalasi Listrik (PUIL) edisi terakhir dan ketentuan-
ketentuan lain yang dipersyaratkan. Pada uraian-uraian berikut persyaratan
konstruksi selain PUIL adalah ketentuan konstruksi dari PT PLN (Persero).

1. Kedalaman Penanaman.
Kabel ditanam 80 cm di bawah permukaan tanah pada jalan umum atau
minimal bocor pada jalan umun atau minimal bocor pada jalan
sendiri/lingkungan. Pemerintah daerah biasannya menentukan khusus
kedalaman penggelaran utilitas-utilitas di bawah tanah pada jalan jalan
umum.

2. Ketebalan Pasir Pelindung


a. Kabel yang ditanam harus dilindungi dengan pasir urug minimal
dengan ketebalan 5 cm disekeliling kabel. Dengan diameter kabel ±
8 cm, maka ketebalan pasir dihitung 20 cm.
b. Fungsi pasir adalah sebagai pelindung mekanis atas tekanan beban
dari atas

44
Lanjutan 4.2.
b. Fungsi pasir adalah sebagai pelindung mekanis atas tekanan beban
dari atas

Lapisan Pengeras
(tanah padat, macadam)
5 cm Batu Pelindung
10 cm Kabel
5 cm Pasir

3. Batu Pelindung.
a. Di atas pasir perlu dipasang batu pelindung atau batu peringatan,
dipasang menutupi sepanjang galian kabel. Pada ubin pelindung
tercantum tanda  dan tegangan kerjanya.

KABEL LISTRIK
TEBAL
6 CM 30 CM

220/380 VOLT

45 CM
b. Batu pelindung dibuat dari ubin dan diberi cat warna merah tipis.
45
Lanjutan 4.2.
4. Timah Label Pengenal Kabel.
a. Di dalam tanah, tergelar lebih dari 1 kabel. Untuk membedakan kabel
satu dengan lainnya
b. Diberi label yang terbuat dari timah hitam.
c. Pada timah label tersebut tercantum :
 Nama kabel dan ukuran tabel.
 Jenis isolasi.
 Nomor perintah kerja, tanggal penggelaran, nama perusahaan
atau pemborong kerja.
d. Sehingga jika terjadi kesalahan operasi akibat pelaksanaan konstruksi
salah prosedur, selama masih dalam masa jaminan pemborong kerja
wajib menangggung akibatnya.
NYFGBY 4 X 95 mm2

414 VOLT
= PIRUS =
PLN

SPK : 024 / 324 / XI / 08


TGL. 017 / 03 / 08 PT. ABDIKARYA

e. Timah label ini diikatkan dengan kawat galvanis pada tiap - tiap 6
meter. 6 meter

6 meter 46
Lanjutan 4.2.

5. Patok Jalur Kabel


a. Setelah penggelaran selesai, parit galian ditimbun, jalur arah label harus
diberi tanda. Tanda jalur galian dipasang patok beton kerap disebut
patok pilot kabel.
b. Patok pilot kabel dipasang pada :
 Tiap - tiap 50 meter.
 Titik masuk crossing / boring jalan.
 Titik masuk gardu.
 Titik belok kabel.
 Titik naik kabel ke atas liang.
c. Pada patok tertulis kabel listrik 414 Volt. Terdapat 2 jenis konstruksi
patok pilot berbentuk ubin untuk pemakaian pada trotoar jalan.

KABEL
LISTRIK
KABEL
LISTRIK

30 CM

PATOK TUGU

PATOK DATAR
47
Lanjutan 4.2.

6. Sambungan Kabel (MOF).


a. Pada penggelaran panjang kabel disambung pada tiap-tiap 1 Haspel (1
gulungan). Sebelum disambung, kabel di “seling” (overlap) ± I
meter.
b. Titik sambungan kabel diberi patok sambungan (mof kabel), sehingga
mudah dicari jika terjadi gangguan kabel.
c. Titik yang paling lemah pada jaringan kabel tanah adalah pada titik
sambungnya.
MOF
KABEL
380 V

SAMBUNGAN KABEL
48
Lanjutan 4.2.
7. Lintasan Kabel Dengan Utilitas Lain.
a. Jika kabel melintasi atau dekat dengan :
 Kabel lain, pipa gas, PAM, Telkom. dan fondasi bangunan.
 Jalan raya/rel kereta api (crossing dan boring).
 Area berlistrik, misalnya area instalasi listrik PJKA dan kaki tower
transmisi.
b. Kabel tersebut harus dilindungi dengan buis beton pipa PVC. Tiap-tiap
lintasan harus dilebihkan 0,5 meter kiri-kanan titik lintasan.
c. Jarak antara kabel dengan lintasan harus memenuhi standard
konstruksi yang berlaku dan Persyaratan Umum Instalasi Listrik.

PIPA BETON > 30 cm

PIPA 50 cm
BETON PONDASI
D BANGUNAN
50 cm
Pipa gas : D 60 cm
Pipa Telkom : D 30 cm
Rel Kereta

D 80 cm

0,50 m 0,50 m
Pipa gas4 inc PIPA PVC ATAU PIPA BETON 4 INCI
49
Lanjutan 4.2.

8. Radius Belokan Kabel.


Instalasi lintasan kabel tidak dapat dihindari adanya konstruksi kabel
membelok. Untuk menghindari deformasi isolasi kabel, radius belokan
dibatasi tidak boleh terlalu kecil.
Besarnya radius belokan bergantung atas jenis materi isolasinya, namun
angka yang umum dipakai adalah 15 x diameter kabel :

KABEL

R ≥ X diameter kabel

50
Lanjutan 4.2.

9. Terminasi Kabel.
a. Ujung kabel pada tiang atau pada gardu distribusi harus di terminasi.
Pemasangan terminasi (mof) kabel harus dilakukan oleh teknisi yang
bersertifikat kompetensi. Kabel naik pada gardu distribusi atau tiang
harus tegak lurus, tidak diperkenankan miring.

PHB TR

90

51
Lanjutan 4.2.

b. Terminasi kabel pada PHB distribusi harus dilakukan dengan sepatu


kabel (kabel skun, terminal lug). Terminal tersebut harus dipress dengan
hydraulic press. Selanjutnya permukaan sepatu kabel diberi lapisan
timah. Sebelum dilekatkan pada terminal PHB, rongga dalam sepatu
kabel diberi timah yang dipanaskan untuk mendapatkan luas kontak
yang optimal. Selanjutnya dibungkus dengan pembungkus heat shrink
dengan warna sesuai Fasanya.

Permukaan sepatu kabel dilapisi timah solder

Pembungkus / selongsong Heatshrink

Leher sepatu kabel dikencangkan dengan Humanlic press

c. Untuk terminasi kabel pada jaringan kabel udara dengan inti alumunium
harus memakai bimetal Al Cu junction sleeve. Posisi junction sleeve
tegak dengan bagian alumunium pada bagian atas, jika dipasang di
udara terbuka.

52
Lanjutan 4.2.
10. Susunan Penggelaran Kabel.
a. Jika kabel digelar lebih dari satu pada parit yang sama, tidak boleh
bersentuhan.
b. Jika terlalu rapat, temperatur lingkungan akan membatasi besarnya
kuat hantar arus kabel.
c. PUIL mengatur jarak minimal adalah sama dengan diameter kabel.
Namun konstruksi kabel mengatur 2 X diameter kabel. Jika sulit
mengatur kabel tidak bersentuhan, maka dipasang bata pada titik-titik
yang diperlukan, misainya pada parit belokan kabel.

