ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia
Pemeliharaan PMT, PMS, PMB dan Relay pada SUTM.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah
ini
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah yangntelah saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................2
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)............................................12
3.2 Pemeliharaan Pemutus Beban (PMB).............................................19
3.3 Pemeliharaan Saklar Pemisah (PMS)..............................................24
3.4 Pemeliharaan Relay ........................................................................27
BAB 4 PENUTUP
4.1Kesimpulan.......................................................................................31
4.2 Saran................................................................................................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Listrik sebagai sumber energi yang fleksibel telah menjadi kebutuhan utama untuk
memenuhi segala kebutuhan energi dari masyarakat. Hampir semua aspek yang
berhubungan dengan perekonomian dan perkembangan teknologi tidak dapat dipisahkan
dengan masalah kelistrikan, sehingga kebutuhan akan listrik pada saat ini maupun yang akan
datang akan terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik maka dibangun
Pusat Pembangkit Listrik, Gardu Induk (GI), saluran transmisi dan saluran distribusi sebagai
media penyalur aliran daya listrik hingga sampai ke konsumen.
Untuk menunjang proses penyaluran tenaga listrik, perlu dilakukan perawatan dan
pemeliharaan pada peralatan yang ada pada Gardu Induk. Pada Gardu Induk (GI), sistem
pemutusan tenaga merupakan hal yang sangat vital dalam kelangsungan pasokan listrik,
dalam hal ini peran Pemutus Tenaga (PMT) atau sering disebut juga Circuit Breaker (CB)
sangat penting. Maka perlu dilakukan pemeliharaan secara rutin agar Pemutus Tenaga
(PMT) dapat bekerja sesuai fungsinya secara optimal. Adapun Pemutus Saklar (PMS) yang
perlu dilakukan perawatan secara berkala yang bertujuan untuk beroperasi dengan baik
sesuai dengan fungsinya. Begitupun halnya dengan Pemutus Beban (PMB) dan Relay.
Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /
switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short
circuit / hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan
(hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain. Pemeliharaan pada PMT, PMB, PMS
v
dan Relay sangat dibutuhkan dalam sistem ketenagalistrikan agar operasi dalam Gardu
Induk maupun konsumen dapat mendapatkan listrik dengan baik tanpa adanya gangguan.
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vii
Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada
suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada
semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Prinsip kerja PMT yaitu Pada kondisi normal PMT dapat dioperasikan lokal oleh operator
untuk maksud switching dan perawatan. Pada kondisi abnormal/gangguan pada CT (Current
Transformer) akan membaca arus lebih kemudian relay akan mendeteksi gangguan dan
menutup rangkaian trip circuit, sehingga trip coil ter-energized, kemudian mekanis
penggerak PMT akan dapat perintah buka dari relay dan beroperasi membuka kontak –
kontak PMT.
Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi
menjadi empat jenis, yaitu: saklar PMT minyak, saklar PMT udara hembus, saklar PMT
vakum dan saklar dengan gas SF6.
2.2.1 Saklar PMT Minyak
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 500 kV.
x
Gambar 4. Fuse Cut Out
2.4 Saklar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DC)
Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus
yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan
penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan
saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah yang
terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan mencegah
bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika dikerjakan dengan
tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai lampu sebagai tanda “boleh
kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol. Cara lain adalah dengan
menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau kunci rangkap (doublet).
Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem dan
perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan.
Pada dasarnya prinsip kerja PMS ini sama dengan prinsip saklar biasa. Pada dasarnya
PMS dipakai untuk membebaskan PMT dari tegangan yang mengalir pada PMT tersebut.
Agar dapat dilakukan perawatan atau perbaikan pada PMT tersebut, maka PMS harus dibuka
agar pada PMT tersebut tidak terdapat tegangan dan PMT aman bagi teknisi yang akan
melakukan perawatan.
2.5 Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet
(Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil
(low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh,
dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan
Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.
xii
Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
a. Electromagnet (Coil)
b. Armature
c. Switch Contact Point (Saklar)
d. Spring
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan
Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan
arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk
berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang
xiii
dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut
berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri
arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus
listrik yang relatif kecil.
Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika
diantaranya adalah :
xiv
BAB III
PEMBAHASAN
xv
Fasa – tanah
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ini dilakukan pada saat posisi
terbuka atau open. Besar dari nilai tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) diharapkan
mencapai nilai yang sebesar – besarnya.
