Anda di halaman 1dari 198

Mekanika Fluida_MESP PNL

BUKU AJAR

MEKANIKA FLUIDA
(TM 32302)

Oleh :

Syukran, ST,MT
Nip. 19770808 200312 1 001

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2009
1
Mekanika Fluida_MESP PNL

HALAMAN PENGESAHAN

MEKANIKA FLUIDA

Kegiatan Pembuatan Buku Ajar ini dibiayai dengan sumber dana DIPA
Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2009

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Penyusun,

Ir. H. Saifuddin Syukran, ST,MT


Nip. 19590610 199003 1 001 Nip. 19770808 200312 1 001

Mengetahui/Mengesahkan
Pembantu Direktur I

i
Ir. Akhyar Ibrahim, MT
Nip. 19591231 199003 1 009

ii
Mekanika Fluida_MESP PNL

HALAMAN PENGESAHAN REVIEWER

Buku Ajar mata kuliah Mekanika Fluida yang disusun oleh :

Nama : Syukran, ST,MT


Nip : 19770808 200312 1 001
Jurusan : Teknik Mesin

Telah memenuhi syarat-syarat penulisan Buku Ajar yang dibiayai dengan sumber Dana
DIPA Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2009.

Telah diperiksa oleh


Reviewer :

1. Samsul Bahri, ST,M.Si. ( )


Nip. 19730701 199903 1 001

2. Ir. Nawawi Juhan, MT ( )


Nip. 19650507 199303 1 006

3. Ir. Ramli Idris ( )


Nip. 19600828 198902 1 001

Menyetujui :
Ka. Unit P2AI
Ir. Jamaluddin, MT
Nip. 131 944 847
Mekanika Fluida_MESP PNL

PRAKATA

Ide awal penyusunan Buku Ajar Mekanika Fluida ini berlatar belakang pada
belum tersedianya buku ajar mekanika fluida pada Jurusan Teknik Mesin PNL yang
dapat digunakan mahasiswa dalam perkuliahan sebagai referensi tambahan selain buku
teks. Hadirnya buku ajar ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas Proses Belajar
Mengajar di Jurusan Mesin PNL. Materi yang melingkupi buku ajar ini mengacu
kepada Kurikulum dan Silabus yang berlaku di Jurusan Mesin Politeknik Negeri
Lhokseumawe. Penggunaan buku ajar ini lebih ditekankan kepada komunitas
mahasiswa Politeknik, sehingga muatan buku ajar ini lebih mengedepankan segi praktis
dibanding pengembangan kearah fundamental konsep permasalahan. Contoh-contoh
soal dan latihan yang menyertai setiap bab juga ditampilkan dalam penerapan aplikatif
dari ilmu mekanika fluida dilapangan.
Kualifikasi keilmuan dasar yang harus dimiliki mahasiswa agar memudahkan
dalam mengikuti setiap bab yang ada dalam buku ajar ini adalah pemahaman dasar
materi matematika teknik, pengukuran teknik dan termodinamika teknik. Adanya 2
standar satuan (sistem british dan sistem internasional) yang digunakan pada buku ajar
ini menuntut mahasiswa mampu mengkonversikan besaran di antara sistem tersebut.
Seperti yang penulis sering tekankan di ruang kuliah, keberhasilan seseorang
pada mata kuliah mekanika fluida terletak pada penguasaan konsep yang mana dapat
diperoleh dengan membaca buku tesk dan buku ajar ini, kemudian memperdalamnya
dengan diskusi di ruang kuliah. Setelah konsep dikuasai, maka para mahasiswa
disarankan untuk membaca contoh soal, mengerjakan sendiri contoh soal tersebut dan
mengerjakan soal-soal latihan yang ada disetiap akhir bab. Dengan penguasaan konsep
dan latihan soal inilah baru seseorang akan dapat memahami dengan benar isi dari ilmu
Mekanika Fluida ini.
Tujuan Instruksional Umum (TIU) dari mata kuliah Mekanika Fluida ini adalah
setelah mempelajari seluruh isi materi dari kuliah ini diharapkan mampu merancang dan
mengevaluasi kasus-kasus aplikasi teknik yang berkenaan dengan mekanika fluida
secara benar.
Bahan ajar Mekanika Fluida ini disusun dalam 7 (tujuh) Bab Utama. Bab I
memaparkan konsep dasar sifat-sifat fluida yang berkaitan dengan kerapatan, berat dan
volume dan gravitasi jenis, viskositas, kompresibility dari suatu fluida. Bab II
menjelaskan konsep dasar tekanan dan peralatan pengukuran tekanan. Bab III
menguraikan metode penentuan gaya hidrostatik untuk kasus bidang miring, vertikal
dan lengkung. Bab IV menekankan pada persoalan dinamika fluida yang berkenaan
dengan persamaan yang berkaitan dengan dinamika fluida serta mekanisme pengukuran
kecepatan aliran. Bab V menitikberatkan pada teknik analisis kerugian tekanan
(pressure drop) fluida dalam proses alirannya. Bab VI memaparkan konsep dasar aliran
fluida yang berkaitan dengan kondisi laminar dan turbulen serta hubungan nya dengan
diagram moddy. Terakhir Bab VII ditutup dengan wawasan mesin-mesin fluida yang
umumnya banyak digunakan di lapangan serta metode analisis kinerja dari mesin-mesin
fluida tersebut.
Buku ajar ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama
dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada Direktur Politeknik Negeri Lhokseumawe beserta jajarannya, Ketua Jurusan
Teknik Mesin beserta jajarannya serta para rekan dosen yang telah banyak memberi
masukan pada penulisan buku ajar ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan
kepada Unit P2AI PNL yang telah berkerja keras merumuskan dan mengevaluasi
standardisasi penulisan yang berkualitas terhadap bahan ajar ini.
Sebagai manusia yang sadar akan kemampuannya, penulis percaya bahwa buku
ajar ini masih belum sempurna. Kekurangan adalah milik penulis, karena itu sampaikan
kekurangan itu agar penulis dapat memperbaiki. Kekhilafan adalah milik penulis,
karena itu penulis mohon maaf. Kritik dan saran sangat penulis harapkan agar buku ajar
ini menjadi lebih baik. Selamat membaca.
Buketrata, 08 Agustus 2009

Penulis

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa Syukru Lillahi Wahdah. Segala puja dan puji syukur kehadirat
Ilahi Rabbi, Rabb semesta alam. Tiada Ilah yang berhak diibadahi, kecuali hanya Dia
semata. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW,
seorang rasul yang menjadi teladan bagi umatnya dalam segala hal, yang telah
membawa umat ini dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Penyusunan bahan ajar ini merupakan bagian dari salah satu upaya peningkatan
kualitas proses belajar mengajar dalam perkuliahan. Bahan ajar ini dapat digunakan
untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan, sehingga dosen tidak perlu
terlalu banyak menyajikan materi kuliah di kelas. Hal ini akan berdampak positif, yaitu
dosen mempunyai lebih banyak waktu untuk memberi bimbingan kepada mahasiswa.
Bahan ajar dapat membantu mahasiswa dalam proses belajarnya, sehingga mahasiswa
tidak terlalu tergantung kepada dosen sebagai satu-satunya sumber informasi.
Bahan ajar Mekanika Fluida ini telah diperiksa oleh tim reviewer dan sudah
memenuhi syarat untuk digunakan kalangan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Mengingat model pendidikan di Politeknik adalah sistem pendidikan vokasi
yang diperkaya oleh ilmu-ilmu teknik yang bersifat terapan, maka materi dalam bahan
ajar ini lebih difokuskan pada permasalahan aplikatif. Persamaan-persamaan yang
ditampilkan dalam bahan ajar ini sifatnya hanya pemakaian tanpa penguraian detail
turunan dasar dari persamaan tersebut. Demikian pula contoh-contoh soal yang
diberikan merupakan studi kasus aplikatif di lapangan dengan tingkat kesulitan analisis
sederhana.
Kami sangat mengharapkan semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat kepada
semua pihak khususnya mahasiswa dan staf pengajar mata kuliah mekanika fluida pada
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Buketrata, 08 Agustus 2009
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Ir. H. Saifuddin
NIP. 195906101990031001
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL x
BAB I SIFAT-SIFAT FLUIDA 1
1.1 Pendahuluan 1
1.2 Tujuan Khusus Topik 4
1.3 Uraian 4
1.3.1 Kerapatan (Density) 4
1.3.2 Volume Jenis 5
1.3.3 Berat Jenis 5
1.3.4 Gravitasi Jenis 7
1.3.5 Hukum Gas Ideal 7
1.3.6 Viskositas 8
1.3.7 Kemampu-mampatan Fluida (Compressibility of Fluids) 14
1.3.8 Kecepatan Suara 16
1.3.9 Tekanan Uap 17
1.3.10 Tegangan Permukaan 18
1.3.11 Kapilaritas 20
1.4 Rangkuman 25
1.5 Soal Latihan 26
BAB II PENGUKURAN DAN BEDA TEKANAN 28
2.1 Pendahuluan 28
2.2 Tujuan Khusus Topik 28
2.3 Uraian 28
2.3.1 Pengukuran Tekanan 30
2.3.2 Manometri 34
2.4 Rangkuman 46
2.5 Soal Latihan 46
BAB III GAYA HIDROSTATIK 48
3.1 Pendahuluan 48
3.2 Tujuan Khusus Topik 49
3.3 Uraian 49
3.3.1 Gaya Hidrostatik pada Bidang Miring 49
3.3.2 Gaya Hidrostatik pada Bidang Vertikal 51
3.3.3 Gaya Hidrostatik pada Bidang Lengkung 56
3.4 Rangkuman 59
3.5 Soal Latihan 59
BAB IV DINAMIKA FLUIDA 61
4.1 Pendahuluan 61
4.2 Tujuan Khusus Topik 61
4.3 Uraian 62
4.3.1 Energi Fluida Mengalir 63
4.3.2 Persamaan Kontinuitas 64
4.3.3 Persamaan Bernoulli 65
4.3.4 Tekanan Statik, Stagnasi, Dinamik, dan Total 69
4.3.5 Pengukuran Laju Aliran 71
4.3.6 Aliran Terselubung (Confined Flow) 79
4.4 Rangkuman 88
4.5 Soal Latihan 88
BAB V KERUGIAN TEKANAN 90
5.1 Pendahuluan 90
5.2 Tujuan Khusus Topik 90
5.3 Uraian 90
5.4 Rangkuman 105
5.5 Soal Latihan 105
BAB VI ALIRAN VISKOS DALAM SALURAN 107
6.1 Pendahuluan 107
6.2 Tujuan Khusus Topik 108
6.3 Uraian 108
6.4 Rangkuman 119
6.5 Soal Latihan 119
BAB VII PENGANTAR MESIN-MESIN FLUIDA 120
7.1 Pendahuluan 120
7.2 Tujuan Khusus Topik 120
7.3 Uraian 120
7.3.1 Turbin Air 120
7.3.2 Pompa 127
7.3.3 Kompresor 135
7.4 Rangkuman 141
7.5 Soal Latihan 142
Takarir 143
Daftar Tilik 145
Penjurus 146
Aksara Yunani 147
Daftar Pustaka 148
Lampiran A 149
Lampiran B 153

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1-1. Kerapatan air sebagai fungsi temperatur 5


Gambar 1-2. Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser 10
Gambar 1-3. Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser 12
Gambar 1-4. Viskositas mutlak (dinamik) dari beberapa fluida yang umum 14
Gambar 1-5 Ilustrasi gaya tarik menarik dan tegangan permukaan pada melekul 19
Gambar 1-6. Kapilaritas zat cait pada sebuah tabung gelas 20
Gambar 2-1. Notasi untuk variasi tekanan dalam fluida diam dengan 30
Gambar 2-2. Representasi grafik tekanan pengukuran dan tekanan mutlak. 31
Gambar 2-3. Barometer air raksa. 34
Gambar 2-4. Tabung Piezometer 35
Gambar 2-5. Manometer Tabung U sederhana. 36
Gambar 2-6. Manometer Tabung-U differensial 39
Gambar 2-7. Manometer tabung miring 42
Gambar 2-8. Pengukur tekanan Bourdon 43
Gambar 2-9. Transducer tekanan gabungan LVDT dengan tabung Bourdoun. 44
Gambar 2-10 Transducer tekanan jenis strain gage 45
Gambar 3-1. Tekanan dan gaya hidrostatik pada sebuah tangki terbuka 48
Gambar 3-2. Notasi untuk gaya hidrostatik pada permukaan bidang 50
Gambar 3-3. Sifat-sifat geometrik dari beberapa bentuk yang umum 51
Gambar 3-4. Prisma tekanan untuk bidang segiempat tegak. 52
Gambar 3-5. Representasi grafis dari gaya hidrostatik pada sebuah 53
Gambar 3-6. Pengaruh tekanan atmosfer terhadap gaya resultan yang 54
Gambar 3-7. Gaya hidrostatik pada sebuah permukaan lengkung. 57
Gambar 4-1. Tabung alir dibatasi oleh garis alir. Dalam aliran tunak 62
Gambar 4-2. Aliran melalui saluran dengan luas penampang bervariasi 63
Gambar 4-3. Tabung alir dengan perubahan luas penampang 64
Gambar 4-4. Gaya total yang bekerja pada elemen fluida akibat tekanan fluida. 66
Gambar 4-5. Pengukuran tekanan-tekanan statik dan stagnasi. 70
Gambar 4-6. Titik-titik stagnasi pada benda dalam fluida yang mengalir. 71
Gambar 4-7. Beberapa peralatan khas untuk mengukur laju aliran di dalam pipa 72
Gambar 4-8 Beberapa desain tabung Pitot-statik 74
Gambar 4-9. Desain yang tepat dan tidak tepat dari tap-tap tekanan statik 74
Gambar 4-10. Tipe distribusi tekanan sepanjang sebuah pipa pitot statis 75
Gambar 4-11. Venturi meter 75
Gambar 4-12. Skematik aliran pada orifice ujung-tajam. 76
Gambar 4-13. Pola-pola aliran yang khas dan koefiseien kontraksi dari 77
Gambar 4-14. Aliran vertikal dari sebuah tangki melewati sebuah nossel 78
Gambar 4-15. Aliran horizontal dari sebuah tangki melewati sebuah nossel 79
Gambar 4-16. Aliran tunak masuk dan keluar sebuah tangki. 80
Gambar 4-17. Aliran tunak masuk dan keluar sebuha tangki 86
Gambar 4-18. Kavitasi ujung dari sebuah baling-baling 86
Gambar 5-1. Diagram Moody 93
Gambar 5-2. Harga keofisien K, untuk beberapa komponen pipa 94
Gambar 5-3. Kondisi aliran masuk dan harga koefisien bentuk, K 95
Gambar 5-4. Koefisien bentuk berdasarkan ratio radius masukan dan diameter pipa 95
Gambar 5-5. Kondisi aliran keluar dan harga koefisien bentuk, K 96
Gambar 5-6. Harga koefisien K berdasarkan ratio luas area pipa dan area keluaran. 96
Gambar 5-7. Harga koefisien K untuk komponen conical diffuser 97
o
Gambar 5-8. Harga koefisien K untuk komponen elbow 90 97
o
Gambar 5-9. Harga koefisien K untuk mitter bend 90 98
Gambar 6-1 Ilustrasi eksperimen Reynold 107
Gambar 6-2. Aliran satu dimensi. (a) Aliran tak dapat mampat dalam sebuah saluran
tertutup. (b) Aliran gas dapat mampat dalam sebuah lubang sembur.
Kecepatan, tekanan, dan temperatur dianggap seragam diseluruh
potongan melintang yang mana pun. 110
Gambar 6-3. Aliran dua,dimensi. (a) Aliran viskous di antara pelat-pelat sejajar;
u=u(y) dan p=p(x). (b) Aliran viskous di antara pelat-pelat yang melebar;
u=u(x,y) dan p=p(x,y). (c) Aliran di bagian tengah sebuah saluran
pelimpah yang lebar; V= (x,y). (d) Aliran lapisan-batas melalui sebuah
pelat rata yang lebar; u=u(x,y). 111
Gambar 6-4. Aliran viskous di antara pelat-pelat sejajar 112
Gambar 6-5. Skematik aliran laminer dan turbulen di dalam saluran 114
Gambar 7-1. Penggunaan turbin air pada PLTA 121
Gambar 7-2. Jenis turbin air 121
Gambar 7-3. Pengertian penampang lintang saluran 122
Gambar 7-4. Bentuk energi pada aliran air 123
Gambar 7-5. Skematik pompa sentrifugal 128
Gambar 7-6. Tipe impeller. (a) impeller terbuka, (b) impeller tertutup 128
Gambar 7-7. Kurva karakteristik pompa sentrifugal 129
Gambar 7-8. Skematik aliran pada pompa 130
Gambar 7-9. Skematik instalasi pompa 133
Gambar 7-10. Siklus ideal kompresor 137
Gambar 7-11. Siklus teoritis sebagian 138
Gambar 7-12. Siklus kompresor sesungguhnya 138

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1-1. Sifat fisika beberapa fluida cair pada tekanan atmosfer (dalam satuan BG) 6
Tabel 1-2. Sifat fisika dari beberapa fluida cair pada tekanan atmosfer (dalam SI) 6
ix
Tabel 1-3. Sifat fisika dari beberapa gas pada tekanan atmosfer (dalam satuan BG) 11
Tabel 1-4. Sifat fisika dari beberapa gas pada tekanan atmosfer (dalam satuan SI) 11
Tabel 5-1. Harga kekasaran pipa, 94
Tabel 6-1. Klasifikasi aliran berdasarkan bilangan Reynold untuk kasus 115
Tabel 7-1. Klasifikasi turbin air 121

x
BAB I SIFAT-SIFAT FLUIDA

1.1 Pendahuluan
Salah satu pertanyaan yang pertama-tama perlu kita kaji adalah, apakah fluida
itu ? Atau kita mungkin bertanya, apa perbedaan antara sebuah benda padat dengan
sebuah fluida ? Kita memiliki gagasan umum yang samar-samar mengenai perbedaan
tersebut. Sebuah benda padat "keras" dan tidak mudah dideformasi, sementara sebuah
fluida "lunak" dan mudah dideformasi (kita dapat bergerak dengan mudah melewati
udara). Meskipun agak deskiptif, pengamatan sepintas lalu mengenai perbedaan benda
padat dan fluida ini sangat tidak memuaskan dari sudut pandang ilmiah atau keteknikan.
Pengamatan lebih mendalam mengenai struktur molekul dari material mengungkapkan
bahwa zat-zat yang biasanya kita anggap sebagai benda padat (baja, beton, dan lain lain)
memiliki jarak antar molekul yang rapat dengan gaya-gaya kohesi antar molekul yang
besar yang memungkinkan sebuah benda padat mempertaharkan bentuknya dan tidak
mudah untuk dideformasi. Namun, untuk zat-zat yang biasanya kita anggap sebagai
sebuah cairan (air, minyak, dan lain lain), molekul-molekulnya agak terpisah, gaya antar
molekulnya lebih lemah daripada benda-benda padat dan molekul- molekul tersebut
mempunyai pergerakan yang lebih bebas. Jadi zat cair dapat dengan mudah dideformasi
(tetapi tidak mudah dimampatkan) dan dapat dituangkan ke dalam bejana atau dipaksa
melalui sebuah tabung. Gas-gas (udara, oksigen, dan lain lain) memiliki jarak molekul
yang lebih besar dan gerakan yang bebas dengan gaya antar molekul yang dapat
diabaikan, sehingga gas sangat mudah dideformasi (dan dimampatkan) dan akan
mengisi secara penuh volume suatu bejana di mana gas tersebut ditempatkan.
Meskipun perbedaan antara benda padat dan fluida dapat dijelaskan secara
kualitatif berdasarkan struktur molekulnya, perbedaan yang lebih spesifik didasarkan
pada bagaimana zat tersebut berdeformasi di bawah suatu beban luar yang bekeja.
Secara khusus, fluida didefinisikan sebagai zat yang berdeformasi terus-menerus
selama dipengaruhi suatu tegangan geser. Sebuah tegangan (gaya per satuan luas)
geser terbentuk apabila sebuah gaya tangensial bekerja pada sebuah permukaan.
Apabila benda-benda padat biasa seperti baja atau logam-logam lainnya dikenai oleh
suatu tegangan geser, mula-mula benda ini akan berdeformasi (biasanya sangat kecil),
tetapi tidak akan terus-menerus berdeformasi (mengalir). Namun, cairan yang biasa

1
seperti air, minyak, dan udara memenuhi definisi dari sebuah fluida-artinya, zat-zat
tersebut akan mengalir apabila padanya bekerja sebuah tegangan geser. Beberapa bahan,
seperti lumpur, aspal, dempul, odol dan lain sebagainya tidak mudah untuk
diklasifikasikan karena bahan-bahan tersebut akan berperilaku seperti benda padat jika
tegangan geser yang bekerja kecil, tetapi jika tegangan tersebut melampaui suatu nilai
kitis tertentu, zat-zat tersebut akan mengalir. Ilmu yang mempelajari bahan-bahan
tersebut disebut rheologi dan tidak termasuk dalam cakupan mekanika fluida klasik.
Jadi, seluruh fluida yang akan ditinjau dalam buku ajar ini memenuhi definisi fluida
yang telah diberikan sebelumnya.
Meskipun struktur molekuler fluida penting untuk membedakan satu fluida
dengan fluida yang lainnya, tidaklah mungkin untuk mengkaji masing-masing molekul
ketika kita mencoba untuk menggambarkan perilaku fluida-fluida tersebut dalam
keadaan diam atau bergerak. Kita mengkarakteristikkan perilaku tersebut dengan lebih
mempertimbangkan nilai rata-rata atau makroskopik dari besaran yang ditinjau, di mana
nilai rata-rata tersebut dievaluasi pada sebuah volume kecil yang berisi banyak molekul.
Jadi, ketika kita mengatakan bahwa kecepatan pada suatu titik tertentu dalam sebuah
fluida adalah sebesar tertentu, maka kita sebenarnya mengindikasikan kecepatan rata-
rata dari molekul-molekul dalam volume kecil yang mengelilingi titik tersebut. Volume
tersebut sangat kecil dibandingkan dengan dimensi fisik dari sistem yang ditinjau, tetapi
cukup besar dibandingkan dengan jarak rata-rata antar molekul. Apakah cara ini cukup
beralasan untuk menggambarkan perilaku sebuah fluida? Jawabannya secara umum
adalah ya, karena jarak antara molekul biasanya sangat kecil. Untuk gas-gas pada
-6
tekanan dan temperatur normal jarak antara ini berada pada tingkat orde 10 mm, dan
-7
untuk zat cair pada tingkat 10 mm. Banyaknya molekul setiap milimeter kubik pada
18 21
tingkat 10 untuk gas dan 10 untuk zat cair. Jadi jelas bahwa jumlah molekul di
dalam sebuah volume yang sangat kecil sangat besar, sehingga gagasan untuk
menggunakan nilai rata-rata dari seluruh volume ini cukup beralasan. Jadi kita
mengasumsikan bahwa seluruh karakteristik fluida yang kita tinjau (tekanan, kecepatan,
dan lain lain) bervariasi terus-menerus di seluruh fluida-artinya, kita memperlakukan
fluida tersebut sebagai suatu materi kontinu (continum). Konsep ini akan tetap valid
untuk segala situasi yang dikaji dalam buku ajar ini. Satu bidang mekanika fluida di
mana konsep materi kontinu ini tidak berlaku adalah pada kajian gas-gas yang sangat
renggang seperti yang dihadapi pada kasus dengan ketinggian yang sangat besar. Dalam
hal ini jarak artara molekul udara dapat menjadi sangat besar dan konsep materi kontinu
tidak lagi bisa diterima.
Dalam mempelajari karakteristik dari fluida terlebih dahulu kita harus memiliki
pemahaman yang baik tentang sifat-sifat dari fluida tersebut. Berdasarkan definisi, sifat
fluida adalah setiap karakteristik atau ciri dari fluida yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif, misalnya temperatur, tekanan, volume jenis, kalor jenis, enthalpi, entropi,
sifat cair uap dari suatu keadaan dan rapat massa. Dengan kata lain sifat fluida adalah
segala sesuatu yang dimiliki oleh fluida. Sifat fluida ini hanya tergantung pada sistem
dan tidak tergantung pada proses yang dialami oleh sistem dalam mencapai suatu
tingkat keadaan yang tertentu. Dengan demikian perubahan harga sifat fluida hanya
tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir suatu sistem. Sedangkan tingkat
keadaan suatu sistem adalah keadaan yang dinyatakan oleh seluruh sifat yang dimiliki
oleh fluida.
Secara termodinamika sifat fluida dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
1. Sifat intensif, yaitu sifat yang tidak tergantung pada massa fluida. Artinya bila
sejumlah fluida dalam suatu keadaan dibagi menjadi dua bagian yang sama, tiap
bagian akan memiliki harga sifat intensif yang sama seperti dalam keadaan sebelum
dibagi. Contoh sifat intensif ini adalah tekanan, temperatur dan massa jenis.
2. Sifat ekstensif, yaitu sifat fluida yang tergantung pada massa fluida. Contohnya
adalah massa dan volume. Sifat ekstensif dapat diubah menjadi sifat intensif bila
dibagi dengan massa fluida yang bersangkutan. Jadi sifat ekstensif persatuan massa
akan menjadi sifat intensif, misalnya volume jenis, enthalpi jenis dan entropi jenis.
Energi adalah sifat yang dimiliki oleh suatu partikel, fluida, benda, sistem atau
sesuatu yang didefinisikan. Energi merupakan sifat dari suatu fluida yang menunjukkan
kemampuan fluida tersebut melakukan usaha baik secara mikroskopik (panas) maupun
secara makroskopik (kerja atau perpindahan). Perpindahan energi dalam bentuk panas
merupakan aktivitas molekuler dari suatu fluida yang menyebabkan berkurang atau
bertambahnya kandungan energi. Sedangkan perpindahan dalam bentuk kerja adalah
hasil dari perubahan posisi suatu benda akibat gaya yang diberikan pada benda tersebut.
1.2 Tujuan Khusus Topik
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa :
Dapat menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki fluida
Dapat menerangkan definisi sifat-sifat yang dimiliki fluida
Dapat menjelaskan aplikasi pentingya diketahui sifat-sifat suatu fluida

1.3 Uraian
Subjek yang luas di dalam mekanika fluida secara umum dapat dibagi menjadi
statika fluida di mana fluida dalam keadaan diam, dan dinamika fluida, di mana fluida
bergerak. Kita perlu mendefinisikan dan membahas beberapa sifat fluida yang sangat
berkaitan dengan perilaku fluida. Jelas bahwa fluida yang berbeda secara umum
mempunyai sifat yang berbeda pula. Misalnya, gas-gas bersifat ringan dan dapat
dimampatkan (mampu-mampat), sementara fluida cair berat (jika diperbandingkan) dan
relatif tidak dapat dimampatkan. Untuk mengkuantifikasi perbedaan-perbedaan ini,
beberapa sifat fluida digunakan. Sifat fluida tersebut antara lain :

1.3.1 Kerapatan (Density)


Kerapatan sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf Yunani (rho),
didefinisikan sebagai massa fluida per satuan volume.
m (1-1)

v

Kerapatan biasanya digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah sistem


3
fluida. Dalam sistem BG (British Gravitational System), mempunyai satuan slugs/ft
3
dan dalam satuan SI adalah kg/m . Nilai kerapatan dapat bervariasi cukup besar di
antara fluida yang berbeda, namun untuk fluida-fluida cair, variasi tekanan dan
temperatur umumnya hanya memberikan pengaruh kecil terhadap nilai . Perubahan
kecil dalam kerapatan air dengan variasi temperatur yang besar yang diilustrasikan
dalam Gambar 1.1. Dari gambar terlihat bahwa semakin tinggi temperatur air maka
o 3
kerapatan air semakin berkurang. Kerapatan Air pada 4 C berharga 1000 kg/m dan
3 o
kerapatan air menurun sekitar 958 kg/m pada temperatur 100 C. Dengan demikian
aktivitas kenaikan temperatur untuk satuan massa yang sama terhadap air akan
memerlukan volume ruang yang lebih besar persatuan massa air apabila kenaikan
temperatur yang besar.

Gambar 1-1. Kerapatan air sebagai fungsi temperatur

Nilai kerapatan beberapa fluida cair yang umum diberikan pada Tabel 1.1 dan
1.2. Tabel lebih lengkap untuk air dapat dilihat pada Lampiran (Tabel A.1 dan A.2).
o 3 3
Kerapatan air pada 60 F adalah 1.94 slugs/ft atau 999 kg/m . Perbedaan yang
besar dari kedua nilai tersebut menunjukkan pentingnya kita memperhatikan Satuan !
Tidak seperti fluida cair, kerapatan sebuah gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan
temperaturnya.

1.3.2 Volume Jenis


Volume jenis, , adalah volume per satuan massa dan oleh karena itu merupakan
kebalikan dari kerapatan-artinya :
1
v=
(1-2)

Sifat ini tidak sering digunakan dalam mekanika fluida, tetapi digunakan dalam
termodinamika.
1.3.3 Berat Jenis
Berat jenis dari sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf Yunani (gamma),

didefinisikan sebagai berat fluida per satuan volume. Berat jenis berhubungan dengan
kerapatan melalui persamaan :
g ( 1-3)
di mana g adalah percepatan gravitasi lokal.
Mekanika Fluida_MESP PNL

Tabel 1-1. Sifat fisika dari beberapa fluida cair pada tekanan atmosfer (dalam satuan BG)

Tabel 1-2. Sifat fisika dari beberapa fluida cair pada tekanan atmosfer (dalam SI)

6
Mekanika Fluida_MESP PNL

Seperti halnya kerapatan yang digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah


sistem fluida, berat jenis digunakan untuk mengkarakteristikkan berat dari sistem
3 3
tersebut. Dalam sistem BG, mempunyai satuan lb/ft dan satuan SI adalah N/m . Di
2 2
bawah kondisi gravitasi standar (g = 32,174 ft/s = 9,807 m/s ), air pada temperatur
o 3 3
15 C memiliki berat jenis 62,4 lb/ft dan 9,80 kN/m .

1.3.4 Gravitasi Jenis


Gravitasi jenis sebuah fluida, dilambangkan sebagai SG, didefinisikan sebagai
perbandingan kerapatan fluida tersebut dengan kerapatan air pada sebuah temperatur
o o
tertentu. Biasanya temperatur tersebut adalah 4 C (39,2 F), dan pada temperatur ini
3 3
kerapatan air adalah 1,94 slugs/ft atau 1000 kg/m . Dalam bentuk persamaan, gravitasi
jenis dinyatakan sebagai :

SG =
o (1-4)
H2O@4 C

Dan karena gravitasi jenis adalah perbandingan kerapatan, nilai SG tidak tergantung
o
pada sistem satuan yang digunakan. Sebagai contoh, gravitasi jenis air raksa pada 20 C
adalah 13,55 dan dengan demikian kerapatan air raksa dapat segera dihitung, baik dalam
satuan BG maupun SI.
H = (13,55)(1,94 slug/ft3 ) = 26,3slug/ft3
g
atau
Hg = (13,55)(1000 kg/m3 ) = 13,5103 kg/m3
Jelas bahwa kerapatan, berat jenis, dan gravitasi jenis semuanya saling
berhubungan, dan jika diketahui salah satu dari ketiganya, yang lain dapat dihitung.

