Anda di halaman 1dari 19

PRIMARY PROCESS

(KILANG PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT V


BALIKPAPAN – KALIMANTAN TIMUR)

NAMA : NURHAYATI
NIM : 43216008
KELAS : 4-D4 Teknologi kimia Industri

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2019
A. Sejarah PT. Pertamina (Persero)

PT. PERTAMINA (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi milik
negara (National Company) yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan
nama PN. PERMINA dan setelah merger atau penggabungan dengan PN.
PERTAMIN di tahun 1968, mengalami perubahan nama menjadi PN.
PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan
perusahaan berubah lagi menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah
PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT. PERTAMINA (Persero) pada
tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.
22 Tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Sampai saat ini PT. PERTAMINA (Persero) tercatat memiliki 6 unit


pengolahan minyak dan gas bumi yang tersebar di wilayah Republik Indonesia
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1. Sebaran dan Kapasitas Refinery Unit di Indonesia

Refinery Unit Kapasitas (MBSD)


*

RU II : Dumai – Sei Pakning (Riau) 170

RU III : Plaju (Sumatra Selatan) 118

RU IV : Cilacap (Jawa Tengah) 348

RU V : Balikpapan (Kalimantan Timur) 260

RU VI : Balongan (Jawa Barat) 125

RU VII : Kasim - Sorong (Irian Jaya) 10

Keterangan :

(*) Kapasitas dalam satuan MBSD (1000 Barrel Stream Day)


1
PT. PERTAMINA (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi milik
negara (National Company) yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan
nama PN. PERMINA dan setelah merger atau penggabungan dengan PN.
PERTAMIN di tahun 1968, mengalami perubahan nama menjadi PN. PERTAMINA.
Dengan bergulirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan perusahaan berubah
lagi menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah
status hukumnya menjadi PT. PERTAMINA (Persero) pada tanggal 17 September
2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2001 pada
tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Sampai saat ini PT. PERTAMINA (Persero) tercatat memiliki 6 unit


pengolahan minyak dan gas bumi yang tersebar di wilayah Republik Indonesia
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1. Sebaran dan Kapasitas Refinery Unit di Indonesia

Refinery Unit Kapasitas (MBSD)


*

RU II : Dumai – Sei Pakning (Riau) 170

RU III : Plaju (Sumatra Selatan) 118

RU IV : Cilacap (Jawa Tengah) 348

RU V : Balikpapan (Kalimantan Timur) 260

RU VI : Balongan (Jawa Barat) 125

RU VII : Kasim - Sorong (Irian Jaya) 10

Keterangan :

(*) Kapasitas dalam satuan MBSD (1000 Barrel Stream Day)


1 Barrel = 158,984 L.
B. Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

Pendirian kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan dilatar belakangi


ditemukannya sumber minyak mentah (crude oil) di daerah Sanga-sanga pada tahun
1897. Dimana sebelumnya juga telah ditemukan sumber-sumber minyak lain di
Tarakan (1899), Samboja (1911), dan Bunyu (1922). Kemudian pada tahun 1922
mulai dibangun kilang di Balikpapan yang kemudian disebut sebagai Kilang
Balikpapan I. Setelah mengalami kerusakan berat karena Perang Dunia II (1940-
1945) perbaikan dan rehabilitasi mulai dilakukan tahun 1948, kemudian secara
berturut-turut dibangun Crude Distilation Unit V (CDU V), Heavy Vacuum Unit II
(HVU II), Wax Plant, serta unit-unit yang termasuk dalam proyek pembangunan
Kilang Balikpapan II yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan Hydrocracking
Complex (HCC). Secara kronologis, perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina
RU V Balikpapan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Lanjutan Tabel 2.2. Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero)


RU V Balikpapan

Waktu Peristiwa

Penemuan beberapa sumber minyak pada beberapa tempat di


1897 - 1922 Kalimantan Timur.

