Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Energi tidak akan bisa lepas dari kehidupan manusia, pemanfaatan

sumber energi sudah banyak dilakukan oleh manusia, baik energi yg bisa
diperbaharui ataupun tidak bisa diperbaharui.
PT. Pertamina (Persero) UP (Unit Pengilahan) III merupakan salah satu
perusahaan yang mengelola sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat seperti bahan bakar minyak dan gas. Minyak dan Gas Bumi
sebagai sumber energi memegang peranan sangat penting didalam
menunjang perkembangan dan kemajuan industri pada saat ini. Selain dari
pada itu minyak dan gas bumi sebagai sumber devisa negara juga
memegang peranan yang tak kalah pentingnya di dalam menunjang laju
pembangunan nasional. Sektor industri migas merupakan konsumen terbesar
dalam memakai energi dibandingkan dengan sektor industri lain. Dengan
demikian biaya yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Bila tidak dapat
memanfaatkan energi dengan sebaik mungkin maka akan menimbulkan
kerugian yang sangat besar.
Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri, terutama industri
yang mengelola minyak dan gas sangat membutuhkan sumber energi
penunjang yang sangat memebantu dalam kelancaran proses produksi guna
meningkatkan hasil produksinya. PT. Pertamina (Persero) UP III memiliki
beberapa bagian yang berperan sangat penting dalam kelancaran proses
produksi, salah satu dari bagian tersebut adalah bagian Utilities.
Bagian Utilities terutama unit penyedia uap merupakan suatu unit yang
tidak dapat terpisahkan dari proses utama dari suatu kilang minyak maupun
industri yang menggunakan uap sebagai sarana penunjang. Pertamina UP III

memiliki dua pembangkit tenaga uap yaitu Power Station I dan Power Station
II. Kedua pembangkit tenaga uap itu saling menunjang untuk menyediakan
uap sebagai salah satu sarana penunjang operasi. Uap bertekanan yang
dihasilkan digunakan untuk penggerak, pemanas dan membantu dalam
proses, salah satu peralatan penghasil uap yang dimiliki oleh Pertamina UP
III adalah boiler.
Boiler yang baik adalah boiler yang mempunyai efisiensi dan efektifitas
yang tinggi, sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam memilih boiler untuk
kebutuhan operasional. Semakin tinggi efisiensi boiler, maka akan semakin
tinggi penghematan pemakaian bahan bakar sehingga biaya operasional
yang dikeluarkan rendah.
1.2

Tujuan Penulisan
Penulisan kertas kerja wajib ini mempunyai tujuan antara lain :

Memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir Program Bimbingan


Praktis Ahli Teknik (BPAT) Tahun 2008.

Untuk melakukan evaluasi kinerja package boiler 2011 UB dengan


cara melakukan perhitungan efisiensinya.

1.3

Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diajukan tidak terlalu meluas, maka lingkup

masalah yang akan dibahas adalah :

Efisiensi yang dihasilkan oleh package boiler 2011 UB

Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler.

1.4

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari Kertas Kerja Wajib adalah sebagai berikut :

a. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
b. Orientasi Umum
Berisi tentang :
Sejarah singkat Pertamina Unit Pengolahan III Plaju
Struktur Organisasi
Seksi PPTL / U terdiri dari Boiler Feed Water, Steam Generation
System, Power Generation System, dan Fuel System.
Auxiliary terdiri dari unit penyediaan air baku, unit penjernihan air,
pengadaan air pendingin, pengadaan udara bertekanan dan nitrogen
plant.
Keselamatan kerja
c. Dasar Teori
Berisi tentang dasar teori mengenai boiler dan metode perhitungan
efisiensi boiler.
d. Pembahasan
Berisi tentang data spesifikasi dan data operasional package boiler 2011
UB serta perhitungan efisiensi.
e. Penutup
Berisi kesimpulan dan saran-saran hasil pengamatan / penelitian di
lapangan.

BAB II
ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Singkat


Pertamina UP-III Plaju adalah salah satu dari tujuh Unit Pengolahan
yang dimiliki Pertamina. Kilang Pertamina UP-III Plaju dibangun oleh
Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 dengan tujuan untuk mengolah
minyak mentah yang berasal dari Prabumulih dan Jambi. Pada tahun 1957
kilang ini diusahakan oleh BPM (Batavche Petroleum Matscappij). Pada
tahun 1965 Pertamina membeli kilang Plaju dari PT. SHELL ( EX. BPM ),
yang terletak di sebelah selatan sungai Musi dan sebelah barat sungai
Komering, oleh karena itu kilang minyak UP-III dikenal juga dengan nama
Kilang Musi. Kilang Sei Gerong di bangun oleh Stanvac Esso pada tahun
1920 juga dibeli oleh Pertamina pada tahun 1970. Kilang ini terletak di
persimpangan sungai Musi dan sungai Komering.
Semenjak Pertamina mengambil alih ke dua kilang tersebut banyak
perubahan yang telah dilakukan sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan zaman dan teknologi.
Seiring dengan kemajuan teknologi Pertamina UP III Plaju telah
melakukan perkembangan yang pesat dengan tidak hanya bergerak pada
industri minyak dan gas bumi saja namun juga pada industri petrokimia.
Kilang Plaju dan Sei Gerong dioperasikan secara integrasi sehingga
diperoleh tingkat efisiensi yang cukup tinggi dibandingkan apabila kilangkilang tersebut beroperasi secara terpisah. Untuk itu di bangun Jembatan
Integrasi Plaju Sei Gerong sehingga memudahkan transportasi bahan baku
dan produksi antara kedua kilang tersebut.
Pada tahun 1972 dibangun Asphalt Blowing Plant yang berkapasitas
45.000 ton/jam yang kemudian dikelola oleh pihak swasta dengan sistem