1.3.5 Hukum Gas Ideal


Gas-gas sangat mudah dimampatkan (sangat mampu-mampat) dibandingkan
dengan fluida cair, di mana perubahan kerapatan gas berhubungan langsung dengan
perubahan tekanan dan temperatur melalui persamaan :
p= RT (1-5)
di mana p adalah tekanan mutlak, kerapatan, T temperatur mutlak dan R konstanta gas
spesifik. Di mana :
R adalah konstanta gas spesifik, R = 287 Nm/kg.K
o
= 53,35 ft.lb/lbm. R

7
Persamaan gas ideal tersebut biasanya disebut sebagai hukum gas ideal atau gas
sempurna, atau persamaan keadaan gas ideal. Perilaku ini diketahui sangat mendekati
perilaku gas-gas riil di bawah kondisi yang normal apabila gas-gas tersebut tidak
mendekati keadaan pencairannya.
Tekanan dalam sebuah fluida dalam keadaan diam didefinisikan sebagai gaya
normal per satuan luas yang diberikan pada sebuah permukaan bidang (nyata atau semu)
yang terendam dalam fluida dan terbentuk dari tumbukan permukaan tersebut dengan
-2
molekul-molekul fluida. Dari definisinya, tekanan mempunyai dimensi FL , dan dalam
2 2
satuan BG dinyatakan sebagai lbf/ft (psf) atau lbf/in. (psi) dan dalam satuan SI sebagai
2 2
N/m . Dalam SI, 1 N/m didefinisikan pascal, disingkat Pa dan tekanan biasanya
dinyatakan dalam pascal. Tekanan dalam hukum gas ideal harus dinyatakan dalam
mutlak, yang berarti bahwa tekanan tersebut diukur relatif terhadap tekanan nol mutlak
(tekanan yang hanya terjadi dalam suatu ruang hampa sempuma). Tekanan atmosfer
standar pada permukaan laut adalah 14,7 psi (abs) atau 101 kPa (abs). Dalam bidang
teknik, biasa diterapkan pengukuran tekanan relatif terhadap tekanan atmosfer lokal,
dan apabila kita mengukur dengan cara ini hasilnya disebut tekanan ukur (gage
pressure). Jadi tekanan mutlak dapat diperoleh dari tekanan ukur dengan menambahkan
nilainya dengan nilai tekanan atmosfer. Contoh, sebuah tekanan 30 psi (gage) dari
sebuah ban sama dengan 44,7 psi (abs) pada tekanan atmosfer standar.
Konstanta gas, R, yang muncul dalam persamaan gas ideal, tergantung pada
masing-masing gas dan berhubungan dengan berat molekul dari gas. Nilai konstanta gas
untuk beberapa gas yang umum diberikan pada Tabel 1.3 dan 1.4. Dalam tabel-tabel
tersebut, kerapatan gas dan berat jenis gas diberikan dalam tekanan atmosfer dan
gravitasi standar untuk temperatur yang disebutkan. Tabel udara yang lebih lengkap
pada tekanan atmosfer standar dapat dilihat pada Lampiran A (Tabel A.3 dan A.4).

1.3.6 Viskositas
Sifat-sifat kerapatan dan berat jenis adalah ukuran dari "beratnya" sebuah fluida.
Namun jelas bahwa sifat-sifat ini saja tidak cukup untuk mengkarakterisasi secara khas
bagaimana fluida berperilaku karena dua fluida (misalnya air dan minyak) yang
memiliki nilai kerapatan hampir sama memiliki perilaku yang berbeda ketika mengalir.
Ada sifat tambahan yang diperlukan untuk menggambarkan 'fluiditas" dari fluida.
Secara eksperimental bahwa fluida "melekat" pada batas padat sangat penting
dalam mekanika fluida dan biasanya disebut sebagai kondisi tanpa slip (no-slip
condition). Seluruh fluida, baik cairan maupun gas, memenuhi kondisi ini. Kelanjutan
dari eksperimen in menyimpulkan bahwa jika tegangan geser, meningkat dengan
meningkatkan gaya (ingat bahwa = P/A), maka laju regangan geser akan meningkat
dengan berbanding langsung-artinya

atau du
= dy

Hasil ini menunjukkan bahwa untuk fluida-fluida biasa seperti air, minyak,
bensin dan udara, tegangan dan laju regangan geser (gradien kecepatan) dapat dikaitkan
dengan suatu hubungan dalam bentuk
du
=
(1-6)
dy
di mana konstanta kesebandingannya disimbolkan dengan huruf Yunani (mu) dan
disebut sebagai viskositas mutlak, viskositas dinamik, atau viskositas saja dari fluida
tersebut. Berhubungan dengan persamaan viskositas tersebut, grafik antara terhadap

d/dy harus linier dengan kemiringan sama dengan viskositas tersebut, seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 1.2. Nilai viskositas yang sebenamya tergantung dari fluida
tertentu, dan untuk setiap fluida tertentu pula viskositasnya sangat tergantung pada
temperatur seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.2 dengan dua kurva untuk air.
Fluida-fluida yang tegangan gesernya berhubungan secara linier terhadap laju
regangan geser (juga sering disebut sebagai laju deformasi angular) digolongkan
sebagai fluida Newtonian. Kebanyakan fluida biasa, baik fluida cair maupun gas adalah
fluida Newtonian. Sedangkan fluida-fluida yang tegangan gesernya tidak berhubungan
secara linier terhadap laju regangan geser digolongkan sebagai fluida non-Newtonian.
Kemiringan dari grafik tegangan geser terhadap laju regangan geser dinyatakan sebagai
viskositas nyata (apparent viscosity, ap), seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.2. Untuk
fluida-fluida non Newtonian, viskositas nyatanya tidak tergantung pada laju geseran.
Gambar 1-2. Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser
untuk fluida-fluida yang umum.

Untuk fluida yang mengencer akibat geseran (shear thinning fluids) viskositas
nyatanya berkurang dengan menigkatnya laju geseran-semakin kuat fluida mengalami
geseran, maka fluida tersebut semakin encer (viskositasnya berkurang). Kebanyakan
suspensi koloid dan larutan polimer adalah fluida yang termasuk golongan ini.
Misalnya, cat lateks tidak menetes dari kuas karena lajur geserannya kecil dan
viskositas nyatanya besar. Namun, cat tersebut mengalir dengan mulus padaa dinding
karena lapisan tipis cat antara dinding dengan kuas mengakibatkan laju geseran yang
besar (du/dy yang besar) dan viskositas nyata yang kecil.
Untuk fluida yang mengental akibat geseran (shear thickening fluids), viskositas
nyatanya meningkat dengan peningkatan laju geseran-semakin kuat fluida mengalami
geseran, maka semakin kental fluida tersebut (viskositasnya bertambah). Contoh yang
umum dari jenis fluida ini antara lain adalah campuran air-tepung dan campuran air-
pasir ("quicksand"). Jadi sulitnya memisahkan sebuah benda dari campuran air-pasir
akan semakin meningkat tajam jika kecepatan pemisahan meningkat.
Mekanika Fluida_MESP PNL

Tabel 1-3. Sifat fisika dari beberapa gas pada tekanan atmosfer (dalam satuan BG)

Tabel 1-4. Sifat fisika dari beberapa gas pada tekanan atmosfer (dalam satuan SI)

11
Mekanika Fluida_MESP PNL

Gambar 1-3. Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser
untuk beberapa jenis fluida.

Dari Persamaan 1.5 segera dapat diturunkan bahwa dimensi dari viskositas
-2 2
adalah FTL |. Jadi, dalam satuan BG viskositas dinyatakan dalam lb.s/ft dan dalam
2
satuan SI sebagai N.s/m . Nilai viskositas untuk beberapa fluida cair dan gas yang
umum diberikan pada Tabel 1.1 sampai 1.4. Pengamatan sekilas pada tabel-tabel ini
menunjukkan variasi viskositas yang sangat besar di antara berbagai fluida. Viskositas
hanya sedikit tergantung pada tekanan, dan biasanya pengaruh tekanan tersebut
diabaikan. Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, dan seperti yang diilustrasikan
pada Gambar 1.4, viskositas sangat sensitif terhadap temperatur. Sebagai contoh, jika
o o
temperatur air berubah dari 60 F ke 100 F, kerapatan berkurang di bawah dari 1%,
tetapi viskositas berkurang sekitar 40%. Jadi jelas bahwa perhatian khusus harus
diberikan pada temperatur ketika menentukan viskositas.
Gambar 1.4 tersebut juga menunjukkan secara lebih terperinci bagaimana
viskositas bervariasi dari fluida yang satu ke fluida yang lain dan bagaimana viskositas
bervariasi menurut temperatur untuk suatu jenis fluida tertentu. Dapat dicatat, bahwa
viskositas dari fluida cair berkurang dengan kenaikan temperatur, sementara untuk gas,
peningkatan temperatur menyebabkan peningkatan viskositas. Perbedaan dalam

12
pengaruh temperatur terhadap viskositas pada fluida cair dan gas dapat ditinjau kembali
dari perbedaan struktur molekulnya. Molekul-molekul fluida cair jaraknya berdekatan
dengan gaya kohesi yang kuat antara molekul, dan hambatan terhadap gerak relatif
antara lapisan-lapisan fluida yang bersebelahan berhubungan dengan gaya antar
molekul ini. Dengan meningkatnya temperatur, gaya kohesi ini berkurang dan
mengakibatkan berkurangnya hambatan terhadap gerakan. Karena viskositas adalah
indeks dari hambatan ini, maka viskositas berkurang dengan meningkatnya temperatur.
Namun di dalam gas, molekul molekulnya terpisah jauh dan gaya antar molekulnya
diabaikan. Dalam hal ini, hambatan terhadap gerak relatif timbul karena pertukaran
momentum antara molekul gas antara lapisan-lapisan fluida yang bersebelahan. Karena
molekul-molekul berpindah dengan gerakan acak dari satu tempat yang kecepatan
borongannya (bulk velocity) rendah dan bercampur dengan molekul di tempat yang
kecepatan borongannya tinggi (dan sebaliknya), maka akan terdapat pertukaran
momentum efektif yang melawan gerakan relatif antara lapisan-lapisan. Dengan
meningkatnya temperatur gas, maka aktivitas molekul yang acak tersebut akan
meningkat dan mengakibatkan peningkatan viskositas.
Sangat sering dalam persoalan aliran fluida, viskositas muncul dalam bentuk
yang dikombinasikan dengan kerapatan sebagai :

v=
(1-7)

Perbandingan ini disebut sebagai viskositas kinematik dan dilambangkan dengan huruf
2
Yunani v (nu). Dimensi dari viskositas kinematik adalah L /T, dan satuannyadalam
2 2
sistem BG adalah ft /s, sedangkan dalam SI adalah m /s.
Nilai dari viskositas kinematik untuk beberapa fluida cair dan gas yang umum
diberikan dalam Tabel 1.1 sampai 1.4. Tabel lengkap viskositas dinamik dan kinematik
untuk air dan udara dapat dilihat pada Lampiran A (Tabel A.1 sampai A.2), dan grafik-
grafik yang menunjukkan variasi viskositas dinamik dan kinematik terhadap temperatur
untuk berbagai fluida juga diberikan dalam Lampiran B (Gambar B.1 dan B.2).
Gambar 1-4. Viskositas mutlak (dinamik) dari beberapa fluida yang umum
sebagai fungsi dari temperatur.
Meskipun dalam bahan ajar ini pada dasarnya kita menggunakan satuan BG dan
SI, viskositas dinamik sering dinyatakan dalam sistem metrik CGS (centimeter-gram-
2
second) dengan satuan dyne s/cm . Kombinasi ini disebut Poise, disingkat P. Dalam
2
sistem CGS, viskositas kinematik mempunyai satuan cm /s, dan kombinasi ini disebut
stoke, disingkat St.

1.3.7 Kemampu-mampatan Fluida (Compressibility of Fluids)


Sebuah pertanyaan yang penting untuk dijawab ketika kita mengkaji perilaku
suatu fluida tertentu adalah seberapa mudah volume (demikian juga kerapatan) dari
suatu massa fluida dapat diubah apabila terjadi perubahan tekanan? Artinya seberapa
mampu-mampatkah fluida tersebut ?. Sebuah sifat yang biasa digunakan untuk
mengkarakteristikkan kemampu-mampatan (compressibility) adalah modulus borongan
(bulk modulus), E, yang didefinisikan sebagai :

E = dp
d/

Modulus borongan (juga disebut sebagai modulus elastisitas borongan) memiliki


-2
dimensi tekanan, FL . Dalam satuan BG, nilai untuk E, biasanya diberikan sebagai
2 2
lb/in. (psi) dan dalam satuan SI sebagai N/m (Pa).
Nilai modulus yang besar menunjukkan bahwa fluida relatif tidak mampu-
mampat-artinya, dibutuhkan perubahan tekanan yang besar untuk menghasilkan
perubahan volume yang kecil. Seperti diperkirakan, nilai E, untuk fluida-fluida cair
yang biasa besar (lihat Tabel I.1 dan I.2). Sebagai contoh, pada tekanan atmosfer dan
o
temperatur 60 F, diperlukan tekanan sebesar 3120 psi untuk memampatkan satu satuan
volume air sebesar l %. Nilai ini mewakili kemampu-mampatan fluida cair. Karena
tekanan yang begitu besar diperlukan untuk menghasilkan perubahan volume, kita
simpulkan bahwa fluida-fluida cair dapat dianggap sebagai tak mampu-mampat
(incompressible) untuk kebanyakan penerapan di bidang keteknikan. Ketika fluida cair
dimampatkan, modulus borongannya meningkat. Penggunaan modulus borongan
sebagai sebuah sifat yang menggambarkan kemampu-mampatan adalah yang paling
lazim ketika kita menangani fluida-fluida cair, meskipun modulus borongan juga dapat
ditentukan untuk gas.
Selanjutnya modulus borongan untuk gas dapat ditentukan dengan persamaan :
Untuk proses isotermal :
E = p

Untuk proses isentropik :


E = kp

Perhatikan bahwa pada kedua kasus, modulus borongan bervariasi langsung


terhadap tekanan. Untuk udara di bawah keadaan atmosfer standar dengan p = 14,7 psi
dan k = 1,40, modulus borongan isentropik adalah 20,6 psi Suatu perbandingan angka
tersebut dengan nilainya untuk air pada kondisi yang sama (E = 312.000 psi)
menunjukkan bahwa udara kira-kira 15.000 kali lebih mampu-mampat daripada air. Jadi
jelas bahwa ketika menangani gas-gas, perhatian yang lebih besar perlu diberikan
terhadap pengaruh kemampu-mampatannya terhadap perilaku fluida.

1.3.8 Kecepatan Suara


Satu konsekuensi penting lainnya dari kemampu-mampatan fluida adalah bahwa
gangguan yang diberikan di suatu titik dalam fluida akan menjalar dengan kecepatan
tertentu. Sebagai contoh, jika sebuah fluida sedang mengalir dalam sebuah pipa dan
sebuah katup di sisi keluarnya secara mendadak ditutup (sehingga menimbulkan
gangguan lokal), pengaruh atas penutupan katup tidak langsung terasa di hulunya.
Diperlukan waktu beberapa saat tertentu bagi peningkatan tekanan akibat penutupan
katup untuk menjalar ke lokasi di hulu. Ini sama halnya, saat diafragma sebuah pengeras
suara menyebabkan gangguan setempat saat bergetar dan perubahan kecil tekanan yang
ditimbulkan oleh gerakan diafragma tersebut menjalar melalui udara dengan kecepatan
tertentu. Kecepatan menjalamya gangguan kecil ini disebut sebagai kecepatan akustik
atau kecepatan suara, c. Kecepatan suara tersebut berhubungan dengan perubahan
tekanan dan kerapatan fluida. Jika dinyatakan dalam modulus borongan, maka
kecepatan suara didefinisikan oleh persamaan :
E
c= (1-8)

Untuk gas ideal yang mengalami proses isentropik, kecepatan suara didefinisikan
dengan persamaan :
kRT
c=

Jadi, untuk gas-gas ideal, kecepatan suara sebanding dengan akar dari temperatur
o
mutlak. Sebagai contoh, untuk udara pada 60 F dengan k = 1,40 dan R = 1716 ft .
o
lb/s1ug. R maka c = 1117 ft/s. Kecepatan suara di udara pada berbagai temperatur dapat
diperoleh pada Lampiran B (Tabel B.1 dan B.2). Persamaan I.2 juga berlaku untuk
fluida cair, dan nilai E, dapat digunakan untuk menentukan kecepatan suara di dalam
o 2 3
fluida cair. Untuk air pada 20 C, E = 2,19 GN/m dan = 998,2 kg/m sehingga c =
1481 m/s atau 4860 ft/s. Perhatikan bahwa kecepatan suara di dalam air jauh lebih besar
daripada di udara. Jika sebuah fluida benar-benar tak mampu-mampat (E = ),
kecepatan suaranya menjadi tak terhingga. Kecepatan suara di dalam air untuk berbagai
temperatur dapat diperoleh pada Lampiran B (Tabel B.1 dan B.2).
Perbandingan kecepatan suatu benda terhadap kecepatan suara didefinisikan
dengan Bilangan Mach, Ma. Jika Ma < 1 ,0, maka benda tersebut mempunyai kecepatan
subsonic. Sementara jika Ma > 1,0, maka benda trsebut memiliki kecepatan supersonik.
Bilangan Mach adalah parameter tak-berdimensi penting yang digunakan dalam kajian
aliran gas pada kecepatan tinggi.

1.3.9 Tekanan Uap


Fluida-fluida cair seperti air dan bensin yang menguap apabila ditempatkan
dalam suatu bejana yang terpapar ke udara adalah hal yang normal. Penguapan terjadi
karena beberapa molekul cairan di permukaan mempunyai cukup momentum untuk
mengatasi gaya kohesi antar molekul dan melepaskan diri ke atmosfer. Jika bejana
ditutup dengan sedikit ruang berisi udara di atas permukaannya, dan ruangan ini
kemudian divakumkan, maka akan terbentuk sebuah tekanan di dalam ruang ini akibat
dari uap yang terbentuk oleh molekul-molekul yang melepaskan diri. Saat kondisi
kesetimbangan tercapai di mana jumlah molekul yang meninggalkan permukaan sama
dengan jumlahnya yang masuk, uap tersebut dikatakan telah jenuh dan tekanan yang
diberikan oleh uap pada permukaan fluida cair disebut sebagai tekanan uap.
Karena pembentukan tekanan uap sangat berkaitan dengan aktivitas molekuler,
nilai dari tekanan uap untuk suatu fluida cair tertentu tergantung pada temperatur. Nilai-
nilai tekanan uap untuk air pada berbagai temperatur dapat dilihat pada Lampiran B
(Tabel B.1 danB.2) dan nilai tekanan uap untuk beberapa zar cair yang umum pada
temperatur ruang diberikan pada Tabel 1.1 dan 1.2.
Pendidihan, yang merupakan pembentukan gelembung uap di dalam massa
fluida, dimulai ketika tekanan mutlak di dalam fluida mencapai tekanan uapnya. Seperti
yang biasa terlihat di dapur, air pada tekanan atmosfer standar akan mendidih ketika
o o o
temperaturnya mencapai 212 F (100 C)-artinya, tekanan uap air pada 2l2 F adalah
14,7 psi (abs). Namun jika kita berusaha untuk mendidihkan air pada tempat yang lebih
tinggi, katakanlah 10.000 ft di atas permukaan laut, di mana tekanan atmosfer adalah
o
10,1 psi (abs), kita dapati bahwa pendidihan akan mulai ketika temperatur sekitar 193 F.
Pada temperatur ini, tekanan uap air adalah 10,1 psi (abs). Jadi, pendidihan dapat
dimulai pada suatu tekanan yang bekerja pada fluida yang nilai telah diketahui dengan
menaikkan temperaturnya, atau pada suatu temperatur fluida yang diketahui dengan
menurunkan tekanannya.
Alasan penting kita meninjau tekanan uap dan pendidihan adalah karena dari
pengamatan umum bahwa di dalam fluida yang sedang mengalir, bisa jadi akan
terbentuk tekanan yang sangat rendah karena gerakan fluida, dan jika tekanan menjadi
rendah sampai mencapai tekanan uapnya, pendidihan akan terjadi. Misalnya, fenomena
ini mungkin terjadi pada aliran yang melalui lintasan yang tidak menentu, mengecil
pada sebuah katup atau pompa. Apabila gelembung-gelembung uap terbentuk di dalam
fluida yang mengalir, maka gelembung-gelembung tersebut akan terseret ke dalam
daerah yang bertekanan lebih tinggi di mana gelembung-gelembung tersebut akan pecah
dengan intensitas yang cukup untuk mengakibatkan kerusakan struktur. Pembentukan
yang dilanjuti dengan pecahnya gelembung uap di dalam fluida mengalir yang disebut
kavitasi. Hal ini merupakan fenomena aliran fluida yang sangat penting.

1.3.10 Tegangan Permukaan


Pada permukaan temu (antamuka) antara fluida cair dan gas, atau antara dua
fluida cair yang tidak bercampur, timbul gaya-gaya di permukaan cairan yang
menyebabkan permukaan tersebut berperilaku seakan-akan merupakan suatu "kulit"
atau "membran" yang membentang pada seluruh massa fluida. Meskipun kulit seperti
itu tidak benar-benar ada, analogi konseptual ini memungkinkan kita untuk menjelaskan
beberapa fenomena yang biasa terlihat. Sebagai contoh, sebuah jarum baja akan
terapung di atas air jika diletakkan dengan hati-hati pada permukaannya karena
tegangan yang timbul di kulit hipotetis tersebut menopang jarum itu. Tetesan kecil air
raksa akan berbentuk bola jika dilelakkan di atas sebuah permukaan yang mulus karena
gaya-gaya kohesi di permukaan cenderung untuk memegang seluruh molekul bersama-
sama dalam bentuk yang ringkas. Sama halnya, butiran air yang terpisah akan terbentuk
apabila diletakkan di atas permukaan yang baru dilapisi lilin.
Berbagai jenis fenomena permukaan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
gaya-gaya kohesi yang bekerja pada molekul-molekul cairan pada permukaan fluida.
Molekul-molekul di bagian dalam dari massa fluida dikelilingi oleh molekul-molekul
yang tertarik satu sama lain sama kuatnya. Namun, molekul-molekul di sepanjang
permukaan mengalami gaya netto yang mengarah ke dalam. Konsekuensi fisik yang
nyata dari ketidakseimbangan gaya di sepanjang permukaan.
Molekul zat cair saling tarik menarik sesamanya, dengan gaya berbanding lurus
dengan massa, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat-pusat massa.
Gaya tarik menarik tersebut adalah setimbang. tetapi bila pada permukaan antara zat
cair dan udara ,atau antara zat satu dengan lainnya, gaya tarik ke atas dan ke bawah
tidak setimbang.

Gambar 1-5 Ilustrasi gaya tarik menarik dan tegangan permukaan pada sebuah melekul
Ketidaksetimbangan tersebut menyebabkan molekul-molekul pada permukaan
melakukan kerja untuk membentuk permukaan zat cair.kerja yang diperlukan untuk
melawan gaya tarik ke bawah tersebut, dikenal dengan tegangan permukaan. Tegangan

Permukaan (notasi : sigma), bekerja pada bidang permukaan yang sama besar di

semua titik.
Gaya tarik yang bekerja pada permukaan akan di minimumkan luas
permukaan.oleh karena itu tetesan zat cair akan berusaha untuk berbentuk bulat agar
luas permukaannya minimum. Pada tetesan zat cair tegangan permukaan akan
menaikkantekanan di dalam tetesan.
Suatu tetes zat cair dengan jari-jari r, tekanan dalam p yang diperlukan
untuk mengimbangi gaya tarik karena tegangan permukaan dihitung berdasarkan gaya-
gaya yang bekerja pada belahan tetes zat cair.
2
Gaya tekanan dalam adalah p..r , untuk tegangan permukaan pada keliling

adalah 2..r.. Untuk kesetimbangan akan terdapat hubungan

2
2.r. = p..r atau 2. = p.r
2
p r
dibanding gaya lain yang bekerja pada fluida, sehingga biasanya diabaikan.

1.3.11 Kapilaritas
Kapilaritas disebabkan oleh gaya kohesi dan adhesi. Di dalam suatu tabung yang
dimasukkan ke dalam zat cair, jika kohesi lebih kecil dari adhesi maka zat cair akan
naik. Jika kohesi lebih besar dai adhesi maka zat cair akan turun. Contoh : kapilaritas
akan membuat air naik pada tabung gelas, sementara air raksa akan turun.

Gambar 1-6. Kapilaritas zat cait pada sebuah tabung gelas


Kenaikan atau penurunan kapiler di dalam tabung dapat dihitung dengan menyamakan
gaya angkat yang dibentuk oleh tegangan permukaan dengan gaya berat.
p cos Ah
r cos r 2h
2 cos
h gr
dengan :
P = keliling tabung
A = luas tampang tabung

= tegangan permukaan

= berat jenis zat cair


r = jari-jari tabung
Pada kondisi tabung bersih :

= 0, untuk air
o
= 140 , untuk air raksa

Persamaan tersebut berlaku untuk d < 3 mm.

Contoh 1-1 :
o
Dengan menggunakan grafik pada Gambar 1.1 tentukan spesific gravity air pada 22 C
o
dan 89 C . Berapakan spesific volume untuk kedua temperatur tersebut.
Penyelesaian :
Dari Gambar 1.1 :
o 3
Pada 22 C H2O = 998 kg/m
o 3
Pada 89 C H2O = 966 kg/m
Selanjutnya
3
SG 998 kg / m 0, 998 @ 22o C
H 2O@ 4o 1000 kg /
3
m o
0, 966 @ 89 C
C
3
SG 966 kg / m

1000 kg /
H 2O@ 4o m3
C

1
Selanjutnya ditentukan specific volume v=

1
v= 3998kg/m 1, 002 103 m3 / kg @22oC

1
v= 3996kg/m 3 3 o
1, 03510 m / kg @89 C

Contoh 1-2 :
o
Sebuah tangki mula-mula berisi udara dengan tekanan 30 psig dan temperatur 70 F.
Selanjutnya ditambahkan 10 lb udara dengan menggunakan kompresor, sehingga
o
tekanannya dan temperaturnya naik menjadi 65 psig dan 75 F. Tentukan volume tangki.
Penyelesaian :
Densitas udara mula :
30 lb / in. 12in./ ft 2
2

p
= RT
3
0,1528lbm / ft

53, 35ft.lb / lbm.R 535o R

Densitas udara pada keadaan akhir :


65lb / in. 12in./ ft 2
2
3
p 0, 3279 lbm / ft
= R
T 53, 35ft.lb / lbm.R 535 o

Volume tangki ditentukan dengan persamaan :

awalv 10 lbm akhir v

Sehingga,

10
v 10 lbm
lbm 0, 3279 lbm / ft3 0,1528lbm / ft3

akhir awal

3
v 57,1 ft

Contoh 1-3 :
3
Sebuah tangki udara bertekanan mempunyai volume 10 ft dan berisi udara dengan
o
tekanan 150 psig (164,7 psia) dengan temperatur 70 F. Berapa banyak ban mobil yang
3
dapat diisi jika diketahui setiap ban mempunyai volume 1,5 ft dan butuh udara 30 psig
o
(44,7 psia) dengan temperatur 70 F dan kompresor tersebut tidak perlu diisi lagi.

Penyelesaian :
Massa udara yang dapat dimasuk ke dalam setiap ban ditentukan dari persamaan :

m ban ban v ban akhir ban vban awal



pvban pvban
=
RT akhir RT awal

Asumsi
~ Takhir = Tawal
~ volume ban = konstan
~ pawal = patm
Udara di dalam tangki dapat dimasukkan ke dalam ban sampai tekanan tangki sama
dengan tekanan ban 30 psig (batas kondisi aliran). Massa udara yang dapat dikeluarkan
dari tangki adalah :
vban
p
2

3 2
m 0, 229 lbm
1,5 ft
30lb/in. 12
p
in./ft

53,35 ft.lb/lbm. R 530 R


ban
akhir o o
RT
awal

Udara di dalam tangki dapat dimasukkan ke dalam ban sampai tekanan udara dalam
tangki turun mencapai 30 psig (44,7 psia)-syarat terjadi aliran-, maka massa udara yang
dapat keluar dari tangki adalah :

pv

pv
mban v
v
awal akhir
RT awal RT akhir

o
Asumsi : Takhir = Tawal = 70 F, selanjutnya
v 5, 36 lbm
p awal
RT p
10 ft 150 44, 7 lb / in. 12in./
mban akhir
3 2 2
ft
53, 35 ft.lb / lbm. R 530 R
o o

23, 4 atau 23 ban


5,36 lbm
Jumlah ban =
0, 229
lbm

Contoh 1-4 :
Sebuah kolam renang dengan ukuran 20m 20m dan tingginya 2 m diisi dengan air
o
bertemperatur 15 C. Sinar matahari mamanaskan air tersebut sehingga temperaturnya
o
naik menjadi 30 C. Berapa level kenaikan ketinggian air di dalam kolam jika
diasumsikan bahwa kolam renang tidak mengalami ekspansi dan tidak terjadi
penguapan air dalam kolam.
Penyelesaian :
Berdasarkan Tabel A-2 (Lampiran) diperoleh :

15oC = 999 kg/m3 dan 15oC = 999 kg/m3


Massa air di dalam kolam
m= o v o = 999 kg/m 20m 20m 2m 7,992 10 kg
3 5
15 C 15 C

o
Volume air pada 30 C adalah
5
m 7,99210 kg 802, 4m3
v o =
30 C o 996 kg/m
3
15 C

o
Selanjutnya ketinggian air kolam pada saat temperatur 30 C adalah :
v 802, 4m
3

h o = 30 C
o
= 2, 01 m (ketinggian air naik 0,01m)
30 C
A 20m
20m
Contoh 1-5 :
o
Udara di dalam sebuah ban mobil di modelkan seperti gambar. Udara mula-mula 25 C
dan tekanan 202 kPa. Selanjutnya dilakukan penambahan udara ke dalam ban mobil
tersebut. Tiba-tiba setelah dipompa ke dalam ban terjadi kenaikan temperatur dan
o
tekanan menjadi 30 C dan 303 kPa. Tentukan :
Berapa jumlah massa udara yang ditambahkan ke dalam ban.
o
Tekanan udara setelah udara di dalam ban dingin (temperatur turun) mencapai 0 C.

di = 33 cm
do = 52 cm
Tebal ban = 13 cm

Penyelesaian :
Diasumsikan udara sebagai gas ideal, sehingga berlaku persamaan gas ideal.
pv
p= RT pv = mRT m =
RT
p v p v v p p
akhir awal akhir awal
RTakhir RTawal R Takhir Tawal
makhir - mawal =

Diketahui nilai R= 287 N.m/kg.K dan


m 0, 0165m3
v = r r h (26cm) (16, 5cm) 13cm
2 2 2 2
3

2
100cm
0,0165m
1 3

303
Selanjutnya kPa 202 kPa 1000N / m
2


makhir - mawal
= 287 N.m/kg.K 303K 298K kPa



= 0,0185 kg
o
Selanjutnya diasumsikan proses mengalami penurunan temperatur menjadi 0 C.
o o
Keadaan awal 30 C dan 303 kPa menjadi kondisi akhir 0 C tekanan akhir ??. Dengan
menggunakan persamaan gas ideal untuk kondisi awal dan akhir maka diperoleh :
pv mRT
akhir akhir
=
awal
mRT awal
pv
di mana vakhir = dan makhir = mawal
vawal
Selanjutnya
Takhir 2 73+0 K
p
p
= 303kPa
akhir awal
Tawal 273+ 30 K
= 273 kPa

Contoh 1-6 :
Tabung gelas berdiameter 3 mm, dimasukkan secara vertikal ke dalam air. Hitung

kenaikan kapiler bila tegangan permukaan, = 0,0725 gram/cm.

Penyelesaian :

= 0,0725 gram/ cm = 0,00725 kg/m.

3
air = 1 ton/ m
d = 0,3 cm = 0,003 m
r = d sehingga r = 0,0015 m
4
2 9,85x10 m
h 2x0, 00725
cos 1000x9,81x0, 0015
gr

1.4 Rangkuman
Sifat fluida adalah setiap karakteristik atau ciri dari fluida yang dapat dinyatakan
secara kuantitatif, misalnya temperatur, tekanan, volume jenis, massa jenis,
viskositas, sifat cair uap dari suatu keadaan. Dengan kata lain sifat fluida adalah
segala sesuatu yang dimiliki oleh fluida.
Sifat fluida hanya tergantung pada sistem dan tidak tergantung pada proses yang
dialami oleh sistem dalam mencapai suatu tingkat keadaan yang tertentu.
Perubahan harga sifat fluida hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir
suatu sistem.
Tingkat keadaan suatu sistem adalah keadaan yang dinyatakan oleh seluruh sifat
yang dimiliki oleh fluida.
Sifat fluida umumnya diklasifikasi menjadi dua golongan, yaitu sifat intensif dan
sifat ekstensif. Sifat intensif, yaitu sifat yang tidak tergantung pada massa fluida.
Seperti tekanan, temperatur dan massa jenis. Sedangkan sifat ekstensif, yaitu sifat
fluida yang tergantung pada massa fluida. Contohnya massa dan volume.

