Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidak efisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor
keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin
sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Kecelakaan Kerja adalah
sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta
benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan

1
yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan
pekerjaan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat
dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada
diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah kesadaran safety factor yg rendah di tempat kerja.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mahasisawa mengetahui permasalahan
yang sering terjadi di dunia kerja.

2
BAB II

ORIENTASI UMUM

A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju, Palembang

Salah satu Refinery Unit yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) adalah Refinery Unit III
Plaju yang terletak di Palembang. Sejarah dari RU III ini dimulai ketika ditemukannya sumur
minyak bumi di Telaga Tunggal pada tahun 1885. PT. Pertamina (Persero) RU III memiliki luas
area sebesar 384 hektar yang terbagi menjadi dua, yaitu daerah plaju sebesar 230 hektar dan
daerah sungai gerong sebesar 154 hektar, pada awalnya terdapat dua kilang yang terpisah dari
Refinery Unit ini, yaitu kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong.

Kilang Plaju didirikan pada tahun 1903 oleh perusahaan minyak dari Belanda, yaitu Shell.
Kemudian pada tahun 1926, perusahaan minyak dari Amerika Serikat, yaitu Stanvac, mendirikan
kilang Sungai Gerong. Sejarah perkembangan Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong dapat
dirangkum dalam Tabel 1 di bawah ini:

Tahun Kegiatan

 1903 Kilang Plaju didirikan oleh Shell


 1926 Kilang Sungai Gerong didirikan oleh Stanvac
 1965 Kilang Plaju dibeli dari Shell oleh Negara (PERTAMINA)
 1970 Kilang Sungai Gerong dibeli dari Stanvac oleh Negara (PERTAMINA)
 1971 Unit polypropylene mulai dibangun dengan kapasitas 20.000 ton per tahun
 1972 Proyek integrasi kilang Plaju dan Sungai Gerong mulai dilakukan
 1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi (PKM I) yang
berkapasotas 98 MBCD dan pembangunan High Vacum Unit (HVU) Sungai Gerong
serta revamping CDU untuk konservasi energy
 1984 Proyek pembangunan Kilang TA/PTA (Terephthalic Acid/Purified Terephthalic
Acid) dengan kapasitas produksi 150.000 ton per tahun
 1986 Kilang TA/PTA mulai berproduksi
 1987 Proyek pengembangan konservasi energy atau Energy Conservation Improvement
(ECI)
 1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)
 1990 Debottlenecking kapasitas unit TA/PTA menjadi 225.000 ton per tahun
 1993 Total Plant Test dengan kapasitas 131,1 MBSD dan pelaksanaa proyek RTL hasil
Plant Test
 1994 Pelaksanaa Proyek Kilang Musi (PKM) II yang meliputi revamping RFCCU,
pembangunan New Ploypropylene, perubahan listrik dari 60 Hz menjadi 50 Hz di Sungai

3
Gerong, modifikasi unit Redistilling I/II Plaju menjadi CDU, dan mendesain ulang
Cyclone FCCU Sungai Gerong
 1996 Unit Redistilling I/II dimodifikasi menjadi CDU
 2002 Pembangunan jembatan integrasi yang menghubungkan Kilang Plaju dan Kilang
Sungai Gerong
 2007 Kilang TA/PTA berhenti beroperasi

Sejarah Perkembangan PT. Pertamina (Persero) RU III

Tugas utama dari PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju tercantum dalam UU No. 8 tahun 1971,
yaitu menyediakan bahan baku bagi perkembangan dan pertumbuhan industri dalam negri.
Peraturan ini diterjemahkan dalam kegiatan produksi yang dilakukan PT. Pertamina (Persero)
RU III Plaju-Sungai Gerong yaitu secara khusus mengolah bahan bakar (BBM) dan non-BBM.

Produk-produk BBM yang dihasilkan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III adalah Avtur,
Premium, Kerosene, Pertamax Racing Fuel, ADO (Automotive Diesel Oil), IDO (Industrial
Diesel Oil), serta Feul Oil. Sedangkan produk non-BBM yang dihasilkan adalah LPG, Musi Cool
(refrigerant), LSWR (Low Sulphur Waxy Residu), serta biji plastic Polytam ( polypropylene).

Gambar 2.2 : PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju

B. Visi dan Misi RU III Plaju


1. Visi

Visi PT. Pertamina (Persero) RU III adalah:

“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”

2. Misi

Misi dari PT. Pertamina (Persero) RU III adalah :

“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energy baru dan terbarukan secara terintegrasi,
berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat”

4
C. Sejarah Jalur Minyak Tempino-Palembang

Jalur pipa minyak Tempino-Palembang tak hanya membentang ratusan kilometer. Tapi kisahnya
juga terbentang ratusan tahun, mengalir melintasi berbagai zaman.

Tempino berada di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Keberadaan minyak di sini, sudah
diincar pada akhir 1880-an. Itu artinya sudah sejak 133 tahun lampau.

Sejarawan Belanda, Elsbeth Locher-Scholten dalam bukunya “Kesultanan Sumatra dan Negara
Kolonial” bahkan membuat bab tersendiri “Minyak” yang membahas keberadaan minyak di
Palembang dan Jambi. Kupasan soal minyak itu ia tegaskan kembali di Epilog bukunya tersebut.
Kendati kemudian bukanlah minyak yang memakmurkan Jambi, melainkan karet.