CDU II dibangun oleh perusahaan minyak Bataafsche


1922 Petroleum Maatsppij (BMP)

1946 Rehabilitasi CDU II akibat kerusakan saat Perang Dunia II

HVU I selesai dibangun oleh PT. Shell Indonesia, dengan desain


oleh Mc. Kee. Kapasitas pengolahan HVU I sebesar 12 MBSD
1949

Wax Plant dan CDU I berkapasitas produksi masing—masing 110


ton per hari dan 25 MBSD selesai dibangun. Pembangunan unit-
1950 unit ini sama dengan HVU I.

CDU II berkapasitas 25 MBSD selesai dibangun oleh PT. Shell


1952 Indonesia, dengan desain oleh Alco.
PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan telah beroperasi sejak 1922 dan saat
ini memasok hingga 26% total kebutuhan BBM di seluruh Indonesia. Lokasi PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sangat strategis untuk memasok kebutuhan
BBM di kawasan Indonesia Timur, dan didukung oleh jaringan distribusi yang baik,
mencakup pipa distribusi, kapal tanker, serta moda transportasi darat. Saat ini kilang
Pertamina RU V merupakan kilang terintegrasi yang dapat memproses BBM, NBM,
NBBK, dan Solven. Produk-produk yang dihasilkan Pertamina RU V adalah
Premium, Kerosene, Solar, Avtur, Pertamax, Pertalite, Pertadex, IDO, Marine Gas
Oil 5 (MGO 5), Smooth Fluid 05 (SF-05), Low Aromatic of White Spirit 05 (LAWS-
05), LPG, Net Bottom Fractionator (NBF), LSFO V-1250, Napthta. Produk-produk
Pertamina RU V tidak dijual langsung kepada konsumen di pasar, melainkan melalui
unit bisnis PT. Pertamina (Persero) lainnya, yaitu Marketing Operation Region VI
(MOR VI).

PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sampai saat ini (tahun 2018)


memiliki beberapa prestasi atau sertifikasi yaitu Sertifikat Akreditasi, Sertifkita ISO
9001, Sertifikat ISO 14001, Sertifikat OHSAS 18001, Sertifikat Sistem Manajemen
Pengamanan, Sertifikat SMK3, dan Sertifikat ISO 28000.

C. Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

Kilang minyak PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan terletak di kota


Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi Teluk Balikpapan dengan

luas areal sekitar 2,5 km2. Lokasi kilang Balikpapan yang berdekatan dengan laut
mempermudah transportasi produk dan bahan baku keluar maupun masuk kilang.
Selain itu, sumber air laut sebagai air proses ataupun utilitas dapat dengan mudah
diperoleh. Kilang minyak RU V Balikpapan terdiri dari dua kilang, yaitu kilang
Balikpapan I dengan kapasitas 60 Metric Barrel Stream Day (MBSD) dan Kilang
Balikpapan II dengan kapasitas desain 200 MBSD, sehingga total kapasitas PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan adalah 260 MBSD. Kilang PT. Pertamina
(Persero) RU V Balikpapan adalah kilang yang dikhususkan untuk memenuhi
kebutuhan BBM di Indonesia bagian timur. Namun, pada kasus-kasus tertentu,
produksi BBM dari kilang PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan juga
didistribusikan ke daerah daerah lain yang membutuhkan.
Kilang Balikpapan terdiri dari kilang lama dan kilang baru. Pada daerah kilang lama
terdiri dari:
a. Unit Penyulingan Minyak Kasar 1 (PMK 1)

b. Unit Penyulingan Minyak Kasar II (PMK II)

c. High Vacuum Unit I (HVU I)

d. Dehydration Plant (DHP)

e. Effluent Water Treatment Plant (EWTP)

f. Crude Distillation Unit V (CDU V)

g. High Vacuum Unit III (HVU III)