1.5 Soal Latihan


1. Suatu zat cair jika dituangkan ke dalam bejana gelas ukur diketahui mempunyai
berat 8N ketika mengisi volume 500 ml (milliliter). Tentukan berat jenis, kerapatan
2
dan grafitasi jenisnya. (asumsikan g = 10m/s ).
2. Kerapatan oksigen yang terdapat di dalam sebuah tangki adalah 2 kg/m3 apabila
temperaturnya 25oC. Tentukan tekanan ukur dari gas tersebut jika tekanan atmosfer
dalah 97 kPa.
3. Beberapa eksperimen sedang dilakukan di dalam laboratorium, dimana temperatur
o
udaranya 27 C dan tekanan atmosfernya 14,3 psia. Tentukan kerapatan udara.
3
Nyatakan jawaban anda dalam kg/m .
3 o
4. Sebuah tangki diketahui memiliki volume 60 ft bertekanan 70 psig dan 80 F.
Selanjutnya udara dilepaskan keluar tangki sehingga tekanan dan temperaturnya
o
turun menjadi 30 psig dan 70 F. Tentukan berapa massa udara yang dilepaskan
keluar tangki tersebut.
3
5. Sebuah ban dengan volume 3 ft berisi udara pada tekanan ukur 26 psi dan
o
temperatur 70 F. Tentukan kerapatan dari udara dan berat udara yang terdapat
dalam ban.
o
6. Sebuah tangki berisi udara dengan tekanan 90 psia dan temperatur 60 F. Berapa
o
besar peningkatan tekanannya jika temperatur ditingkatkan menjadi 110 F.
Asumsikan kerapatan udara bernilai konstant.
3
7. Sebuah tangki udara bertekanan mempunyai volume 0,283 m dan berisi udara
o
dengan tekanan 150 psig (164,7 psia) dengan temperatur 21 C. Berapa banyak ban
3
mobil yang dapat diisi jika diketahui setiap ban mempunyai volume 1,5 ft dan
o
butuh udara 30 psig (44,7 psia) dengan temperatur 70 F dan kompresor tersebut
tidak perlu diisi lagi.
8. Sebuah kolam renang dengan ukuran 20m 20m dan tingginya 2,5 m diisi dengan
o
air bertemperatur 35 C. Kondisi tersebut terjadi pada saat siang hari. Selanjutnya
o
pada waktu malam temperatur air mengalami penurunan menjadi 15 C. Berapa
level kenaikan ketinggian air di dalam kolam jika diasumsikan bahwa kolam renang
tidak mengalami ekspansi dan tidak terjadi penguapan air dalam kolam.
9. Udara di dalam sebuah ban mobil dengan ketebalan 13cm dan diameter dalam serta
o
luar masing-masing 13 in.dan 21 in.. Udara mula-mula 30 C dan tekanan 300 kPa.
Selanjutnya dilakukan pelepasan udara ke luar ban mobil tersebut, sehingga terjadi
o
penurunan temperatur dan tekanan menjadi 25 C dan 200 kPa. Tentukan berapa
jumlah massa udara yang keluarkan ke luar ban.
10. Udara di dalam sebuah ban mobil ketebalan 15 cm dan diameter dalam serta luar
o
masing-masing 13 in.dan 21 in. Udara mula-mula 25 C dan tekanan 202 kPa.
Selanjutnya dilakukan penambahan udara ke dalam ban mobil tersebut sebesar 0,03
kg kedalam ban sehingga menyebabkan naiknya tekanan di dalam ban tersebut.
o
Jika temperatur akhir akibat kenaikan tekanan diketahui 32 C berapa tekanan ban
tersebut.
BAB II PENGUKURAN DAN BEDA TEKANAN

2.1 Pendahuluan
Sebagaimana diketahui tekanan merupakan suatu karakteristik yang sangat
penting dari medan fluida, tidaklah mengherankan kalau banyak sekali peralatan dan
teknik-teknik digunakan dalam pengukurannya. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman
yang baik tentang tekanan dan alat-lat yang digunakan dalam pengukuran tekanan.
Bab ini terutama membahas definisi tekanan dan prinsip kerja alat-alat pengukur
tekanan adalah proses alirannya. Tekanan fluida akan mengalami perubahan-perubahan
terhadap ketinggian dalam suatu medan gravitasi. Perubahan-perubahan atau variasi ini
memungkinkan kita menentukan misalnya beda tekanan yang diukur dengan
manometer, variasi tekanan dan kerapatan terhadap ketinggian di atmosfer serta untuk
menetapkan kriteria kemantapan statik pada benda-benda tenggelam dan terapung.
Manometer digunakan untuk mengukur beda antara intensitas tekanan di suatu
titik dan tekanan atmosfer, atau antara tekanan di dua buah titik, yang tidak satupun
smaa dengan tekanan atmosfer. Jenis manometer yang paling sederhana adalah
barometer yang digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer mutlak.

2.2 Tujuan Khusus Topik


Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa :
Dapat menjelaskan definisi tekanan
Dapat menerangkan prinsip kerja alat ukur tekanan seperti Barometer
Dapat menjelaskan aplikasi pengukuran tekanan

2.3 Uraian
Istilah tekanan digunakan untuk menunjukkan gaya normal setiap satuan luas
sebuah titik di bidang terttentu dalam massa fluida yang ditinjau. Untuk fluida diam,
tekanan akan berubah menurut ketinggiannya. Persamaan yang menyatakan tekanan
pada kondisi fluida diam adalah sebagai berikut :
p
(2-1)
z

Persamaan ini menunjukkan gradien tekanan pada arah tegak adalah negatif ; artinya
tekanan berkurang selagi kita bergerak ke atas dalam sebuah fluida diam. Tidak ada
persyaratan bahwa harus konstan. Jadi persamaan tersebut berlaku untuk fluida-fluida
dengan berat jenis konstan seperti fluida cair, maupun fluida-fluida yang berat jenisnya
dapat berubah karena ketinggian, seperti udara maupun gas-gas lainnya.
Variasi tekanan dalam fluida diam tak mampu-mampat (incompressible fluid).
Karena berat jenis sama dengan perkalian dari kerapatan fluida dengan percepatan
gravitasi ( = g), maka perubahan pada disebabkan oleh perubahan atau g. Untuk
kebanyakan aplikasi teknik, variasi g dapat diabaikan, jadi pertimbangan utama kita
adalah terhadap variasi kerapatan fluida yang mungkin terjadi. Untuk fluida cair, variasi
kerapatan biasanya diabaikan, bahkah untuk perbedaan jarak vertikal yang besar,
sehingga asumsi berat jenis konstan ketika menangani fluida cair adalah asumsi yang
baik. Untuk itu persamaan (II.1) dapat secara langsung di integralkan
p2 z2
p z
p1 z1

Sehingga menghasilkan
p2 - p1 = -(z2 - z1 )

atau
p1 - p2 = (z2 - z1 ) (2-2)
Di mana p1 dan p2 adalah tekanan-tekanan pada ketinggian z1 dan z2 seperti yang
diilustrasikan pada gambar berikut :
Gambar 2-1. Notasi untuk variasi tekanan dalam fluida diam dengan
permukaan bebas.

2.3.1 Pengukuran Tekanan


Karena tekanan adalah suatu karakteristik yang sangat penting dari medan
fluida, tidaklah mengherankan kalau banyak sekali peralatan dan teknik-teknik
digunakan dalam pengukurannya. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa, tekanan
pada sebuah titik dalam sebuah massa fluida dapat dimaksudkan sebagai sebuah tekanan
mutlak (absolute pressure) atau sebuah tekanan pengukuran (gage pressure). Tekanan
mutlak diukur relatif terhadap suatu keadaan hampa sempurna (tekanan nol mutlak),
sementara tekanan pengukuran diukur relatif terhadap tekanan atmosfer setempat. Jadi,
suatu tekanan pengukuran nol bersesuaian dengan tekanan yang sama dengan tekanan
atmosfer setempat. Tekanan mutlak selalu positif, tetapi tekanan pengukuran dapat
positif maupun negatif, tergantung pada apakah tekanan tersebut di atas tekanan
atmosfer (bernilai positif) atau di bawah tekaran atmosfer (bernilai negatif). Sebuah
tekanan pengukuran negatif juga disebut sebagai tekanan hisap atau hampa. Misalnya,
tekanan mutlak 10 psi (abs) dapat dinyatakan sebagai pengukuran -4,7 psi (gage), jika
tekanan atmosfer setempat adalah 14,7 psi, atau dengan cara lain dinyatakan sebagai
tekanan hisap 4,7 psi atau tekanan hampa 4,7 psi. Konsep mengenai tekanan
pengukuran dan tekanan mutlak diilustrasikan secara grafis pada Gambar 2.2 untuk dua
contoh khas tekanan pada titik-titik 1 dan 2.
Gambar 2-2. Representasi grafik tekanan pengukuran dan tekanan mutlak.

Jika tekanan di dalam ban mobil sama dengan tekanan atmosfer, maka ban akan
kempes. Tekanan ban harus lebih besar dari tekanan atmosfer agar dapat menyangga
mobil, sehingga besaran yang berarti adalah selisih antara tekanan dalam dan tekanan
2
luar. Saat kita mengatakan bahwa tekanan ban adalah 32 pound (tepatnya 32 lb/in.
sama denga 220 kPa atau 2,2 x 105 Pa), kita artikan bahwa tekanan ini lebih besar
2 5
daipada tekanan atmosfer (14.7 lb/in. atau 1,01 x 10 Pa) sejumlah ini. Tekanan total di
2
dalam ban kemudian menjadi 47 lb/in. atau 320 kPa. Kelebihan tekanan di atas
tekanan atmosfer biasanya disebut tekanan gauge (gauge pressure), dan tekanan total
disebut tekanan absolut (absolute pressure). Singkatan yang lazim digunakan untuk
menyatakan tekanan adalah psig dan psia berturut-turut untuk "pound per square inch
gauge" dan "pound per square inch absolut". Jika tekanan lebih kecil dari tekanan
atmosfer seperti dalam ruang vakum parsial tekanan gauge akan berharga negatif.
Sama seperti penggunaan acuan bagi pengukuran tekanan, satuan yang digunakan untuk
menyatakan nilainya pun sangat penting. Tekanan adalah gaya per satuan luas, dan
2 2
satuannya dalam sistem Inggris (BG) adalah lb/ft atau lb/in. , yang biasanya disingkat
masing-masing dengan psf atau psi. Dalam sistem internasional (SI), satuan-satuan
2 2
tersebut adalah N/m ; kombinasi ini disebut pascal dan ditulis sebagai Pa (1 N/m = 1
Pa). Tekanan dapat juga dinyatakan sebagai sebuah kolom cairan. Jadi, satuan-satuannya
akan mengacu pada ketinggian kolom tersebut (in., ft, mm, m, dan lain-lain), dan di
samping itu, fluida cair di dalam kolom harus disebutkan (H 2O, Hg, dan lain-lain).
Sebagai contoh, tekanan atmosfer standar dapat dinyatakan sebagai 760 mm Hg (abs).
Pada buku ajar ini, tekanan-tekanan akan diasumsikan sebagai tekanan pengukuran
kecuali secara khusus disebutkan tekanan mutlak. Sebagai contoh, 10 psi atau 100 kPa
adalah tekanan-tekanan pengukuran sementara l0 psia atau 100 kPa (abs.) mengacu
pada tekanan mutlak.

Contoh Soal 2-1 :


Nyatakan tekanan ukur pada kedalaman 50 ft dalam air tawar dengan
a. kaki air
b. meter air raksa (gravitasi jenis = 13,57)
c. atmosfer
d. bar

Penyelesaian :
a. Karena pressure head dinyatakan menurut fluida yang bersangkutan, maka jawaban
untuk ini tepat sama dengan kedalaman fluida yaitu 50 ft (kaki); jadi, p = 50 kaki
air.
b. Pressure head yang dinyatakan dengan fluida yang berbeda dapat dihitung
menggunakan ratio kerapatan (gravitasi jenis) kedua fluida
(50ft)(1,0)(gravitasi jenis air
p= (0,3048m/ft)
13,57(gravitasi jenis air raksa)
= 1,123 m air raksa
c. Tekanan ukur di bagian bawah kolom air setinggi 50 ft adalah (62,4 lbf/ft3)(50
ft)=3120 psig. Tekanan dalam kelipatan atmosfer adalah 3120/2116,2 =1,47 atm.
d. Tekanan ukur dalam satuan bar kurang lebih sama dengan harga dalam atmosfer
atau sekitar 1,47. Cara lain yang lebih akurat adalah :
5
(1,47 atm)(1,01310 Pa/atm)
p= 5
10 Pa/atm
= 1,49 bar

Contoh Soal 2-2 :


Batas kedalaman yang boleh ditempuh dnegan aman oleh seorang penyelam adalah
sekitar 50 m. Berapakah intensitas tekanan pada kedalaman tersebut dalam (a) air tawar,
dan (b) air laut.
Penyelesaian :
(a) Dari persamaan (2.1), maka diperoleh :
p gh (1000)(9,8)(50) 4, 9110 Pa ukur
5

(b) Gravitasi jenis untuk air laut adalah sekitar 1,025, karena itu
p (SG). gh (1, 025)(1000)(9,8)(50) 5, 0310 Pa ukur
5

Pengukuran tekanan atmosfer biasanya dilakukan dengan sebuah barometer air


raksa, yang bentuk paling sederhananya terdiri dari sebuah tabung gelas tertutup pada
satu ujungnya dan terbuka lainnya tercelup dalam sebuah bejana berisi air raksa sepertti
ditunjukkan pada Gambar 2.3. Tabung tersebut mula-mula diisi penuh dengan air raksa
(pada posisi terbalik dengan sisi terbukanya menghadap ke atas) dan kemudian diputar
ke bawah (ujung terbuka ke bawah) sehingga ujung terbuka di dalam bejana air raksa.
Ketinggian kolom air raksa akan mencapai suatu posisi kesetimbangan di mana
beratnya ditambah dengan gaya akibat tekanan uap (yang terbentuk pada ruang di atas
kolom) mengimbangi gaya karena tekanan atmosfer. Jadi,
patm = h+ puap (2-3)

di mana adalah berat jenis air raksa. Untuk kebanyakan tujuan praktis pengaruh dari
tekanan uap dapat diabaikan karena nilainya sangat kecil [untuk air raksa puap =
2 o
0.000023 lb/in. (abs) pada lemperatur 68 F] sehingga Patm = h. Ini merupakan cara
yang konvensional untuk menyatakan tekanan atmosfer dengan ketinggian h dalam
milimeter atau inci air raksa. Jika air digunakan sebagai pengganti air raksa, maka
ketinggian kolom akan mencapai kira-kira 34 ft dibandingkan air raksa yang hanya 29,9
in. untuk suatu tekanan atmosfer sebesar 14,7 psia.
Gambar 2-3. Barometer air raksa.

2.3.2 Manometri
Manometri adalah sebuah teknik standar untuk untuk mengukur tekanan
melibatkan penggunaan kolom cairan dalam tabung-tabung tegak atau miring. Peralatan
pengukur tekanan yang menggunatan teknik ini disebut manometer. Barometer air raksa
adalah sebuah contoh manometer, namun masih banyak konfigurasi lain yang mungkin,
tergantung pada penerapan tertentu. Tiga jenis manometer yang umum adalah tabung
piezometer, manometer tabung-U, dan manometer tabung miring.

2.3.2.1 Tabung Piezometer


Tipe yang paling sederhana dari manometer terdiri dari sebuah tabung tegak
yang terbuka di bagian atasnya dan dihubungkan dengan bejana di mana tekanan ingin
diketahui, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.4. Karena manometer melibatkan
kolom-kolom fluida dalam keadaan diam, persamaan dasar yang menggambarkan
penggunaannya adalah p= h+ p0
Gambar 2-4. Tabung Piezometer
Persamaan tersebut menggambarkan tekanan pada suatu ketinggian dalam
sebuah fluida yang homogen dalam suku-suku tekanan acuan p0 dan jarak vertikal h
antara p dan p0. Perlu diingat bahwa di dalam sebuah fluida diam, tekanan akan
meningkat sewaktu kita bergerak ke bawah dan akan berkurang jika kita bergerak ke
atas. Penerapan persamaan ini pada tabung piezometer dari Gambar 2.4
mengindikasikan bahwa tekanan pA dapat ditentukan dengan pengukuran h, melalui
persamaan : p1 = 1h1

Di mana adalah berat jenis dari fluida cat di dalam bejana. Perlu dicatat bahwa karena
tabung terbuka pada bagian atas, tekanan p0 dapat ditetapkan sama dengan nol
(sekarang kita menggunakan tekanan pengukuran) dengan ketinggian h1 diukur dari
meniskus di permukaan atas sampai titik (1). Karena titik (l) dan titik A di dalam bejana
berada pada ketinggian yang sama, pA = pl.
Meskipun piezometer tabung adalah alat pengukur tekanan yang sederhana dan
akurat, alat ini memiliki beberapa kekurangan. Alat ini hanya cocok digunakan jika
tekanan di dalam bejana lebih besar daripada tekanan atmosfer (kalau sebaliknya, akan
ada hisapan ke dalam sistem), dan tekanan yang akan diukur harus relatif kecil sehingga
ketinggian kolom yang dibutuhkan cukup masuk akal. Juga, fluida di dalam bejana di
mana tekanan akan diukur harus merupakan fluida cair dan bukannya gas.

2.3.2.2 Manometer Tabung-U


Tipe lain manometer yang sangat luas digunakan terdiri dari sebuah tabung yang
dibuat dalam bentuk U seperti ditunjukkan pada Gambar 2-5. Fluida yang berada dalam
manometer disebut fluida pengukur. Untuk menentukan tekanan pA yang dinyatakan
dalam berbagai ketinggian kolom, kita mulai pada sebuah ujung dari sistem dan terus
menelusurinya sampai ke ujung yang lainnya sambil menggunakan persamaan
p= h+ p0 . Jadi, untuk manometer tabung U tersebut kita akan mulai dari titik A dan
menelusurinya sampai ke ujung terbuka. Tekanan pada titik A dan (1) sama dan dengan
kita bergerak dari titik (1) ke (2) tekanan akan meningkat sebesar 1h1 . Tekanan pada

titik (2) akan sama dengan di titik (3), karena tekanan pada ketinggian yang sama dalam
suatu massa fluida diam yang kontinu pasti sama. Kita tidak bisa langsung saja
melompat dari titik (1) ke sebuah titik pada ketinggian yang sama di sisi kanan tabung,
karena titik-titik ini bukanlah titik-titik dalam massa fluida diam yang sama.
Dengan diketahuinya tekanan pada titik (3), sekarang kita dapat berpindah ke
ujung terbuka di mana tekanannya adalah nol. Dengan kita bergerak vertikal ke atas,
tekanan berkurang sebesar 2 h2 . Dalam bentuk persamaan, berbagai langkah ini dapat

dinyatakan sebagai : p + h - h = 0
A 1 1 2 2

Gambar 2-5. Manometer Tabung U sederhana.


dan oleh karena itu tekanan pA dapat dinyatakan dalam ketinggian kolom-kolom sebagai

pA = 2 h2 - 1h1
(2-4)

Kelebihan utama dari manometer tabung U didasari kenyataan bahwa fluida pengukur
dapat berbeda dari fluida di dalam bejana di mana tekanan akan ditentukan. Misalnya,
fluida di A pada Gambar 2-54 dapat berupa fluida cair atau gas. Jika A berisi gas,
kontribusi dari ketinggian kolom gas 1h1 hampir selalu diabaikan sehingga pA = p2, dan
dalam hal ini Persamaan 2.4 menjadi

pA = 2 h2

Jadi, untuk suatu tekanan yang diberikan, ketinggian h2 diatur oleh berat jenis dari
2

fluida pengukur yang digunakan di dalam manometer. Jika tekanan pA besar, maka
cairan pengukur yang berat seperti air raksa dapat digunakan dan ketinggian
kolom yang mencukupi (tidak terlalu panjang) masih dapat dipertahankan Sebaliknya,
jika tekanan pA kecil, fluida pengukur yang lebih ringan, seperti air dapat digunakan
sehingga dapat diperoleh ketinggiar kolom yang relatif besar (yang akan mudah dibaca).

Contoh 2-3 :
Sebuah tangki tertutup berisi udara bertekanan dan minyak (SG minyak = 0,90) seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :

Sebuah manometer tabung U yang menggunakan air raksa (SGHg = 13,6) dihubungkan
ke tangki tersebut. Untuk ketinggian kolom h1 = 36 in., h2= 6 in., dan h3=9 in. tentukan
bacaan tekanan (dalam psi) dari alat ukur.
Penyelesaian :
Dengan mengikuti prosedur umum yang dimulai dari sebuah ujung sistem manometer
dan menelusurinya sampai ke ujung yang lain, maka kita akan memulai dari antarmuka
udara-minyak di dalam tangki dan berlanjut menuju ujung terbuka di mana tekanan nol.
Tekanan pada permukaan (1) adalah:
p1 = pudara +minyak (h1 +h2 )

Tekanan ini sama dengan tekanan pada permukaan (2), karena kedua titik ini berada
pada ketinggian yang sama di dalam suatu fluida homogen yang diam. Dengan kita
bergerak dari permukaan (2) sampai ke ujung terbuka, dan tekanan pasti berkurang
sebesar Hg h3 , dan pada ujung terbuka tekanannya adalah nol. Jadi, persamaan

manometer dapat dinyatakan sebagai :

pudara + minyak (h1 + h2 ) - Hg h3 0

Atau
p + ) )(h +h ) - ) )h 0
(SG ( (SG (
udara minyak H2 O 1 2 Hg H2 O 3

Untuk nilai-nilai yang diberikan


3 36
p+6 = -(0,9)(62,4lb/ft ) 3
ft
9 +(13,6)(62,4 lb/ft ) ft
udara
12 12

Sehingga
pudara = 440 lb/ft2

Karena berat jenis dari udara di atas minyak jauh lebih kecil daripada berat jenis
minyak, maka alat ukur akan membaca tekanan yang telah kita hitung, yaitu :

2
440 lb/ft
pudara = 2 2
= 3,06 psi
144 in. /ft
Gambar 2-6. Manometer Tabung-U differensial
Marometer tabung U juga banyak dipakai untuk mengukur perbedaan tekanan
antara dua bejana atau dua titik dalam sebuah sistem. Tinjaulah sebuah manometer yang
dihubungkan antara bejana A dan B seperti ditunjukkan pada Gambar 2-6. Perbedaan
tekanan antara A dan B dapat ditentukan dengan kembali memulai pada satu ujung dari
sistem dan menelusurinya sampai ke ujung yang lain. Sebagai contoh, di A tekanannya
adalah pA, yang sama dengan p1, dan dengan kita bergerak ke titik (2) tekanan
meningkat sebesar 1h1 . Tekanan pada p2 sama dengan p3, dan dengan kita bergerak ke

atas menuju titik (4) tekanan berkurang sebesar h . Sama halnya, dengan kita terus
2 2

bergerak ke atas dari titik (4) ke (5) tekanan berkurang sebesar 3 h3 . Akhirnya, p5 = pB
karena kedua titik berada pada ketinggian yang sama. Jadi
pA + 1h1 - 2 h2 - 3h3 = pB
Dan perbedaan tekanan adalah
pA - pB = 2 h2 + 3h3 - 1h1

Ketika akan memasukkan nilai-nilainya, perlu diperhatikan untuk menggunakan sebuah


sistem satuan yang konsisten.
Kapilaritas akibat tegangan permukaan pada berbagai antarmuka fluida di dalam
manometer biasanya tidak dipertimbangkan, karena untuk tabung-U sederhana dengan
meniskus pada setiap kakinya, efek kapiler saling meniadakan (dengan mengasumsikan
tegangan permukaan dan diameter tabung sama pada setiap meniskus), atau kita dapat
membuat kenaikan kapiler diabaikan dengan menggunakan diameter tabung yang relatif
besar (dengan diameter sekitar 0,5 in. atau lebih besar). Dua jenis fluida pengukur yang
umum digunakan adalah air dan air raksa. Keduanya memberikan meniskus yang dapat
didefinisikan dengan jelas (sifat penting bagi fluida pengukur) dan memiliki sifat-sifat
yang telah sangat dikenal. Tentu saja, fluida pengukur harus tidak bercampur dengan
fluida lain yang mengalami kontak dengannya. Untuk pengukuran yang sangat akurat,
perhatian khusus harus diberikan pada temperatur karena berbagai berat jenis fluida di
dalam manometer akan berubah menurut temperatur.

Contoh 2-4 :
Laju volume aliran, Q melalui sebuah pipa, dapat ditentukan dengan menggunakan
sebuah-nosel aliran yang diletakkan di dalam pipa seperti diilustrasikan dalam gambar.
Nossel membentuk suatu penurunan tekanan pA-pB, disepanjang pipa yang berkaitan
dengan aliran melalui Q= pA - pB di mana K adalah sebuah konstanta
persamaan k

yang tergantung pada pipa dan nossel. Penurunan tekanan sering diukur dengan sebuah
tabung U differensial dengan jenis seperti gambar. (a) Tentukan sebuah persamaan
untuk pA-pB, yang dinyatakan dalam berat jenis fluida yang mengalir, 1 , berat jenis

fluida pengukur , dan berbagai ketinggian yang ditunjukkan.


2

3 3
(b) Untuk 1 = 9,80 kN/m ,2 = 15,6 kN/m ,h1 = 1,0 m,h = 0,5 m
2

Berapakah nilai penurunan tekanan pA-pB !.


Penyelesaian
(a) Meskipun fluida dalam pipa bergerak, fluida-fluida dalam kolom manometer dalam
keadaan diam sehingga variasi tekanan di dalam tabung manometer adalah
hidrostatik. Jika kita mulai dari titik A dan bergerak ke atas sampai ketinggian (1),
tekanan akan berkurang sebesar 1h dan akan sama dengan tekanan (2) dan (3).
1

Kemudian kita dapat bergerak dari (3) ke (4) di mana tekanan telah berkurang lagi
2 h2 . Tekanan pada ketinggian (4) dan (5) sama dan dengan kita bergerak dari (5)

ke (B) tekanan akan meningkat sebesar 1(h1 + h2 ) .


Maka dalam bentuk persamaan :
pA - 1h1 - 2 h2 + 1(h1 + h2 )= pB

atau
pA - pB = h2 (2 + 1 )

Patut dicatat bahwa satu-satunya tinggi kolom yang penting adalah bacaan
differensial, h2. Manometer differensial dapat ditempatkan 0,5 atau 5,0 meter di
atas pipa (h1 = 0,5m atau h1=5,0m) dan nilai dari h2 akan tetap sama. Nilai yang
relatif besar untuk bacaan diferensial h2 dapat diperoleh untuk perbedaan tekanan
yang kecil pA-pB, jika perbedaan antara 1 dan kecil.
2

(b) Besarnya penurunan tekanan untuk data yang diberikan adalah :


3 3
pA-pB = (0,5 m)(15,6 kN/m - 9,80 kN/m )
= 2,90 kPa

2.3.2.3 Manometer Tabung Miring


Untuk mengukur perubahan tekanan yang kecil, sejenis manometer yang
ditunjukkan pada Gambar 2-7 sering digunakan. Satu kaki manometer dimiringkan pada
sudut , dan bacaan l2 diukur sepanjang tabung miring. Perbedaan tekanan pA - pB, dapat
dinyatakan sebagai :
pA - 1h1 - 2 2 sin - 3h3 = pB

atau
pA - pB = 2
2 sin + 3h3 - (2-5)
1h1
di mana perlu dicatat bahwa perbedaan tekanan antara titik (1) dan (2) disebabkan oleb
jarak vertikal antara titik-titik tersebut, yang dapat dinyatakan sebagai l2 sin. Jadi,
untuk sudut yang relatif kecil, bacaan perbedaan sepanjang tabung miring dapat menjadi
besar meskipun hanya ada perbedaan tekanan yang kecil. Manometer tabung miring
sering digunakan untuk mengukur perbedaan-perbedaan kecil pada tekanan gas,
sehingga pipa-pipa A dan B berisi gas, dan

p A - pB = 2 sin
2
atau
(2-6)
pA - pB
2 =
2 sin

Gambar 2-7. Manometer tabung miring

dimana pengaruh dari kolom gas h1 dan h3, telah diabaikan. Pers. (2.6) menunjukkan
bahwa bacaan l2 (untuk suatu perbedaan tekanan yang diberikan) dari manometer tabung
miring dapat ditingkatkan melebihi yang diperoleh dengan sebuah manometer tabung-U
konvensional dengan faktor l/sin. Ingat bahwa sin0 jika 0.

2.3.2.4 Alat Ukur Tekanan Mekanik dan Elektrik

Manometer sangat banyak digunakan, namun alat ukur tekanan ini tidak cocok
untuk mengukur tekanan-tekanan yang sangat, atau tekanan-tekanan yang berubah
sangat cepat menurut waktu. Tambahan lagi manometer memerlukan pengukuran satu
atau lebih ketinggian kolom, yang meskipun tidak terlalu sulit, namun sangat memakan
waktu. Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut banyak jenis lain instrumen
pengukur tekanan telah dikembangkan. Kebanyakan alat ini memanfaatkan prinsip
bahwa jika suatu tekanan bekerja pada sebuah struktur yang elastis, struktur itu akan
berdeformasi, dan deformasi ini dapat dikaitkan dengan besarnya tekanan. Mungkin alat
ukur ini yang paling dikenal adalah pengukur tekanan Bourdon (Bourdon gage), seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.8. Elemen mekanik yang paling penting pada alat
ukur ini adalah tabung berongga lengkung yang elastis (tabung Bourdon) yang
dihubungkan dengan sumber tekanan. Deengan meningkatnya takanan dalam tabung,
maka tabunga akan cenderung menjadi lurus, dan meskipun deformasinya kecil, hal
tersebut dapat diubah menjadi gerakan dari sebuah penunjuk pada sebuah skala ukur
seperti yang diilustrasikan. Karena yang menyebabkan pergerakan dari tabung adalah
perbedaaan tekanan di luar tabung( tekanan atmosfer) dengan tekanan di dalam, maka
tekanan yang ditmjukkan adalah tekanan pengukuran. Pengukur Bourdon harus
dikalibrasi sehingga bacaan skala ukur dapat langsung menunjukan tekanan dalam
satuan yang tepat seperti psi, psf, atau pascal. Bacaan nol pada alat ukur tersebut
menunjukkan bahwa tekanan yang diukur sama dengan tekanan atmosfer setempat. Alat
ukur jenis ini dapat digunakan untuk mengukur tekanan pengukuran yang negatif
(vakum) dan juga tekanan yang positif.

Gambar 2-8. Pengukur tekanan Bourdon

Barometer aneroid adalah jenis lain dari alat ukur mekanik yang digunakan
untuk mengukur tekanana atmosfer. Karena tekanan atmosfer adalah sebuah tekanan
mutlak, pengukur Bourdon konvensional tidak cocok untuk pengukuran ini. Barometer
aneroid yang umum terdiri dari sebuah elemen berongga, tertutup yang elastis yang
dikosongkan isinya sehingga tekanan mutlak di dalam elemen hampir nol. Ketika
tekanan atmosfer luar berubah, elemen tersebut berdefleksi dan gerakan ini dapat diubah
menjadi gerakan penunjuk skala ukur. Seperti pada pengukur Bourdon, skala ukur dapat
dikalibrasi untuk menunjukkan langsung tekanan atmosfer dengan satuan yang biasa
digunakan adalah milimeter atau inch air raksa.
Pada banyak penerapan dimana pengukuran tekanan dibutuhkan, tekanan harus
diukur dengan dengan peralatan yang mengubah tekanan menjadi keluaran listrik.
Misalnya, kerap kali kita ingin memantau tekanan yang berubah menurut waktu. Jenis
alat pengukur tekanan ini disebut transduser tekanan (pressure transducer), dan banyak
desain yang berbeda digunakan. Salah satunya adalah jenis transduser yang
menggunakan sebuah tabung Bourdon yang dihubungkan dengan sebuah linear
variable differential transfomer( LVDT), seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2-9.
Inti dari LVDT dihubungkan dengan ujung bebas dari Bourdon sehingga ketika sebuah
tekanan diberikan, gerakan bagian ujung tabung akan menggerakkan inti melalui
kumparan dan menimbulkan tegangan listrik keluaran. Tegangan listrik ini adalah fungsi
linier dari tekanan dan dapat direkam pada sebuah osilograf atau didigitalisasi untuk
disimpan atau diproses dengan sebuah komputer.