D 2D D
Bata

53
Lanjutan 4.2.
11. Konstruksi Kabel pada Tiang.
a. Kabel naik pada tiang pertama/awal saluran kabel udara harus
terlindung dari kemungkinan kerusakan mekanis.
b. Pada 3 meter pertama dilindungi dengan pipa galvanis ukuran 3 inchi.
Selanjutnya pengencangan kabel pada tiang, dengan menggunakan
stainless steel strip dengan pelindung plastik untuk menjaga dari sisi
tajam stainless steel strip.

54
Lanjutan 4.2.
12. Pelaksanaan Fisik Penggelaran Kabel.
Dalam pelaksanaan fisik penggelaran kabel perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Persiapan Pekerjaan.
 Prosedur kerja.
 Gambar rencana penggelaran peta dengan skala (umumnya
skala 1 : 500).
 Koordinasi dengan pihak terkait (izin galian dan keamanan
setempat).
 Peralatan kerja, alat kerja, dan peralatan K3.
 Peninjauan lapangan.
 Gambar as built drawing utilitas setempat.
b. Pelaksanaan Penggelaran Kabel.
 Penandaan route/jalur galian kabel.
 Pembersihan jalur galian.
 Penyuntikan jalur galian tiap 5 meter untuk meneliti
kemungkinan adanya utilitas lain.
 Penerapan K3, khususnya penanganan lingkungan.
 Penggalian jalur kabel.
 Mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi.
 Penggelaran kabel.
 Pemulihan kembali kondisi setempat.
55
Lanjutan 4.2.
c. Pengujian Kabel.
 Setelah digelar kabel perlu diuji tahanan isolasinya dengan
megger 1 kV.
 Membuat Laporan.
 Pembuatan laporan dalam bentuk :
 Laporan pelaksanaan pekerjaan.
 Berita acara pekerjaan selesai.
 As built drawing hasil pelaksanaan pekerjaan.

13. Alat-Alat Kerja Penggelaran Kabel Bawah Tanah.

Untuk melaksanakan penggelaran kabel diperlukan sejumlah peralatan


kerja dan peralatan K3 sebagai berikut :

a. Dongkrak Haspel.
Haspel kabel harus didongkrak dan dijaga oleh penyangga hingga
mudah diputar, sehingga kabel mudah dilepas dari haspel.

56
Lanjutan 4.2.
b. Rol Kabel.
1. Rol kabel diperlukan untuk dudukan penarikan kabel. Kabel
tidak boleh terseret pada pada tanah.
2. Terdapat 2 jenis rol :
v Rol lurus/datar, untuk jalur kabel lurus.
v Rol belok, untuk jalur kabel yang belok.
3. Rol kabel dipasang pada tiap - tiap 5 meter.

c. Pulling Grip.
Pada saat penarikan kabel, ujung kabel dibalut dengan pulling grip.
Alat ini berbentuk kaos dan makin kuat jika ditarik.

57
Lanjutan 4.2.
d. Swivel.
Alat ini dapat berputar 360, digunakan / dipasang pada tiang
awal. Saat ditarik, kabel umumnya cenderung berputar, dengan
swivel kabel dapat berputar tanpa harus dipaksa kembali pada
posisi semula.

e. Winch.
Winch adalah alat untuk menarik ujung kabel (melalui tali). Gaya
menarik kabel dapat diatur dengan wincher.

f. Megaphone.
Megaphone digunakan sebagai sarana pengeras suara saat
penarikan kabel, baik untuk petugas penarik maupun memberi
peringatan pada lingkungan.

g. Lampu Penerangan.
Untuk penerangan saat penggelaran malam hari. Biasanya
memakai generatcr portabel.
58
Lanjutan 4.2.

h. Lampu Peringatan.
Untuk peringatan / tanda bagi lalu lintas pada tempat / lokasi
penggelaran.

i. Rambu-Rambu / Papan Tanda Peringatan.


Ditempatkan pada lokasi penggelaran sebagai tanda adanya
pelaksanaan proyek penggelaran kabel.

HATI - HATI
ADA PEKERJAAN

59
Lanjutan 4.2.
14. Prosedur Pelaksanaan Penggelaran Kabel.
Penggelaran kabel harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kabel tidak
boleh berpilin, tergilas kendaraan, atau kulit kabel terkelupas.
Penggelaran kabel harus dilakukan di bawah pengawasan petugas
bersertifikat dan telah mengikuti pelatihan penggelaran kabel. Setelah
persiapan pendahuluan proses penggelaran kabel dimulai dari
transportasi kabel dari gudang.
a. Kabel harus diangkut dengan Haspel. Apabila jumlah terbatas
digulung mengikuti angka baik dengan truk atau trailer. Haspel
kabel tidak boleh terbanting.

 Haspel kabel dapat didorong, arah dorongan mengikuti tanda


panah pada Haspel. Permukaan jalan harus bersih dari batu-
batuan.

60
Lanjutan 4.2.
b. Penggelaran dilakukan tiap 1 Haspel. Pelaksanaan dilaksanakan
setelah galian 1 Haspel (300 m) selesai dan petugas siap bekerja.
Setelah pekerjaan penggelaran parit galian langsung ditutup.
Konstruksi susunan komponen pelindung sesuai dengan standard
konstruksi yang berlaku.
c. Penarikan kabel harus dengan memakai alat-alat tarik (pulling grip,
swivel, dan tali tambang), dengan susunan petugas :
 Supervisor.
 Sejumlah petugas penarik / petugas tiap - tiap 5 meter.
 Penarikan kabel harus dilakukan secara perlahan-lahan.
Kabel tidak boleh dirarik langsung dari Haspel, namun
harus diurai dulu, baru ditarik perlahan-lahan.

 Jika kabel tanpa Haspel, diurai dari belitan kabel berbentuk


angka dengan cara digulung berjalan dengan bantuan 2
petugas.

61
Lanjutan 4.2.
d. Pemakaian rol lurus dan rol sudut.
Kabel tidak boleh bergeser dengan tanah saat ditarik, harus
diletakkan di atas rol. Jarak tiap-tiap rol 5 meter, di antara 2 rol
terdapat 1 orang petugas penarik

 Rol sudut digunakan pada jalur yang membelok.

62
Lanjutan 4.2.
 Untuk 1 Haspel (300 meter) pengelaran diperlukan :
 Supervisor : 1 orang.
 Mandor : 1 orang.
 Petugas Pengaman : 1 orang.
 Pemutar Haspel : 2 orang.
 Pengatur Kabel : 1 orang.
 Petugas mesin penarik : 1 orang.
 Petugas pemegang kabel
 antara rol tarik : (dihitung tiap 5 meter).
 Rol gelar : tiap 5 meter

e. Ujung kabel.
Ujung kabel harus diterminasi (didop), guna mencegah masuknya air
ke dalam kabel. Apabila akan akan disambung, masing-masing kabel
dilebihkan 1 meter salirg bersilang.
1 meter
Dop kabel

63
Lanjutan 4.2.
f. Lintasan kabel pada jalan dan lain – lain.
 Lintasan jalur kabel dapat memotong jalan raya, pintu masuk
garasi, gudang, dan lain-lain. Tekanan mekanis kendaraan yang
melintas menyebabkan kabel harus dilindungi efektif dengan
pipa buis betOIl atau PVC tebal 4 mm2 (jenis M6.8). Pipa
pelindung dilebihkan 0,5 meter kiri-kanan pipa.

