Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN LISTRIK

PEMELIHARAAN PMT, PMB, PMS, DAN RELAY PADA BIDANG


LISTRIK

Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Guntoro, M.T


Kelompok II. Kelas 4-LB

1. Agung Septeja (061830310168)


2. Miranda Anggraini (061830310177)
3. Yudhistira Wira Andhika (061830310189)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2018-2019

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia
Pemeliharaan PMT, PMS, PMB dan Relay pada SUTM.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah
ini

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah yangntelah saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palembang, 4 November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i


KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian dan Tujuan Pemeliharaan................................................3
2.2 Pemutus Tenaga (PMT).....................................................................4
2.3 Pemutus Beban (PMB) .....................................................................6
2.4 Saklar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DC)..................7
2.5 Relay..................................................................................................9

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)............................................12
3.2 Pemeliharaan Pemutus Beban (PMB).............................................19
3.3 Pemeliharaan Saklar Pemisah (PMS)..............................................24
3.4 Pemeliharaan Relay ........................................................................27

BAB 4 PENUTUP
4.1Kesimpulan.......................................................................................31
4.2 Saran................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik sebagai sumber energi yang fleksibel telah menjadi kebutuhan utama untuk
memenuhi segala kebutuhan energi dari masyarakat. Hampir semua aspek yang
berhubungan dengan perekonomian dan perkembangan teknologi tidak dapat dipisahkan
dengan masalah kelistrikan, sehingga kebutuhan akan listrik pada saat ini maupun yang akan
datang akan terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik maka dibangun
Pusat Pembangkit Listrik, Gardu Induk (GI), saluran transmisi dan saluran distribusi sebagai
media penyalur aliran daya listrik hingga sampai ke konsumen.

Untuk menunjang proses penyaluran tenaga listrik, perlu dilakukan perawatan dan
pemeliharaan pada peralatan yang ada pada Gardu Induk. Pada Gardu Induk (GI), sistem
pemutusan tenaga merupakan hal yang sangat vital dalam kelangsungan pasokan listrik,
dalam hal ini peran Pemutus Tenaga (PMT) atau sering disebut juga Circuit Breaker (CB)
sangat penting. Maka perlu dilakukan pemeliharaan secara rutin agar Pemutus Tenaga
(PMT) dapat bekerja sesuai fungsinya secara optimal. Adapun Pemutus Saklar (PMS) yang
perlu dilakukan perawatan secara berkala yang bertujuan untuk beroperasi dengan baik
sesuai dengan fungsinya. Begitupun halnya dengan Pemutus Beban (PMB) dan Relay.

Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /
switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short
circuit / hubung singkat.

Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan
(hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain. Pemeliharaan pada PMT, PMB, PMS

v
dan Relay sangat dibutuhkan dalam sistem ketenagalistrikan agar operasi dalam Gardu
Induk maupun konsumen dapat mendapatkan listrik dengan baik tanpa adanya gangguan.

1.2 Perumusan Masalah


a. Bagaimana Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)?
b. Bagaimana Pemeliharaan Pemutus Beban (PMB)?
c. Bagaimana Pemeliharaan Saklar Pemisah (PMS)?
d. Bagaimana Pemeliharaan Relay?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui Bagaimana Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)
b. Mengetahui Bagaimana Pemeliharaan Pemutus Beban (PMB)
c. Mengetahui Bagaimana Pemeliharaan Saklar Pemisah (PMS)
d. Mengetahui Bagaimana Pemeliharaan Relay

vi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Tujuan Pemeliharaan


Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses
kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan.
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjamin kontinyuitas
penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
a. Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.
b. Untuk memperpanjang umur peralatan.
c. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan
d. Meningkatkan Safety peralatan.
e. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.
Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah
pada sistem isolasi. Isolasi disini meliputi isolasi keras (padat) dan isolasi minyak (cair).
Suatu peralatan akan sangat mahal bila isolasinya sangat bagus, dari demikian isolasi
merupakan bagian yang terpenting dan sangat menentukan umur dari peralatan. Untuk itu
kita harus memperhatikan / memelihara sistem isolasi sebaik mungkin, baik terhadap
isolasinya maupun penyebab kerusakan isolasi.
Dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi kita membedakan antara
pemeriksaan / monitoring (melihat, mencatat, meraba serta mendengar) dalam keadaan
operasi dan memelihara (kalibrasi / pengujian, koreksi / resetting serta memperbaiki /
membersihkan ) dalam keadaan padam

2.2 Pemutus Tenaga (PMT)

vii
Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada
suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada
semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Prinsip kerja PMT yaitu Pada kondisi normal PMT dapat dioperasikan lokal oleh operator
untuk maksud switching dan perawatan. Pada kondisi abnormal/gangguan pada CT (Current
Transformer) akan membaca arus lebih kemudian relay akan mendeteksi gangguan dan
menutup rangkaian trip circuit, sehingga trip coil ter-energized, kemudian mekanis
penggerak PMT akan dapat perintah buka dari relay dan beroperasi membuka kontak –
kontak PMT.
Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi
menjadi empat jenis, yaitu: saklar PMT minyak, saklar PMT udara hembus, saklar PMT
vakum dan saklar dengan gas SF6.
2.2.1 Saklar PMT Minyak
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 500 kV.

