M. NUR AL AZHARI
321 17 033
Proposal Tugas Akhir ini dengan judul Analisis Hasil Pengujian Shutdown
Panakkukang oleh M. Nur Al Azhari NIM 321 17 033 dinyatakan layak untuk
diseminarkan.
Mengetahui, Menyetujui,
ii
HALAMAN PENERIMAAN
Pada hari ini, hari Senin tanggal 27 Januari 2020, Tim Penguji Seminar Proposal
Tugas Akhir telah menerima dengan baik hasil Seminar Proposal Laporan Tugas
Akhir oleh mahasiswa : M. Nur Al Azhari NIM 321 17 033 dengan judul Analisis
3
BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Tim Penguji
Ketua, Sekretaris,
Pengarah Utama,
Hal.
Hal.
...................................................5
Gambar 2.2 (a) Gardu Induk Konvensional dan (b) GIS / Gas Insulated
Substation .........................................................................................8
Gambar 2.3 (a) PMT 20 kV, (b) PMT 150 kV dan (c) PMT 500 kV ...................12
Gambar 2.4 (a) PMT Single Pole dan (b) PMT Three Pole150 kV kV.................13
Gambar 2.11 (a) PMT Sistem Pegas Pilin (helical spring) dan (b) PMT Sistem
Pegas Gulung (Scroll Spring) .......................................................... 20
iv DAFTAR TABEL
....................................................................................................v DAFTAR
PENDAHULUAN .......................................................................................1
vii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37
vii
BAB I PENDAHULUAN
Gardu Induk merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang di dalamnya
konsumen. Pada dasarnya gardu induk terdiri dari saluran masuk dan dilengkapi
sama lain untuk menjalankan fungsi Gardu Induk yaitu untuk mentransformasikan
tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke tegangan yang lainnya atau tegangan
gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu distribusi melalui feeder
Salah satu peralatan utama yang berada di Gardu Induk adalah Pemutus
mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal
circuit (PT PLN Persero, 2014: 1). Pemutus Tenaga mempunyai peran yang
sangat vital dalam sistem di gardu induk, karena Pemutus Tenaga merupakan
peralatan yang akan memutus arus beban saat adanya gangguan. Terputusnya
sistem transmisi tenaga listrik dan kerusakan peralatan dapat terjadi jika pemutus
1
Oleh karena itu, mengingat pentingnya peranan PMT pada pengoperasian
berkala dengan periode waktu tertentu. Dengan adanya sistem pemeliharaan yang
secara dini. Hal ini tentu akan berdampak pada tingkat kontinyuitas dan keandalan
Pada laporan tugas akhir ini, maka penulis akan mencoba mengevaluasi
pentanahan, dan lain lain yang dilakukan pada GI Borongloe ULTG Panakkukang,
Makassar.
berikut :
Kegiatan ini pada dasarnya dapat dilakukan pada setiap peralatan Pemutus
Tenaga (PMT) yang ada pada setiap bay baik bay line maupun bay transformator
di setiap Gardu Induk. Namun agar kegiatan penelitian ini dapat dilakukan secara
maksimal dan efisien, maka perlu pembatasan masalah yang difokuskan pada
(PMT) 150 kV
2. Menjadi bahan evauasi bagi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Transmisi
dan
Sistem tenaga listrik merupakan sebuah sistem penyediaan energi listrik yang
terdiri atas pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang saling
interkoneksi satu sama lain untuk menunjang penyaluran energi listrik dari pusat
Secara umum, sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga sub-
3. Sub-sistem distribusi.
Blok diagram dari sistem tenaga listrik dapat digambarkan sebagai berikut :
ini
didasarkan pada energi yang menggerakkan turbinnya, misalnya PLTA
digerakkan oleh air, begitupun PLTU digerakkan oleh uap yang masing-masing
generator yang seporos dengan turbin penggerak maka terlebih dahulu dinaikkan
beban dengan jarak yang cukup jauh (ratusan kilometer) dari pusat pembangkit.
isolasi peralatan-peralatan penyaluran listrik harus lebih baik dan handal sehingga
biaya peralatan menjadi lebih mahal. Di Indonesia saluran tranmisi terdapat dua
macam nilai tegangan yaitu saluran tegangan tinggi (70 kV, 150 kV) dan
listrik dialirkan sampai ke Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan
biasa juga disebut trafo tenaga menjadi tegangan menengah. Jaringan tegangan
menengah ini juga biasa diistilahkan sebagai jaringan distribusi primer. Standar
menjadi tegangan rendah dengan standar tegangan sebesar 380/220 volt. Tenaga
melalui suatu jaringan yang disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR) atau biasa
energi listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) ke gardu induk
gardu induk lainnya melalui suatu bahan konduktor dengan sistem tegangan tinggi
atau ekstra tinggi sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen tenaga listrik.
kabel yang dipendam di dalam tanah atapun di bawah laut. Saluran kabel
terdiri dari kabel bawah tanah (underground cable) dan kabel bawah laut.