Lebar jalan – L meter

Buis beton

L meter
0,50 mtr

Pondasi bangunan

0,50 m Lebar pondasi - L 0,50 m 50 cm

Buis beton

64
Lanjutan 4.2.

 Pada umumnya pipa buis beton dipasang sebelum penggelaran


kabel untuk memudahkan penarikan kabel pada buis beton,
bagian dalam beton dipasang kawat penarik. Ujung pipa harus
ditutup untuk mencegah kemasukan kotoran atau binatang.

Permukaan jalan

0,5 m 0,5 m
Kawat Penarik

Pipa beton / buis beton Tutup pipa

65
Lanjutan 4.2.
15. Pengamanan Lingkungan.
Tidak bisa dihindarkan saat penggalian akan ditemukan utilitas - utilitas
lain yang perlu penanganan, untuk menghindari rusaknya utilitas-utilitas
tersebut. Demikian pula dengan jalan keluar masuk pintu rumah / garasi.

a. Pintu Masuk Rumah / Garasi.


 Jika lebar garasi cukup panjang dan keluar masuk kendaraan
berat, jalur kabel harus dipasang buis beton, sebagaimana
persyaratan pada crossing jalan. Untuk garasi kecel, harus
dipasang jembatan papan / balok atau plat baja, guna
memudahkan keluar masuk kendaraan roda dua.

 Pelaksanaan pengamannnya adalah penggalian langsung


pemasangan alat pengaman.

Rumah
penduduk

Jembatan kayu, plat besi

Galian kabel
66
Lanjutan 4.2.

b. Kabel, Pipa Air, Pipa Gas.


 Dua kondisi yang akan ditemukan, yaitu :
 Jalur utilitas sejajar dengan jalur galian.
 Jalur utilitas memotong jalur galian.
 Harus dijaga adalah kondisi konstruksi utilitas-utilitas tersebut
tidak boleh diubah. Secara fisik harus digantung dengan tali /
sejenisnya. Khususnya pada titik sambung pengamanan harus
kokoh.

Mof kabel listrik operasi

Kabel Operasi

67
Lanjutan 4.2.

 Khusus pipa gas, selain digantung juga harus ditopang dari


bawah, terutama pada titik sambung (joint socket).

Sambungan pipa gas, air


(joint socket

Kayu penyangga

68
Lanjutan 4.2.

 Menyeberangi pipa, kabel operasional yang sulit diubah


posisinya, kabel baru digelar di bawah utilitas yang ada.

Kabel baru Utilitas existing

D
D
D

69
Lanjutan 4.2.

16. Lintasan Saluran Air dan Sungai.


a. Penggelaran kabel yang melintasi sungai pada umunya tersedia
jembatan kabel pada kanal UNP 15 yang saling ditangkupkan.
b. Setelah selesai penempatan kanal UNP bagian atas ditangkupkan
pada bagian bawah.
c. Untuk pengencangan dilakukan dengan sistem mur baut, atau dilas.

Las Las
Mur baut

d. Sementara lintasan kabel pada saluran air kecil dapat dilakukan


dengan cara memasukan kabel dalam pipa beton di bawah dasar
saluran air. Saluran air

Pipa Beton
70
Lanjutan 4.2.

17. Perlintasan Kabel dengan Pondasi dan Rel Kereta.


a. Perlintasan dengan Pondasi.
Kabel yang digelar minimal berjarak 50 cm, namun untuk pondasi-
pondasi bangunan besar yang berjarak kurang dari 50 cm, kabel
harus dimasukkan dalam pipa.
D lebih besar
dari 50 cm

D
Pipa beton

D
Pondasi
D lebih kecil
dari 50 cm
Kabel

71
Lanjutan 4.2.

b. Perlintasan dengan Rel Kereta.


 Perlintasan rel kereta, harus di lakukan dengan sistem boring,
memakai pipa gas.
 Pelaksanaan pemboran biasanya dilaksanakan oleh teknisi
perusahaan kereta api.

2 mtr
2 mtr 2 mtr

Pipa gas diameter 4 inchi

72
Lanjutan 4.2.

18. Konstruksi Terminasi Kabel pada PHB.


Kabel tegangan rendah dimulai dari Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB) serta berakhir pada PHB juga atau terminasi pada tiang.
a. Konstruksi terminasi kabel pada PHB.
 Terminasi kabel harus sepatu kabel. Sebelum sepatu kabel diikat
pada PHB, permukaan sepatu kabel harus dilapisi oleh lapisan
anti oksidasi yaitu timah Demikian pula pada bagian inti kabel
yang berada di dalam sepatu kabel, harus
 diberi timah (dipanaskan
hingga cair).
 Jika kabel dengan inti Permukaan dilapisi
aluminium, sepatu kabel timah solder

harus dari jenis Bimetal


Al-Cu. Bagian dalam dimasukkan
timah cair

Joint hydraulic press

73
Lanjutan 4.2.

b. Konstruksi Kabel Naik pada Tiang.


 Instalasi kabel naik / turun pada tiang harus dilindungi ± 3
meter dari permukaan tanah dengan pipa galvanis berukuran
minimal 3 inchi.
 Sementara pada bagian di atas 3 meter dapat diikat dengan
stainless steel strip atas double collar terbuat dari besi galvanis.
 Pipa stainless harus dilindungi dengan pipa plastik khusus, guna
mencegah kerusakan kulit kabel.
 Sambungan kabel dengan saluran udara twisted cable harus
memakai joint sleeve bimetal Al-Cu. Bagian Alumunium harus
ada di atas bagian Cu.

Kabel Twisted

Tiang awal

Bimetal jointsleeve
Hydraulic press

Selongsong pelindung (ciut panas)

74
Lanjutan 4.2.

19. Pembumian.
a. Kabel tanah yang mempunyai perisai baja (misalnya NYFGbY) pada
bagian terminasi di PHB / Gardu harus dibumikan.
b. Penghantar pembumian memakai kabel anyam dihubung langsung
dengan sistem pembumian gardu atau PHB.

Dihubungkan ke
Terminal pembumian

Pita tembaga

75
Lanjutan 4.2.

20. Perlengkapan Hubung Bagi.


a. Perlengkapan Hubung Bagi merupakan komponen / perlengkapan
utama pada saluran kabel bawah tanah.
b. Fungsi Perlengkapan Hubung Bagi adalah :
 Titik awal saluran kabel bawah tanah.
 Titik distribusi / Tee - OFF untuk saluran kabel atau sejumlah
saluran kabel.
 Fasilitas yang memudahkan pencarian gangguan kabel.
c. Instalasi terminasi kabel pada Perlengkapan Hubung Bagi harus
memakai sepatu kabel, dengan ketentuan sebagaimana sub 2.18.
Kabel masing-masing Fasa tidak boleh saling mengikat (terpuntir),
harus rata dan tegak lurus 90° pada garis mendatar PHB.

PHB Pasangan luar

Kabel bawah tanah


90
Elektroda pembumian
76
4.3. KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH
 Pada pembahasan ini tidak diuraikan mengenai konstruksi saluran udara yang
memakai penghantar tak berisolasi (BC - Bare Conductor), namun hanya
membahas konstruksi dengan kabel udara berpilin (Twisted Cable - lnsulated
Bundle Conductor - Preassembled Bundle Conductor).

 Pada konstruksi saluran udara sebagaimana dijelaskan pada uraian


pendahuluan. dikenal konstruksi saluran udara :
1. Konstruksi Dead End, yaitu konstruksi memakai klem jepit jenis strain
clamp dengan atau tanpa jangka putar (span skrup - turn buckle).
2. Konstruksi Suspension, yaitu konstruksi memakai klem jepit tipe gantung
/ suspension clamp.
3. Konstruksi Topang Tarik (Guy Wire - Trekskur).
4. Konstruksi Pembumian.
5. Konstruksi Topang Tekan (Drugskur - Stake Pole).

