Anda di halaman 1dari 33

Load Break Switch

Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus arus tiga
fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara elektronis.
Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini dioptimalkan melalui control jarak jauh
dan skema otomatisasi. Swich pemutus beban juga merupakan sebuah sistem penginterupsi
hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam sebuah tangki baja anti karat dan disegel. Sistem
kabelnya yang full-insulated dan sistem pemasangan pada tiang pancang yang sederhana
yang membuat proses instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah. Sistem
pengendalian elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak pengendali yang terbuat dari baja
anti karat sehingga dapat digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Panel pengendali
(user-friendly) dan tahan segala kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak
jauh juga dapat ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).

Pada umumnya versi-versi peralatan terdiri dari :

• Pole Top Load Break Switch


• Pole Top Control Cubicle
• Control & Protection Module

Dokumen-dokumen yang terkait antara lain :

• Window Switchgear Operating Sistem (WSOS)


• Tes and Training Set (TTS)
• Database Access Protocol (DAP)
• Specific Telemetry Protocol Implementations
• Panel Kontrol Jarak Jauh
• Workshop Field dan Test Procedures
• Prosedur Penggantian CAPM

Versi-Versi Peralatan mencakup Contact Close dari penerimaan perintah tutup <1.2 sec dan
Contact Open sejak diterimanya perintah buka <1.2 sec. Tegangan Line Maksimum pada
Swicthgear Ratings antara 12
atau 24kV dengan arus kontinyu 630 A RMS. Media Isolasi Gas SF6 dengan tekanan
operasional gas SF6 pada suhu 20 C adalah 200kPa Gauge. Pengoperasian secara manual
dapat dilakukan secara independent oleh operator. Tekanan untuk mengoperasikan tuas Max
20 kg. Switch pemutus beban dilengkapi dengan bushing boots elastomeric untuk ruang
terbuka. Boots tersebut dapat menampung kabel berisolasi dengan ukuran diameter antara 16
– 32 mm dan akan menghasilkan sistem yang terisolir penuh. Kabel pre-cut yang telah diberi
terminal dapat digunakan langsung untuk bushing switch Pemutus Beban dan telah
memenuhi persyaratan yang sesuai dengan peralatan tersebut. Namun demikian, untuk kabel,
dapat menggunakan yang telah disediakan oleh peralatan tersebut sepanjang masih memenuhi
spesifikasi yang ditentukan.

LBS dengan Gas


SF6
Konstruksi dan Operasi Load Break Switch dan Sectionaliser diuraikan sebagai berikut. Load
Break Swicth menggunakan puffer interrupter di dalam sebuah tangki baja anti karat yang
dilas penuh yang diisi dengan gas SF6. Interrupter tersebut diletakkan secara berkelompok
dan digerakkan oleh mekanisme pegas. Ini dioperasikan baik secara manual maupun dengan
sebuah motor DC dalam kompartemen motor di bawah tangki. Listrik motor berasal dari
batere-batere 24V dalam ruang kontrol. Transformer-transformer arus dipasang di dalam
tangki dan dihubungkan ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan indikasi gangguan
dan line measurement. Terdapat bushing-bushing epoksi dengan transformer tegangan
kapasitif, ini terhubung ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan line sensing dan
pengukuran. Elemen-elemen elektronik kontrol terletak dalam ruang kontrol memiliki standar
yang sama yang digunakan untuk mengoperasikan swicthgear intelijen, yang dihubungkan ke
swicthgear dengan kabel kontrol yang dimasukkan ke Swicth Cable Entry Module (SCEM)
yang terletak di dalam kompartemen motor.
Menggunakan Konstruksi TM-19.
Konstruksi TM-19 merupakan tiang khusus yang dipasang LBS (Load Break Switch) pada
bagian puncaknya. Mempunyai double traves. Isolator yang digunakan jenis suspension.

Koordinasi Load break switch ,SSO,PBO apabila terjadi gangguan


1. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam
kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau
manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan
pekerjaan pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB)
adalah :
a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
b. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
c. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
d. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
f. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging
Current)
g. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal
yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke
busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar
(Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi
kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media
pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
- PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
- PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
- PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan mekanisme
penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila ada
pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
Di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa sendiri terdapat 4 feeder beserta PMT
Feeder yang aktif. Adapun masing-masing Feeder tersebut beserta PMT feeder yang aktif
meliputi :
- PKN 3
- PKN 5
- PKN 8
- PKN 12
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen
utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini
mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika
dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat
berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau
pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri
tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena
antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick
(tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS
itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang
berbahan besi logam sebagai switchnya.
3. Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan
biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang dilengkapi
dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi
dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada
saat membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw
juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai
kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw ,
serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin
yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya
menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini
yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.
Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :
a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.