Gambar 1. Pemadaman busur api pada pemutus


daya minyak

2.2.2. Saklar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi
kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan
viii
yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga
pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api
timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak
pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan
tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini
juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang).

Gambar 2. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus

2.2.3. Saklar PMT Vakum (Vacuum Circuit Breaker)


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai
38 kV. Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah
udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya
diikat ketat dengan perapat logam.

Gambar 3. Kontak pemutus daya vakum.

2.2.4. Saklar dengan gas SF6


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah
ix
gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau,
tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai
sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam
pemutus tenaga tegangan tinggi.
2.3 Pemutus Beban (PMB)
Pemutus Beban adalah sakelar yang hanya mampu memutus arus beban. Operasinya
dilakukan secara manual, diperlukan untuk manuver operasi. PMB berbeda dengan pemutus
tenaga (PMT), PMB tidak mempunyai kemampuan untuk memutus tenaga, PMB tidak
mempunyai kemampuan untuk memutus arus hubung singkat. PMB hanya mampu memutus
arus beban sesuai dengan kapasitas pengenalnya. PMB juga mampu memikul arus hunbung
singkat dalam besar dan lama waktu tertentu. Arus pengenal ( current rating ) pemutus beban
yang ada mencapai 1200 A.
JENIS PMB (Pemutus Beban) /LBS (Load Break Switch)
2.3.1. Pemutus beban minyak, vakkum dan SF6 Pemutus beban yang menggunakan media
pemadam lain seperti minyak, vakkum dan DF6 dapat ditemukannya penggunaan
dalam distribusi TM dengan saluran udara. Pemutus ini beroperasi dengan cara yang
sama seperti dalam cirkuit breaker untuk tipe yang sama, kecuali bentuknya yang
lebih kecil dan merupakan pasangan tiang.
2.3.2. Pemutus beban pelebur ( Fused load switch ) Walaupun pemutus beban tidak
berfungsi sebagai pemutus hubungan singkat, ia dapat dilengkapi dengan pelebur
yang dihubungkan seri yang berfungsi sebagai pengaman terhadap hubungan singkat.
Umpamanya, pemutus beban dengan pelebur dapat digunakan untk melindungi
transformator besar ataupun instalasi kapasitor.
2.3.3. Pemutus Beban fused cut out Fuse cut out ( FCO ) yang biasa digunakan untuk
mengamankan dan memisahkan transformator atau percabangan jaringan tidak dapat
digunakan untuk memutus beban kecuali bila telah dimodifikasi untuk dilengkapi
peluncur busur api dan ruang pemutus busur.

x
Gambar 4. Fuse Cut Out
2.4 Saklar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DC)
Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus
yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan
penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan
saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah yang
terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan mencegah
bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika dikerjakan dengan
tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai lampu sebagai tanda “boleh
kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol. Cara lain adalah dengan
menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau kunci rangkap (doublet).
Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem dan
perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan.
Pada dasarnya prinsip kerja PMS ini sama dengan prinsip saklar biasa. Pada dasarnya
PMS dipakai untuk membebaskan PMT dari tegangan yang mengalir pada PMT tersebut.
Agar dapat dilakukan perawatan atau perbaikan pada PMT tersebut, maka PMS harus dibuka
agar pada PMT tersebut tidak terdapat tegangan dan PMT aman bagi teknisi yang akan
melakukan perawatan.

Jenis –jenis PMS


Berdasarkan fungsinya PMS dibagi 2 yaitu:
a. Pemisah Tanah
b. Pemisah Peralatan
Berdasarkan penempatannya PMS dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Saklar Pemisah Penghantar
b. Saklar Pemisah Rel
c. Saklar Pemisah Kabel
d. Saklar Pemisah Seksi
Berdasarkan gerakan dari lengannya PMS dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Pemisah Putar
b. Pemisah Luncur
xi
c. Pemisah Siku
d. Pemisah Engsel
e. Pemisah Pantograph
Berdasarkan konstruksi, PMS dibagi menjadi 2 :
- Pemisah 2 isolator (pemisah tunggal)
- Pemisah 3 isolator (pemisah ganda)

Gambar 5. Jenis PMS berdasarkan konstruksinya

2.5 Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet
(Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil
(low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh,
dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan
Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar 6. Bentuk dan Simbol Relay

xii
Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :
a. Electromagnet (Coil)
b. Armature
c. Switch Contact Point (Saklar)
d. Spring

Gambar 7. Bagian-bagian Relay


Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di
posisi CLOSE (tertutup)
b. Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di
posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan
Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan
arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk
berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang

xiii
dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut
berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri
arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus
listrik yang relatif kecil.

Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika
diantaranya adalah :

a. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


b. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
c. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari
Signal Tegangan rendah.
d. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

xiv
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)


Pada umumnya pemeliharaan dari pemutus tenaga (PMT) dilakukan secara berkala
dalam jangka waktu dua tahun. Dalam pemeliharaan pemutus tenaga (PMT), hal yang
terpenting yang harus dilakukan adalah pengukuran tahanan isolasi, tahanan kontak,
pengujian keserempakan dan tahanan pentanahan. Adapun alat yang digunakan untuk
mengukur tahanan isolasi dan tahanan pentanahan adalah meggeratau High Voltage
Insulation Tester, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur tahanan kontak dan
keserempakan PMT adalah breaker analyzer.
3.1.1. Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi pemutus
Tenaga (PMT) ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation
Tester(megger) untuk memperoleh hasil(nilai/besaran) tahanan isolasi pemutus tenaga
antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang diketanahkan
maupun antara terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal)
pada fasa yang sama.
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga ( PMT ) ini dilakukan pada saat posisi
terbuka atau open. Besar dari nilai tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) diharapkan
mencapai nilai minimal 1 Mega Ohm.
Sebelum melakukan pengukuran tahanan isolasi perlu dilakukan pembersihan
untuk menghilangkan debu yang menempel pada isolator, karena debu dapat bersifat
sebagai konduktor. Pemasangan grounding tambahan pada PMT juga penting untuk
menetralkan tegangan induksi yang masih tersisa. Hal ini bertujuan agar mendapatkan
hasil yang akurat saat melakukan pengukuran.
Tegangan yang digunakan untuk mengukur besarnya tahanan isolasi pemutus
tenaga ( PMT ) yaitu : dengan megger skala 5000 V, dengan pengukuran :
 Atas – bawah
 Atas – tanah
 Bawah – tanah

xv
 Fasa – tanah

Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran


dengan suatu alat ukur Insulation Tester(megger) untuk memperoleh hasil(nilai/besaran)
tahanan isolasi pemutus tenaga.

Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ini dilakukan pada saat posisi
terbuka atau open. Besar dari nilai tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) diharapkan
mencapai nilai yang sebesar – besarnya.

Berikut ini adalah gambar rangkaian pengukuran tahanan isolasi PMT

Gambar 8. Rangkaian Pengukuran

Tahanan Isolasi

Berikut ini adalah hasil pengukuran tahanan isolasi PMT 150 kV GI Ungaran Bay
Tambak Lorok I.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan IsolasiPMT bay Tambak Lorok I

xvi
Dari tabel 1 terlihat bahwa hasil pengukuran tahanan isolasi PMT bay Tambak
Lorok I sudah sesuai dengan standar yang ditentukan oleh PLN karena dari hasil
pengukuran di semua fasa bernilai lebih dari 1MΩ sehingga PMT tersebut masih layak
untuk beroperasi.

a. Pengukuran Tahanan Kontak


Rangkaian tenaga listrik sebagian besarterdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor bertemu
secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang
berarti.Pertemuandaribeberapa konduktormenyebabkan suatu hambatan/resistan terhadap
arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis. Rugi
ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi. Semakin kecil nilai tahanan
kontak yang dihasilkan maka akan semakin baik.
Pengukuran tahanan kontak pemutus tenaga ( PMT ) ini dilakukan pada saat
posisi tertutup atau close. Dengan menggunakan alat ukur breakeranalizer .Satuan yang
digunakan untuk mengukur tahanan kontak adalah µΩ.
Nilai tahanan kontak PMT yang normal harus (acuan awal) disesuaikan dengan
petunjuk / manual dari masing – masing pabrikan PMT (dikarenakan nilai ini dapat
berbeda antar merk), sebagai contoh adalah sebagai berikut :
 standard G.E. ≤ 100 – 350 μΩ
 standard ASEA ≤ 45 μΩ
 standard MG ≤ 35 μΩ
Atau apabila di petunjuk / manual dari pabrikan tidak mencantumkan nilai
tersebut, maka dapat dengan mengadop ketentuan umum tahanan kontak dengan
menggunakan nilai standar R < 100 μΩ (sesuai dengan P3B O&M PMT/001.01 dan SK
Direksi Tahun 2012/2013).

