Anda di halaman 1dari 18

PMT

Pengertian
 Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar/switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal
serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban
dalam kondisi abnormal/gangguan seperti kondisi hubung singkat (short circuit).* Berdasarkan
IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20
 Sedangkan definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992 (Standard definitions for power
switchgear) adalah merupakan peralatan saklar/ switching mekanis, yang mampu
menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal sesuai dengan
ratingnya serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal/gangguan sesuai dengan
ratingnya.

Klasifikasi PMT
Berdasarkan tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi, dan proses
pemadaman busur api jenis gas SF6.
Berdasarkan Besar/Kelas Tegangan ( Um )

• PMT tegangan rendah (Low Voltage)


Dengan range tegangan 0.1 s/d 1 kV (SPLN 1.1995 - 3.3)
• PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV (SPLN 1.1995 – 3.4)
• PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV (SPLN 1.1995 – 3.5)
• PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC (SPLN 1.1995 – 3.6)

Berdasarkan Jumlah Mekanik Penggerak / Tripping Coil

 PMT Three Pole

PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing-masing pole, umumnya PMT jenis ini
dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.

 PMT Single Pole


PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga fasa, guna menghubungkan fasa
satu dengan fasa lainnya di lengkapi dengan kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di pasang
pada bay trafo dan bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.
Berdasarkan Media Isolasi
• PMT Gas SF6

• PMT Minyak

• PMT Udara Hembus ( Air Blast )

• PMT Hampa Udara ( Vacuum )

Berdasarkan Proses Pemadaman Busur Api Listrik Diruang Pemutus


• PMT Jenis Tekanan Tunggal (single pressure type)

PMT terisi gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2, selama terjadi proses pemisahan

kontak – kontak, gas SF6 ditekan (fenomena thermal overpressure) ke dalam suatu

tabung/cylinder yang menempel pada kontak bergerak selanjutnya saat terjadi

pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle yang menimbulkan tenaga hembus/tiupan

dan tiupan ini yang memadamkan busur api.

• PMT Jenis Tekanan Ganda ( double pressure type )

PMT terisi gas SF6 dengan sistem tekanan tinggi kira-kira 12 Kg / cm2 dan sistem

tekanan rendah kira-kira 2 Kg / cm2, pada waktu pemutusan busur api gas SF6 dari

sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke sistem tekanan rendah. Gas pada sistem

tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi, saat ini PMT

SF6 tipe ini sudah tidak diproduksi lagi.

Sistem Pemutus (PMT) terdiri dari beberapa sub-sistem yang memiliki beberapa komponen.
Pembagian komponen dilakukan berdasarkan Failure Modes Effects Analysis (FMEA),
sebagai berikut:
1. Primary

 Interuppter
Merupakan bagian terjadinya proses membuka atau menutup kontak PMT.
Didalamnya terdapat beberapa jenis kontak yang berkenaan langsung dalam
proses penutupan atau pemutusan arus, yaitu:
- Kontak bergerak/moving contact
- Kontak tetap/fixed contact
- Kontak arcing/arcing contact

 Aksesoris dari Interupter *jika ada


o Resistor
Resistor/tahanan dipasang paralel dengan unit pemutus utama (bekerja
hanya pada saat terjadinya penutupan kontak PMT) dan berfungsi untuk:
o Mengurangi kenaikan harga dari tegangan pukul (restriking voltage)
o Mengurangi arus pukulan (chopping current) pada waktu pemutusan
o Meredam tegangan lebih karena mengoperasikan PMT tanpa beban
pada penghantar panjang
o Kapasitor
Kapasitor terpasang paralel dengan tahanan, unit pemutus utama dan unit
pemutus pembantu yang berfungsi untuk:
o Mendapatkan pembagian tegangan (Voltage distribution) yang sama
pada setiap celah kontak, sehingga kapasitas pemutusan (breaking
capacity) pada setiap celah adalah sama besarnya.
o Meningkatkan kinerja PMT pada penghantar pendek dengan
mengurangi frekuensi kerja.

 Terminal Utama
Bagian dari PMT yang merupakan titik sambungan/koneksi antara PMT dengan
konduktor luar dan berfungsi untuk mengalirkan arus dari atau ke konduktor luar.

2. Dielectric

Berfungsi sebagai Isolasi peralatan dan memadamkan busur api dengan sempurna pada

saat moving contact bekerja.