ABSW terdiri dari :


1. Stang ABSW
2. Cross Arm Besi
3. Isolator Tumpu
4. Pisau Kontak
5. Kawat Pentanahan
6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
4. Load Break Switch (LBS)

5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )


Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada
sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose)
sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara
permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan
baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas
daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat
(fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a. Recloser 1 fasa
b. Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a. Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa
timur
b. Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah
Pemasangan AVS saat ada hubung singkat

Cara Kerja :
Titik B kita anggap terjadi gangguan, sehingga PMT trip dan seksi A, seksi B, seksi
C, seksi D tidak bertegangan. AVS 1, AVS 2, AVS 3 akan membuka setelah selang waktu t-3
= 0,5 detik. PBO – 1 bekerja dan setelah mencapai waktu 60 detik, PMT Penyulang  masuk
kembali (Reclose 1), kemudian selang waktu t-1 = 10 detik setelah AVS 1 merasakan
tegangan maka AVS 1 akan menutup. Karena di seksi B masih ada gangguan maka PMT
Penyulang trip lagi. AVS 1 & AVS 2 langsung mengunci karena waktu merasakan tegangan
cepat sekali (lebih kecil dari waktu t-2 = 5 detik). PBO – 2 bekerja dan setelah mencapai
waktu 180 detik ,  PMT Penyulang masuk kembali (Reclose 2) dan seksi A bertegangan.
Seksi B, seksi C dan seksi D tidak bertegangan / padam. Aliran daya dari Penyulang hanya
pada seksi A saja.
Selain dipasang AVS yang dioperasikan secara otomatis  juga banyak digunakan LBS
yang dioperasikan secara manual dan mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai alat
pemutus yang dapat   melokalisir seksi jaringan yang terganggu sehingga tidak
mempengaruhi seksi  jaringan yang lain.
RECLOSER ( PBO) DANSECTIONALIZER  (SSO)

1.  PENUTUP BALIK OTOMATIS (PBO)

PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan control dan relai penutup balik.

1.1.  Relai Penutup Balik (Reclosing Relay)

Relai penutup balik adalah relai yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan PMT
membuka (trip) dan menutup kembali.

1.2.  Fungsi Relai Penutup Balik / PBO

PBO dipasang pada SUTM yang sering mengalami gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang
bersifat temporer, berfungsi untuk:

         Menormalkan kembali SUTM atau memperkecil pemadaman tetap akibat  gangguan temporer.

         Pengaman seksi dalam SUTM agar dapat membatasi / melokalisir daerah yang terganggu.

1.3.  Jenis Relai Penutup Balik

Berdasarkan type perintah reclosing ke PMT dapat dibedakan dalam 2 jenis reclosing relay, yaitu :

         Single-shot Reclosing Relay

o Relai hanya dapat memberikan perintah reclosing ke PMT satu kali dan baru dapat
melakukan reclosing setelah blocking time terakhir.
o Bila terjadi gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan tidak bisa reclose lagi
(lock – out ). 
o          Multi Shot Reclosing Relay.
o o   Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke PMT lebih dari satu kali. Dead
time antar reclosing dapat diatur sama atau berbeda..
o   Bila terjadi gangguan , relai OCR/GFR memberikan perintah trip ke PMT pada saat yang sama
juga mengarjakan (mengenergize) Reclosing relay.
o   Setelah dead time t 1 yang sangat pendek ( kurang dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose ke
PMT .
o   Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose yang
kedua setelah dead time t 2 yang cukup lama (antara 15- 60 detik).
o   Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose
yang ke tiga setelah dead time t 3 .
o   Bila gangguannya juga masih ada dalam periode blocking tB 3, maka PMT akan trip dan lock out.
o   Penggunaan multi shot reclosing harus doisesuaikan dengan siklus kerja (dutyCYCLE ) dari PMT.

o 1.4.  Sifat Relai Penutup Balik

         Operasi cepat (fast tripping): untuk antisipasi gangguan  temporer.