Gambar 2-9. Transducer tekanan gabungan LVDT dengan sebuah tabung Bourdoun.
Salah satu kekurangan transduser tekanan yang menggunakan tabung Bourdon
sebagai elemen pengindra yang elastis adalah kemampuannya yang hanya terbatas pada
pengukuran tekanan yang statik atau berubah sangat lambat (quasistatic). Karena massa
tabung Bourdon yang relatif besar, tabung tersebut tidak dapat memberikan tanggapan
terhadap perubahan tekanan yang cepat. Untuk mengatasi kesulitan ini, digunakan jenis
transduser yang berbeda di mana elemen pengindranya adalah sebuah diafragma tipis
yang elastis yang akan bersentuhan dengan fluida. Ketika tekanan berubah, diafragma
tersebut akan berdefleksi dan defleksi ini dapat diindra dan diubah menjadi tegangan
listrik. Salah satu cara melakukannya adalah dengan menempatkan pengukur regangan
(strain gage) baik pada permukaan diafragma yang tidak bersentuhan dengan fluida
atau pada sebuah elemen yang ditempelkan pada diafragma. Alat ukur ini dapat secara
akurat mengindera regangan-regangan kecil yang timbul pada diafragma dan
memberikan tegangan listrik keluaran yang sebanding dengan tekanan. Jenis transduser
ini dapat mengukur dengan akurat tekanan-tekanan besar maupun kecil baik yang statik
maupun dinamik. Sebagai contoh, transduser tekanan strain gage jenis yang ditunjukkan
pada Gambar 2-10. diigunakan untuk mengukur tekanan darah pada pembuluh darah
yang merupakan tekanan yang relatif kecil dan bervariasi secara periodik dengan
frekuensi dasar sekitar 1 Hz.

Gambar 2-10. Transducer tekanan jenis strain gage


Transduser jenis ini biasanya dihubungkan dengan tabung darah dengan alat
berupa tabung berdiameter kecil yang berisi cairan yang disebut kateter tekanan
(pressure catheter). Meskipun transduser jenis sttrain gage dapat dirancang memiliki
respon frekuensi yang sangat baik (sampai kira-kira 10 kHz), transduser ini menjadi
kurang sensitif pada frekuensi-frekuensi yang tinggi karena diafragma harus lebih kaku
untuk mencapai resspon frekuensyi yang lebih tinggi. Sebagai alternatif, diafragma
dapat dibuat dari kristal piezoelektrik yang berfungsi sekaligus sebagai elemen elastis
dan sensornya. Ketika sebuah tekanan diberikan pada kristal tersebut, akan timbullah
tegangan listrik karena deformasi dari kristal. Tegangan listrik ini langsung
berhubungan dengan tekanan yang diberikan. Tergantung pada desainnya, transduser
jenis ini dapat digunakan untuk mengukur tekanan yang rendah maupun yang sangat
tinggi (sampai kira-kira 100.000 psi) pada frekwensi tinggi.
2.4 Rangkuman
Tekanan pada sebuah titik dalam sebuah massa fluida dapat dimaksudkan sebagai
sebuah tekanan mutlak (absolute pressure) atau sebuah tekanan pengukuran (gage
pressure).
Tekanan mutlak diukur relatif terhadap suatu keadaan hampa sempurna (tekanan nol
mutlak), sementara tekanan pengukuran diukur relatif terhadap tekanan atmosfer
setempat.
Tekanan mutlak selalu positif, tetapi tekanan pengukuran dapat positif maupun
negatif, tergantung pada apakah tekanan tersebut di atas tekanan atmosfer (bernilai
positif) atau di bawah tekaran atmosfer (bernilai negatif).
Tekanan dapat juga dinyatakan sebagai sebuah kolom cairan. Satuan-satuannya akan
mengacu pada ketinggian kolom tersebut (in., ft, mm, m, dan lain-lain), dan
disamping itu, fluida cair di dalam kolom harus disebutkan (H2O, Hg, dan lain-lain).
Manometri adalah sebuah teknik standar untuk untuk mengukur tekanan melibatkan
penggunaan kolom cairan dalam tabung-tabung tegak atau miring.
Barometer air raksa adalah sebuah contoh manometer. Tiga jenis manometer yang
umum adalah tabung piezometer, manometer tabung-U, dan manometer tabung
miring.
Untuk pengukuran tekanan yang sangat tinggi dan perubahan yang snagat cepat,
maka digunakan alat ukur tekanan tabung Bourdon.

2.5 Soal Latihan


1. Nyatakan tekanan ukur pada kedalaman 1,5m dalam air raksa dengan :
a. kaki air (H2O)
b. atmosfer
c. bar
2. Sebuah barometer air raksa mempunyai kolom setinggi 750 mm.
a. Berapakah tekanan atmosfer dalam pascal mutlak yang ditunjukkan oleh barometer
tersebut.
b. Berapakah tinggi kolom air untuk menunjukkan harga yang sama.
3.Sebuah tangki tertutup berisi udara bertekanan dan minyak (SG minyak = 0,90) seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :
Sebuah manometer tabung U yang menggunakan air raksa (SGHg = 13,6)
dihubungkan ke tangki tersebut. Untuk ketinggian kolom h1 = 3 ft., h2= 6 in., dan
h3= 12 in. tentukan bacaan tekanan (dalam pascal) dari alat ukur.
4. Ulangi soal No. 3, jika diketahui tekanan udara didalam kontainer tersebut 8 psi
maka berapakah ketinggian pengukuran h3 dalam satuan in., jika h1 = 3 ft., h2= 6 in.
5. Ulangi soal No. 3, jika diketahui tangki berisi udara dan air maka berapakah tekanan
udara dalam tangki dalam satuan inchi.
BAB III GAYA HIDROSTATIK

3.1 Pendahuluan
Ketika sebuah permukaan tenggelam dalam sebuah fluida, gaya-gaya akan
bekerja pada permukaan karena fluida tersebut. Penentuan gaya-gaya adalah hal yang
sangat penting dalam perancangan tangki-tangki penyimpanan, kapal laut, bendungan
dan struktur-struktur hidrolik lainnya. Pada fluida diam telah kita ketahui bahwa gaya-
gaya tersebut pasti tegak lurus terhadap permukaan karena tidak adanya tegangan-
tegangan geser. Kita juga tahu bahwa tekanan akan berubah secara linier menurut
kedalaman jika fluidanya tak mampu-mampat. Pada sebuah permukaan datar, seperti
dasar dari sebuah tangki yang terisi suatu cairan (Gambar 3-1), besarnya gaya resultan
adalah FR = pA, di mana p adalah tekanan seragam pada permukaan dasar dan A adalah
luas dasar tangki. Untuk tangki terbuka seperti yang ditunjukkan, p =h. Perlu
diperhatikan bahwa bila tekanan atmosfer bekerja pada kedua belah sisi permukaan
dasar tangki, seperti yang diilustrasikan, maka gaya resultan pada dasar tersebut hanya
disebabkan oleh cairan di dalam tangki. Karena tekanan konstan dan terdistribusi
seragam di seluruh permukaan dasar, maka gaya resultan tersebut bekerja melalui pusat
massa (centroid) dari bidang permukaan tersebut seperti yang ditunjukkan Gambar 3-1.

Gambar 3-1. Tekanan dan gaya hidrostatik pada sebuah tangki terbuka
3.2 Tujuan Khusus Topik
Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa :
dapat menjelaskan definisi tekanan hidrostatik dan hidrodinamik
dapat menghitung dan menganalisis gaya yang bekerja pada bidang vertikal, pada
bidang miring
dapat menerapkan pada kasus aplikasi teknik yang memerlukan analisis gaya fluida.

3.3 Uraian

3.3.1 Gaya Hidrostatik pada Bidang Miring


Untuk kasus yang lebih umum, di mana permukaan datar yang tenggelam dalam
keadaan miring, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3-2, penentuan gaya resultan
yang bekerja pada permukaan lebih sedikit rumit. Untuk sementara ini kita akan
mengasumsikan bahwa permukaan fluida terpapar ke atmosfer. Misalkan bahwa bidang
datar yang memuat permukaan tersebut berpotongan dengan permukaan bebas pada 0
dan membuat sudut dengan permukaan ini seperti pada Gambar 3-2. Sistem koordinat
didefinisikan sedemikian hingga 0 adalah titik asal dan y diarahkan sepanjang
permukaan seperti yang ditunjukkan.
Bidang permukaan dapat berbentuk sembarang seperti yang ditunjukkan. Kita
ingin menentukan arah, tempat dan besamya gaya resultan yang bekerja pada satu sisi
permukaan ini karena cairan yang bersentuhan dengan luasan permukaan tersebut. Pada
suatu kedalaman h gaya yang bekerja pada luas dA (luas differensial dari Gambar 3-2)
adalah dF = hdA dan tegak lurus terhadap permukaan. Jadi, besarnya gaya resultan
dapat ditemukan dengan menjumlahkan gaya-gaya differensial ini, yang meliputi
seluruh permukaan bidang. Dalam bentuk persamaan :
FR = h dA= y sin dA
A A

di mana h = y sin . Untuk dan yang konstan

FR = sin y dA (3-1)
A
Integral yang terdapat pada Persamaan 3.1 adalah momen pertama dari luas bidang
terhadap sumbu x, jadi kita dapat menuliskan

y dA= yc A
A
di mana yc adalah koordinat-y dari pusat massa yang diukur dari sumbu-x yang melalui
0. Jadi persamaan 3.1 dapat dituliskan sebagai

FR = Aycsin
atau lebih disederhanakan sebagai
FR = hc A (3-2)

di mana hc adalah jarak vertikal dari permukaan fluida ke pusat massa bidang.

Gambar 3-2. Notasi untuk gaya hidrostatik pada permukaan bidang


miring berbentuk sembarang.
Perlu diperhatikan bahwa besarnya gaya tidak tergantung pada sudut dan tergantung
hanya pada berat jenis fluida, luas total bidang dan kedalaman dari pusat massa bidang
di bawah permukaan fluida. Akibatnya, Persamaan 3.2 mengindikasikan bahwa
besarnya gaya resultan sama dengan tekanan pada pusat massa bidang dikalikan dengan
luas total bidang. Karena seluruh gaya diferensial yang dijumlahkan untuk mendapatkan
FR tegak lurus terhadap permukaan bidang, maka gaya resultan FR pasti juga tegak lurus
terhadap permukaan tersebut.
Dalam menganalisis besarnya gaya resultan, diasumsikan bahwa gaya resultan
melewati pusat massa bidang. Pusat massa bidang beberapa geometrik secara umum
seperti ditunjukkan Gambar 3-3.

Gambar 3-3. Sifat-sifat geometrik dari beberapa bentuk yang umum

3.3.2 Gaya Hidrostatik pada Bidang Vertikal


Sebuah interpretasi secara grafik yang informatif dan berguna dapat dibuat untuk
menggambarkan gaya yang ditimbulkan fluida yang bekerja pada sebuah bidang datar
vertikal. Misalkan kita mengkaji suatu distribusi tekanan di sepanjang dinding vertikal
dari sebuah tangki yang lebarnya b yang berisi fluida dengan berat jenis . Karena
tekanan berubah secara linier terhadap kedalaman, kita dapat menggambarkan
perubahaan tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-4, di mana tekanan sama
dengan nol di permukaan atas dan sama dengan h di bagian dasamya.

Gambar 3-4. Prisma tekanan untuk bidang segiempat tegak.


Dari diagram jelas terlihat bahwa tekanan rata-rata terjadi pada kedalaman h/2
dan karena itu gaya resultan yang bekerja pada bidang segiempat A = bh adalah
h
F = p A= A
R av
2
Distribusi tekanan yang ditunjukkan pada Gambar 2-19a terjadi di sepanjang
permukaan vertikal sehingga kita dapat menggambarkan secara tiga dimensi distribusi
tekanan ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-19b. Bidang alas dari "volume"
dalam bangun ruang tekanan-bidang ini adalah permukaan bidang yang ditinjau dan
ketinggiannya pada setiap titik adalah tekanannya. Volume ini disebut sebagai prisma
tekanan, dan jelas bahwa gaya resultan yang bekerja pada permukaan sama dengan
volume prisma tekanan tersebut. Jadi, untuk prisma pada Gambar 2-19b, gaya fluida
adalah
1 h
F = volume= (h)(bh)= A
R
2 2
di mana bh adalah luas dari permukaan segi empat A.
Gaya resultan harus melalui pusat massa dari prisma tekanan. Untuk volume
yang ditinjau, pusat massa tersebut terletak di sepanjang sumbu simetri tegak dari
permukaan dan pada jarak h/3 di atas bidang dasar (karena pusat massa sebuah segitiga
terletak pada ketinggian h/3 di atas alasnya).
Pendekatan secara grafis yang sama dapat digunakan untuk permukaan datar yang tidak
mencapai permukaan fluida seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3-5. Dalam hal ini,
bidang irisan prisma tekanan berbentuk trapesium. Namun, gaya resultan tetap sama
dengan besarnya volume dari prisma tekanan tersebut, dan gaya tersebut melewati pusat
massa dari volume itu. Nilainya dapat diperoleh dengan membagi prisma tekanan
tersebut menjadi dua bagian, ABDE dan BCD seperti yang pada Gambar 3-5. Jadi,

FR = F 1 + F 2

Gambar 3-5. Representasi grafis dari gaya hidrostatik pada sebuah


permukaan segiempat tegak.

di mana komponen-komponennya dapat langsung ditentukan dengan memeriksanya


terhadap permukaaan-permukaan segiempat. Letak FR dapat ditentukan dengan
menjumlahkan momen terhadap suatu sumbu yang dapat dipilih sehingga memudahkan
perhitungan, salah satunya seperti yang melalui A. Dalam hal ini
FR yA = F1 y1 + F2 y2
dan y1 dan y2, dapat ditentukan dengan memeriksa gambar.
Pengaruh tekanan atmosfer pada sebuah bidang terendam belum dipertimbangkan, dan
mungkin kita akan bertanya bagaimana tekanan ini mempengaruhi gaya resultan. Jika
kembali lagi kita perhatikan distribusi tekanan pada bidang dinding tegak seperti yang
ditunjuk pada Gambar 3-6, tekanan bewariasi dari nol di permukaan sampai h di
bagian dasar. Karena kita menetapkan tekanan permukaan sama dengan nol, kita
menggunakan tekanan atmosfer sebagai acuan nol sehingga tekanan yang digunakan
dalam penentuan gaya fluida adalah tekanan pengukuran.

Gambar 3-6. Pengaruh tekanan atmosfer terhadap gaya resultan yang


bekerja pada sebuah bidang dinding tegak.
Jika kita ingin menyertakan tekanan atmosfer, maka distribusi tekanan akan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-22b. Kita perhatikan bahwa dalam hal ini gaya
di satu sisi dinding sekarang terdiri dari FR akibat dari distribusi tekanan hidrostatik
ditambah kontribusi dari tekanan atmosfer, patmA, di mana A adalah luas permukaan.
Namun jika kita akan menyertakan pengaruh tekanan atmosfer pada satu sisi dinding,
kita harus menyadari bahwa tekanan yang sama pula akan bekerja pada satu sisi
permukaan luar (dengan asumsi permukaan itu berhadapan ke atmosfer), akan timbul
gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah seperti yang diilustrasikan pada gambar.
Maka kita simpulkan bahwa gaya fluida resultan pada permukaan adalah hanya akibat
dari tekanan pengukuran dari cairan yang bersentuhan dengan dengan permukaan-
tekanan atmosfer tidak mempengaruhi resultan ini. Tentu saja, jika tekanan permukaan
cairan berbeda dari tekanan atmosfer (seperti yang mungkin terjadi pada tangki
tertutup), gaya resultan yang bekerja pada bidang dengan luas A yang terendam akan
berubah besarnya dari sekedar hanya akibat tekanan hidrostatis sebesar psA, di mana ps
adalah tekanan pengukuran permukaan cairan (permukaan sisi luar dinding diasumsikan
berhadapan ke tekanan atmosfer).

Contoh Soal 3-1 :


Sebuah tangki bertekanan yang berisi minyak (SG = 0,90) memiliki plat bujur sangkar
0,6 m x 0,6 m yang dibautkan pada sisinya seperti yang diilustrasikan pada gambar.
Pengukur tekanan di bagian atas tangki memberi bacaan 50kPa, berapakah besar dan di
mana letak gaya resultan pada plat yang dilekatkan tersebut jika di luar tangki adalah
tekanan atmosfer.
Penyelesaian :

Distribusi tekanan yang bekerja pada permukaan dalam dari pelat ditunjukkan pada (b).
Tekanan pada sebuah titik di pelat tersebut disebabkan oleh tekanan udara, ps pada
permukaan minyak dan tekanan akibat minyak yang berubah secara linier menurut
kedalamannya seperti yang ditunjukkan pada gambar. Gaya resultan pada pelat (yang
memiliki luas A) disebabkan oleh komponen-komponen F1 dan F2, dengan
F1 =(ps + h1 )A
= 5010 N/m + (0,90)(9,81103 N/m )(2m) (0,36m )
3 2 3 2

3
= 24,4 10 N
dan h2 - h1
F= A

2
2
3 0,6m 2
= (0,90)(9,81103 N/m ) (0, 36m )
2

3
= 0,954 10 N

karena itu besarnya resultan, FR adalah :

FR = F1 + F2 25,4 103 N

Letak vertikal FR dapat diperoleh dengan menjumlahkan momen terhadap sebuah


sumbu yang melalui titik 0, sehingga
FR y0 = F1 (0,3m)+ F2 (0,2m)

atau
3 3 3
(25,4 10 N ) y0 = (24,4 10 N )(0,3m)+ (0,95410 N )(0,2m)
y0 = 0,296 m
Jadi gaya tersebut bekerja pada jarak 0,296 m di sebelah atas dari bagian bawah pelat
sepanjang sumbu simetri vertikal.
Perhatikan bahwa tekanan udara yang digunakan dalam perhitungan gaya adalah
tekanan pengukuran. Tekanan atmosfer tidak mempengaruhi gaya gaya resultan (besar
atau letaknya), karena tekanan tersebut bekerja pada kedua sisi pelat, sehingga
menghilangkan pengaruhnya.

3.3.3 Gaya Hidrostatik pada Bidang Lengkung


Untuk permukaan lengkung, sebagai pendekatan alternatif, kita
mempertimbangkan kesetimbangan volume fluida yang diselubungi oleh permukaan
lengkung yang ditinjau dan proyeksi harizontal dan vertikal dari permukaan ini. Sebagai
contoh, perhatikan bagian lengkung BC dari tangki terbuka yang ditunjukkan Gambar
3-7a. Kita ingin mengetahui gaya fluida resultan pada bagian ini, yang mempunyai
panjang satuan tegak lurus terhadap bidang kertas.
Pertama kita mengisolasi suatu volume fluida yang dibatasi oleh permukaan
yang ditinjau, dalam hal ini bagian BC, permukaan bidang datar horizontal AB, dan
permukaan bidang datar vertikal AC. Diagram benda bebas dari volume ini seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3-7b. Besar dan letak dari gaya F1 dan F2 dapat ditentukan
dari hubungan-hubungan pada permukaan datar. Berat W, dengan mudah ditentukan
dari berat jenis fluida dikalikan dengan volume yang dibatasi tersebut dan bekerja
melewati pusat gravitasi (CG) dari massa fluida yang terdapat dalam volume itu. Gaya
FH dan FV mewakili komponen gaya yang diberikan oleh tangki kepada fiuida.

Gambar 3-7. Gaya hidrostatik pada sebuah permukaan lengkung.

Supaya sistem gaya ini berada dalam keadaan setimbang, komponen horisontal
FH harus sama besar dan segaris dengan F2, dan komponen vertikal, FV sama besamya
dan segaris dengan resultan gaya-gaya vertikal Fl dan W . Hal tersebut disebabkan
karena tiga buah gaya yang bekerja pada massa fluida (F2, resultan dari F1 dan gaya
resultan yang diberikan tangki kepada massa) harus membentuk sebuah sistem gaya
yang bersamaan (concurrent). Artinya, dari prinsip-prinsip statika, dimengerti bahwa
jika sebuah benda berada dalam keadaan kesetimbangan oleh tiga gaya yang tidak
sejajar, maka garis-garis kerja gaya tersebut harus berpotongan pada sebuah titik yang
sama (concurrent) dan sebidang.
FH = F2
Jadi ,
FV = F1 +W
dan besarnya resultan tersebut didapat dari persamaan
2
FH F
V2
FR =
Gaya resultan FR melewati titik O yang dapat ditentukan letaknya dengan
menjumlahkan momen terhadap sebuah sumbu yang tepat. Gaya resultan dari fluida
yang bekerja pada permukaan lengkung BC sama dengan dan berlawanan arah dengan
gaya yang diperoleh dari diagram benda bebas pada Gambar 3-7b. Gaya fluida yang
dicari ditunjukkan pada Gambar 3-7c.

Contoh Soal 3-2


Saluran drainase dengan diameter 6 ft seperti ditunjukkan gambar separuhnya terisi air
dalam keadaan diam. Tentukan besarnya dan garis kerja gaya resultan yang diberikan
oleh air pada bagian lengkung BC sepanjang 1 ft pada dinding saluran.

Penyelesaian
Pertama-tama kita mengisolasi volume yang dibatasi oleh bagian lengkung BC,
permukaan horizontal AB dan permukaan vertikal AC seperti yang pada gambar.
Volume tersebut mempunyai panjang 1 ft. Gaya-gaya yang bekerja pada volume
tersebut adalah gaya horizontal, F1, yang bekerja pada permukaan vertikal AC, berat W
dari fluida yang terdapat dalam volume, komponen-komponen horizontal dan vertikal
dari gaya-gaya dinding saluran pada fluida, masing-masing FH dan FV. Besarnya F1,
diperoleh dari persamaan
F1 = hc A 3 3 2

= (62,4 lb/ft )( 2 ft)(3ft ) =281 lb


Dan gaya ini bekerja 1 ft di atas C seperti yang ditunjukkan. Berat W adalah
W = .volume
3 2
= (62,4 lb/ft )(9/4ft )(1ft) =441 lb
dan bekerja melalui pusat gravitasi dari massa fluida, yang menurut Gambar 3-3 terletak
1,27 ft di sebelah kanan AC seperti yang ditunjukkan. Oleh karena untuk memenuhi
kesetimbangan
FH = F1 = 281 lb FV = W = 441 lb
dan besarnya gaya resultan adalah

FR = (F H)2 + (F
V
)2
(281 lb)2 + (441 lb)2
= 523 lb

Gaya yang diberikan oleh air pada dinding saluran sama besarnya namun berlawanan
arah terhadap gaya-gaya FH dan FV yang ditunjukan pada gambar. Jadi, gaya resultan
pada dinding saluran ditunjukkan pada gambar c. Gaya ini bekerja melalui titik O
dengan sudut yang ditunjukkan.

3.4 Rangkuman
Gaya hidrostatik adalah gaya yang bekerja pada fluida yang diam.
Analisis gaya hidrostatik harus mempertimbangkan posisi dan konfigurasi
media tempat fluida tersebut.

3.5 Soal Latihan


1. Sebuah tangki bertekanan yang berisi minyak (SG = 0,90) memiliki plat bujur
sangkar 24 in. x 24 in. yang dibautkan pada sisinya seperti yang diilustrasikan pada
gambar. Pengukur tekanan di bagian atas tangki memberi bacaan 0,5 atm, berapakah
besar dan di mana letak gaya resultan pada plat yang dilekatkan tersebut jika di luar
tangki adalah tekanan atmosfer.
2. Saluran dalam suatu pipa dengan diameter 1,8 meter seperti ditunjukkan gambar
separuhnya terisi minyak (SG = 0,90) dalam keadaan diam. Tentukan besarnya dan
garis kerja gaya resultan yang diberikan oleh minyak pada bagian lengkung BC
sepanjang 1 ft pada dinding saluran.

3. Tentukan besar dan arah gaya


yang diperlukan pintu air tersebut untuk
menjaga agar pintu tertutup.
BAB IV DINAMIKA FLUIDA

4.1 Pendahuluan
Pembahasan sebelumnya berfokus pada kondisi fluida dalam keadaan diam.
Namun, secara umum penggunaan fluida melibatkan pergerakannya dalam berbagai
jenis. Dalam bab ini kita akan menyelidiki beberapa jenis gerakan fluida (dinamika
fluida) dengan cara yang mendasar.
Dinamika fluida adalah bagian ilmu mekanika fluida yang menitikberatkan pada
persoalan karakteristik aliran fluida dalam kondisi mengalir dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain. Karekteristik aliran tersebut meliputi energi dan sifat-sifat fluida.
Untuk memahami febomena yang menarik berkaitan dengan gerakan fluida, kita
harus mempertimbangkan hukum-hukum dasar yang mengatur gerakan partikel-partikel
fluida. Kita akan memperoleh persamaan Bernoulli yang terkenal dan menerapkannya
pada berbagai aliran. Meskipun persamaan ini merupakan salah satu yang tertua dalam
mekanika fluida dan asumsi yang digunakan dalam menurunkannya sangat banyak,
persamaan tersebut dapat secara efektif digunakan untuk memperkirakan dan
menganalisis berbagai situasi aliran. Namun, jika persamaan itu diterapkan tanpa
memperhatikan dengan tepat keterbatasannya, kesalahan yang serius dapat terjadi.
Bahkan persamaan Bernoulli ini dijuluki sebagai "persamaan yang paling banyak
digunakan dan paling banyak disalahgunakan dalam mekanika fluida".

4.2 Tujuan Khusus Topik


Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa :
Dapat menjelaskan, menghitung dan menganalisis permasalahan yang berkaitan
dengan dinamika fluida, energi tekanan dan energi kinetik pada fluida mengalir.
Dapat menjelaskan teorema Bernoulli, Persamaan kontinuitas untuk kasus-kasus
teknik yang berkaitan dengan fluida.
Dapat menjelaskan prinsip kerja venturimeter, nozel, tabung pitot, orifice dan
menganalisis penerapan teorema Bernoulli pada peralatan venturimeter, nozel, tabung
pitot, orifice.
4.3 Uraian
Sekarang kita siap untuk membahas gerakan fluida. Aliran fluida secara ekstrim
bisa menjadi kompleks, seperti diperlihatkan pada laju arus sungai dan pusaran api pada
obor. Pola yang ditempuh sebuah partikel dalam aliran fluida disebut garis alir (flow
line). Jika seluruh pola aliran tidak berubah terhadap waktu, aliran disebut aliran tunak
(steady state). Dalam aliran tunak setiap elemen yang melalui titik tertentu akan
mengikuti pola yang sama. Dalam kasus ini peta" laju aliran fluida pada berbagai titik
dalam ruangan cenderung konstan, meskipun masing-masing partikel dapat berubah
baik dalam besar maupun arah selama gerakannya. Garis arus (streamline) adalah kurva
di mana garis singgungnya pada setiap titik adalah arah dari laju fluida pada titik
tersebut. Ketika pola aliran berubah terhadap waktu, garis arus tidak akan bertabrakan
dengan garis aliran. Kita hanya akan membahas keadaan aliran tunak di mana garis
aliran dan garis arus identik.
Garis aliran yang melalui sudut elemen luas imajiner, seperti luas A dalam Gambar 4-1,
membentuk tabung yang disebut tabung alir (flow tube). Dari delinisi garis aliran dalam
aliran tunak tidak ada fluida yang dapat melalui sisi dinding tabung aliran; fluida dalam
tabung aliran yang berbeda tidak dapat bercampur.

Gambar 4-1. Tabung alir dibatasi oleh garis alir. Dalam aliran tunak
fluida tidak dapat melewati dinding tabung alir.

Gambar 4-2 memperlihatkan pola aliran fluida dari kiri ke kanan melalui
sejumlah rintangan dan dalam saluran yang berbeda-beda penampangnya. Foto dibuat
dengan memasukkan tinta (pewama) ke dalam aliran air di dalam ruang antara dua pelat
gelas yang berdekatan. Pola-pola ini merupakan jenis-jenis aliran laminer (laminar
flow), di mana lapisan fluida yang terhalang mengalir lembut melaluinya dengan tunak.
(Lamina adalah lapisan tipis). Pada laju aliran yang cukup tinggi, atau ketika permukaan
batas menyebabkan perubahan laju yang mendadak, aliran dapat menjadi tidak teratur
dan kacau. Ini disebut aliran turbulen (turbulent flow). Dalam aliran turbulen tidak
terdapat pola keadaan tunak, pola aliran berubah secara kontinu.

Gambar 4-2. Aliran melalui saluran dengan luas penampang bervariasi

4.3.1 Energi Fluida Mengalir


Dalam proses mengalirnya, fluida memiliki beberapa jenis energi, yaitu : energi
potensial, energi kinetik, dan energi tekanan.
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh fluida secara khayal akibat
posisinya terhadap titik referensi. Jika fluida dengan massa m berada z meter di atas
suatu titik acuan, maka energi potensial partikel cairan adalah :
Ep = mgz (4-1)
Energi kinetik adalah energi yg dimiliki oleh fluida, secara khayal akibat
gerakan atau kecepatan fluida tersebut. Selanjutnya jika fluida dengan massa m
mengalir dengan kecepatan rata-rata V m/s, maka energi kinetik fluida adalah:
1 2
E = mV (4-2)
k
2
Sedangkan energi tekanan adalah energi yang dimiliki oleh sebuah fluida, secara
khayal akibat tekanannya. Jika fluida dengan tekanan p, maka energi tekanan dari
fluida adalah:
ET = pv (4-3)
4.3.2 Persamaan Kontinuitas
Massa fluida yang bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta ini
membimbing kita pada hubungan kuantitatif penting yang disebut persamaan
kontinuitas (continuity equation). Perhatikan bagian tabung aliran antara dua
penampang lintang stasioner dengan luas A1, dan A2 (Gambar 4-3). Laju fluida pada
bagian ini berturut-turut adalah v1 dan v2. Tidak ada aliran fluida yang masuk atau
keluar tabung karena laju fluida pada setiap titik pada dinding tabung adalah tangen
terhadap dinding. Selama selang waktu yang kecil dt fluida pada A1 bergerak sejauh
v1dt dan volume dV1=A1v1dt mengalir ke dalam tabung melalui A1. Selama selang yang
sama ini, sebuah silinder dengan volume dV2, = A2v2dt mengalir keluar dari tabung
melalui A2.

