Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO)

Upaya pencarian (eksplorasi) sumber minyak bumi di Indonesia pertama kali


dilakukan oleh Jhon Reenik (Belanda) pada tahun 1871 di kaki Gunung Ceremai,
sedangkan eksploitasi minyak bumi pertama kali dilakukan di Telaga Tunggal pada
tahun 1885, sumur ini merupakan sumur pertama di kawasan Hindia-Belanda yang
berproduksi secara komersial.
Seiring dengan semakin banyaknya sumber minyak mentah yang sudah
ditemukan, pada akhir abad ke-18 mulai didirikan beberapa perusahaan-perusahaan
minyak asing, seperti Shell, Stanvac, Royal Dutch Company, dll yang melakukan
pengeboran di Indonesia, baru setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, usaha
untuk mengambil alih kekuasaan sektor industri minyak dan gas bumi mulai
dilakukan.
Berdasarkan Undang-Undang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, UU
No.44/1961, dibentuklah tiga perusahaan negara (PN) di sektor minyak dan gas
bumi, yaitu :
 PN PERTAMIN berdasarkan PP No.3/1961
 PN PERMINA berdasarkan PP No.198/1961
 PN PERMIGAN berdasarkan PP No.199/1961
Pada tahun 1965 PN.PERMIGAN dibubarkan, semua fasilitas produksinya
diserahkan kepada PN PERMINA dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada PN
PERTAMIN. Pada tahun 1968 didirikan PN PERTAMINA yang merupakan
gabungan dari PN PERMINA dan PERTAMIN dan pada tanggal 17 September 2003
PN PERTAMINA berubah nama menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO).
Dahulu PT. PERTAMINA (PERSERO) memiliki tujuh unit pengolahan akan
tetapi Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan yang berkapasitas 5 MBSD berhenti
beroperasi pada tahun 2007 karena permasalahan pasokan umpan.
Keenam Unit Pengolahan yang masih beroperasi saat ini antara lain:
1. Unit Pengolahan II Dumai-Sei Pakning, Riau dengan kapasitas 170 MBSD
2. Unit Pengolahan III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan dengan kapasitas
126,2 MBSD
3. Unit Pengolahan IV Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 348 MBSD
4. Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur dengan kapasitas 260 MBSD
5. Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat dengan kapasitas 125 MBSD
6. Unit Pengolahan VII Kasim, Papua Barat dengan kapasitas 9,5 MBSD

Gambar 1.1 Peta Refinery Unit PT. Pertamina di Indonesia

1.2 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong

PT. PERTAMINA (Persero) RU-III Plaju-Sungai Gerong merupakan satu dari


tujuh unit pengolahan yang dimiliki oleh PT.PERTAMINA. Daerah operasi
PERTAMINA RU-III ini meliputi kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong.
Kilang minyak Plaju didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1903.
Kilang ini mengolah minyak mentah yang berasal dari Prabumulih dan Jambi. Kilang
ini mempunyai kapasitas produksi 100 MBCD (Million Barrel per Calendar Day).
Pada tahun 1957, kilang ini diambil alih oleh PT. Shell Indonesia dan pada tahun
1965 pemerintah Indonesia mengambil alih kilang Plaju dari PT. Shell Indonesia.
Kilang Sungai Gerong didirikan oleh STANVAC pada tahun 1926. Kilang yang
berkapasitas produksi 70 MBCD ini kemudian dibeli oleh PERTAMINA pada tahun
1970. Dengan adanya penyesuaian terhadap unit yang masih ada, maka kapasitas
produksi kilang Sungai Gerong menjadi 25 MBCD.
Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi. Kedua kilang
ini dikenal dengan sebutan Kilang Musi. Kilang ini berada di bawah pengawasan
RU-III PERTAMINA dan bertanggung jawab dalam pengadaan BBM (Bahan Bakar
Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Selain
proses integrasi tersebut, RU-III telah melakukan beberapa modifikasi yang secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Sejarah PERTAMINA RU-III Plaju – Sungai Gerong

Tahun Sejarah

1903 Pembangunan Kilang Minyak di Plaju oleh Shell (Belanda)

1926 Kilang Sungai Gerong dibangun oleh STANVAC (AS)

1957 Kilang Plaju diambil alih oleh PT. Shell Indonesia

1965 Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 100 MBCD dibeli oleh


negara/PERTAMINA

1970 Kilang Sungai Gerong/STANVAC dibeli oleh negara/PERTAMINA

1971 Pendirian kilang polypropylene untuk memproduksi pellet polytam


dengan kapasitas 20.000 ton/th

1973 Integrasi operasi kilang Plaju – Sungai Gerong

1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi (PKM
I) yang berkapasitas 98 MBSD

1982 Pembangunan High Vacuum Unit (HVU) Sungai Gerong dan


revamping CDU (konservasi energi)

1984 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi


150.000 ton/th

1986 Kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) mulai berproduksi dengan


kapasitas 150.000 ton/th

1987 Proyek pengembangan konservasi energi/Energy Conservation


Improvemant (ECI)
1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)

1990 Debottlenecking kapasitas kilang PTA menjadi 225.000 ton/th

1994 PKM II: Pembangunan unit polypropylene baru dengan kapasitas


45.200 ton/th, revamping RFCCU – Sungai Gerong dan unit alkilasi,
redesign siklon RFCCU Sungai Gerong, modifikasi unit Redistilling I/II
Plaju, pemasangan Gas Turbine Generator Complex (GTGC) dan
perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz, dan pembangunan
Water Treatment Unit (WTU) dan Sulphuric Acid Recovery Unit
(SARU)

2002 Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi

2003 Jembatan integrasi Kilang Musi yang menghubungkan Kilang Plaju


dengan Sungai Gerong diresmikan

2007 Kilang TA/PTA berhenti beroperasi

Tugas pokok PERTAMINA Refinery Unit III Plaju / Sungai Gerong sesuai
dengan UU No.8 tahun 1971 yaitu: “ Menyediakan bahan baku bagi perkembangan
dan pertumbuhan industri dalam negeri, Karena itu kegiatan PERTAMINA Unit
Pengolahan III Plaju / S.Gerong hanya mengolah bahan bakar minyak (BBM) dan
non BBM ”.
PERTAMINA RU-III memiliki 2 buah kilang, yaitu :

1. Kilang minyak Plaju, yang berbatasan dengan Sungai Musi di sebelah selatan dan
Sungai Komering di sebelah barat
2. Kilang minyak Sungai Gerong, yang terletak di persimpangan Sungai Musi dan
Sungai Komering.

Visi dan Misi PERTAMINA Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong


Visi Pertamina RU-III Plaju :

“Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia Nasional Terkemuka di Asia


Tenggara Tahun 2015”

Misi Pertamina RU-III Plaju :


“Menghasilkan Produk Minyak dan Petrokimia dengan Kualitas
Internasional”
Tata nilai yang berlaku di Pertamina RU-III Plaju:

1. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, dan
berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan
pengembangan.

