BAB I
PENDAHULUAN
1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 tentang
Pedidikan dan Kebudayaan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan
Nasional
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi
sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi,
dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunanpendidikan nasional,
untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan
masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. Visi pendidikan nasional
adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional
adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu
pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan
internasional; (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dan tantangan global; (4) membantu dan memfasilitasi pengembangan
potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapanmasukan dan kualitas
proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang
bermoral;(6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga
pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan
global; dan (7) mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
mempunyai tugas penting untuk memenuhi kebutuhan ini. Oleh kerena itu dengan
semakin meningkatnya kebutuhan semen di Indonesia maka dibukalah Pabrik Tuban.
Pabrik Tuban memiliki 4 pabrik dan telah menjadi tempat produksi utama semen.
Sedangkan untuk bagian lain masih diletakkan di Pabrik Gresik. PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. juga akan kembali membuka Pabrik Rembang, Jawa
Tengah untuk kedepannya.
Program Studi Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Malang adalah satu perguruan tinggi dengan sasaran pengembangandan pengunaan
proses industri, pengendali otomasi, unit operasi dan perancangan dalam skala besar.
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Malang sebagai bagian dari sumber daya manusia Indonesia secara khusus
disiapkan menjadi design engineer, project engineer dan process engineer.
Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Elektronika Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Malang yaitu adanya praktek kerja lapangan, maka kami
memilih PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dengan harapan dapat
menimba pengalaman secara langsung di industri semen dan dapat menerapkan
materi perkuliahan di sektor industri.
5. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di jenjang diploma tiga
(D3) Teknik Elektronika Politeknik Negeri Malang.
B. Bagi Perusahaan
1. Memperkokoh “Link & Match” antara Politeknik dengan dunia usaha / industri.
2. Sebagai sarana untuk memberikan penilaian terhadap kriteria calon tenaga kerja
yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
3. Sebagai sarana untuk mengetahui ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
mahasiswa.
C. Bagi Para Pembaca
Sebagai bahan kajian dan masukan sekaligus bahan referensi untuk para pembaca
yang akan melaksanakan kerja praktek di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban.
BAB II
PROFIL PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
A. Masa Perintisan
Masa perintisan ini dimulai pada tahun 1935 – 1938, ketika seorang sarjana
Belanda bernama Ir. Van Ess melakukan penelitian geologis di sekitar Gresik. Hasil
survei menunjukkan adanya deposit batu kapur dalam jumlah besar. Penemuan ini
mendorong pemerintah Belanda untuk mendirikan pabrik semen.Akan tetapi, survey
yang dilakukan tidak berkelanjutan karena pecahnya Perang Dunia II.
Kemudian pada tahun 1950, Drs. Moh. Hatta (Wakil Presiden Republik
Indonesia pada masa itu), mendorong pemerintah untuk merealisasikan proyek
pembangunan pabrik semen tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ulang yang
dengan dibantu oleh Dr. F. Leufer dan Dr. A. Kreaft dari Jerman menyimpulkan
bahwa prospek pembangunan pabrik Semen Gresik sangat baik. Dilaporkan bahwa
deposit bahan galian tersebut dapat memenuhi kebutuhan pabrik semen yang
beroperasi dengan kapasitas 250.000 ton per-tahun selama 60 tahun. Maka
berdasarkan hasil penelitian tersebut, pada tanggal 25 Maret 1953 didirikanlah badan
hukum NV. Semen Gresik dengan Akte Notaris Raden Meester Soewandi nomor 41,
Jakarta.
B. Masa Persiapan
Realisasi pembangunan pabrik Semen Gresik tersebut selanjutnya oleh
pemerintah Indonesia diserahkan ke BIN (Bank Industri Negara).Dengan penugasan
tersebut, BIN mulai mengadakan persiapan-persiapan terutama yang menyangkut
penyediaan pembiayaan lokal yang berupa rupiah. Sedang untuk pembiayaan valuta
asing,digunakan kredit Bank USA.
Sebagai langkah persiapan, pelaksanaan proyek pembangunan pabrik semen
ini dilakukan oleh beberapa perusahaan. Untuk penentuan lokasi dan pembuatan pola
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Komposisi kepemilikan saham adalah Negara RI
73% dan Masyarakat 27%.
Optimasi PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dilakukan pada tahun 1992
dengan mengganti jenis Suspension Preheater dari Gepol menjadi Cyclone, sehingga
kapasitas terpasang menjadi 1,8 juta ton per-tahun.
Pada tahun 1990, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. mulai mengembangkan
perluasan pabriknya di kota Tuban. Pembangunan tersebut didanai dari penjualan
saham yang ada di PT. Semen Cibinong, penjualan saham di bursa effek dan dari
dana sendiri. Salah satu alasan didirikannya pabrik semen di kota Tuban ini karena
struktur geografis kota Tuban dan sekitarnya terdiri dari pegunungan kapur yang
diperkirakan mempunyai deposit bahan baku utama untuk penggalian sampai dengan
seratus tahun mendatang.
Pembangunan Pabrik Tuban Unit-I bekerja sama dengan Fuller International
dengan kapasitas produksi 2,3 juta ton semen per-tahun. Peresmian dilakukan pada
tanggal 24 September 1994 oleh Presiden Soeharto. Dengan perluasan di Tuban ini
total kapasitas produksi yang dimiliki PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. menjadi 4,1
juta ton semen per-tahun.
Perluasan terus berlanjut dan pada awal 1995 didirikan Pabrik Tuban Unit-II
dengan kapasitas produksi 2,3 juta ton semen per-tahun yang merupakan kelanjutan
dari Pabrik Tuban Unit-I. Perluasan Pabrik Tuban Unit-II diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 17 April 1997 di Cilacap. Dengan diresmikannya Pabrik
Tuban Unit-II ini maka total kapasitas produksi terpasang menjadi 6,4 juta ton semen
per-tahun.