 Electrical Insulation (Isolator)


Pada Pemutus (PMT) terdiri dari 2 (dua) bagian isolasi yang berupa isolator,
yaitu:
o Isolator Ruang Pemutus (Interrupting Chamber)
Merupakan isolator yang berada pada ruang pemutus (interupting
chamberi)
o Isolator Penyangga (Isolator Support)
Merupakan isolator yang berada pada penyangga/support
 Media Pemadam Busur Api
Berfungsi sebagai media pemadam busur api yang timbul pada saat PMT
bekerja membuka atau menutup. Berdasarkan media pemadam busur api,
PMT dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
o Pemadam busur api dengan gas Sulfur Hexa Fluorida (SF6)
Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih
tinggi dibandingkan
dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah seiring dengan
pertambahan tekanan. Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe
tekanan tunggal (single pressure type), dimana selama operasi
membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan kedalam suatu
tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu
pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang
mematikan busur api.
o Pemadam Busur Api Dengan Oil/Minyak
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kV sampai
tegangan ekstra tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A sampai
1250 A dengan arus pemutusan simetris 12 kA sampai 50 kA.
o Pemadam Busur Api Dengan Udara Hembus / Air Blast
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam busur api
dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut
juga sebagai PMT Udara Hembus (Air Blast).
o Pemadam Busur Api Dengan Hampa Udara (Vacuum)
Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik
strength) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang
baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya digunakan untuk
tegangan menengah (24kV).

3. Driving Mechanism

Berfungsi menyimpan energi untuk dapat menggerakkan kontak gerak (moving contact)
PMT dalam waktu tertentu sesuai dengan spesifikasinya. Terdapat beberapa jenis sistem
penggerak pada PMT, antara lain:

 Penggerak pegas (Spring Drive)


Mekanis penggerak PMT dengan menggunakan pegas (spring) terdiri dari 2
macam,
yaitu:
o Pegas pilin (helical spring)
PMT jenis ini menggunakan pegas pilin sebagai sumber tenaga penggerak
yang di tarik atau di regangkan oleh motor melalui rantai.
o Pegas gulung (scroll spring)
PMT ini menggunakan pegas gulung untuk sumber tenaga penggerak yang
di putar oleh motor melalui roda gigi.
 Penggerak Hidrolik
Penggerak mekanik PMT hidrolik adalah rangkaian gabungan dari beberapa
komponen mekanik, elektrik dan hidrolik oil yang dirangkai sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan menutup PMT.
o Skematik diagram Hidrolik dan Elektrik
 Penggerak Pneumatic
Penggerak mekanik PMT pneumatic adalah rangkaian gabungan dari beberapa
komponen mekanik, elektrik dan udara bertekanan yang dirangkai sedemikian
rupa
sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan menutup PMT.
 SF6 Gas Dynamic
PMT jenis ini media memanfaatkan tekanan gas SF6 yang berfungsi ganda selain
sebagai pemadam tekanan gas juga dimanfaatkan sebagai media penggerak.
Setiap PMT terdiri dari 3 identik pole, dimana masing – masing merupakan unit
yang
terdiri dari Interrupter, isolator tumpu, dan power aktuator yang digerakkan oleh
gas SF6 masing – masing pole dalam cycle tertutup.
Energi untuk menggerakkan kontak utama terjadi karena adanya perbedaan
tekanan gas SF6 antara:  Volume yang terbentuk dalam interrupter dan isolastor
tumpu.

4. Secondary

Sub sistem secondary berfungsi mengirim sinyal kontrol/trigger untuk mengaktifkan


subsistem mekanik pada waktu yang tepat, bagian subsistem secondary terdiri dari:

 Lemari Mekanik/Kontrol
Berfungsi untuk melindungi peralatan tegangan rendah dan sebagai tempat
secondary equipment.
 Terminal Dan Wiring Control
Sebagai terminal wiring kontrol PMT serta memberikan trigger pada mekanik
penggerak untuk operasi PMT.