1.3.Garis Besar Deskripsi Proses

PT. PERTAMINA (Persero) RU-III melakukan pengolahan minyak mentah


menjadi produk-produk seperti bahan bakar minyak (BBM), non-bahan bakar
minyak (NBM), dan petrokimia. Pada kilang BBM, minyak bumi mengalami dua
proses utama, yaitu primary process (distillation, treating, blending) dan secondary
process (polymerization, alkylation, utilities).
Proses utama pengolahan minyak bumi dan petrokimia di Refinery Unit III
Plaju-Sungai Gerong meliputi :

 Primary Process
Proses primer merupakan proses pemisahaan komponen-komponen minyak
mentah yang dilakukan secara fisik, yaitu dengan cara distilasi pada tekanan
atmosferik maupun tekanan vakum. Sebagian dari hasil distilasi ada yang menjadi
produk langsung dan sebagian lagi harus melewati tahapan secondary process
untuk pengolahan lebih lanjut. Unit operasi yang digunakan pada proses ini adalah
Crude Distiller (CD) dan Redistiller bertekanan atmosferik. Unit ini terdiri dari
unit CD II, CD III, CD IV, CD V, dan CD VI. Unit Redistiller terdiri dari
Redistiller I dan II yang pada awalnya digunakan untuk mengolah slop oil (minyak
sisa yang tidak memenuhi standar, off spec). Namun, saat ini redistiller telah tidak
beroperasi lagi (idle). Unit lain yang termasuk dalam primary process adalah High
Vacuum Unit (distilasi bertekanan vakum), Stabilizer C/A/B, dan BB Distiller
(Butane-Butylene Distiller).
 Secondary Process
Proses sekunder melibatkan terjadinya perubahan struktur kimia dari suatu
senyawa fraksi minyak bumi. Proses yang bertujuan untuk mengolah fraksi-fraksi
dari hasil proses primer ini meliputi dekomposisi molekul (cracking), kombinasi
molekul (polimerisasi dan alkilasi), dan perubahan struktur molekul (reforming).
Unit–unit yang beroperasi pada proses ini adalah RFCCU (Riser Fluid Catalytic
Cracking Unit), Unit Polimerisasi, dan Unit Alkilasi.
 Treating
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak
diinginkan dari produk BBM seperti senyawa belerang dan merkaptan. Proses
treating ini dilakukan pada unit CTU (Caustic Treating Unit) dan Doctor Treater
(untuk menghilangkan merkaptan).
 Blending
Proses blending atau pencampuran bertujuan untuk memenuhi spesifikasi produk
yang telah ditentukan. Proses pencampuran dilakukan dengan penambahan zat
aditif atau dengan pencampuran dua produk atau lebih yang berbeda
spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah pencampuran HOMC (High
Octane Mogas Component) dengan nafta untuk menghasilkan bahan bakar
premium dengan angka oktan yang memenuhi spesifikasi produk.
 Produksi Polypropylene
Bahan baku kilang polypropylene adalah raw propaneee-propylene dari hasil
perengkahan di RFCCU. Proses pengolahannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
pemurnian bahan mentah menggunakan proses adsorpsi, distilasi dan
pengeringan, polimerisasi dan peletisasi serbuk polypropylene menjadi bijih
plastik.
BAB II
URAIAN PROSES

2.1Bahan Baku
2.1.1.Bahan Baku Utama
Bahan baku mentah yaitu minyak bumi mentah yang digunakan oleh PT.
Pertamina (Persero) RU III Plaju berasal dari daerah Sumatera Bagian Selatan. Sebagai
pasokan utama, minyak mentah disalurkan melalui pipa dari lapangan disekitar wilayah
Sumatera Selatan dan melalui kapal. Adapun perbandingannya adalah 70% minyak
mentah melalui pipa dari lapangan dan 30% minyak mentah melalui kapal tanker.
Proses transportasi bahan mentah dari sumber ke kilang yang berada di Plaju dan Sungai
Gerong dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan pipa
(sistem perpipaan) dan dengan kapal. Daerah-daerah sumber minyak mentah yang
digunakan RU III Plaju dan Sungai Gerong dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Sumber minyak mentah yang ditransportasikan melalui pipa adalah minyak


mentah dari :
a) Palembang Selatan (South Palembang District)
b) Talang Akar Pendopo (TAP)
c) Jambi Asphaltic Oil/ Jambi Parrafinic Oil (JAO/JPO)
d) Asamera (Ramba)
2) Sumber minyak mentah yang ditransportasikan melalui kapal adalah minyak
mentah dari :
a) Minas (Sumatera Light Crude/SLC)
b) Duri
c) B. Urip
d) Klamono
e) Grisik
Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut akan ditampung dahulu di
dalam tangki penampungan. Minyak mentah tersebut seringkali masih mengandung
kadar air yang cukup tinggi, baik dalam bentuk emulsi maupun airbebas. Adanya
kandungan air dapat menyebabkan gangguan
dalam unit-unit pengolahan sehingga sebelum dimasukkan ke dalam unit CD
(Crude Distiller), minyak mentah harus dipisahkan dari air terlebih dahulu.
Spesifikasi minyak mentah yang boleh diumpankan ke dalam unit CD adalah di bawah
0,5%-vol air.

Setelah memiliki kandungan air yang sesuai spesifikasi, minyak mentah tersebut
diumpankan ke Unit Crude Distiller dan Redistiller yang berbeda sesuai dengan
komposisi dan sifat minyak tersebut. Minyak tersebut akan dijadikan umpan pada
Primary Process Unit dan Secondary Process Unit .

Tabel 4.1.. Umpan Primary Process Unit

Unit Kapasitas Pengolahan Jenis Feed


CD-II 16,2 MBSD Kaji, Jene, SPD, TAP
CD-III 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD-IV 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD-V 35,0 MBSD SPD, TAP
CD-VI 15,0 MBSD Geragai, Bula, Klamono

Sumber : PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2017

Tabel 4.2 Umpan Secondary Process Unit

Unit Jenis Feed


HVU Long residue
MVGO (Medium Vacuum Gas Oil), HVGO

RFCCU (High Vacuum Gas Oil), dan long residue


BB (Butane-Butylene) Unstab crack, comprimate, condensate gas, dan

Distiller residual gas


Stabilizer C/A/B SR-Tops (Straight Run-Tops)
Unit Polimerisasi Fresh BB (Butane-Butylene)
Unit Alkilasi Fresh BB dari BB Distiller
Raw PP (Propaneee-Propylene) dari RFCCU

Kilang Polypropylene (Riser Fluid Catalytic Cracking Unit)


Sumber : PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2017
Jumlah dan jenis minyak mentah yang harus diolah disesuaikan dengan kapasitas
dan spesifikasi masing–masing bahan-bahan pada crude distiller (CD) karena setiap
crude distiller (CD) yang telah didesain untuk mengolah minyak mentah dengan jumlah
dan spesifikasi tertentu. Jenis minyak mentah yang diolah di masing-masing CD dapat
dilihat pada Tabel 3.6 dibawah ini.

Tabel 4.3 Jenis-Jenis Minyak Mentah Tiap Unit Pengolahan

PT. Pertamina RU III

Unit Sumber Minyak Mentah

CD II SPD, Ramba, Jene, TAP, SLC, Duri, Jene & SLC

CD III SPD, Ramba, Jene, TAP, SLC, Duri, Jene & SLC

CD IV SPD, Ramba, Jene, TAP, SLC, Duri, Jene & SLC

CD V SPD, Ramba, Jene, TAP, Duri

CD VI Ramba, SLC

Sumber : PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2017

2.1.2.Bahan Baku Penunjang


Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-
bahan penunjang lain (Tabel 3.7 dan 3.8), seperti katalis, solvent, dan bahan aditif
yang mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk.