Tahanan Isolasi
Berikut ini adalah hasil pengukuran tahanan isolasi PMT 150 kV GI Ungaran Bay
Tambak Lorok I.
xvi
Dari tabel 1 terlihat bahwa hasil pengukuran tahanan isolasi PMT bay Tambak
Lorok I sudah sesuai dengan standar yang ditentukan oleh PLN karena dari hasil
pengukuran di semua fasa bernilai lebih dari 1MΩ sehingga PMT tersebut masih layak
untuk beroperasi.
xvii
Gambar 9. Rangkaian Pengukuran TahananKontak PMT
Berikut hasil pengujian tahanan kontak PMT GI Ungaran 150 kV Bay Tambak
Lorok I
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai tahanan kontak PMT bay Tambak Lorok I
kurang dari 100 μΩ, sehingga sudah sesuai dengan standar yang ditentukan oleh PLN
sehingga PMT tersebut masih layak untuk beroperasi.
dengan breakeranalyzer
xviii
Cara kerja dari rangkaian pada gambar 5 adalah terminal atas tiap fasa PMT
dihubungkan ke ground, sedangkan terminal bawah dihubungkan ke breaker
analyzer.Breaker analyzer menggunakan sumber AC220 V. Untuk melakukan pengujian
ClosingTime PMT, kondisi awal PMT adalah Open.Saat melakukan pengujian closing
time PMT, breaker analyzer dihubungkan ke closing coil yang berada pada lemari
kontrol PMT. Closing coil adalah belitan yang berfungsisebagai pemicu agar PMT dapat
melakukan operasi Close. Closing coil bekerja dengan menghasilkan medan magnet yang
dapat menggerakkan kontak yang menjadi pemicu agar PMT dapat melakukan operasi
Close. Medan magnet pada closing coil dihasilkan oleh tegangan 110 DC yang berasal
dari breaker analyzer.
Untuk melakukan pengujian Opening Time PMT, kondisi awal PMT adalah
Close. Saat melakukan pengujian opening time PMT, breaker analyzer dihubungkan ke
tripping coil yang berada pada lemari kontrol PMT. Tripping coil adalah belitan yang
berfungsisebagai pemicu agar PMT dapat melakukan operasi Open. Tripping coil bekerja
dengan menghasilkan medan magnet yang dapat menggerakkan kontak yang menjadi
pemicu agar PMT dapat melakukan operasi open. Medan magnet pada tripping coil
dihasilkanoleh tegangan 110 DC yang berasal dari breaker analyzer.
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, diharapkan PMT bekerja
dengan cepat. Clearing Time sesuai dengan standart SPLN No 52-1 1983 untuk sistem
dengan tegangan :
xix
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil pengujian keserempakan PMT GI Ungaran
bay Tambak Lorok I bernilai kurang dari 1 s, sehingga sudah sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh PLN. Jadi PMT tersebut masih layak untuk beroperasi
c. Tahanan Pentanahan
Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik yang dihubungkan ke tanah
dengan suatu pentanahan yang ada di Gardu Induk dimana sistem pentanahan tersebut
dibuat di dalam tanah dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan Pentanahan di Gardu
Induk bervariasi besarnya nilai tahanan tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu
sendiri, misalnya tanah kering tanah cadas, kapur, dsb tahananan tanahnya cukup tinggi
nilainya jika dibanding dengan kondisi tanah yang basah. Semakin kecil nilai
pentanahannya maka akan semakin baik.
Pengukuran tahanan pentanahan pada peralatan pemutus tenaga ( PMT ) yang
diukur adalah sistem tahanan pentanahannya dengan cara ground yangterdapat pada
pemutus tenaga dihungkan ke tanah dengan jarak sekitar 5 m. Satuan yang dipakai dalam
pengukuran tahanan pentanahan adalah ohm ( Ω ).
Tabel 4. Hasil Pengujian Tahanan PentanahanPMT bay Tambak Lorok I
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengujian tahanan pentanahan PMT GI
Ungaran bay Tambak Lorok I sudah sesuai dengan standar yang ditentukan oleh PLN
yaitu kurang dari 1 Ω. Jadi PMT tersebut masih layak untuk beroperasi.
xx
instalasi dan sarananya sehingga kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat terjamin. Dalam
pengoperasian sehari-hari LBS ada saatnya pemeliharaan.
Tujuan diadakannya pelaksanaan kegiatan pemeliharan jaringan distribusi antara lain
adalah :
a. Untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi.
b. Untuk memperpanjang umur peralatan.
c. Mengurangi terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
d. Meningkatkan safety peralatan.
e. Mengurangi waktu padam akibat sering gangguan.
• Pemeliharaan Bersifat Umum
Pemeliharaan Load Break Switch bersifat umum harus dalam keadaan tidak
bertegangan sehingga aliran listrik tetap melewati Load Break Switch. Pemeliharaan ini
meliputi:
• Pembersihan lingkungan disekitar tiang LBS.
Merupakan pembersihan rumput-rumput dan tanaman liar yang mengganggu box
panel dan tiang LBS. Serta pembersihan kertas-kertas iklan yang menempel pada tiang
LBS. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
• Memakai alat pelindung diri berupa pakaian yang tebal, sarung tangan, serta sepatu
yang tebal agar terhindar dari duri tanaman dan tergores.
• Menyiapkan peralatan yang dipakai seperti gunting rumput.
• Pembersihan di dalam panel kontrol Load Break Switch.
Pembersihan dari kemungkinan hewan- hewan/serangga seperti semut yang
mengganggu panel kontrol dan dapat menyebabkan kerusakan.
xxi
Gambar 11. Pembersihan Semut Pada Panel Kontrol dengan cara Menyemprotkan
insektisida
sehingga aliran listrik yang melawati Load Break Switch harus di by-pass (saklar
penghubung cadangan yang digunakan ketika peralatan yang terdapat pada tiang
sedang mengalami pemeliharaan) dengan DS (Disconnecting Switch). Pemeliharaan
ini Load Break Switch meliputi :
xxii
pengukuran terdapat nilai pada tahanan kontak meskipun kecil maka kondisi dari
Load Break Switch ini tidak baik atau bisa dikatakan rusak.
b. Pemeliharaan Preventif
Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan kinerja peralatan optimal sesuai
umur teknisnya. Jangka waktu pemeliharaan ini sesuai dengan umur peralatan yang
dicantumkan oleh produsen peralatan tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada:
a. Instruction Manual dari pabrik
b. Standard standard yang ada (IEC, SPLN, CIGRE DLL)
c. Pengalaman operasi di lapangan Dilingkungan PT PLN (Persero) telah
diterbitkan buku pedoman operasi dan pemeliharaan (Buku O & M) sebagai pedoman
untuk Pemeliharaan Preventiv. SE 032/PST/1984 dan Suplemen.
Contoh pemeliharaan ini: PT. PLN (Persero) membeli Load Break Switch.
Perusahaan manufaktur menyebutkan bahwa masa beroperasi Load Break Switch
adalah 7 tahun. Tepat sebelum 7 tahun, PT. PLN ( Persero) memutuskan untuk
mengganti Load Break Switch dengan yang baru. Ini disebut pemeliharaan preventif.
c. Pemeliharaan Korektif
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu.
Fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai
perbaikan dan penyempurnaan Instalasi. Jangka waktu pemeliharaan ini tidak tetap
sesuai dengan ada tidaknya peralatan yang rusak atau kurang maksimal dalam
pengoperasiannya.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenace atau repair maintenance
(Wikipedia.com; 2014; preventive maintenance). pemeliharaan ini bisa berupa
Trouble Shooting atau penggantian bagian yang rusak/kurang berfungsi dan
dilaksanakan terencana.
Contoh pemeliharaan ini: PT. PLN (Persero) membeli sebuah Load Break
Switch, dalam
pengoperasiannya Load Break Switch mengalami kelainan atau unjuk kerja yang
rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada
xxiv
kondisi semula disertai perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Ini disebut
pemeliharaan korektif.
d. Pemeliharaan Emergensi
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak
yang waktunya tidak tertentu dimana pelaksanaannya tidak direncanakan sebelumnya
dan sifatnya darurat. Contoh pemeliharaan ini adalah jika ada peralatan yang
breakdown dan harus ditangani tanpa dilakukan perencanaan terlebih dahulu.
FCO merupakan jenis dari LBS, pemeliharaan fuse cut out hanya sebatas pengecekan
kondisi fuse tersebut serta melakukan pembersihan terhadap debu dan kotoran lainnya yang
melekat pada fuse tersebut. Sedangkan untuk perbaikan fuse cut out sangat jarang dilakukan
dikareankan apabila telah terjadi kerusakan pada fuse maka akan segera dilakukan
penggantian.
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting, karena pemeliharaan yang
baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya peralatan
dengan baik dan pemeliharaan yang telah dilaksanakan tidak ada bekasnya namun dapat di
rasakan pengaruhnya.
a. In service / visual inspection
Merupakan inpeksi yang dilakukan dengan menggunakan panca indera dengan
pelaksanaan periode tertentu dalam keadaan perlatan bertegangan. Inspeksi /pengecekan
bertujuan ungtuk mengetahui kondisi komponen peralatan. Untuk periode pelaksanaan
inspeksi pada pemisah adalah mingguan, bulanan dan tahunan.
Adapun komponen-komponen dari pemisah yang harus diperhatikan untuk in service
visual inspection adalah :
a. Struktur mekanik
Struktur baja/besi atau beton
Pondasi
b. Insulation
Isolator pemisah
xxv
c. Electrical Current Carrying
Kontak PMS
Terminal utama (klem) PMS
d. Aksesoris Pemisah
Isolasi engkol pemisah
Sistem lock mekanik pemisah
e. Lemari mekanik
Lemari
- Pintu lemari mekanik
- Lampu penerangan
- Door Sealent
- Heater
- Lubang kabel
- Terminal wiring
- Kabel kontrol
- MCB
Box
- Tutup box mekanik
f. Grounding
Grounding pemisah
Grounding lemari/box mekanik
Grounding pemisah tanah
g. PMS tanah
Pisau pentanahan
Lock pin
Kontak diam pisau pentanahan
b. In service measurenment
Merupakan pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur yang advanced (seperti Thermal
Image Thermovision) dengan pelaksanaan periode triwulan yang dilakukan oleh petugas
xxvi
pemeliharaan dalam keadaan peralatan bertegangan. Untuk peralatan sistem 500 kV in
service measurement dilaksanakan periode tiap 2 minggu.
Pengukuran Thermovisi
Metode Thermografic Monitoring pada pemisah bertujuan untuk memantau
kondisi pemisah saat berbeban dimana akan dilihat pola temperatur pada
bagianbagian pemisah yang akan diukur.Bagian-bagian pada pemisah tersebut,
yaitu :
Kontak pemisah
Terminal utama / klem pemisah
c. Shutdown measurenment
Merupakan pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur dengan pelaksanaan 2
tahunan, dalam kedaan peratlatan tidak beroperasi.
Macam-macam pengujian shutdown measurement pada pemisah :
Pengukuran tahanan dan kontak
Pengukuran tahanan dan instalasi
Pengukuran tahanan pentanahan
d. Shutdown Function check
Merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kondisi peralatan (tidak
bertegangan) dengan menggunakan alat ukur sederhana serta advance yang
dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
A. Pengujian sistem mekanik penggerak
a) Motor Penggerak
Pengujian fungsi pada motor penggerak antara lain :
Pengujian fungsi buka dan tutup oleh motor penggerak
Pengukuran tegangan dan arus AC / DC
Pengujian waktu kerja membuka dan menutup kontak pemisah
b) Transmisi penggerak adalah bagian pemisah yang berfungsi
menggerakkan kontak pemisah oleh tuas penggerak melalui roda gigi
baik secara manual ataupun menggunakan motor. Fungsi dari
pengujian pada transmisi penggerak adanya kesempurnaan proses
buka tutup kontak pemisah.
xxvii
B. Pemeriksaan fungsi lemari mekanik
a) Pengujian fungsi tombol close dan open
b) Pengukuran tegangna dan arus AC / DC
c) Pengujian fungsi status pemisah
d) Pengujian fungsi interlock
e. Overhaull
Merupakan kegiatan pemeliaharaan dengan melakukan pemeriksaan secara sesakma
serta penggantian dan perbaikan pada seluruh bagian PMS dalam keadaan offline
(setiap 5 tahun sekali).
Kegiatan overhaull dilaksakan dengan mempertimbangkan sebagai berikut :
1) Umur peralatan sesuai dengan manual instruction
2) Berdasarkan kondisi PMS dari hasil pengujian
xxviii
- Periksa pegas dan rotor, lumasi dengan pelumas
- Bersihkan kontak-kontak relai dengan contact cleaner
- Injeksi sekunder pada relai sesuai dengan posisi setting (menguji relai) dan
bandingkan hasilnya dengan karakteristik dalam buku petunjuk pabriknya
- Ukur tahanan isolasi dari relai
o Untuk instalasi proteksi
3.2. Ukur tahanan isolasi pengawatan ac atau dc
3.3. Periksa terminal sambungan kabel
3.4. Ukur besaran tahanan dari relai ke rangkaian trafo arus
3.5. Test indikator/annunciator
3.6. Test rangkaian trip
3.7. Uji rangkaian trafo arus dan trafo tegangan
b. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif biasanya dilakukan bila terjadi
penyimpanganpenyimpangan karakteristik dari relai proteksi sehingga diperlukan untuk
mengadakan koreksi penyetelan (penyetelan kembali), dan disamping itu juga adanya
penggantian komponen relai atau penggantian relainya sendiri (perangkat proteksi). Oleh
karena itu perlu diadakan suatu pengujian kembali, dan pelaksanaan test individual relai
seperti pada pemeliharaan rutin.
xxix
Pemeliharaan darurat biasanya dilaksanakan apabila terjadi suatu gangguan pada
unit pembangkit dimana salah satu perangkat relai proteksi gagal beroperasi untuk
mentripkan PMT. Setelah sumber kegagalan dalam perangkat relai proteksi ditentukan,
maka diteruskan dengan perbaikan dan penggantian komponen yang rusak dan setelah
perbaikan diperlukan pengujian kembali.
xxx
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
b. Saran
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Donny, Fisca Efisiyanto. 2014. Pengoperasian Dan Pemeliharaan Load Break Switch
Entec Pada SUTM 20 KV. Skripsi.Universitas Diponegoro