Kerja Sama Operasi (KSO), dan setahun kemudian (1973) dibangun juga
pabrik Polypropylene. Pada tahun 1982 dibangun Proyek Aromatic Center
bersamaan dengan Proyek Kilang Musi I yang merupakan bangunan
tambahan sarana utilities untuk menunjang kehandalan operasi kilang.
Pembangunan proyek ini tidak lepas dari persetujuan Pemerintah sebagai
pemilik perusahaan, karena Pertamina merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Namun sekarang Pertamina sedang berbenah diri agar
nanti dapat menjadi suatu perusahaan yang mandiri sehingga dapat menjadi
sebuah Perseroan Terbatas (PT) murni dan mampu bersaing di zaman
globalisasi.
TA / PTA mulai beroperasi pada bulan April 1986 dengan menghasilkan
tepung PTA sebagai bahan baku pembuat tekstil dengan kapasitas 150.000
ton/tahun, karena adanya peningkatan dari produksi TA / PTA Plant dari
150.000

ton/tahun

menjadi

225.000

ton/tahun

maka

dilakukan

Debottlenecking Project. Namun semenjak bulan Maret 2007 dengan alasan


merugi TA / PTA Plant stop operasi.
Pada tahun 1992 dibangun pabrik Polypropylene II, dan Pabrik yang
lama (Polypropylene I) dibongkar pada tahun 1998. Dan pada tahun 1993
dilaksanakan Proyek Kilang Musi II (PKM II) di area Utilities Power Station I
dan II (PS I dan II). Proyek Kilang Musi II ini bertujuan untuk menambah
beberapa fasilitas unit penunjang operasi seperti penambahan satu Unit Gas
Turbine (GT 2015 UC) beserta satu unit WHRU 2010 UC serta sarana yang
lainnya.
2.2 Struktur Organisasi
Pertamina Unit Pengolahan III Plaju di pimpin oleh seorang General
Manager (GM) Refinery yang dibantu oleh beberapa orang Manager dan
beberapa orang Kepala Bidang.

Sebagaimana terlampir pada Lampiran. 1adalah sebagai berikut:

Manager Kilang ( Man Kil )

Manager Perencanaan Dan Keekonomian ( Man Ren Ekon )

Manager Reliability ( Man Rel )

Manager Engenering Dan Pengembangan ( Man Enj & Bang )

Manager Keuangan ( Man Keu )

Manager HR. Area Unit III

Manager Umum ( Man Umum )

Kepala Bidang Keselamatan, Kesehatan Dan Lindungan, Lingkungan


( Ka Bid K3LL )

Head People Development ( Ka. Bag Ren & Bang )

Head Industrial Relation ( Ka. Bag HIK )

Analist Organization Development ( Ka. Bag O & P )

Head Of Payroll Benefit & HRISC ( Ka. Bag P & B )

Head Of Medical UP III ( Ka. Bag Kesehatan )


Khusus untuk Manajer Kilang membawahi Manajer Produksi I (Man

Prod I) yang membawahi unit-unit yang ada di kilang termasuk Utilities,


sedangkan untuk unit Polypropylene langsung dibawahi oleh Manajer Kilang.
Struktur organisasi Utilities sebagaimana terlampir pada lampiran. 2,
dipimpin oleh seorang Kepala Bagian ( Ka UTL ) yang dibantu oleh beberapa
orang :

Kepala Pusat dan Pembangkit Tenaga Listrik dan Uap


Yang membawahi semua Pengawas Jaga yang berada di Power
Station I dan II ( PS I dan PS II ).

Kepala Auxiliary
Yang membawahi semua Pengawas Jaga yang berada di Auxiliary
Plaju dan Sei Gerong.

Pengawas Utama Distribusi


Yang membawahi semua Pengawas Jaga distribusi Plaju dan Sei
Gerong dan Pengawas Harian.

Pengawas Penunjang Operasi


Membantu dalam pemecahan dan perumusan permasalahan yang
menyangkut operasi Utilities

Asisten Chemical

Administrasi

Pengawas Jaga regu bergilir A, B, C dan D


Di PPTL / U, Auxiliary dan Distribusi baik yang ada di Plaju maupun
yang ada di Sei Gerong.

2.3 Utilities
Sebagai unit pendukung utama operasional kilang, Utilities di harapkan
dapat beroperasi dengan baik dan handal. Untuk memenuhi kebutuhan
operasi kilang, utilities bertugas menyediakan kebutuhan seperti : air, udara
bertekanan, nitrogen, listrik, uap bertekanan dan udara instrumentasi.

2.3.1 Tugas dan Fungsi Utilities


Tugas dari pada bagian utilities adalah pendukung utama operasional
kilang agar menjadi kilang yang handal dan maju.
Sedangkan fungsi utilities adalah menyediakan kebutuhan akan energi
seperti :

Penyediaan Uap Bertekanan

Penyediaan Energi Listrik

Penyediaan Air Bersih

Penyediaan Udara Bertekanan

Penyediaan Air Pendingin

Penyediaan Nitrogen

Penyediaan Air Bakaran

Dengan demikian tugas dan fungsi bagian utilities menjadi sangat


penting dalam menjamin kehandalan operasi Pertamina Unit Pengolahan-III
Plaju, karena apabila terjadi gangguan pada unit utilities akan mempengaruhi
operasional kilang secara keseluruhan.
Mengingat hal tersebut diatas, sangatlah wajar apabila didalam
mengoperasikan unit utilities dibutuhkan tenaga-tenaga yang profesional
(ahli) di dalam bidangnya sehingga kegagalan yang disebabkan oleh
kesalahan manusia (Human Error) dapat dihindari. Karena kegagalan
operasional utilities berarti kerugian bagi Pertamina.

2.3.2 Sarana dan Fasilitas Utilities


Sarana dan fasilitas yang ada di utilities PS II Plaju terdiri dua seksi
yaitu seksi PPTL / U dan Auxiliary.
2.3.2.1 Pengadaan Uap Bertekanan
Untuk menghasilkan uap bertekanan terdapat 5 ( lima ) buah boiler
dengan rincian :

3 (tiga) buah WHRU 2010 UA, WHRU 2010 UB, dan WHRU 2010 UC
yang dapat menghasilkan uap dengan kapasitas 68 ton / jam. Panas yang
dimanfaatkan berasal dari buangan Gas Turbin Generator yang
bertemperatur 470 C. Disamping panas yang berasal dari buangan gas
turbin juga terdapat fasilitas untuk bahan bakar gas untuk menaikan
produksi. Bila beban dari boiler melebihi dari panas yang diserap dari gas
turbin maka dijalankan bahan bakar gas untuk memenuhi kekurangan
tersebut.

Selain WHRU juga terdapat 2 (dua) buah package boiler (2011 UA dan
2011 UB) yang mempunyai kapasitas 50 ton / jam dengan temperature
385 C dengan tekanan 42 kg / cm 2.
Package Boiler menggunakan dua pengapian (double firing) yang

menggunakan bahan bakar cair dan bahan bakar gas namun dengan
berbagai pertimbangan sekarang yang digunakan hanya bahan bakar gas.
Uap yang dihasilkan dari boiler tersebut berupa uap dengan tekanan
tinggi (high press) dengan tekanan 42 kg / cm2 dan temperatur 385 C. Uap
yang dihasilkan digunakan untuk :

Penggerak.

Pemanas.