Gambar 4-3. Tabung alir dengan perubahan luas penampang


Pertama sekali mari kita tinjau kasus untuk fluida inkompresibel sehingga
densitas memiliki besar yang sama di setiap titik. Massa dm1 yang mengalir ke dalam
tabung melalui A1 dalam waktu dt adalah dm1 = A2v2dt. Dengan cara yang sama, massa
dm2 yang mengalir ke dalam tabung melalui A2 dalam waktu yang sama adalah
dm2=A2v2dt. Dalam aliran tunak, massa total di dalam tabung adalah konstan, sehingga
dm1 = dm2 dan
A1v1dt = A2v2
dt
atau
(4-4)

A1v1 = A2v2
Perkalian Av adalah laju aliran volume dV/dt, laju di mana volume melewati
penampang tabung adalah:

dV
dt = Av
Laju alir massa adalah aliran massa per satuan waktu melalui penampang aliran. Ini
sama dengan densitas dikali laju aliran volume dV/dt.
Persamaan (4.4) memperlihatkan bahwa laju aliran volume memiliki nilai yang
sama pada setiap titik sepanjang tabung aliran. Ketika penampang tabung aliran
mengecil, laju bertambah, dan sebaliknya. Bagian sungai yang dalam memiliki
penampang yang lebih besar dan arus yang lebih pelan daripada bagian sungai yang
dangkal, tetapi laju aliran volume di kedua bagian tersebut tetap sama. Aliran air yang
jatuh dari keran sempit mengakibatkan meningkatnya laju keluar air, tetapi dV/dt adalah
sama di setiap tempat sepanjang aliran. Jika pipa air dengan diameter 2 cm dihubungkan
dengan pipa yang berdiameter 1 cm, laju aliran di bagian pipa itu adalah empat kali
pada bagian 1 cm.
Kita dapat membuat Persamaan 4.4 berlaku umum untuk kasus di mana fluida
tidak inkompresibel. Jika 1 dan 2 adalah densitas pada penampang 1 dan 2, maka

1 A1v1 = 2 A2v2

4.3.3 Persamaan Bernoulli


Berdasarkan persamaan kontinuitas, laju aliran fluida dapat berubah-ubah
sepanjang jalur fluida. Tekanan juga dapat berubah-ubah; tergantung pada ketinggian
seperti pada keadaan statis, dan juga tergantung pada laju aliran. Kita bisa mendapatkan
hubungan penting yang disebut persamaan Bernoulli yang menghubungkan tekanan,
laju aliran, dan ketinggian untuk aliran, fluida inkompresibel yang ideal. Persamaan
Bernoulli merupakan alat pokok dalam menganalisis sistem perpipaan, stasiun
pembangkit listrik tenaga air, dan penerbangan pesawat.
Ketergantungan tekanan pada laju mengikuti persamaan kontinuitas. Ketika
fluida inkompresibel mengalir sepanjang tabung alir dengan penampang yang berubah-
ubah, lajunya pasti berubah dan karena itu elemen dari fluida memiliki percepatan.
Untuk menurunkan persamaan Bemoulli, kita terapkan teorema kerja (usaha)-
energi pada fluida dalam daerah tabung alir. Dalam Gambar 4-4 kita perhatikan elemen
fluida yang pada keadaan mula-mula terletak di antara dua penampang a dan c. Laju
pada ujung yang lebih rendah dan ujung yang lebih tinggi masing-masing adalah v1 dan
v2. Dalam selang waktu yang sempit dt fluida yang awalnya berada pada a bergerak ke
b, sejauh ds1 = v1dt, dan fluida yang mula-mula berada di c bergerak ke d sejauh ds2 =
v2dt. Luas penampang melintang pada kedua ujung adalah A1 dan A2, seperti pada
gambar. Fluida adalah inkompresibel; karena itu dengan persamaan kontinuitas, volume
fluida dV yang melalui setiap penampang melintang sepanjang waktu dt adalah sama,
yaitu : dV= A1ds1= A1ds2.

Gambar 4-4. Gaya total yang bekerja pada elemen fluida akibat tekanan fluida.
Mari kita hitung kerja yang dilakukan pada elemen fluida selama dt. Tekanan
pada kedua ujung adalah p1 dan p2: gaya pada penampang di a adalah p1A1, dan gaya
pada c adalah p2A2. Gaya total dW yang dilakukan pada elemen oleh fluida di
sekelilingnya selama perpindahan ini adalah :
dW = p1 A1ds1 - p2 A2ds2 = (p1 - p2 )dV (4-5)
Suku kedua memiliki tanda negatif karena gaya pada c berlawanan dengan arah
perpindahan fluida.
Kerja dW adalah akibat gaya-gaya selain gaya konservatif gravitasi, sehingga
besarnya sama dengan perubahan energi mekanik total (energi kinetik ditambah energi
potensial gravitasi) yang berasosiasi dengan elemen fluida. Energi mekanik untuk fluida
antara penampang b dan c tidak berubah. Pada awal dt fluida antara a dan b memiliki
2
volume A1ds1, massa A1ds1, dan energi kinetik (A1ds1)v1 . Pada ujung dt, fluida di
2
antara c dan d memiliki energi kinetik (A2ds2)v2 . Perubahan total energi kinerik dK
selama waktu dt adalah :
1 2 2 (4-6)
dK = dV(v - v
)

2 1
2
Bagaimana dengan perubahan energi potensial gravitasi ? Pada awal dt, energi potensial
untuk massa antara a dan b adalah dm gy1 = dVgy1. Pada akhir dt, energi potensial
untuk massa antara c dan d adalah dm gy2 = dVgy2. Perubahan energi potensial total
dU sepanjang dt adalah
dU = dVg(y2 - y1 ) (4-7)
Dengan menggabungkan Persamaan (4.5), (4.6), dan (4.7) dalam persamaan energi dW
= dK + dU didapatkan:
1 2 2
(p - p )dV = dV(v - v )+ dVg(y - v )
2 1 2 1
1 2

2
1 2 2 (4-8)
p - p = (v - v )+ g(y -
v)

1 2 2 1 2 1
2
Ini adalah persamaan Bernoulli (Bernoulli's equation), yang menyatakan balwa kerja
yang dilakukan pada satu satuan volume fluida oleh fluida sekitamya adalah sama
dengan jumlah perubahan energi kinetik dan energi potensial tiap satuan volume yang
terjadi selama aliran. Kita juga dapat menginterpretasikan Persamaan (14-20) dalam
furgsi tekanan. Suku pertama pada bagian kanan adalah selisih tekanan yang
diasosiasikan dengan perubahan laju fluida. Suku kedua pada bagian kanan adalah
penambahan perbedaan tekanan yang disebabkan oleh berat fluida dan perbedaan
ketinggian kedua ujung. Kita juga dapat menuliskan Persamaan (4.8) dalam bentuk
yang lebih meyakinkan sebagai berikut :
1 2 1 2
p1+ v + gy = p + v + gy
2 1 2 2 2
2 2
Subskrip 1 dan 2 mengacu pada sebarang titik sepanjang tabung aliran, sehingga kita
juga dapat menulis:
1 2
p+ v + gy = (4-9)
konstan.
2
Catat bahwa ketika fluida tidak bergerak (sehingga v1 = v2 = 0), Persamaan (4.9)
berubah menjadi hubungan tekanan yang kita turunkan untuk fluida pada keadaan diam,
Persamaan (4.5).
Perlu diperhatikan bahwa persamaan Bernoulli hanya tepat digunakan untuk
dengan asumsi fluida inkompresibel, aliran fluida tunak, efek viskous diabaikan (tanpa
gesekan) serta hanya dapat diterapkan sepanjang sebuah garis-arus. Persamaan
Bernoulli adalah persamaan sederhana yang mudah untuk digunakan jangan sampai
terpancing untuk menggunakan persamaan ini pada keadaan yang tidak tepat.

Contoh Soal 4-1


Air mengalir ke dalam rumah melalui pipa dengan diameter dalam 2,0 cm pada tekanan
5
absolut 4,0 x 10 Pa (sekitar 4 atm). Pipa berdiameter 1,0 cm digunakan untuk aliran
yang menuju kamar mandi lantai dua setinggi 5,0 m seperti gambar, ketika laju alir pada
pipa masukan adalah 1,5 m/s, tentukan laju aliran, tekanan, dan laju aliran volume di
dalam kamar mandi.

Penyelesaian
Ambil titik 1 dan titik 2 berturut-turut sebagai pipa masukan dan pipa yang berada di
dalam kamar mandi. Laju v2 pada pipa kamar mandi didapat dari persamaan
kontinuitas.
2
A1 (1,0cm)
v = v2 = (1,5m/s)= 6,0m/s
2 2
A2 (0,50cm)

Kita ambil y1=0 (pada bagian masuk) dan y2 = 5,0 m (pada kamar mandi). p1 dan v1
diketahui, dan kita dapat mencari p2 dari persamaan Bernoulli :
1 2 2
p =p - (v - v )- g(y - v )
2 1 2 1 2 1
2 1
5 3 3
2 2 2 2
= 4,010 Pa - 1,010 kg/m 36 m /s -2,25 m /s
2

- 1,010 kg/m
3 3
9,8m / s 5, 0m
2

= 4,0-0,17-0,49 10 Pa
5

5
= 3,3 10 Pa = 3,3 atm = 48 psia

Laju aliran volume adalah


dV

= A v 0,5010 m 2 6, 0m / s
2

2 2
dt -4 3
= 4,7 10 m /s = 0,47 liter/s

4.3.4 Tekanan Statik, Stagnasi, Dinamik, dan Total


Konsep berguna yang terkait dengan persamaan Bernoulli berhubungan dengan
tekanan stagnasi dan dinamik. Tekanan-tekanan ini timbul dari perubahan energi kinetik
dalam sebuah fluida yang mengalir menjadi suatu "kenaikan tekanan" ketika fluida
dibuat menjadi diam. Setiap suku dalam persamaan Bernoulli, mempunyai dimensi
2 2
gaya per satuan luas - psi, lbf/ft , N/m . Suku pertama, p, adalah tekanan temodinamika
aktual dari fluida ketika mengalir. Untuk mengukur nilainya, seseorang dapat ikut
bergerak bersama fluida, sehingga menjadi "statik" relatif terhadap fluida yang
bergerak. Maka, tekanan itu biasanya disebut sebagai tekanan statik. Cara lain untuk
mengukur tekanan statik adalah dengan membuat sebuah lubang pada permukaan rata
dan memasangkan tabung sebuah piezometer seperti yang ditunjukkan oleh titik (3)
pada Gambar 4-5.
Suku ketiga dalam Persamaan Bernoulli, z disebut sebagai tekanan hidrostatik,
jelas dikarenakan variasi tekanan hidrostatik berdasarkan perubahan kedalaman fluida.
sesungguhnya suku ini bukan suatu tekanan tetapi mewakili perubahan tekanan yang
mungkin akibat variasi energi potensial fluida yang dihasilkan oleh perubahan
ketinggian.
Gambar 4-5. Pengukuran tekanan-tekanan statik dan stagnasi.

2
Suku kedua dalam persamaan Bemoulli, V /2 disebut sebagai tekanan dinamik.
Tafsiran ini dapat dilihat pada Gambar 4-5 dengan meninjau tekanan pada ujung sebuah
tabung kecil yang disisipkan ke dalam aliran mengarah ke hulu. Setelah gerakan
tuansien awal hilang, fluida cair akan memenuhi tabung sampai ke ketinggian, H,
seperti yang ditunjukkan. Fluida di dalam tabung termasuk juga yang berada ujungnya
(2), akan diam. Jadi, V2 = 0, atau titik (2) adalah titik stagnasi.
Jika kita menerapkan persamaan Bernoulli antara titik (1) dan (2), dengan
menggunakan V2 = 0 dan mengasumsikan bahwa z1 = z2, maka kita dapatkan
1 2
p =p+ v
2 1 1
2
Dengan demikian, tekanan pada titik stagnasi lebih besar daripada tekanan statik, p1,
2
sebesar tekanan dinamik V1 /2.
Dapat ditunjukkan bahwa terdapat sebuah titik stagnasi pada setiap benda diam
yang ditempatkan ke dalam sebuah fluida yang mengalir. Sebagian fluida mengalir "di
atas" dan sebagian lagi "di bawah" benda tersebut. Garis (atau bidang pada aliran dua-
dimensi) pembagi disebut sebagai garis-arus stagnasi dan berakhir di titik stagnasi pada
benda (Gambar 4-6a). Untuk benda yang simetris (seperti sebuah bola), titik stagnasi
jelas berada di ujung depan dari benda. Untuk benda yang tidak simetris, seperti sebuah
pesawat terbang yang ditunjukkan pada Gambar 4.6b, letak dari titik stagnasi tidak
selalu jelas.
Gambar 4-6. Titik-titik stagnasi pada benda dalam fluida yang mengalir.
Jika efek ketinggian diabaikan. tekanan stagnasi, p+ pv2/2, adalah tekanan
terbesar yarg dapat diperoleh sepanjang suatu garis-arus. Tekanan ini menunjukkan
perubahan dari seluruh energi kinetik menjadi sebuah kenaikan tekanan. Jumlah dari
tekanan statik, tekanan hidrostatik, dan tekanan dinamik disebut sebagai tekanan
total,pT. Artinya
1 2
p+ V + y = p = konstan sepanjang sebuah garis arus.
T
2
Kembali kita harus berhati-hati bahwa asumsi yang digunakan untuk menurunkan
persamaan ini cocok untuk aliran yang ditinjau.

4.3.5 Pengukuran Laju Aliran


Banyak tipe peralatan yang menggunakan prinsip-prinsip yang terdapat dalam
persamaan Bemoulli telah dikembangkan untuk mengukur kecepatan fluida dan laju
aliran. Tabung pitot-statik, orifice meter, nozzle, dan venturi meter adalah peralatan
yang lazim digunakan. Alat ukur aliran (flow meter) tersebut tergolong alat ukut "ideal"-
yaitu alat-alat ukur yang mengabaikan efek-efek "dunia-nyata" seperti efek viskos,
kemampu-mampatan, dan lain-lain. Tujuan kita di sini adalah untuk memahami prinsip-
prinsip kerja dasar dari pengukur aliran yang sederhana ini.
Sebuah cara yang efektif untuk mengukur laju aliran melalui sebuah pipa adalah
dengan menempatkan sejenis hambatan di dalam pipa seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4-7 untuk jenis orifice, nozzle dan venturi. Laju aliran diukur dengan mengukur
perbedaan tekanan antara bagian hulu yang berkecepatan rendah dan bertekanan tinggi
(1), dan bagian hilir yang berkecapatan tinggi dan bertekanan rendah (2). Prinsip kerja
setiap pengukur aliran tersebut didasari oleh prinsip fisika yang sama-yakni bahwa
peningkatan kecepatan menyebabkan penurunan tekanan. Perbedaan antara pengukur
aliran tersebut hanya masalah harganya, keakuratan, dan seberapa dekat bekerjanya alat
ini mengikuti asumsi-asumsi aliran yang diidealkan.

Gambar 4-7. Beberapa peralatan khas untuk mengukur laju aliran di dalam pipa
Untuk jenis pengukur orifis, nossel dan venturi meter kita mengasumsikan aliran
horizontal (z1=z2), tunak, inviscid, dan tak mampu-mampat antara titik (1) dan (2).
Persamaan Bernoulli menjadi :
1 2 1 2
p+ V = p + V
1 1 2 2
2 2
(Efek ketidakhorizontalan aliran dapat disatukan dengan mudah dengan menyertakan
perubahan ketinggian, z1 z2, ke dalam persamaan Bernoulli).
Jika kita mengasumsikan profil kecapatan uniform pada potongan (l) dan (2),
persamaan kontinuitas dapat ditulis sebagai
Q = A1V1 = A2V2

di maaa A2 adalah luas aliran yang kecil (A2 < A1) pada potongan (2). Kombinasi dari
kedua persamaan ini menghasilkan laju aliran teoretis sebagai berikut :
2(p1 - p2 )
Q = A2 2
/A1
1 - 2A (4-10)

Jadi, untuk sebuah geometri aliran yang diketahui (A1 dan A2), laju aliran dapat
ditentukan jika perbedaan tekanan, p1-p2, terukur.

4.3.5.1 Tabung Pitot


Pengetahuan mengenai nilai-nilai tekanan statik dan stagnasi di dalam sebuah
fluida mengimplikasikan bahwa kecepatan fluida dapat dihitung. Hal ini merupakan
prinsip yang mendasari tabung Pitot-statik. [H. de Pitot (1675 1771)]. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4-18, dua tabung satu-sumbu disambungkan pada dua alat
ukur tekanan (atau alat ukur differensial) sehingga nilai-nilai p3 dan p4 (atau perbedaan
p3-p4) dapat ditentukan. Tabung yang di tengah mengukur tekanan stagnasi pada ujung
terbukanya. Jika perubahan ketinggian diabaikan
1 2
p = p+ V
3
2
di mana p dan V adalah tekanan dan kecepatan dari fluida di hulu dari titik (2). Tabung
bagian luar dibuat dengan beberapa lubang kecil pada jarak yang tepat dari ujung
sehingga lubang-lubang tersebut mengukur tekanan statik. Jika perbedaan ketinggian
antara (1) dan (4) diabaikan, maka
1 2
p - p =+ V
3 4
2
yang dapat disusun kembali menjadi
2(p3 - p4 )

(4-11)
V=

Bentuk dan ukuran aktual dari tabung-tabung Pitot-statik sangat bervariasi. Beberapa
jenisnya yang umum ditunjukkan pada berikut :
Gambar 4-8 Beberapa desain tabung Pitot-statik
Tabung Pitot-statik memberikan cara yang sederhana dan relatif murah untuk
melgukur kecepatan fluida. Penggunaannya tergantung pada kemampuan mengukur
tekanan-tekanan statik dan dinamik. Diperlukan kehati-hatian untuk mendapatkan nilai-
nilai tekanan ini dengan akurat. Sebagai contoh, suatu pengukuran tekanan statik yang
akurat membutuhkan kondisi di mana tidak ada sedikit pun energi kinetik fluida yang
diubah menjadi kenaikan tekanan pada titik pengukuran. Hal ini membutuhkan lubang
yang halus tanpa adanya guratan ataupun ketidaksempurnaan. Seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4-9, ketidaksempurnaan yang dimaksud dapat menyebabkan tekanan yang
terukur lebih besar atau kurang dari tekanan statik yang sesungguhnya.

Gambar 4-9. Desain yang tepat dan tidak tepat dari tap-tap tekanan statik

Dan juga tekanan sepanjang permukaan sebuah benda bervariasi dari tekanan
stagnasi pada titik stagnasinya sampai pada nilai yang mungkin kurang dari tekanan
statik aliran bebas. Variasi tekanan yang khas dari sebuah tabung pitotstatik ditunjukkan
pada Gambar 4-10. Dari gambar tersebut jelas terlihat bahwa penting sekali agar tap-tap
tekanan diletakkan dengan tepat untuk memastikan bahwa tekanan yang diukur adalah
tekanan statik yang sebenarnya.

Gambar 4-10. Tipe distribusi tekanan sepanjang sebuah pipa pitot statis
Dalam prakteknya, seringkali sulit untuk mengatur posisi tabung Pitot-statik
langsung pada arah aliran. Suatu kesalahan pengaturan posisi ini akan menghasilkan
sebuah medan aliran tak simetris yang dapat menyebabkan kesalahan. Biasanya, sudut
o
oleng (yaw) antara 12 sampai 20 (tergantung dari desain probe tertentu) memberikan
hasil dengan kesalahan kurang dari 1% dibandingkan hasil yang diperoleh dengan
pengaturan posisi yang sempurna. Secara umum, lebih sulit untuk mengukur tekanan
statik dibandingkan tekanan stagnasi.

4.3.5.2 Venturimeter
Skmatik venturi meter ditunjukkan pada Gambar 4-11, yang digunakan untuk
mengukur laju aliran di dalam pipa. Bagian pipa yang menyempit disebut "leher". Kita
gunakan persamaan Bernoulli untuk titik pada sluran besar (titik 1) dan titik pada
saluran sempit (titik 2) dalam pipa, dengan y1 = y2
1 2 1 2
p + v = p + v
1 1 2 2
2 2

Gambar 4-11. Venturi meter


Dari persamaan kontinuitas, v2 = (A1/A2)v1. dengan menstibtusikan dan menyusun
ulang, didapat :
1 2
A1
p -p = v 2

1 2 1 1
2 A2
2
Karena A1 lebih besar dari A2, v2 lebih besar dari v1 dan tekanan p2 dalam leher lebih
kecil dari p1. Gaya total pada bagian kanan mempercepat fluida saat memasuki leher
dan gaya total pada bagian kiri memperlambatnya saat keluar. Selisih tekanan p1-p2 juga
sama dengan gh, di mana h adalah selisih ketinggian fluida pada kedua tabung.
Selanjutnya diperoleh persamaan laju aliran v1 :
2gh
v1 = (4-12)
A 12
/A 2 1

4.3.5.3 Orifice
Pada dasarnya penyebutan orifis digunakan untuk jenis hambatan aliran yang
berbentuk tajam seperti pada berikut :

Gambar 4-12. Skematik aliran pada orifice ujung-tajam.


Jika lubang keluaran hanya berupa pelat datar, diameter dari jet, dj, akan lebih
kecil dari diameter lubang, dh. Fenomena ini disebut sebagai efek vena contracta,
sebagai akibat ketidakmampuan fluida untuk membelok 90 pada ujung sudut seperti
yang ditunjukkan dengan garis putus-putus pada gambar. Tekanan tertinggi terjadi di
sepanjang garis tengah pada titik (2) dan tekanan terendah, p1=p3=0 terdapat pada
bagian tepi luar jet. Jadi, asumsi kecepatan seragam dengan garis-garis-arus yang lurus
dan tekanan konstan tidak berlaku pada bidang keluar. Namun asumsi tersebut berlaku
pada bidang vena contracta, potongan a-a. Asumsi kecepatan seragam berlaku pada
bidang potongan ini jika dj<<h.
Efek vena contracta adalah fungsi dari bentuk geometri saluran keluar.
Beberapa konfigurasi yang khas ditunjukkan pada Gambar 4-13 bersama dengan nilai-
nilai koefisien kontraksi, Cc= Aj/Ah di mana Aj dan Ah, masing-masing adalah luas dari
jet pada vena contracta dan luas lubang.

Cc = Aj/Ah = (dj/dh)2

Gambar 4-13. Pola-pola aliran yang khas dan koefiseien kontraksi dari
berbagai konfigurasi saluran keluar bundar.

4.3.5.4 Nossel
Sebuah nossel adalah alat yang dibentuk untuk mempercepat laju fluida. Berikut
adalah sebuah contoh aliran dengan kecepatan V melewati sebuah nossel dengan
diameter d (Gambar 4-14).
Penerapan persamaan Bernoulli antara titik (1) dan (2) pada garis-arus yang
ditunjukkan memberikan :
2
h= 12 V
Kita menggunakan fakta bahwa z1 = h, z2 = 0, reservoir besar (V1 0), terbuka ke
atmosfer (pl = 0 pengukuran), dan fluida meninggalkan reservoir sebagai Jet bebas
(p2
= 0). Jadi kita memperoleh 2 h
2gh
V= = (4-13)

Jika garis-arus di ujung nossel lurus, maka p2 = p4. Karena (4) berada di pemukaan jet
yang bersentuhan dengan atmosfer, kita dapatkan p4 = 0. Jadi, p2 = 0 juga. Karena (2)
adalah sembarang titik di bidang keluar dari nossel, maka tekanannya adalah tekanan
atmosfer di seluruh bidang ini. Secara fisik, tidak terdapat komponen gaya berat atau
percepatan dalam arah normal (horizontal), tekanan konstan dalam arah tersebut.

Gambar 4-14. Aliran vertikal dari sebuah tangki melewati sebuah nossel

Begitu berada di luar nossel, aliran terus jatuh sebagai sebuah jet bebas dengan
seluruh tekanannya nol (p5 = 0) dan seperti terlihat, dengan menerapkan persamaan
2g(h+ H)
Bernoulli antara titik (1) dan (5), kecepatan meningkat menurut

V=

Di mana H adalah jarak jatuh fluida di luar nossel.


Persamaan (4-10) juga dapat diperoleh dengan menuliskan persamaan Bernoulli
antara titik (3) dan (4) dengan menggunakan kenyataan bahwa z4 = 0, z3= l. Dan juga
V3 = 0 karena lokasinya jauh dari nossel dan dari hidrostatika p3= ( h- l ).
Ingat kembali ilmu fisika atau dinamika bahwa setiap benda yang dijatuhkan
dari keadaan diam melalui jarak sepanjang h dalam suatu ruang hampa akan
mempunyai 2gh

kecepalan V = , sama dengan kecepatan fluida cat meninggalkan nossel. Hal ini

konsisten terhadap kenyataan bahwa seluruh energi potensial partikel diubah menjadi
energi kinetik, jika efek viskos (gesekan) diabaikan. Jika dinyatakan dalam head, head
ketinggian di titik (l) dikonversikan menjadi head kecepatan di titik (2). Ingat kembali
kasus yang ditunjukkan pada Gambar 4-14, tekanan adalah sama (tekanan atmosfer) di
titik (1) dan (2).
Untuk nossel yang horizontal seperti pada Gambar 4-15, kecepatan fluida pada
garis tengah, V2, akan sedikit lebih besar daripada kecepatan di bagian atas, V1 dan
sedikit lebih kecil daripada kecepatan di bagian bawah, V3, karena adanya perbedaan
ketinggian. Secara umum, jika d << h akan cukup beralasan bagi kita untuk
menggunakan kecepatan di atas garis tengah sebagai "kecepatan rata-rata".

Gambar 4-15. Aliran horizontal dari sebuah tangki melewati sebuah nossel

4.3.6 Aliran Terselubung (Confined Flow)


Dalam banyak kasus, fluida secara fisik dibatasi berada di dalam suatu peralatan
seperti kasus aliran pada nossel-nossel dan pipa-pipa dengan diameter yang berubah-
ubah sehingga kecepatan fluida berubah-ubah karena luas aliran yang berbeda dari satu
bagian ke bagian lainnya. Untuk situasi ini, kita perlu menggunakan konsep kekekalan
massa (persamaan kontinuitas) bersama dengan persamaan Bernoulli. Sebagai contoh
tinjaulah suatu fluida yang sedang mengalir melalui suatu volume yang tetap (misalnya
sebuah tangki) yang mempunyai satu sisi masuk dan satu sisi keluar seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4-16. Jika alirannya tunak (steady) sehingga tidak terjadi
akumulasi tambahan fluida dalam volume tersebut, laju aliran fluida yang masuk ke
dalam volume harus sama dengan laju aliran yang keluar dari volume (karena kalau
tidak massanya tidak kekal).

Gambar 4-16. Aliran tunak masuk dan keluar sebuah tangki.

Laju aliran massa dari sebuah sisi keluar, m (slug/s atau ks/s), diberikan oleh

m = Q , di mana Q (ft3/s atau m3/s) adalah laju aliran volume. Jika luas sisi keluar A
dan fluida mengalir melintasi luas ini (tegak lurus/normal terhadap luas) dengan
kecepatan rata-rata V, maka volume dari fluida yang melintasi sisi keluar ini dalam
selang waktu t adalah VAt, yang artinya sama dengan sebuah volume dengan panjang

Vt dan luas penampangnya A (lihat Gambar 4-16). Jadi laju aliran volume (volume per

satuan waktu) adalah Q = VA. Sehingga, m = VA . Untuk massa yang kekal, laju
aliran masuk harus sama dengan laju aliran keluar. Jika sisi masuk ditandai dengan
(l)

dan sisi keluar (2), maka


m1 = m2 . Jadi, kekekalan massa membutuhkan

1V1 A1 = 2V2 A2

Jika kerapatan tetap konstan, maka 1 = 2 , dan persamaan di atas menjadi

persamaan kontinuitas untuk aliran tak mampu-mampat


V1 A1 = V2 A2 , atau Q1 = Q2
Sebagai contoh, jika luas aliran sisi keluar separuh dari luas aliran sisi masuk, maka
kecepatan di sisi keluar adalah dua kali dari kecepatan di sisi masuk, karena
V2 = V1 A1/A2 = 2V1 . Penggunaan persamaan Bernoulli dan persamaan laju aliran
(persamaan kontinuitas) ditunjukkan oleh contoh berikut.
Contoh Soal 4-2
Suatu aliran air dengan diameter d = 0,1 m mengalir secara tunak dari sebuah tangki
berdiameter D = 1,0 m seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukan laju aliran, Q, yang
diperlukan dari pipa aliran masuk jika kedalaman air tetap konstan, h = 2.0 m.

Penyelesaian
Untuk aliran tunak, inviscid, dan tak mampu-mampat, persamaan Bemoulli
diterapkan artara titik (1) dan (2) adalah:
1 2 1 2
p1 + v1 + z1 = p2 + v2 + z2
2 2
Dengan asumsi bahwa p1 = p2 = 0, z1 = h, dan z2 = 0, Persamaannya menjadi
1 2 1 2
v + gh= v
1 2
2 2
Meskipun ketinggian permukaan air tetap sama (h = konstan), terdapat kecepatan rata-
rata, V1, melintasi (1) karena adanya aliran dari tangki. Dari persamaan kontinuitas
untuk aliran tunak tak mampu-mampat, kekekalan massa mensyaratkan Q1 = Q2 di
mana Q = AV. Jadi, A1V1 = A2V2, atau
2
D VV21 = d
4 4
Sehingga,
d 2
V = V
1 2
D
Persamaan (1) dan (3) dapat dikombinasikan untuk memperoleh
2gh
2 9,81 m/s2 2,0m 6, 26m / s
V2 = 1- d/D 4 1- 0,1m/1m 4

=
Jadi,

Q = AV = A V = 0,1m 2 6,26m/s = 0,0492m3 /s
1 1 2 2
4
Pada contoh ini kita tidak mengabaikan energi kinetik air di dalam tangki (V1 0). Jika
diameter tangki jauh lebih besar dibandingkan diameter jet (D>>d), Persamaan (3)
menunjukkan bahwa V1< < V2 dan asumsi bahwa Vl = 0 cukup beralasan. Kesalahan
yang berkaitan dengan asumsi ini dapat diketahui dengan menghitung perbandingan
dari laju aliran yang mengasumsikan V1 0 yang dilambangkan dengan Q, dengan laju
aliran yang mengasumsikan bahwa V1 = 0, dilambangkan dengan Q0. Perbandingan ini
ditulis sebagai
2gh
1 - d/D 4
Q V2 2gh 1 - d1/D 4
Q = = =
Q0 V2 D

Dan diplot pada seperti gambar. Dengan 0 < d/D <0,4 diperoleh 1< Q/Q0 1,01, dan
kesalahan dengan mengasumsikan V1=0 kurang dari 1%. Jadi cukup beralasan untuk
mengasumsikan V1=0.
Kenyataan bahwa suatu perubahan energi kinetik sering disertai oleh perubahan tekanan
ditunjukkan pada contoh berikut.

Contoh Soal 4-3


Udara mengalir secara tunak dari sebuah tangki, melalui sebuah selang dengan diameter
D = 0,03 m dan keluar ke atmosfer melewati sebuah nossel dengan diameter d = 0,01 m
seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tekanan di dalam tangki tetap konstan pada 3.0
kPa (gage) dan atmosfer berada dalam kondisi temperatur dan tekanan standar (1
o
atm/15 C). Tentukan laju aliran dan tekanan di dalam selang.
Penyelesaian
Karena aliran diasumsikan tunak, inviscid, dan tak mampu-mampat, kita dapat
menerapkan persamaan Bernoulli sepanjang garis-arus yang ditunjukkan sebagai
1 2 1 2 1 2
p + v + z = p + v + z = p + v + z
1 1 1 2 2 2 3 3 3
2 2 2
Dengan mengasumsikan bahwa z1=z2=z3 (selang horizontal), V1=0 (tangki besar) dan
p3=0 (jet bebas), persamaan ini menjadi
2p1

V3 =

1 2
dan p =p - V
(1)

2 1 2
2
Kerapatan dari udara di dalam tangki diperoleh dari hukum gas ideal, dengan
menggunakan tekanan dan temperatur mutlak standar, sebagai
p
= 1
RT1
3

= 3,0 +101 10 N/kN


286,9 N.m/kg.K 15+ 273 = 1,26 kg/m
3

2
kN/m
K
2 3,0 103 N/m2
Jadi kita 1,26
dapatkan
kg/mbahwa
3

atau
Q= AV =
2
d V = 0,01m 2 69,0m/s
V3 = = 69,0 3 3
4 3
3
4
m/s = 0,00542 m /s

Perhatikan bahwa nilai V3 ditentukan oleh nilai p1 (dan asumsi yang terdapat pada
persamaan Bernoulli) tidak tergantung bentuk dari nossel. Head tekanan di dalam
tangki, p / = 3,0 kPa / 9,81 m/s 1,26 kg/m = 243 m ,
2 3
diubah
1 menjadi head

kecepatan di sisi keluar,


V2 /2g = 69,0 m/s 2 / 2 9,81 m/s = 243 m
2 2 2
Walaupun kita menggunakan tekanan ukur dalam persamaan Bernoulli (p3=0), kita
harus menggunakan tekanan mutlak dalam hukum gas ideal saat menghitung kerapatan.
Tekanan di dalam selang dapat diperoleh dari Persamaan (1) dan persamaan kontinuitas.
A2V2 = A3V3

Sehingga,
d 2
69,0 m/s = 7,67 m/s
V =AV A =
2
0,01 m
V=
2 32 3 3
D 0,03 m

dan dari persamaan (1)

p2 = 3,0 10 N/m - 1 1,26 kg/m3 7,67 m/s


3 2
2

= 3000 - 37,1 N/m2 = 2963 N/m2

Dengan tidak adanya efek viskos, tekanan di seluruh selang konstan dan sama dengan
p2. Secara fisik, penurunan tekanan dari pl menjadi p2 menjadi p3 mempercepat udara
dan meningkatkan energi kinetiknya dari nol di dalam tangki menjadi nilai pertengahan
di dalam selang dan akhirnya mencapai nilai maksimumnya pada sisi keluar nossel.
Karena kecepatan udara pada sisi keluar nossel sembilan kali kecepatan di dalam
2
selang, sebagian penurunan tekanan terjadi ketika melintasi nossel (p1 = 3000 N/m , p2=
2
2963 N/m dan p3 = 0 ).
Karena perubahan tekanan dari (1) ke (3) tidak terlalu besar [maksudnya jika
dinyatakan dalam tekanan mutlak (p1 p3)/p1 = 3,0/101 = 0,03], maka menurut hukum
gas ideal perubahan kerapatan tidak terlalu berarti. Jadi, asumsi
ketidakmampumampatan cukup beralasan untuk masalah ini. Jika tekanan tangki sangat
besar atau efek viskosnya penting, hasil di atas menjadi salah.