Mulai Oktober 1997 unit PMK I, PMK II, dan HVU I fungsinya digantikan oleh
CDU V dan HVU III. Sedangkan Kilang Balikpapan II atau kilang baru terdiri
dari:

a. Hydro Skimming Complex (HSC) yang meliputi:

i. Crude Distillation Unit IV, Plant I

ii. Naphta Hydrotreater, Plant 4

iii. Platformer Unit, Plant 5

iv. LPG Recovery, Plant 6

v. Sour Water Stripper, Plant 7

vi. LPG Treater, Plant 9

b. Hydro Cracking Complex (HCC) yang meliputi:

i. High Vacuum Unit (HVU II), Plant 2

ii. UOP HC Unibon Process Unit, Plant 3

iii. Hydrogen Plant, Plant 8

iv. Flare Gas Recovery, Plant 19

v. Hydrogen Recovery, Plant 38

vi. Sour Water Stripper, Plant 17


D. Jenis produk bahan bakar PT. Pertamina (Persero)

1. Kerosene

Kerosene atau kerosin atau yang sering disebut sebagai minyak tanah adalah
fraksi minyak bumi yang keluar dari side stream CDU (Crude Distilation Unit).
Beberapa sifat penting dari kerosin antara lain adalah Smoke Point dan Flash Point.

a. Smoke Point (titik asap)

Tinggi nyala maksimum (dalam mm) yang dapat dihasilkan oleh pembakaran
kerosin tanpa menimbulkan asap hitam. Standar kerosin umumnya memiliki
titik asap minimal 18 mm
b. Flash Point

Flash Point adalah temperatur terendah pada saat minyak membuat uap di
atasnya dan meletup saat diberikan api kecil. Spesifikasi flash point minimum

dari kerosin adalah 35oC. Berikut adalah spesifikasi untuk produk Kerosene.
2. Avtur

Avtur digunakan pada mesin pesawat terbang bermesin turbin. Avtur


mempunyai komposisi yang mirip dengan kerosin. Hanya saja spesifikasinya
lebih ketat karena penggunaanya pada pesawat terbang. Avtur tidak diambil
sebagai produk blending, untuk menjaga kualitas mengacu standar internasional.
Beberapa karakteristik penting dari avtur antara lain:
a. Smoke Point , nilai minimum yang diperbolehkan 20 mm
b. Flash Point, nilai minimum yang diperbolehkan 3 oC
c. Rentang Pendidihan/Distilasi dengan maksimum residu sebesar 1.5% vol
d. Electrical Conductivity, avtur sedapat mungkin tidak termuati oleh listrik
statis. Muatan listrik statis dapat menyebabkan terjadinya ledakan ketika
proses pengisian bahan bakar melewati filter mikron. Batas minimal Electrical
Conductivity adalah 50 CU (Conductifity Unit) dan batas maksimum 300 CU.
e. Thermal Stability, pada avtur diperlukan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya pengendapan pada tangki dan pipa-pipa bahan bakar. Thermal
stability yang diizinkan untuk avtur adalah maksimum 25 mmHg dengan
metode Filter pressure (differential).
3. Minyak Diesel/Solar