 Konstruksi ini dipakai pada tiang awal / akhir, penyangga / tiang tengah, tiang
sudut, atau tiang seksi.

 Sebelum uraian mengenai konstruksi ini, akan diuraikan lebih dahulu mengenai
komponen utama dan pendukungnya.

77
Lanjutan 4.3.

1. Tiang Penyangga.
a. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang baja atau tiang beton dengan tinggi
tiang 7 meter atau 9 meter.
b. Tiang saluran udara tegangan menengah juga dipakai sebagai tiang
konstruksi saluran tegangan rendah (under built).
c. Ikatan konstruksi saluran udara dipasang pada minimal 10 cm dari ujung
tiang bagian atas.

10 cm
Ikatan konstruksi jaringan/
ikatan pole braket

d. Pada ujung tiang terdapat lubang-lubang untuk pemasangan memakai


sistem mur - baut.
e. Kekuatan tarik tiang distandarisir 160 daN, 200 daN, 350 daN, dan 500 daN
( 1 daN = 0,98 kg gaya).
f. Umumnya sudah jarang tiang dengan kekuatan 800 daN dan 1.200 daN.
78
Lanjutan 4.3.

g. Untuk maksud-maksud pemasangan instalasi pembumian, didesain tiang


dengan penghantar pembumian (BC 50 mm2) pada bagian dalam dan
terminal 1 Baut pada ujung-ujung tiang dan pada titik 1/5 panjang tiang
dari ujung bagian bawah. Tiang diberi tanda.

Kode tiang
dengan instalasi
pembumian

h. lkatan penghantar pembumian dari elektroda pembumian harus memakai


sepatu kabel dari jenis tembaga. Sebelum dilekatkan harus dibersihkan dari
karat dan kotoran. lkatan saluran udara (penghantar netral) harus memakai
sepatu kabel jenis bimetal. Sebelum dilekatkan, kedua sepatu tersebut
harus diberi lapisan timah solder (untuk mencegah oksidasi).
79
Lanjutan 4.3.

2. Penghantar.
a. Penghantar salutan udara saat ini secara luas dipakai adalah dari jenis
kabel berpilin (Insulated Bundle Conductor-Preassembled Bundle
Conductor) atau TIC (Twisted Insulated Concductor) atau LVTC (Low
Voltage Twisted Conductor).

Fasa Neutral

3 X 35 mm2 54,6 mm2

3 X 50 mm2 54,6 mm2

3 X 70 mm2 54,6 mm2

b. Inti kabel dari jenis alumunium murni, sementara penghantar netral


dari jenis almelec/alumunium alloy. Penghantar netral berfungsi sebagai
penggantung kabel-kabel Fasanya.
c. Nomenlaktor kabel tertulis (3 X 70 + N) mm2

80
Lanjutan 4.3.

3. Stainless Steel Strip dan Stopping Buckle.


a. Stainless steel strip adalah pelat baja stainless tipis, digunakan sebagai
pengikat komponen-komponen konstruksi pada tiang.
b. Pemakaiannya dibelitkan pada tiang, kemudian dimatikan ikatannya
dengan stopping buckle.
c. Rata-rata pemakaian stainless steel adalah 0,75 meter untuk tiap-tiap
satu ikatan / satu stopping buckle.

2,5 cm

Stainless steel strip Stoping buckle

d. Apabila stainless steel strip digunakan untuk mengikat kabel daya


(power cable) pada tiang, misalnya kabel catu daya jaringan (onsujk
kabel), harus dilapisis dengan plastik tape agar kabel tidak luka.
81
Lanjutan 4.3.

4. Link.
a. Link (= ling) adalah besi bulat diameter 6 mm galvanis berbentuk
segiempat ukuran 3 x 3 cm dan 3 x 6 cm.

b. Fungsi link adalah untuk memperkuat ikatan stainless steel pada


tiang. Umumnya untuk ikatan kabel, pipa galvanis pada tiang.

Tiang
Stainless

Link
Link
Kabel

82
Lanjutan 4.3.

5. Pole Bracket.
a. Pole bracket merupakan komponen saluran udara pada tiang. Terbuat
dari alumunium alloy atau baja galvanis.
b. Dua jenis pemakaian pole bracket, untuk tiang ujung (awal, akhir),
tiang sudut dengan sudut lintasan di atas 30°, tiang siku 90°, dan
untuk tiang tengah dengan sudut lintasan 30°. Kedua pole bracket ini
berbeda pada panjangnya.
c. Beban maksimum yang dapat ditahan oleh pole bracket adalah :
 F 500 daN arah vertikal (ke bawah).
 F 1.000 daN arah horizontal.
 F antara 200 daN dan 500 daN arah longitudinal.

83
Lanjutan 4.3.

6. Suspension Clamp (Klem Gantung).


a. Suspension clamp atau klem gantung berfungsi untuk mengikat
penghantar netral kabel twisted.
b. Suspension sendiri digantung pada pole bracket tiang tengah.
c. Suspension clamp terbuat dari bahan alumunium alloy.
d. Penghantar netral diletakkan pada suspension, kemudian dijepit oleh
klem jepitnya (locker).
e. Suspension clarnp dapat dipakai untuk sudut lintasan s.d. 30°.

84
Lanjutan 4.3.

7. Strain Clamp ( Klem Penjepit).


a. Strain clamp digunakan untuk menjepit penghantar netral kabel
twisted pada :
 Tiang awal / akhir.
 Tiang sudut lintasan di atas 30°.
 Tiang seksi (untuk pergantian besarnya penampang saluran).
b. Bagian dari strain clamp adalah :
 Strain clamp terbuat dari alumunium alloy
 Klem jepit terbuat dari plastik keras.
 Kawat baja galvanis untuk menggantung strain clamp pada pole
bracket.

85
Lanjutan 4.3.

8. Plastik Strap.
a. Plastik Strap atau plastic tic atau rins plastik digunakan untuk
mengikat kabel twisted pada tiang penyangga.
b. Plastik strap berwarna hitam, bagian kepala berlubang dan bergerigi,
pada bagian ujung (ekor) lurus rata. Bagian ekor dimasukkan pada
bagian kepala yang berlubang.

Plastik strap

86
Lanjutan 4.3.

9. Pipa PVC Diameter 3 inchi dan Insulating TIP.


a. Pipa PVC type - 1 (tebal 2 mm) sepanjang 60 cm digunakan sebagai
pelindung kabel twisted pada tiang akhir.
b. Fungsinya sebagai pelindung mekanis.
c. Pipa PVC diikatkan pada tiang dengan menggunakan stainless steel
strip dan link.

Pipa pelindung

Insulating tape
(Heatshrink)

d. Ujung-ujung penghantar dimasukkan di dalam pipa PVC. Selanjutnya


didop dengan selubung PVC / Insulating Tip, guna menghindari
terjadi hubung singkat antar Fasa.
e. Ujung - ujung penghantar dipasang berderet dengan beda jarak 2
cm.
87
Lanjutan 4.3.

10. Joint Sleeve.


a. Joint sleeve atau junction sleeve digunakan untuk penyambungan
kabel secara lurus. Joint sleeve terbuat dari alumunium murni.
b. Pengencangan joint sleeve pada inti kabel harus dilakukan dengan
Hydraulic Press. Setelah tersambung, dibungkus dengan pelindung
ciut panas (Heatshrink Plastic Cover).
c. Pada bagian dalam joint sleeve terdapat pelumas/grease. Sebelum
dipergunakan, bagian bibir joint sleeve dilapisi pelumas. Hal ini
untuk mencegah air masuk sambungan.
d. Penggunaan Hydraulic Press harus mengikuti tanda-tanda / nomor
urut permukaan.