Gardu Induk merupakan gardu listrik yang mendapatkan daya dari satuan
distribusi primer (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014: 4). Gardu
Induk dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Gardu Induk Konvensional dan GIS
udara antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan
lainnya sedangkan GIS (Gas Insulated Substation) menggunakan gas SF6 sebagai
isolasi antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang
bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak
bertegangan.
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Gardu Induk Konvensional dan (b) GIS/ Gas Insulated Substation
Sumber : Buku SMK Kelas 11, Gardu Induk Semester 3
Adapun peralatan dan fasilitas yang ada pada suatu Gardu Induk pada
umumnya adalah :
1. Trafo Tenaga
2. Lightning Arrester
3. Pemisah (PMS)
(proteksi).
Berfungsi untuk menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus
(proteksi).
7. Busbar
tenaga/daya listrik.
8. Panel Kontrol
Pada panel control terpasang alat-alat ukur dan indikator gangguan serta
relay-relay proteksi agar jaringan sistem tenaga listrik dapat diawasi dalam
keadaan beroperasi
9. Baterai
proteksi.
10. Kapasitor
11. Reaktor
Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker adalah suatu peralatan pemutus
rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka
dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi baik kondisi berbeban, ataupun
pada saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain.
PMT merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk melindungi
jaringan
sistem tenaga listrik apabila terjadi kesalahan atau gangguan pada sistem tersebut.
terjadinya kesalahan pada sistem akan menimbulkan berbagai efek seperti efek
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Pemutus Tenaga dalam sistem
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan sangat cepat agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan system dan tidak membuat
Pemutus tenaga harus mampu mengatasi perubahan kondisi dengan cepat bila
diperlukan. Pada saat ini pemadam busur api listrik pada umumnya menggunakan
media gas SF6. Karena dengan menggunakan media ini pada pemutus tenaga
Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain
isolasi /proses pemadaman busur api (PT PLN Persero, 2014: 1).
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC (SPLN 1.1995 – 3.6)
dibedakan menjadi :
Umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa
PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga fasa.
dengan kopel mekanik. Umumnya PMT jenis ini di pasang pada bay trafo
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) PMT Single Pole dan (b) PMT Three Pole150 kV kV
Sumber : docplayer.info
dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang
digunakan pada tipe ini adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sebagai
isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35
tekanan.
Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik
dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak
yaitu Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type) dan Tipe Tegangan
listrik yang timbul pada waktu memutus arus listrik. Jenis pemutus minyak
dapat dibedakan menurut banyak dan sedikit minyak yang digunakan pada
Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi di dalam minyak,
menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak
mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat
melalui nozzle pada kontak pemisah sehingga ionisasi media antara kontak
udara tekanan tinggi, udara ini juga berfungsi mencegah restriking voltage
(tegangan pukul).
strength) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang baik.
tegangan
berdasarkan Failure Modes Effects Analysis (FMEA), sebagai berikut (PT PLN
Persero, 2014: 4) :
2.5.1 Primary
berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dengan nilai losses yang rendah
dan mampu menghubungkan /memutuskan arus beban saat kondisi
1) Interrupter
bergerak (moving contact), kontak tetap (fixed contact), dan kontak arcing
(arcing contact)
dipasang paralel dengan unit pemutus utama (bekerja hanya pada saat
penghantar panjang.
Kapasitor terpasang paralel dengan tahanan, unit pemutus utama dan
3) Terminal Utama
2.5.2 Dielectric
sempurna pada saat moving contact bekerja. Bagian dielectric pada PMT
Pada Pemutus Tenaga (PMT) terdiri dari 2 bagian isolasi yang berupa
isolator yaitu :
pada penyangga/support
meredam busur api yang timbul akibat pemutusan kontak PMT. Media
pemadam busur api yang biasa digunakan pada PMT yaitu gas SF6,
1) Pegas
2 macam antara lain pegas pilin (helical spring) dan pegas gulung
(scroll spring).
(a) (b)
Gambar 2.11 (a) PMT Sistem Pegas Pilin (helical spring) dan (b) PMT
Sistem Pegas Gulung (Scroll Spring).
Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Pemutus Tenaga, PT PLN (Persero)
2) Pneumatik
Sistem pneumatik pada PMT terdiri dari kompresor unit dan bagian
3) Hidrolik
1) Lemari Mekanik/Kontrol
secondary equipment.
pada periode 2 tahunan dalam keadaan peralatan tidak bertegangan (Off Line).
pengukuran dengan suatu alat ukur untuk memperoleh nilai tahanan isolasi
pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan
antara bagian yang bertegangan terminal atas dan terminal bawah terhadap
tanah.
dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa PMT
akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri sehingga terhindar dari
kegagalan isolasi.
yang diukur. Kesiapan alat ukur dapat mengacu pada instruksi kerja
terminal bawah.