Salah satu sifat penting dari minyak diesel/solar yang menunjukkan performa
mesin diesel ketika menggunakan minyak diesel adalah Cetane Number. Dalam
mesin diesel, peletupan terjadi karena penyalaan mandiri minyak diesel panas yang
disemprotkan ke dalam silinder berisi udara panas bertekanan. Oleh karena itu,
minyak diesel diharapkan memiliki kecenderungan yang cukup kuat untuk menyala
sendiri. Tolak ukur kualitas ini adalah bilangan setana. Suatu minyak diesel
dikatakan memiliki bilangan setana S (0<S<100), jika unjuk kerja minyak tersebut
setara dengan unjuk kerja campuran S% volume nsetana (n- heksadekana = n-
C16H34) dengan (100-S)% volume -metil naphtalena. Nsetana berunjuk kerja
sangat baik dalam mesin diesel, karena langsung terbakar segera setelah
disemprotkan ke dalam silinder. Sedangkan, metil naphtalena berunjuk kerja
sangat buruk dalam mesin diesel.
Minyak diesel untuk kendaraan bermotor yang biasanya disebut solar, memiliki
bilangan setana minimal 50. Sedangkan minyak diesel untuk kereta api umumnya
berbilangan setana lebih rendah (40-45). Minyak Diesel ini terbagi menjadi 2 yaitu
Automotive Diesel Oil (ADO) dan Industrial Diesel Oil (IDO). IDO digunakan
untuk industri terutama yang mempunyai mesin diesel, sedangkan ADO
merupakan bahan bakar kendaran bermotor bermesin diesel. Di kilang Pertamina
RU V Balikpapan sendiri juga memproduksi bahan bakar Automotive Diesel Oil
(ADO) lain berupa Pertamina Dex, Dexlite, dan produk lainnya.
4. Minyak Pelumas (Lubricating oil)

Minyak pelumas berasal dari fraksi minyak bumi yang mempunyai titik didih
tinggi dengan viscosity index yang tinggi. Minyak pelumas dibuat untuk berbagai
macam aplikasi. Minyak pelumas dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu motor oil
(untuk mesin diesel dan pesawat terbang), industrial oil (bearing, motor listrik,
turbin, mill, dan gear), serta metal working oil (pendingin peralatan dan metal
dalam mesin).

5. Petroleum Waxes (Demolished karena Proyek RDMP)

Produksi jenis lilin di PT. Pertamina pada awalnya memiliki banyak jenis
yaitu HSR, YBW, HHP, MW, FRW-145. Lilin pernah dihasilkan di kilang
Balikpapan sebagai produk samping yang cukup tinggi margin keuntungannya.
Tapi saat ini, PT Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sudah tidak memproduksi
lilin lagi. Wax plant sudah mengalami demolishing karena proyek pengembangan
kilang, yaitu Refinery Development Masterplan Program (RDMP). Sebagai
gantinya, POD umpan Wax Plant saat ini dicampurkan dengan HVGO dan
dialirkan ke Hydrocracking Complex (HCC) Unibon.
6. LSWR (Lower Sulphur Waxy Residue)

LSWR adalah sebutan lain untuk vacuum residue dan terdiri dari 63% short
residue, 25-35% ADO, dan 2% kerosene. LSWR dihasilkan dari unit HVU dengan
umpan berupa short residue. Sebagian LSWR diekspor ke Jepang dan sebagian lagi
dikirim ke RU VI Balongan dan RU IV Cilacap untuk pemrosesan lanjut. LSWR
akan diproses dalam unit Residue Catalytic Cracking (RCC) di RU VI Balongan
dan unit RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di RU IV Cilacap.

7. LAWS (Low Aromatic White Spirits)

LAWS merupakan fraksi ringan dari kerosin. LAWS termasuk solven white
spirit jernih dengan senyawa aromatik yang relatif rendah. LAWS dijual dan bisa
digunakan sebagai pelarut cat dan petrokimia.
8. Smooth Fluid (SF-05) dan Marine Gas Oil (MGO)-05

SF-05 digunakan sebagai oil based mud dalam proses pengeboran minyak
bumi. SF-05 merupakan campuran dari heavy kerosene dengan Diesel. Adapun
MGO-05 adalah kependekan dari Marine Gas Oil dan angka 05 menunjukkan
asal produk tersebut berasal, yaitu Refinery Pertamina Unit 5. MGO-05 umum
digunakan sebagai bahan bakar kapal. Sedikit berbeda dengan ADO dan IDO,
MGO-05 harus memenuhi beberapa spesifikasi standar seperti titik bekunya harus
lebih rendah karena bisa mengakibatkan penyumbatan di mesin kapal jika kapal
tersebut berlayar ke perairan yang bersuhu sangat rendah.