11. Konektor Fasa.


a. Konektor atau Connector dipakai untuk hubungan - T (TCC - OFF
Joint). Untuk hubungan T - OFF pada jaringan utama tidak
dugunakan jenis piercing, namun yang dipakai adalah jenis H - type
connector.
b. Untuk memasang konektor jenis ini, kulit kabel harus dikupas dulu,
kemudian dikencangkan dengan Hydraulic Press. Selanjutnya
dibungkus dengan pelindung Heat Shrink.

88
Lanjutan 4.3.

12. Tension Joint.


a. Tension joint atau selongsong mekanis digunakan untuk
penyambungan penghantar netral. Mengingat penghantar netral
berfungsi sebagai pemikul beban mekanis, harus dipergunakan joint
sleeve khusus.
b. Untuk mendapatkan keamanan konstruksi, sebaiknya penghantar
netral tidak disambung di tengah, namun disambung pada tiang
saja dengan konstruksi strain clamp ganda. Sambungan dapat
dilakukan dengan joint sleeve untuk penghantar Fasa.

13. Turn Buckle (Span Schrof).


a. Turn bucke atau span schrof atau jangkar putar digunakan pada
konstruksi kawat penegang.
b. Berfungsi untuk mengencangkan tarikan kawat.
c. Turn buckle juga dipakai pada konstruksi ikatan kabel twisted pada
strain clamp.
d. Material turn buckle terbuat dari besi galvanis ST 52 dengan
breaking capacity di atas 2.000 daN, dengan ukuran :
Panjang L Breaking Capacity
L= 180mm 2.400 daN
m=200mm 6.150 daN
H=215 mm 12.600 daN
89
Lanjutan 4.3.

14. Bimetal Joint Sleeve.


a. Bimetal joint sleeve adalah selongsong sambungan dengan
konstruksi 2 Jenis logam alumunium dan tembaga.
b. Selongsong sambungan ini dipakai untuk sambungan penghantar
alumunium dan tembaga pada :
 Sambungan kabel daya dari gardu.
 Sambungan T - OFF dengan kabel pelanggan.
 Sambungan dengan penghantar pembumian.
c. Pengencangan sambungan dilakukan dengan Hydraulic Compression
Joint. Pemakaian pelumas tetap diperhatikan khususnya pada sisi
logam alumunium. Setelah selesai pengencangan, dibungkus
dengan pelindung heatshrink (heatshrinkable cover).
d. Konstruksi posisi bimetal adalah untuk pasangan luar logam Al pada
pada posisi di atas logam tembaga.

15. Elektroda Pembumian.


a. Elektroda Pembumian atau ROD Earthing atau batang pembumian
digunakan sebagai elektroda pada sistem pembumian penghnatar
netral.
b. Terbuat dari carbon steel dan dilapis dengan electrolytic cathode
copper (lapisan tembaga).
90
Lanjutan 4.3.

16. Kawat Baja ( Steel Wire)


a. Pada saluran udara, kawat baja galvanis digunakan pada konstruksi
guy (topang tarik).
b. Ukuran yang dipakai adalah :

Kecil Sedang

Penampang 25 mm2 50 mm2

Beban
1.870 daN 3.280 daN
Maksimum

c. Material steel wire, stranded 7 wire

91
Lanjutan 4.3.

17. Insulator Guy (TOEI - Insulator).

Isolator berbentuk telor atau belimbing digunakan pada konstruksi guy.


Fungsinya untuk mencegah adanya arus bocor, yang mungkin mengalir
dari jaringan melalui kawat topang tarik.

Lubang

Isolator

92
Lanjutan 4.3.

18. Terminating Thimble.


Sebagai alas pengikat antara kawat tarik (guy wire) dengan ikatannya.

19. End Preformed.

End preformed kawat spiral galvanis digunakan pada konstruksi guy wire,
untuk ikatan pada span schrof / turn buckle, guy insulator, anker tanah
(atau rod).

93
Lanjutan 4.3.

20. Stay Rod ( Angker Tanah).


a. Stay rod dipakai pada konstruksi guy (topang tarik), sebagai
pemegang kawat tarik ke tanah.
b. Stay rod dilengkapi dengan stay block.
c. Stay rod terbuat dari baja solid  24 - 24 daN / mm2.

Klasifikasi Panjang Diameter Stay Block


Light - L 2,2 m 12 mm2 50 X 50 X 2 cm
Medium - M 2,5 m 22 mm2 60 X 60 X 6 cm

Stayblok
94
Lanjutan 4.3.

21. Terminating Clam (U - Clamp).


a. Terminating clamp, U-clamp atau schackle clamp terbuat dari baja
galvanis ST-57 berbentuk U.
b. Digunakan untuk konstruksi ikatan kawat tarik pada turn buckle,
guy insulator, stay rod, jika tidak tersedia materi end preforrned.

22. Pipa Galvanis.


a. Pipa galvanis sebagai pelindung penghantar pemburnian dan
pelindung kawat tarik pada ikatan stay rod konstruksi guy wire.
b. Ukuran yang dipakai pada umumnya adalah pipa dengan diameter 2
inchi.
95
4.4. KONSTRUKSI LENGKAPAN SALURAN UDARA TEGANGAN
RENDAH (POLE TOP CONSTRUCTION)
Uraian-uraian konstruksi lengkapan saluran udara tegangan rendah berikut adalah
uraian mengenai konstruksi lengkapan pada tiang (Pole Top Construction).
Kelengkapan konstruksi tiang adalah kelengkapan utama dan dengan nama-nama
yang umum dikenal sebagai berikut :

1. Konstruksi Dead End ( DE ).


Konstruksi ini dipakai pada tiang ujung, tiang awal, tiang seksi, dan tiang
sudut dengan lintasan lebih besar dari 30°.
2. Konstruksi Adjustable Dead End ( ADE ).
a. Konstruksi ini adalah varian dari konstruksi Dead End dengan
kelengkapan tambahan turn buckle / span schrof.
b. Konstruksi Dead End dipakai pada tiang awal dan konstruksi adjustable
Dead End pada tiang ujung lainnya.
c. Ikatan konstruksi DE dan ADE pada tiang awal dan ujung memakai
stainless steel atau baut M 50 galvanised.
3. Konstruksi Suspension.
a. Konstruksi suspension dipakai pada tiang tengah.
b. Bentuknya adalah sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk sudut
lintasan saluran
c. udara sampai 30°.
d. Ikatan konstruksi ini (pole bracket) dapat memakai stainless steel strip
atau memakai baut M 50 galvanis pada lubang-lubang konstruksi di
ujung tiang.
96
Lanjutan 4.4.