Tonggak keberhasilan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. adalah pada saat
terjadinya konsolidasi dengan Semen Padang dan Semen Tonasa pada tanggal 15
September 1995 yang kemudian dikenal dengan nama Semen Gresik Group (SGG)
dengan total kapasitas bersama sebesar 8,3 juta ton semen per-tahun. Pada bulan
tersebut juga telah berhasil dilakukan penawaran umum terbatas atas saham PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. yang pertama (Right Issue-I) dan hasilnya digunakan
untuk membiayai pengalihan 100% saham milik pemerintah pada Semen Padang dan
juga pengalihan 100% saham pemerintah pada Semen Tonasa, sehingga komposisi
kepemilikan saham menjadi negara RI 65%, dan masyarakat 35%.
Pada 10 September 1996, peresmian pabrik Tonasa IV yang berkapasitas 2,3
juta ton semen per-tahun, dengan demikian kapasitas produksi SGG terpasang
meningkat menjadi 10,8 juta ton semen per-tahun. Pada tanggal 20 Maret 1998,
Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Semen Tuban Unit- III yang juga berkapasitas
2,3 juta ton per-tahun. Kapasitas produksi Semen Gresik Group saat ini meningkat
menjadi 13,1 juta ton semen per-tahun.
Pada 17 September 1998 pemerintah melepas kepemilikan sahamnya di
Semen Gresik melalui penawaran terbuka sebesar 14% kepada mitra stategis yang
dimenangkan oleh Cemex S.A de C.V, sebuah perusahaan semen dunia di Mexico.
Komposisi kepemilikan sahamnya menjadi, Negara RI 51%, Masyarakat 35%, dan
Cemex 14%. Kemudian pada tanggal 30 September 1999, komposisi kepemilikan
saham menjadi, Pemerintah 51,01%, Masyarakat 23,46%, dan Cemex 25,53%.
Pada bulan Februari 1999, pabrik Semen Indarung V diresmikan dengan
kapasitas 2,3 juta ton per-tahun. Kapasitas produksi Semen Gresik meningkat
menjadi 15,4 juta ton semen per-tahun.
Pada tanggal 27 Juli 2006 telah terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia
Holdings Ltd kepada Blue Valley Holdings Pte Ltd sehingga komposisi kepemilikan
saham berubah menjadi Negara RI 51,01%, Masyarakat 24,09%, dan Blue Valley
Holdings Pte Ltd 24,90%, Seiring dengan pelaksanaan Program Pembelian Kembali
Saham Perusahaan (buy back), maka komposisi kepemilikan saham pada 31
Desember 2008 berubah menjadi, Negara RI 51,59%, Blue Valley Holdings Pte Ltd
25,18%, dan masyarakat 23,23%. Saat ini, setelah beberapa kali melakukan optimasi,
kapasitas terpasang riil Perusahaan sebesar 18 juta ton semen per-tahun, dan
menguasai sekitar 43,7% pangsa pasar semen domestik.
Transformasi korporasi menjadi Semen Indonesia ini merupakan rangkaian
dari langkah transformasi yang telah dilakukan perseroan.Dimulai pada 1995,
perseroan berperan sebagai operating holding. Langkah perubahan terus dilakukan
dengan menerapkan functional holding pada 2010 yang meliputi bidang pemasaran,
pengadaan, permodalan, teknologi informasi, dan sumberdaya manusia serta sinergi
di antara tiga perusahaan (Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa). Pada
tanggal 20 Desember 2012, langkah transformasi dengan menjadi strategic holding
diimplementasikan, sekaligus diadakan perubahan nama menjadi PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk.
Dengan pembentukan strategic holding Semen Indonesia diharapkan akan
semakin mempercepat pula pencapaian visi Perseroan termasuk anak perusahaannya
untuk memperkuat posisi dalam menghadapi perubahan dan persaingan bisnis.
Visi :
Menjadi perusahaan persemenan internasional yang terkemuka di Asia Tenggara
Misi :
1. Mengembangkan usaha persemenan dan industri terkait yang berorientasikan
kepuasan konsumen.
2. Mewujudkan perusahaan berstandar internasional dengan keunggulan daya saing
dan sinergi untuk meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
3. Mewujudkan tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan.
4. Memberikan nilai terbaik kepada para pemangku kepentingan (stakeholders).
5. Membangun kompetensi melalui pengembangan sumber daya manusia.
2.3 Lokasi
1) Kantor Pusat Pabrik Semen Indonesia berada Jalan Veteran, Gresik 61122, Jawa
Timur. Telp (031) 981732, 981745
Telex 31388, 31017 PTSI IA Faksimili (031) 983209.
Luas bangunan 150.00m2 terbentang di atas area 75 hektar.
3) Kantor Perwakilan Jakarta berada di Graha Irama Lantai XI, Jl. HR. Rasuna Said
Kuningan, Jakarta 12950.
Telepon (021) 526114, 5261175 Faksimili (021) 5261176
telex 6264 PTSI IA.
Direktur
Direktur
Pengembangan Direktur Produksi Direktur SDM &
Engineering & Direktur Komersial Direktur Keuangan
Usaha & Strategi & Litbang Hukum
Proyek
Bisnis
Departemen
Departemen
Departemen Capex Litbang Energi, Departemen Tim Office of the Departemen Departemen
Pengembangan
Grup Material & Rancang Bangun CEO Pemasaran Keuangan Grup
Sistem SDM
Lingkungan
Departemen
Departemen Departemen Departemen Departemen Center
Departemen Strategic &
Pengembangan Litbang Teknologi Internal Audit Grup Distribusi & of Dynamic
Layanan Proyek Performance
Perusahaan & Produk Logistik Learning
Management
Departemen
Departemen Departemen
Engineering Sekretaris Departemen Departemen
Perluasan Bahan Litbang Aplikasi Departemen ICT
Knowledge & Perusahaan Pengadaan Strategis Hukum & GRC
Baku Produk
Inovasi
Dewan Inovasi
Catatan :
PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. memiliki struktur organisasi yang selalu
mengalami penyempurnaan untuk menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien.
Perkembangan tersebut mengikuti kebijaksanaan pemerintah dan situasi nasional serta
disesuaikan dengan kebutuhan pabrik yang menyangkut keadaan sosial, ekonomi dan
politik. Dari segi eksternal sistem organisasi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, terbagi
menjadi 2 yaitu: Perusahaan Induk PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dan Anak Perusahaan
sebagai penunjang. Anak perusahaan dan lembaga penunjang merupakan perwujudan
kerjasama antara PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dan perusahaan lain yang berbentuk
suatu badan hukum.Dilihat dari segi internal, struktur organisasi PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk dibagi dua, yaitu : Struktur organisasi untuk Gresik Office dan Struktur
organisasi untuk Plant Site Tuban.
Struktur organisasi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. menurut Keputusan Direksi
Nomor 055Kpts/Dir/2014 adalah sebagai berikut:
a. Direktur Utama
b. Direktur Pengembangan Usaha & Strategi Bisnis
c. Direktur Produksi & Litbang
d. Direktur Engineering & Proyek
e. Direktur Komersial
f. Direktur Sumberdaya Manusia & Hukum
g. Direktur Keuangan
a. Direktur Utama
Memimpin dan bertanggung jawab secara mutlak terhadap seluruh operasional
pabrik, termasuk di dalamnya adalah penandatanganan Memorandum Of
Understanding. Direktur utama membawahi langsung Direktur Pengembangan
Usaha & Strategi Bisnis, Direktur Produksi & Litbang, Direktur Engineering &
Proyek, Direktur Komersial, Direktur Sumber Daya Manusia & Hukum, dan
Direktur Keuangan. Serta beberapa tim dan departemen yaitu :
Tim Office of the CEO
Internal Audit Grup
Sekretaris Perusahaan
Departemen CSR
Dewan Inovasi
d. Direktur Komersial
Bertugas untuk meningkatkan permintaan serta bertanggung jawab dalam
masalah penjualan dan perencanaan transportasi dan berhak mengambil
kebijakan tertentu tanpa dicampuri pihak lain dalam sistem pemasarannya.
Direktur Komersial membawahi langsung beberapa departemen antara lain :
Departemen Pemasaran
Departemen Distribusi & Logistik
Departemen Pengadaan Strategis
f. Direktur Keuangan
Bertugas dan bertanggung jawab dalam keseluruhan keuangan pabrik, baik
pengurusan utang maupun piutang. Direktur Keuangan membawahi langsung
beberapa departemen antara lain :
Departemen Keuangan Grup
Departemen Strategic Performance Management
Departemen ICT Grup
Dikenal pula sebagai Ordinary Portland Cement (OPC), merupakan semen hidrolis
yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang
tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan, gedung-gedung
bertingkat, landasan pacu, dan jalan raya
2. SEMEN PORTLAND II
Semen Portland II adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran
irigasi, beton, massa dan bendungan.
Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran
dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin, seperti pembuatan jalan raya
bebas hambatan, bangunan tingkat tinggi dan bandar udara.
Adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan irigasi yang
struktur betonnya maksimal K225, dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan
genteng beton hollow brick, paing block dan tegel.
Semen Portland pozzolan merupakan suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat
dengan menggiling bersama-sama terak semen Portland dan bahan yang mempunyai sifat
pozzolan, biasanya digunakan trass. Semen ini digunakan untuk pengecoran beton di daerah
yang berair seperti irigasi, dum, bangunan tepi laut dan tanah rawa yang mempunyai
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi rendah. Menurut ASTM bahan pozzolan yang
ditambahkan antara 15 - 40%. Semen tipe ini mempunyai kandungan C2S lebih besar
daripada C3S, sedangkan kandungan SO3 antara 1,2 - 1,3%. Semen tipe ini memunyai kuat
Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak, gypsum, dan
satu atau lebih bahan anorganic.Kegunaan semen jenis ini sesuai untuk konstruksi beton
umum, pasangan batu bata, plesetan bangunan khusus seperti beton para-cetak, beton para-
tekan dan paving block.
Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan
gas alam dengan konstruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan bumi.OWC yang
telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistant (HSR) disebut juga sebagai “Basic
OWC”.Aditif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur
tertentu.
Portland cement blender (PCB40) sesuai dengan TCVN 6260:19979. Semen Thang
Long PCB40 dapat meningkatkan daya kerja concrete, meningkatkan daya tahan terhadap
penyerapan air, erosi lingkungan dan bertahan lama, dan sangat cocok untuk iklim di
Vietnam.
Selain sifat-sifat yang unggul tersebut, semen Thang Long memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
Sangat Halus.
Berwarna abu-abu sesuai selera pelanggan.
Setting Time: Initial Time:sekitar 120-170 menit. Final Time: setelah 3 – 4 jam.
Cocok untuk pekerjaan konstruksi.
Mutu yang stabil. Cement Strength selalu melampaui standar untuk menghemat
jumlah pemakaian semen.
Daya tahan tinggi terhadap sulfat untuk konstruksi bawah tanah dan bawa air. Emisi
panas yang rendah saat setting Time, bermanfaat untuk konstruksi yang luas yang
menggunakan bata ringan (concrete blocks).
Semen jenis ini sesuai untuk bangunan berspesifikasi tinggi atau beton khusus yang
digunakan untuk proyek-proyek besar, sesuai dengan standar negara-negara pengimpor
semen di Asia, Eropa dan Amerika. Produk ini cocok diaplikasikan pada jenis proyek
konstruksi dengan persyaratan rumit, misalnya : jembatan, jalan, proyek pembangkit listrik
tenaga air, konstruksi beton bertulang, maupun konstruksi beton dengan kuat tekan tinggi.
Produk ini memiliki toleransi penyimpanan yang lebih panjang, sehingga mendukung
proyek yang jauh lokasinya meski dalam bentuk ready mix concreate.PC50 memiliki tingkat
resistensi yang tinggi terhadap sulfat sehingga tepat jika diaplikasikan dalam bangunan yang
ada di bawah tanah atau air. Kadar kapur dan suhu panas rendah sehingga mampu
mengurangi kemungkinan retak atau pecah pada blok beton besar atau konstruksi beton.
Berlokasi di Tuban, Jawa Timur, PT. United Tractors Semen Gresik (UTSG)
adalah anak perusahaan Perseroan yang bergerak di bidang pertambangan,
perdagangan dan jasa. Pemegang saham UTSG adalah Perseroan sebesar 55% dan
PT. United Tractors Tbk. sebesar 45%.
PT. Indutri Kemasan Semen Gresik (IKSG) adalah anak perusahaan yang
berlokasi di Tuban, Jawa Timur dan bergerak dalam bidang pembuatan kemasan
atau industri kemasan, perdagangan dan jasa.
Komposisi kepemilikan saham di IKSG adalah sebagai berikut : Perseroan
memiliki (60%), PT. Nuraga Longartha Indonesia (10%), dan PT. Nusantara
Ampera Bakti (20%).Dalam menjalankan kegiatan operasinya, IKSG memiliki
mesin kemasan 5 (lima) unit dengan kapasitas terpasang 123.000.000 lembar
kantong pertahun.
PT. Kawasan Industri Gresik (KIG) adalah anak perusahaan Perseroan yang
berlokasi di Gresik, Jawa Timur, dan bergerak di bidang pembangunan dan
pengelolaan kawasan industri serta jasa konsultasi di bidang kawasan industri.
Kepemilikan Perseroan di KIG mencapai 65%, sedangkan 35% dimiliki oleh PT.
Petrokimia Gresik (Persero). Dalam ushaanya, KIG menyediakan tanah,
bangunan pabrik siap pakai (BPSP) termasuk di dalamnya bangunan yang
digunakan untuk mendukung pemasaran Perseroan.
PT. Eternit Gresik (EG) berlokasi di Gresik, Jawa Timur dan bergerak dalam
bidang produksi asbes, bahan bangunan, dan cetakan. PT. Eternit Gresik didirikan
pada tahun 1971 dan sejak saat itu menjadi perusahaan terkemuka di antara
produsen fiber semen lain di Indonesia serta perusahaan pertama yang
memproduksi fiber semen 100% bebas asbes di Indonesia dan satu-satunya
perusahaan yang memproduksi seluruh produknya tanpa mengandung asbes.
Komposisi pemegang saham dalam anak perusahaan Perseroan ini setelah
Perjanjian Jual dan Beli Saham pada tanggal 17 Mei 2006, No.129 yang diaktakan
oleh Noor Irawati, SH Notaris di Surabaya adalah sebagai berikut: Perseroan
memiliki saham sebesar 17,57% dan Team S.A sebesar 82,43%.
Setiap anggota tim dalam sebuah organisasi perlu memiliki komitmen yang
sama untuk mencapai misi dan visi organisasi. KWSG pun menerapkan sebuah
komitmen yang bertajuk Commitment Willing to Change. Sasaran dari komitmen
ini adalah segenap jajaran karyawan dari semua divisi yang diwakili oleh para
manajer terkait. Tujuan diadakannya Commitment Willing to Change adalah untuk
bersama-sama berjanji sepenuh hati menjaga, merawat, dan menumbuhkan ruh
One Team, One Spirit, One goal To Be Winner, sebagai budaya perusahaan yang
mendorong tercapainya visi & misi perusahaan. Bertempat di di Tanjung Kodok
Beach Hotel pada tanggal 30 April 2013, dalam acara Pencanangan Coorporate
Culture, Commitment Willing to Change ini di tanda tangani oleh para manajer
dan disahkan oleh Pengurus KSWG.
Gambar 2.30 Logo PT. CIPTA NIRMALA (Rumah Sakit Semen Gresik)
Unit Balai Pengobatan Semen Gresik didirikan tahun 1962, merupakan pusat
biaya yang dikelola secara langsung di bawah manajemen PT Semen Gresik
dengan tugas pokok memelihara kesehatan karyawan PT Semen Gresik dan
keluarganya. Unit inilah yang menjadi cikal bakal Rumah Sakit Semen Gresik.
Pada akhir tahun 1994 terwujudlah Rumah Sakit Semen Gresik yang dikelola
secara langsung oleh suatu badan hukum yang lepas dari manajemen PT Semen
Gresik, berbentuk yayasan dengan nama Yayasan Rumah Sakit Semen Gresik,
kemudian pada tanggal 29 Juli 2002, berubah nama menjadi Yayasan Cipta
Nirmala Semen Gresik. Perkembangan selanjutnya, pada awal tahun 2003 Rumah
Sakit dan unit usaha lain yang berkembang bersamanya seperti empat unit usaha
apotik, polikilnik, balai pengobatan di Tuban dan optik dikelola dalam bentuk
badan hukum perseroan terbatas dengan nama PT. Cipta Nirmala. Struktur
kepemilikan Perseroan Terbuka adalah Yayasan Cipta Nirmala Semen Gresik
sebagai pemilik mayoritas dan Koperasi Wreda Sejahtera Semen Gresik sebagai
pemilik minoritas.
Dana Pensiun Semen Gresik terletak di Gresik Jawa Timur. Dana pensiun
ini dibentuk untuk mengelola dan mengembangkan dana yang berasal dari iuran
peserta pendiri untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti, dengan
tujuan memberikan kesinambungan penghasilan bagi peserta dan keluarga. Dana
Pensiun Semen Gresik merupakan kelanjutan dari Yayasan Dana Pensiun
Karyawan PT. Semen Gresik (Persero) yang dibentuk berdasarkan :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Quary
Crushing
Homogenizing
and storing Fuel storing and
preheating
Cooling
Storing
Cement Grinding
Grinding
Storing
Waste gas
Packing
handling
Loading
Dari gambaran proses produksi semen secara umum di atas, maka proses produksi
semen dapat dibagi menjadi 5 tahapan proses, yakni:
1. Penyiapan bahan baku utama, bahan tambahan dan bahan penolong
2. Pengolahan bahan mentah
3. Pembakaran dan pendinginan
4. Penggilingan semen
5. Pengantongan semen
air hujan, dimana air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi air proses dan air
sanitasi. Lubang galian terbuka jika sudah terisi oleh air hujan bentuknya
menyerupai telaga. Bentuk lubang galian terbuka menyerupai tangga, ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kelongsoran.
Air
dipotong puncaknya yang mengecil dibagian bawah dan atasnya lubang yang
berguna untuk meratakan atau menghomogenkan campuran tersebut dengan
membentuk campuran pada tempat penyimpanan seperti limas yang tinggi dan
besar agar apabila diambil tepi campuran tersebut campuran yang atas akan
segera turun dan bergabung dengan campuran yang lain sehingga terjadi
keseragaman campuran.
Cara kerja tripper adalah maju mundur dengan atas lintasan ada pembatas
ketinggian, maka apabila campuran yang berada di tripper terlalu tinggi akan
jatuh ketempat penampungan tersebut. Tripper terbuat dari besi dengan lintasan
berupa rel yang berada di ketinggian 50 m dari tanah. Dari tripper diangkut
menuju raw mill dengan laju alir 570 ton/jam, dan mempunyai kandungan air
pada campuran sebesar 18 %. Kemudian diangkut belt conveyor. Pada belt
conveyor didekat raw mill dilengkapi dengan pendeteksi logam untuk
menangkap logam.
Dalam roller mill tersebut terdapat hammer yang berjumlah 4 buah yang
berguna untuk menghancurkan dan menggiling campuran, berat masing–masing
hammer tersebut adalah 200 kg tiap hammer dan pada bagian bawahnya terdapat
meja yang bergerak memutar yang berguna untuk menjadi alas pada penggilingan
tersebut dan juga dialiri gas panas agar kering dan tidak lengket.
Kebutuhan gas panas untuk pengeringan bahan di raw mill dipasok oleh
sisa gas dari preheater dan sistem pendingin terak dengan suhu 330oC dan 397oC.
Selain itu sistem penggilingan bahan mentah dilengkapi dengan pemanas udara,
sehingga bila panas yang dibawa gas dari preheater dan cooler tidak mencukupi.
Gas dapat dipanaskan lebih dahulu dengan pemanas udara, kurangnya panas yang
diperoleh gas dari preheater dan cooler dapat terjadi karena pada preheater dan
cooler atau berhentinya kiln.
Produk yang keluar dari raw mill diharapkan mempunyai kehalusan 90 %
dan lolos ayakan 90 mikron dengan kandungan air kurang dari 1 %. Material di
bawah dengan aliran udara ditarik ke cyclone dengan bantuan kipas kompresor.
Sehingga 93 % produk material akan terpisah dari aliran udara. Gas yang keluar
dari cyclone dan sudah melewati kipas akan dipisah lagi dari sisa material 7 %
pemisah elektris (electrostatis presipitator), kemudian akan dilepas di menara
buang gas. Sedangkan sisa produk dari pemisah elektris akan dicampur dengan
produk yang keluar dari cyclone dengan air slide, screw conveyor dan bucket
elevator ke silo pencampur.
Material yang keluar dari raw mill tetapi belum mempunyai kehalusan
yang sesuai dengan standart berkisar antara 143 ton/jam, akan dikembalikan lagi
dalam penggiling lewat belt conveyor bersama-sama dengan umpan masuk.
Produk raw mill sebelum disimpan di silo pencampur akan diambil sebagian kecil
untuk contoh analisa, pengambilan contoh dilakukan dengan otomatis yang
terdapat pada air slide dan dibawa oleh sistem transportasi.
Pada kondisi normal raw mill beroperasi, suhu gas masuk ke pemisah
elektrik dengan suhu 90o C dan suhu gas pada kondisi raw mill tidak hidup adalah
150o C. Sedangkan batas minimal dan maksimal temperatur gas masuk pemisah
elektrik adalah 85o C dan 150o C jadi bila raw mill tidak beroperasi gas panas dari
preheater dan cooler harus dimasukkan ke menara pendingin untuk diturunkan
temperaturnya.
Sehingga pada saat melewati pemisah elektrik tidak akan menyebabkan
kerusakan, sebagai media pendingin digunakan air yang dimasukkan dengan cara
disemprotkan. Selama raw mill mati, debu dari menara pendingin dan pemisah
elektrik yang dibawa bin penyimpan debu dengan kapasitas 170 ton, setelah itu
dikirim ke bin umpan kiln.
Batubara yang digunakan di pabrik Semen Gresik berasal dari 2 supplier yaitu
KUD dan FBS, dimana kedua supplier ini menyediakan batubara dengan kualitas yang
berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan proses dengan mempertimbangkan segi
ekonomisnya (harga dan kualitas material) dilakukan pencampuran kedua jenis batubara
dengan komposisi KUD : FBS = 3 : 1.
Batubara mentah diangkut ke area produksi dari tempat penimbunan di pelabuhan
(kapasitas 73000 ton) dengan menggunakan truk dimasukkan ke hopper. Dari hopper
batubara dibawa dengan apron conveyor dan diteruskan oleh belt conveyor untuk
disimpan didua tempat melalui tripper yaitu south pile 1dan north pile 2. Dengan
membuka gate dua arah tempat penimbunan di area proses dengan kapasitas 2 7500
ton, atau langsung ke bin batubara mentah yang berkapasitas 250 ton. Dari tempat
penimbunan batubara mentah diangkut dengan bantuan scrapper reclaimer untuk
dipindahkan ke belt conveyor.
Pada belt conveyor ini dilakukan pemisahan logam yang terkandung pada
batubara mentah dilakukan dengan bantuan alat pemisah magnetik dan pendeteksi logam
dan dibawa menuju bin batubara mentah untuk disimpan.
Dari bin, batubara mentah dikeluarkan dengan pengumpan untuk dipindahkan
dengan belt conveyor dan diumpankan ke rotary feeder untuk penggilingan batubara.
Setelah melalui rotary feeder umpan masuk penggiling batubara jenis raw mill dengan
laju alir 55 ton/jam untuk dikeringkan dan digiling. Kebutuhan udara raw mill batubara
o
didapatkan dari gas yang keluar dari gas yang keluar dari preheater 327 C dan
mempunyai kandungan oksigen rendah.
Produk hasil gilingan mempunyai kehalusan 80 % lolos ayakan 90 mikron,
ditangkap oleh bag filter kemudian disimpan didalam bin batubara halus yang
mempunyai kapasitas 120 ton. Dari bin ini batubara dipindah dengan menggunakan
pompa menuju bin batubara yang berkapasitas 70 ton ke bin batubara halus yang
berkapasitas 120 ton, ketiga bin tersebut dilengkapi dengan alat penimbang jenis load
cells. Batubara halus sebelum dipergunakan untuk pembakaran kiln ditimbang lebih
dahulu oleh timbangan jenis P fister feeder dengan desain kapasitas pembakaran kiln 24
ton/jam. Sedangkan bin dengan bangunan preheater untuk mencukupi kebutuhan bahan
bakar calciner ILC dan SLC yang masing–masing mempunyai 16,8 dan 3,8 ton/jam.
Batubara halus yang dibawa menuju bagian pembakaran SLC ditimbang oleh P
fister feeder yang mempunyai desain kapasitas 27 ton/jam. Sedangkan yang kebagian
pembakaran ILC ditimbang P fister feeder yang mempunyai kapasitas 6 ton/jam.
Sedang produk yang keluar dari raw mill yang berupa campuran limestone dan
bahan yang lain dimasukan ke dalam dua silo pencampur yang masing–masing
mempunyai kapasitas 20.000 ton. Pemasukan bahan baku ke setiap silo pencampur diatur
lewat distribusi yang kemudian didistribusikan kesepuluh buah air slide yang terdapat
dibagian dalam silo.
Pengisian bahan baku kedalam silo ini diatur secara bergantian setiap 36 menit
dan untuk memperoleh hasil pencampuran yang terbaik, silo harus dijaga agar sedikitnya
berisi 10.000 ton. Pengeluaran material dari kedua silo umumnya dilakukan bersamaan,
melalui dua dari sepuluh flow gate dari setiap silo. Dalam pengisian ke silo digunakan
sistem cascade, yaitu sistem kontrol otomatis yang menggunakan berbagai sistem sensor
yang lebih lengkap dari sistem otomatis itu sendiri. Material yang keluar dari kedua silo
diangkut dengan air slade.
Kemudian dengan salah satu bucket elevator material dibawah dengan air slade
menuju bin umpan kiln. Umpan kiln yang ada di air slade diambil contohnya dengan alat
sampel untuk dianalisa komposisinya. Dari bin umpan kiln, material dimasukkan ke bin
kalibrasi dengan masing–masing 50 ton, untuk memudahkan pembagian material masuk
aliran preheater ILC dan SLC keluar dari material bin kalibrasi akan diatur oleh
pengukuran aliran dan dibawah dengan air slade menuju air lift untuk diteruskan ke
preheater ILC, sedangkan material dari bin kalibrasi akan diatur keluarannya oleh
pengatur keluaran dan dibawah dengan air slade dan air lift menuju preheater SLC.
Umpan kiln dimasukkan kedalam preheater ILC dan preheater SLC pada cyclon
pertama dengan laju alir sebesar 254 ton/jam dan 284 ton/jam. Didalam preheater umpan
kiln mengalami kalsinasi sampai 90 % secara bertahap, kemudian masuk kedalam kiln
dan mengalami kalsinasi 100 %. Selanjutnya material akan mengalami proses pelelehan
pada suhu 1400 – 1450 0C menjadi terak. Dalam kiln terak dibakar oleh pembakar dengan
bahan bakar campuran minyak dan batu bara yang telah dihaluskan dan di supply melalui
belakang pembakar. Jalannya bahan berlawanan dengan arah pembakaran sehingga
cukup terjadi perubahan sifat kimia material.
Kemudian terak panas dari kiln jatuh di dekat pembakar dan di dinginkan di dalam
cooler dari 1450 0C sampai suhu 82 0C. Disistem pendinginan grate cooler terdiri dari
12 compartement, sehingga media pendingin digunakan udara luar yang dihembuskan
kipas kompresor kedalam compartement. Tiap compartement terdiri dari 4 buah saluran
kipas yang masuk melalui saluran yang berkelok dibawah cooler. Terak yang berukuran
besar sebelum keluar dari dari cooler dan dihancurkan dahulu oleh pemecah terak. Untuk
material yang jatuh pada saat pendinginan akan di transport oleh rantai yang berada
dibawah cooler dan disatukan dengan material yang telah keluar dari pemecah terak.
Alat yang digunakan di dalam cooler untuk mengangkut material yaitu bernama
grate plate yang terbuat dari baja stainless steel yang berbentuk plat yang bekerja
bergantian antara satu dengan lain, sehingga menyebabkan material berpindah. Material
pencampur debu terak dari kotak pengeluaran cyclone turun ke drag conveyor kemudian
material akan diangkut dan di gabungkan pada penampung kemudian dipindahkan ke
pan conveyor dan dimasukkan ke silo penyimpan terak dengan kapasitas 75.000 ton.
Kebutuhan batu bara untuk pembakaran di calsiner ILC adalah 3,8 ton/jam.
Untuk mencukupi kebutuhan panas pembakaran sebesar 243 kcal/jam kebutuhan
batu bara untuk pembakaran di calsiner SLC adalah 16,8 ton/jam. Untuk kiln diperlukan
batu bara 15,4 ton/jam dengan kapasitas panas sebesar 9,54 kcal/jam. Aliran gas panas
keluar dari kiln digunakan oleh calsiner ILC dan ditarik oleh ID kipas. Aliran panas
cooller dialirkan ketiga tempat , yaitu grade I (udara paling panas) kepembakar preheater
ILC dan SLC. grade II ke raw mill, sedangkan grade III ke pemisah elektrik untuk
pemisahan lebih lanjut sisa debu dan udara.
yang keluar dari silo–silo ini diatur oleh pengendali aliran pada masing–masing silo
dengan masa pergantian pengendali adalah 8–12 menit.
Dari silo material dihembuskan udara untuk dibawa dengan air slide menuju dua
buah bucket elevator berkapasitas 500 ton/jam. Dari bucket elevator di lewatkan
pengayak getar untuk memisahkan semen dengan material asing. Setelah diayak, semen
dibawa ke bin pusat yang berjumlah dua buah dan proses akan dilakukan ke dua bin ini
akan dilakukan bergantian. Aliran semen setelah melewati bin pusat akan terbagi
menjadi dua, yaitu aliran untuk semen curah (semen yang langsung dimasukkan kedalam
mobil, biasanya untuk proyek besar) dan semen yang akan dijual dalam bentuk kantong.
Aliran semen curah dilanjutkan ke air slide 1 dan 2 kemudian ke bin semen curah,
kemudian ke truk khusus yang akan membawa semen kepada konsumen. Sedangkan
aliran semen kantong setelah melewati bin Pusat, semen akan dibawa dengan air slide
untuk diteruskan ke rotary feeder dan akhirnya ke rato packer. Pada alat ini terdapat spot
tube yaitu semacam suntikan untuk memasukkan semen kedalam kantong. Pemasukan
semen ke dalam kantong ini telah diatur dengan rentang berat 49,75 kg atau dengan 50,75
kg. Jika berat semen kurang dari 49,25 maka semen yang sudah dalam kantong tersebut
terpantau dengan penimbang dan semen tersebut akan dikeluarkan melalui bagian reject.
Semen yang tidak lolos ini akan dibawa ke ayak, kemudian dibawa ke screw conveyor
untuk dikembalikan ke bucket elevator. Semen yang lolos uji akan dibawa ke belt
conveyor, kemudian ke truk dan siap di distribusikan kepada konsumen.
BAB IV
PEMBAHASAN
KEPALA SEKSI
Nalendra Permana, ST
KARU POWER
KARU WEIGHING KARU EH+EL
DISTRIBUTOR
Salman Alfarisi Bambang Dwi Sutopo
Moh. Ali Sadikin
“Otomasi Alat Instrumen Magnetic Separator pada Mill 8 Finish Mill Pabrik
Tuban IV”
Finish Mill merupakan proses penggilingan dan pencampuran Clinker dan
Gypsum sehingga akan diperoleh produk mill dengan kehalusan yang diinginkan
atau yang disebut dengan Semen. Tahap ini bertujuan untuk menggiling clinker hasil
dari pembakaran yang dicampur dengan gypsum yang berfungsi sebagai retarder,
yaitu untuk mengatur waktu pengeringan semen dan trass sebagai bahan additive
tanpa mengurangi mutu semen yang dihasilkan.
Ada empat jenis sensor yang digunakan dalam spectrum sensor gerak :
Passive Infrared Red (PIR)
Sensor infra merah pasif mendeteksi panas tubuh seseorang karena perubahan
latarbelakang ruangan. Tidak ada energi yang dipancarkan dari sensor, sehingga
nama “pasif inframerah”(PIR).
Ultrasonic
Mengirimkn pulsa gelombang ultrasonic (gelombang suara akustik di atas
frekuensi bahwa manusia dapat mendengar) dan mengukur refleksi dari sebuah
objek yang bergerak. Gerak menyebabkan frekuensi gelombang yang
dipantulkan untuk mengubah (Efek Doppler).
Microwave
Sebuah sensor microwave mengirimkan pulsa elektromagnetik dan mengukur
perubahan frekuensi (Doppler) karena refleksi dari sebuah objek yang bergerak.
Detektor Gerak Tomografi
Sistem deteksi gerak tomografi merasakan gangguan gelombang radio ketika
mereka lulus dari node ke node dari jaringan mesh. Mereka memiliki
kemampuan untuk mendeteksi lebih dari daerah – daerah yang lengkap karena
mereka dapat merasakan melalui dinding dan penghalang.
Motion
Sensor
b. Transformator
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Tegangan masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks
magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik
ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua
daya pada lilitan primer alan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
Transformator mempunyai dua jenis, yaitu :
Transformator Step Up
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
c. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah salah satu komponen dari belt conveyor system yang
berfungsi untuk membawa material dan meneruskan gaya putar. Di pilihnya belt
conveyor sistem sebagai sarana transportasi material adalah karena tuntutan untuk
meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi dan juga kebutuhan
optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja.
Belt Conveyor
d. Magnet Box
Magnet Box merupakan alat yang menghasilkan medan magnet untuk menarik
material metal yang tercampur dalam clinker. Magnet box berisi kumparan-kumparan
yang di supply tegangan 325V DC dari diode bridge.
Magnet Box
e. Motor
Motor pada Magnetic Separator digunakan untuk menggerakkan belt
conveyor. Motor yang digunakan adalah motor AC 3 fasa dengan tegangan
220/380V dan daya sebesar 3000kW.
Motor AC
3 Fasa
jadwal pemeliharaan untuk tanda-tanda panas, suara yang tidak biasa atau
discolorings secara berkala. Jika ada tanda-tanda kerusakan mesin harus
dimatikan langsung dan bearing diganti.
4. Oil level indikator untuk tipe oil-cooled
Selalu memeriksa tingkat minyak (Oil level) pada suhu operasi minyak.
Selalu gunakan jenis minyak ditentukan dalam Data Teknis. Jika minyak diisi
pada suhu dingin ,maka minyak mungkin tidak mampu menahan jumlah
minyak yang terkandung bila dijalankan pada suhu operasi. Minyak berlebih
akan menembus dan menciptakan sumber bahaya.
5. Membersihkan bagian Magnet
Ferrous parts dan benda asing lainnya di daerah dalam sabuk atau pada frame
dapat merusak sabuk. Benda seperti Chords, kaset video, kabel, dll bisa
terjerat pada ujung poros drive dan defleksi katrol dan akibatnya
menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu perlu untuk melakukan
pemeriksaan pemandangan yang biasa di daerah dalam sabuk dan poros
berakhir. Jika benda asing ditemukan mereka harus dihapus langsung.
a. Waktu Pelaksanaan :
1 Februari 2016 sampai 31 Maret 2016
b. Tempat Pelaksanaan :
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dewasa ini, dunia pendidikan vokasi tidak lepas dari peran serta industri atau pabrik,
dimana arah pengembangan pendidikan kejuruan (Engineer) mengacu pada perkembangan
kemajuan teknologi yang diterapkan pada dunia industri baik industri menengah maupun
sekelas industri multinasional tentu menggunkan bantuan teknologi guna menciptakan Good
Manufacturing yang baik guna mencapai kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan
mutu yang telah ditetapkan. Seiring perkembangan teknologi industri yang kian pesat, peran
serta dunia pendidikan dalam mengikuti perkembangan tersebut tentu menjadi sangat
penting dimana pembelajaran maupun penelitian yang dilakukan guna melihat sisi
kekurangan yang mungkin masih ada pada suatu proses, dengan demikian para ilmuan atau
cendikiawan dapat mengambil bagian dalam upaya mengembangkan maupun membuat
inovasi atas sistem yang uneficient menjadi lebih efisien.
Oleh karena itu kegiatan praktek kerja industri merupakan hal yang amat positif
sebagai upaya regenerasi tentang ilmu Engineering, yang memberikan dampak positif bagi
kedua belah pihak bagi para pelajar maupun ilmuan. Bagi para pelajar maupun ilmuan tentu
mendapatkan ilmu yang amat berharga mengenai suasan didalam industry maupun ilmu
yang lebih teoritis mengenai teknologi yang dikembangkan dalm industry tersebut. Dan bagi
perusahaan merupakan salah satu bentuk Corporate social responbility secara tidak
langsung terhadap perkembangan kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia pada
umumnya.
Kerjasama yang baik antar kedua belah pihak tentu menjadi awal yang baik guna
menciptakan kesinambungan antara pembelajaran pada dunia pendidikan dan penerapan
yang ada pada dunia industri sehingga bukan menjadi hal yang mustahil apabila kedepanya
Indonesia mampu mengambil peran dalam mengembangkan teknologi pada Industri melalui
engineer-engineer muda.
Berdasarkan hasil dari kegiatan praktek kerja industri dengan judul “Otomasi Alat
Instrumen Magnetic Separator pada Mill 8 Finish Mill Pabrik Tuban IV” untuk mencegah
adanya material asing atau metal yang ikut terbawa dalam ketiga material agar tidak masuk
ke dalam vertical mill (548BC01) Tuban IV di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Maka
dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
5.2 Saran-saran
Area Finish mill merupakan area yang cukup berdebu, debu-debu yang lolos
tersebut perlu dipertimbangkan agar tidak menyebabkan polusi udara, selain itu
mengurangi kerugian akibat material yang terbuang dengan percuma.
Mekanisme perangkap debu oleh Bag filter perlu dilakukan perbaikan secara
berkala untuk memastikan kondisi Bag filter dalam keadaan prima.
Dalam kegiatan preventive maintenance ataupun maintenance (Overhaul)
seringkali perbaikan yang diterapkan tidak mempertimbangkan segi life time
dari Equpment karena perbaikannya masih banyak yang cenderung perbaikan
yang bersifat sementara tidak menyeluruh, oleh karean itu banyak ditemui
Equipment-equipment yang mengalami kerusakan dikemudian hari meskipun
telah dilakukan perbaikan sebelumnya.
Guna mencapai Good manufacturing yang baik tentu perusahaan harus
menerapkan manajemen proses produksi yang baik pula, hal ini berkaitan erat
dengan peralatan yang digunakan. Begitu pula pada area Fininsh mill,
peremajaan dan inovasi amat sangat dibutuhkan untuk mencapai target produksi.
Setiap perusahaan tentu memiliki target produksi, begitu pula dengan PT
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk, koordinasi yang baik dalam
Maintenance harus selalu dipupuk dengan baik hal ini bertujuan agar setiap
perbaikan dapat berjalan sesuai jadwal dan Equipment dapat bekerja maksimal
sehingga mampu mencapai target produksi.
Saran yang dapat diberikan dalam judul tugas terkait Magnetic Separator ini
adalah sebagai berikut :
1. Komponen pada Magnetic Separator harus dikontrol setiap bulan karena hal
itu dapat berperan penting dalam proses pengoperasian mesin untuk vertical
mill.
DAFTAR PUSTAKA
Murdock, L.J., Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, 1999.
SNI, Standar Produksi Semen Nasional, Standar Nasional Indonesia, Jakarta, 1987.
Amstead, B.H., Teknologi Mekanik, Jilid Kesatu, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta, 1985.
Smith, W.F., Principles of Materials Science and Engineering, McGraw-Hill Publishing
Company, New York, 1990.
Van-Vlack, L.H., Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta, 1983.
Avner, B.H., Introduction to Physical Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill Int., London,
1987.
Callister, Jr.W.D., Material Science and Engineering an Introduction, 3rd ed., John Wiley
& Sons, Inc., New York, 1997.
Granata, R.D. dan Moore, P.G., Surface Modification, dalam Metals Handbook, 9th ed.,
vol.6, American Society for Metals, Metals Park, Ohio, 1986.
Polukhin, A.T., Grinberg, B., Kantenik, S., Zhadan, V. and Vasilxev, D., Metal Process
Engineering, Peace Publisher, Moscow, 1997.
Dieter, G.E., Mechanical Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986.