         Operasi lambat (delayed tripping) : untuk koordinasi dengan pengaman di hilir.
         Bila gangguan  telah hilang pada operasi cepat maka PBO akan reset kembali ke status
awal. Bila muncul  gangguan setelah waktu reset, PBO mulai menghitung dari awal.
         Repetitive : riset otomatis setelah recloser success.
         Non repetitive : memerlukan  reset manual (bila terjadi gangguan permanen dan bila
gangguan sudah dibebaskan).
         PBO atau Recloser adalah relai arus lebih sehingga karakteristik PBO dan OCR adalah
sama (lihat karakteristik OCR).

2.    SAKLAR SEKSI OTOMATIS (SSO)


2.1.  Pengertian dan Fungsi SSO
   SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol elektronik/
mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan Tegangan Menengah.
   SSO sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk memisah-misahkan saluran utama dalam
beberapa seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah (jaringan) yang harus
dibebaskan di sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin.
   Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber maka SSO tidak  berfungsi otomatis
(sebagai saklar biasa).

8.2.2.  Klasifikasi SSO
         Penginderaan : berdasarkan tegangan (Automatic Vacuum Switch) atau dengan
Arus SECTIONALIZER ).
         Media Pemutus : Minyak, Vacum,  Gas SF6.
         Kontrol : Hidraulik atau Elektronik
         Phase : Fasa tunggal atau Fasa tiga

2.3.  Prinsip Kerja SSO


         SSO bekerjanya dokoordinasikan dengan pangaman  di sisi sumber (seperti relai recloser
atau PBO) untuk mengisolir secara otomatis seksi SUTM yang terganggu.
         SSO pada pola ini membuka  pada saat rangkaian tidak ada tegangan tetapi dalam
keadaan bertegangan harus mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat.
         SSO ini dapat juga dipakai untuk membuka dan menutup rangkaian berbeban. Saklar ini
bekerja atas dasar penginderaan tegangan.
         SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo tegangan sebagai sumber tenaga
penggerak dan pengindera.
         Prinsip kerja SSO dengan sensor tegangan dijelaskan pada AVS di bawah.

2.4.     AUTOMATIC VACUUM SWITCH (AVS)


Prinsip Kerja AVS
ambar II.19 di bawah sebagai ilustrasi Sistem Distribusi yang terbagi dalam 3 seksi dengan
pengaman penyulang sebuah PMT dan dua buah AVS.

 
Gambar : Sistem Pengaman JTM dengan PMT dan AVS

Prinsip operasi AVS :


         Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip, tegangan
hilang. Setelah T3, semua AVS trip.
         PMT masuk kembali (reclose pertama), seksi I bertegangan.
         Setelah T1 menerima tegangan, AVS1 masuk, seksi II bertegangan.
         Setelah T2 menerima tegangan, AVS2 masuk, seksi III bertegangan.
         Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan AVS2 lepas setelah T3.
         PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah T1 sedangkan AVS2 sudah lock-out (pada
saat masuk pertama tetapi hanya merasakan tegangan sebentar atau lebih kecil dari T2).

           
Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus arus tiga fase untuk
penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara elektronis. Switch dengan
penempatan di atas tiang pancang ini  dioptimalkan melalui control jarak jauh dan skema
otomatisasi.    Swich pemutus beban juga merupakan sebuah sistem penginterupsi hampa yang
terisolasi oleh gas SF6 dalam sebuah tangki baja anti karat dan disegel. Sistem kabelnya yang full-
insulated dan sistem pemasangan pada tiang pancang yang sederhana yang membuat proses
instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah.   Sistem pengendalian elektroniknya ditempatkan
pada sebuah kotak pengendali yang terbuat dari baja   anti   karat   sehingga   dapat   digunakan  
dalam   berbagai   kondisi lingkungan. Panel pengendali (user-friendly) dan tahan segala kondisi cuac.
Sistem monitoring dan pengendalian jarak jauh juga dapat ditambahkan tanpa perlu menambahkan
Remote Terminal Unit (RTU).