xvii
Gambar 9. Rangkaian Pengukuran TahananKontak PMT

Berikut hasil pengujian tahanan kontak PMT GI Ungaran 150 kV Bay Tambak
Lorok I

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tahanan KontakPMT bay Tambak Lorok I

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai tahanan kontak PMT bay Tambak Lorok I
kurang dari 100 μΩ, sehingga sudah sesuai dengan standar yang ditentukan oleh PLN
sehingga PMT tersebut masih layak untuk beroperasi.

b. Pengujian Keserempakan PMT


Proses menutup PMT baik yang tipe single pole ataupun three pole harus menutup
secara serentak pada fasa R, S, T, kalau tidak maka dapat menjadi suatu gangguan
didalam sistem tenaga listrik dan menyebabkan sistem proteksi bekerja.

Gambar 10. Rangkaian pengujiankeserempakan PMT

dengan breakeranalyzer

xviii
Cara kerja dari rangkaian pada gambar 5 adalah terminal atas tiap fasa PMT
dihubungkan ke ground, sedangkan terminal bawah dihubungkan ke breaker
analyzer.Breaker analyzer menggunakan sumber AC220 V. Untuk melakukan pengujian
ClosingTime PMT, kondisi awal PMT adalah Open.Saat melakukan pengujian closing
time PMT, breaker analyzer dihubungkan ke closing coil yang berada pada lemari
kontrol PMT. Closing coil adalah belitan yang berfungsisebagai pemicu agar PMT dapat
melakukan operasi Close. Closing coil bekerja dengan menghasilkan medan magnet yang
dapat menggerakkan kontak yang menjadi pemicu agar PMT dapat melakukan operasi
Close. Medan magnet pada closing coil dihasilkan oleh tegangan 110 DC yang berasal
dari breaker analyzer.

Untuk melakukan pengujian Opening Time PMT, kondisi awal PMT adalah
Close. Saat melakukan pengujian opening time PMT, breaker analyzer dihubungkan ke
tripping coil yang berada pada lemari kontrol PMT. Tripping coil adalah belitan yang
berfungsisebagai pemicu agar PMT dapat melakukan operasi Open. Tripping coil bekerja
dengan menghasilkan medan magnet yang dapat menggerakkan kontak yang menjadi
pemicu agar PMT dapat melakukan operasi open. Medan magnet pada tripping coil
dihasilkanoleh tegangan 110 DC yang berasal dari breaker analyzer.

Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, diharapkan PMT bekerja
dengan cepat. Clearing Time sesuai dengan standart SPLN No 52-1 1983 untuk sistem
dengan tegangan :

 500 kV < 90 mili detik


 275 kV<100 mili detik
 150 kV<120 mili detik
 70 kV<150 mili detik

Berikut adalah hasil pengujian keserempakan PMT Gi Ungaran 150 kV Bay


Tambak LorokI :

Tabel 3. Hasil Pengujian Keserempakan PMTbay Tambak Lorok I

xix
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil pengujian keserempakan PMT GI Ungaran
bay Tambak Lorok I bernilai kurang dari 1 s, sehingga sudah sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh PLN. Jadi PMT tersebut masih layak untuk beroperasi

c. Tahanan Pentanahan
Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik yang dihubungkan ke tanah
dengan suatu pentanahan yang ada di Gardu Induk dimana sistem pentanahan tersebut
dibuat di dalam tanah dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan Pentanahan di Gardu
Induk bervariasi besarnya nilai tahanan tanah dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu
sendiri, misalnya tanah kering tanah cadas, kapur, dsb tahananan tanahnya cukup tinggi
nilainya jika dibanding dengan kondisi tanah yang basah. Semakin kecil nilai
pentanahannya maka akan semakin baik.
Pengukuran tahanan pentanahan pada peralatan pemutus tenaga ( PMT ) yang
diukur adalah sistem tahanan pentanahannya dengan cara ground yangterdapat pada
pemutus tenaga dihungkan ke tanah dengan jarak sekitar 5 m. Satuan yang dipakai dalam
pengukuran tahanan pentanahan adalah ohm ( Ω ).
Tabel 4. Hasil Pengujian Tahanan PentanahanPMT bay Tambak Lorok I

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengujian tahanan pentanahan PMT GI
Ungaran bay Tambak Lorok I sudah sesuai dengan standar yang ditentukan oleh PLN
yaitu kurang dari 1 Ω. Jadi PMT tersebut masih layak untuk beroperasi.