Ketimbang minyak Tempino, Belanda lebih dulu mengeksplorasi di Palembang. Jean Baptiste
August Kessler, Direktur Koninklije pada awal 1890-an mengumpulkan izin eksplorasi di sana
sebanyak-banyaknya. Koninklije adalah perusahaan Kerajaan Belanda untuk eksplorasi sumber
minyak di Hindia Timur Belanda.

Minyak tak mengenal sekat administratif daerah. Eksplorasi di Palembang itu terus mengarah ke
perbatasan Jambi. Namun tak mudah bagi Koninklije dan perusahaan lain yang mengincar
minyak Jambi. Keruwetan administrasi hingga Kesultanan Jambi yang ketika itu masih eksis,
sedikit banyak memberi andil dalam kontraknya dengan Belanda sehingga minyak Jambi ketika
itu tak langsung disedot.

Menurut Elsbeth Scholten, setelah prosedur yang bertele-tele dan memakan waktu lama itu, baru
pada 1920-an, penambangan minyak Jambi terlaksana. Jaringan pipa pertama yang mengalirkan
minyak dari Jambi ke Palembang akhirnya dibuka tahun 1923.

Dan, dari pipa berusia 90 tahunan itulah kini masyarakat mencuri minyak Negara. Menurut
Agus, baru pada 17 Juli 2013 lalu pipa sepanjang 265 kilometer tersebut diremajakan.

Dalam Memorandum Pelepasan Jabatan (Memories van Overgrave/MvO) JRF Verschoor van
Nisse, seorang Residen Palembang-Jambi 1928, juga memuat laporan itu. Dia menulis, pada
1930 ladang minyak terbaik adalah Bajubang, Tempino dan Kenali Asam. Saya pernah membaca
(tulisan atau buku, saya lupa), bahwa minyak Tempino dan Bajubang inilah yang pernah dipakai
sebagai bahan bakar oleh pesawat yang disumbangkan oleh rakyat Aceh pada zaman perjuangan
kemerdekaan.

Dulunya, minyak Tempino juga Bajubang dan Kenali Asam ditangani oleh Perusahaan Minyak
Bumi Batavia (BPM) dan NIAM (Perusahaan Minyak Bumi Hindia Timur). Yang disebut
pertama merupakan perusahaan patungan antara Koninklije dan Shell.

5
Mengenai penyebutan Tempino atas minyak dari ladang-ladang tersebut dengan
pertimbangan di sana terdapat pusat penampung produksi atau P3. Dari P3 itulah minyak
dipompa untuk disalurkan ke kilang di Plaju.

Sejarah pun berulang. Di tengah penjarahan minyak di pipa Tempino-Palembang yang


merugikan Pertamina Rp 17,5 miliar dalam sepekan, SKK Migas sempat tak mengakui produksi
minyak di jalur ini. Jumlah minyak yang dicuri tak masuk dalam hitungan produksi. Imbasnya,
Pertamina kesulitan memenuhi target produksi yang ditetapkan dalam rencana kerja dan
anggaran 2013.

Tempo dulu juga begitu. Karena disalurkan ke Palembang, minyak Jambi tak dihitung dalam
angka eskpor regional, tapi masuk dalam catatan Palembang. Scholten yang menyitat Touwen
dalam “Voordeel van veelzijdigheid: De economische ontwikkeling van Palembang en Djambi
tussen 1900 en 1938” mengungkap data kontribusi minyak Jambi itu.

Dari total jenderal produksi minyak Hindia Timur, sumbangan minyak Jambi hanya 0,4 persen
pada 1925, lalu 3,4 persen (1930), naik jadi 6,1 persen (1935). “Baru pada 1938 Jambi mulai
memberi sumbangan signifikan bagi perekonomian Hindia Timur, yaitu 14 persen dari total
produksi minyak,” tulis Scholten.

Tak heran bila kemudian hal itu tak memberi kontribusi bagi Jambi selaku rahim yang
mengeluarkan minyak. Kondisi yang sempat dikeluhkan oleh Residen VE Korn. Ia bilang, tak
satu sen pun dari keuntungan dua juta gulden yang diraup perusahaan-perusahaan minyak pada
1935 masuk ke Jambi.

Kini, hampir seabad kemudian Negara dan mungkin Jambi kembali dirugikan dengan maraknya
pencurian minyak tersebut. Mau tahu jumlah kasus illegal tapping di jalur ini? Pada 2009,
Pertamina EP mencatat 19 kasus. Lalu menjadi 131 kasus di 2010, menggelembung 420 kejadian
(2011), 810 kasus (2012). Dan jangan kaget di Juli 2013 ini sudah 600 kejadian pencurian
minyak terjadi. Masih ada lima bulan lagi tersisa. Jika Pertamina kembali menghidupkan jalur
Tempino-Palembang, akhir tahun kita tinggal geleng-geleng kepala melihat angkanya. Siapa
bertanggung jawab?

6
D. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian
baik bagi manusia dan atau harta benda, Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak
terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik
pada manusia, barang maupun lingkungan. Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan
dapat berupa banyak hal yang mana telah dikelompokkan menjadi 5, yaitu :

1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi
3. Keluhan, kesakitan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat
5. Kematian

Bagian mesin, alat kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan, Akibat
dari itu, terjadilah kekacauan organisasi (biasanya pada proses produksi), Orang yang ditimpa
kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan
bersedih hati, kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat,
bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian.

 Berikut Beberapa Definisi Kecelakaan Kerja :

1. Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan


kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja , termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau
wajar dilalui.( Bab I pasal 1 butir 7 ).
2. Sedangkan menurut Direktur Teknik MIGAS selaku Kepala Inspeksi Tambang MIGAS
mendefinisikan Kecelakaan Kerja Tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa
pekerja tambang, pada waktu melakukan pekerjaannya di tempat kerja pada pada WKP
nya yang mengakibatkan pekerja kehilangan kesadaran, memerlukan perawatan medis,
mengalami luka2, kehilangan anggota badan, atau kematian. Pekerjaan tambang adalah
semua kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan tugas atau kepentingan perusahaan
termasuk kegiatan insidentil, kegiatan sukarela dan kegiatan lain yang dilakukan atas
perintah/izin perusahaan.

7
3. Menurut OSHA adalah kecelakaan yang tejadi pada saat pergi atau pulang dari kerja,
yang biasa disebut commuting, bukan termasuk kecelakaan kerja.

Kriteria kecelakaan tambang menurut keputusan mentamben no 555.K/26/M.PE/1995 tentang


K3 pertambangan umum. Kecelakaan tambang harus memenuhi 5 unsur yaitu;

1. Benar terjadi
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh kepala tehnik
tambang
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan
4. Terjadi pada jam kerja tambang yang mendapat cidera atau setiap orang yang diberi izin
dana
5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek

E. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Pada dasarnya latar belakang terjadinya kecelakaan di pengaruhi oleh 2 faktor, yaitu16 :

1. Unsafe Condition

Dimana kecelakaan terjadi karena kondisi kerja yang tidak aman, sebagai akibat dari, beberapa
poin dibawah ini :

 Mesin, Peralatan, Bahan, dsb


 Lingkungan Kerja
 Proses Kerja
 Sifat Pekerjaan
 Cara Kerja

2. Unsafe Action

Dimana kecelakaan terjadi karena perbuatan / tindakan yang tidak aman, sebagai akibat dari
beberapa poin dibawah ini :

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan


 Karakteristik fisik
 Karakteristik mental psikologis
 Sikap dan tingkah laku yang tidak aman

8
F. faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja :

1. Faktor Teknis
a. Tempat Kerja

Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti ukuran ruangan tempat
kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan
ruang, pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.

b. Kondisi Peralatan

Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan menjadi sumber
terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau peralatan yang berputar, bergerak,
bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak,
transmisi serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial
menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau
manusia.

c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak

Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak, pelumas, dan
lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja.
Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan yang
matang, baik metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang
bisa memindahkan dan lain sebagainya. Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan alat
bantu seperti forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti benar cara
menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan timbul kesalahan dan mengancam
keselamatan lingkungan maupun tenaga kerja lainnya.

d. Transportasi

Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga cukup banyak. Dari
penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading), jalan yang
tidak baik (turunan, gelombang, licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan,
penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranyaadalah memastikan jenis transportasi
yang tepat dan aman, melaksanakan operasi sesuai dengan standart operational procedure (SOP),
jalan yang cukup, penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus
untuk transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.

e. Tools (Alat)

9
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah
rusak, tentu saja dapat mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-alat yang
sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat kerja

2. Faktor Non-Teknis

a. Ketidaktahuan

Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup
oleh teknisi.Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari
operator dalam menjalankan peralatan kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan
sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut asal-asalan, maka
akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendiri.

b. Kemampuan yang kurang

Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses produksi dan proses
maintenance atau perawatan. Orang yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan bekerja
dengan lebih baik serta memperhatikan faktor keslamatan kerja pada pekerjannya. Oleh sebab
itu, untuk selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih baik.

c. Ketrampilan yang kurang

Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan secara terus-
menerus.Hal ini untuk lebih selalu mengembangkan ketrampilan gunasemakin meminimalkan
kesalahan dalam bekerja dan mengurangi angka kecelakaan kerja.Di dunia keteknikan, kegiatan
latihan ini sering disebut dengan training.

d. Bermain-main

Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa menjadi salah satu penyebab
terjadinya angka kecelakaan kerja. Demikian juga dalam bekerja sering tergesa-gesa dan
sembrono juga bisa menyebabkan kecelakaan kerja.Oleh karena itu, dalam setiap melakukan
pekerjaan sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan hati-hati agar keselamatan kerja
selalu bisa terwujud. Terlebih lagi untuk pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian, kesabaran
dan kecermatan, tidak bisa dilaksanakan dengan berkerja sambil bermain.

e. Bekerja tanpa peralatan keselamatan

Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan keselamatan kerja. Peralatan


keselamatan kerja dirancang untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari
pekerjaan yang baru dilaksanakan. Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat

10
peralatan keselamatan yang nyaman dan aman ketika digunakan.Perlatan keselamatan tersebut
diantaranya pakaian kerja (wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las, sarung tangan,
sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja
di ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang yang sudah merasa mahir justru tidak
menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal
ini sangatlah salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu menggunakan peralatan
keselamatan kerja untuk menjaga kualitas pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan
kesehatan dirinya selama bekerja

3. Faktor Alam

a. Gempa bumi

Meskipun setiap perusahaan/industri telah menerapakan keselamatankerja sesuai standar untuk


meminimalisir angka kecelakaan kerja, namun faktor alam sangat sulit diprediksi. Gempa bumi
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dengan menghancurkan tempat perusahaan /industri
berada akibat pergerakan tanah atau patahan lempeng bumi secara tektonik maupun vulkanik dan
dapat menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa yang besar dan akan bertambah jika gempa
bumi tersebut juga disusul dengan tsunami.

b. Banjir

Banjir bandang juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, terlebih perusahaan berada
dekat dengan aliran air. Air banjir selain dapat merendam peralatan dan mesin produksi serta
dapat menimbulkan kerusakan dan konsleting listrik juga dapat menghanyutkan para
pekerja/operator.

c. Tornado/Puting Beliung

Tornado/puting beliung merupakan kolom udara yang berputar kencang yang membentuk
hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus
dengan permukaan tanah dan rata-rata memiliki kecepatan 117km/jam dengan jangkauan 75 m
sampai beberapa kilometer sebelum menghilang.

11
G. Usaha-usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kerja

Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator
keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif, sehat
dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan di
lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan.
Di dalam industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri
berbasis manufaktur.

Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab itu
masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan. Di
sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia,
rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya
standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan
penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan
tidak langsung.

Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak
aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).

 Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,


kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang
kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
 Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban
kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh
tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon
pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh
secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum
mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

12
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses
pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan
dialirkan keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai
dengan kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi harus
dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk
mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti
memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

 Pencegah Kecelakaan yaitu :

1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :


a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara bakat
dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan
pekerjaannya.
c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan keperluan
perusahaan.
d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.
e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.
2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :

a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang, mesin-


mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan, penyusunan,
penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar
keselamatan kerja yang berlaku.
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

13
3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level
manajemen, antara lain :

a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.


b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.
c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur kerja yang benar.
d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang
terpadu.
f. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kronologi Kejadian

PT Pertamina mencatat, peristiwa kebakaran yang terjadi pada, Rabu 3 Oktober 2012,
menimpa sekitar 40 kolam penampungan minyak ilegal di kilometer 219, Kecamatan Bayung
Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Kolam-kolam tersebut digunakan
oleh penduduk sekitar untuk menampung minyak mentah yang dicuri dari pipa milik PT
Pertamina EP.

Pipa Minyak Pertamina Plaju Dibobol Sejak 2007, Penindakan oleh aparat keamanan lemah
sehingga pencuri semakin berani.

"Sejak 2007 sudah mulai terjadi dan terus meningkat. Kita sudah laporkan pencurian ke
aparat keamanan, namun penindakan lemah sehingga para pencuri semakin berani karena
merasa di-back-up oleh oknum aparat," kata PR Manager Pertamina EP, Agus Amperianto
saat dihubungi VIVAnews, Selasa 30 Juli 2013.

Manajer Humas Pertamina EP, Agus Amperianto, menjelaskan, kebakaran terjadi diduga
kuat akibat aksi penjarahan minyak mentah dari pipa Tempino-Plaju di daerah tersebut.

Jadi, ada dua pipa paralon dua inci yang ditanam di tempat penampungan dan minyak
jarahan di dekat lokasi," kata Agus Amperianto saat dihubungi VIVAnews, Rabu 3 Oktober
2012.Ia menambahkan, minyak Tempino-Plaju ini kualitasnya cukup bagus, sehingga
memicu masyarakat untuk menyelundupkan minyak mentah itu dengan cara melubangi pipa
milik Pertamina EP, lalu ditanam menuju tempat penampungan minyak ilegal.

Pukul 05.00 pagi, aktivitas warga dalam melakukan penjarahan minyak mentah sudah mulai
ramai di lokasi. Mereka mengalirkan minyak ke tempat penampungan yang memang sudah
disiapkan oleh warga," ujar Aji Prayudi dalam jumpa pers di kantor BP Migas Sumbagsel,
Rabu (3/10/2012).Sekira pukul 06.00 WIB (sebelumnya disebut pukul 04.00 WIB), terjadi
ledakan dan kebakaran dahsyat di lokasi pembocoran pipa yang diduga berasal dari percikan
api dan menyambar tempat penampungan minyak mentah.

Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Ali Mundakir, menjelaskan, berdasarkan


temuan tim di lapangan, kebakaran diduga berasal dari aktivitas warga yang akan membuat
kolam penampungan minyak baru untuk menampung minyak curian. Warga membuat kolam
penampungan dengan cara melubangi tanah dan membuat alas dari terpal, "Warga yang mau
mengikat terpal dengan tali menggunakan korek api, namun langsung menyambar minyak di kolam

15
penampungan yang berada berdekatan dengan kolam baru tersebut," kata Ali kepada VIVAnews,
Kamis 4 Oktober 2012.

Dari satu kolam yang terbakar, dia menambahkan, ternyata langsung menyambar kolam-
kolam minyak lainnya yang seluruhnya berjumlah 40 kolam minyak. Untungnya, api tidak
menyambar pipa milik Pertamina EP yang berada di seberang jalan."Pertamina dengan sigap
mematikan aliran minyak yang ada di pipa tersebut untuk mencegah api menyambar minyak
milik Pertamina EP," ujar Ali.

B. Korban jiwa

Korban meninggal dunia akibat ledakan di jalur pipa minyak Pertamina distribusi Tempino -
Plaju KM 219 Dusun Srimaju, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, sejumlah 9
orang.

"Pada saat kejadian, Kamis (4/10) lalu, hanya empat orang yang meninggal, dan bertambah
menjadi sembilan orang. Korban meninggal terakhir, Anisa (70) warga Dusun Srimaju,
Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin," kata Kapolres Musi Banyuasin
AKBP Toto Wibowo ketika dihubungi dari Palembang, Rabu.

Sebelumnya korban yang mengalami luka bakar cukup parah itu, mendapat perawatan
intensif di Rumah Sakit Bratanata (DKT) Jambi sejak peristiwa tersebut terjadi 4 Oktober
lalu.

Namun, kata dia, karena kondisinya terus memburuk, akhirnya nyawanya tidak bisa
diselamatkan, dan meninggal pada 15 Oktober lalu.

Kesembilan korban meninggal akibat ledakan di sekitar pipa minyak Pertamina itu yakni Joni
(14), Kartini (50), Ahmad bin Saipul (13), Egi bin Narto (18), Agus Bastiar (20), Andri
Wibawa (35), Alfian Sauri (40), Rebo (60) dan terakhir Anisa (70), kata kapolres.

Dia menjelaskan, pada saat peristiwa ledakan terjadi tercatat hanya empat korban yang
meninggal dunia yakni Joni (14), Kartini (50), Ahmad bin Saipul (13) dan Egi bin Narto (18).

Para korban yang meninggal dunia akibat peristiwa naas itu tiga diantaranya langsung tewas
di tempat kejadian dan satu orang atas nama Joni meninggal di mobil ambulans dalam
perjalanan ke rumah sakit.

Sedangkan korban yang mengalami luka bakar berdasarkan data yang dihimpun di lokasi
kejadian ada 17 orang.

Para korban yang mengalami luka bakar itu sebagian besar sekarang ini masih dirawat di
rumah sakit Jambi tersebut, melihat perkembangan kondisi fisik mereka yang terus membaik
diharapkan korban meninggal dunia tidak bertambah lagi.

16
Sementara mengenai perkembangan proses pengusutan kasus ledakan pipa minyak yang
menimbulkan korban jiwa itu, menurut Kapolres Muba sekarang ini pihaknya terus
mendalami kasus tersebut.

"Beberapa saksi terkait peristiwa naas itu telah diperiksa, begitu juga sejumlah barang bukti
yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) sudah dikumpulkan," ujar AKBP Toto
Wibowo.

C. Kerugian yg dialami Pertamina

PT Pertamina (persero) mensinyalir kerugian akibat ledakan setelah pencurian pipa di Desa
Srimaju, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan
mencapai Rp8 milar. Hal tersebut diakibatkan terhentinya distribusi minyak mentah
perseroan.

Pihak Pertamina mengakui aksi penjarahan minyak di jalur pipa Tempino-Plaju sudah sangat
memprihatinkan. Kerugian yang ditimbulkan telah mencapai lebih dari 200 miliar rupiah.

Aksi penjarahan minyak mentah mengalami peningkatan sejak pertengahan tahun 2012.
Dalam lima bulan terakhir telah terjadi kehilangan sebesar 36.587 Barel (Mei 2012), 60.554
Barel (Juni 2012), 68.037 Barel (Juli 2012), 48.325 Barel (Agustus 2012), dan 29.001 Barel
(September 2012).

Kecamatan Bayung Lencir merupakan wilayah yang memiliki catatan angka penjarahan
tertinggi. Pada tahun 2011 terjadi 158 kasus dan hingga September 2012 meningkat menjadi
373 kasus.

Demikian keterangan pers yang disampaikan pihak Pertamina kepada Tribunnews, Rabu
(3/10/2012).

Pertamina sangat menyayangkan aksi penjarahan minyak yang masih sering terjadi di jalur
pipa minyak Tempino-Plaju hingga saat ini. Aksi penjarahan tidak saja merugikan negara
hingga ratusan miliar rupiah, tetapi juga telah mengakibatkan kebakaran dan menimbulkan
korban jiwa. Pertamina juga mengimbau kepada masyarakat untuk turut menjaga dan
melaporkan jika ada tindakan mencurigakan yang terjadi di sekitar jalur pipa Tempino-Plaju.

Agus mengatakan pencurian minyak yang terjadi ini ada kaitannya oknum tertentu, tetapi Ia
tidak menyebutkannya."Ini kan pencurian kaitannya dengan 'kebutuhan sama pemenuhan',"
katanya.

Menurutnya hasil dari penyulingan minyak ilegal pernah diamankan aparat bea cukai hendak
diekspor ke Tiongkok. "Ada yang dibawa ke Bangka, kemarin itu yang ditangkap sama bea
cukai mau dibawa ke Kepulauan Riau, selundupan itu barangkali sampai ke Singapura dan
sebagainya," katanya.

17
D. Ancam lifting nasional

Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, menjelaskan secara jangka panjang aksi
penjarahan minyak mentah ini akan mempengaruhi lifting minyak secara nasional. Padahal,
saat ini, pemerintah sedang berusaha mati-matian meningkatkan lifting minyak."Jadi,
jaminan keamanan bagi aliran minyak mentah ini sangat penting bagi negara."

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK
Migas), Rudi Rubiandini, mengaku institusinya sudah babak belur menghadapi pencurian
minyak di pipa milik Pertamina sepanjang Tempino-Plaju, Sumatera Selatan.

Bahkan, Kepala perwakilan SKK Migas di Sumatera Selatan telah disomasi oleh mereka
karena begitu kerasnya melawan. "Suatu saat saya harus memberikan penghargaan kepada
perwakilan SKK Migas Sumsel atas usahanya tersebut," kata Rudi Rubiandini.

Rudi menjelaskan, SKK Migas telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah
pencurian minyak. Namun, berbagai usaha dengan menggandeng aparat keamanan ternyata
tidak cukup efektif karena pencurian terus saja berlangsung. Ia menilai, maraknya pencurian
minyak di Sumatera Selatan karena adanya peraturan daerah yang melindungi kegiatan
tersebut.

Mantan Wakil Menteri ESDM ini menjelaskan, aksi pencurian minyak berawal dari
masyarakat di sekitar Tempino-Plaju mengelola sumur tua yang sudah tidak ekonomis lagi
dan ditinggalkan perusahaan migas.

"Itu mereka kelola, bangun kilang rakyat untuk menyuling minyak dan menjual hasilnya di
pinggir jalan,". Namun, sumur minyak tua yang dikelola warga habis. Lalu, mereka tergiur
untuk membocorkan pipa distribusi minyak milik Pertamina yang berada tak jauh dari lokasi
sumur tua agar tetap dapat mengolah minyak di kilang rakyat.

Maraknya kilang rakyat disebabkan adanya Peraturan Daerah yang dikeluarkan Gubernur
Sumatera Selatan yang menyatakan masyarakat boleh mengelola kilang rakyat. Padahal,
Perda ini tidak memiliki Undang-undang sebagai dasar aturan.

"Tidak ada UU yang mengamanatkan Gubernur boleh mengatur industri hulu migas.
Semuanya dikuasai negara dan pemerintah yang mengatur, beda dengan pertambangan yang
diberikan kuasa kepada pemerintah kabupaten," katanya.

Ia telah meminta Gubernur untuk mencabut Perda tersebut sejak tahun lalu namun hingga
kini peraturan tersebut masih berlaku.

menjadi 373 kasus

18
E. Solusi

1. Anggota Komisi VII DPR RI

Anggota Komisi VII DPR RI Rofi Munawar meminta Pemerintah dan aparat penegak hukum
harus mengusut tuntas kasus terbakarnya pipa minyak Pertamina di Kecamatan Bayung
Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) yang telah menewaskan lima
orang dan mencederai 40 orang.

Rofi Munawar menilai indikasi kasus ini berawal dari praktik pencurian minyak yang
dibiarkan berlarut-larut dan telah berlangsung lama.

"Pemerintah harus punya keseriusan menuntaskan kasus ini, tidak boleh ada diskriminasi
penegakan hukum,"ujar Rofi Munawar, Jum'at (5/10/2012).

Sebelumnya, Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP mengakui maraknya


pencurian minyak milik perseroan sulit diberantas karena aksi tersebut dibeking oleh oknum
aparat keamanan.

“Pertamina bahkan menyebut sebagai kolam penampungan minyak curian, ini berarti
banyak minyak mentah yang dicuri dari kilang Pertamina, lalu ditampung di bak-bak terbuka
dan drum-drum. Adanya praktek illegal tapping, terjadi di jalur pipa Pertamina dan sudah
berlangsung lama tetapi tidak ada tindakan tegas dari aparat,” ungkap Legislator dari fraksi
PKS tersebut

2. dari Universitas Padjadjaran Bandung

Di lain kesempatan, pengamat polisi, pertahanan dan keamanan dari Universitas Padjadjaran
Bandung, Muradi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya illegal
tipping atau illegal drilling.

"Pertama, melalui pendekatan preemptif, kemudian pendekatan preventif terakhir melalui


pengakan hukum," ujarnya.

Selain penjagaan lapangan migas merupakan objek vital nasional baik yang dilakukan oleh
TNI maupun Kepolisian, internal perusahaan pun biasanya memiliki tenaga keamanan yang
direkrut dari pensiunan TNI atau Polri.

"Tenaga pengamanan baik dari TNI/Polri maupun pengamanan internal, bisanya memiliki
cara yang efektif dalam melakukan pendekatan preemptif," katanya.

19
Alasannya karena anggota TNI-Polri punya cara dalam hal pendekatan kepada masyarakat
baik dengan cara personal maupun preemptif.

"Mereka biasanya sudah berpengalaman dan memiliki cara dalam melakukan pendekatan
personal dalam melaksanakan pola preemptif," sambung Muradi.

Dari tiga pendekatan tersebut, Muradi lebih sepakat pada pendekatan Preemptif, menurutnya
jauh lebih efektif dan bisa meminimalisir berbagai risiko yang tidak di harapkan.

"Dengan pendekatan preemptif dan kerjasama yang baik antara pengamanan dari TNI
maupun Polri serta pengamanan internal, kegiatan illegal tapping atau illegal drilling bisa
diminimalisir," katanya.

Muradi juga meminta kepada perusahaan untuk melakukan pendataan kembali terhadap
sumber-sumber minyak yang masih produktif dan ekonomis serta lokasi yang sudah tidak
ekonomis lagi.

"Lokasi yang tidak ekonomis, pengelolaanya diserahkan kepada negara atau daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Sementara yang masih ekonomis dan produktif dijalankan
oleh Pertamina," tutupnya.

3. Saran dari SKK migas

Sejak 2007 lalu pencurian minyak mentah milik PT Pertamina EP di pipa Tempino (Jambi)
ke Plaju (Sumatera Selatan) marak dicuri maling. Ada satu cara ampuh yang sudah lama
disarankan SKK Migas, agar minyak Pertamina tidak dicuri lagi.

"Kita sudah sarankan sejak lama, sejak proyek pemasangan pipa baru untuk menggantikan
pipa yang lama dan sudah banyak bolongnya (dibilongin maling)" ujar Seketaris Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradyana,
ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (13/8/2013).

Saran SKK Migas adalah Pertamina membuat kilang mini di Tempino, agar minyak dari
Tempino langsung diolah tanpa harus dikirim ke Plaju dulu.

"Bangun kilang mini, ini sudah diskusi lama, investasinya sekitar US$ 300 juta, masih
untung dibandingkan kerugian ratusan miliar tiap tahun akibat minyak dicuri. Sementara
kilang Plaju bisa mendapatkan pasokan minyak dari tempat lain".

Lewat cara seperti itu, tidak ada lagi minyak yang dikirim melalui pipa dari sumur minyak di
Tempino ke kilang minyak di Plaju.

Presiden Direktur Pertamina EP Syamsu Alam mengakui, cara seperti itu sangat bisa
menangkal pencurian minyak Pertamina EP.

20
4. Penandatangan nota kesepakatan

.Pertamina EP menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU)


dengan Kapolda Sumatera Selatan untuk meningkatkan keamanan objek vital nasional
(Obvitnas) termasuk jalur pipa Tempino-Plaju yang merupakan aset negara. Kesepakatan ini
menginduk dari MoU yang telah dilakukan Kapolri dengan Dirut Pertamina beberapa waktu
lalu.

Pertamina EP telah menemukan berbagai bukti penjarahan melalui illegal tapping yang
massif dan terorganisasi sehingga MoU ini diharapkan dapat menindak hukum hingga ke
akarnya termasuk penindakan ke oknum aparat keamanan yang melindungi aksi pencurian
tersebut.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, mendukung langkah


Pertamina untuk menghentikan aliran minyak mentah Tempino-Plaju karena dapat
membahayakan operasional Pertamina. "Pipa tersebut bisa meledak setiap saat," kata Hatta,
Senin 29 Juli 2013.

Dia mengatakan, minyak baru akan dialirkan dengan dua syarat. Pertama, pipa yang
dibolongi secara ilegal selesai diperbaiki. Dengan demikian keamanan operasional terjamin.
Kedua, oknum yang melakukan pelanggaran tersebut segera diamankan dan ditindak tegas.

5. Surat Menkopolhukham

Surat Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukham)


tertanggal 13 Agustus 2012 yang meminta Polri melalui Kapolda Sumatera Selatan
membentuk tim terpadu menertibkan aksi pencurian minyak (illegal tapping) di jalur pipa
Tempino-Plaju ternyata tidak efektif.

Pertamina, selaku pemilik pipa, lebih memilih untuk mematikan aliran minyak yang baru
dioperasikan selama seminggu tersebut pada 23 Juli 2013 lalu sebagai langkah darurat.
Dalam seminggu, rata-rata losses selama sepekan operasi komersial pipa tersebut telah
mencapai 18 persen dari rata-rata penyaluran 12 ribu barel per hari.

Apabila dilihat trennya, losses cenderung meningkat dari semula hanya 4,45 persen pada hari
pertama hingga terakhir sempat mencapai 39,5 persen. Dalam sepekan, Pertamina telah
kehilangan minyak sekitar 17.500 barel atau setara Rp17,5 miliar. Jika kehilangan dihitung
dari 1 Januari hingga 23 Juli 2013, nilai kerugian telah mencapai sekitar Rp280 miliar.

Padahal instruksi Menkopolhukham jelas meminta Kapolri memerintahkan Kapolda Sumsel


sebagai leading sector membentuk tim terpadu untuk merumuskan dan melaksanakan operasi
21
penertiban, pengamanan dan penegakan hukum dengan pendekatan persuasif dan humanis.
Didukung oleh Mabes Polri dan Panglima TNI melalui Pangdam II/Sriwijaya.

Manajer Humas Pertamina EP, Agus Amperianto, menjelaskan Kasus sabotase aset negara
dengan cara pencurian minyak mentah Pertamina di jalur pipa Tempino-Plaju Sumatera
Selatan telah terjadi sejak 2007 lalu dan terus meningkat hingga puncaknya Juli 2013. "Kita
sudah laporkan pencurian ke aparat keamanan, namun penindakan lemah sehingga para
pencuri semakin berani karena merasa di-back-up oleh oknum aparat," katanya saat
dihubungi VIVAnews, Selasa 30 Juli 2013.

Pertamina EP menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU)


dengan Kapolda Sumatera Selatan untuk meningkatkan keamanan objek vital nasional
(Obvitnas) termasuk jalur pipa Tempino-Plaju yang merupakan aset negara. Kesepakatan ini
menginduk dari MoU yang telah dilakukan Kapolri dengan Dirut Pertamina beberapa waktu
lalu.

Pertamina EP telah menemukan berbagai bukti penjarahan melalui illegal tapping yang
massif dan terorganisasi sehingga MoU ini diharapkan dapat menindak hukum hingga ke
akarnya termasuk penindakan ke oknum aparat keamanan yang melindungi aksi pencurian
tersebut.

Penghentian operasi pipa Tempino-Plaju berkapasitas 12 ribu barel per hari ini menyebabkan
pasokan minyak mentah menuju kilang pengolahan (refinery) Plaju turun 25 persen. Hal ini
menyebabkan Sumatera terancam krisis BBM sehingga karyawan unit kilang memutar otak
dengan menurunkan pasokan setiap daerah untuk memastikan pasokan BBM tetap berjalan.

Menurutnya, minyak mentah hasil curian tersebut ditampung di kilang ilegal untuk
selanjutnya diolah menjadi BBM dan dijual ke industri pertambangan dan sisanya dijual
eceran. "Padahal industri dilarang membeli BBM ilegal ini dan ini bukan tugas Pertamina
menertibkan," katanya.

Direktur Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Minyak dan Gas (SKK Migas)
Sumatera Selatan, Setia Budi, menjelaskan aktivitas illegal tapping ini kian marak pada 2013.
Catatannya, kasus pencurian tercatat 810 kali pada 2012. Sedangkan, catatan per 1 Januari-25
Juli 2013, kasus pencurian minyak telah terjadi 589 kali.

Para pelaku, Budi melanjutkan, dalam melakukan penjarahan ini berpindah-pindah lokasi.
"Biasanya dilakukan di malam hari, tapi puncaknya pencurian minyak di Juli ini itu tanggal
22 kemarin, losses hingga 5.000 barel atau 40 persen dari kiriman per hari," kata Budi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, mendukung langkah Pertamina


yang menghentikan distribusi minyak mentah menuju kilang Plaju. Menurutnya, Pertamina
baru akan mengoperasikan kembali pipa Tempino-Plaju yang menghubungkan 8 sumur

22
minyak tersebut apabila aparat keamanan berani menjamin keamanan pipa dan mengusut
hingga tuntas pelaku pencurian minyak mentah agar tidak terulang kembali.

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan
keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3
diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari
dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi melalui
pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi
pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan
dan keselamatan kerja.

PT Pertamina mencatat, peristiwa kebakaran yang terjadi pada, Rabu 3 Oktober 2012, menimpa
sekitar 40 kolam penampungan minyak ilegal di kilometer 219, Kecamatan Bayung Lencir,
Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Kolam-kolam tersebut digunakan oleh penduduk sekitar untuk menampung minyak mentah yang
dicuri dari pipa milik PT Pertamina EP. Yg menewaskan 9 orang dan 18 terluka dan memberikan
kerugian bagi PT. pertamina sebesar 8 m karena terganggunya distribusi minyak.

B. Saran

Pasalnya selama ini kasus penyelewengan dan penyelundupan BBM semakin marak karena
tingginya disparitas harga BBM di dalam dan luar negeri.

“Jangan hanya menyalahkan warga yang berebut menjarah minyak mentah (crude oil) dari pipa
milik Pertamina, tetapi oknum-oknum terkait yang selama ini menikmati praktik pencurian
minyak ini harus ditindak tegas,"ujar Rofi Munawar, Jum'at (5/10/2012).

24
Meledaknya pipa minyak pertamina ini bukan yang pertama kalinya terjadi, Rofi mengingatkan
tentang peristiwa kebakaran kilang BBM di Cilacap April 2011 dan kebakaran kilang minyak di
Balikpapan Januari 2010.

Sehingga kasus ini jangan sampai jadi agenda tahunan yang akan terus menambah permasalahan
sektor energi yang kian tak terselesaikan, mulai dari kegagalan pencapaian lifting minyak,
penyelundupan BBM ke luar negeri, sampai kasus pencurian minyak di dalam negeri seperti ini
yang ditengarai sebagai penyebab kebakaran.

“Bila pemerintah gagal menuntaskannya, kasus ini akan menambah sederetan rapor merah bagi
sektor energi di Indonesia,” tandasnya.

Sebagaimana diberitakan, kebakaran terjadi di Kilometer 219 Kecamatan Bayung Lencir,


Kabupaten Musi Banyuasin, Rabu (3/10). Lokasi kebakaran berada di dekat pipa minyak
Tempino-Plaju milik Pertamina.

Kebakaran tersebut diduga kuat akibat ulah pencuri minyak. Tim Pertamina dan Elnusa
menemukan barang bukti yang digunakan pelaku pencurian, yakni clamp 8 inci, valve ukuran 1½
inci yang terpasang pada pipa minyak Tempino-Plaju milik Pertamina.

25
Lampiran

26

Anda mungkin juga menyukai