Tenaga (PMT) :
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang
P = I2. R
P = 10.000 watt
Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc),
tetapi pada tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar I=100
kerugian teknis juga menjadi besar, tetapi masalah ini dapat dikendalikan
dengan cara menurunkan tahanan kontak dengan membuat dan memelihara
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur
yang cukup baik pula (digital). Digunakannya arus sebesar 100 amp
nilai tahanan kontak dan lebih cepat. Dalam melakukan pengukuran skala
dari pabrikan PMT (karena nilai ini dapat berbeda antar merek). Nilai
standar normal yang menjadi acuan yaitu R ≤ 120% nilai pabrikan atau
nilai pengujian FAT nilai saat komisioning. Khusus untuk PMT yang
tidak
memiliki data awal dapat menggunakan nilai standar PMT tipe sejenis atau
cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan atas jenis three pole
(penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa).
Untuk T/L Bay biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan
maksud PMT tersebut dapat trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu
fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa yang biasa disebut SPAR (Single
fasa
maupun tiga fasa maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara serempak.
untuk itu biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya pole discrepancy
relay yang memberikan order trip kepada ketiga PMT phasa R,S,T.
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single
pole ataupun three pole harus menutup secara serentak pada fasa R,S,T,
kalau tidak maka dapat menjadi suatu gangguan didalam sistem tenaga
listrik dan menyebabkan sistem proteksi bekerja. Pada waktu PMT trip
akibat terjadi suatu gangguan pada sistem tenaga listrik diharapkan PMT
standard SPLN No 52-1 1983 untuk system 70 KV = 150 milli detik dan
SPLN No 52-1 1984 untuk system 150 kV = 120 milli detik, dan Grid
Code Jawa Bali untuk sistem 500 kV = 90 milli detik dapat terpenuhi.
PMT dapat mengacu pada instruksi kerja alat uji keserempakan PMT.
pengukuran waktu buka tutup PMT. Nilai yang dapat diketahui dalam
kontak.
Gambar 2.16 Rangkaian Pengukuran Keserempakan PMT
Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Pemutus Tenaga, PT PLN (Persero)
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, diharapkan PMT
bekerja dengan cepat. Clearing Time sesuai dengan standart SPLN No 52-
Adapun fault clearing time pengaman cadangan adalah 500 mili detik.
nilai ini dapat berbeda antar merk). Nilai-nilai referensi pengukuran waktu
buka, pengukuran waktu tutup yaitu ≤ 110 % berdasarkan nilai acuan dari
yang terjadi antar phasa R, S, dan T pada waktu PMT beroperasi (Open /
≤ 6 (open),
NISSIN FA1 N
≤ 10 (close)
yaitu : bagian atas penangkap petir, down conductor, dan titik netral dari
tahanan tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri, misalnya
tanah kering tanah cadas, kapur, dsb tahananan tanahnya cukup tinggi
nilainya jika dibanding dengan kondisi tanah yang basah. Semakin kecil
pentanahan
untuk switchgear adalah ≤ 1 ohm. Ada beberapa macam merk alat ukur
2020 di PT. PLN (Persero) Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG)
2) Mengambil data penelitian yang dibutuhkan secara langsung dari obyek yang
diteliti;
dan ketentuan yang ada, dan menjadikan rumusan masalah serta tinjauan
masalah;
6) Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan sehingga tujuan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram alir (flowchart)
penelitian berikut.
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN
DATA
TIDAK
DATA
LENGKAP
YA
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
SELESAI
Teknik atau metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
1) Metode Literatur
buku panduan dari PT PLN (Persero) yang dapat menunjang dan membantu
2) Metode Wawancara
pada PT. PLN (Persero) Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG)
Panakkukang.
3) Metode Obsevasi
hasil pengujian shutdown measurement yang diambil pada saat terlibat dalam
diperoleh dengan standar hasil pengujian yang sudah ditetapkan yang terdapat
menunjukkan hal-hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan. Salah satu hal
utama yang akan dicari adalah apakah nilai berbagai parameter yang diperoleh
melalui pengambilan data sesuai dan memenuhi standar atau ketentuan kelistrikan
sehingga dapat memenuhi standar yang berlaku guna tercapainya keandalan dan
keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Snigdha, Sharma and Hemant Bharadwaj. 2012. How To Maintain SF6 Circuit
Breaker. International Journal of Scientific Research Engineering and
Technology (IJSRET), Volume 1, ISSN 2278-0882.