3.2 Pemeliharaan Pemutus Beban (PMB)

Pemeliharaan adalah suatu usaha/kegiatan terpadu yang dilakukan terhadap instalasi


dan sarana pendukungnya, untuk mencegah kerusakan atau mengembalikan/memulihkan

xx
instalasi dan sarananya sehingga kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat terjamin. Dalam
pengoperasian sehari-hari LBS ada saatnya pemeliharaan.
Tujuan diadakannya pelaksanaan kegiatan pemeliharan jaringan distribusi antara lain
adalah :
a. Untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi.
b. Untuk memperpanjang umur peralatan.
c. Mengurangi terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
d. Meningkatkan safety peralatan.
e. Mengurangi waktu padam akibat sering gangguan.
• Pemeliharaan Bersifat Umum
Pemeliharaan Load Break Switch bersifat umum harus dalam keadaan tidak
bertegangan sehingga aliran listrik tetap melewati Load Break Switch. Pemeliharaan ini
meliputi:
• Pembersihan lingkungan disekitar tiang LBS.
Merupakan pembersihan rumput-rumput dan tanaman liar yang mengganggu box
panel dan tiang LBS. Serta pembersihan kertas-kertas iklan yang menempel pada tiang
LBS. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
• Memakai alat pelindung diri berupa pakaian yang tebal, sarung tangan, serta sepatu
yang tebal agar terhindar dari duri tanaman dan tergores.
• Menyiapkan peralatan yang dipakai seperti gunting rumput.
• Pembersihan di dalam panel kontrol Load Break Switch.
Pembersihan dari kemungkinan hewan- hewan/serangga seperti semut yang
mengganggu panel kontrol dan dapat menyebabkan kerusakan.

xxi
Gambar 11. Pembersihan Semut Pada Panel Kontrol dengan cara Menyemprotkan
insektisida

Gambar 11 diatas merupakan pembersihan semut pada panel kontrol Load


Break Switch. Ruangan didalam panel kontrol pada tiang Load Break Switch hangat,
sehingga menarik semut atau serangga untuk masuk kedalam. Serangga masuk
melalui lubang ventilasi. Pembersihan ini dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida dan pemberian kapur ajaib secara melingkar pada tiang di bagian atas dan
bawah panel kontrol

• Pengukuran Tegangan Baterai.


Pengukuran tegangan battere dilakukan untuk memastikan tegangan battere
masih normal (24 Volt DC) fungsinya untuk memback up supply panel kontrol Load
Break Switch jika tegangan dari AC tidak ada yang disebabkan karena adanya
gangguan atau pemeliharaan.

• Pemeliharaan Bersifat Khusus


Pemeliharaan Load Break Switch bersifat khusus harus dalam keadaan tidak
bertegangan

sehingga aliran listrik yang melawati Load Break Switch harus di by-pass (saklar
penghubung cadangan yang digunakan ketika peralatan yang terdapat pada tiang
sedang mengalami pemeliharaan) dengan DS (Disconnecting Switch). Pemeliharaan
ini Load Break Switch meliputi :

a. Pengukuran tahanan kontak


Pengukuran ini dilakukan pada saat Load Break Switch dalam keadaan Close
atau Masuk. Pengukuran ini dengan menggunakan Switch Tester yang
disambungkan antara kabel yang masuk ke LBS dengan kontak pada LBS hal ini
dilakukan untuk mengetahui tahanan kontak. Pada pengukuran tahanan kontak harus
memiliki nilai pengukuran bernilai 0 Ω jika tidak 0 maka akan timbul losses atau
rugi-rugi daya serta busur api antara kontak lbs dengan kabel jaringan. Jika pada saat

xxii
pengukuran terdapat nilai pada tahanan kontak meskipun kecil maka kondisi dari
Load Break Switch ini tidak baik atau bisa dikatakan rusak.

b. Pengukuran tahanan isolasi


Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan Meger yang disambungkan
antar bushing dan antar body Load Break Switch. Karena pengukuran ini dilakukan
dalam keadaan open maka pengukuran ini harus memiliki nilai. Pada pengukuran ini
harus memiliki nilai pengukuran minimal yaitu 20 MΩ karena pada jaringan dengan
tegangan 20kV jika pada saat pengukuran memiliki nilai pengukuran dibawah 20 MΩ
maka kondisi isolasi dari Load Break Switch ini tidak baik atau kritis.
Pengukuran tahanan peredam busur api Pengukuran tahanan peredam busur
api ini
dilakukan hanya untuk mengecek kondisi vaccum bocor atau tidak. Karena ketika
kondisi peredam tidak vaccum maka busur api tidak mudah padam. Api menyala
membutuhkan O2 pada kondisi vaccum, tidak ada O2, sehingga api padam.
 Berdasarkan waktu
a. Pemeliharaan Prediktif
Kegiatan pemeliharaan yang dimulai dari pemantauan dan pengukuran terhadap
kinerja peralatan instalasi, dimana dari data hasil pemantauan dan pengukuran
tersebut dapat dipakai sebagai bahan untuk memprediksi umur peralatan dan
kelangsungan pengoperasian peralatan tersebut. Jangka waktu pemeliharaan ini
adalah setiap hari karena bersifat memantau.

Sesuai Surat Edaran Direksi No. 038.E/012/DIR/1998 tanggal 22 Oktober 1998,


Prediktive Maintenance didefinisikan sebagai sistem pemeliharaan berbasis kondisi
(Condition Base Maintenance) dengan cara memonitor kondisi secara online baik pada
saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi.
Contoh pemeliharan ini: PT. PLN (Persero) memiliki kesempatan untuk
mengamati operasi Load Break Switch setiap hari. Setelah 5 tahun, Load Break
Switch mulai terjadi kerusakan pada pengoperasian. PT. PLN (Persero) memprediksi
pada waktu itu bahwa Load Break Switch akan segera gagal beroperasi dan
memutuskan untuk mengubahnya dengan yang baru. Hal ini disebut pemeliharaan
xxiii
prediktif.

b. Pemeliharaan Preventif
Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan kinerja peralatan optimal sesuai
umur teknisnya. Jangka waktu pemeliharaan ini sesuai dengan umur peralatan yang
dicantumkan oleh produsen peralatan tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada:
a. Instruction Manual dari pabrik
b. Standard standard yang ada (IEC, SPLN, CIGRE DLL)
c. Pengalaman operasi di lapangan Dilingkungan PT PLN (Persero) telah
diterbitkan buku pedoman operasi dan pemeliharaan (Buku O & M) sebagai pedoman
untuk Pemeliharaan Preventiv. SE 032/PST/1984 dan Suplemen.
Contoh pemeliharaan ini: PT. PLN (Persero) membeli Load Break Switch.
Perusahaan manufaktur menyebutkan bahwa masa beroperasi Load Break Switch
adalah 7 tahun. Tepat sebelum 7 tahun, PT. PLN ( Persero) memutuskan untuk
mengganti Load Break Switch dengan yang baru. Ini disebut pemeliharaan preventif.
c. Pemeliharaan Korektif
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu.
Fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai
perbaikan dan penyempurnaan Instalasi. Jangka waktu pemeliharaan ini tidak tetap
sesuai dengan ada tidaknya peralatan yang rusak atau kurang maksimal dalam
pengoperasiannya.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenace atau repair maintenance
(Wikipedia.com; 2014; preventive maintenance). pemeliharaan ini bisa berupa
Trouble Shooting atau penggantian bagian yang rusak/kurang berfungsi dan
dilaksanakan terencana.
Contoh pemeliharaan ini: PT. PLN (Persero) membeli sebuah Load Break
Switch, dalam

pengoperasiannya Load Break Switch mengalami kelainan atau unjuk kerja yang
rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada

xxiv
kondisi semula disertai perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Ini disebut
pemeliharaan korektif.
d. Pemeliharaan Emergensi
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak
yang waktunya tidak tertentu dimana pelaksanaannya tidak direncanakan sebelumnya
dan sifatnya darurat. Contoh pemeliharaan ini adalah jika ada peralatan yang
breakdown dan harus ditangani tanpa dilakukan perencanaan terlebih dahulu.
FCO merupakan jenis dari LBS, pemeliharaan fuse cut out hanya sebatas pengecekan
kondisi fuse tersebut serta melakukan pembersihan terhadap debu dan kotoran lainnya yang
melekat pada fuse tersebut. Sedangkan untuk perbaikan fuse cut out sangat jarang dilakukan
dikareankan apabila telah terjadi kerusakan pada fuse maka akan segera dilakukan
penggantian.

3.3 Pemeliharaan Saklar Pemisah (PMS)

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting, karena pemeliharaan yang
baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya peralatan
dengan baik dan pemeliharaan yang telah dilaksanakan tidak ada bekasnya namun dapat di
rasakan pengaruhnya.
a. In service / visual inspection
Merupakan inpeksi yang dilakukan dengan menggunakan panca indera dengan
pelaksanaan periode tertentu dalam keadaan perlatan bertegangan. Inspeksi /pengecekan
bertujuan ungtuk mengetahui kondisi komponen peralatan. Untuk periode pelaksanaan
inspeksi pada pemisah adalah mingguan, bulanan dan tahunan.
Adapun komponen-komponen dari pemisah yang harus diperhatikan untuk in service
visual inspection adalah :
a. Struktur mekanik
 Struktur baja/besi atau beton
 Pondasi
b. Insulation
 Isolator pemisah