Tabel 4.4 Bahan-Bahan Penunjang

Bahan Unit Fungsi


H2SO4 Alkilasi Katalis
BB Treating & Untuk proses treating
untuk
NaOH Caustic Treating
menghilangkan
Silika alumina RFCCU Katalis cracking
Titanium Catalyst Polypropylene Katalis utama
Tri Ethyl Alumunium (AT cat) Polypropylene Ko-katalis
CMMS Polypropylene Catalyst adjuvant
Hexane Polypropylene Pelarut katalis
Ekstraktor pada

DEA Polypropylene purifikasi raw propane


propylene

AE-Stab, AH-Stab, AI- Stab, Polypropylene Stabilizer additive

HA-Stab, HD-Stab, SA-Stab,

Gas N2 Polypropylene Off gas, carrier gas

Fuel oil, fuel gas Semua unit Bahan bakar untuk


pembakaran dalam
Sumber : PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2017

Tabel 4.5 Kegunaan Bahan-Bahan Penunjang

Bahan Kegunaan
Gas
Sebagai zat anti korosi pada system overhead
1. Amoniak (NH3)
kolom distilasi.
Sebagai regenerator dryer pada unit
2. Gas Panas
Polypropylene.
3. N2
Sebagai pendingin (cooler).
4. H2
Sebagai pemutus dan penyambung rantai
Polypropylene.

Aditif
1. MTBE dan TEL Untuk menaikan bilangan oktan dari bensin. Untuk
2. Aditif memperbaiki sifat Polypropylene sehingga sesuai
dengan sifat yang diinginkan.
3. Topanol A Anti oksidan aditif untuk polimer mogas unit
polimerisasi, aditif untuk produk Treating Plant
bagian crude distiller.
Sumber : PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2017
Tabel 4.6 Kegunaan Bahan-Bahan Penunjang (Lanjutan)

Bahan Kegunaan
Bahan Kimia
Sebagai katalis unit alkilasi.
1. H2SO4
Sebagai katalis pada RFCCU.
2. Zeolite
Sebagai caustic treater pada CD&L unit
3. NaOH
alkilasi dan LPG treater.
Sebagai katalis unit polimerisasi.
4. P2O5
Kegunaan
Bahan

Sebagai penjernih air pada unit utilitas.


5. Al2(SO4)3, klorin air,
coagulant acid, karbon aktif,
resin penukar ion Sebagai DEA ekstraktor pada unit
6. DEA Polypropylene.

Sebagai lean oil (absorben) pada unit BB


7. Heavy alkylate distilasi.

Sebagai lean oil (absorben) pada unit light


8. LCGO
end FCCU

Sebagai regenerator dan cooler pada DEA


9. Propana
dan caustic extractor system, serta sebagai
chilling system pada unit alkilasi.

Sebagai katalis utama pada unit


10. Katalis berbahan dasar Ti
Polypropylene

11. Katalis TK,AT,OF Sebagai ko-katalis pada unit polypropylene


Sebagai molecular sieve pada unit
Polypropylene.