Secara umum, suatu peningkatan kecepatan disertai dengan penurunan tekanan.


Sebagai contoh, kecepatan udara yang mengalir melewati permukaan atas sebuah sayap
pesawat terbang, secara rata-rata lebih cepat daripada yang mengalir melewati
permukaan bawahnya. Jadi, gaya tekanan netto lebih besar daripada yang di atas-maka
sayap menghasilkan suatu gaya angkat.
Jika perbedaan kecepatan sangat besar, perbedaan tekanan juga sangat besar.
Untuk aliran gas, hal ini dapat menimbulkan efek-efek kemampumampatan. Untuk
aliran fluida cair, hal ini menyebabkan kavitasi, suatu situasi berbahaya yang dapat
terjadi apabila tekanan fluida cair berkurang sampai tekanan uapnya dan fluida cair
tersebut akan medidih.
Seperti diketahui tekanan uap pv, adalah tekanan di mana gelembung-gelembung
uap akan terbentuk pada suatu fluida cair. Tekanan ini adalah tekanan di mana fluida
cair mulai mendidih. Jelas bahwa tekanan ini tergantung pada jenis fluida dan
temperaturnya.
Satu cara menghasilkan kavitasi pada cairan yang mengalir dapat diketahui dari
persamaan Bernoulli. Jika kecepatan fluida meningkat (misalnya akibat kurangnya luas
aliran seperti yang ditunjukkan Gambar 4-17), tekanan akan berkurang. Penurunan
tekanan ini (yang dibutuhkan untuk mempercepat aliran melewati penyempitan) dapat
cukup besar sehingga tekanan fluida tersebut turun mencapai tekanan uapnya. Suatu
contoh sederhana dari kavitasi dapat ditunjukkan oleh sebuah selang penyiram tanaman
biasa. Jika selang tersebut "ditekan" , terjadi suatu penyempitan luas aliran kira-kira
seperti yang digambarkan pada Gambar 4-17. Kecepatan air melalui penyempitan ini
akan relatif besar. Dengan penyempitan yang cukup besar, suara dari air yang mengalir
akan berubah-akan suatu bunyi mendesis. Bunyi ini diakibatkan adanya kavitasi.
Dalam situasi demikian pendidihan terjadi (meskipun temperaturnya tidak harus
tinggi), gelembung uap terbentuk dan kemudian pecah ketika fluida bergerak ke daerah
yang bertekanan lebih tinggi (kecepatan lebih rendah). Proses ini menimbulkan efek
dinamik (imploding) yarg dapat menimbulkan transien tekanan yang sangat besar di
sekitar gelembung-gelembung. Tekanan-tekanan sebesar 100.000 psi (690 MPa)
diyakini dapat terjadi. Jika gelembung tersebut pecah di dekat suatu batas fisik, maka
dalam suatu kurun waktu, hal tersebut dpaat meneyebabkan kerusakan pada permukaan
di daerah kavitasi. Kavitasi ujung dari sebuah baling-baling ditunjukkan pada Gambar
4-18. Dalam hal ini putara sangat cepat dari baling-baling menimbulkan tekanan yang
sangat kecil pada baling-baling tersebut. Jelaslah mengapa perancangan dan
penggunaan yang tepat dari peralatanperalatan diperlukan untuk mencegah kerusakan
akibat kavitasi.
Gambar 4-17. Aliran tunak masuk dan keluar sebuha tangki

Gambar 4-18. Kavitasi ujung dari sebuah baling-baling

Contoh Soal 4-4


o
Air dengan temperatur 60 F disedot dari sebuah tangki besar melalui sebuah selang
berdiameter konstan seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tentukan ketinggian
maksimum puncak, H, di mana air dapat disedot tanpa mengakibatkan terjadinya
kavitasi. Ujung dari penyedotan berada 5 ft di bawah dasar dari tangki. Tekanan
atmosfer 14.7 psi.
Penyelesaian
Jika aliran tunak, inviscid, dan tak mampu-mampat, kita dapat menerapkan persamaan
Bernoulli sepanjang garis-arus dari (1) ke (2) dan ke (3) sebagai berikut :
1 2 1 2 1 2
p + v + z = p + v + z = p + v + (1)
z
1 1 1 2 2 2 3 3 3
2 2 2
Dengan dasar tangki sebagai referensi (datum), kita dapatkan z1=15 ft, z2=H,dan z3=-5
ft. Juga V1 = 0 (tangki besar), p1=0 (tangki terbuka), p3 = 0 (jet bebas) dan dari
persamaan kontinuitas A2V2 = A3V3 atau karena selangnya berdiameter sama maka
V2=V3. Jadi kecepatan di dalam selang ditentukan dari Persamaan (1) sebagai berikut :
2 32,2 ft/s2
V3 = 2g z1 - z3 = 15 -(-5)ft

= 35,9 ft/s =V2


Gunakan persamaan 1 antara titik (1) dan (2) yang akan memberikan tekanan p2 pada
puncak (2) sebagai
1 1 1 (2)
= z -z -
2 2
p =p v + z - v - v
z 2

2 1 1 1 2 2 1 2 2
2
2 2
o
Dari Tabel B.1, tekanan uap air pada 60 F adalah 0,256 psia. Jadi untuk memulai
terjadinya kavitasi, tekanan terendah dalam sistem adalah p = 0,256 psia. Pertimbangan
yang seksama pada persamaan 2 dan gambar di atas menunjukkan bahwa tekanan
terendah ini akan terjadi di titik puncak. Karena kita menggunakan tekanan ukur pada
titik (1) (p1=0), kita juga harus menggunakan tekanan ukur pada titik (2). Jadi,
p2=0,256-14,7 = -14,4 psi. Dan persamaan 2 memberikan
2
2
3
1
3
2
-14,4lb/in. 144in./ft = 62,4lb/ft 15 - H ft -
1,94slug/ft 35,9ft/s
2

Atau H = 28,2 ft
Untuk nilai H yang lebih besar, gelembung uap akan terbentuk pada titik (2) dan aksi
penyedotan dapat terhenti.
Perhatikan bahwa kita dapat saja menggunakan tekanan mutlak seluruhnya (p2 =
0,256 psia and p1 = 14,7 psia) dan memperoleh hasil yang sama. Semakin rendah
ketinggian titik (3), semakin besar laju aliran dan oleh karena itu semakin kecillah nilai
H yang diperbolehkan.
Kita juga bisa menggunakan persamaan Bernoulli antara titik (2) dan (3),
dengan V2 = V3, untuk mendapatkan nilai H yang sama. Dalam hal ini kita tidak perlu
menentukan V2 dengan menggunakan persamaan Bernoulli antara titik (1) dan (3).
Hasil-hasil di atas tidak tergantung pada diameter dan panjang pipa (jika efek
viskos tidak penting). Perancangan yang tepat dari selang (atau pipa) diperlukan agar
penyedotan tersebut tidak terhenti akibat perbedaan tekanan (vakum) yang sangat besar
antara di dalam dan di luar selang.

4.4 Rangkuman
Dinamika fluida adalah ilmu yang mempelajari karakteristik fluida dalam kondisi
mengalirnya.
Persamaan Bernoulli dan persamaan kontinuitas merupakan persamaan dasar dalam
menganalisis dinamika fluida.
Pada proses alirnya fluida memiliki energi dalam bentuk energi tekanan, kinetik dan
potensial.
Peralatan yang umum digunakan dalam mengukur alju aliran adalah tabung pitot,
venturimeter, orifice dan nozel.

4.5 Soal Latihan


1. Udara mengalir secara tunak dari sebuah tangki, melalui sebuah selang dengan
diameter D = 0,03 m dan keluar ke atmosfer melewati sebuah nossel dengan
diameter d = 1 in. seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tekanan di dalam tangki
tetap konstan pada 0,05 bar dan atmosfer berada dalam kondisi temperatur dan
o
tekanan standar (1 atm/15 C). Tentukan laju aliran dan tekanan di dalam selang.
2. Minyak (SG=0,9) disedot dari sebuah tangki besar melalui sebuah selang
berdiameter konstan seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tentukan ketinggian
maksimum puncak, H, di mana minyak dapat disedot jika tekanan terendah di dalam
pipa (titik H) diketahui sebesar 0,256 psia. Ujung dari penyedotan berada 2 m di
bawah dasar dari tangki. Tekanan atmosfer 14.7 psi.

3. Suatu aliran air dengan diameter d = 0,1 m mengalir secara tunak dari sebuah tangki
berdiameter D = 40 in. seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukan laju aliran, Q,
yang diperlukan dari pipa aliran masuk jika kedalaman air tetap konstan, h = 3 m.

4. Dengan cara yang sama pada soal no. 3. Jika diketahui Q = 1 m/s, D = 4 ft,
berapakah diameter d agar kedalaman air tetap konstan, h = 3,5 m.
BAB V KERUGIAN TEKANAN

5.1 Pendahuluan
Dalam proses mengalir, terjadi pengurangan energi fluida akibat adanya gesekan
antara fluida dengan dinding atau antar partikel fluida itu sendiri. Konfugurasi sistem
perpipaan yang terdiri dari bayak komponen-komponen juga dapat menurunkan energi
aliran. Energi yang dimiliki oleh fluida dalam proses alirnya terdiri dari energi tekanan,
energi kinetik dan potensial. Umunya kerugian energi fluida mengalir
Komponen sistem perpipaan yang umumnya dapat mereduksi energi fluida
antara lain, belokan, valve, reducer, ekspansi, entrance, exit dna lain-lain. Besarnya nilai
penuruan energi yang dapat direduksi tergantung pada konfigurasi komponen tersebut.
Bab ini membahas teknik analisis menghitung kerugian tekanan fluida dalam
proses alirnya yang biasa disebut pressure drop. Analisis kerugian tekanan tersebut
membutuhkan penyelesaian persamaan energi fluida.

5.2 Tujuan Khusus Topik


Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa :
Dapat menjelaskan definisi kerugian tekanan pada fluida
Dapat menjelaskan, menghitung dan menganalisis kerugian tekanan pada pipa lurus,
pipa bercabang, kontraksi, ekspansi, belokan, katup, dll
Dapat mengaplikasikan perhitungan kerugian tekanan pada instalasi pipa

5.3 Uraian
Untuk dapat mengalir, fluida membutuhkan tekanan/energi untuk mengatasi
gesekan antara fluida dengan dinding saluran dan gesekan internal antar partikel-
partikel fluida akibat kekentalannya serta kerugian tekanan/energi terbuang ke
lingkungan dalam bentuk panas. Kerugian tekanan tersebut lazimnya dinamakan dengan
drop tekanan (pressure drop). Secara matematik, kehilangan tekanan dievaluasi dengan
menggunakan persamaan energi, yakni :
2 2
v v
P + 1 + gz = P + 2
+ gz
+ P (5-1)
1 1 2 2
2 2
atau 2
P
2 v P v

1 1 2 2
+ +z = + +z +H (5-2)
2g 1 2 L
2g
Di mana P dan HL masing-masing adalah pressue drop dan head loss. Perbedaan
antara kedua persamaan tersebut adalah satuan dari masing-masing suku persamaan.
Untuk persamaan (5.1) satuan yang berlaku adalah satuan tekanan, sedangkan
persamaan (5.2) satuan yang berlaku adalah satuan panjang.
Head loss atau kerugian tekanan, HL pada persamaan (5.2) dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu losses mayor dan losses minor. Losses mayor adalah kerugian tekanan
yang disebabkan oleh gesekan antara fluida dalam proses alirannya dengan dinding pipa
dan antar partikel-partikel fluida sendiri. Sedangkan losses minor adalah kerugian
tekanan yang disebabkan oleh konfigurasi komponen-komponen sistem perpipaan
sebagai media alir fluida. Komponen-komponen tersebut antara lain belokan (elbow ;
percabangan (Tee), masukan (entrance), keluaran (exit, katup (valve), pereduksi
(reducer), dan lain-lain.
Persamaan yang berkaitan dengan head loos, HL adalah :

L + K v
2
HL = 2 i (5-3)
v
f
D 2g 2g
LOSSES MAYOR LOSSES MINOR

Dimana :
v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan grafitasi bumi (9.81 m2/s)
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
f = faktor kerugian gesekan
K = faktor bentuk komponen
Nilai f pada persamaan (5.3) dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara :
Untuk aliran laminer :
64
f= (5-4)
Re
Untuk aliran
turbulen:
0,0005
f = 0,02 + (5-5)
D
Di mana D dalam meter
Catatan : Persamaan di atas diterapkan untuk pipa yang masih baru. Untuk pipa
yang sudah tua, maka kerugian head (H) harus dikalikan dengan faktor
1,5 ~ 2.
Untuk aliran turbulent, dapat juga digunakan persamaan Celebrook-White berikut :

1 /D 2,51 (5-6)
= -2,0log +
f 3.7 Re f


Persamaan Celebrook-White ini memerlukan solusi coba-coba untuk mendapatkan
nilai f. sehingga untuk proses praktis, persamaan ini kurang tepat digunakan.
Sebagai alternatif, dapat digunakan persamaan Haaland
6, 9 / D1,11 2
f = -1,8log (5-7)
R 3, 7
e
Persamaan Haaland ini memberikan hasil 1,5 persen dari hasil persamaan
8
Celebrook-White dalam rentang ReD antara 4000 hingga 10 dan rentang k/D antara
0 hingga 0,05.
Harga f dapat juga ditentukan juga dengan menggunakan "Diagram Moody", yang
mengkorelasikan bilangan Reynold, kekasaran pipa dan faktor gesekan. Gambar
diagram Moody ditunjukkan pada Gambar 5-1. Penentuan harga f dengan
menggunakan diagram Moody lebih sederhana dan sangat cocok digunakan untuk
kasus-kasus yang membutahkan waktu perhitungan yang cepat. Nilai kekasaran
pipa ditentukan berdasarkan harga Tabel 5.1.

Selanjutnya nilai Ki pada persamaan (5.3) merupakan koefisien bentuk konfigurasi


komponen sistem perpipaan. Harga K tersebut tergantung pada bentuk komponen.
Bentuk komponen pipa dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan aliran
kerugian tersebut dapat terjadi pada bidang masukan (entrance), keluaran (exit), belokan
(elbow) dan komponen pipa lainnya, seperti valve, reducer. Harga koefisen bentuk, K
untuk komponen-komponen tersebut ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut.
Mekanika Fluida_MESP PNL

Gambar 5-1. Diagram Moody

93
Mekanika Fluida_MESP PNL

Tabel 5-1. Harga kekasaran pipa,

Gambar 5-2. Harga keofisien K, untuk beberapa komponen pipa

94
Gambar 5-3. Kondisi aliran masuk dan harga koefisien bentuk, K

Gambar 5-4. Koefisien bentuk berdasarkan ratio radius masukan dan diameter pipa
Gambar 5-5. Kondisi aliran keluar dan harga koefisien bentuk, K

Gambar 5-6. Harga koefisien K berdasarkan ratio luas area pipa dan area keluaran.
Gambar 5-7. Harga koefisien K untuk komponen conical diffuser

o
Gambar 5-8. Harga koefisien K untuk komponen elbow 90
o
Gambar 5-9. Harga koefisien K untuk mitter bend 90

Dalam praktek di bidang rekayasa, biasanya digunakan persamaan Darcy Weisbach


untuk mengekspesikan penurunan tekanan per satuan panjang (gradien tekanan), yakni :
2
p f V
= (5-8)
L D 2
Bentuk lain persamaan ini, bila dinyatakan dalam head loss akibat gesekan hf adalah :

hf (5-9)
p/
= f2 V

L L D 2g
Tegangan geser dinding yang ditimbulkan sebagai akibat aliran fluida ditentukan
dengan persamaan :

0 = f V
2 (5-10)
8
Harga faktor gesekan harus diketahui sehingga persamaan-persamaan ini dapat
digunakan dalam perhitungan.
Contoh Soal 5-1
Berapakah penurunan tekanan dalam sebuah pipa 6 mm horizontal sepanjang 15m yang
3
dialiri fluida hidrolik dengan ( = 0,0014 kg/ms dan = 848 kg/m ) dengan kecepatan
2 m/s. Berapakah tegangan geser dinding ?.
Penyelesaian :
Jawab : Bilangan Reynold

VD (2, 0)(0, 006)(848)


727
ReD =
0, 014
3
Karena bilangan Reynoldnya < 2.10 , maka alirannya digolongkan aliran laminar.
Dengan demikian persamaan (5.4) dapat diterapkan untuk kasus ini.

64 64 0.088
f =
ReD 72
7

f L/D
2
(0, 0880)(15 / 0.006)(848)(2, 0)
p 2
373 kPa
V 2
= 2
2 (848)(2, 0)
2
V
0 = f (0.0880) 37,3 Pa
8 8

Contoh Soal 5-2


o 3 -5 2
Air pada 60 F ( = 64,2 lbm/ft dan = 2,3410 lbf.s/ft ) mengalir dari basement ke
lantai dua melalui pipa copper 0,75 in. (0,0625 ft) dengan laju alir Q = 12 gallon/menit
= 0,0267 ft3/s dan keluar melalui sebuah kran dengan diameter 0,50 in. Tentukan
tekanan pada titik 1 jika losses mayor dan minornya diperhitungkan

Penyelesaian :
Langkah 1 : ditentukan kecepatan aliran
3
Q Q
(0, 0267 ft / s)
V1 D2 / 4 8, 70 ft / s
A
2
1 (0, 0625 ft) / 4

Selanjutnya ditentukan Bilangan Reynold
3
VD (1, 94 slugs/ft )(8,70 ft/s)(0,0625 ft)
Re =
-5 2
(2,34 10 lb.s/ft )
Re = 45000 (aliran turbulent)

Selanjutnya diterapkan persamaan energi antara titik 1 dan titik 2.


2 2
P1 v1 P2 v2
+ +z = + +z +H
2g 1 2 L
2g
3
di mana z = 0 ; z = 20ft ; p = 0 (gage) ; = g = 62, 4 lb /ft .
1 2 2 f
3
Q (0, 0267ft /s)
100
Kecepatan keluar kranV2 = = = 19, 6 ft/s
0, 50/12 ft /4
2 2
A
2


harga tersebut disubstitusikan ke persamaan energi di atas.

v -v
2
2 2
1

P1 = z2 + + HL
2g
Jika yang diperhitugkan hanya losses mayor, maka head loss
1 2
H = f l V
L
D 2g

Dari Tabel : pipa copper 0.75 in. Memiliki harga =0,000005 ft,
-5
sehingga /D = 8 10 . Total panjang pipa l = (15+10+5+10+20)ft = 60ft.
Dari diagram Moody, diperoleh f = 0,0215.
2
v -v
2
2

P = z + l V1
2 +
f
1 2
2g D 2g
Karena = .g, maka persamaan menjadi :

100
2

v l V
2
-v
2

P1 z2 + 1 + f2 1


2 D 2
1,94 slug/ft 19, 6 ft / s 2 8, 70 ft / s 2
3
3
P = (62,4 lb /ft )(20 ft) +
1 f
60 ft 2
2
+ 3
(1, 94 slug/ft )(0, 0215) (8,70 ft/s)


0,0625 ft 2
2
ft
P 11248 299 lb / ft2 1515 lb / ft2 1547 lb / ft2 + 1515 lb / ft2 2
(gage)
144 in.
P1 (10, 74 10, 52)lb / in.2 (10, 74 10, 52) Psi 21, 3 Psi 1, 47 Bar

Jika losses minor diperhitungkan, maka head loss :



v -v
2 2
2 2

P
+ = z 2 1 + l v1 + v1
f K
L
1 2 D 2g 2g
2g
LOSSES MAYOR LOSSES MINOR


v -v
2 2
v
2
l v
2

2 1 1 +
KL 1
P1 = z2 + + 1ft
D
2
2g 2g
f 144 in.2
2g

10,74 psi 10,52 psi Losses minor

2
v
3 18
8, 7ft/s 2
K 1
= 1, 94 slug/ft
L 2
2

= 1321lb/ft
2 = 9,17 psi

101
Dengan demikian : P1 = 21,3 psi + 9,17 psi =30,5 Psi
2
Note : 1 lb = (1 slug) (1 ft/s )

Contoh Soal 5-3 :


o 3 3 2
Minyak pada 140 F ; = 53,7 lbf/ft ; =53,77 lbm/ft ; = 810-5 lbf.s/ft , dipompa
melintasi suatu sungai menggunakan pipeline steel pipe diameter 4 ft yang panjangnya
3
799 mil. dengan laju Q = 117 ft /s atau V = Q/A = 9,31 ft/s. tentukan daya pompa yang
diperlukan.

102
Penyelesaian :
Persamaan energi antara titik 1 dan titik 2 :
2 2
P1 v 1 P v 2 2
+ +z +h = + +z +h
1 p 2 L
2g
2g

Head pompa, Wp
hp = di mana W p adalah data pompa
.g.
Q

Dari persamaan terlihat bahwa jika hp > maka W p > 0

Diasumsikan z1 = z2 ; p1 = p2 ; V1 = V2
Losses yang terjadi hanya losses mayor, maka :
2
h =h = f l V1 2
P1 v12 Selanjutn P2 L v2L,mayor
D 2g
ya

+ + z +h = + z + hL
+
2g 1 p 2
2g
l2
h =h fV 1
p L
D 2g
-5
Dari tabel diketahui = 0,00015 sehingga /D = (0,00015 ft/4ft) = 3,75 10 .
Selanjutnya ditentukan Bilangan Reynold.
3
VD (53, 7 lb / ft )(9, 31 ft/s)(4 ft) 1 lb
Re = m -5
810 lb .s/ft
2 f
32,2 .ft/s
2

lb
5 f m
R = 7, 7610
e (turbulent)
Berdasarkan diagram Moody, diperoleh f = 0,0125. Dengan demikian :
h =h

l f 1 799 mil
0,0125
2
5280 ft(9,31 ft/s)2
DV
p L
2g 4ft
mil2(32, 2 ft / s2 )
hp = 17700 ft
Diperoleh daya pompa

W p = .g.Q.hp = .Q.hp
lb ft 1 hp = 202000 hp
W = 53, 7 f 117 3 17700 550 ft.lbf / s
ft
3
p ft s

Contoh Soal 5-4 :


Tentukan pressure loss (kerugian
tekanan) dan pressure drop
(penurunan tekanan) antara titik 1
dan titik 2 untuk setiap komponen
silinder (konis) di samping. Air
3
mengalir 2 m /s, D1=1m, D2=2m,
o
L=2,75m, dan =30 .

Penyelesaian :
Untuk setiap kasus ekspansi, kerugian tekanan (pressure loss) ditentukan dengan
2
V
persamaan : pL = K
2 o
Di mana V adalah inlet kecepatan. Diasumsikan air 20 C. Berdasarkan tabel sifat air,
3 o
diperoleh = 998 kg/m . Untuk sebuah ekspansi dengan sudut 30 . Berdasarkan
Gambar 5-6 maka diperoleh K = 0,93.
3
Q 4Q 4(2, 0m / s)
V1 2
2, 55m / s
A D1 (1,
2
0m)
Selajutnya
V (998kg / m3)(2,55m / kg.m 3, 02kPa
p = 2
(0,93) s)2 3020
K
L 2 2
2 2 s .m

Dengan mengasumsikan massa jenis konstan, kita menentukan penurunan tekanan


(pressure drop) dengan memakai persamaan energi antara titik 1 dan titik 2.
2 2
v v
P + 1 + gz = P + 2
+ gz + P
1 1 2 2 L
2 2
Persamaan kontinuitas untuk kedua titik tersebut :
2
V2 V1 A1 V1 D1
A2 D2

Persamaan energi dapat disederhanakan menjadi :


v 22 v 2 1
p1 p2 = +
2 g(z
1 - z L) + P

2 2
Selanjutnya disubstitusikan harga V2 , maka persamaan menjadi :

v D 1 + g(z - z ) + P
2
p p =
4
1 1
1 2 2 D2 2 1 L

Selanjutnya disubstitusikan harga numerik ke persamaan tersebut :
Untuk posisi horizontal, z1 = z2, maka
kg.m
(998kg/m )(2, 55m/s) 1
3 2

p1 p2 -1 + g(0) +
=
30204

2 2
s .m

2 2

2
= (-3042 +3020)N/m 22Pa

Untuk posisi vertikal, maka

(998kg/m )(2, 55m/s) 1 -1 + (998kg/m3 )(9,8m/s2 )(-2, 75m)


3 2
= p
p
4

1 2
2 2

kg.m
+ 3020
2 2
s .m
2
= (-3042-26896-3020)N/m 32958Pa 32, 9kPa

Tanda negatif mengindikasikan bahwa tekanan meningkat akibat penurunan elevasi dan
kenaikan kecepatan.
5.4 Rangkuman
Kerugian tekanan disebut juga drop tekanan (pressure drop).
Head loss dapat digolongkan menjadi 2, yakni head loss mayor dan head loss minor.
Losses mayor adalah kerugian tekanan yang disebabkan oleh gesekan antara fluida
dalam proses alirannya dengan dinding pipa dan antar partikel-partikel fluida
sendiri. Sedangkan losses minor adalah kerugian tekanan yang disebabkan oleh
konfigurasi komponen-komponen sistem perpipaan sebagai media alir fluida.
Ada perbedaan antara pressue drop dan head loss yang terdapat pada persamaanj
energi. Di mana P dan HL masing-masing adalah pressue drop dan head loss.
Perbedaan antara kedua persamaan tersebut adalah satuan dari masing-masing suku
persamaan. Untuk persamaan energi yang berkenaan dengan pressure drop satuan
yang berlaku adalah satuan tekanan, sedangkan persamaan yang berkenaan dengan
head loss satuan yang berlaku adalah satuan panjang

5.5 Soal Latihan


3
1. Pompa dengan daya 10 hp digunakan untuk menaikkan air dengan laju 2 ft /s dari
permukaan sebuah reservoar ke suatu reservoar yang lebih tinggi. Tentukan head loss
dalam satuan ft dan hp dari kasus tersebut.
2. Turbin seperti ditunjukkan pada gambar berikut menghasilkan daya 50 hp. Pipa
dengan diameter 32 inchi dan panjangnya 300 ft di asumsikan koefisien gesekan,
f=0,02. Minor losses diabaikan, maka tentukan laju alir air melalui pipa dan turbin.

o 3 -5 2
3. Air pada 60 F ( = 64,2 lbm/ft dan = 2,3410 lbf.s/ft ) mengalir dari basement
ke lantai dua melalui pipa copper 0,75 in. (0,0625 ft) dengan laju alir Q = 10
gallon/menit dan keluar melalui sebuah kran dengan diameter 0,50 in. Tentukan
tekanan pada titik 1 jika losses mayor dan minornya diperhitungkan

4. Ulangi soal no. 3 diatas untuk Q masing-masing 20, 30, 40, 50 gallon/menit.
Buatkan grafik hubungan Q terhadap P untuk kasus tersebut.
BAB VI ALIRAN VISKOS DALAM SALURAN

6.1 Pendahuluan
Efek viskositas fluida terhadap aliran zat cair dan gas dalam saluran dipelajari
baik secara teoritis maupun praktis. Osbome Reynolds pada tahun 1883 melakukan
eksperimen untuk mempelajari aliran dalam pipa kaca. Ia menempatkan zat pewarna di
garis sumbu pipa kemudian mengamati gerak zat pewama itu ketika zat cair mengalir di
sepanjang pipa itu (Gambar 6-1). Dialah orang pertama yang berhasil menggambarkan
dengan jelas adanya dua regim aliran : laminer, ketika zat pewarna tetap seperti seutas
benang pada garis sumbu pipa, dan turbulen, ketika zat pewarna itu menyebar dengan
cepat ke seluruh fluida yang mengalir dalam pipa. Ia menemukan bahwa apabila
besaran tak berdimensi VD/v (yang sekarang kita sebut angka Reynolds) berada di
bawah sekitar 2300 aliran selalu laminer. Di atas harga itu aliran bisa laminer bisa juga
turbulen. Reynolds berhasil membuat aliran yang laminer sampai harga VD/v hampir
mencapai harga 13000 dengan secara cermat menghindarkan gangguan-gangguan
terhadap aliran yang datang. pada pertengahan abad kedua puluh orang berhasil
mempertahankan aliran laminer sampai angka Reynolds mencapai puluhan ribu.
Namun, dalam rekayasa terapan angka Reynolds biasanya dibatasi hingga sekitar 2000
sampai 2300 karena gangguan hampir selalu ada.

Gambar 6-1 Ilustrasi eksperimen Reynold


Aliran di dalam saluran dianggap penting karena:
2. Pengkajian aliran di dalam pipa memungkinkan pemahaman yang lebih baik atas
aliran turbulen pada umumnya.
3. Kita harus dapat memperkirakan suku head loss h, dalam persamaan energi untuk
aliran yang tak dapat mampat agar dapat menentukan daya yang dibutuhkan untuk
memompa zat cair melalui pipa atau ukuran pipa yang dibutuhkan untuk
melewatkan sebuah aliran melalui sebuah sistem.
4. Aliran gas sejati tidak pernah dapat balik, dan tegangan geser dinding (biasa disebut
gesekan kulit, skin shear) berpengaruh terhadap aliran gas juga pada lubang pancar
yang pendek, meskipun tidak begitu jelas. Dalam pipa panjang, gesekan dinding
mempunyai efek yang jelas terhadap aliran gas.
5. Banyak sistem dalam bidang rekayasa yang meliputi baik aliran fluida maupun
pemindahan panas melalui saluran, dan pemahaman tentang proses aliran
dibutuhkan sebagai syarat untuk dapat memahami proses pemindahan panas.
6. Aliran melalui kaskade (dalam turbin, kompresor) boleh dianggap sebagai aliran
diseputar sebuah bilah kipas atau sebagai aliran di antara bilah-bilah kipas.

6.2 Tujuan Khusus Topik

Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa :


Dapat menjelaskan, menghitung dan menganalisis aliran viscous, Reynold Number,
aliran laminar dan turbulen.
Dapat menjelaskan karakteristik aliran laminar dan turbulen.
Dapat menganalisis kasus aliran laminar dan turbulen di lapangan.