9. Uncovered Oil (UCO)

Unconverted oil merupakan produk samping dari kilang yang tidak bisa lagi
diolah di dalam kilang menjadi produk-produk lain. Adapun UCO ini berasal dari
Night Bottom Feed (NBF) unit Hydrocracking Unibon. Karena tidak bisa lagi
diolah di dalam kilang Pertamina RU V Balikpapan, maka UCO akan dikirim ke
anak usaha PT Pertamina (Persero) lain yaitu PT Patra SK yang berlokasi di Dumai,
Riau, untuk diolah lanjutan.
10. Low Sulphur Fuel Oil (LSFO)

LSFO adalah fuel oil berjenis minyak berat yang mengandung residu, dan
digunakan untuk minyak bakar di dunia maritim dan mesin diesel dengan
kecepatan putar di bawah 300rpm. LSFO umum digunakan untuk pembakaran
langsung di furnace dari industri besar, pembangkit listrik, dan industri lain yang
memperhatikan masalah keekonomisan produksi. Fuel Oil sendiri terdiri dari dua
varian, yaitu 180cSt dan 380 cSt.

11. Naptha

Naphta yang diproduksi Pertamina RU V Balikpapan selain dijadikan


bahan blending bensin juga digunakan sebagai bahan baku oleh perusahaan lain
seperti British Petroleum dan Sietco.
12. Bahan Bakar Industri (IFO)

IFO atau Industrial Fuel Oil digunakan sebagai bahan bakar boiler ataupun
heater dari pabrik . IFO sendiri digunakan untuk membangkitkan furnace di
kilang Pertamina
E. Proses Produksi

Proses produksi di Pertamina RU V secara garis besar termasuk ke dalam


kegiatan eksploitasi, dimana di sini terjadi proses pengolahan raw material
berupa minyak mentah (crude) menjadi produk jadi yaitu Premium, Pertamax,
Kerosin, Solar, Pertadex, Avtur, LPG, IDO/IFO, LSWR V-1250, MGO, Smooth
Fluid, LAWS dan WAX.

Proses produksi di Pertamina RU V secara garis besar termasuk ke dalam


kegiatan eksploitasi, dimana di sini terjadi proses pengolahan raw material berupa
minyak mentah (crude) menjadi produk jadi yaitu Premium, Pertamax, Kerosin,
Solar, Pertadex, Avtur, LPG, IDO/IFO, LSWR V-1250, MGO, Smooth Fluid, LAWS
dan Wax Unit Distillation and Hydro Treating Complex(DHC).

Pada awalnya, minyak mentah yang berasal dari tempat pengeboran tengah laut
diangkut oleh kapal-kapal tanker untuk disimpan sementara di Terminal LaweLawe
dan Terminal Balikpapan. Minyak tersebut akan di-blending menjadi mixed crude
oilyang kemudian disalurkan ke PT PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan
melalui pipa-pipa di bawah laut sepanjang 17 km.
Minyak mentah yang disalurkan ke PT PERTAMINA (Persero) RU V
Balikpapan akan melalui dua proses utama, yaitu primary process di mana mixed
crude oil akan diubah menjadi berbagai macam jenis minyak, mulai dari Liquified
Petroleum Gas (LPG), Light Naphta, Heavy Naphta, Kerosene, Light Gas Oil (LGO),
Heavy Gas Oil (HGO) dan Long Residue (yang merupakan minyak dengan titik didih
tertinggi) yang akan diproses lebih lanjut di secondary process menjadi produk-
produk yang sama dengan primary process ditambah Solar, Premium dan Wax.
Spesifikasi Produk Kilang Balikpapan menghasilkan beberapa macam produk yang
digolongkan ke dalam produk BBM, BBK, HMOC dan non BBM. Produk BBM
meliputi Solar, Premium, Kerosene dan Diesel. Produk non BBM meliputi LPG,
Ready Wax, Fully Refined Wax (FRW). Produk BBK meliputi Avtur dan Pertamax,
sedangkan HMOC meliputi Naphta, LSWR dan RFO.