xxv
c. Electrical Current Carrying
 Kontak PMS
 Terminal utama (klem) PMS

d. Aksesoris Pemisah
 Isolasi engkol pemisah
 Sistem lock mekanik pemisah
e. Lemari mekanik
 Lemari
- Pintu lemari mekanik
- Lampu penerangan
- Door Sealent
- Heater
- Lubang kabel
- Terminal wiring
- Kabel kontrol
- MCB
 Box
- Tutup box mekanik
f. Grounding
 Grounding pemisah
 Grounding lemari/box mekanik
 Grounding pemisah tanah
g. PMS tanah
 Pisau pentanahan
 Lock pin
 Kontak diam pisau pentanahan
b. In service measurenment
Merupakan pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur yang advanced (seperti Thermal
Image Thermovision) dengan pelaksanaan periode triwulan yang dilakukan oleh petugas

xxvi
pemeliharaan dalam keadaan peralatan bertegangan. Untuk peralatan sistem 500 kV in
service measurement dilaksanakan periode tiap 2 minggu.
 Pengukuran Thermovisi
Metode Thermografic Monitoring pada pemisah bertujuan untuk memantau
kondisi pemisah saat berbeban dimana akan dilihat pola temperatur pada
bagianbagian pemisah yang akan diukur.Bagian-bagian pada pemisah tersebut,
yaitu :
 Kontak pemisah
 Terminal utama / klem pemisah
c. Shutdown measurenment
Merupakan pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur dengan pelaksanaan 2
tahunan, dalam kedaan peratlatan tidak beroperasi.
Macam-macam pengujian shutdown measurement pada pemisah :
 Pengukuran tahanan dan kontak
 Pengukuran tahanan dan instalasi
 Pengukuran tahanan pentanahan
d. Shutdown Function check
Merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kondisi peralatan (tidak
bertegangan) dengan menggunakan alat ukur sederhana serta advance yang
dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
A. Pengujian sistem mekanik penggerak
a) Motor Penggerak
Pengujian fungsi pada motor penggerak antara lain :
 Pengujian fungsi buka dan tutup oleh motor penggerak
 Pengukuran tegangan dan arus AC / DC
 Pengujian waktu kerja membuka dan menutup kontak pemisah
b) Transmisi penggerak adalah bagian pemisah yang berfungsi
menggerakkan kontak pemisah oleh tuas penggerak melalui roda gigi
baik secara manual ataupun menggunakan motor. Fungsi dari
pengujian pada transmisi penggerak adanya kesempurnaan proses
buka tutup kontak pemisah.
xxvii
B. Pemeriksaan fungsi lemari mekanik
a) Pengujian fungsi tombol close dan open
b) Pengukuran tegangna dan arus AC / DC
c) Pengujian fungsi status pemisah
d) Pengujian fungsi interlock
e. Overhaull
Merupakan kegiatan pemeliaharaan dengan melakukan pemeriksaan secara sesakma
serta penggantian dan perbaikan pada seluruh bagian PMS dalam keadaan offline
(setiap 5 tahun sekali).
Kegiatan overhaull dilaksakan dengan mempertimbangkan sebagai berikut :
1) Umur peralatan sesuai dengan manual instruction
2) Berdasarkan kondisi PMS dari hasil pengujian

3.4 Pemeliharaan Relay


Pemeliharaan peralatan relai proteksi pembangkit pada dasarnya dilakukan dalam kurun
waktu 2 tahun dengan keadaan pembangkit tidak beroperasi, kecuali untuk relai statik yang
diperlukan pemeriksaan rutin setiap tahun dalam keadaan pembangkit beroperasi. Adapun
jenis-jenis kegiatan pemeliharaan relai adalah :
a. Pemeliharaan Rutin

 Pemeliharaan Tahunan Khusus Untuk Relai Static


o Bersihkan tutup panel relai
o Bersihkan komponen-komponen relai dari debu/kotoran
o Ukur tegangan output dc to dc
o Injeksi sekunder pada posisi setting dan bandingkan hasilnya dengan
karakteristik dalam buku petunjuk pabriknya
 Pemeliharaan Dua Tahunan
o Untuk relai static, cara pemeliharaannya sama dengan pemeliharaan tahunan.
o Untuk relai elektromekanik :
- Bersihkan tutup panel relai
- Bersihkan komponen-komponen relai dari debu/kotoran

xxviii
- Periksa pegas dan rotor, lumasi dengan pelumas
- Bersihkan kontak-kontak relai dengan contact cleaner
- Injeksi sekunder pada relai sesuai dengan posisi setting (menguji relai) dan
bandingkan hasilnya dengan karakteristik dalam buku petunjuk pabriknya
- Ukur tahanan isolasi dari relai
o Untuk instalasi proteksi
3.2. Ukur tahanan isolasi pengawatan ac atau dc
3.3. Periksa terminal sambungan kabel
3.4. Ukur besaran tahanan dari relai ke rangkaian trafo arus
3.5. Test indikator/annunciator
3.6. Test rangkaian trip
3.7. Uji rangkaian trafo arus dan trafo tegangan
b. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif biasanya dilakukan bila terjadi
penyimpanganpenyimpangan karakteristik dari relai proteksi sehingga diperlukan untuk
mengadakan koreksi penyetelan (penyetelan kembali), dan disamping itu juga adanya
penggantian komponen relai atau penggantian relainya sendiri (perangkat proteksi). Oleh
karena itu perlu diadakan suatu pengujian kembali, dan pelaksanaan test individual relai
seperti pada pemeliharaan rutin.