6.3 Uraian
Dalam mempelajari fenomena aliran terlebih dahulu penting diketahui tentang
klasifikasi aliran. Hal ini untuk memudahkan dalam pembahasan persoalan-persoalan
aliran yang membutuhkan analisis matematik.
Banyak kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan fluida. Sebagai
contoh, aliran dapat digolongkan sebagai aliran steady atav unsteady, satu-, dua-, atau
tiga-dimensi, seragam atau tidak seragam, laminer atau turbulen, dan dapat mampat atau
tidak mampu mampat. Selain itu, aliran gas ada yang subsonik, transonik, supersonik,
atau hipersonik, sedangkan zat cair yang mengalir di saluran terbuka ada yang subkritis,
kritis, atau superkritis. Klasifikasi-klasifikasi inilah yang segera akan dibicarakan.
Aliran disebut steady bila kondisi-kondisi (keseluruhan sifat-sifat fluida) dalam
medan aliran tidak bervariasi terhadap waktu; aliran yang tidak demikian tentu saja
disebut aliran unsteady atau tidak steady. Aliran air yang konstan di dalam sebuah pipa
bersifat steady, akan tetapi pada saat katup alirannya sedang dibuka atau sedang ditutup,
aliran itu tidak steady. Sebuah aliran mungkin saja dianggap steady oleh pengamat yang
satu, tetapi dianggap tidak steady oleh pengamat yang lain. Sebagai contoh, aliran di
sebelah hulu sebuah pilar jembatan tampak steady oleh pengamat yang berdiri di
jembatan, tetapi tampak tidak steady oleh pengamat yang berada di sebuah perahu.
Penggolongan aliran sebagai aliran steady atau bukan sering didasarkan pada
pertimbangan kemudahan semata. Sebagai contoh, penjalaran gelombang di permukaan
danau jelas tidak steady. Walaupun begitu, gerak air akibat gelombang dianggap tidak
terlalu berperan dalam pengangkutan polutan di danau itu sehingga dalam model yang
digunakan untuk mempelajari perpindahan polutan gerak gelombang boleh diabaikan,
sehingga aliran air di situ dianggap steady. Pendekatan seperti ini terutama diterapkan
pada alirlu-aliran turbulen, yang hampir selalu dijumpai dalam dunia rekayasa. Di sini,
kondisi ridak steady berlaku untuk fluktuasi-fluktuasi dalam aliran yang ditinjau dalam
skala waktu yang sangat pendek.
Aliran dapat digolongkan sebagai aliran satu-, dua-, atau tiga-dimensi. Di sini
kita menggunakan definisi-definisi yang sejalan dengan praktek-praktek rekayasa
dewasa ini. Aliran satu-dimensi adalah aliran di mana semua parameter fluida dan aliran
(kecepatan, tekanan, temperatur, kerapatan dan viskositas) konstan di seluruh potongan
melintang yang normal terhadap aliran. Kebanyakan orang menggunakan harga rata-rata
untuk seluruh potongan melintang, meskipun sesungguhnya di situ terdapat sedikit
variasi. Baik kecepatan aliran maupun luas potongan melintang mungkin berubah-ubah
dari potongan yang satu ke potongan yang lain. Harga rata-rata untuk parameter-
parameter fluida dan aliran hanya bervariasi dari potongan yang satu ke potongan lain.
Aliran fluida sejati tidak bisa sepenuhnya satu-dimensi karena kecepatan di
permukaan batas dan terhadap permukaan batas harus nol. Namun demikian, sering kali
aliran fluida itu boleh diandaikan satu-dimensi. Apabila suatu aliran tergolong satu-
dimensi - baik sesungguhnya maupun diandaikan - kita boleh menerapkan analisis satu-
dimensi terhadap sistem aliran itu, dan untuk aliran dalam sebuah potongan
melintangnya, kita menggunakan harga kecepatan rata-rata. Contoh-contoh aliran satu-
dimensi dapat dilihat dalam Gambar 6-2.

Gambar 6-2. Aliran satu dimensi. (a) Aliran tak dapat mampat dalam sebuah saluran
tertutup. (b) Aliran gas dapat mampat dalam sebuah lubang sembur.
Kecepatan, tekanan, dan temperatur dianggap seragam diseluruh
potongan melintang yang mana pun.

Aliran dua-dimensi umumnya didefinisikan sebagai aliran yang sama dalam bidang-
bidang sejajarnya dan tidak satu-dimensi. Kita juga dapat mendefinisikan aliran dua
dimensi sebagai aliran yang parameter-parameter fluida dan alirannya dinyatakan
dengan harga rata-rata dari harga-harga dalam suatu dimensi ruang. Aliran dalam
sebuah danau yang dangkal sering dianalisis dengan memecahkan persamaan-
persamaan yang menggunakan harga rata-rata untuk dimensi vertikal atau
kedalamannya, akan tetapi untuk gerak dalam arah horizontal, harga-harga aslinyalah
yang diambil. Definisi di atas lebih sering diterapkan pada aliran yang parameter-
parameter fluida atau alirannya (atau keduanya) diandaikan memiliki gradien ruang
dalam dua arah, x dan y, misalnya. Jadi, dalam Gambar 6-3a kecepatan hanya bervariasi
dalam arah y, tetapi tekanan bervariasi dalam arah x, sehingga gradien-gradiennya
terdapat dalam dua dimensi. Perhatikan bahwa meskipun aliran terjadi dalam satu arah
karena vektor-vektor kecepatannya hanya mempunyai komponen x, aliran itu tergolong
dua-dimensi. Dalam Gambar 3-2b kecepatan bervariasi baik dalam arah x maupun y dan
tekanan bervariasi dalam arah x apabila vektor-vektor kecepatannya lurus serta sejajar,
dan dalam arah x serta y apabila vektor-vektor kecepatan tidak sejajar (di bagian yang
menyempit atau meluas).
Gambar 6-3. Aliran dua,dimensi. (a) Aliran viskous di antara pelat-pelat sejajar; u=u(y)
dan p=p(x). (b) Aliran viskous di antara pelat-pelat yang melebar; u=u(x,y)
dan p=p(x,y). (c) Aliran di bagian tengah sebuah saluran pelimpah yang
lebar; V= (x,y). (d) Aliran lapisan-batas melalui sebuah pelat rata yang
lebar; u=u(x,y).

Aliran tiga-dimensi adalah aliran di mana parameter-parameter fluida atau alirannya


bervariasi dalam arah-arah x, y, dan z dalam sistem koordinat cartesius. Jadi, gradien-
gradien parameter fluida atau aliran terdapat dalam ketiga arah tersebut. Aliran aksis
simetrik (simetrik terhadap sumbu) kadang-kadang dianggap aliran dua-dimensi, karena
dalam sistem koordinat silinder gradien-gradien terdapat hanya dalam dua arah aksial
dan radial.
Sebuah situasi khusus di mana aliran dua-dimensi mempunyai gradien dalam
satu arah dapat dilihat dalam Gambar 6-4, dimana secara kematik aliran viskous di
antara pelat-pelat sejajar yang satu diam sedangkan yang lain bergerak; u=u(y). Tekanan
dalam hal ini konstan. Aliran tidak satu-dimensi, karena kecepatan pada penampang
melintangnya tidak konstan. Karena aliran dalam bidang-bidang yang sejajar sama,
aliran itu berdimensi dua. Aliran di situ tidak satu-dimensi meskipun satu-arah; akan
tetapi karena dalam setiap bidang sejajar gradien itu sama, kita boleh menganggapnya
dua-dimensi.
Aliran melalui airfoil yang rentangnya tak terbatas tergolong dua-dimensi
namun demikian aliran dekat bagian ujung airfoil yang rentangnya terbatas tergolong
tiga-dimensi.
Gambar 6-4. Aliran viskous di antara pelat-pelat sejajar

Aliran melalui bagian tengah sebuah hydrofoil yang tenggelam seluruhnya


tergolong dua-dimensi; akan tetapi apabila hydrofoil itu mencuat ke permukaan bebas
air, aliran di dekat permukaan air tergolong tiga dimensi. Aliran melalui bagian tengah
saluran pelimpah yang lebar di sebuah sungai berdimensi dua sedangkan aliran melalui
terowongan air berdimensi tiga; biasanya aliran-aliran itu boleh juga dianggap
berdimensi satu bila yang digunakan adalah parameter-parameter fluida dan aliran yang
merupakan rata-rata dari variasi-variasi sesungguhnya yang terdapat di seluruh
potongan melintang yang normal terhadap aliran. Banyak situasi aliran sesungguhnya
yang benar-benar tiga-dimensi dapat dianalisis dengan hasil memuaskan melalui
pengandaian bahwa aliran itu berdimensi satu.
Aliran dapat digolongkan sebagai aliran rotasi atau aliran non-rotasi tergantung
apakah partikel-partikel atau elemen-elemen dalam fluida berputar terhadap sumbu
aliran tersebut. Aliran bolah dianggap seragam (uniform) atau tidak seragam,
tergantung pada variasi luas potongan melintang dan kecepatan aliran dalam arah aliran
itu. Apabila kecepatan purata (mean velocity) V dan luas penampang melintang A
konstan dalam alah aliran, aliran disebut seragam. Bila tidak demikian, aliran disebut
tidak seragam. Aliran zat cair dalam sebuah pipa yang luas penampangnya konstan dan
dalam saluran terbuka yang lebar serta dalamnya konstan adalah contoh aliran yang
seragam. Aliran zat cair dalam saluran yang luas penampangnya berubah-ubah, dan
semua aliran gas kecuali yang kecepatannya rendah dan luas penampang alirannya
konstan, adalah contoh aliran tidak seragam karena kecepatannya bervariasi dari
penampang yang satu ke penampang yang lain.
Aliran dianggap tak mampu mampat (incompresible) bila perubahan kerapatan
fluida di situ dapat diabaikan. Semua aliran zat cair dan aliran gas pada kecepatan
rendah boleh dianggap aliran yang tidak mampu mampat. Aliran gas dengan kecepatan
di atas sekitar 60-90 m/s harus dianggap aliran mampu mampat. Sebetulnya semua
fluida dapat dimampatkan walaupun sedikit, tetapi umumnya yang dianggap tidak
mampu mampat adalah fluida yang kerapatannya tidak bergantung pada tekanan. Sudah
lazim orang membuat pembedaan yang tajam antara fluida dapat mampat dan ali|an
dapat mampat. Efek silat mampu mampat suatu aliran gas menjadi penting hanya bila
kecepatan aliran itu bertambah.
Aliran gas disebut aliran subsonik, transonik, supersonik, alau hipersonik,
tergantung pada apakah kecepatannya, kurang dari, kira-kira sama dengan, lebih besar
dari, atau jauh lebih besar dali kecepatan bunyi.
Air yang mengalir dalam sebuah saluran terbuka (sungai atau saluran pelimpah)
disebut subkritis, kritis, atau superkritis, tergantung pada apakah kecepatannya kurang
dari, sama dengan, lebih besar dari kecepatan gelombang permukaan elementernya.
Gelombang yang terbangkitkan ketika sebutir batu dilemparkan ke air yang dangkal
adalah contoh gelombang elementer.
Sebuah klasifikasi yang penting sekali adalah klasifikasi yang menggolongkan
aliran sebagai aliran laminer atau turbulen. Pembedaan ini didasarkan pada karakteristik
internal aliran dan menentukan analisis macam apa yang boleh diterapkan. Umumnya,
klasifikasi ini bergantung pada apakah gangguan-gangguan sembarang yang dapat
dialami oleh suatu aliran akan memudar kemudian lenyap di arah hilir dari titik tempat
kejadian ataukah gangguan-gangguan itu akan semakin besar dan akhirnya
mempengaruhi seluruh medan aliran dengan suatu komponen gerak acak dan kacau.
Apabila sebuah aliran mempunyai kecepatan yang relatif rendah atau fluidanya
sangat viskous, gangguan yang mungkin dialami oleh medan aliran itu akibat getaran,
ketidakteraturan permukaan batas, dan sebagainya, relatif lebih cepat teredam oleh
viskositas fluida tersebut. Aliran yang demikian disebur aliran laminer. Dalam hal ini
fluida boleh dianggap bergerak dalam bentuk lapisan-lapisan (lamina), dengan
pertukaran molekuler yang hanya terjadi di antara lapisan-lapisan yang berbatasan.
Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau viskositasnya berkurang, gangguan akan
terus teramati dengan jarak hilir (downstream distance) yang semakin besar dan
akhirnya suatu keadaan peralihan akan tercapai. Bila keadaan peralihan (transition
state) itu terlampaui, paling tidak sebagian dari gangguan-gangguan itu akan menjadi
kuat. Keadaan peralihan ini bergantung pada viskositas fluida, kecepatan, dan lain-lain
yang menyangkut geometri aliran, misalnya gradien tekanan lokal.
Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds (Reynold Number) merupakan sebuah bilangan tak
berdimensi (dimensionless) yang menyatakan ratio gaya inersia terhadap gaya viskos
dari sebuah elemen fluida. Secara matematik bilangan Reynold dapat ditulis :

Re= (6.1)
VD

Di mana :

= massa jenis fluida (kg/m3)


V = kecepatan aliran (m/s)
D = diameter saluran (m)

= Viskositas kinematik (N.s/m2)


Untuk kasus aliran dipermukaan pelat datar, parameter diameter diganti dengan L yang
menunjukkan panjangnya laluan aliran.
Bilangan Reynold dapat juga digunakan untuk menetapkan karakteristik kondisi-
kondisi aliran tertentu relatif terhadap keadaan peralihan ini. Jika sebuah aliran
mempunyai sejumlah kondisi yang melampaui keadaan peralihan, paling tidak sebagian
dari gangguan yang dialami oleh aliran itu akan menjadi kuat.

Aliran laminer adalah aliran fluida yang mengikuti pola tertentu dalam pipa.
Aliran laminer bersifat halus dan beraturan serta memiliki tahanan gesek yg kecil.
Sedangkan aliran turbulen adalah aliran yang bersifat kasar dan tidak beraturan serta
memiliki pusaran-pusaran kecil dan berfluktuasi dalam semua arah serta memiliki
tahanan aliran yang tinggi. Secara skematik perbedaan aliran laminer dan turbulen
ditunjukkan pada Gambar 6-5.

Gambar 6-5. Skematik aliran laminer dan turbulen di dalam saluran


Aliran turbulen dicirikan dari adanya ketidakteraturan lokal dalam medan aliran
yang dipengaruhi oleh sifat-sifat mekanik seperti kecepatan, tekanan, atau temperatur.
Dalam aliran yang betul-betul turbulen, olakan-olakan aliran dianggap bergerak secara
acak di seluruh medan aliran dan berinteraksi hampir seperti molekul-molekul dalam
aliran laminer. Perbedaan yang mendasar antara aliran laminer dan turbulen adalah
bahwa gerak-gerak olakan ini jauh lebih efektif dalam pengangkutan massa serta
momentum fluidanya ketimbang gerak-gerak molekuler.
Dalam analisis aliran di dalam saluran, kondisi laminar turbulen ditentukan
berdasarkan nilai dari bilangan Reynold. Banyak literatur yang mengklasifikasi aliran
laminer dan turbulen berdasarkan bilangan Reynold ditunjukkan dalam Tabel 6-1.
Tabel 6-1. Klasifikasi aliran berdasarkan bilangan Reynold untuk kasus
aliran dalam saluran

Jenis aliran Bilangan Reynold


Laminer < 2300 <2300 <2100
Transisi 2300 2300<Re<4000 2100<Re<4000
Turbulen >2300 >4000 >4000

Dari ketiga penggolongan tersebut, yang umumnya dipakai adalah laminer Re< 2300,
transisi 2300<Re<4000, serta turbulen Re>4000.

Contoh Soal 6-1 :

Sebuah fluida yang memiliki viskositas 0,38 N.s/m2 dan gravitasi jenis 0,91 mengalir
melalui pipa dengan diameter 25mm dengan kecepatan 2,6 m/s. Tentukan nilai dari
bilangan Reynoldsnya.

Penyelesaian :

Kerapatan fluida dihitung dari gravitasi jenis sebgai berikut :

SG. o (0,91)(1000kg / m
3 ) 910kg / m
3
H2O@4 C

dan dari definisi bilangan Reynolds

VD
Re (910kg / m3 )(2, 6m / s)9(25mm)(103 m /
mm) 0,38N.s / m
2

= 156
Aliran Tak Mampu Mampat dalam Saluran
Dalam praktek di bidang rekayasa setiap orang biasa mengekspresikan gardien tekanan
(penurunan tekanan per satuan panjang pipa) dalam bentuk yang disebut persamaan
Darcy-Weisbach, yang dikembangkan melalui analisis dimensional dengan
persamaannya sebagai berikut :
f V
2
p
(6.2)
L D 2
2
Dengan f faktor gesekan, V /2 tekanan dinamik rata-rata aliran, dan D diameter pipa.
Bentuk lain persamaan ini, bila dinyatakan dalam head loss akibat gesekan hf adalah :
h f p / f V 2
(6.3)
L L D 2g
Harga faktor gesekan harus diketahui, sehingga persamaan-persamaan di atas dapat
digunakan dalam perhitungan. Harga f dapat diperoleh dari diagram Moody. Harga f
untuk aliran laminer berdasarkan moody diagram, yaitu

64 (6.4)
f
ReD

Persamaan Celebrook-white bisa dipecahkan secara eksplisit untuk mendapatkan laju


aliran, yakni :
gDhf 1, 78v
(6.5)
k
2

Q 0.965D L ln gDhf / L
3, 7D D

Sedangkan untuk menghitung diameter secraa langsung menggunakan persamaan
Swamee dan Jain, yaitu :
2
4,75
2
5,2
0,04
1,25 LQ
D 0, 66 k v LQ (6.6)
gh Q gh
f
f

6
dan 10 k 2
3 210
Persamaan ini berlaku untuk 310 ReD 3108 D

Untuk aliran tak mampu mampat, tegangan geser dinding (0) diperoleh dari persamaan

p 40 (6.7)
L D
Jika persamaan (6.2) dan (6.7) diperbandingkan kita dapat bahwa tegangan geser
dinding terkait dengan faktor gesekan melalui persamaan
(6.8)
V
0 f 2

Jika diameter saluran tidak bundar, maka D pada persamaan di atas harus diganti
dengan Dh (diameter hidrolik)

4A (6.9)
Dh
p
di mana A adalah luas penampang salurang, dan P adalah keliling penampang saluran.

Contoh Soal 6-2 :


Berapakah penurunan tekanan dalam sebuah pipa 6 mm horizontal sepanjang 15m yang
3
dialiri fluida hidrolik dengan ( = 0,0014 kg/ms dan = 848 kg/m ) dengan kecepatan
2 m/s, dan berapakah tegangan geser dinding ?
Penyelesaian :
Jawab : Bilangan Reynold

VD (2, 0)(0, 006)(848)


727
ReD =
0, 014
3
Karena bilangan Reynoldnya < 2.10 , maka alirannya digolongkan aliran laminar.
Dengan demikian persamaan (5.4) dapat diterapkan untuk kasus ini.

64 64 0.088
f =
ReD 72
7

f L/D
2
(0, 0880)(15 / 0.006)(848)(2, 0)
p 2
373 kPa
V 2
= 2
2 (848)(2, 0)
2
V
0 = f (0.0880) 37,3 Pa
8 8

Contoh Soal 6-3 :


Berapakah penurunan tekanan dalam jarak 500 ft pada sebuah pipa mulus horizontal 4
f 3
inci bila dialiri minyak ( = 58 lb /ft , = 0,001 slug/ft.s) dengan kecepatan (a). 2 ft/s,
dan (b) 10 ft/s.
Penyelesaian :
1
(2)( 3 )(58 / 32,
V
(a) ReD 2) (laminer) 0,001
1200
D
=

64 0, 0533
f 64
ReD
1200

f L/D (0, 0533)(500 /31 )(1,8)(2)


2 2, 0 psi
p= 2
288 ps
V
2
2
f

VD
Re = 6000 (turbulen)
(10)( 3 )(58 / 32,
1
2)
D
0, 001

Berdasarkan diagram Moody, diperoleh f = 0.0355. selanjutnya penurunan tekanan, p

f L/D (0, 0355)(500 /31 )(1,8)(10)


2 33, 3 psi
p=
2 gDhf
4790 ps
V
L 2 gDhf / L
2
f

Contoh Soal 6-4 :


o
Berapa laju aliran untuk air 60 F dalam sebuah pipa besi tuang 12 inci jika head loss
dalam jarak 1000 ft adalah 12 ft. Asumsikan k/D = 0.00085
Penyelesaian :
(32, 2)(1)(12) (1) (32, 2)(1)(12)
1000 1000

k 1, 78 v
Q 0.965D
2
ln
3, 7D D



1, 781, 22 10
5
0,
Q 0.965(1)
2

00085
ln
3, 7


= 0.59985 ln 2, 297310 3, 493510
4 5

= 0.59985 ln 2, 6466510
4

3
= 4, 94 ft / s
Contoh Soal 6-5 :

Air harus mengalir dengan laju 91 liter/s menempuh jarak 500 m dalam sebuah pipa
baja komersial horizontal (k = 0,000045) dengan penurunan tekanan tidak melebihi 825
kPa. Berapakah ukuran minimum pipa yang akan digunakan. Viskositas kinematik
-6 2
adalah 10 m /s.
Penyelesaian :
Berdasarkan persamaan

2 4,75
2 5,2 0,04
1,25 LQ
D 0, 66 k v LQ
gh Q gh
f
f

p
5
8, 2510
Terlebih dahulu dihitung harga hf , h 84,1m
9810

f

Selanjutnya
5,2 0,04
2 4,75
6 2
(500)(0, 0091)
D 0, 66 (0.000045) 10 (500)(0, 0091)
1,25

(9,81)(84,1) 0, 091 (9,81)(84,1)

= 0,146 m atau 5,7 inci 6 inci

6.4 Rangkuman
Berdasarkan Bilangan Reynold maka aliran dapat dibagi 3 golongan, yaitu aliran
laminar, aliran transisi dan aliran turbulen.
Aliran laminer adalah aliran yang cenderung tenang (tanpa olakan) dengan bilangan
Reynold < 2300. Aliran transisi mempunyai bilangan Reynold antara 2300 sampai
4000. Sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan Reynold > 4000.

6.5 Soal Latihan


1. Diketahui Bilangan Reynolds dari suatu aliran fluida yang bergolak sebesar
2
Re = 12.500. Jika diketahui viskositas fluida yang mengalir didalamnya 0,38 N.s/m
dan gravitasi jenis 0,89. Maka tentukan kecepatan aliran fluida tersebut jika
diketahui jari-jari pipa tersebut adalah 2 inci.
2. Diketahui suatu aliran fluida dengan kecepatan 8 m/s melalui sebuah pipa dengan
jari-jari inci. Jika diketahui viskositas fluida yang mengalir didalamnya 0,4
N.s/m2 dan gravitasi jenis 0,91. maka tentukan bilangan Reynolds aliran tersebut.
o
3. Berapakah penurunan tekanan per kilometer horizontal pipa air pada 15 C mengalir
dalam sebuah pipa besi tuang diameter 25 cm dengan laju aliran 225 liter/s.
4. Berapakah laju aliran air pada 50oF agar menghasilkan penurunan tekanan 2,5 psi
dalam 1000 ft pipa besi tuang horizontal berdiameter 2 ft.
-4 2
5. Misalkan kita ingin memindahkan suatu fluida hidrolik (v = 10 m /s dan SG =
0,848) dengan laju 40 gpm melalui sebuah pipa mulus dengan penurunan tekanan
2 psi per 100 ft pipa horizontal. Berapakah ukuran pipa yang harus digunakan.
BAB VII PENGANTAR MESIN-MESIN FLUIDA

7.1 Pendahuluan
Pompa, kompresor dan turbin adalah peralatan-peralatan fluida yang umumnya
banyak terdapat di lapangan. Pompa banyak digunakan untuk mengangkut fluida dalam
fasa cair dari suatu tempat dengan ketinggian lebih rendah ke ketinggian lebih tinggi.
Kompresor umunya digunakan untuk meningkatkan tekanan fluida fasa gas dari tekanan
rendah ke tekanan tinggi. Sedangkan turbin adalah mesin fluid yang banyak difungsikan
sebagai penghasil daya melalui putaran poros turbin.
Dalam menganalisis kinerja mesin-mesin fluida tersebut diperlukan pengetahuan
yang baik tentang prinsip kerja mesin dan parameter-parameter kinerja mesin tersebut.
Baik itu berkaitan dengan mekanisme kerja dan efisiensi kerja mesin.
Bab ini membahas kaji perhitungan kinerja mesin-mesin fluida tersebut untuk
kasus yang umum dijumpai dilapangan. Kaji kinerja mempertimabngkan persamaan-
persamaan yang telah dibahas dibab terdahulu.

7.2 Tujuan Khusus Topik


Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa :

Dapat menjelaskan jenis-jenis dan prinsip kerja mesin fluida (turbin air, pompa,
kompressor) dalam aplikasi teknik di lapangan.
Menghitung dan menganalisis kinerja dari mesin-mesin fluida pada aplikasi nyata di
lapangan.

7.3 Uraian

7.3.1 Turbin Air


Turbin air merupakan salah satu mesin fluida yang beroperasi dengan
memanfaatkan energi potensial dan kinetik yang dikandung fluida akibat perbedaan
ketinggian. Umumnya turbin air digunakan sebagai pembangkit daya pada pembangkit
listrik tenaga air (PLTA).
Pada PLTA, tenaga air dikonversikan menjadi tenaga listrik. Mula-mula tenaga
air dikonversikan menjadi tenaga mekanik dalam turbin air. Selanjutnya turbin air
memutar generator yang membangkitkan tenaga listrik. Secara skematik mekanisme
konversi energi pada PLTA seperti pada gambar berikut :
Gambar 7-1. Penggunaan turbin air pada PLTA
Berdasarkan tinggi terjun air (H) maka turbin air dapat dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu : turbin Kaplan, turbin Francis, dan turbin Pelton. Batasan penggunaan turbin-
turbin ditunjukkan pada Tabel 7.1 dan masing-masing turbin tersebut ditunjukkan pada
Gambar 7-2.
Tabel 7-1. Klasifikasi turbin air

Jenis Turbin Tinggi terjun


Kaplan H < 20 m
Francis 20m < H < 400m
Pelton H > 400 m

Gambar 7-2. Jenis turbin air


Dengan menggunakan persamaan-persamaan mekanika fluida, daya turbin, luas
penampang lintang saluran dan dimensi bagian-bagian utama turbin serta bentuk energi
aliran air dapat ditentukan.

7.3.1.1 Daya yang dihasilkan turbin


Dari kapasitas air V dan tinggi air jatuh H, maka dapat ditentukan daya yang dihasilkan
turbin
P = V..h.H.T (7-1)
3 3
Di mana P, V, , H dan T masing-masing dalam satuan kW, m /det, kg/m , m dan (%).

7.3.1.2 Luas Penampang Saluran


Diameter pipa dan penampang saluran dalam turbin air dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan kontinuitas. Yang dimaksud dengan luas penampang lintang
saluran adalah luasan permukaan irisan saluran yang dibuat tegak lurus dengan arah
aliran cairan (Gambar 7-4).

Gambar 7-3. Pengertian penampang lintang saluran


Dengan diketahuinya luas penampang lintang saluran A dan kecepatan c, maka
kapasitas air yang mengalir V adalah :
V = A.c
maka didapat
A=V/c
Bila m adalah massa air yang mengalir, maka V = m.v = m / . Jadi dengan demikian
persamaan air yang mengalir menjadi :
V = m.v= m/= A.c (7-2)
7.3.1.3 Bentuk Energi Aliran
Kaidah energi menyatakan bahwa suatu energi akan dapat diubah menjadi
bentuk energi yang lain. Arus air yang mengalir mengandung energi dan energi tersebut
dapat diubah bentuknya, misalnya perubahan dari eenrgi potensial (tekanan) ke dalam
energi kinetik (kecepatan) atau sebaliknya.
Aliran air pada suatu standar ketinggian tertentu, garis NN pada Gambar 7-5mempunyai
bentuk-bentuk energi sebagai berikut :

Gambar 7-4. Bentuk energi pada aliran air

Energi potensial :
Ep = mgz

Energi kinetik :

2
E = 1 mc
k

Energi tekanan :
P
E=m

2
Di mana untuk energi tekanan p dalam satuan (N/m ) ditulis dalam bentuk kg.m 1
det .m
2 2

Persamaan Bernoulli untuk menyatakan besarnya energi aliran seperti ditunjukkan


Gambar 7-5 adalah :
2
cP
W = m.g.z+ m. + m. (Nm)
2
Bila pada aliran tersebut di atas diambil suatu jumlah air tiap 1 kg untuk
diperhitungkan, hal ini dinamakan spesifik energi satuannya dalam Nm/kg.
Karena dibagi m maka persamaannya menjadi :
2
P c
w= g.z+ + (Nm/kg)
2
Kemudian dibagi lagi dengan percepatan grafitasi g, maka persamaannya akan dapat
disederhanakan lagi menjadi Head atau ketinggian :
2
P c
H = z+ + (m)
.g 2.g

7.3.1.4 Kecepatan Spesifik


Kecepatan spesifik nq dipakai sebagai tanda batasan untuk membedakan tipe
roda turbin dan dipakai sebagai suatu besaran yang penting dalam merencanakan
(desain) turbin air. Persamaan kecepatan spesifik tersebut adalah :
V
n = n. 4 H 3 = n. V
q
H 3/4
3
Di mana : n (rpm), V (m /det), H (m).

Contoh Soal 7-1 :


Air untuk menggerakkan poros turbin air disuplai melalui sebuah pipa dari
sebuah danau seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukan diameter nozel yang akan
menghasilkan kerja output maksimum. Tentukan juga kerja maksimum dan kecepatan
angular rotor pada kondisi ini.
Penyelesaian :
Seperti ditunjukkan pada Gambar, kerja output tergantung pada laju alir, dan kecepatan
alir keluar nozel. Kedua parameter tersebut tergantung pada diameter nozel dan head
loss yang berkenaan dengan pipa supplai.

Wshaft QU U V1 1 cos

Kecepatan keluar nozel, V1 dapat diperoleh dengan memakai persamaan energi antara
titik pada permukaan danau (V0 = p0 = 0) dan keluar nozel (z1 = p1 = 0), maka diperoleh
2
z V1 h
0 L
2g
Dimana head loss diperoleh dengan persamaan :

hL f V 2
D 2g
Kecepatan V, dari fluida di dalam pipa dengan diameter D diperoleh dari persamaan
kontinuitas sebagai berikut :
A1V1 D1 2
V 1V
A D
Dengan mengabaikan losses minor yang berkenaan masukan dan nozel, maka
persamaan Z0 di atas menjadi :

D 21 4 V1 2
z0 1 f D 2g
D

Atau
1/ 2


V 2gz0
1 4
1 f D1

D
1/ 2

2
1152D1 4
2(32, 2 ft / s )(200 ft) 113, 5
=

1000 ft
4
D1
1 0, 02
di mana D dalam ft.


8 /12 ft 8 /12 ft

2
Kombinasi antara persamaan Wshaft dan V1 dan menggunakan Q = D1 V1/4 maka
diperoleh :
323UD1
2 113, 5
W shaft U
1152D
1
4 1152D
1
4


Dimana U dalam (ft/s) dan Wshaft dalam ft.lb/s. Hasil ini diplot dalam fungsi U dengan
nilai variasi D1 seperti gambar berikut :

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Umax power = V1/2, maka persamaan Wshaft
dan V1 , diperoleh ;
6 2
1, 04x10 D
W shaft
1

1152D 3/ 2 1
4

Kerja maksimum yang dapat terjadi dimana dWshaft/dD1 = 0. Selanjutnya persamaan


menjadi

dW shaft
1, 04x106 2D 3 0
4(152)D

5
dD 1152D
1 4
3/ 2 1152D 14 5/ 2
2
1

1 1

atau

304D14 1
Selanjutnya diameter nossel untuk kerja maksimum adalah D 0, 239 ft
1

Kerja maksimum dapat ditentukan :


1, 04x10 0, 239 2
6
4
W shaft 3, 25x10 ft.lb / s
1152 0, 3/ 2

239 4

Atau
1hp
W 59, 0hp
shaft 550 ft.lb /
3, 25x10 ft.lb / s
4

Kecepatan putaran rotor pada kondisi kerja maksimum adalah :


V1
U R
2
ft / s
113, 5
V 1152 0,
1

239 4

2 3 ft
2 2

30, 9rad / s 1rev / 2 rad 60s / min 295rpm

7.3.2 Pompa
Pompa adalah salah satu mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan
fluida (liquid) dari suatu ketinggian ke ketinggian yang lain.
Kinerja suatu pompa ditentukan oleh parameter sebagai berikut :

Debit aliran
Tekanan Kerja
Efisiensi Daya
Daya motor dan biaya operasioanal
Putara motor/poros
Net Positive Suction Head (NPSH), tersedia dan terpakai.
Pompa sentrifugal merupakan pompa yang sangat umum digunakan untuk
berbagai penggunaan baik di masyarakat maupun industri. Oleh sebab itu, maka
pembahasan di buku ajar ini lebih menitikberatkan tentang pompa sentrifugal saja.
Secara skematik pompa sentrifugal ditunjukkan pada Gambar 7-7. Komponen
utama pompa sentrifugal terdiri dari sebuah impeller yang ditautkan pada poros berputar
(rotating shaft), dan bagian yang tetap (stationery) seperti casing, housing atau volute
yang menutupi impeller. Impeller tersusun atas sejumlah sudu (blades) biasanya disebut
vane yang tersusun secara teratur melingkari poros.