Failure Modes Effects Analysis ( FMEA )

Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) adalah prosedur analisa dari model kegagalan (failure
modes) yang dapat terjadi dalam sebuah sistem untuk diklasifikasikan berdasarkan hubungan sebab-
akibat dan penentuan efek dari kegagalan tersebut terhadap sistem. Tabel FMEA untuk Sistem PMT
Terlampir

 FMEA untuk Sistem PMT


o Sistem dan Fungsi
Tabel 1-1 Sistem dan Fungsi

Sistem Fungsi
Circuit Breaker (CB) at merupakan peralatan saklar / switching mekanis,
Pemutus Tenaga (PMT) a yang mampu menutup, mengalirkan dan
u memutus arus beban dalam kondisi normal serta
mampu menutup, mengalirkan (dalam periode
waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam
kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi
hubung singkat (short circuit).

 Sub Sistem dan Fungsi

Tabel 1-2 Sub Sistem dan Fungsi

N Sub Sistem Fungsi


o
1 Primary menyalurkan energi listrik dengan nilai
losses yang rendah dan Mampu
menghubungkan / memutuskan arus beban
saat kondisi normal/tidak normal.

2 Dielectric sebagai Isolasi peralatan dan memadamkan


busur api dengan sempurna pada saat
moving contact
bekerja
3 Driving Mechanism menyimpan energi untuk dapat
menggerakkan kontak gerak ( moving
contact) PMTdalam waktu tertentu sesuai
dengan spesifikasinya
4 Secondary mengirim sinyal kontrol / trigger untuk
mengaktifkan subsistem mekanik pada
waktu yang tepat
PEDOMAN PEMELIHARAAN

Berdasarkan fungsinya dan kondisi peralatan bertegangan atau tidak, jenis pemeliharaan pada Pemutus
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. In Service / Visual Inspection

In Service Inspection adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap peralatan yang dilaksanakan

dalam keadaan peralatan beroperasi/bertegangan (on-line), dengan menggunakan 5

panca indera (five senses) dan metering secara sederhana, dengan pelaksanaan periode

tertentu (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan).

Inspeksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi peralatan dengan

menggunakan alat ukur sederhana/umum (contoh Thermo Gun) yang dilaksanakan oleh

petugas operator/asisten supervisor di gardu induk (untuk Tragi/UPT PLN P3B

Sumatera/Wilayah) atau petugas pemeliharaan/supervisor gardu induk (untuk APP PLN

P3B JB).

o Review KEPDIR 114.K/DIR/2010


 Pemeriksaan Harian
 Pemeriksaan Mingguan
 Pemeriksaan Bulanan
 Pemeriksaan Triwulan
 Pemeriksaan Tahunan

2. In Service Measurement / On Line Monitoring

Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan

bertegangan (On Line). Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilakukan bertujuan


untuk

mengetahui/memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur yang canggih

(seperti Thermal Imager) yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.

o Pemeriksaan 2 (dua) Mingguan


o Pemeriksaan Bulanan
3. Shutdown Measurement / Shutdown Function Check/Treatment

Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode 2 tahunan dalam keadaan peralatan

tidak bertegangan (Off Line) .

Pengukuran dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan dengan

menggunakan alat ukur sederhana serta advanced yang dilakukan oleh petugas

pemeliharaan.

o Shutdown Mesurement (2 tahunan)


 Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran
dengan suatu alat ukur untuk memperoleh nilai tahanan isolasi pemutus tenaga
antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang
ditanahkan maupun antara terminal atas dengan terminal bawah pada fasa yang
sama.
 Pengukuran Tahanan Kontak
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor
bertemu secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa
hambatan yang berarti. Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan
suatu hambatan/resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi
panas dan menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat
signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi.
 Pengukuran Keserempakan (Breaker Analyzer)
Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah untuk mengetahui waktu kerja
PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat
menutup ataupunmembuka .
 Pengukuran Kevakuman PMT model Vacum (arus bocor)
Pengukuran/pengujian karakteristik media pemutus vacuum adalah untuk
mengetahui apakah ke-vacuum-an ruang kontak utama (breaking chamber) PMT
tetap hampa sehingga masih berfungsi sebagai media pemadam busur api
listrik.
 Pengukuran Kapasitansi Kapasitor
Pemeriksaan dan pengukuran grading capacitor dan tempatnya pada unit
pemutus dapat dilakukan sebelum pemutus dioperasikan. Kapasitor pada
masing-masing pole untuk tipe pemutus tenaga dapat dipasang sesuai pada
tabel berikut. Pengukuran ini dilakukan dengan periode 2 tahun untuk
mendapatkan data awal, kemudian periode selanjutnya berdasarkan
rekomendasi pabrikan,
 Pengujian Tahanan Closing Resistor
Pengukuran dilakukan mengggunakan metode volt dan amper meter atau
jembatan Thomson. Arus yang digunakan untuk pengukuran tidak boleh kurang
dari 100 A. Pengukuran ini dilakukan dengan periode 2 tahun untuk
mendapatkan data awal, kemudian periode selanjutnya berdasarkan
rekomendasi pabrikan,
 Pengukuran Tegangan Minimum Coil
Pengukuran tegangan minimum coil dari PMT adalah untuk mengetahui apakah
coil masih berfungsi dengan baik dan mengukur nilai resistansi coil tersebut
masih sesuai standar.
 Pengukuran Tahanan Pentanahan
Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik yang dihubungkan ke tanah
dengan suatu pentanahan yang ada di Gardu Induk dimana sistem penatanahan
tersebut dibuat didalam tanah dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan
Pentanahan di Gardu Induk bervariasi besarnya nilai tahanan tanah dapat
ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri, misalnya tanah kering tanah cadas,
kapur, dsb tahananan tanahnya cukup tinggi nilainya jika dibanding dengan
kondisi tanah yang basah. Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan
semakin baik.
 Pengukuran / Pengujian Media Pemutus
 Gas SF6
Sebagaimana diketahui Gas SF6 pada Pemutus Tenaga (PMT) berfungsi
sebagai media pemadam busur api listrik saat terjadi pemutusan arus
listrik (arus beban atau arus gangguan) dan sebagai isolasi antara bagian
– bagian yang bertegangan (kontak tetap dengan kontak bergerak pada
ruang pemutus) dalam PMT, juga sebagai isolasi antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada PMT. Saat ini
gas SF6 banyak digunakan pada PMT atau GIS (Gas Insulating
Switchyard) mulai dari tegangan 20 kV sampai dengan 500 kV karena
gas SF6 mempunyai sifat / karakteristik yang lebih baik dari jenis media
pemutus lainnya.
Karakteristik/sifat gas SF6 yang dimaksud adalah sebagai berikut:
A. Sifat fisik
Gas SF6 murni (pada tekanan absolut = 1 Atm dan temperatur = 200 C)
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun dengan berat isi 6,139
kg /m3 dan sifat lainnya adalah mempunyai berat molekul 146,7g,
temperatur kritis 45,550 C dan tekanan absolut kritis 3,78 MPa seperti
terlihat pada gambar grafik 2-19.

B. Sifat Kimia
Sifat kimiawi gas SF6 sangat stabil, pada ambient temperatur dapat
berupa gas netral dan juga sifat pemanasannya sangat stabil. Pada
temperatur diatas 150 o C mempunyaisifat tidak merusak metal, plastik
dan bermacam-macam bahan yang umumnyadigunakan dalam pemutus
tenaga tegangan tinggi
C. Sifat Listrik
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang
tinggi, 2,35 kali kekuatan dielektrik udara dan kekuatan dielektrik ini
bertambah dengan pertambahan tekanan dan mampu mengembalikan
kekuatan dielektrik dengan cepat setelah arus bunga api listrik melalui
titik nol,
o Pengujian Tegangan Tembus Pemeriksaan Tekanan/Kerapatan
Gas
Pemeriksaan tekanan/kerapatan gas SF6 pada PMT
konvensional dilakukan untuk mengetahui apakah
tekanan/kerapatan gas SF6 masih berada pada batas tekanan
ratingnya (rated pressure. Dibawah ini diberikan konversi
o Pengukuran/Pengujian Karakteristik Gas SF6
 Pengujian Kemurnian Gas SF6
Pengujian kemurnian gas SF6 dilaksanakan untuk
mengetahui perubahan kandungan gas SF6 setelah
mengalami penguraian setelah sekian kali/lama
berfungsi memadamkan busur api listrik.
 Pengujian Kelembaban
Pengujian kelembaban (moisture) dilakukan untuk
mengetahui kandungan kelembaban didalam gas SF6
yang terjadi karena pengaruh perubahan temperatur
dan proses pemuaian saat terjadi pemadaman busur api
listrik.
 Pengujian Dekomposisi Produk
Pengujian dekomposisi produk dilaksanakan apabila
diperlukan setelah melihat terlebih dahulu hasil
pengujian kemurnian gas SF6 dan juga dari hasil evaluasi
jumlah gangguan dan besar arus gangguan yang terjadi
dalam periode tertentu.
 Pengujian Pressure Switch
Pengujian pressure switch dilaksanakan untuk
mengetahui unjuk kerja setting dari kontak-kontak
pengaman batas tekanan gas SF6 sesuai batas alarm,
block recloser, block close atau auto trip ke PMT.