Membantu dalam proses kilang.

2.3.2.2 Pengadaan Energi Listrik


Listrik merupakan kebutuhan energi pokok yang digunakan untuk
menggerakan motor-motor listrik, dan juga untuk penerangan di perkantoran
dan perumahan pekerja Pertamina, yang dihasilkan dari:
3 (tiga) unit Gas Turbin Generator ( GT 2015 UA / UB / UC ) dengan
kapasitas masing-masing generator = 31 MW.
1 (satu) unit Steam Turbine Generator (ST 2017 U) dengan kapasitas 3,1
MW untuk pengaman power di Utilities dan TA / PTA Plant.
1 (satu) unit Emergency Diesel Generator ( EDG 2016 U ) yang
mempunyai kapasitas 0,75 MW untuk keperluan Emergency Power.

2.3.2.3 Pengadaan Air


Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari, begitu
juga untuk kepentingan industri. Air yang digunakan untuk kebutuhan kilang

Plaju berasal dari air permukaan yaitu Sungai Musi dan Sungai Komering. Air
yang di olah tersebut di gunakan untuk kebutuhan :

Air Bersih ( air minum )

Air Pendingin

Air Demineralizer

Air Bakaran
Kebutuhan air bersih untuk kilang maupun perumahan dan perkantoran

menjadi tanggung jawab unit pengolahan air yang terdiri dari satu unit berada
di

PS-II dengan kapasitas 1100 ton / jam di RWC-II dan 1100 ton / jam di

RWC-I serta satu unit lagi di Sei Gerong dengan kapasitas 150 ton / jam.
Sedangkan untuk kebutuhan demin ( demineralizer ) dioperasikan 4
(empat) unit Demineralizer dengan kapasitas masing-masing 360 ton / jam
yang berada di Power Station ( PS ) II untuk keperluan air industri, sebagai
air umpan boiler juga untuk memenuhi kebutuhan air di unit TA / PTA plant
dan Polypropylene plant serta untuk kebutuhan utilities sendiri.
Disamping itu juga dioperasikan satu unit demin yang berada di Sei
Gerong dengan kapasitas 50 ton / jam.
Selain untuk kebutuhan yang telah dijelaskan di atas juga digunakan
untuk kebutuhan air pendingin (cooling water) yang mempunyai kapasitas
12.800 ton/jam. Untuk keperluan air pendingin terdapat satu unit Menara
Pendingin (2210 U) yang memiliki lima buah fan (kipas) serta 3 (tiga) unit
pompa sirkulasi jenis Non Positive Displacement ( centrifugal pump ) 2210
JAT, JC, JD dengan kapasitas 6.200 m 3/jam. Selain untuk kebutuhan diatas,
air yang ada juga digunakan untuk kebutuhan air bakaran.

2.3.2.4 Pengadaan Udara Bertekanan


Unit ini dioperasikan dengan tujuan menyediakan udara bertekanan
yang akan digunakan untuk sistem instrumentasi, untuk keperluan pabrik dan
untuk keperluan bahan baku pada unit nitrogen plant.
Sarana yang terdapat pada unit ini adalah:

3 (tiga) Unit Kompresor yaitu 2025 JAT / JB dan JC digunakan untuk


menyediakan

udara

kempa

bagi

keperluan

kilang

dan

sistem

instrumentasi.

1 (satu) unit

air dryer yang berfungsi sebagai pengering udara agar

didapat udara kering, bebas minyak dan debu.

3 (tiga) Unit Centrifugal Air Compressor 2027 JA, JB dan JC.

1 (satu) Unit Instrument Air Receiver Tank 2026 F sebagai tempat untuk
menampung udara temperatur yang keluar dari air dryer sebelum
didistribusikan ke konsumen.

2.3.2.5 Nitrogen Plant


Unit Nitrogen Plant berfungsi untuk memproduksi nitrogen untuk
keperluan diunit TA / PTA plant, blanketing tanki dan back up pada air
instrument system bila terjadi kegagalan. Pada dasarnya pembuatan nitrogen
adalah pemisahan antara oksigen dan nitrogen yang ada di udara
berdasarkan perbedaan titik didihnya.
2.3.2.6 Unit Demineralisasi
Unit demineralisasi adalah bertujuan memproduksi air yang bebas
mineral, yang akan dipergunakan untuk kepentingan proses di TA / PTA plant,
penambahan boiler feed water, pure water pada unit hidrogen plant. Adapun
proses yang digunakan pada demineralisasi untuk menghilangkan garam-

garam mineral yang terdapat di dalam air dilakukan dengan cara pertukaran
ion (ion exchange).

2.3.2.7 Fuel System


Jenis bahan bakar yang digunakan ada dua macam yaitu bahan bakar
gas dan bahan bakar cair. Bahan bakar gas yang berasal dari lapangan
(Mixed Gas) melalui Knock Out Drum 2086 F digunakan untuk pembakaran
pada boiler WHRU ( 2010-UA / UB / UC) dan pada Package Boiler (2011-UA /
UB).
Gas yang melalui 2081 F digunakan untuk bahan bakar pada gas
turbin, sedangkan bahan bakar cair yang berupa residu ( heavy fuel oil )
digunakan pada boiler 2011 UA / UB dan ke TA / PTA didistribusikan melalui
sebuah tanki timbun 2075 F.
Diesel fuel oil disuplai dari kilang dan ditampung pada tanki 2074 F, dan
sebagai back up apabila suplai gas lapangan ke gas turbin generator
terganggu.
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bekerja

dalam

lingkungan

industri

migas

dituntut

mempunyai

kemampuan dan keahlian yang memadai. Sifat pekerjaan yang ditangani


mengandung resiko tiggi terhadap bahaya seperti adanya tekanan dan
temperatur kerja suatu peralatan yang sangat tinggi, peralatan yang berputar
dengan putaran tinggi dan adanya zat-zat beracun yang dibutuhkan pada
proses operasi. Ruang lingkup pekerjaan yang demikian akan membawa
konsekuensi logis pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi
operator dan peralatan itu sendiri.
Dengan demikian alat-alat pengaman pada peralatan yang beroperasi
harus diyakinkan dapat berfungsi dan bekerja dengan sempurna. Begitu pula

terhadap alat-alat keselamatan kerja bagi operator juga harus memadai


seperti pemakaian earplug, sepatu keselamatan, sarung tangan, dan
sebagainya pada saat bekerja. Tidak kalah pentingnya dalam menjaga
operasi kilang yang handal dan aman, maka faktor sumber daya manusia
sebagai pelaksana di lapangan haruslah mempunyai kemampuan yang
memadai juga faktor-faktor non teknis, seperti prosedur kerja ayang aman
akan menunjang keberhasilan suatu pekerjaan dan akhirnya membawa
keuntungan bagi perusahaan dan pekerja itu sendiri.

PENGOPERASIAN BOILER

1. a. Tujuan (Minggu 1)
- Mengenal macam-macam boiler
- Memahami prinsip kerja boiler
- Memahami bagian dan fungsi boiler
b. Tujuan (Minggu 2)
- Mahasiswa dapat memahami pengoperasian boiler
- Menentukan efisiensi boiler
- Menghitung BHP
2. Alat yang Digunakan
-Seperangkat rangkaian boiler
-Thermometer
- Ember
- Stopwatch
DASAR TEORI
1. Boiler
Boiler atau Steam Generator adalah suatu bejana tertutup yang terbuat
dari baja yang digunakan untuk menghasilkan uap. Didalam dapur (furnace),
energi kimia dari bahan bakar di ubah menjadi panas melalui proses
pembakaran. Dan panas yang dihasilkan sebagian besar di berikan kepada
air yang berada di dalam boiler dan air akan berubah menjadi uap. Uap yang
dihasilkan dari sebuah boiler dapat digunakan sebagai fluida kerja atau
media pemanas untuk bermacam keperluan.

2. Prinsip Kerja Boiler


Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar (padat, cair
maupun gas) yang terjadi didalam dapur (furnace), kemudian panas tersebut
dipindahkan melalui suatu perantara logam untuk selanjutnya panas ini
dipindahkan ke air dalam boiler secara konveksi, sehingga air tersebut
berubah fase cair menjadi fase uap pada tekanan dan suhu yang
dikehendaki.
3. Klasifikasi Boiler
Secara umum boiler dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
Boiler Pipa Air (water tube) dan Boiler Pipa Api ( fire tube).
3.1.2.1 Boiler Pipa Api (Fire Tube)
Pada boiler jenis ini, nyala api dan gas panas yang diperoleh dari
hasil pembakaran bahan bakar untuk mentransfer panasnya. Gas panas
dilewatkan melalui tube-tube yang di sekitar dinding luarnya dikelilingi oleh air
atau uap yang telah terbentuk. Lorong api di buat bergelombang agar
bertambah besar luas permukaan yang dipanaskan di samping itu dapat di
pergunakan agar dapat lebih kaku dan mengatasi stres akibat pemuaian dan
penyusutan yang mendadak.
Agar transfer panas dari api atau gas panas ke air lebih efektif maka
susunan tube-tube di dalam boiler ini dapat dibuat pass per pass, yang
artinya setiap pass mempunyai satu arah aliran dari gas panas terhadap
burnernya (alat pembakaran).
3.1.2.2 Boiler Pipa Air (Water Tube)
Boiler yang termasuk golongan ini ialah boiler yang peredaran airnya
terjadi di dalam pipa-pipa yang dikelilingi oleh nyala api dan gas panas dari
luar susunan tube. Konstruksi pipa yang dipasang di dalam boiler dapat lurus

(straight tube) dan juga dapat berbentuk pengkolan (bend tube) tergantung
dari jenis boiler nya.
Tube-tube yang lurus dipasang secara paralel di dalam boiler
dihubungkan dengan dengan dua buah header. Dan header tersebut juga
dihubungkan dengan steam drum (bejana uap) yang di pasang secara
horisontal di atas susunan tube.
Susunan tube di antara kedua header mempunyai kecondongan tertentu
( 15 dari garis datar), hal ini di maksudkan agar dapat menimbulkan
sirkulasi ( peredaran ) air di dalam boiler.
3.1.3 Proses Pembentukan Uap
Jika 1 Kg air pada suhu 0 oC dimasukkan kedalam tabung silinder piston
yang tersusun dengan beban, piston dan beban menjaga tekanan didalam
silinder tetap sebesar 1 Atm (1,033 kg/cm 2). Jika air didalam tabung silinder
tersebut dipanaskan, temperaturnya akan naik terus menerus sampai
mencapai titik didihnya. Titik didih air pada tekanan 1 Atm adalah 100 oC,
tetapi titik didih itu akan naik jika tekanan dalam tabung silinder berada diatas
1 Atm. jika titik didih sudah dicapainya dan temperatur tidak berubah pada
tekanan yang konstan, maka menguaplah air didalam tabung silinder dan
mendorong piston keatas sebagai akibat terjadinya ekspansi karena
berubahnya air menjadi uap. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa
volume spesifik uap naik, temperature pada saat air mendidih atau terjadi
penguapan pada tekanan yang diberikan dikenal sebagai saturation
temperature ( suhu jenuh ), dan tekanannya dikenal sebagai saturation
pressure (tekanan jenuh).
Panas yang diserap oleh air dari titik beku sampai titik didihnya, yakni
dari 0 oC sampai 100 oC dikenal sebagai sensible heat of liquid (panas
sensible cairan). Juga disebut sebagai total heat of water. Pada tingkatan ini,

air tidak berubah menjadi uap secara keseluruhan, tetapi masih ada
beberapa partikel air dalam bentuk suspensi.
Panas yang dibutuhkan untuk merubah air pada titik didihnya sehingga
menjadi uap dikenal sebagai latent of vaporation (panas laten penguapan).
Karena panas laten yang belum diserap semuanya, maka uap yang terbentuk
belum dapat dikatakan uap kering. Jika uap basah dipanaskan lebih lanjut
pada temperatur jenuhnya, maka partikel-partikel yang tersuspensi akan
diuapkan secara sempurna. Dengan demikian uap yang terbentuk disebut dry
steam atau saturated steam (uap kering atau uap jenuh). Uap jenuh
sesungguhnya mempunyai sifat seperti gas sempurna.
Jika uap jenuh dipanaskan lebih lanjut pada tekanan konstan maka
temperaturnya akan naik, atau dengan kata lain jika uap yang temperaturnya
berada diatas temperatur jenuhnya pada tekanan tertentu maka ia disebut
uap lewat jenuh (Superheated Steam). Selama tekanannya konstan, maka
volume spesifiknya akan menjadi lebih besar dan kandungan panasnya
menjadi lebih tinggi.
3.2 Boiler feed water
Yang dimaksud boiler feed water adalah air yang dibutuhkan untuk
umpan dan dimasukkan kedalam boiler yang akan diolah menjadi uap air.
Sistem penyediaan boiler feed water adalah salah satu bagian yang penting
untuk menjaga kelancaran operasi boiler dengan hasil uap yang bermutu
baik. Terutama akibat mutu air yang kurang memenuhi syarat akan
menimbulkan gangguan operasi, kerusakan, dan penurunan performansi
boiler.
Secara umum persyaratan air yang digunakan untuk umpan boiler
adalah yang tidak akan mengendapkan beberapa zat yang berbentuk kerak,
tidak akan mengakibatkan korosi, serta tidak akan menimbulkan kesulitan
dalam operasi (seperti misalnya foaming, carryover, dan lain sebagainya).

Pada umumnya boiler feed water berasal dari hasil proses pengolahan
boiler water diluar unit boiler (eksternal treatment) dan proses pengolahan air
didalam boiler (internal treatment). Sebelum masuk kedalam boiler, boiler
feed water harus benar-benar memenuhi spesifikasi yang diijinkan untuk
menjaga faktor keamanan dan ekonomi.
3.3

Proses Pembakaran Bahan Bakar


Pembakaran bahan bakar dapat dinyatakan sebagai suau reaksi kimia

daripada oksigen di dalam udara atmosfir dan hidrokarbon. Pembakaran


akan terjadi dengan sempurna apabila oksigen yang diperlukan cukup sesua
dengan kebutuhan reaksi.
3.3.1 Klasifikasi Bahan Bakar
Bahan bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk umum :

Bahan bakar padat (solid fuel)

Bahan bakar cair (liquid fuel)

Bahan bakar gas (gaseous fuel)

3.3.2 Higher Heating Value (HHV)


Semua bahan bakar biasanya mengandung hidrogen, yang apabila
dibakar akan menghasilkan uap air. Panas yang dihasilkan sebagian akan
digunakan untuk mengubah air menjadi uap tentunya akan menghasilkan
panas yang lebih dari yang didapatkan, kemudian jumlah total panas yang
dihasilkan per satuan bahan bakar dinyatakan sebagai Gross atau Higher
Heating Value (HHV)

3.3.3 Kandungan dalam Bahan Bakar


Dalam bahan bakar pada umumnya mengandung beberapa senyawa,
yaitu :

Kadar sulphur (dapat menurunkan panas pembakaran dan bersifat


korosif)

Kadar abu (dapat membentuk deposit pada batu tahan api dan pada
pipa air boiler)

Kadar air (dapat membuat korosi pada pipa saluran dan tangki
penampung, panas pembakaran turun dan menurunkan efisiensi
pembakaran)

3.3.4 Kebutuhan Udara Pembakaran


Didalam proses pembakaran bahan bakar penyedian oksigen yang
cukup dapat menghasilkan pembakaran yang sempurna. Pembakaran yang
sempurna akan menghasilkan jumlah panas yang maksimum dari panas
pembakaran bahan bakar. Massa oksigen yang diperlukan dapat dihitung
melalui masing-masing komponen gas yang dapat bereaksi dengan oksigen.
Dalam kebanyakan proses pembakaran bahan bakar oksigen yang
diperlukan diambilkan dari udara bebas dapat ditentukan kebutuhan udara
untuk pembakaran bahan bakar. Untuk perhitungan teknis komposisi udara
adalah sebagai berikut :

Komposisi berat Nitrogen

: 77% dan Oksigen 23%

Komposisi volume Nitrogen

: 79% dan Oksigen 21%

3.4 Performansi Boiler


Performansi sebuah boiler dapar diukur dengan istilah kapasitas
penguapannya. Kapasitas atau tenaga boiler atau jumlah air yang diuapkan
atau uap yang dihasilkan dalam satuan kg/jam, atau dapat juga dinyatakan

dalam kg/kg bahan bakar yang dibakar atau juga dalam kg/jam m 2 luas
permukaan panas.
Meskipun demikian, kapasitas penguapan dari dua buah boiler tidak
dapat dibandingkan jika kedua boiler tersebut tidak mempunyai kondisi yang
sama (temperature air umpan, tekanan kerja, bahan bakar dan kondisi akhir
uap). Dalam kenyataannya temperature air umpan dan tekanan kerja selalu
berubah-ubah. Dengan demikian jelas bahwa perbandingan dari dua buah
boiler menjadi sulit jika temperature umpan dan tekanan kerja yang standar
tidak ditetapkan.
Temperatur air umpan biasanya ditetapkan 100 oC dan tekanan kerja
sebagaimana tekanan normal atmosfir.
3.4.1 Package Boiler 2011 UB
Package Boiler 2011 UB di utilities PS II Pertamina UP III Plaju
termasuk boiler pipa air (Water Tube).
Beberapa kelebihan boiler pipa air dibandingkan boiler pipa api yaitu :

Dapat menghasilkan uap dengan tekanan yang lebih tinggi

Lebih cepat menghasilkan uap

Permukaan yang dipanasi akan lebih besar

Kerusakan pada pipa airnya tidak menyebabkan kerusakan pada


bagian yang lainnya.
Disamping kelebihan, boiler pipa air juga mempunyai beberapa

kekurangan, antara lain :

Memerlukan perawatan yang lebih intensif

Syarat air umpannya sangat ketat, sehingga membutuhkan


biaya yang mahal untuk pengolahan air umpannya

Sulit untuk melakukan pembersihan pada pipa-pipanya

3.4.2 Efisiensi Boiler


Efisiensi boiler dinyatakan sebagai perbandingan panas sebenarnya
yang digunakan untuk memanaska air dan pembentukan uap terhadap panas
hasil pembakaran bahan bakar didalam dapur. Umumnya disebut juga
sebagai efisiensi thermis, dan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

boiler

( NHV Ha Hfg ) (Qr Qs)


x100%
NHV Ha Hfg

(API Recommended Practice 532, 1982 : 6)


Ha = Cp udara x (Ta Td) x (udara yang dibutuhkan + berat
kelebihan

udara)

(API Recommended Practice 532, 1982 : 9)


Hfg = Cp fuel gas x (temperatur fuel gas Td)
(API Recommended Practice 532, 1982 : 9)
Qr = 2,5% x HV
(API Recommended Practice 532, 1982 : 9)
Keterangan
boiler = efisiensi boiler (%)
NHV = Nilai kalori bersih bahan bakar (BTU/Lb)
Ha

= Panas sensible untuk udara pembakaran (BTU/Lb)

Hfg

= Panasa sensible untuk bahan bakar gas (BTU/Lb)

Qr

= Panas yang hilang karena radiasi (BTU/Lb)

Qs

= Panas yang hilang ke cerobong asap (BTU/Lb)

Cp

= Panas Spesifik (BTU/Lb oF)

Ta

= Temperatur udara luar (oF)

Td

= Temperatur basis (oF)

BB

= Bahan Bakar

2.4.3 Neraca Panas

Untuk mengevaluasi performansi sebuah boiler tidak cukup hanya


dengan mengetahui efisiensinya saja. Dengan mengetahui efisiensi boiler
saja, maka hanya dapat menyatakan bahwa boiler yang dievaluasi masih
dapat bekerja dengan baik atau tidak, atau dapat juga dikatakan jika boiler
mengalami penurunan efisiensi, masih dalam batas kewajaran atau tidak.
Jadi jelas disini bahwa efisiensi hanya menunjukkan kemampuan untuk
menyerap panas dari hasil pembakaran.
Boiler yang telah beroperasi beberapa lama umumnya akan
mengalami penurunan efisiensi, hal ini disebabkan oleh meningkatnya panas
yang hilang. Dalam hal operasi boiler, panas yang hilang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah :

Kelebihan udara pembakaran


Udara pembakaran yang terlalu rendah dapat mengakibatkan
pembakaran tidak sempurna dan apabila terlalu tinggi juga dapat
mengakibatkan kerugian panas.
Kelebihan udara bakar harus diatur sedemikian rupa sehingga
diperoleh pembakaran yang sempurna pada boiler tersebut.

Alat Pembakar (Burner)


Alat pembakar berfungsi untuk mengabutkan antara bahan bakar
dengan uap sebagai atomizing agar diperoleh pembakaran yang
sempurna (untuk boiler yang menggunakan bahan bakar cair).

Beban Boiler
Besarnya beban boiler juga dapat mempengaruhi efisiensi dari boiler
tersebut.

Temperatur air umpan


Pemanasan awal daripada air umpan dapat mempengaruhi jumlah
bahan bakar yang digunakan, semakin temperaturnya mendekati titik

didih air maka nilai kalori yang dibutuhkan akan semakin kecil. Hal ini
berarti jumlah bahan bakar yang digunakan akan semakin sedikit.

Frekuensi Blow Down


Blow down adalah kerugian yang tidak dapat dihindari, besar kecilnya
blow down berpengaruh terhadap efisiensi boiler, karena energi panas
akan terbuang saat melakukan blow down.
Apabila sebuah boiler mengalami penurunan efisiensi maka kerja

boiler tersebut sudah kurang ekonomis lagi, hal yang demikian tidak disukai
oleh suatu industri komersial, oleh karena itu usaha untuk mengembalikan
efisiensi seperti semula mka langkah pertama yang dilakukan adalah dengan
membuat suatu neraca panas (heat balance) pada boiler yang diteliti.
Di dalam neraca panas yang dibuat terdiri dari dua kolom besar, satu
diantaranya menunjukkan jumlah panas yang masuk (input) dan yang satu
lagi menunjukkan panas yang keluar (output).
Panas yang masuk dan panas yang keluar harus terperinci dalam
sektor-sektornya atau komponen-komponennya, dengan maksud agar dapat
dilihat dengan jelas sektor mana yang banyak mengalami kerugian panas,
sehingga tindakan selanjutnya dapat dilakukan dengan tepat.
Didalam neraca panas, jumlah panas yang keluar harus sama dengan
jumlah panas yang masuk.

PEMBAHASAN

4.1

Data Teknis Package Boiler 2011 UB


Package Boiler 2011 UB mempunyai data-data spesifikasi sebagai

berikut :
Manufacture

: Fooster Wheeler Product Ltd.

Capacity

: 50 ton/jam (Max Continous Rate)

Pressure

: 44 kg/cm2

Outlet Steam

: Superheater Outlet

Efisiensi

: 86,36% (Max Continous Rate)

BFW Inlet Temperature

: 121 oC

(Boiler Feed Water)


Excess air

: 15% (Max Continous Rate)

Burner

: Hamworthy Combination gas & oil firing

FDF

: KEITH Blackman Ltd.

Capacity

: 48,985 Nm3/jam

Max Capacity

: 64,44 Nm3/jam

Speed FDF

: 1.487 rpm

Driver FDF

: Motor 150 KW Steam Turbine 135 KW

Design Discharge Pressure FDF : 595 mm H2O


4.2

Data Operasional
Berdasarkan data operasi yang diambil dari recorder, flow meter,

manometer serta parameter-parameter lainnya yang ada di local panel


maupun yang ada di ruang pusat kendali Utilities, juga data dari laboratorium
tentang analisa bahan bakar gas, dan data-data tersebut diambil pada pukul
10.00 WIB serta pada tanggal yang berbeda, maka diperoleh data-data
sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data operasi Bolier 2011 UB

Ket
Udara
masuk
Fuel
gas
BFW
Steam
Produk

31/12/

01/01/

02/01/

Tanggal
05/01/
06/01/

2008
1
25
45,47
3,52
29,86
2,46
68,3
120,93
48,09
40,35
387,47
46,05

2009
1
25
45,32
3,55
24,57
2,46
68,28
121,10
48,52
40,65
387,19
45,16

2009
1
25
45,45
3,55
27,98
2,46
67,85
120,93
48,30
40,65
388,13
45,29

2009
1
25
45,21
3,55
27,15
2,46
68,92
121,33
48,73
42,83
387,85
44,16

Para
meter
P
T
F
P
T
F
P
T
F
P
T
F

Keterangan :
P = Tekanan (Kg/cm2)
T = Temperatur (oC)
F = Kapasitas (Ton/jam)

2009
1
25
44,39
3,56
17,86
2,45
68,70
121,10
48,04
40,04
387,19
45,83

12/01/

14/01/

2009
1
25
37,36
3,48
21,86
2,45
74,17
120,7
43,37
40,33
395,39
40,52

2009
1
25
39,25
3,54
16,95
2,33
70,11
120,53
44,80
40,65
395,11
43,50

Rat

rat

1
25
43,2
3,5
23,7
2,4
69,
120,
47,1
46,
398,
44,3

Dari data analisa laboratorium diperoleh data bahan bakar gas dan
gas buangan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Komposisi bahan bakar gas (laboratorium)

4.3

Komposisi

Gas Campuran (% Vol)

CH4

83,14

C2H6

6,86

C3H8

3,24

i-C4H10

0,47

n-C4H10

0,64

i-C5H12

0,24

n-C5H12

0,17

C6H14

0,04

CO2

5,20

Rel Density (udara = 1)

0,6924

Massa gas (lb/SCF)

0,0513866

Gross Heating Value (BTU/SCF)

1101

Netto Heating Value (BTU/SCF)

995

Perhitungan Efisiensi Package Boiler 2011 UB


Pada kasus ini perhitungan efisiensi boiler diselesaikan dengan

menggunakan rumus American Petroleum Institute (API) Standar.


4.3.1 Perhitungan efisiensi menggunakan rumus API standar
Diketahui :
1. Temperatur udara luar (32 oC)

= 89,6 oF

2. Temperatur Basis (15,6 oC)

= 60 oF

3. Temperatur fuel gas (23,75 oC)

= 74,75 oF

4. Relatif Humidity (RH)

= 60

995 BTU
1
BTU
x
19363,024
lb
5. NHV =
SCF
lb
0,0513866
SCF

6. Komposisi gas buangan untuk analisis O 2 = 3% Vol.


4.3.2 Reaksi Pembakaran Bahan Bakar (BB)
Reaksi pembakaran gas Metana

CH4

2 O2

CO2

2 H2O

16 lb/mol CH4 : 64 lb/mol O2 44 lb/mol CO2 : 36 lb/mol H2O


1 lb/mol CH4 : 4 lb/lb B.B O2 2,75 lb/lbBB Co2 : 2,25 lb/lb B.B H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x 4 lb/lb B.B O2
23

= 17,39 lb/lb B.B


Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100
77
x17,39 lb/lb BB
100

= 13,39 lb/lb Bahan Bakar


Reaksi pembakaran gas Etana

C2H6

3,5 O2

2 CO2

3 H 2O

30 lb/mol C2H6 : 112 lb/mol O2 88 lb/mol CO2 : 54 lb/mol H2O


1 lb/mol C2H6 : 3,73 lb/lb BB O2 2,93 lb/lb BB Co2 : 1,8 lb/lb BB H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x3,73 lb/lb BB O2
23

= 16,21 lb/lb BB
Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100
77
x16,21 lb/lb BB
100

= 12,48 lb/lb BB
Reaksi pembakaran gas Propana

C3H8

5 O2

3 CO2

4 H 2O

44 lb/mol C3H8 : 160 lb/mol O2 132 lb/mol CO2 : 72 lb/mol H2O


1 lb/mol C3H8 : 3,63 lb/lb BB O2 3 lb/lb BB CO2 : 1,63 lb/lb BB H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x3,63 lb/lb BB O2
23

= 15,78 lb/lb BB
Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100
77
x15,78 lb/lb BB
100

= 12,15 lb/lb BB
Reaksi pembakaran gas Butana

C4H10

6,5 O2

4 CO2

5 H 2O

58 lb/mol C4H10 : 208 lb/mol O2 176 lb/mol CO2 : 90 lb/mol H2O


1 lb/mol C4H10 : 3,58 lb/lb BB O2 3,03 lb/lb BB CO2 : 1,55 lb/lb BB H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x3,58 lb/lb BB O2
23

= 15,56 lb/lb BB

Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100
77
x15,56 lb/lb BB
100

= 11,98 lb/lb BB
Reaksi pembakaran gas Pentana

C5H12

8 O2

5 CO2

6 H 2O

72 lb/mol C5H12 : 256 lb/mol O2 220 lb/mol CO2 : 108 lb/mol H2O
1 lb/mol C5H12 : 3,56 lb/lb BB O2 3,05 lb/lb BB CO2 : 1,50 lb/lb BB H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x3,56 lb/lbBB O2
23

= 15,48 lb/lb BB
Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100
77
x15,48 lb/lb BB
100

= 11,92 lb/lb BB
Reaksi pembakaran gas Heksana

C6H14

9,5 O2

6 CO2

7 H 2O

86 lb/mol C6H14 : 304 lb/mol O2 264 lb/mol CO2 : 126 lb/mol H2O
1 lb/mol C6H14 : 3,53 lb/lb BB O2 3,06 lb/lb BB CO2 : 1,46 lb/lb BB H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x3,53 lb/lb BB O2
23

= 15,34 lb/lb BB
Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100

77
x15,34 lb/lb BB
100

= 11,81 lb/lb BB
Reaksi pembakaran gas Iso Butana

i C4H10

6,5 O2

4 CO2 +

5 H2O

58 lb/mol C4H10 : 208 lb/mol O2 176 lb/mol CO2 : 90 lb/mol H2O


1 lb/mol C4H10 : 3,58 lb/lb BB O2 3,03 lb/lb BB Co2 : 1,55 lb/lb BB H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x3,58 lb/lb BB O2
23

= 15,56 lb/lb BB
Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100
77
x15,56 lb/lb BB
100

= 11,98 lb/lb BB
Reaksi pembakaran Iso Pentana

i C5H12 +

8 O2

72 lb/mol C5H12 : 256 lb/mol O2

5 CO2 +

6 H2O

220 lb/mol CO2 : 108 lb/mol H2O

1 lb/mol C5H12 : 3,56 lb/lb BB O2 3,05 lb/lb BB Co2 : 1,50 lb/lb BB H2O

Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar

100
x3,56 lb/lb BB O2
23

= 15,48 lb/lb BB
Pembentukan N2

77
x Kebutuhan udara pembakaran bahan bakar
100
77
x15,48 lb/lb BB
100

= 11,92 lb/lb BB

Tabel 4.3 Komponen Bahan Bakar

No.

Komponen Bahan
Bakar Gas

Fraksi

Berat

Berat. Tot

NHV

Volume

Molekul

(Lbs)

(Btu/Lb)

(1)

(2)

(3) = 1 x 2

Metana (CH4)

0,8314

16

13,3024

Etana (C2H6)

0,0686

30

2,058

Propana (C3H8)

0,0324

44

1,4256

Butana (C4H10)

0,0064

58

0,3712

Pentana (C5H12)

0,0017

72

0,1224

Heksana (C6H14)

0,0004

86

0,0344

Iso Butana (iC4H10)

0,0047

58

0,2726

Iso Pentana (iC5H12)

0,0024

72

0,1728

CO2

0,0520

44

2,2880

1,0000

20,0474

19363,024

Total

Tabel 4.4 Kebutuhan Udara Pembakaran Bahan Bakar dan


Pembentukannya

No

Komponen Bahan
Bakar Gas

CP
(Btu /
lb oF)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Metana (CH4)
Etana (C2H6)
Propana (C3H8)
Butana (C4H10)
Pentana (C5H12)
Heksana (C6H14)
Iso Butana (iC4H10)
Iso Pentana (iC5H12)
CO2
Total
Rata-rata

0,527
0,409
0,388
0,397
0,397
0,390
0,397
0,397
0,248
3,55
0,39

Keb. Udara

Keb. dara

Pembentuk

Pembentu

(Lb/Lb B.B)

(Lbs)

an CO2

kan CO2

(Lb/Lb B.B)

(Lbs)

(6)

(7) = 3 x 6

(8)

(9) = 3 x 8

17,39
16,21
15,78
15,56
15,48
15,34
15,56
15,48
-

231,33
33,36
22,5
5,77
1,89
0,53
4,24
2,67
302,29

2,75
2,93
3,00
3,03
3,05
3,06
3,03
3,05
-

36,58
6,03
4,27
1,12
0,37
0,10
0,82
0,53
2,288
52,708

302,29
20,0474

52,708
20,0474

= 15,01

Tabel 4.5 Pembentukan Komponen Flue gas

= 2,63

Komponen
No

Bahan Bakar
Gas

1
2
3
4
5
6
7
8
9

CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
iC4H10
iC5H12
CO2
Total

H2O

H2O

N2

N2

Terbentuk

Terbentuk

Terbentuk

Terbentuk

(lb/lb BB)

(lbs)

(lb/lb BB)

(lbs)

(10)
2,25
1,80
1,63
1,55
1,50
1,46
1,55
1,50
-

(11) = 3 x 10
29,93
3,70
2,32
0,57
0,18
0,05
0,42
0,26
37,43

(12)
13,39
12,48
12,15
11,98
11,92
11,81
11,98
11,92
-

(13) = 3 x 12
178,12
25,68
17,90
4,45
1,46
0,40
3,26
2,06
233,34

Rata-rata

37,43
20,0474

233,34
20,0474

= 1,87

= 11,64

1. Jumlah panas yang masuk (HV = Heating Value)


HV = 19363,024 BTU/lb Bahan Bakar
2. Panas yang hilang
Kerugian panas oleh radiasi (Heat Loss Radiation)
Qr = 2,5 % x HV
(API Recomended Practice 532, 1982 : 9)
Qr = 0,025 x 19363,024 BTU/Lb BB
= 484,075 BTU/Lb BB

Campuran H2O dalam udara

Pvapour
14,696

RH
100

18
28,85

(API Recomended Practice 532, 1982 : 45)


Ket : P vapour = Tekanan uap air pada temperatur ambient
(dalam steam tabel, pada temperatur 89,6 oF didapat

P vapour = 0,6907 psia)


0,6907

60

18

Sehingga 14,696 x 100 x 28,85 0,017 lb H2O / lb udara kering

Berat udara basah didalam udara / berat BB yang dibutuhkan


= udara kering yang dibutuhkan
1 campuran H2O dalam udara

15,1
1 0,022

= 15,44 lb

Berat campuran H2O didalam udara / berat bahan bakar


= (15,44 15,1) lb
= 0,34 lb

Berat H2O / Berat bahan bakar (dalam flue gas)


= H2O terbentuk + Berat campuran H2O dalam udara
Berat bahan bakar
= 1,87 + 0,34
= 2,21 lb

Koreksi excess air (kelebihan udara)


Berat excess air / Berat Bahan Bakar
= (28,85 x %O2) N2 terbentuk + CO2 terbentuk + H2O terbentuk
28
44
18
(23 %O2)

1,6028 x

Berat H2O
Berat udara basah yang di dalam udara

+1

(API Recomended Practice 532, 1982 : 45)


11,64 2,63 1,87
(28,85 x3)

28
44
18

0,34

(23 3) 1,6028 x
1
15,44

2,425

Jadi %excess air = Berat excess air / Berat Bahan Bakar x100%
Udara yang dibutuhkan
2,425
x100%
15,1
16,06%

Maka total berat H2O / Berat Bahan Bakar


% excess air x Berat Kelembaman
100
Berat BB

Berat H2O
Berat BB

16,06

x 0,34 2,21
100

= 2,265 lb/lb Bahan Bakar

Tabel 4.6 Komponen Flue gas yang terbawa ke cerobong asap

No

1
2
3
4

Komponen

Berat Komponen

Enthalpy pada

Heat

yang terbawa

yang dibentuk/Berat

Tc = 429,08 oF (Btu/lb

Content

ke cerobong

bahan bakar

yang dibentuk)

(Btu/lb BB)

asap
CO2
Udara
Uap air
N2

(1)
2,63
15,1
2,265
11,64

(2)
90
85
165
93

(3) = 1 x 2
236,7
1283,5
373,725
1082,52

Total

2976,445

3. Maka rugi panas yang keluar ke cerobong asap adalah


Qs = 2976,445 Btu/lb BB
4. Panas sensibel untuk udara pembakaran (Ha)
Ha = Cp Udara x (Ta Td) x (berat udara yang dibutuhkan + excess air)
(API Recomended Practice 532, 1982 : 9)
= 0,24 x (89,6 60) x (15,44 + 2,425)
= 126,91 BTU/lb BB
5. Panas sensibel untuk bahan bakar gas (Hfg)
Hfg = Cp fuel gas x (Temperatur fuel gas Td)
(API Recomended Practice 532, 1982 : 9)
= 0,39 x (74,75 60)
= 5,75 Btu/lb BB

Jadi:
Boiler

HV Ha Hfg Qr Qs x100%
HV Ha Hfg

(API Recomended Practice 532, 1982 : 9)

19363,024 126,91 5,75 484,0756 2976,445 x100%


1936,024 126,91 5,75

16035,2
x100%
19495,7

= 82,25 %

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka kinerja Package

Boiler 2011 UB dapat disimpulkan sebagai berikut :

Efisiensi Package Boiler 2011 UB sebesar 82,25%.

Berdasarkan efisiensi yang didapat, ini menunjukkan bahwa


pengoperasian dan pemeliharaan Package Boiler 2011 UB cukup baik.

5.2

Saran

Metode perhitungan diatas dapat dijadikan acuan sebagai evaluasi


rutin kinerja boiler tersebut.

Excess air agar diatur secara optimum.

Agar dilakukan kalibrasi peralatan instrumentasinya secara periodik


dan rutin.

Peralatan utama dan pendukungnya agar diperhatikan supaya


berfungsi sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

API Recommended Practice 532, Measurement of the Thermal Efficiency of


Fire Process Heaters. Edisi pertama, Agustus, 1982.
Maxwell, JB, Data Book On Hydrocarbon. New Jersey: D.Van Nostrand
Company, Princeton Inc, 1958.
Muin, Syamsir A, Pesawat-Pesawat Konversi Energi I. Jakarta: Rajawali Pers,
1988.

Reed, Robert D, Furnace Operations. London: Gulf Publishing Company


Book Division Houston, 1981.
____www.up-3.com

Anda mungkin juga menyukai