Pada umumnya versi-versi peralatan terdiri dari:

x Pole Top Load Break Switch


x Pole Top Control Cubicle
x Control & Protection Module

Dokumen-dokumen yang terkait antara lain:


x    Window Switchgear Operating Sistem (WSOS)
x    Tes and Training Set (TTS)
x    Database Access Protocol (DAP)
x    Specific Telemetry Protocol Implementations
x    Panel Kontrol Jarak Jauh
x    Workshop Field dan Test Procedures
x    Prosedur Penggantian CAPM

Versi-Versi  Peralatan     mencakup  Contact  Close  dari  penerimaan perintah tutup <1.2 sec dan
Contact Open sejak diterimanya perintah buka
<1.2 sec.   Tegangan Line Maksimum pada Swicthgear Ratings antara 12 atau 24kV dengan arus
kontinyu 630 A RMS. Media Isolasi Gas SF6 dengan
tekanan operasional gas SF6  pada suhu 20 C adalah   200kPa Gauge.
Pengoperasian secara manual dapat dilakukan secara independent oleh operator. Tekanan untuk
mengoperasikan tuas Max 20 kg. Switch pemutus beban dilengkapi dengan bushing boots
elastomeric untuk ruang terbuka. Boots tersebut dapat menampung kabel berisolasi dengan ukuran
diameter antara 16 – 32 mm dan akan menghasilkan sistem yang terisolir penuh. Kabel pre-cut yang
telah diberi terminal    dapat digunakan langsung untuk bushing  switch  Pemutus  Beban  dan  telah 
memenuhi  persyaratan  yang sesuai dengan   peralatan tersebut. Namun demikian, untuk kabel,
dapat menggunakan yang  telah  disediakan  oleh  peralatan  tersebut  sepanjang masih memenuhi
spesifikasi yang ditentukan.

Konstruksi dan Operasi Load Break Switch dan Sectionaliser diuraikan sebagai berikut.    Load  Break 
Swicth menggunakan puffer  interrupter di dalam sebuah tangki baja anti karat yang dilas penuh
yang diisi dengan gas SF6. Interrupter tersebut diletakkan secara berkelompok dan digerakkan oleh 
mekanisme  pegas.  Ini  dioperasikan  baik  secara  manual  maupun dengan  sebuah  motor  DC 
dalam  kompartemen motor  di  bawah  tangki. Listrik motor berasal dari batere-batere 24V dalam
ruang kontrol. Transformer-transformer arus dipasang di dalam tangki dan dihubungkan ke elemen-
elemen elektronik untuk memberikan indikasi gangguan dan line measurement. Terdapat bushing-
bushing epoksi dengan transformer tegangan kapasitif, ini terhubung ke   elemen-elemen elektronik
untuk memberikan line sensing dan pengukuran. Elemen-elemen elektronik kontrol terletak dalam
ruang kontrol memiliki standar yang sama yang digunakan untuk mengoperasikan swicthgear
intelijen, yang dihubungkan ke swicthgear dengan kabel kontrol yang dimasukkan ke Swicth Cable
Entry Module (SCEM) yang terletak di dalam kompartemen motor.

Saklar Pemisah [PMS]

Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus yang
kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan
penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.

Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan
saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah yang
terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan mencegah
bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika dikerjakan dengan
tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai lampu sebagai tanda “boleh
kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol. Cara lain adalah dengan
menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau kunci rangkap (doublet).
Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem dan
perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan.

Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.

2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada gangguan listrik.

3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

Manuver atau memanipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan


membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya
gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga
listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap
tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin.
Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :

1. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam


keadaan  bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi
normalnya.
2. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam
keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi
normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis
ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di
sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan
jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.

Peralatan tersebut antara lain yaitu :

1. Pemutus Tenaga (PMT)

PMT
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang
berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik
(switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan
tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga
dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan
pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit
Breaker (CB) adalah :

 Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam
waktu yang lama.
 Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
 Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
 Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak
membuka.
 Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
 Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus
pemuatan (Charging Current)
 Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik
atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.

PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel
masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap
rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari
Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah
sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT
dibedakan atas :

- PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)


- PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
- PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)

Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT
dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat
ditest posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun
gangguan).

2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah

Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka
pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan
secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus
dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk
pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat
berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah
penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada
saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu
per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan,
biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau
dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri
dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi
logam sebagai switchnya.
 

Disconecting Switch (DS)

3. Air Break Switch (ABSw)

Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai
pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya
adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa
hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang
berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka /
melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . 

Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang


pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka /
memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang
berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. 

Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan,


mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika
dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan
terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.
 

Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW

Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :


a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami
gangguan.

ABSW terdiri dari :

1. Stang ABSW
2. Cross Arm Besi
3. Isolator Tumpu
4. Pisau Kontak
5. Kawat Pentanahan
6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel

4. Load Break Switch (LBS)

Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung
yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban
nominal. Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan
mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis
pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi
beban.