 Minyak (Oil)
Pemutus tenaga (PMT) dengan media pemutus minyak (oil) adalah salah
satu jenis PMT yang masih digunakan dalam operasional penyaluran
tenaga listrik. Untuk mengetahui apakah minyak PMT masih layak
operasi sesuai dengan standard pengusahaan maka perlu adanya acuan
yang sesuai. Karakteristik dan fungsi media minyak PMT adalah berbeda
dengan karakteristik minyak isolasi transformator. Selain berfungsi
sebagai isolasi terhadap tegangan tinggi (menengah) media minyak
pada PMT jenis ini juga berfungsi sebagai pemadam busur api listrik
(arching) pada saat PMT di-operasikan. Khususnya pada saat pemutusan
arus beban atau bila terjadi arus gangguan.
o Pengujian Tegangan Tembus Minyak (Oil Tester)
Prinsip kerja alat uji tegangan tembus minyak adalah: Minyak
contoh yang di-uji ditempatkan pada suatu mangkuk (cup) yang
merupakan salah satu asesori alat ukur. Setelan celah (gap)
antara anoda dan kathoda adalah 2,5 mm dan dilakukan
mengujian (diberi tegangan uji) sampai terjadi tegangan tembus
(breakdown voltage) dengan ditandai loncatan busuk api listrik
antara kedua elektroda. Pada alat oil tester jenis terbaru
tegangan uji naik secara otomatis sedangkan pada alat yang
sederhana dilakukan secara manual. Pengukuran ini dilakukan
beberapa kali dengan selang waktu sekitar 5 (lima) menit
diantaranya.

Tujuan diberi selang waktu antara pengujian yang satu dengan


pengujian berikutnya adalah untuk menunggu pemulihan daya
isolasi minyak dan meratakan kosentrasi karbon yang terjadi
pada saat terjadi lonjatan busur api listrik antara dua elektroda.
Alat uji tegangan tembus yang baik biasanya dilengkapi perata
(pengaduk) kosentrasi karbon dengan adukan baling-baling kecil
yang dijalankan secara elektrik.

Hasil uji tegangan tembus isolasi minyak dari alat yang


sederhana masih memerlukanpencatatan secara manual.
Namun bagi alat uji yang canggih, pemilihan standardpengujian
dan hasil rekordnya (print-out) akan keluar secara otomatis.
 Vacuum
PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah
dan hingga saat ini masih dalam pengembangan sampai tegangan 36 kV.
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan
bertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus
vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis ini dengan dihubungkan
secara serie.
o Shutdown Function Check (2 tahunan )
Meliputi:
1. Pengujian Fungsi open/close (remote/local dan scada)
2. Pengujian Emergency trip
3. Pengujian Fungsi alarm
4. Fungsi interlock mekanik dan elektrik
5. Pengujian fungsi star dan stop motor/pompa penggerak
o Treatment (2 tahunan )
Meliputi:
1. Pembersihan bushing/isolator interupting chamber
2. Pembersihan dan pengencangan baut terminal utama
3. Pembersihan box kontrol PMT dan pemeriksaan kabel dan terminal
wiring,dan fungsi heater
4. Pengujian Tekanan Gas untuk alarm dan blok PMT
5. Pemeriksaan tekanan dan reseting Pressure Switch Hidrolik
6. Penggantian Minyak PMT Small oil
7. Memfilter Minyak PMT Bulk Oil bila hasil asesmen buruk.
8. Pemeriksaan Sistim Pernapasan PMT Bulk Oil
9. Pelumasan Pegas dan Komponen lainnya
10. Pengujian Duty cycle PMT Spring
11. Penggantian Minyak Hidrolik PMT
12. Reseting Microswitch sistim pneumatik
13. Pembersihan Selenoid Valve closing dan tripping

4. Conditional (Pasca relokasi / Pasca Gangguan/bencana alam)

Pekerjaan pemeliharaan yang dilaksanakan dipicu oleh kondisi tertentu atau pasca
gangguan atau relokasi peralatan, misalnya karena bencana alam/gempa atau kondisi
abnormal setelah pemeliharaan dilakukan

5. Overhaul

Overhaul adalah pemeliharaan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga


tahun atau lebih berdasarkan manual instruction, ketentuan pabrikan atau
pengalaman/ketentuan unit setempat.

o PMT Banyak Minyak


o PMT Sedikit Minyak
o PMT Gas SF6
o PMT dengan penggerak Hidrolik

EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN

o Metode Evaluasi Hasil Pemeliharaan


 Evaluasi Level – 1
Pelaksanaan tahap awal ini berdasarkan pada hasil In Service / Visual
Inspection yang sifatnya berupa harian, mingguan, bulanan atau tahunan,
serta dapat juga dengan menambahkan hasil on line monitoring. Tahapan ini
menghasilkan kondisi awal (early warning) dari PMT.
 Evaluasi Level – 2
Hasil akhir serta rekomendasi pada tahap pertama menjadi inputan untuk
dilakukannya evaluasi level – 2, ditambah dengan pelaksanaan In Service
Measurement. Tahapan ini menghasilkan gambaran lebih lanjut untuk
justifikasi kondisi PMT, serta menentukan pemeliharaan lebih lanjut.
 Evaluasi Level – 3
Merupakan tahap akhir pada metode evaluasi pemeliharaan. Hasil evaluasi
level – 2 ditambah dengan hasil shutdown measurement dan shutdown
function check, menghasilkan rekomendasi akhir tindak lanjut yang berupa
Life extension program dan Asset development

o Standar Evaluasi Hasil Pemeliharaan


 Pengukuran/Pengujian Tahanan Isolasi
Batasan tahanan isolasi PMT sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE.032/PST/1984
dan menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi pada
suhu operasi dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm) “.
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah, kebocoran arus yang
diijinkan setiap kV = 1 mA.
 Pengukuran/Pengujian Tahanan Kontak
Nilai tahanan kontak PMT yang normal harus (acuan awal) disesuaikan dengan
petunjuk/manual dari masing – masing pabrikan PMT (dikarenakan nilai ini dapat
berbeda
antar merk). Nilai standar normal yang menjadi acuan yaitu R ≤ 120 % nilai pabrikan atau
Nilai Pengujian FAT ,nilai saat pengujian komisioning. Berikut terlampir daftar nilai
standar
pabrikan beberapa PMT:
 Pengukuran/Pengujian Tahanan Kontak Dinamik
Sesuai dengan standar IEEE C37.10-1995 (Guide for diagnostics and failure investigation
of power circuit breaker), karakteristik hasil pengujian adalah kurva nilai R terhadap
waktu (R vs time).
 Pengukuran/Pengujian Kecepatan dan Kesere
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, diharapkan PMT bekerja dengan
cepat. Clearing Time sesuai dengan standart SPLN No 52-1 1983 untuk sistem dengan
tegangan:

o 500 kV < 90 mili detik


o 275 kV < 100 mili detik
o 150 kV < 120 mili detik
o 70 kV < 150 mili detik

Fault clearing time pengaman cadangan adalah 500 mili detik.

 Pengukuran/Pengujian Tahanan/Resistor (R)


Sesuai dengan standard IEC 62271-100: 2001 (High-voltage alternating-current circuit
breaker), bahwa toleransi nilai resistor (R) dan kapasitor (C) dapat berbeda antar merk,
sehingga toleransi yang diijinkan harus sesuai dengan nilai toleransi yang diberikan oleh
manufacturer dan tercantum pada manual serta name-plate peralatan.
 Pengukuran/Pengujian Kapasitansi/Capasitor (C)
Sesuai dengan standard IEC 62271-100: 2001 (High-voltage alternating-current circuit
breaker), bahwa toleransi nilai resistor (R) dan kapasitor (C) dapat berbeda antar merk,
sehingga toleransi yang diijinkan harus sesuai dengan nilai toleransi yang diberikan oleh
manufacturer dan tercantum pada manual serta name-plate peralatan.
 Pengukuran/Pengujian Gas SF6
Pengujian Tekanan Gas SF6
Pemeriksaan tekanan/kerapatan gas SF6 pada PMT konvensional/GIS
dilakukan untuk mengetahui apakah tekanan/kerapatan gas SF6 masih
berada pada batas tekanan ratingnya (rated pressure). Batas atas tekanan
gas SF6 pada
Pengujian Kualitas Gas SF6
Pengujian kualitas gas SF6 dilaksanakan untuk mengetahui karakteristik gas
SF6 apakah masih dapat dikatakan layak digunakan sebagai dielektrik /media
isolasi.
#Purity
Menunjukkan persentase kadar kemurnian gas SF6. Kadar kemurnian gas
SF6 tidak memungkinkan mencapai 100%, hal ini karena adanya beberapa
kontaminan. Batas purity untuk gas SF6 adalah 97 %.
Decomposition product
Merupakan hasil turunan gas SF6 akibat suhu tinggi yang disebabkan
adanya electric discharge (corona, spark dan arching). Decomposition
product dapat berupa gas dan padat. Dalam jumlah yang besar bersifat
korosif dan beracun.