Sebagai zat pencegah atau penghambat


12. Silika Gel korosi.
Sebagai zat pencegah atau penghambat
13. Corrosion Inhibitor
pembentukan kerak.

Sebagai zat pencegah atau penghambat


tumbuhnya lumut, ganggang, dll.
14. Scale Inhibitor

Sumber : PT.Pertamina(Persero) RU III Plaju, 2017

2.2.Peralatan yang Digunakan

1) Pompa

Alat іnі merupakan bagian penting dalam ѕuаtu instalasi pada kilang
minyak, digunakan untuk memindahkan liquid dаrі ѕuаtu tempat kе tempat lain.
pada proses destilasi, pompa digunakan untuk mentransferkan fluida dаrі dalam
tanki penampungan bahan baku menuju kolom destilasi, umunya pompa уаng
digunakan іаlаh pompa jenis cenrifugal.
2) Heat Exchanger
Heat Exchanger merupakan alat penukar kalor (panas) antar liquid,
pada proses destilasi alat іnі digunakan untuk memanaskan minyak mentah уаng
аkаn dimasukkan kе dalam kolom destilasi serta untuk mendinginkan fraksi уаng
keluar dаrі dalam kolom. Kedua zat уаng memiliki temperatur уаng berbeda
dibatasi оlеh dinding sehingga kedua zat tеrѕеbut tіdаk аkаn bercampur pada zaat
terjadinya proses pertukaran panas.
3) Desalter
Sesuai dеngаn namanya, alat іnі digunakan untuk menghilangkan
garam уаng terdapat dі dalam kandungan minyak bumi. Cara kerja dаrі alat іnі
уаіtu dеngаn mencampurkan minyak mentah dеngаn air agar mineral уаng
terkandung dі dalam minyak bumi аkаn terlarut dеngаn air, selanjutnya аkаn
dikontakkan dеngаn plat уаng dialiri dеngаn tegangan listrik AC, maka secara
otomatis ion-ion уаng terdapat dі dalam minyak аkаn ditarik kе katup-katup plat,
air уаng telah berisi mineral аkаn membesar dan jatuh kе bаwаh dasar tanki
desalter.
4) Furnace
Furnace аdаlаh proses dimana terjadinya pemanasan minyak mentah
уаng mengalir dі dalam pipa ѕеbеlum dimasukkan kedalam kolom destilasi. Panas
уаng digunkan berasal dаrі hasil pembakaran fuel oil maupun gas dеngаn suhu
sekitar 350°C, dі dalam furnace terdapat susunan pipa уаng merupakan media
уаng dipanaskan kеmudіаn panas tеrѕеbut аkаn diserap оlеh liquid уаng mengalir
dі dalam pipa, proses perpindahan panas terjadi dеngаn tiga cara уаіtu konduksi,
radiasi dan konveksi.
5) Kolom Destilasi
Crude oil уаng telah dipanaskan, selanjutnya аkаn dimasukkan kе
dalam kolom destilasi, kolom іnі berbentuk bejana dеngаn material baja dan
memiliki tekanan 1 atm. Fungsi dаrі kolom іnі іаlаh ѕеbаgаі tempat terjadinya
penguapan molekul-molekul minyak bumi dan kеmudіаn dipisahkan kedalam
fraksi-fraksi tertentu sesuai dеngаn titik didihnya. Pemisahan terjadi dеngаn
menggunakan tray-tray khusus, dimana ѕuаtu fraksi dеngаn titik tertentu аkаn
tertampung pada tray tertentu pula. Molekul уаng memiliki titik didih paling
rendah уаіtu gas аkаn berada pada bagian puncak kolom dan fraksi berat (long
residu) аkаn tetap berada pada bagian bаwаh kolom. Hasil dаrі kolom destilasi іnі
terdiri dаrі gas (20°C), Naphta (40°C), Kerosen (120°C), Diesel (170°C),
Lubricating oil atau pelumas (300°C) dan residu (350°C).
6) Kolom Stripper
Peralatan proses pengolahan minyak bumi selanjutnya уаіtu kolom
stripper, kolom іnі memiliki bentuk уаng mirip dеngаn kolom destilasi hаnуа ѕаја
ukurannya lebih kecil, alat іnі berfungsi untuk mengeluarkan fraksi уаng lebih
ringan dаrі dalam fraksi уаng lebih berat, contohnya fraksi naphta уаng terikut
masuk kedalam penampungan fraksi kerosen. Cara kerja dаrі alat іnі уаіtu
penguapan bіаѕа dеngаn menggunakan injeksi steam dаrі dasar kolom ѕеbаgаі
sumber panas.
7) Condenser
Kondensor merupakan alat уаng digunakan untuk mencairkan fraksi
gas уаng merupakan hasil dаrі kolom destilasi. Gas tеrѕеbut didapatkan dаrі
bagian аtаѕ kolom уаng merupakan fraksi уаng memiliki titik didih terendah. Cara
kerja dаrі kondensor іnі уаіtu pertukaran panas, dеngаn cara gas аkаn dimasukkan
kedalam ruangan pada alat tersebut, diamana dі dalamnya terdapat pipa-pipa уаng
berisi air ( ѕеbаgаі pendingin), gas tеrѕеbut аkаn mengalami kontak dеngаn
permukaan luar pipa sehingga panasnya (panas latent) аkаn diserap оlеh air
pendingin уаng membuat temperatur dаrі gas tеrѕеbut аkаn menurun dan аkаn
terkondensasi.
8) Cooler
Coler аdаlаh alat уаng digunakan untuk mendinginkan ѕuаtu produk
уаng memiliki panas уаng tinggi sehingga tіdаk dараt ditampung dі dalam tanki.
Media pendingin pada alat іnі ѕаmа hаlnуа dеngаn kondensor уаіtu media air.
Cara kerjanya уаіtu pipa-pipa уаng berisi produk panas аkаn melewati media
pendingin air sehingga panas dаrі produk tеrѕеbut аkаn terserap dan menurunkan
temperaturnya hіnggа mencapai temperatur normal.
9) Separator
Separator digunakan untuk memisahkan dua zat уаng tіdаk dараt
melarut, misalnya air dan minyak atau minyak dan gas. Cara kerjanya уаіtu
dеngаn cara pengendapan, sehingga zat уаng memiliki densitas уаng tinggi
(misalnya air) аkаn berada pada bagian bаwаh ѕеdаngkаn zat уаng memiliki
densitas уаng rendah аkаn berada pada bagian аtаѕ (minyak), selanjutnya salah
satu zat tеrѕеbut аkаn dikeluarkan baik іtu minyak maupun air.
10) Pemipaan
Sistem perpipaan dalam indutri migas sangatlah diperlukan, tаnра
adanya pipa maka proses dі dalam kilang tіdаk аkаn terjadi. Pipa berfungsi
ѕеbаgаі tempat mengalirnya ѕuаtu fluida dаrі ѕuаtu tempat kе tempat lain. Pipa
terbuat dаrі berbagai jenis bahan tergantung dаrі karakteristik liquid уаng аkаn
dialirkan didalamnya. Khusus untuk mengalirkan minyak, jenis pipa уаng
digunakan bіаѕаnуа terbuat dаrі baja dеngаn paduan serat carbon.
2.3.Tahapan Proses Produks
Unit Pemrosesan yang adaa dikilang PT.Pertamina RU III terbagi atas dua
bagian besar ,yaitu unit yang memproses minyak mentah menjadi produk-produk BBM
dan unit yang memproses beberapa produk samping hasil pemrosesan minyak mentah
menjadi produk petrokimia.
2.3.1.Oil Movement
Suatu kilang minyak bumi umumnya terletak di tepi laut atau sungai yang besar
dan dalam. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan terhadap sarana pengangkutan crude oil
sebagai bahan baku pengolahan dan produk – produk yang dihasilkan untuk dipasarkan.
Sebagai sarana pengangkutan dalam jumlah yang besar, proses tersebut dapat
menggunakan kapal atau sistem perpipaan untuk menjamin kontinuitas umpan maupun
aliran produk. Selain sarana pengangkutan, juga dibutuhkan sarana penyimpanan
(storage) dalam jumlah besar. Oleh karena itu, suatu kilang minyak bumi tidak bisa
dilepaskan dari Instalasi Tangki dan Perkapalan (ITP). Secara garis besar, tugas umum
ITP adalah sebagai berikut: Menerima berbagai jenis crude oil melalui kapal tanker
maupun melalui perpipaan.
 Menyiapkan dry stock crude oil (feed stock preparation) untuk diolah di unit
pengolahan (crude distiller).
 Menampung aliran produk dari unit pengolahan, baik yang langsung sebagai
produk akhir maupun produk intermediate.
 Mencampur (blending) berbagai macam produk untuk mendapatkan produk akhir
(BBM dan Non BBM).
 Pengapalan produk (BBM dan Non BBM) untuk keperluan ekspor dan domestik.
 Pemeliharaan tangki, dimaksudkan untuk menekan kerugian akibat kerusakan
yang lebih berat.
 Menekan oil losses akibat kebocoran, drainage, down grade dan penguapan di
tangki.
 Pengendalian pencemaran akibat buangan effluent water ke badan sungai.
A. Penerimaan Crude Oil
RU III menerima berbagai jenis crude oil dari berbagai daerah penghasil
minyak di Indonesia. Untuk mengirimkan crude oil tersebut, terdapat dua pilihan
transportasi utama menuju tangki – tangki penampung di RU III yaitu :
 Metering Pipe (pipe line)
Crude oil dari lapangan eksplorasi/pengeboran dipompakan ke unit
pengolahan melalui perpipaan dan stasiun pengukuran minyak. Stasiun
pengukuran minyak ini, yang terletak di KM 3 Plaju dan ditempatkan di dekat unit
pengolahan dilengkapi dengan metering system. Hasil pengukuran dari metering
system digunakan sebagai angka transaksi (custody transfer).
 Kapal Tanker
Crude oil dari lapangan eksplorasi diangkut oleh kapal tanker ke unit
pengolahan. Dari kapal tanker, crude oil tersebut dipompakan ke tangki
penyimpanan.

B. Penyiapan Crude Oil ke Unit Proses

Crude oil yang diterima terkadang memiliki kandungan air yang cukup tinggi,
baik dalam bentuk emulsi ataupun air bebas. Oleh karena itu, crude oil sebelum
diumpankan ke unit proses harus dipersiapkan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk
memenuhi persyaratan water content yang telah disepakati yaitu maksimal 0,5% volume.
Keberadaan air dalam crude oil dapat menyebabkan kenaikan tekanan pada kolom distilasi dan
mengganggu proses pengolahan minyak bumi.

C. Supply Crude Oil ke Unit Proses


Crude oil dari tanki dipompakan ke unit proses (crude distiller) dengan
menggunakan pompa-pompa yang ada di Rumah Pompa Minyak (RPM) “R”. Selain
pompa feed, terdapat juga pompa untuk injeksi crude oil (feed dalam jumlah yang lebih
kecil) ke unit proses. Pipa penghisap tangki pada umumnya ada tiga, yaitu bagian bawah,
tengah dan atas. Pada awal supply menggunakan pipa penghiisap bagian atas, kemudian
dilanjutkan pipa penghisap bagian tengah dan apabila level sudah mendekati setengah
tangki, digunakan pipa penghisap bawah. Pada posisi level minyak dalam tangki sudah
mendekati 3 meter, maka tangki harus sudah digandeng dengan tangki lain yang penuh.
Hal ini bertujuan untuk menjaga kontinuitas supply crude oil ke unit proses.

D. Penyaluran Produksi
Hasil pengolahan crude oil di unit – unit proses ada yang langsung menjadi produk
akhir dan ada yang memerlukan proses blending atau penambahan bahan aditif. Produk
tersebut bisa sebagai BBM atau non BBM. Produk tersebut dialirkan ke tangki
penyimpanan melalui jalur perpipaan tertentu sesuai dengan jenis produknya.

E. Tank Ticket
Sebelum dan sesudah aktivitas distribusi atau pemindahan miyak, tangki yang
bersangkutan harus diukur level minyak, temperatur, dan level air bebasnya. Data – data
hasil pengukuran tersebut dimasukan ke dalam tank ticket sebagai sumber data asli untuk
kepentingan pembuatan dokumen selanjutnya (Bill of Lading dan lain – lain).
Ada 4 jenis penggolongan tank ticket berdasarkan warna, yaitu :
 Warna kuning, dipakai untuk record data pergerakan tank to tank
transfer, feed (crude/intermediate) ke unit dan produksi ke unit.
 Warna hijau, dipakai untuk record data pergerakan penerimaan crude
oil, intermediate, komponen dan produksi.
 Warna putih, dipakai untuk record data pergerakan shipment atau lifting keluar
kilang.
 Warna biru, dipakai untuk record data pergerakan stock inventory dan memeriksa
ukuran

F. Loading BBM dan Non-BBM


Sebelum operasi loading ke kapal tanker dilaksanakan, perlu dilakukan persiapan
yang meliputi :
 Persiapan di darat.
Setelah surat perintah loading diterima, maka dipersiapkan hal – hal
seperti tangki penampung, pipa yang akan dipakai, dermaga yang akan digunakan,
durasi loading hingga kapal tanker jalan dan pengambilan sampel.
 Persiapan di kapal
Sebelum memuat ke kapal harus diadakan diskusi antara Loading
Master dengan Chieff Officer kapal untuk mengetahui muatan sebelumnya di
mana apabila muatannya berbeda dan dapat berpengaruh terhadap kualitas
muatan, maka akan dilakukan pembersihan.

Setelah selesai loading, perlu diperhatikan perbedaan jumlah muatan antara di


darat dan di kapal. Selisihnya diharuskan kurang dari 0,5 % volume. Untuk
mengetahuinya, dilakukan sounding, starting dan closing.

G.Unloading BBM dan Non-BBM

Pada proses ini, apabila pembongkaran telah selesai, dilaksanakan pemeriksaan


tangki kapal untuk memastikan bahwa tangki telah benar – benar kering yang kemudian
dinyatakan dalam Dry Certificate. Lalu dicocokkan hasil pengukuran di kapal dengan di
darat. Ketentuan selisih perhitungan antara kapal dan tanki di darat maksimum 0,5 %
volume. Apabila lebih besar dari angka tersebut, maka dilakukan pengukuran kembali
dan apabila masih tetap lebih besar dari 0,5 % volume maka pihak yang dirugikan dapat
membuat Letter of Protest (Letter of Discrepancies).
2.3.2.Primary Process
Primary Process merupakan awal yang terdapat didalam industri perminyakan,
ini merupakan proses utama di kilang. Tujuan dari proses ini adalah memisahkan
campuran hidrokarbon yang terdapat didalam crude oil menjadi fraksi-fraksi yang
diinginkan. Pada proses ini tidak terjadi perubahan struktur minyak bumi. Pengolahan
secara fisis dapat dibagi menjadi :
1) Pemisahan berdasarkan titik didih atau distilasi, dapat dibedakan :
a. Atmosferik, yaitu distilasi pada tekanan udara
b. Vakum, yaitu distilasi dengan reduksi tekanan untuk mereduksi titik didih,
umumnya untuk komponen berat
c. Bertekanan, yaitu pemisahan gas-gas dengan jalan mencairkannya
2) Pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan (ekstraksi dan absorpsi)
3) Pemisahan berdasarkan titik leleh
4) Pemisahan berdasarkan ukuran molekul
a. Tahapan Destilasi Minyak Bumi

Kebanyakan unit pengolahan minyak mentah (kilang), terlepas dari


kompleksitas, melakukan beberapa langkah dasar dalam sebuah proses destilasi.
Langkah dasar tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk tahapan-tahapan dibawah ini:

1) Tahap 1
Awalnya, minyak mentah yang sudah ditampung di dalam tangki
selanjutnya akan dipompa buat dimasukkan kedalam kolom "Crude Distillation Unit"
(CDU). Namun, sebelum dimasukkan ke dalam kolom tersebut, minyak mentah sudah
dihilangkan kandungan garamnya dengan menggunakan alat yang disebut desalter).

 Proses Desalting
Proses desalting menggunakan alat yang disebut dengan desalter, yaitu
proses penghilangan garam dengan cara mencampurkan minyak mentah dengan air,
dengan tujan menghilangkan kandungan mineral yang terlarut di dalam air, selain itu
ditambhakan juga asam dan basa yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa
nonhidrokarbon. Setelah Crude oil telah melewati proses Desalting maka selanjutnya
akan di masukkan ke dalam kolom Destilasi untuk memisahkan fraksi-fraksi
Hidrokarbonnya.
 Desalter
Memiliki berbagai macam varian jenis, dan teknologi yang paling
mutakhir saat ini disebut dengan Electrostatic Desalter, metode dari Desalter jenis ini
yaitu dengan cara ekstraksi, yaitu proses pemisahan suatu zat bersarkan perbedaan
kelarutannya. Setelah di ekstraksi selanjutnya dipisahkan dengan tegangan listrik AC.

Cara kerjanya adalah minyak dari crude oil diemulsikan dengan air dan
selanjutnya dikontakkan dengan plat yang dialiri tegangan listrik AC, maka secara
otomatis, ion-ion yang terkandung dalam minyak dan air akan tertarik ke kutup-kutup
plat. Partikel-partikel air yang mengandung mineral akan membesar dan jatuh ke
bawah dasar tanki desalter, pada level tertentu secara otomatis valve akan terbuka dan
mengalirkan air keluar dari tanki.

Jenis Electrostatic Desalter digolongkan dalam dua jenis yaitu tipe single
stage dan multistage, dasar pemilihannya disesuaikan dengan kondisi kandungan
garam dalam crude, jika salt dalam crude oil dikategorikan tinggi maka sebaiknya
sistem multistage yang diterapkan, begitupun sebaliknya, jika kandungan salt hanya
sedikit maka jenis singel stage yang digunakan.
2) Tahap 2
Dari "desalter", minyak mentah akan dialirkan menuju ke alat penukar
panas guna menyerap panas tiap fraksi yang telah terdestilasi sebelumnya di "CDU".
Tujuan utama dari proses ini adalah untuk meringankan beban kerja dari tungku
(furnace).
3) Tahap 3
Pada tahapan ini minyak mentah akan dipanaskan di tungku (furnace)
pada suhu sekitar 350°C, suhu tersebut diklaim cukup untuk memisahkan fraksi-fraksi
minyak mentah. Akan tetapi, besaran suhu yang dipergunakan wajib disesuaikan
dengan jenis minyak mentahnya. diketahui ada beberapa jenis dan karakter minyak
bumi.
Pemisahan pada pada kolom destilasi ini terjadi secara atmosferik atau bertekanan
atmosfer, sehingga menyebabkan proses ini disebut juga sebagai destilasi atmosferik.
Disini, minyak akan mengalami penguapan, dan uapnya akan tertampung pada
susunan "tray".
4) Tahap 4
Fraksi yang sudah dipisahkan serta terampung di tray selanjutnya akan
dikeluarkan melalui pipa, dan dialirkan ke alat penukar panas yang berfungsi untuk
menyerap panas. Setelah panasnya terserap, maka akan segera didinginkan kembali
dengan menggunakan alat pendingin yang disebut "cooler", serta kemudian dialirkan
ke unit-unit berikutnya (secondary process).

Hasil dari proses destilasi diatas selanjutnya akan melewati tahapan berupa proses
cracking, Combining, Treating (Removing Impurities), dan Reforming untuk
mendapatkan suatu produk bahan bakar yang siap pakai.

Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi:


1) Fraksi pertama
Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak
bumi dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas.
Gas pada kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah,
sedangkan gas yang tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran.Gas
yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang
mengandung komponen utama propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG
(Liquid Petroleum Gas) yang mengandung metana (CH4)dan etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil 90 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan
dengan suhu 30 oC – 90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan)
akan mencair dan keluar ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter
merupakan campuran alkana dengan rantai C5H12– C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil dari 175 oC , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 90oC – 175 oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair
dan keluar ke penampungan bensin. Bensin merupakan campuran alkana
dengan rantai C6H14–C9H20.
4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil
dari 200 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan
suhu 175 oC - 200oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan
keluar ke penampungan nafta. Nafta merupakan campuran alkana dengan
rantai C9H20–C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik
didih lebihkecil dari 275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 175 oC - 275 oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak
tanah) akan mencair dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah
(kerosin) merupakan campuran alkana dengan rantai C12H26–C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan
titik didih lebih kecil dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 250 oC - 375 oC. Pada trayek ini minyak gas (minyak
solar) akan mencairdan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar).
Minyak solar merupakan campuran alkana dengan rantai C15H32–C16H34
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi,
yaitu di atas 375 oC, sehingga akan terjadi penguapan.Pada trayek ini
dihasilkan residu yang tidakmenguap dan residu yang menguap. Residuyang
tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan
arang minyak bumi. Adapun residu yang menguap berasal dari minyak yang
menguap, yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375 oC. Minyak
pelumas (C16H34–C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-mesin, parafin
(C21H44–C24H50) untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari
C36H74) digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.
b. Vacuum Distillation Unit

VDU berfungsi untuk memisahkan umpan berupa Low sulphur waxy


residue (LSWR) yang berasal dari unit CDU menjadi fraksi yang lebih ringan
berdasarkan titik didihnya seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut
Gambar: Komposisi Crude Oil

Prinsip dasar operasi unit ini adalah distilasi pada keadaan vakum. Keadaan
vakum diperoleh dengan cara menarik produk gas pada bagian atas kolom dengan
menggunakan tiga buah steam jet ejector yang disusun seri sehingga terjadi penururunan
tekanan reaktor.
Keadaan vakum ini diperlukan untuk menurunkan titik didih LSWR sehingga
pemisahan fraksi-fraksi minyak mentah dapat berlangsung dengan lebih baik tanpa
terjadi thermal Cracking. Proses pemisahan berlangsung pada temperatur 400oC dan
tekanan 18-22 mmHg. Kapasitas pengolahan unit ini adalah 92,6 MBSD.
Fuel type
Vacuum Distillation Unit fuel type merupakan fraksinasi terbatas, yang biasanya
menghasilkan 3 macam produk, yaitu Light Vacuum Gas Oil (LVGO), Heavy Vacuum
Gas Oil (HVGO), dan Vacuum Residue. Produk Light Vacuum Gas Oil biasanya sudah
memenuhi spesifikasi diesel dan dapat langsung dikirim ke tangki penyimpanan.
Produk Heavy Vacuum Gas Oil biasanya dikirim ke unit Hydrocracker atau Fluid
Catalytic Cracking / FCC. Sedangkan vacuum residue dapat diolah di Delayed Coking
Unit atau Visbraker atau sebagai komponen blending Low Sulfur Waxy Residue (LSWR)
atau sebagai komponen blending fuel oil.
Feed VDU fuel type adalah atmospheric residue yang berasal dari CDU (boiling
range 370 s/d 540 oC), sedangkan produknya berupa Light Vacuum Gas Oil (boiling
range 243 s/d 382 oC), High Vacuum Gas Oil (boiling range 365 s/d 582 oC),
dan Vacuum Residue (boiling range 582 oC).
Aliran proses VDU Fuel Type secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar : Diagram alir fuel type

2.3.3.Secondary Processing
Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam proses secondary processing adalah
unit-unit yang melibatkan reaksi kimia. Secondary processing terdiri dari Hydrotreating
process, Catalytic Reforming/Platforming process, Hydrocracking process, Fluid
Catalytic Cracking/Residual Catalytic Cracking/Residual Fluid Catalytic Cracking/High
Olefine Fluid Catalytic Cracking, Hydrogen Production Unit/HPU, Delayed Coking
Unit/DCU, dan Visbraking.
1) Hydrotreating process
Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam secondary processing Peraturan
yang berlaku mensyaratkan kadar sulfur pada bahan bahan bakar (bbm) memiliki
kadar maksimal tertentu. Bensin 88, bensin 91 dan bensin 95 kandungan sulfur yang
diperbolehkan maksimal 0,05 %m/m atau 500 ppm. Minyak Solar 48 maksimal 0,35
%m/m atau 3500 ppm berlaku tahun 2015 dan untuk 1 Januari 2025 maksimal 0,005
%m/m atau 50 ppm. Minyak solar 51 maksimal 0,05 %m/m atau 500 ppm. Kandungan
sulfur yang terkandung di bbm ketika terjadi pembakaran akan menjadi gas SO2 yang
dibuang ke udara dan akan mengakibatkan masalah lingkungan seperti hujan asam dan
pemanasan global. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa kandungan sulfur di bbm
dibatasi.
2) Catalytic Reforming
Catalytic reforming (atau UOP menyebut Platforming) telah menjadi
bagian penting bagi suatu kilang di seluruh dunia selama bertahun-tahun. Fungsi utama
proses catalytic reforming adalah meng-upgrade naphtha yang memilikioctane number
rendah menjadi komponen blending mogas (motor gasoline)dengan bantuan katalis
melalui serangkaian reaksi kimia. Naphtha yangdijadikan umpan catalytic reforming
harus di-treating terlebih dahulu di unitnaphtha hydrotreater untuk menghilangkan
impurities seperti sulfur, nitrogen,oksigen, halide, dan metal yang merupakan racun
berbahaya bagi katalis catalytic reformer yang tersusun dari platina.
3) Hydrocracking Process
Hydrocracking merupakan unit proses kilang minyak bumi yang termasuk
kelompok secondary processing, yaitu proses downstream kilang minyak bumi yang
menggunakan reaksi kimia untuk menghasilkan produk-produknya. Walaupun
menggunakan katalis dan prosesnya meng-cracking umpan, namun seringkali
Hydrocracking tidak dikelompokkan ke dalam catalytic cracking. Seringkali istilah
catalytic cracking hanya diperuntukkan kepada unit-unit proses Fluid Catalytic
Cracking atau Residual Catalytic Cracking atau Residual Fluid Catalytic Cracking
(perbedaan ketiganya terutama hanya pada jenis umpannya). Sedangkan
hydrocracking dikelompokkan terpisah, berdiri sendiri sebagai Hydrocracking.
4) Fluid Catalytic Cracking
Proses utama FCCU terdiri dari reaktor dan regenerator. Pada reaktor
terjadi reaksi perengkahan rantai hidrokarbon panjang menjadi lebih pendek dengan
menggunakan bantuan katalis, sedangkan pada regenerator terjadi proses pembakaran
coke untuk mengembalikan keaktifan katalis dan juga panas yang dihasilkan oleh
regenerator digunakan sebagai panas untuk reaksi cracking pada reaktor. Dalam
penelitian ini digunakan pengendali MPC (Model Predictive Control) dengan variabel
yang dikendalikan adalah temperatur reaktor, temperatur regenerator, dan level katalis
dalam reaktor. Pengendalian variabel-variabel tersebut dilakukan dengan
memanipulasi laju alir katalis (spent catalyst dan regenerated catalyst), dan laju air
udaramasuk regenerator. Hydrocracking Process
5) Hydrogen Production Unit (HPU)
Hydrogen Production Unit (HPU) menggunakan proses
steam/hydrocarbon reforming. Hydrogen production unit di kilang minyak bumi
biasanya diperlukan oleh unit Hydrocracker untuk menyediakan kebutuhan hydrogen
yang digunakan untuk proses treating-cracking di unit Hydrocracker. Selain di kilang
minyak bumi, HPU juga ada di pabrik ammonia dan methanol dengan tujuan yang
sama, yaitu hydrotreating dan hydrocracking.