Load Break Switch ( LBS )

5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )

Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat


gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan
melakukan penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung
penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan
masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik
secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai
pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat
melokalisir daerah yang terganggu

Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu


operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :

 Recloser 1 fasa
 Recloser 3 fasa

Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :

 Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo


tegangan) digunakan di jawa timur
 Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus)
digunakan di jawa tengah

Recloser
enis-jenis Pemisah (Disconnecting Switch) - Berikut ini adalah ulasan materi
mengenai Jenis-jenis Pemisah (Disconnecting Switch) yang akan dibahas di Dunia Elektro

Jenis-jenis Pemisah (Disconnecting Switch)

     Pemisah (PMS) atau disconnecting switch adalah sebuah alat yang dipergunakan untuk
menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan masih tersambung atau sudah bebas dari
tegangan kerja. Dari definisi diatas maka dapat diketahui fungsi dari pemisah (PMS) adalah
sebuah alat yang dapat menyambung atau memutuskan rangkaian dengan arus yang rendah
kurang lebih lima ampere (5A). Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi menjadi dua yaitu :
  A. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan)
  B. Pemisah Peralatan

Sedangkan menurut gerakan dari lengannya pemisah dibagi menjadi lima yaitu:
 1. Pemisah Putar
 2. Pemisah Luncur
 3. Pemisah Siku
 4. Pemisah Engsel
 5. Pemisah Pantograph

1. Pemisah Putar
Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak diam dan dua buah kontak gerak yang dapat
berputar pada sumbunya. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.

Gb. Pemisah Putar


2. Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak diam tetapi hanya terdapat dua buah kontak
gerak yang gerakannya hanya mempunyai besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah ini
biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.

Gb. Pemisah Siku


Gb. Pemisah Siku
3. Pemisah Engsel
Saklar pemisah engsel ini memiliki satukontak diam dan satu engsel yang dapat membuka ke
atas dengan sudut 90 derajat. Saklar pemisah ini gerakannya dari engsel yang biasanya
digunakan untuk tegangan menengah 20 kV – 6 kV. Model saklar pemisah ini biasanya di
letakkan di luar Gardu Induk.

Gb. Pemisah engsel


4. Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya hanya bergerak keatas dan kebawah saja.
Model saklar pemisah ini biasanya berada di dalam kubikel dengan peralatan-peralatan yang
lain dan di letakkan di dalam Gardu Induk.
Gb. Pemisah Luncur
5. Pemisah Pantograph
Saklar pemisah pantograph ini mempunyai kontak diam yang terletak pada rel dan kontak
gerak yang terpasang pada ujung lengan-lengan pantograph. Model saklar pemisah ini
biasanya di letakkan di luar Gardu Induk. Pemisah pantograph biasanya digunakan di
jaringan 500 kV.

Gb. Pemisah Pantograph


Gb. Pemisah Pantograph
PMT DAN PMS

A.PMT
Pengertian CB atau PMT

Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian
listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik
pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah
sebagai berikut:

1.Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.


2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubung
singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung singkat tidak
sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus
tenaga itu sendiri.

Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam rancangan suatu PMT, yaitu:

1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu akan dipasang.
Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini tergantung pada
arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana pemutus daya tersebut terpasang

3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yangBOLEH  berlangsung. hal ini berhubungan dengan
waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.

5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.

7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.

8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.

Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum 1000 meter diatas
permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter, maka
tegangan operasi maksimum dari PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor yang diberikan pada
tabel 1.

Tabel 1. Faktor Koreksi antara Tegangan vs Lokasi

Proses Terjadinya Busur Api

Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga listrik maka pada PMT
akan terjadi busur api, hal tersebut terjadi karena pada saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial
diantara kontak akan menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti ditunjukkan pada
gambar 1.
Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan menghasilkan emisi
thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada
kontak katoda (K). Kedua emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak
menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral media isolasi dikawasan
positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron
bebas yang menuju anoda akan semakin bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang
bergerak menuju katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan
kontak anoda.

Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda. Jika kontak terbuat
dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan
menimbulkan pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika kontak terbuat
dari bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion positif akan menimbulkan emisi medan
tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga
perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung dan inilah yang disebut busur api.

Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan
proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan dari sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih besar bagi proses
rekombinasi.

3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi peluang yang lebih
besar bagi proses rekombinasi.
4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga elektron-elektron bebas
tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.

Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada penambahan
muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Ketika busur api padam, di sela kontak
akan tetap ada terpaan medan elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan medan elektrik yang lebih
besar daripada kekuatan dielektrik media isolasi kontak, maka busur api akan terjadi lagi.

Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi
menjadi empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT vakum
dan sakelar dengan gas SF6.

1. Sakelar PMT Minyak

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada rangkaian
bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam minyak,
sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena
panas yang ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen
yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung
pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas hasil dekomposisi
minyak.
Gambar 1. Pemadaman busur api pada pemutus daya minyak

Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan terhadap minyak, sehingga
minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di leher bilik, minyakini melakukan kontak yang intim
dengan busur api. Hal ini akan menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi
dan menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.

Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus. Kelemahannya adalah minyak
mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok
untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat.

Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker), pada tipe ini minyak
berfungsi sebagai peredam loncatan bunga api listrik selama terjadi pemutusan kontak dan sebagai
isolator antara bagian-bagian yang bertegangan dengan badan, jenis PMT ini juga ada yang
dilengkapi dengan alat pembatas busur api listrik.
2. Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content Circuit Breaker), pada tipe ini
minyak hanya dipergunakn sebagai peredam loncatan bunga api listrik, sedangkan sebagai bahan
isolator dari bagian-bagian yang bertegangan digunakan porselen atau material isolasi dari jenis
organic.

2. Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian
bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT
minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak
menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang
sangat cepat. Saat busur api timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle
pada kontak pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan
tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini juga berfungsi
untuk mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang).
Gambar 2. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus

Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan udara. Pada sakelar PMT
kapasitas kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi untuk kapasitas besar tidak
demikian halnya.

3. Sakelar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker)

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV. Pada PMT
vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik,
maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.

Gambar 3. Kontak pemutus daya vakum.

Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang tinggi
yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak menuju anoda, elektron-
elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi.
Akibatnya, tidak ada penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan
kata lain, busur api dapat dipadamkan.

4. Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian
bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah gas SF6 (Sulphur
hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak
mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan
bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.

Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan
kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu
mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan
tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka.

Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan dan akan panas
kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas
SF6 perlu diadakan pengaturan tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6
pada suhu lingkungan.

Tabel 3. Batas tekanan gas SF6 pada pemutus tenaga, pada suhu 20ºC, tekanan atmosphir 760
mmHg.

Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:

1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini diisi dengan gas SF6
dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2 . selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam
suatu tabung yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi, gas SF6
ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.
2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah tidak diproduksi
lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke gas sistem tekanan
rendah selama pemutusan busur api. Pada sistem gas tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih
12 Kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih 2 kg/cm2. Gas pada
sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi.

B.PMS
 Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan. PMS iniBOLEH  dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.
Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada postingan selanjutnya.
Saklar Pemisah [PMS]

Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus yang
kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan
penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.

Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan
saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah yang
terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan
mencegah bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika
dikerjakan dengan tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai lampu
sebagai tanda BOLEH  kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol. Cara lain
adalah dengan menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau kunci rangkap
(doublet). Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem
dan perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan.

Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.

2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada gangguan listrik.

3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

Dari definisi diatas maka dapatdiketahui fungsi dari pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang dapat
menyambung ataumemutuskan rangkaian dengan arus yangrendah kurang lebih lima ampere
(5A).Sesuai dengan fungsinya pemisahdibagi menjadi dua yaitu :

Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi menjadi dua yaitu :

• Pemisah tanah

Saklar pemisah tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan dari tegangan sisayang timbul
darisebuah jaringan SUTT yang telah diputuskan, dapat juga untuk mengamankan dari tegangan
induksi yang  berasal dari kabel pengahantar atau kabelkabel yang lainnya.
• Pemisah peralatan

Saklar pemisah peralatan ini berfungsi untuk mengisolasikan atau melindungi peralatan listrik dari
peralatan-peralatan lainnya pada suatu instalasi bertegangan tinggi. Saklar pemisah ini harus
dioperasikan saat kondisi tanpa beban. Jadi harus diperhatikan bahwa pada waktu pelepasan sedang
tidak ada arus yang mengalir pada peralatan.