 Pengukuran/Pengujian Karakteristik Minyak


Pengujian kualitas minyak dilaksanakan untuk mengetahui karakteristik minyak apakah
masih dapat dikatakan layak digunakan sebagai dielektrik/media isolasi.
 Pengukuran Tekanan Udara
Durasi waktu kerja kompressor dan kebocoran udara yang ditoleransi sebagai akibat
perbedaan temperatur udara sekitar untuk PMT dengan penggerak pneumatik
 Pengukuran/Pengujian Tahanan Pentanahan
Nilai tahanan pentanahan di Gardu Induk bervariasi besarnya. Nilai tahanan pentanahan
dapat ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri, misalnya tanah kering tanah cadas, atau
berkapur.
 Pengukuran/Pengujian Tegangan AC dan DC
Batas nilai tegangan supply untuk motor penggerak mekanik PMT mengacu IEC std 56 -
2 klausal 17 (disertakan pula batasan sesuai dengan referensi pabrikan) adalah sebagai
 Pengukuran/Pengujian Closing dan Opening Coil
Batas nilai tegangan Supply untuk Closing Coil dan Opening Coil sesuai dengan
referensi pabrikan
 Pengukuran Thermovisi
Terdapat 2(dua) macam pelaksanaan thermovisi dengan masing-masing standar/
pedoman yang dapat dipakai, yaitu:  Pemeriksaan pada Terminal utama

Dilakukan dengan melihat perbedaan/selisih suhu pada 2 (dua) titik dengan


komponen/material yang berbeda.  Selisih suhu antara klem dan konduktor  Selisih
suhu antara klem dan terminal utama/stud
Berdasarkan manual dari pabrikan kamera thermovisi merk FLIR, disebutkan
bahwa terdapat 3 (tiga) macam kondisi, yaitu:
- Kondisi I : t ≤ 5
oC (9oF)

- Kondisi II : 5

oC < t ≤ 30oC (9
oF < t ≤ 54oF)

- Kondisi III : t > 30oC (54oF)  Pemeriksaan pada Interrupter chamber


Dilakukan dengan membandingkan suhu interrupter chamber antar phasa
(dengan phasa lainnya).
Berdasarkan standar dari International Electrical Testing Association (NETA)
Maintenance Testing Spesification (NETA MTS-1997) terdapat 2 (dua)
macam T yang dapat dipakai sebagai acuan justifikasi kondisi, yaitu:

- T1: merupakan perbedaan/ selisih suhu antar phasa (dengan phasa


lainnya).
o Kondisi I : 1oC < t ≤ 3
oC
o Kondisi II : 4oC < t ≤ 15oC
o Kondisi III : t > 15
oC

- T2: merupakan perbedaan/ selisih suhu diatas suhu lingkungan


(over ambient temperature).
o Kondisi I : 1oC < t ≤ 3oC
o Kondisi II : 11oC < t ≤ 20oC
o Kondisi III : 22oC < t ≤ 40oC
o Kondisi IV : t > 40oC

REKOMENDASI HASIL PEMELIHARAAN

 Rekomendasi Hasil In Service/ Visual Inspection


o Periode Harian
o Periode Mingguan
o Periode Bulanan
o Periode Tiga Bulanan
o Periode Tahunan
 Rekomendasi Hasil In Service Measurement
 Rekomendasi Hasil Shutdown Measurement
o Pengujian Pada Interuppter Chamber
o Pengujian pada Media Pemadam Busur Api
o Pengujian pada Sistem Mekanik Penggerak
 Rekomendasi Hasil Shutdown Function Check
 Rekomendasi Hasil Overhaul

Anda mungkin juga menyukai