4. Konstruksi Dead End pada Tiang Ujung.


a. Konstruksi Dead End pada tiang ujung dilengkapi dengan pipa PVC,
sebagai pelindung mekanis ujung-ujung penghantar (Bundle end
constructions).
b. Insulating TlP digunakan sebagai pelindung elektris.
5. Konstruksi Pembumian.
Sesuai dengan Prinsip Pembumian TN - C (PNP - Pentanahan Netral
Pembumian), penghantar netral dibumikan tiap 200 meter (ketentuan
PUIL) atau ± tiap 5 gawang.
6. Terminasi.
a. Sambungan kabel daya (Power Cable - Opstijg Kabel) dari gardu atau ke
pelanggan disambung ke saluran udara dengan memakai Compression
Bimetal Joint Sleeve (jika kabel dengan penghantar jenis tembaga.
b. Plastik heatshrink dipakai sebagai pelindung elektris dan pelumas /
grease sebagai peLindung terhadap udara lembab.
7. Sambungan dan Sadapan (Joint and Tap).
a. Sambungan antar kabel twisted (ITC) memakai joint sleeve (junction
sleeve) terbuat dari alumuminium murni.
b. Pengencangan sambungan memakai hydraulic compression. SebeLum
dikencangkan / dipres, bagian dalam selongsong joint sleeve harus
dilapisi pelumas / grease ( gemuk).
97
Lanjutan 4.4.

c. Bagian inti penghantar sebelum dimasukkan dalam selongsong harus


disikat dengan sikat kawat dulu.
d. Untuk konstruksi sadapan (pencabangan, TEE - OFF), dipakai konektor
type H. Isolasi kabel harus dikupas dulu dan permukaan inti kabel harus
disikat kawat. Selanjutnya konektor ditutup dengan selubung /
heatshrink. Setelah dipanaskan, kemudian dipress dengcn hydraulic
compression.
8. Topang Tarik (Guy Wire / Trek Schor).
a. Pemakaian guy wire ( trek schor) dipakai pada posisi tiang-tiang sudut,
tiang awal / akhir, sehingga dapat menghemat biaya pemakaian tiang
yang mempunyai kekuatan besar.
b. Terdapat tiga jenis konstruksi guywire :
 Down Guy Wire, yaitu guy wire yang langsung mengarah ke bumi
(down guy wire).
 Horizontal Guy Wire, dengan konstruksi tiang penopang baru
kemudian ke bumi.
 lnterpole Guy Wire (Kontra Mast), yaitu konstruksi guy wire antar
tiang ujung dari tiang akhir saluran yang berbeda.
 Gambar konstruksi s.d. butir 8 dapat dilihat pada lampiran.

98
4.5. PENARIKAN PENGHANTAR SALURAN UDARA

 Penarikan penghantar kabel twisted (stringing) dilaksanakan setelah


selesainya konstruksi lengkapan tiang (Pole Top Construction).

 Di dalam proses penarikan (stringing) kabel twisted tidak boleh ditarik di atas
benda keras (besi), tanah berbatu, permukaan aspal/jalan, karena bisa
merusak isolasinya. Oleh karenanya kabel harus ditarik di atas rol tarik
(stringing block) yang dipasang pada tiap-tiap tiang.

 Penarikan harus dilakukan dengan alat bantu alat-alat penarik dan


penegang. Besarnya gaya tarik juga ditentukan guna menghindai putusnya
kabel.

 Pada saat proses penarikan sejumlah penyangga akan mngalami gaya-gaya


mekanis di luar daripada gaya-gaya mekanis dan berat kabel sendiri. Oleh
karenanya sejumlah tiang (tiang awal, tiang akhir, tiang sudut) diberi
tambahan topang tarik sementara.

 Mengingat penarikan kabel kadang-kadang harus mengatur kondisi


lendutan/sag, dll maka pemakaian mesin penarik tidak dianjurkan. Peralatan
CAPSTAN untuk dudukan tali penarik dapat mempermudah pekerjaan
penarikan.
99
Lanjutan 4.5.
1. Peralatan Kerja.
a. Transportasi Kabel Trailer.
Berbeda dengan kabel tanah, kabel twisted tidak wajib diangkut
dengan Haspelnya.
Kabel dapat digulung 360 dengan diameter lingkaran tidak kurang
dari 1 meter, jika tidak memakai haspel.

b. Stringing Block.
Stringing block adalah rol gantung, dipasang pada tiap-tiap tiang.
Kabel twisted diletakkan di atas block.

1. Pole bracket
1 a1 3 2. Stringing block
3. Kabel twisted.
2 a2 4. Tongkat Pengukur sag

a1 + a2 minimal 60 cm
4
100
Lanjutan 4.5.

c. Tension Device (Takel Tangan I Ratchet Tackle).


Alat ini digunakan untuk menarik kabel, dipasang antara tiang dan
comealong.

d. Comealong.
 Alat ini dipakai untuk menjepit tali penarik kabel. Dengan gerakan
tension device / takel tangan, jepitan comealong membuka
menutup mengikuti irama gerakan takel tangan.
 Comealong dipasang sesudah takel.

e. Swivel.
Alat ini berbentuk seperti anting-anting, dapat berputar 380°. Swivel
dipasang sesudah comealong untuk menghindari terurainya kabel
akibat kabel berputar (melintir).

Pull grip

360
360
Comealong

101
Lanjutan 4.5.
f. Dinamometer.
a. Guna mengukur besarnya gaya
tarik saat menarik kabel, dipasang
dinamometer.
b. Dinamometer dipasang antara tiang
pengikat dan swivel.

g. Pulling Grip.
Kaus penarik kabel. Kaus ini akan mengecil dan menarik kabel jika tali
penarik ditarik.

h. Capstan.
Capstan dipergunakan jika tidak memakai alat penarik mesin winch.
Fungsi Capstan adalah untuk belitan kabel penarik, untuk
meringankan, menahan / melepas kabel penarik.

i. Tali Penarik.
Tali yang digunakan adalah kawat baja atau tali manila henep kelas 1.
102
Lanjutan 4.5.
2. Prosedur Penarikan Kabel Udara.
Prosedur penarikan kabel udara dilakukan dengan 2 cara :
 Proses Penarikan
 Proses Pengaturan Sag (Lendutan).

a. Proses Penarikan Arah tarikan

1 2 3 4 5 6

Tiang awal Tiang tengah Tiang akhir


3 3
3
2 4
1 5
6

Keterangan:
1. Haspel kabel + Trailer 4. Pulling grip
2. Kabel twisted 5. Kawat penarik
3. Stringing block 6. Mesin penarik.
103
Lanjutan 4.5.

 Pada tiang awal dan akhir terpasang stringing block dan konstruksi
dead end clamp.
 Pada tiang tengah telah terpasang stringing block dan konstruksi
suspension clamp.
 Pada saat penarikan, kabel tidak boleh terseret di atas kayu, tanah
keras/berbatu, pagar besi, kabel listrik / telepon.
 Jika penarikan telah setesai, andongan kabel diatur pada tiap-tiap
gawang, panjang diperkirakan cukup untuk pengaturan andongan /
sag.
 Kencangkan / ikatkan kabel pada tiang akhir dengan dead end clamp,
sisakan 1 meter.
 Penarikan selesai.

b. Proses Pengencangan.
 Pada proses ini dilakukan pengaturan sagging / lendutan.
 Papan bidik lendutan dipasang pada tiap-tiap tiang atau pada
tiap-tiap tiang dan telah terpasang sesuai dengan jarak lendutan
yang ditentukan (minimal 60 cm pada jarak gawang 40 meter).

104
Lanjutan 4.5.

2 2

3 a a a

1
1

Keterangan:
Papan bidik berjarak a meter sesuai tinggi lendutan yang diperlukan
(minimal 60 cm pada jarak gawang 40 meter).
Pole bracket ( dead end atau suspension).
Kabel twisted.
a a a a

35m 40m 43m 37m

Tinggi sag (lendutan) harus sama walaupun jarak gawang berbeda.


105
Lanjutan 4.5.

c. Prosedur Pengencangan :
1. Pasang peralatan pada tiang awal dengan urutan sebagai berikut :

Pulling grip
1 2 3 4 5

Keterangan:
1. Tiang awal.
2. Dinamometer.
3. Takel tangan ( ratened tackle).
4. Comealong.
5. Swivel.