Process Flow Diagram Fixed Bed Catalyti c Reforming dapat diliha t pada gambar
berikut :

6) Delayed Coking Unit


Proses perengkahan panas (thermal cracking process) adalah suatu
proses pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai panjang menjadi
hydrocarbon dengan rantai yang lebih pendek dengan bantuan panas. Proses
perengkahan panas bertujuan untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan boiling
range yang lebih rendah dari feed (umpannya). Dalam proses ini dihasilkan gas, LPG,
gasoline (cracked naphtha), gas oil (cracked diesel), residue atau coke. Feed proses
perengkahan panas dapat berup gas oil atau residue. Proses Coking merupakan proses
yang menjadi semakin penting dengan semakin menurunnya kualitas minyak mentah
dunia (semakin berat dan semakin banyak mengandung logam dan conradson
carbon). Dengan semakin meningkatnya kandungan logam dan conradson carbon
dari minyak mentah, delayed coking unit (sering disebut coker) menjadi pilihan
utama untuk mengolah minyak mentah dengan kandungan logam dan conradson
carbon yang tinggi.
Process Flow Diagram Delayed Coking Unit

Aliran proses dapat dikelompokkan menjadi lima seksi yang berbeda:


1. Seksi coking
2. Seksi fraksinasi
3. Seksi konsentrasi gas
4. Seksi pembangkit steam
5. Seksi penanganan air dan blowdown (dipakai secara intermittent).

7) Visbreaking Unit
Visbreaking Unit biasanya didisain untuk mengolah Vacuum
Distillation Unit residue (atau dapat juga untuk mengolah gas oil). Proses
perengkahan residue ini dimungkinkan dengan pemanasan umpan menggunakan
visbreaking unit fired heater dan rapid quenching fluida keluar fired heater, yang
memudahkan terjadinya perengkahan panas dan perubahan viscosity untuk proses
lebih lanjut Produk visbreaking unit adalah overhead tail gas, naphtha, dan bottom.
2.3.4.Recovery Processing
Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam recovery processing adalah unit-
unit yang bertujuan untuk memperoleh kembali minyak yang diproduksi atau chemical
yang digunakan di unit-unit primary dan secondary processing atau untuk mengolah
limbah cair atau gas sebelum dibuang ke laut atau udara luar/lingkungan sekitar.
Recovery processing terdiri dari Amine unit, Sour Water Stripping Unit, dan Sulphur
Recovery Unit.

1) Amine unit

Senyawa amine biasanya digunakan untuk menghilangkan senyawa sulfur


(terutama H2S) yang terkandung dalam recycle gas, light end, atau LPG streams di
Vacuum Gas Oil Hydrotreating unit (VGO HDT), Fluid Catalytic Cracking Unit
Unsaturated Gas Plant (FCC USGP), dan di Sour Water Stripping unit (SWS). Tujuan
dari ARU adalah untuk meregenerasi amine yang digunakan di unit-unit tersebut. Produk
regenerated amine hasil dari ARU kemudian dikembalikan lagi ke unit-unit tersebut
untuk kembali digunakan sebagai absorbent penyerap sulfur.
2) Sour Water Stripping Unit

Sour Water Stripping Unit digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan
pemanfaat limbah,khususnya sulfur.
3) Sulphur Recovery Unit
BAB 3

UTILITAS

3.1 Sistem Utilitas

Utilitas dapat diartikan sebagai semua bahan/media/sarana yang dibutuhkan


untuk menunjang operasi pengolahan/kilang/industri. Kegiatan kilang sebagai suatu
rangkaian proses manufacturing didalam operasinya memerlukan utilities baik sebagai
bahan proses atau bahan baku, bahan penunjang, maupun sebagai tenaga (power)
untuk menggerakkan proses dan peralatan kilang.

Utilitas dapat meliputi beberapa komoditi sesuai kebutuhannya, antara lain:


1. Listrik sebagai tenaga penggerak, pemanas
2. Steam (uap) sebagai bahan baku, sebagai tenaga penggerak, sebagai pemanas.
3. Utility water, Treated water, Demineralized water, Boiler feed water.
4. Cooling water (Sea cooling water, Fresh cooling water)
5. Instrument air dan plant air atau Nitrogen maupun Oksigen.
Secara umum unit utilitas dibagi menajdi :
1. Water Treatment Plant: merupakan unit proses pengolahan/ penjernihan air.
2. Utilities Existing :melayani kebutuhan unit–unit proses di Kilang lama/ Existing
Plant.
3. Utilities HDC/New Plant :melayani kebutuhan unit–unit proses di Kilang baru/ New
Plant.
Ketiga sistem tersebut saling terintegrasi dalam pengoperasiannya dan
kehandalan harus dijaga dengan baik. Jika terjadi kegagalan dalam pengoperasiannya,
tidak saja akan mengakibatkan kehilangan produksi kilang tetapi dapat juga merusak
katalis, peralatan operasi bahkan hilangnya faktor safety.
Unit-unit proses yang merupakan bagian dari unit utilitas adalah :

a. Unit Pengolahan Air


Pengolahan air bertujuan untuk memperoleh air yang memenuhi syarat sebagai air
pendingin Dan Air untuk umpan boiler (Boiler Feed Water).
b. Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant)
Air umpan boiler akan didistribusikan ke boiler dengan pompa.
c. Unit Air Pendingin (Cooling Water Unit)
Unit ini berfungsi untuk menampung air yang akan digunakan sebagai air
pendingin pompa dan kompressor. Cooling tower di new plant berpusat di Utilities
Circulation. Air dari tangki didistribusikan ke cooling tower sebagai make-up. Untuk
mempertahankan level cooling tower maka diperlukan make-up karena air yang kembali
(return cooling tower) sangat sedikit. Untuk membuang sludge dan lumpur dilakukan
dengan blow down. Untuk menghindari pertumbuhan jasad renik (algae dan lumut),
diinjeksikan chlorine ke dalam cooling tower sebanyak 10 Kg selama 6 jam dalam satu
hari. Di samping itu, diinjeksikan juga corrosion inhibitor berupa dulcam 704 (untuk satu
shift diberikan sebanyak 37.5 Liter) yang berfungsi untuk membentuk lapisan pada pipa
sehingga tidak terjadi kontak langsung antara air dengan material pipa yang bisa
mengakibatkan perkaratan.

d. Unit Penyedia Udara Bertekanan


Fungsi dari udara bertekanan yang dihasilkan oleh unit ini adalah :
1. Unit Instrumen
Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke dalam receiver.
Udara biasa masuk melalui filter dihisap oleh kompresor dan ditekan keluar melalui
pendingin dan cyclone untuk memisahkan air, setelah itu masuk ke receiver. Tekanan
udara dijaga dengan pressure recorder controller (PRC) sebesar 6.5 Kg/cm2.
2. Udara Kilang
Digunakan sebagai pembersih dan flushing pipa-pipa. Di dalam unit
kompresor juga terdapat cooling tower untuk mengatur air pendingin yang mendinginkan
pompa dan kompresor. Untuk menjaga agar suhu air tetap rendah digunakan fan. Untuk
mencegah korosi, diinjeksikan polycrin I dan polycrin AI (merupakan corrosion
inhibitor).

e. Unit Penyediaan Fuel


Sistem penyediaan fuel oil di new plant berpusat di utilitas. Fuel oil dari
tangki penampungan didistribusikan dengan pompa menuju :
1. Boiler Utilitas
2. Vacuum Unit
3. Platforming Unit
4. Naphtha Hydrotreating Unit
5. Distillate Hydrotreating Unit
6. Hydrocracking Unibon

f. Unit Penyediaan Power (Power Plant)