Jenis proses pada kilang PT PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan, yaitu:

1. Primary Process

Proses pengolahan utama (primary processing) ini pada umumnya merupakan


proses pemisahan fraksi-fraksi dan treating berdasarkan perbedaan fisis. Proses
pengolahan pertama yang utama adalah sebagai berikut:

a. Distilasi Atmosferik
Distilasi atmosferik merupakan tahap pemisahan yang sangar penting. Operasi
pemisahan ini didasarkan pada volatilitas dan perbedaan titik didih
komponenkomponen penyusun minyak bumi. Tekanan operasi proses ini adalah
tekanan atmosferik sehingga perbedaan titik didih yang digunakan adalah pada
kondisi atmosferik pula. Temperatur yang digunakan adalah antara 340-350oC.
Fraksi minyak yang memiliki titik didih di atas 350oC keluar sebagai produk bawah
sedangkan fraksi yang memiliki titik didih di bawah suhu tersebut akan keluar sebagai
produk atas menurut fraksinya masing-masing.
Produk-produk yang dihasilkan oleh suatu unit distilasi atmosferik pada proses
kilang minyak bumi adalah sebagai berikut:

1. LPG

2. Light Naphta

3. Heavy Naphta
4. Kerosene

5. Gas Oil

Long Residue, yang dapat dipisahkan lebih lanjut pada Unit Distilasi Vakum
menjadi fraksi yang lebih memiliki nilai.

Diagram proses pada Destilasi Atmosferik

Pada diagram alir diatas crude oil pada tangki penyimpanan dialirkan dengan
menggunakan pompa ke unit penukar panas E-1 sampai E-7 sehingga temperaturnya
mencapai 210oC dan ke tungku pemanas, heater H-1 untuk memanaskannya sampai
dengan temperature 330oC. Kemudian umpan masuk ke kolom distilasi (T-1) untuk
memisahkan crude oil tersebut berdasarkan fraksi-fraksi titik didihnya. Proses
pemisahan ini dilakukan pada tekanan atmosferik. Produk atas menghasilkan fraksi
minyak teringan berupa gas dan naphtha dan dialirkanmelewati penukar panas E-8
lalu masuk ke tangki akumulator D-2, D-5 dan D-3 untuk memisahkan gas-gas yang
ringan dengan naphtha. Gas-gas tersebut dibuang ke flare sedangkan fasa cairnya
sebagian dikembalikan ke kolom distilasi dansebagian lagi diambil sebagai
produknaphtha (Straight Run Naphtha). Dari tray 32, dengan menggunakan pompa
ditarik side stream yang disebut TPA (Top Pump Around) yang setelah melalui
penukar panas E-1 dan didinginkan dengan menggunakan pendingin air laut dalam E-
10 dan dikembalikan ke puncak menara. Produk samping dari kolom distilasi tersebut
dimasukkan ke kolom stripper, T-2. Fraksi kerosene diambil dari tray 24 dan mengalir
ke stripper T-2A secara gravitasi. LGO (Light Gas Oil) diambil dari tray 12 dan
mengalir ke stripper T-2B secara gravitasi untuk dihilangkan fraksi ringannya.
Sedangkan HGO (Heavy Gas Oil) mengalir ke stripper T-2C. Di kolom ini, fraksi-
fraksi tersebut distripping dengan steam untuk mengambil fraksi-fraksi ringannya
sehingga diperoleh kerosin, LGO, dan HGO. Sebagian dari setiap aliran samping ini
dikembalikan ke kolom distilasi sebagai refluks dan sebagian lagi diambil sebagai
produk untuk komponen blending (pencampuran). Produk bawah (bottom product)
berupa long residu (LSWR) sebanyak 56% yang diumpankan ke dalam Heavy
Vacuum Unit (HVU -110 ).

Anda mungkin juga menyukai