106
Lanjutan 4.5.

2. Masukkan kabel twisted ke dalam jepitan comealong. Jika ruang


jepitan comealong terlalu kecil, ikat dulu kabel dengan tali manila
secukupnya, masukkan ke dalam jepitan comealong.
3. Gerakan takel tangan untuk menarik kabel. Kabel akan tertarik
kembali ke arah tiang awal. Lakukan gerakan takel perlahan-
lahan. Perhatikan besar regangan pada dinamo meter.
4. Petugas di atas tiang mengatur andongan kabel.
5. Jika titik tinggi andongan / papan-papan bidik pada tiap-tiap tiang
sudah satu garis, dilakukan pengencangan penghantar netral
kabel pada konstruksi suspension dan konstruksi pada tiang awal.

Keterangan :
 Pada umumnya pengaturan sag diatur dari tiang ujung. Jika
gawang yang jarak andongarmya sudah memenuhi syarat,
langsung diikat kencang pada konstruksi suspension clamp.

 Jika sudut tarikan lebih dari 30 harus dipakai dua buah
stringing block, dimana diperlukan konstruksi 2 buah dead
end.
107
4.6. KONSTRUKSI INSTALASI PEMBUMIAN PADA JARINGAN
TEGANGAN RENDAH
 Instalasi pembumian pada jaringan tegangan rendah dipasang pada tiap-tiap
jarak 200 meter (±500 gawang). Bagian penghantar yang dibumikan adalah
penghantar netral, sesuai dengan konsep TNC (tera Netral Combine) / PNP
(Pembumian Netral Pengaman). Besarnya nilai tahanan pembumian
diharapkan tidak lebih dari 10 Ohm.
 Ikatan penghantar netral dengan penghantar pembumian memakai konektor
tipe H.
 Mengingat inti kabel twisted tegangan rendah adalah alumunium, sementara
elektroda buminya adalah tembaga, dipergunakan joint sleeve bimetal Al-Cu.
Penghantar pembumian ke penghantar netral memakai alumunium.
Penghantar pemburnian ke elektroda buni memakai tembaga.
 Ikatan penghantar tembaga dengan elektroda bumi memakai compression
terminal lug (sepatu kabel).
1. Prosedur penyambungan penghantar pembumian dengan penghantar
netral saluran udara .
a. Meregangkan belitan kabel twisted dengan pemisah (spacer).
b. Membersihkan dengan sikat kawat bagian penghantar pembumian yang
akan disambung ke penghantar netral, lapisi dengan pelumas (greace /
gemuk).
c. Pasang konektor tipe tembus (piercing) pada penghantar pembumian.
Kepala baut konektor harus patah. Pasang insulating tip pada ujung
penghantar pemburnian (jika harus memakai insulating tip).
108
Lanjutan 4.6.
d. Untuk sambungan penghantar pembumian Al dengan tembaga gunakan
bimetal junction sleeve. Masukkan selubung plastic heatshrink ke salah
satu penghantar. Press junction sleeve dengan hydraulic press. Beri lapisan
pelumas/greace pada bagian alumunium, selubung dengan selubung
heatshrink. Panaskan hingga
AL
bagian junction sleeve terbungkus rapi.

Selubung AL
Heatshrink
CU

CU

2. Ikatan penghantar pembumian dengan elektroda pembumian.


a. Pada elektroda pembumian terpasang klem tembaga. Sambungan dengan
penghantar pembumian harus dengan sepatu kabel yang sesuai.
b. Sebelum dan sesudah tersambung, bagian permukaan sepatu kabel dan
elektroda pembumian harus dilapisi / dicor dengan timah solder (divertin).
c. Kencangkan dengan kunci pas yang sesuai, jangan gunakan tang
kombinasi.

3. Penanaman elektroda pembumian.


a. Elektroda pembumian ditanam berjarak 30 cm dari pangkal tiang. Ujung
elektroda ditanam 20 cm di bawah tanah. Hal ini untuk mencegah batang
elektroda dicuri.
b. Nilai tahanan pembumian maksimal 10 Ohm. Jika lebih dari 10 Ohm, untuk
mendapatkan nilai yang sesuai, dipasang paralel elektroda bumi minimal
sejarak panjang elektroda tersebut.
109
Lanjutan 4.6.

4. Jika pada tiang beton tidak terdapat fasilitas pembumian, maka


penghantar pembumian harus dilindungi 3 meter pertama dari bumi,
dengan pipa galvanis 1 inchi. Pipa dan kabel dijepit dengan stainless
steel strip berjarak masing-masing 1 1/2 meter.

Konektor H type Kabel twisted (ITC)


Penghantar pembumian Al Dihubungkan
ke pembumian netral
1,5 m
Bimetal joint sleeve
1,5 m Penghantar pembumian Cu
Stainless 1,5 m

steel strip 1,5 m Tiang


Pipa Galvanis
1,5 m Link
Stainless steel + stopping buckle
1,5 m

Pipa Galvanis
 0,5 inchi
L
30 cm Elektroda Pembumian
L
Elektroda 2 Elektroda 1
110
4.7. PROSEDUR MENDIRIKAN TIANG

 Jaringan Udara Tegangan Rendah di pasang pada 2 hal :


1. Di bawah saluran udara Tegangan Menengah (Under Built Construction)
2. Pada tiang tersendiri.

 Cukup jelas untuk hal pada butir a , untuk hal pada butir b, tiang harus
didirikan. Pendirian tiang ini melibatkan proses :
1. penimbunan tiang (pole laying out)
2. Pematokan (pole straking)
3. Transportasi tiang (pole transporting)
4. Pembersihan lokasi/penggalian lubang
5. Pendirian tiang
6. Pengerasan tanah disekitar lubang tiang
7. Pemasangan fondasi tiang
8. Pembersihan /finishing

111
Lanjutan 4.7.

1. Pematokan Titik Tiang (Pole stakeng)

a. Pematokan titik ing dilakukan berdasarkan gambar rencana jaringan


tegangan rendah, umumnya memakai peta 1 : 1000.
b. Titik patok dihindarkan pada :
 Dekat tempat sampah
 Dekat saluran air/kolam
 Di sisi pintu masuk garasi, rumah
 Pada bantaran sungai
 Di sisi jalur rel kereta api dimana jarak bahu (balast) rel kereta api
lebih kecil dari panjang tiang.
 Sedapat mungkin dihindarkan pada kondisi tanah lembek/lunak
 Pada titik dimana kemungkinan jaringan kabel menyentuh bangunan
tinggi atau melintasi jalan raya.

c. Jarak antara titik patok antara 35 meter s/d 50 meter. Titik patok yang
terbaik adalah diantara batas halaman 2 rumah.

d. Petunjuk pematokan secara umum adalah sebagai berikut :

112
Lanjutan 4.7.

No POSISI SITUASI
1. Hindarkan dekat tempat
sampah
Bak
sampah
Umum

Jalan
Titik tiang

2. Hindarkan dekat saluran


air/kolam

Kolam ikan Titik


tiang

Jalan

113
Lanjutan 4.7.

No POSISI SITUASI
3. Hindarkan disisi pintu
masuk garasi rumah Titik tiang

Jalan

4. Hindarkan pada
bantaran sungai Titik tiang

Sungai

5. Dindarkan dekat rel


kereta api dengan Titik L > Panjang tiang Rel Kereta api
jarak kurang dari tiang
panjang tiang

114
Lanjutan 4.7.

No POSISI SITUASI
6. Hindarkan Bangunan
kemungkinan kabel Titik tiang
tinggi
menyentuh bangunan.
Jalan

7. Hindarkan Titik Lintasan Jaringan


kemungkinan kabel Titik
tiang tiang
melintasi jalan/berada
di atas jalan pada
belokan jalan.
Jalan berbelok

8. Hindarkan Halaman
kemungkinan melintasi Rumah
halaman penduduk. penduduk Titik
tiang
Titik
tiang Jalan berbelok

115
Lanjutan 4.7.

No POSISI SITUASI
9. Hindarkan pada titik
Titik tiang Patok Mof kabel
dekat moF Sambungan
utilitas lain (listrik,
Telkom, Gas, PAM). Jalan

10. Hindarkan di bawah


jaringan kabel TM
dengan jarak kurang D > 1 meter pada
Suhu udara maksimum
dari 1 meter dari
saluran udara tegangan
rendah.
Titik tiang

11. Hindarkan lintasan Posisi Titik tiang


pada sisi yang sama
dengan kabel telkom
Jalan

Kabel telkom

116
Lanjutan 4.7.

No POSISI SITUASI

12. Hindarkan jarak terlalu Posisi titik tiang


dekat (kurang dari 20
meter) dengan tiang yang Lebar < 20 mtr
sudah ada.