Gambar 7-5. Skematik pompa sentrifugal


Impeler umumnya ada 2 tipe, yaitu tipe terbuka dan tertutup. Gambar tipe
impeler tersebut ditunjukkan pada Gambar 7-8. Klasifikasi impeler digunakan untuk
mendapatkan kecepatan spesifik tertentu. Bentuk impeler juga menunjukkan bagaimana
aliran cairan pada sudu impeler.

Gambar 7-6. Tipe impeller. (a) impeller terbuka, (b) impeller tertutup
7.3.2.1 Kurva Karakteristik Pompa
Kurva karakteristik sebuah pompa menunjukkan hubungan antara head pompa,
kapasitas (debit), daya dan efisiensi untuk diameter impeler dan besarnya casing suatu
pompa yang tertentu pada kecepatan tertentu.

Gambar 7-7. Kurva karakteristik pompa sentrifugal


Agar dapat bekerja pompa membutuhkan/mengambil daya dari mesin penggerak
pompa. Di dalam roda jalan fluida mendapat percepatan sedemikian rupa sehingga
fluida tersebut mempunyai kecapatan mengalir keluar dari sudu-sudu roda jalan.
Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan berubah menjadi tinggi
kenaikan H di sudu-sudu pengarah atau di rumah spiral pompa. Besarnya tekanan yang
timbul tergantung kepada besarnya kerapatan fluida, dimana hal ini sesuai dengan
2
persamaan p = g H dalam N/m .
Karena adanya gesekan yang timbul maka tinggi kenaikan yang diinginkan akan
berkurang. Supaya kerugian ini tidak terlalu besar maka kecepatan aliran fluida (debit)
dibatasi. Dan selain itu besarnya kecepatan keliling dari roda jalan juga terbatas.
Sebagai bahan untuk membuat ruda jalan, besi tuang kelabu, kuningan dan lain-alinnya
di mana berdasarkan kekuatan bahan tersebut harus mampu untuk bekerja dengan
kecapatan 40 m/detik. Bila tinggi kenaikan pompa lebih besar dari 100m kolom fluida
cair, maka pompa tersebut harus dibuat beberapa tingkat dan dihubungkan menjadi satu.
Aktual head, Ha, ditentukan dengan menggunakan persamaan energi dimana Ha=HS-
HL, di mana Hs adalah head kerja shaft dan HL adalah head losses pompa antara
titik (1) dan (2).
p2 - p1
2
V2 -V1
2 (7-3)
H = +z -z+

a 2 1
2g

Gambar 7-8. Skematik aliran pada pompa


Head aktual, Ha sama dengan total head yang dicapai pompa, sehingga,

Hp = Ha = Hs - HL
(7-4)
Jika beda ketinggian dan kecepatan antara titik (1) dan (2) terlalu kecil sehingga dapat
diabaikan, maka :

p2 - p1
Ha

7.3.2.2 Daya
Pompa
Tinggi kenaikan pompa Ha mempunyai pengaruh terhadap besarnya ukuran
pompa dan mesin pengeraknya. Daya pemompaan PV adalah daya dari pompa yang
dapat digunakan dan dipindahkan ke fluida :

PV = gHaQ atau gHaQ (HP) (7-5)


PV = 550
Di mana :
= kerapatan fluida (kg/m3)
2
g = percepatan gravitasi (m/det )
Ha = Tinggi kenaikan (Head) yang sudah ditentukan lebih dahulu, (m)
3
Q = kapasitas fluida yang dipompa (m /det)
7.3.2.3 Efisiensi Pompa
Efisiensi overall pompa dipengaruhi oleh hydrolic losses, mechanical losses dan
volumetric losses. Hidrolic losses disebabkan perubahan karakteristik dari fluida kerja
akibat tekanan dan temperatur operasi. Mechanical Losses terjadi pada bearing dan seal,
sedangkan volumetric losses terjadi akibat kebocoran fluida melalui komponen-
komponen pompa.
Dengan demikian efisiensi overall dipengaruhi oleh efisiensi hidrolik h, efisiensi
mekanik, m dan efisiensi volumetrik v.
overall = h .m.v (7-6)

Daya yang dibutuhkan (daya yang harus disediakan oleh mesin penggerak pompa (kerja
shaft) diperoleh dari persamaan :
Wshaft (7-7)
PV .g.H.Q
=
overal = overall
l
atau

QHa /550
= bhp

7.3.2.4 Kecepatan Spesifik


Kecepatan spesifik, Vs dari pompa adalah kecepatan putar yang sebenarnya
dari pompa untuk menghasilkan tinggi kenaikan (head) sebesar 1m dengan debit 1
3
m /det.
Kecepatan spesifik dapat ditentukan dengan persamaan :
1/2 (7-8)
Ns = n Q 3/4
Ha
Dalam bentuk yang lain persamaan (7-8) dapat ditulis :
1/2
Q(gpm)

Nsd = n(rpm)
Ha (gpm)3/4
Untuk pompa sentrifugal, umuumnya debit aliran rendah, headnya tinggi
sehingga kecepatan spesificnya cenderung rendah. Kecepatan spesifik berkisar
500<Ns<4000. Persamaan (7-8) tersebut berlaku untuk pompa yang bertingkat satu.
Untuk hal-hal tertentu di mana head pompa yang besar atau pada kapasitas pompa yang
kecil, akan didapat kecepatan spesifik yang sangat kecil, sehingga dengan demikian
pompanya dibuat dengan bertingkat banyak. Untuk itu kapasitas pompa, Q disemua
tingkat adalah sama, bila jumlah tingkatnya i maka head tiap tingkat adalah H/i. Tetapi
sebaliknya bila kapasitas pompa besar dan head kecil, dari hasil perhitungan diperoleh
harga kecepatan spesifik yang besar.

7.3.2.5 NPSH (Net Positive Suction Head)


Untuk menghindari rusaknya impeler pompa yang diakibatkan oleh faktor
kavitasi, maka syarat harga batas pada kondisi masuk (kondisi isap) dari pompa tidak
boleh melebihi. Untuk itu tinggi tekanan pada sisi isap atau besarnya energi isap atau
harga NPSH adalah suatu besaran yang penting.
Pada pompa sentrifugal, kavitasi dapat terjadi pada sisi isap instalasi pompa.
Kavitasi adalah suatu kondisi pembentukan dan pecahnya gelembung-gelembung uap di
dalam aliran fluida. Gelembung uap tersebut terbentuk akibat tekanan di suatu tempat
dari aliran fluida turun sampai lebih rendah daripada tekanan penguapan dari temperatur
fluida tersebut. Menurut Bernouli tekanan dari suatu aliran fluida akan turun bila debit
aliran bertambah.
NPSH yang ada/ tersedia adalah besarnya energi netto yang tersedia/ada pada
instalasi yang terdapat pada penampang melintang jalannya masuk pompa. Neraca
energi untuk menentukan NPSH ditunjukkan pada Gambar (7-11)
Kavitasi dapat diketahui dari perbedaan antara total head pada sisi hisap dekat
terhadap head tekanan uap fluida kerja,
pv
inlet impeler pompa, ps + Vs2 . Perbedaan

2g
head tersebut dinyatakan dengan Net Positive Suction Head (NPSH).
p s Vs2 pv
NPSH + (7-9)
2g

Secara aktual ada 2 jenis NPSH. NPSH yang diperlukan (NPSHR) dan NPSH yang
tersedia (NPSHA). NPSHR harus dipertahankan atau melebihi sehingga kavitasi tidak
terjadi. Pompa harus diuji untuk menentukan nilai NPSHR. NPSHA menunjukkan head
aktual yang dalam sistem aliran. Nilai NPSH A dapat ditentukan secara eksperimen atau
dikalkulasi jika parameternya diketahui. Sebagai contoh seperti Gambar 7-11.
Persamaan energi dipakai antara permukaan fluida (1) di mana patm, dan bagian
isap dekat dengan inlet impeler pompa.
2
p p V
atm s s
- z1 = + + hL
2g

Di mana hL menunjukkan head loss antara permukaan dan inlet impeler pompa.
Selanjutnya NPSHA pada inlet impeler pompa adalah :
2
p V p
s s atm
+ = - z 1 - hL
2g
-z -
NPSH = p h p
atm v
A
1 L

Gambar 7-9. Skematik instalasi pompa


Pada perhitungan ini, tekanan absolut secara normal digunakan. Selanjutnya tekanan
uap uap ditentukan sebagai fungsi dari tekanan absolut. Untuk operasi pompa yang
tepat, maka NPSHA NPSHR

Pada beberapa literatur, NPSHA dapat ditentukan dengan persamaan :

NPSHA =(0,3 sampai 0,5).n. Q (7-10)


3
Di mana n adalah putaran (rps), Q adalah debit aliran (m /det).
3
Persamaan (7-10) tersebut berlaku untuk 0,1 < Q < 1,0 (m /det) dan 10 < n < 50 (rps).
7.3.2.6 Pompa hubungan seri dan paralel
Apabila dua buah pompa dihubungkan secara seri, kurva karakteristik yang
dihasilkan akan sama dengan yang didapatkan untuk pompa dua tingkat dengan satu
poros. Untuk kapasitas tertentu, head total sama dengan jumlah head-head yang
ditambahkan oleh setiap pompa atau setiap tingkat. Apabila dua buah pompa atau lebih
dihubungkan secara paralel, kapasitas total bertambah hingga lebih besar dari kapasitas
setiap pompa untuk head yang sama. Titik kerja head-kapasitas yang dihasilkan akan
bergantung pada kurva karakteristik sistem serta kurva-kurva karakteristik pompa
kombinasi.

Contoh Soal 7-2 :


Sebuah pompa mempunyai karakteristik sebagai berikut :

H (ft) 120 120 118 113 100 75 43


Q (gpm) 0 800 1200 1600 2000 2400 2800

Pompa ini dihubungkan sengan sebuah saluran pipa baja komersial 12 inci sepanjang
1200 ft yang dilengkapi dengan sambungan-sambungan pipa sehingga rugi head total
2
adalah 37 V /2g (ft). Air dipompa dari sebuah tangki terbuka ke sebuah tangki lain yang
lebih tinggi 50 ft dari yang pertama. Berapakah laju lairan ?

Penyelesaian :

Kombinasi pompa-pipa kan mempunyai titik kerja di pertemuan kurva karakteristik


pompa dan kurva kebutuhan pipa. Kurva kebutuhan pipa didapatkan dari pengeplotan
data berikut :
Q (gpm) 0 800 1200 1600 2000 2400 2800
hL + (z2-z1) (ft) 50 53 56,6 61,8 68,5 76,6 86,2

Pengeplotan kurva-kurva ini seperti gambar berikut. Dari kurva ditunjukkan bahwa laju
lairan adalah sekitar 2375 gpm.
7.3.3 Kompresor
Kompresor memiliki satu tujuan utama, yaitu mengalirkan gas pada suatu
tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan awalnya. Tingkat tekanan awalnya dapat
bervariasi dari tekanan absolut yang sangat rendah (dalam orde mikron) sampai orde
2
ribuan kg/cm . Peningkatan tekanan dapat bervariasi dari beberapa mmHg sampai ke
2
ribuan kg/cm , dan volume gas yang dialirkan bervariasi dari beberapa liter per menit
sampai ratusan ribu liter per menit.
Ada empat metoda yang digunakan untuk memampatkan gas. Dua di antaranya
terdapat dalam kategori intermitten dan dua lainnya dari jenis aliran kontinyu. Metoda
tersebut adalah :
1. Menangkap sejumlah gas dalam suatu ruangan yang dirancang untuk itu,
menurunkan volumenya (tekanan meningkat), kemudian mendorong gas keluar
ruangan tersebut.
2. Menangkap sejumlah gas dalam suatu ruangan yang dirancang khusus untuk itu,
lalu memindahkan gas ke lorong pengeluaran tanpa terjadi perubahan volume,
memampatkan gas dengan aliran balik dari sistem pengeluaran, dan mendorong gas
keluar ruangan.
3. Memampatkan gas dengan aksi mekanikal dari impeler atau rotor bersudu yang
berputar sangat cepat, yang akan meningkatkan kecepatan dan tekanan dari gas
yang mengalir (kecepatan kemudian dikonversikan menjadi tekanan dalam difusor
stasioner atau difusor sudu).
4. Menarik gas dengan perantaraan suatu jet dari gas yang sama atau berbeda yang
memiliki kecepatan yang sangat tinggi (biasanya uap) dan mengkonversikan
kecepatan tinggi dari campuran gas tersebut ke tekanan di dalam suatu difusor.

Kompresor yang menggunakan metoda nomor 1 dan 2 termasuk dalam ketagori


intermitten dan dikenal sebagai kompresor positive displacement. Kompresor yang
menggunakan metoda nomor 3 dikenal sebagai kompresor dinamik. Sedangkan
kompresor yang menggunakan metoda nomor 4 dikenal sebagai ejector, dan biasanya
beroperasi dengan intake di bawah tekanan atmosfer.
Berdasarkan prinsip kerjanya, kompresor dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu kompresor perpindahan positif (positive displacement) dan kompresor
rotodinamik (rhotodynamic) atau kompresor turbo. Kompresor perpindahan posistif
masih dapat dibagi dua lagi yaitu kompresor bolak-balik (reciprocating) dan kompresor
putar (rotary). Sedangkan kompresor rotodinamik dapat berupa kompresor sentrifugal
dan kompresor aksial.
Prinsip kerja kompresor perpindahan positif adalah prinsip mendorong. Pada
kompresor bolak-balik, udara atau gas dihisap ke dalam silinder dan kemudian
dikompresikan oleh gerak maju plunyer. Sedang pada kompresor, putar udara atau gas
didorong oleh gerak putar rotor. Sedangkan prinsip kerja kompresor rotodinamik adalah
prinsip perpindahan momentum. Energi yang diberikan kepada poros kompresor akan
diubah menjadi energi kinetik dan energi tekanan udara/gas melalui pertukaran
momentum antara sudu-sudu dan udara/gas.

7.3.3.1 Prinsip Kerja Kompresor

Setiap kompresor dibuat dari satu atau beberapa elemen-elemen dasar. Satu
elemen tunggal, atau satu kelompok elemen paralel, yang menyusun satu tingkat.
Banyak permasalahan pemampatan gas menyangkut kondisi yang berada di luar
kemampuan praktis kompresi satu tingkat. Perbandingan kompresi (tekanan keluar
absolut dibagi dengan tekanan masuk absolut) yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
temperatur keluar yang berlebihan atau adanya masalah-masalah rancangan lain.
Oleh karena itu, perlu untuk menggabungkan elemen-elemen atau kelompok-
kelompok dalam keadaan seri untuk membentuk unit bertingkat, dimana pada unit ini
akan terjadi dua atau lebih tingkatan kompresinya. Pada kebanyakan kompresor, gas
didinginkan di antara tingkat untuk menurunkan temperatur dan volume sewaktu
memasuki tingkat berikutnya.
Perlu dicatat bahwa setiap tingkat merupakan satu kompresor dasar (individual).
Masing-masing dibentuk untuk dioperasikan secara seri. Walaupun mereka disusun
secara seri, dan diputar dengan satu penggerak mula, masing-masing tetap merupakan
kompresor yang terpisah.

7.3.3.2 Siklus Kerja Kompresor


Di sini, siklus kompresor hanya akan digambarkan dalam Diagram P-V.
Siklus Teoritis Murni
Siklus teoritis murni mengikuti asumsi sebagai berikut ini :
a) Penghisapan terjadi pada tekanan atmosfer.
b) Kompresi isotermik.
c) Kelonggaran nol.
d) Katup-katup membuka dan menutup dengan sangat cepat dan tanpa tahanan.
e) Udara dianggap sebagai gas ideal.
Dengan asumsi di atas maka Diagram P-V siklus ideal akan berbentuk seperti terlihat
pada Gambar 7-12.

Gambar 7-10. Siklus ideal kompresor


Siklus Teoritis Sebagian
Siklus teoritis murni tidak akan dapat dicapai, misalnya karena adanya kelonggaran, dan
penghisapan terjadi di bawah tekanan atmosfer. Kompresor tidak dapat dibuat tanpa
adanya kelonggaran dan proses penghisapan tidak dapat terjadi pada tekanan atmosfer,
tetapi di bawahnya. Adanya kelonggaran tidak menyebabkan tekanan kompresi menjadi
lebih rendah dibanding kalau tanpa kelonggaran, karena tekanan maksimum yang
terjadi pada kompresor ditentukan oleh tekanan pada pipa ke luar (pipa tekan). Tetapi
kelonggaran akan menyebabkan volume udara atau gas yang dikeluarkan pada setiap
siklus menjadi berkurang. Gambar 7-13 menunjukkan siklus teoritis sebagian.

Gambar 7-11. Siklus teoritis sebagian


Siklus Sesungguhnya
Gambar 7-14 menunjukan siklus kompresor sesungguhnya. Siklus ini akan dibahas
lebih dalam bab ini selanjutnya.

Gambar 7-12. Siklus kompresor sesungguhnya


7.3.3.3 Tekanan Rata-Rata Efektif
Definisinya adalah tekanan rata-rata efektif adalah suatu tekanan yang besarnya
sama dengan kerja netto satu siklus dibagi dengan volume perpindahan, dilambangkan
dengan tre,

W1 +W2 -W3
tre=
V1
yang ditulis menjadi

P
P
1 1- 2 k
tre= (7-11)

k-1
P1

Tekanan rata-rata efektif ini bisa dibayangkan sebagai suatu resultan tekanan yang
besarnya konstan, bekerja pada torak selama satu langkah tekan dari TMB sampai
TMA. Pada langkah hisap dari TMA sampai TMB besarnya tekanan resultan yang
bekerja pada torak ini sama dengan nol.

7.3.3.4 Daya, Kerugian dan Efisiensi


Pengertian Daya Pada Kompresor
Ada beberapa pengertian daya pada kompresor, yaitu daya poros, daya indikator
dan daya teoritis. Daya poros adalah daya yang harus diberikan pada poros kompresor
untuk mengoperasikan kompresor tersebut. Daya ini dapat berasal dari motor listrik,
motor bakar ataupun penggerak lainnya.
Daya indikator adalah daya yang besarnya dihitung menurut proses yang
ditunjukkan oleh diagram indikator. Dalam bentuk persamaan adalah :
i hp= An
Di mana : i hp = daya indikator (watt)
A = luas diagram indikator (N-m)
N = putaran kompresor (rpm)
Persamaan di atas dapat juga ditulis :
i hp= tre Dn
Di mana : tre = tekanan rata-rata efektif
D = volume perpindahan per menit
Daya teoritis adalah daya yang dihitung berdasarkan Diagram P-V teoritis.
Efisiensi dan Kerugian
Secara umum, efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil (output),
dengan pemasukan (input). Didalam persoalan kompresor, terdapat beberapa macam
efisiensi yaitu : efisiensi volumetris, efisiensi kompresi, efisiensi mekanis, dan efisiensi
keseluruhan.
Efesiensi volumetris didefinisikan sebagai perbandingan volume udara bebas
yang berhasil dikompresikan dan dikeluarkan dari katup tekan terhadap volume
perpindahan torak, per satuan waktu. Dinyatakan dalam bentuk persamaan :
V
=
V
D
dimana :
V = efisiensi volumetris.
V = volume udara bebas yang berhasil dikompresikan per satuan waktu.
D = volume perpindahan torakk per satuan waktu.
Besar efisiensi volumetris ini dipengaruhi oleh :
1. Tekanan, temperatur, dan kualitas udara pada akhir langkah hisap.
2. Volume sisa pada silinder.
Bila tekanan pada akhir langkah hisap kecil, maka harga v juga turun. Makin
besar volume sisa, makin kecil v. Juga tahanan gesek pada pipa hisap mempengaruhi
harga v. Sebaliknya pipa hisap dibuat sependek mungkin dan selurus mungkin. Proses
kompresi yang paling efisien adalah bila mengikuti proses isotermik. Sedang dalam
n
kenyataannya, proses kompresi mengikuti garis PV = C, yang mempunyai kerugian
sebagai akibat dari naiknya temperatur udara.
Efisiensi kompresi didefinisikan sebagai perbandingan antara daya teoritis yang
diperlukan untuk kompresi isotermis dengan daya indikasi yang ditunjukkan oleh
diagram indikator. Dinyatakan dalam hubungan :
thp
K =
dhp
dimana :
k = efisiensi kompresi.
thp = daya teoritis untuk kompresi isotermik.
dhp = daya yang diterima oleh udara, yang ditunjukan oleh diagram indikator.
Dengan kata lain, efisiensi kompresi menyatakan seberapa jauh proses kompresi
yang terjadi menyimpang dari proses isotermik. Makin besar harga efisiensi kompresi
berarti proses mendekati garis isotermik.
Kualitas pendinginan mempengaruhi besar efisiensi kompresi ini. Dengan
pendingin yang baik, efisiensi kompresi akan meningkat. Pada kompresor bertekanan
tinggi, kadang-kadang kompresi bertingkat dengan pendinginan antara tingkat
digunakan untuk memperoleh efisiensi kompresi yang baik.
Efisiensi mekanis adalah perbandingan antara daya indikator terhadap daya yang
diberikan kepada poros, atau :
daya indikator
m=
daya poros
Mekanisme kompresor di dalam gerakannya akan mengalami gesekan-gesekan
mekanis, antara lain : gesekan antara poros-poros dengan bantalannya, gesekan antara
torak dengan silinder.
Gesekan-gesekan mekanis di atas menimbulkan kerugian sehingga efisiensi mekanis
berharga kurang dari 100%. Efisiensi keseluruhan secara matematis ditulis dengan
perkalian antara efisiensi kompresi dan efisiensi mekanis.
t = k m

Secara fisik, efisiensi keseluruhan diartikan sebagai perbandingan daya yang diperlukan
untuk proses kompresi isotermik terhadap daya yang diberikan kepada poros.

7.4 Rangkuman
Turbin air, pompa dna kompresor adalah mesin konversi energi yang memanfaatkan
fluida sebagai media kerjanya.
Turbin air dan pompa menggunakan air sebagai media kerjanya. Sedangkan
kompresor menggunakan gas sebagai fluida kerjanya.
Prinsip kerja antar masin fluida tersebut secara umum sama, yaitu melalui kerja
mekanik bilah (sudu-sudu) yang terdapat pada mesin tersebut. Kerja tersebut
konversikan menjadi kerja fluida dan kerja poros.
Kecepatan spesifik adalah parameter penting dalam menganalisis kinerja mesin-
mesin fluida.
7.5 Soal Latihan
1. Sebuah pompa sentrifugal dengan pipa hisap berdiameter 4 inci dan pipa buang 3
inci mempunyai kapasitas terukur 300 gpm, keadaan vakum dibagian hisap 8 inci air
raksa, dan tekanan buang 35 psi ukur. Pipa isap dan buang berada pada elevasi yang
sama. Masukan daya terukur adalah 9,1 hp. Berapakah efisiensi pompa tersebut.
2. Air dipompa dari sebuah reservoar ke reservoar lain yang mempunyai beda elevasi
2
10 m. Kurva karakteristik pompa memenuhi persamaan H=35-10000Q dengan H
3
dalam meter dan Q dalam m /s. Pipa penyaluran mempunyai panjang total 200m,
diameter 0,1 m, dan f = 0,03. Berapakah laju lairan sistem tersebut.
Takarir

Mekanika Fluida : Cabang ilmu mekanika yang mempelajari fluida dalam keadaan
diam atau bergerak
Dinamika fluida : mempelajari tentang gerak partikel zat cair karena adanya gaya-
gaya luar yang bekerja padanya
Statika fluida : Fluida adalam dalam keadaan diam dimana tidak ada
tegangan geser yang bekerja pada partikel fluida tersebut.
Hidrolika : Cabang ilmu teknik yang mempelajari perilaku air dalam keadaan
diam dan bergerak.
Hidrostatika : Cabang ilmu hidrolika yang mempelajari zat cair keadaan diam.
Hidro dinamika : Cabang ilmu hidrolika yang mempelajari zat cair bergerak.
Rheologi : Ilmu yang mempelajari tentang aliran dan perubahan bentuk yang
dialami oleh suatu material baik padat, cair atau gas.
Pemampatan : Pengurangan volume karena penambahan
tekanan Sifat intensif : Sifat yang tidak tergantung pada massa
fluida Sifat ekstensif : Sifat yang tergantung pada massa fluida.
BG : British Gravitational System, Sistem satuan Inggris
SI : System International, Sistem satuan internasional
Density : Kerapatan fluida. Massa per satuan volume.
Kekentalan : Sifat-sifat dari fluida untuk melawan tegangan geser pada waktu
bergerak atau mengalir. Kekentalan dinamik () adalah
perbandingan antara tegangan()dan gradien kecepatan (du/dz).
Kekentalan kinematik () adalah kekentalan dinamik dibagi
kerapatan cairan.
Gaya Kohesi : Gaya tarik-menarik antara melekul yang sejenis
Gaya Adhesi : Gaya tarik menarik antara melekul yang tidak
sejenis
Compressible : Aliran dimana selama proses mengalirnya kerapatannya mengalami
kenaikan.
Incompressible : Tidak mampu mampat. Selama proses mengalir kerapatannya
konstan
Absolute Pressure : Tekanan mutlak
Gage Pressure : Tekanan pengukuran
Stedy/Tunak : Jenis aliran dimana parameternya pada suatu titik tidak
berubah terhadap waktu.
Unsteady : Aliran dimana tekanan & kecepatan berubah terhadap posisi &
waktu.
Aliran Inviscid : Aliran tanpa gesekan atau aliran fluida yang pengaruh gesekannya
diabaikan atau pengaruh kekentalan fluida tidak mempengaruhi
aliran fluida.
Aliran Viskous : Aliran fluida yang dipengaruhi oleh efek kekentalan fluida.
Debit : Jumlah fluida yang mengalir tiap satuan waktu melalui suatu
Penampang
Head : Energi yang diperlukan fluida dalam proses alirnya.
Losses : Kerugian yang terjadi selama fluida dalam proses
alirnya.
Laminar : Gerak partikel mengikuti lintasan yang teratur (Satu sama lain tak
pernah saling berpotongan)
Turbulen : Gerak partikel mengikuti lintasan yang tak teratur (Ada bagian yang
berpusar).
Daftar Tilik

Kunci jawaban untuk soal-soal latihan

Bab I : Sifat-sifat fluida


3 3
1. 16,0 kN/m ; 1,63.103 kg/m ; 1,63
2. 58,0 kPa
3
3. 1,145 kg/m
4. 11,63 lb
-3 3 3
5. 6,44 x 10 slug/ft (3,319 kg/m ) ; 0,622 lb
6. Tekanan naik menjadi 165 psia
7. 23 ban
8. Ketinggian turun menjadi 2,49m (turun 0,01m) 9.
- 0.0199 kg
10. 365,89 kPa
Bab II : Pengukuran dan Beda Tekanan
1. 20,35mH2O ; 1,97 atmosfer ; 2 bar
2. 99,9 kPa ; 1020 mmH2O
3. 4,52 psi (31164 Pa)
4. 19 in.
5. 4,37 psi.
Bab III : Gaya Hidrostatik
3
1. 25,4 x 10 N ; 0,296m
2. F1 = FH = 252,9 lb ; FV =W = 396,9 lb ; FR = 470 lb.
3. 14.400 N ( )
Bab IV : Dinamika Fluida
3 2
1. 0,0455 m /s ; 4960 N/m
2. 51,32 ft
3
3. 0,0602 m /s
4. 0.39 m.
Bab V : Kerugian Tekanan
1. 14,1 ft ; 3,20 hp.
3 3
2. 5,17 ft /s ; 19,6 ft /s
3. 23,69 psi (1,63 bar)
Bab VI : Aliran Viscous dalam Saluran
1. 115 m/s
2. 345
3. 830 kPa
2
4. 21 ft /s
5. 2 in.
Bab VII : Pengantar Mesin-mesin Fluida
1. 76,5 %
3
2. 0,0205 m /s
Penjurus
Absolute pressure, 29, 30, 45 Net Positive Suction Head, 131
Airfoil, 110 Nozel, 60, 87, 123, 124
Barometer aneroid, 42 NPSH, 126, 131
Berat jenis, 5 Orifice, 75
Bernoulli, 60, 64, 66, 68, 71, 87, 122 Pendidihan, 17
Bilangan Mach, 17 Persamaan Bernoulli, 60, 64, 66, 67, 68,
Bourdon gage, 42 69, 71, 74, 76, 77, 78, 79, 82, 83, 84,
Bulk velocity, 13 86, 87
Celebrook-White, 91 Persamaan Haaland, 91
Compressibility, 15 Persamaan kontinuitas, 60, 63, 64, 65,
Confined Flow, 78 67, 71, 75, 78, 79, 80, 83, 86, 87,
Diagram Moody, 91, 92 121, 124
Dinamika fluida, 60, 87, 142 Pressure drop, v, 89, 103, 104
Efisiensi, 119, 128, 130, 139, 140, 141 LVDT, 43
Energi kinetik, 60, 62, 65, 66, 68, 70, Losses mayor, 90, 104
73, 78, 81, 89, 122, 135 Losses minor, 90, 100, 104, 124
Energi tekanan, 60, 62, 87, 89, 122, 135 Manometer, 28, 35, 38, 40, 41
Entrance, 89, 90, 91
Fluida Newtonian, 10
Fluida non-Newtonian, 10
Gage pressure, 8, 29, 45
Gas ideal, 8, 16, 24, 25, 82, 83, 136
Gaya inersia, 113
Gravitasi jenis, 7, 32
Head loss, 90, 97, 99, 100, 104, 107,
115, 117, 124, 132
Hidrostatik, 48, 55, 144
Hydrofoil, 111
Impeler, 127
Incompressible, 15, 28
Katup, 16, 18, 89, 90, 108, 136, 139
Kavitasi, 18, 84, 85, 86, 131
Kecepatan spesifik, 123, 130
Kekasaran pipa, 91, 93
Kerapatan, 4, 5, 26, 82, 114, 142
Kerugian tekanan, v, 89, 90, 102, 104
Kohesi, 1, 13, 17, 18, 19
Konstanta gas, 7, 8
Laminer, 62, 90, 106, 107, 112, 113,
114, 115, 118
Pusat massa, 50 42, 45, 83, 87
Reynolds, 106, 113, 114, 118 Tekanan Statik, 68
Rheologi, 2 Transduser tekanan, 43
Sifat ekstensif, 3, 142 Tunak, 61, 62, 63, 66, 71, 79, 80, 81,
Skin shear, 107 82, 85, 86, 87, 88
Stagnasi, 68 Turbulen, vi, 62, 90, 106, 107, 108, 112,
Steady, 61, 79, 107, 108 113, 114, 118
Subkritis, 108, 112 Unsteady, 107, 108
Superkritis, 108, 112 Vena contracta, 75, 76
Tabung Miring, 40 Venturimeter, 60, 87
Tabung Piezometer, 33, 34 Viscous, 107
tabung pitot, 60, 87 Viskositas, 8, 12, 14, 113, 117
Tabung-U, 35, 38 Viskositas dinamik, 9, 14
Tekanan dinamik, 69, 70, 115 Viskositas mutlak, 9
Tekanan mutlak, 7, 8, 17, 29, 30, 31, Volume jenis, 5
Aksara Yunani
Daftar Pustaka

1. Harinaldi, DR, Mekanika Fluida Jilid 1, Edisi Keempat, PT. Erlangga, Jakarta 2003
nd
2. Douglas J. F, Fluid Mecahnics 2 edition, Great Baritain : Longman Scientific &
Technical,
nd
3. F.M White, Fluid Mechanics 2 edition, Mc Graw Hill,
4. Olson, reuben M. dasar-dasar Mekanika Fluida, Jakarta : PT Gramedia.
5. Fox & Mc. Donald, Mechanics of Fluid
Mekanika Fluida_MESP PNL

Lampiran A
Tabel A-1. Sifat air (dalam satuan BG)

149
Tabel A-2. Sifat air (dalam satuan SI)
Tabel A-3. Sifat udara pada tekanan atmosfer (dalam satuan BG)

Tabel A-4. Sifat udara pada tekanan atmosfer (dalam satuan SI)
Mekanika Fluida_MESP PNL

Lampiran B

153
Mekanika Fluida_MESP PNL

Tabel B.1. Sifat fisika udara pada tekanan atmosfer (dalam Satuan British)

155
Tabel B.2. Sifat fisika udara pada tekanan atmosfer (dalam satuan SI)

Anda mungkin juga menyukai