Merupakan unit yang penting dalam operasi kilang. Unit ini berfungsi
sebagai penyedia tenaga listrik untuk kebutuhan kilang maupun perumahan karyawan.
Unit ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Power Generation
2. Power Distribution
3. Bengkel Listrik
 Pengolahan Limbah
Dampak dari limbah industri yang dihasilkan diusahakan untuk
diminimalisasikan serendah mungkin. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
menekan dampak dari limbah industrinya adalah:
1. Melaksanakan Good Housekeeping di lingkungan kerja, dengan cara,
mengoptimasikan penggunaan air, energi dan bahan baku.
2. Pada saat pembangunan pabrik, dilengkapi dengan unit-unit untuk mengelola dan
mereduksi limbah.
3. Sistem proses yang digunakan dilengkapi dengan recycle dan recovery bahan dan
produk.
Adapun unit-unit yang digunakan untuk mengelola dan mereduksi kuantitas dan
bahaya limbah adalah:
1. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan adalah jenis gas yang mengandung SOx, NOx,
H2S, NH3, CO2, CO, Hydrokarbon, debu, jelaga dan bau yang sebagian besar berasal
dari flare atau gas cerobong. Upaya penanggulangan yang dilakukan adalah dengan
menggunakan stack atau cerobong yang didesign dengan ketinggian tertentu agar
memenuhi baku mutu emisi dan baku kutu ambient. Upaya lainnya yang dilakukan
adalah dengan pemasangan CEM (Continuous Emission Monitoring), yang diletakkan
pada cerobong (stack) unit HVU, yang merupakan unit yang setelah dianalisa
menghasilkan emisi gas terbesar.
Pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengendalian dan penanggulangan dampak
terhadap kualitas udara adalah dengan menerapkan program “waste minization” yang
didalamnya terdapat empat tahap:
a. Reduksi limbah dari sumbernya
b. Reuse
c. Recycle
d. Recovery (Perolehan kembali)
2. Limbah Cair
Instalasi pengolahan air limbah yang terdiri dari:
a. Pengolahan Fisika
Instalasi pengolahan air limbah adalah:
 Separator II
Separator II ini berfungsi untuk memisahkan minyak yang terdapat air limbah yang
berasal dari proses produksi.
 Kolam Ekualisasi
Kolam ini berfungsi untuk menampung air limbah dan menjaga agar debit air
limbah konstan, sehingga dapat mencegah shock loading pada saat pengolahan
selanjutnya (kolam aerasi).
 Kolam Pengendap
Kola mini berfungsi untuk mengendapkan lumpur setelah air limbah tersebut dip
roses dalam kolam aerasi
 Separator III
Separator III ini berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih terbawa dalam
air limbah yang berasal dari proses pengolahan limbah sebelumnya
b. Pengolahan Kimia
Pengolahan secara kimia adalah pengolahan air limbah dengan
menggunakan bahan-bahan kimia sehingga akan terjadi reaksi antara bahan kimia
tersebut dengan kandungan bahan organik yang terdapat pada air limbah. Fungsi utama
dari pengolahan kimia ini pada pengolahan limbah cair adalah untuk menetralkan pH air
limbah. Proses dengan penggunaan bahan kimia ini terjadi pada SWS di V-2, yaitu ketika
dilakukan penetralan pH dengan pengijeksian caustic soda.
c. Pengolahan Biologi
Proses pengolahan air limbah secara biologi adalah menampung air limbah
pada suatu kolam yang luas dengan waktu detensi tertentu sehingga senyawa polutan
yang terkandung dalam air limbah tersebut akan terurai oleh aktifitas mikrooranisme.
Proses yang terjadi pada tahap ini adalah proses Lumpur aktif, dimana kondisi dalam
kolam ini juga mempengaruhi aktifitas mikrooranisme itu sendiri. Udara yang cukup akan
membantu aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan senyawa polutan yang terdapat
dalam limbah cair.
3. Limbah Padat
Upaya pengelolaan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan untuk
menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air tanah, air laut, maupun
katalis udara agar mememenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Sedangkan
pengelolaan limbah padat domestik bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan
kebersihan lingkungan.
Limbah padat yang dihasilkan dan cara pengelolaannya antara lain adalah:
 Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator.
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air
hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan dapat
dipisahkan dari sludge. Dilakukan juga SOR (Sludge Oil Recovery) dengan cara
mengencerkan sludge, lalu disentrifusi agar terpisah fasa minyak dan air. Minyak
yang diperoleh dari metode ini akan dikembalikan ke unit crude didtilling untuk
diperoleh kembali. Cara ini juga bermanfaat secara ekonomis, agar tidak ada minyak
yang terbuang begitu saja. Sludge yang telah diolah tersebut kemudian dijual,
dihibahkan, atau dikirimkan ke PPLI (Pusat Pengolahan Limbah Industri) untuk
diolah lebih lanjut.
 Spent katalis
Katalis yang sudah tidak digunakan biasanya dijual ke PPLI, karena
banyak mengandung unsur platina yang cukup bernilai ekonomis.
 Karbon Aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi spesifikasi akan
dicampur dengan coke dan dijual.
 Limbah Perbengkelan berupa logam, kaleng dan bungkus.
Limbah padat lainnya akan ditampung sementara kemudian dibuang
atau dikirimkan ke PPLI.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Uraian Proses
 Bahan Baku
Bahan baku pengolahan minyak bumi adalah crude oil.
2.Proses
Terdapat 3 tahapan pada proses pengolahan minyak bumi ini:

1) Primary Processing
Primary processing adalah unit-unit yang hanya melibatkan peristiwa fisis,
yaitu distilasi
2) Secondary Processing
Secondary processing adalah unit-unit yang melibatkan reaksi kimia,terdiri
atas:
a) Hydrotreating process,
b) Catalytic Reforming/Platforming process,
c) Hydrocracking process,
d) Fluid Catalytic Cracking/Residual Catalytic Cracking/Residual
Fluid Catalytic Cracking/High Olefine Fluid Catalytic Cracking
e) Hydrogen Production Unit/HPU
f) Delayed Coking Unit/DCU
g) Visbraking
3) Recovery Processing
Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam recovery processing
adalah unit-unit yang bertujuan untuk memperoleh kembali minyak yang
diproduksi atau chemical yang digunakan di unit-unit primary dan
secondary processing atau untuk mengolah limbah cair atau gas sebelum
dibuang ke laut atau udara luar/lingkungan sekitar.
Recovery processing terdiri atas:
a) Amine unit
b) Sour Water Stripping Unit
c) Sulphur Recovery Unit.
DAFTAR PUSTAKA

Budhiarto, Adhi, 2008. Buku Pintar Migas Indonesia.

Junita. 2008. Evaluasi Performance Furnace Reformer 702 di Hidrogen Plant.

Hani, Ummu. 2008. Evaluasi Kinerja Kolom Fraksinasi Crude Distillasion Unit (CDU)
pada berbagai Operasi Over Kapasitas dengan Simulasi Hysis.

Putra, Zulfan Adi. 2008. Buku Pintar Migas Indonesia.

Operating Manual Crude Distillation Unit PERTAMINA Unit Pengolahan II Dumai.

Operation Manual for Unit 100 Crude Distillation Unit, Pakistan-Arabian Refinery
Limited, Mid-Country Refinery Project (PARCO), Mahmood Kot, Pakistan.
.
Operating Manual Amine & LPG Recovery PERTAMINA Unit Pengolahan
II Dumai.

Operating Manual Amine Treater PERTAMINA Unit Pengolahan VI


Balongan.

Operation Manual for Unit 810 Amine Treating Process Unit, Pakistan-
Arabian Refinery Limited, Mid-Country Refinery Project (PARCO),
Mahmood Kot, Pakistan.

Anda mungkin juga menyukai