13. Hindarkan mendirikan tiang Pekarangan penduduk


di dalam pekarangan.
Posisi titik tiang
Jalan

14. Letak pondasi tiang yang


Letak Posisi titik tiang
paling baik adalah pada
batas rumah/pekarangan.
Jalan

117
Lanjutan 4.7.

 Meluruskan titik patok sebaiknya dilakukan dengan alat misalnya theodolit.


Namun dapat dilakukan dengan menggunakan 2 pekerja.

 Menggunakan sudut gambar pada saat stakeng dapat digunakan kompas.


Utara

 Posisi letak tiang yang akan dibangun, diberikan tanda patok dan diberi
nomor.
118
Lanjutan 4.7.

2. Jenis-jenis Tiang
a. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang besi dan tiang beton dengan
panjang 7 meter dan 9 meter.
b. Tiang besi umumnya tidak dipakai secara besar-besaran untuk konstruksi
baru yang dipakai secara umum adalah tiang beton. Tiang 7 meter dipakai
pada konstruksi listrik desa.
c. Berdasarkan fungsinya sebagai tiang awal, tiang tengah atau tiang ujung
atau tiang sudut pemilihan tiang 7 meter dan 9 meter berdasarkan
kekuatan tarik tiang yang distandarisasi dengan satuan gaya daN (deka
Newton).

Kekuatan Tarik / Berat


No Panjang tiang
( t daN  0,98 kg gaya)
1 7 meter 160 daN
2 9 meter 160 daN
200 daN
350 daN
500 daN
800 daN

d. Mengingat tiang beton sangat berat ( 500 kg), umumnya untuk jaringan
tegangan rendah memakai tiang dengan kekuatan tarik 160 daN, 200
daN, 350 daN tiang 350 daN dipakai untuk konstruksi tiang awal atau
pada tiang ujung/sudut yang tidak memungkinkan memakai
guywire/trekschor.
119
Lanjutan 4.7.

3. Transportasi dan Penumpukan Tiang.


Tiang beton sangat berat dan mudah patah oleh karenanya penanganannya
harus hati-hati.

a. Pengangkutan Tiang.
 Tiang harus diangkat dan diturunkan dengan alat crane. Tiang tidak
boleh dijatuhkan (pekerjaan pengangkutan sampai ke tempat
penumpukan dilakukan oleh pabrikan).
 Penempatan tiang, harus pada tempat yang rata dan diganjal
dengan kayu / tonggak pada 3 titik agar tidak tergulir dan
diletakkan di tanah yang rata.

120
Lanjutan 4.7.

 Memindahkan tiang, harus dilakukan dengan trailer dan tidak boleh


di seret.
Bagian atas tiang

Bagian Bawah tiang


Trailer kecil

Trailer besar

Tiang dapat di tempatkan pada titik-titik patok pendirian tiang oleh


truk trailer.
Tumpukan tiang hanya boleh 3 lapisan penumpukan.

121
Lanjutan 4.7.
b. Mendirikan Tiang.
Bagian yang ditanam dalam tanah adalah 1/6 x panjang.

Lubang galian harus sebesar 2 x diameter pangkal tiang, galian harus


tegak lurus.

2D

D = diameter pangkal tiang


c. Memasukkan Tiang ke lubang
Jika harus ditanam secara manual, dapat dilakukan dengan Tripoid,
ujung pangkal didekatkan pada lubang. Dinding lubang diberi papan
untuk memudahkan tiang tergelincir.
Papan tebal
Tiang beton

Bahan pengeras (batu kerikil, plat beton


122
Lanjutan 4.7.

 Setelah pangkal tiang berada pada posisi dekat dengan lubang


lakukan pendirian tiang dengan dengan Tripoid yang dilengkapi
dengan Hoist atau Takel, diperlukan petugas untuk menarik tiang
kelubang dan 2 orang untuk menarik tiang jika terjadi putaran.

2 3

123
Lanjutan 4.7.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Pangkal tiang pada posisi tepat dimulut lubang.
b. Penarik (sling) harus memakai kawat baja (galvanized steel)
dengan kekuatan minimal 3281 daN
c. Harus ada 3 petugas yang berfungsi :
1. Penarik kawat sling.
2. Penahan tiang agar tidak perputar
d. Ikatan kawat sling harus pada titik berat tiang (  2/3 panjang
tiang dari bagian bawah tiang)
e. Titik ikatan Tripoid harus bergeser dari garis titik pusat lubang
tiang, sehingga tiang akan berdiri lurus.

Tripoid

Garis titik pusat lubang

124
Lanjutan 4.7.

f. Tidak menggunakan Tripoid pada tempat dengan tanah sangat


lembek (tanah rawa-rawa) sebelum fondasi tiang disiapkan.

Apabila pendirian tiang harus pada tanah yang berawa-rawa, atau


berpasir/ditepi pantai harus dibuat lubang fondasi dahulu dengan
cor beton. Fondasi harus dibuat dulu dengan papan atau drum
minyak 200 liter yang telah dilubangi dan cetakkan untuk lubang
masuk tiang.

Drum aspalt
Beton cor

Daerah rawa-rawa Daerah rawa-rawa

Cetakan lubang
tiang
125
Lanjutan 4.7.
4. Pole Aligmend
a. Semua tiang seteah berdiri harus tepat lurus tegak lurus bumi (kecuali
pada tanah dengan kemiringan)
b. Plum Bob (tali yang di gantung dengan benda berat) dapat
dipergunakan sebagai referensi tegak lurusnya tiang.
c. Jika tiang yang didirikan berfungsi sebagai tiang T dapat diberi
toleransi 5  berlawanan arah dengan tarikan penghantar.

Arah tarikan T
5

126
Lanjutan 4.7.

5. Pengerasan.
Arah gaya tarik resultan
Setelah aligmend selesai
bagian tiang yang tertanam
dalam tanah harus dikeraskan
sekelilingnya dengan batas
pengeras harus diperhatikan
Kemungkinan Resultan gaya
yang akan dipikul, khususnya
pada tiang sudut dan tiang
akhir/awal yang tidak
memakai fondasi.

Substansi penahan
- Batu gunung
- Slab beton
Pengerasan (Macadam)
- Koral
- Tanah keras
127
Lanjutan 4.7.

6. Pembersihan

Setelah pendirian tiang lokasi pendirian tiang harus dibersihkan dari


kotoran batu bekas galian dan lain-lain.

8. Pemasangan Pole Supporter

Pole Supporter untuk penahan saat proses stringing di laksanakan oleh


pelaksana/kontraktor jaringan.

128

Anda mungkin juga menyukai