Pemeliharaan korektif dapat meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan terhadap kegagalan atau salah kerja relai proteksi


b. Perbaikan-perbaikan peralatan dari sistem proteksi untuk mengembalikan kepada
kondisi yang standard/diterima sesuai pedoman dan petunjuk yang berlaku
c. Penggantian-penggantian peralatan untuk peningkatan keandalan
Ketiga jenis pekerjaan tersebut diatas lingkup kegiatannya dapat meliputi :

a) Pemeriksaan fisik instalasi


b) Pengujian peralatan/komponen sistem proteksi
c) Function test sistem proteksi
c. Pemeliharaan Darurat

xxix
Pemeliharaan darurat biasanya dilaksanakan apabila terjadi suatu gangguan pada
unit pembangkit dimana salah satu perangkat relai proteksi gagal beroperasi untuk
mentripkan PMT. Setelah sumber kegagalan dalam perangkat relai proteksi ditentukan,
maka diteruskan dengan perbaikan dan penggantian komponen yang rusak dan setelah
perbaikan diperlukan pengujian kembali.

Pemeliharaan darurat merupakan pekerjaan penggantian peralatan sistem proteksi,


sebagai usaha penormalan kembali operasi sistem proteksi dari
kondisigangguan/kerusakan. Penggantian peralatan-peralatan yang merupakan
komponen/subsistem proteksi perlu dilakukan individual dan function test.

Pengujian Relai diferensial

Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian relai diferensial :

 Ampere meter - Saklar


 Timer/time counter - Voltmeter
 Tahanan geser

xxx
 BAB IV
 KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan

Sistem jaringan distribusi memerlukan pemeliharaan dan perawatan yang berkala.


Dengan tujuan system jaringan distribusi bisa optimal dalam menghantarkan tegangan
dan peralatan yang terdapat pada sistem jaringan dapat berumur panjang.
Pemeliharaan sistem jaringan distribusi dibuat jadwal yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Hal ini bertujuan supaya pemeliharaan dapat berjalan secara sistematis.
Untuk mendapatkan operasi yang optimal pada kerja PMT, PMB, PMS dan Relay maka
diperlukan pemeliharaan yang baik dan berkala sesuai prosedur , mengingat fungsinya
sebagai proteksi mengingat fungsinya sebagai pengaman dari arus beban lebih dan hubung
singkat (short circuit ), memisahkan perlengkapan sistem dan perlengkapan sistem rel-rel
yang bertegangan sewaktu ada perbaikan, maupun pengaman pada peralatan listrik.

b. Saran

Pemeliharaan sangat dibutuhkan dalam sistem distribusi karenanya dalam


melakukan pemeliharaan dilakukan dengan baik, berkala dan sesuai dengan prosedur
kerja/SOP. Alat-alat yang digunakan dalam Sistem Distribusi untuk kinerja yang optimal
maka diperlukan pemeliharaan yang berkala secara periodik (mencakup periode harian,
bulanan, tahunan).

31
32

DAFTAR PUSTAKA

Tobing, Bonggas L. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi, Jakarta : Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama.

Donny, Fisca Efisiyanto. 2014. Pengoperasian Dan Pemeliharaan Load Break Switch
Entec Pada SUTM 20 KV. Skripsi.Universitas Diponegoro

Faisal, Oktavian Suryaadmaja. 2015. Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)


Media Pemadam Gas SF6 Di Gardu Induk Ungaran 150 KV App Semarang
Base Camp Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro

Listrik Malang. 2016. Perawatan saklar


Dalam http://www.listrikmalang.com/2016/05/perawatan-saklar.html (diakses 4
November)

Electricdot. 2011. Disconnecting switch


Dalam https://electricdot.wordpress.com/2011/04/04/disconnectingswitch/
(diakses 4 November)

Dokumen.tips. 2012. Saklar Pemisah (PMS)


Dalam https://dokumen.tips/documents/makalah-saklar-pemisah-pms.html/
(diakses 4 November)

Scribd. 2015. Fuse Cut Out


Dalam https://www.scribd.com/uploaddocument?archive_doc=131486215
&escape=flse&metadata/ (diakses 4 November)

Anda mungkin juga menyukai