Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Singkat PERTAMINA


PT PERTAMINA (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang eksplorasi, pengolahan dan pemasaran hasil tambang
minyak dan gas bumi di Indonesia. Pada 1950-an, ketika penyelenggaraan negara
mulai berjalan normal seusai perang mempertahankan kemerdekaan, Pemerintah
Republik Indonesia mulai menginventarisasi sumber-sumber pendapatan negara,
di antaranya dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang
minyak peninggalan Belanda terlihat tidak terkendali dan penuh dengan sengketa,
banyak perusahaan-perusahaan kecil saling berebut untuk menguasai ladang-
ladang tersebut. Pada tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN
PERMINA sebagai tindak lanjut dari kebijakan Pemerintah, bahwa pihak yang
berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah negara.
Melalui satu Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden pada 20
Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung dengan
PN PERTAMIN yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga,
modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan
tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional
(Pertamina). Untuk memperkokoh perusahaan ini, Pemerintah menerbitkan
Undang-Undang No. 8 tahun 1971, yang mengatur peran Pertamina sebagai satu-
satunya perusahaan milik negara dengan tugas melaksanakan pengusahaan migas
yaitu mengelola dan menghasilkan migas dari ladang-ladang minyak di seluruh
wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta
melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas di seluruh Indonesia.
Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri
minyak dan gas nasional maupun global, Pemerintah menerapkan Undang-
Undang No. 22/2001. Paska penerapan tersebut, Pertamina memiliki kedudukan
yang sama dengan perusahaan minyak lainnya. Penyelenggaraan kegiatan bisnis
PSO tersebut akan diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang wajar,

6 Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


7

sehat, dan transparan dengan penetapan harga sesuai yang berlaku di pasar. Pada
17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero)
berdasarkan PP No. 31/2003. Undang-Undang tersebut antara lain juga
mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha migas di sisi hilir dan hulu.
PT PERTAMINA (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan minyak
nasional yang berwenang mengolah semua bentuk kegiatan di bidang Industri dan
Perminyakan di Indonesia dengan tugas utama yaitu menyediakan dan menjamin
pemenuhan BBM (Bahan Bakar Minyak), sebagai sumber devisa Negara,
meyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan
pengetahuan. Hingga saat ini PT.PERTAMINA (Persero) memiliki 7 Refinery
Unit (RU) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Tabel 2.1. Refinery Unit PT Pertamina (Persero) di seluruh Indonesia


Refinery Unit Lokasi Kapasitas (*)
I Pangkalan Brandan (Sumatera 5
Utara)**
II Dumai (Riau) 170
III Plaju-Sei Gerong (Sumatera Selatan) 130
IV Cilacap (Jawa tengah) 348
V Balikpapan (Kalimantan Timur) 260

VI Balongan (Jawa Barat) 125


VII Kasim (Irian Jaya) 10
** Tidak beroperasi (Sumber: Pertamina, 2010)

Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang


pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dengan kualitas yang memenuhi
spesifikasi, suplai yang berkesinambungan, terjamin, dan ekonomis. Pemenuhan
kebutuhan BBM merupakan tugas yang cukup berat karena peningkatan kapasitas
pengolahan minyak yang dimiliki PERTAMINA tidak berjalan seiring dengan
lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat. Kendala yang dihadapi
dalam meningkatkan kapasitas pengolahan minyak dalam negeri adalah konsumsi
minyak yang meningkat sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini sebagai
dampak pesatnya kegiatan pembangunan. Di samping itu, kilang-kilang minyak

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


8

yang dioperasikan menggunakan teknologi yang cukup tertinggal dan tidak


efisien. Oleh karena itu, dalam pembangunan kilang-kilang baru dan memperluas
kilang-kilang lama diterapkan teknologi baru yang berwawasan lingkungan.
Dalam mengoperasikan kilang-kilang dalam negeri, tiga kebijakan utama selalu
mendasari langkah PERTAMINA, yaitu kepastian dalam pengadaan,
pertimbangan ekomomi, pengadaan, dan keluwesan pengadaan.
2.1.1. Visi dan Misi Pertamina
1) Visi
Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. Misi: Menjalankan
usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi,
berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
2) Misi
Menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati serta kegiatan
pengembangan, eksplorasi, produksi serta niaga energi baru dan terbarukan (new
and renewable energy) secara terintegrasi.
2.1.2. Logo Pertamina
Pada 10 Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi
persaingan bisnis, PT Pertamina mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi
anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut
menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang
diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan. Adapun pertimbangan penggantian
logo yaitu untuk dapat membangun semangat/spirit baru, mendorong perubahan
Corporate Culture bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik
diantara perusahaan minyak dan gas global serta mendorong daya saing
perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Logo dari PT
PERTAMINA (Persero) memiliki makna adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Logo Baru PT PERTAMINA (Persero)


(Sumber: PT. Pertamina, 2010)

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


9

1) Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan


presentasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang
bergerak maju dan progresif.
2) Warna-warna yang berani menunjukan langkah besar PERTAMINA dan
aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis,
dimana warna biru yang melambangkan handal, dapat di percaya dan
dapat dipertanggungjawabkan, warna hijau yang melambangkan sumber
daya energi yang berwawasan lingkungan, dan warna merah:
Melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.
3) Tulisan PERTAMINA dengan pilihan jenis huruf yang mencerminkan
kejelasan dan transparansi serta keberanian dan kesungguhan dalam
bertindak sebagai wujud positioning PERTAMINA baru.

2.2. Sejarah PERTAMINA RU-III


Pertamina Refinery Unit III merupakan salah satu dari 6 (enam) Refinery
Unit Pertamina dengan kegiatan bisnis utamanya adalah mengolah minyak mentah
(crude oil) dan intermediate product (Alkylfeed, HSDC, slop oil, LOMC, Long
residue, Raw PP) menjadi produk jadi, diantaranya BBM (Premium, Kerosene,
Solar & Fuel Oil), NBBM (LPG, Musicool, HAP, LAWS, SBPX, LSWR), BBK
(Avtur, Pertalite, Pertamax, Pertamax Racing) dan produk lainnya seperti LSFO
dan Polypropylene (Polytam). Unit operasi RU III beserta kapasitasnya dapat
digambarkan sebagai berikut :
Sejarah perkembangan kilang RU III Plaju secara umum dimulai dengan
ditemukannnya sumur minyak bumi di telaga tunggal pada tahun 1985 oleh
A.O.Zijkler, dimana kemudian sumur tersebut dikenal dengan nama Telaga Said
yang merupakan awal produksi minyak bumi. Keberhasilan penemuan minyak di
Telaga Said tersebut dan beberapa daerah di Indonesia mendorong pembangunan
kilang pada saat itu termasuk Kilang Plaju. Perusahaan NKPM berganti nama
menjadi SVPM dan pada tahun 1959 berganti nama menjadi PT Stanvac
Indonesia. Kilang yang didirikan oleh NKPM beserta kilang BPM Shell yang
didirikan di Plaju oleh Belanda merupakan cikal bakal kilang PERTAMINA RU-

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


10

III. Rentetan peristiwa perkembangan pembangunan Kilang di lokasi Refinery


Unit (RU) III meliputi masa-masa yang dapat dilihat pada tabel 2.2 :

Tabel 2.2. Perkembangan Kilang Musi


Tahun Sejarah
1903 Pembangunan kilang minyak di Plaju oleh Shell (Belanda).
1926 Kilang Sungai Gerong di bangun oleh STANVAC (AS).
1965 Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 110 MBSD di beli oleh
Negara/Pertamina.
1970 Kilang Sungai Gerong/STANVAC dibeli oleh Negara/Pertamina.
1972 Pembangunan Asphalt Blowing Plant berkapasitas 45.000
ton/tahun.
1973 Pendirian kilang Polypropylene untuk mengolah gas propylene
menjadi biji plastik (polytam pellet), dengan kapasitas produksi
20.000 ton/tahun.
1973 Integritas operasi kilang Plaju-Sungai Gerong.
1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi
(PKM I) yang berkapasitas 98 MBSD.
1982 Pembangunan High Vacuum Unit (HVU) Sungai Gerong
berkapasitas 54 MBSD dan dan dilaksanakan Revamping CDU
(konversi energi) beberapa unit proses CD II, III, dan IV yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi Kilang Musi.
1984 Proyek pembangunan kilang TA / PTA dengan kapasitas produksi
150.000 ton/tahun yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
serat polyester di dalam negeri.
1985 Pembangunan Asphalt Drum Filling di Plaju dengan kapasitas
produksi 75.000 ton/tahun.
1985 Pembangunan Vacuum Distillation Unit (VDU) di Sungai Gerong
dengan kapasitas produksi 48.000 barel per hari.
1986 Kilang PTA mulai beroperasi dengan kapasitas 150.000
ton/tahun.
1987 Proyek pengembangan konservasi energy/Energi Conservation

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


11

Industri (ECI).
1990 Diadakannya proyek Debottlenecking kapasitas kilang PTA
menjadi 225.000 ton/tahun
1994 Pembangunan Proyek Kilang Musi II yaitu pembangunan unit
polypropylene baru dengan kapasitas 45.200 ton/tahun,
revamping RFCCU Sungai Gerong dari 15 MBSD menjadi 20,5
MBSD dan unit alkilasi, redesign silicon RFCCU Sungai Gerong,
modifikasi unit Redistilling I/II Plaju, pemasangan Gas Turbine
Generator Complex (GTGC) dan perubahan frekuensi listrik dari
60 Hz ke 50 Hz, dan pembangunan Water Treatment Unit (WTU)
dan Sulphuric Acid Recovery Unit (SAU).
2003 Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi. Jembatan
Integrasi Kilang Musi yang menghubungkan kilang Plaju dengan
Sungai Gerong diresmikan.
(Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. 1999)
2.2.1. Visi Misi Pertamina RU-III
1) Visi
Perusahaan yaitu Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia Nasional yang
Kompetitif di Asia Pasifik pada Tahun 2025.
2) Misi
a) Pengoperasian Kilang Secara Aman, Handal, Efisien, Berkualitas dan
Ramah Lingkungan dengan Menggunakan Teknologi Terkini.
b) Peningkatan Profitabilitas melalui Fleksibilitas dan Optimasi Operasi
Pengolahan serta Memaksimalkan Valuable Product.
c) Pengelolaan Kilang Secara Profesional Berstandar Internasional,
Memenuhi Aspek GCG dan Memberikan Nilai Tambah bagi
Stakeholde.

2.3. Struktur Organisasi PERTAMINA RU-III


Sistem organisasi PT. PPERTAMINA (Persero) RU-III Plaju-Sungai
Gerong berdasarkan surat keputusan Direksi Pertamina No. Kpts 007/C0000/99-
SO tanggal 13 Januari 1999. PT. PERTAMINA (Persero) RU-III Plaju dipimpin

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


12

oleh seorang General Manager (GM) yang bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Pengolahan Pertamina di Jakarta. General Manager PT. PERTAMINA
(Persero) RU-III Plaju membawahi beberapa manager.
1) Production Manager
2) Refinery Planning & Optimization Manager
3) Maintenance Planning & Support Manager
4) Maintenance Execution Manager
5) Engineering & Development Manager
6) Reliability Manager
7) Procurement Manager
8) HSE Manager
9) Coordinator OPI
10) General Affairs Manager
11) Turn Around Manager

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. PERTAMINA RU-III Plaju


(Sumber: Pertamina, 2010)

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


13

Pada gambar 2.2 diatas dapat dilihat struktur organisasi PT. Pertamina
(Persero). Masing–masing Manager membawahi lagi beberapa bagian yang
masing–masing dipimpin oleh Head Section/kepala bagian (KaBag), yang
membawahi kepala jaga. Unit–unit yang tergabung dalam Unit Produksi adalah
CD&GP, CD&L, utilitas, dan ITP (Instalasi tangki dan pengapalan). CD&GP dan
CD&L berfungsi untuk mengolah minyak mentah menjadi produk–produk BBM.
Adapun bidang-bidang yang ada di PT. PERTAMINA RU III :
1) Engineering and Development
Bidang ini bertugas untuk melakukan pengembangan kilang demi
menghasilkan produk dengan bernilai jual dengan modifikasi pada proses.
2) Reliability
Bidang ini bertugas untuk melihat kehandalan instrument kilang, sebelum
direncanakan untuk maintenance dan setelah maintenance.
3) Refinery Planning and Optimization
Bidang ini bertugas merencanakan pengolahan untuk mencari groos-
margin sebesar-besarnya, menyiapkan atau menyajikan perspektif
keekonomian kilang.
4) Production
Bidang ini bertugas menyelenggarakan (operator) pengolahan minyak
mentah (crude) menjadi produk BBM.
5) Maintenance Planning and Support
Bidang ini bertugas untuk menjaga peralatan kilang yang tersedia dalam
jangka waktu tertentu agar proses pengolahan berjalan dengan lancar dan
target pengolahan dapat tercapai dengan cara memperbaiki secepat
mungkin peralatan operasi.
6) General Affairs and Legal
Bidang ini untuk pengamanan aset-aset yang dimiliki oleh kilang,
perijinan, pengkajian Undang-Undang, serta menganalisa peraturan.
7) Health, Safety, and Environmental
PERTAMINA RU III melindungi keselamatan, kesehatan, dan lingkungan
kerja karyawan-karyawannya melaui unit HSE, serta berfungsi sebagai
pengelola lingkungan hidup.

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


14

8) Procurement
Keutamaan dari bidang Procurement adalah inventory controlling
(pengendalian persediaan), purchasing (pengendalian material), contract
officer (kontrak jasa), dan service and warehousing.
9) Turn Arround
Turn Arround adalah kegiatan pemeliharaan berskala besar (extraordinary
maintenance activities) yang dilakukan secara berkala (3-4 tahun) yang
hanya dapat dilaksanakan pada saat unit dalam keadaan berhenti operasi.
10) OPI (Operatioanl Performance Improvement)
OPI dapat diadakan untuk memberi pelatihan guna meningkatkan
performance pekerja serta untuk merubah budaya kerja yang tidak baik,
dan menjaga sustainability dari improvement yang sudah terlaksana.
11) Maintenance Execution
Maintenace execution berperan melaksanakan program pemeliharaan yang
telah direncanakan oleh MPS, Reliability, dan Turn/Arround serta
mengeksekusi maintenance harian.

2.4. Process Engineering


Process Engineering (PE) berada dibawah pengawasan manager
Engineering dan Pengembangan. Process Engineering terdapat dua spesialis,
Spesialis Energi dan Spesialis Proses Kontrol, serta dibagi menjadi lima seksi:
1) Seksi Pengembangan
2) Seksi Proses Kontrol
3) Seksi Proses Environmental dan Safety
4) Seksi Kontak Engineer
Adapun tugas Process Engineering (PE) di PT Pertamina (Persero) RU III adalah
sebagai berikut:
1) Melakukan studi-studi untuk pengembangan kilang RU III.
2) Melakukan sourcing bahan-bahan kimia dan katalis-katalis baru.
3) Bekerja sama dengan bagian operasi dalam menyelesaikan masalah teknis.
Masalah teknis yang biasa diselesaikan bukan yang bersifat harian
melainkan masalah harian yang bersifat kontinu.

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


15

4) Memberikan saran kepada bagian operasi untuk melakukan perbaikan atau


perubahan agar dapat mencapai kondisi proses yang optimum.
5) Melakukan modifikasi pada proses sehingga dihasilkan kondisi operasi
yang lebih efisien dan ekonomis.
Struktur organisasi di Process Engineering (PE) dapat dilihat pada bagan berikut:

MANAGER, EGINEERING &


DEVELOPMENT

SECTION HEAD

PROCESS ENGINEERING

SENIOR SENIOR SUPERVISOR SENIOR SUPERVISOR EXPERT


SUPERVISOR SECONDARY ENVIRONMENT
PROCESS PROCESS CONTROL
PRIMARY PROCESS

PROCESS PROCESS ENGINEER ENGINEERING EXPERT


ENGINEER PROCESS
POLYPROPYLENE
SAFETY
CDU CONTROL&LMI3 DC3

PROCESS PROCESS ENGINEER EXPERT


ENGINEER
CDU, OFFSITE,
FCC
GAS PLANT UTL

PROCESS PROCESS ENGINEER EXPERT


ENGINEER
OFFSITE & UTILITIES FCC, GAS
PRODUCT PLANT, PP
DISTRIBUTION

ASSISTANT
ENGINEERING
JUNIOR ENGINEER JUNIOR ENGINEER
DATA &
PRIMARY PROCESS SECONDARY LIBRARY
PROCESS

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Proses Engineering (PE)


(Sumber: Pertamina, 2010)

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


16

2.5. Lokasi dan Tata Letak Pabrik


PT. PERTAMINA RU III Plaju dan Sungai Gerong berlokasi di
Palembang, Sumsel. Dilingkungan RU III Plaju-Sungai Gerong selain terdapat
kilang-kilang proses beserta sarana penunjangnya, juga terdapat sarana
perkantoran, perumahan, rumah sakit, sarana ibadah (masjid dan gereja), sarana
olahraga, sarana pendidikan, serta penunjang lainnya. PERTAMINA RU III
memiliki 2 buah kilang, yaitu:
1) Kilang minyak Plaju, yang berbatasan dengan Sungai Musi di sebelah
selatan dan Sungai Komering di sebelah barat
2) Kilang minyak Sungai Gerong, yang terletak di persimpangan Sungai
Musi dan Sungai Komering.
Kilang RU-Ill Plaju Sungai Gerong mempunyai 2 unit produksi yaitu :
1) Unit Produksi I
(Kilang BBM Petroleum) yang mengolah minyak mentah. Kilang
BBM/Petroleum terdiri dan primary process dan secondary process.
2) Unit Produksi II
(Kilang Petrokimia) Kilang petrokimia yang terdiri dan kilang
Polypropylene.
Total luas wilayah PT PERTAMINA seluas 921,02 Ha yang terletak pada 7
tempat lokasi meliputi area pekantoran yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2.3. Luas Wilayah PT. PERTAMINA RU-III
No Tempat Luas (Ha)
1 Area perkantoran dan kilang Plaju 229.6
2 Area kilang Sungai Gerong 153.9
3 Pusdiklat fire and safety 34.95
4 RDP dan Lap. Golf Bagus Kuning 51.4
5 RDP Kenten 21.2
6 Lap. Golf Kenten 80.6
7 RDP Plaju, Sungai Gerong dan 3 Ilir 343.97
Total 921.02
(Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV.1999)

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


17

Sebagian besar unit pemroses berada di Kilang Plaju. Unit ini


dikelompokkan menjadi tiga wilayah yaitu kilang utara: CD II, CD III, CD IV,
kilang tengah: CD V, Stabilizer C/A/B, RedistI/II, SRMGC, kilang selatan:
BBMGC, BB Distiller, BB Treater, Unit Polimerisasi, Unit Alkilasi, Gas Plant.
Unit pemroses di Sungai Gerong adalah Crude Distiller & Light End. Unit ini
terdiri dari CD VI, Redistiller III/IV, Vacuum Distillation Unit II, RFCCU.

2.6. Bahan Baku dan Bahan Penunjang


2.6.1. Bahan Baku
1) Bahan Baku Produksi
Bahan baku untuk PT PERTAMINA RU III berupa minyak mentah
diperoleh dari wilayah Sumatera dan riau, yang didistribusikan melalui pipa dan
kapal. Adapun perbandingannya adalah  70% minyak mentah melalui pipa dari
lapangan dan  30% minyak mentah melalui kapal tanker. Jalur Penyaluran
minyak mentah tersebut adalah :
a) Minyak mentah yang dikirim melalui sistem perpipaan adalah : South
Palembang District (SPD) dari DOH Prabumulih, Talang Akar
Pendopo Oil (TAP) dari DOH Prabumulih, Jambi Asphalitic Oil
(Paraffinic Oil), Jene, dan Ramba Crude Oil (RCO) dari DOH Jambi.
b) Minyak mentah yang dikirim menggunakan kapal tanker adalah :
Geragai Crude Oil (GCO) dari Santa Fe, Jambi, Kaji Semoga Crude
Oil (KSCO), Sepanjang Crude Oil (SPO), Sumatera Light Crude
(SLC), dan Duri Crude Oil (DCO) dari Riau.
Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut akan ditampung
di dalam tangki penampungan. Minyak mentah seringkali masih mengandung
kadar air yang cukup tinggi, baik dalam bentuk emulsi maupun air bebas. Adanya
kandungan air dapat menyebabkan gangguan dalam unit pengolahan sehingga
sebelum dialirkan ke dalam unit Distiller (CD), minyak mentah harus dipisahkan
dari air terlebih dahulu. Setelah memiliki kandungan air yang sesuai spesifikasi,
minyak mentah tersebut diumpankan ke Unit Crude Distiller dan Redistiller yang
berbeda sesuai dengan komposisi dan sifat minyak tersebut. Minyak tersebut akan
dijadikan umpan pada Primary Process Unit dan Secondary Process Unit.

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


18

2) Bahan Baku Produk Non BBM


Kilang di PT. PERTAMINA RU III selain mengolah minyak mentah juga
mengolah produk intermediate yang berupa :
a) Komponen mogas beroktan tinggi (HOMC) untuk blending motor
gasoline dari cilacap dan dumai
b) Raw propan-propylene dari unit RFCCU untuk bahan baku produksi
Polypropylene.
c) Bahan baku naften dari cilacap
2.6.2. Bahan Penunjang
Selain bahan baku utama, diperlukan bahan penunjang untuk
memproduksi produk yang akan dipasarkan. Bahan-bahan penunjang ini berfungsi
untuk mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi suatu produk. Tabel di
bawah ini mencantumkan jenis bahan penunjang yang digunakan PERTAMINA
RU III beserta fungsi lebih detail dari bahan-bahan penunjang tersebut.
Tabel 2.4. Bahan Penunjang
Bahan Unit Fungsi
H2SO4 Alkilasi Katalis untuk proses
NaOH BB treating dan caustic Treating untuk penghilangan
treating senyawa belerang
Silika Alumina RFFCU Katalis cracking
Titanium Catalyst Polypropylene Katalis
CMMS Polypropylene Katalis adjurvant
DEA Polypropylene Purifikasi pada raw PP
Hexane Polypropylene Pelarut katalis ekstraktor
Tri Ethyl Amunumium Ko-katalis
AE-Stab, AH-Stab, Stabilizer additive
AI-Stab, SB-Stab,
Gas N2 Off gas, carrier gas
Fuel Oil, Fuel Gas Bahan bakar untuk
pembakaran di furnace unit
(sumber: Pertamina, 2010)

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


19

2.7. Deskripsi Proses PT. PERTAMINA RU III


2.7.1. Primary Processing
Tujuan utamanya adalah memisahkan minyak mentah menjadi fraksi
produk bahan bakar minyak. PT PERTAMINA RU III memiliki 6 Crude Distiller
yaitu Crude Distiller (CD) II, III, IV, V, dan ReDistiller I/II. Proses primer
bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen minyak mentah secara fisik
dengan cara destilasi. Pada awalnya ReDistiller I/II berfungsi untuk mendestilasi
kembali slop oil (minyak tumpahan dan produk yang off spec) serta minyak
mentah dengan spesifikasi khusus seperti kandungan pengotor yang tinggi pada
crude oil yang kemudian diubah fungsinya sehingga menjadi sama seperti Crude
Distiller (CD). Proses yang dilakukan pada CD II, III, IV, V dan ReDistiller I/II
disebut proses utama yang bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen
minyak mentah secara fisik dengan cara distilasi. Pada awalnya ReDistiller I/II
berfungsi untuk mendistilasi kembali slop oil (minyak tumpahan dan produk yang
off spec) serta minyak mentah dengan spesifikasi khusus, tetapi kemudian diubah
fungsinya sehingga menjadi sama seperti Crude Distiller (CD).
2.7.2. Secondary Processing
Secondary process adalah proses pengolahan lanjut dari minyak bumi
yang telah diolah dalam Primary Process. Tujuan utamanya adalah melanjutkan
proses pemisahan minyak mentah yang merupakan produk bawah dan produk
gas.ringan dari proses utama untuk mendapatkan produk bahan bakar minyak
yang lebih banyak dengan tidak melupakan spesifikasi dari produk serta untuk
memproduksi LPG yang dibutuhkan konsumen. PT. Pertamina Persero RU III
memiliki 8 unit Secondary Procces (Proses sekunder) yaitu Butane-Butylene
Motor Gas Compresor (SRMGC), Polimerisasi, Alkilasi, Stabilizer C/A/B, High
Vacuum Unit, Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU).

2.8. Produk PT. PERTAMINA RU III


PT. PERTAMINA Refinery Unit III (RU III) Plaju yang merupakan salah
satu unit proses produksi dalam jajaran Direktorat Pengolahan Pertamina, yaitu
memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dan non bahan bakar minyak dalam
negeri. Produk-produk yang dihasilkan oleh PT PERTAMINA (Persero) Refinery

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


20

Unit III terbagi menjadi tiga kelompok produk, yaitu kelompok produk BBM
(bahan bakar minyak), kelompok produk non-BBM, dan kelompok produk
petrokimia.
2.8.1. Kilang Bahan Bakar Minyak (BBM)
Produk dari hasil pengolahan minyak mentah atau crude oil di Kilang
Pertamina RU III adalah sebagai berikut :
1) Produk BBM (Bahan Bakar Minyak)
a) Avigas (Aviation Gasoline), digunakan sebagai bahan bakar pesawat
terbang bermesin torak.
b) Avtur (Aviation Gasoline), digunakan sebagai bahan bakar pesawat
bermesin turbo (pesawat jet).
c) Premium, digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor dengan
bilangan oktan 88.
d) Kerosine, digunakan untuk bahan bakar keperluan rumah tangga.
e) Solar (ADO), digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor
dengan mesin diesel.
f) Diesel (IDO), digunakan untuk keperluan industri.
g) Fuel Oil
h) Pertamax, untuk bahan bakar kendaraan bermotor dengan bilangan
oktan sebesar 92
i) Pertamina racing fuel. Untuk bahan bakar mobil balap
2) Produk Non BBM
- LPG (Liquid Petroleum Gas), digunakan untuk bahan bakar keperluan
rumah tangga.
a) Pelarut seperti SBPX, LAWS, dan BGO sebagai pelarut dalam industri
b) LSWR (Low Sulfur Waxy Residue)
c) Musi Cool
d) Musi Green
2.8.2 Kilang Petrokimia
1) Kilang PTA
Kilang PTA mengolah Paraxyline menjadi Pure Terepthalic Acid yang
berguna sebagai bahan baku untuk membuat serat polyester.

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III


21

Kilang PTA terdiri dari beberapa unit yaitu :


a) TA unit : Merupakan proses awal dari pengolahan paraxyline
b) PTA Unit : Merupakan proses lanjutan
c) APU : Merupakan proses pengolahan limbah
d) Bagging Unit : Merupakan pengepakan produksi
(Note : Kilang PTA sudah tidak beroperasi sejak Januari 2007)
2) Kilang Polypropylene
Kilang Polypropylene mengolah propylene menjadi polytam sebagai
bahan baku plastik.

Laporan KP PT. Pertamina (Persero) RU III

Anda mungkin juga menyukai