2.1 Prinsip Kerja Pemisah (PMS)

Pada dasarnya prinsip PMS ini sama dengan prinsip saklar biasa. Pada dasarnya PMS dipakai untuk
membebaskan PMT dari tegangan yang mengalir pada PMT tersebut. Agar dapat dilakukan
perawatan atau perbaikan pada PMT tersebut, maka PMS harus dibuka agar pada PMT tersebut
tidak terdapat tegangan dan PMT aman bagi teknisi yang akan melakukan perawatan.

Pada PMS terdapat mekanisme interlocking yang berfungsi untuk mengamankan pembukaan dan
penutupanPMS. Mekanisme interlocking tersebutadalah:

• PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.

• Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat di tutup hanya pada saat PMS dalam keadaan terbuka.

• PMS dapat di tutup ketika PMT dan Saklar pembumian terbuka.

• PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau telah tertutup.

2.2 Jenis-jenis Pemisah

Menurut fungsi penempatan, pemisah dapat dibagi menjadi lima tempat yaitu :

Ø Saklar Pemisah Penghantar

Saklar pemisah ini terpasang pada sisi penghantar.

Ø Saklar Pemisah Rel

Saklar pemisah ini terpasang pada sisi rel atau bus, sehingga rel tersebut terpisah menjadi dua seksi.

Ø Saklar Pemisah Kabel

Saklar pemisah ini terpasang pada sisi kabel.

Ø Saklar Pemisah Seksi

Saklar pemisah ini terpasang pada suatu rel atau bus yang terpisah menjadi dua seksi. Saklar ini
berada didekat jalur bus A dan bus B.

Ø Saklar Pemisah Tanah


Saklar pemisah ini terpasang pada penghantar atau kabel yang menuju atau yang menghubungkan
ke tanah. Sedangkan menurut gerakan dari lengannya pemisah dibagi menjadi lima yaitu:

1. Pemisah Putar

Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak diam dan dua buah kontak gerak yang dapat
berputar pada sumbunya. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.

2. Pemisah Luncur

Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya hanya bergerak keatas dan kebawah saja. Model saklar
pemisah ini biasanya berada di dalam kubikel dengan peralatan-peralatan yang lain dan di letakkan
di dalam Gardu Induk.

3. Pemisah Siku

Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak diam tetapi hanya terdapat dua buah kontak gerak yang
gerakannya hanya mempunyai besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan
di luar Gardu Induk.

4. Pemisah Engsel

Saklar pemisah engsel ini memiliki satu kontak diam dan satu engsel yang dapat membuka ke atas
dengan sudut 90 derajat. Saklar pemisah ini gerakannya dari engsel yang biasanya digunakan untuk
tegangan menengah 20 kV – 6 kV. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar GarduInduk.

5. Pemisah Pantograph

Saklar pemisah pantograph ini mempunyai kontak diam yang terletak pada rel dan kontak gerak yang
terpasang pada ujung lengan-lengan pantograph. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan di
luar Gardu induk. Pemisah pantograph biasanya digunakan di jaringan 500 kV.

2.3 Bagian-bagian dari Pemisah

Dilihat dari segi konstruksinya pemisah dapat dibagi menjadi dua yaitu :

• Tiga isolator pendukung, pendukung tengah berputar, pemisah ganda.

• Dua isolator pendukung, pemisah tunggal.

3.3 Pemeliharaan Pemisah

Pemeliharaan rutin pada pemisah sebagai berikut:

1. Mengecek kondisi fisiknya Peralatan yang di periksa Sebelum Sesudah

1. Pentanahan (Grounding)
a. Kawat pentanahan baik baik

b. Terminal pentanahan baik baik

2. Isolator

a. Kebersihan kotor bersih

b. Retak atau pecah tidak ada tidak ada

3. Pembersihan

a. Pisau-pisau kotor bersih

b. Kontak-kontak kotor bersih

4. Kekencangan Baut

a. Terminal utama kencang kencang

b. Tangkai Penggerak kencang kencang

5. Tangkai Penggerak

a. Keadaan sambungan baik baik

b. Keadaan terkunci ya ya

6.BOX  Mekanik

a. Roda gigi normal normal

b. Motor penggerak normal normal

c. Kontak-kontak bantu kotor bersih

7. Pondasi

a. Keretakan tidak ada tidak ada

b. Kemiringan tidak ada tidak ada

Dari pemeliharaan diatas dapat dilihat bahwa sebelum diadakan pemeliharaan kondisi pemisah pada
kondisi cukup baik karena tidak ada kerusakan yang parah, oleh karena itu pemisah perlu diadakan
pemeriksaan secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai