KONDUKSI
disampaikan kepada Cindy Dianita S.T., M.Eng.
Disusun oleh:
Kelompok 1
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok 2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
2.1 Perpindahan Kalor Konduksi .................................................................................................. 4
2.2 Konduktivitas Termal ............................................................................................................. 4
2.3 Tahanan Kontak Termal.......................................................................................................... 5
2.4 Konduksi Tunak (Steady State) Satu Dimensi ........................................................................ 6
2.5 Konduksi Tak Tunak (Unsteady State) ................................................................................... 7
BAB III ...................................................................................................................................................... 8
3.1 Pengolahan Data dan Grafik Percobaan.................................................................................. 8
3.2 Analisa Peralatan dan Prosedur Percobaan ............................................................................. 9
3.3 Analisa Hasil dan Grafik Percobaan ..................................................................................... 10
3.4 Analisa Kesalahan ................................................................................................................. 13
BAB IV.................................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
𝑑𝑇
𝑞 = −𝑘𝐴
𝑑𝑥
Dimana: q = laju perpindahan kalor (J/s)
K = konduktivitas termal (W/mK)
A = luas permukaan kontak (m2)
dT/dx = gradien perbedaan suhu (K/m)
4
Gambar 2. Nilai konduktivitas termal berbagai bahan
(Sumber: Cengel, Y. A & Moran, M.J. Thermodynamics as Engineering Approach)
Konduktivitas termal pada tabel di atas berlaku pada suhu ruangan (20-25oC).
Konduktivitas termal juga merupakan fungsi dari suhu, sehingga ada sedikit kenaikan
apabila perpindahan kalor terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Hubungannya dapat
dilihat dalam fungsi linier seperti berikut:
𝑘 = 𝑘𝑜 𝛽𝑇 + 𝑘𝑜
5
Gambar 4. Temperature drop akibat tahanan kontak termal
(Sumber: Holman, J.P. Heat Transfer 10th edition. Mc-Graw Hill.)
(𝑇2 − 𝑇1 )
𝑞 = −𝑘𝐴
∆𝑥
6
Gambar 5. Konduksi melewati 3 pelat datar
(Sumber: Holman, J.P. Heat Transfer 10th edition. Mc-Graw Hill.)
Dalam perpindahan kalor konduksi pada pelat datar untuk beberapa gabungan
pelat seperti yang dilakukan pada unit 2 pada percobaan ini, nilai laju konduksi
totalnya menjadi
(𝑇1 − 𝑇4 )
𝑞=
∆𝑥𝐴 ∆𝑥𝐵 ∆𝑥𝐶
+ +
𝑘𝐴 𝐴 𝑘𝐵 𝐴 𝑘𝐶 𝐴
𝜕 2 𝑇 1 𝜕𝑇
=
𝜕𝑋 2 ∝ 𝜕𝑡
𝜕 𝜕𝑇 𝜕𝑇
(𝑘 ) + 𝑞 = 𝜌𝑐
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑡
7
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA PERCOBAAN
Unit 2
8
Unit 3
9
untuk nantinya diolah sehingga praktikan dapat memperoleh nilai konduktivitas termal
logam dan membandingkannya dengan data nilai konduktivitas termal dari literatur.
Pengamatan pada unit 2 ini juga untuk menentukan nilai tahanan kontak termal dari dua
bahan logam yang berbeda dimana pada pertemuan sambungan dua logam yang
berbeda akan terjadi tahanan kontak termal yaitu penurunan suhu yang terjadi secara
mendadak dikarenakan terdapat sambungan yang tidak sempurna dari dua bahan
tersebut akibat kekasaran pada permukaan logam.
10
menerima kalor yang seragam di tiap titik pertemuan dengan logam. Dengan suhu air
sebelum menerima panas sebesar 29,10C dan diasumsikan cp air konstan 4200 J/Kg0C
(sumber literatur) karena perubahan suhu pada air tidak terlalu besar, jumlah kalor yang
diterima air dapat dihitung dengan persamaan :
Δ𝑥 adalah jarak antar node dan A adalah luas penampang batang logam.
Berdasarkan data pengamatan, diketahui bahwa terdapat perbedaan suhu yang cukup
jauh pada node 2-3 dan node 6-7 akibat adanya tahanan kontak termal (hc) pada
sambungan baja-alumunium dan sambungan alumunium-magnesium yang
menyebabkan penurunan profil suhu pada node-node tersebut.
Melalui pengolahan data, diketahui suhu rata-rata antar node (Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 ) pada
setiap bahan logam. Untuk baja, yaitu rata-rata suhu node 1-2, alumunium rata-rata
suhu node 3-4, 4-5, dan 5-6, dan magnesium rata-rata suhu node 7-8, 8-9, dan 9-10.
Dengan diketahui 𝐴 = 7,94 × 10−4 𝑚2, maka dapat diketahui harga konduktivitas
termal (k) untuk setiap rata-rata suhu antar node dengan menggunakan :
𝑚̇×𝑐𝑝×Δ𝑇𝑎𝑖𝑟
𝑘= Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 .
𝐴 Δ𝑥
𝑊 𝑊
Didapatkan 𝑘𝑏𝑎𝑗𝑎 = 5,07927 𝑚℃, 𝑘𝐴𝑙 = 51.68759 𝑚℃, dan 𝑘𝑀𝑔 =
𝑊
74.43209 𝑚℃ atau kMg > kAl > kbaja. Setelah didapatkan harga konduktivitas termal
logam berdasarkan percobaan, praktikan membandingkan nilai k dengan nilai k
berdasarkan teori literatur. Ditemui bahwa data yang diperoleh dari percobaan tidak
sesuai dengan data literatur yaitu karena menurut literatur kAl > kMg > kbaja. Kesalahan
ini selanjutnya akan dibahas pada analisis kesalahan.
Selanjutnya praktikan membuat plot grafik suhu rata-rata air (Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 𝑎𝑖𝑟) vs.
jarak ujung batang logam menuju node (L) dan mendapatkan grafik yang fluktuatif,.
Hasil grafik bertentangan dengan asumsi bahwa jumlah kalor yang diterima air untuk
setiap node adalah sama. Namun karena perbedaan suhu yang tidak sampai 10C dapat
diabaikan, disimpulkan bahwa jumlah kalor yang diterima air untuk setiap node dari
konduksi logam adalah konstan. Praktikan juga membuat plot grafik suhu rata-rata node
(Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 𝑛𝑜𝑑𝑒) terhadap L dan mendapatkan grafik yang cenderung menurun secara
11
eksponensial dimana Hukum Fourier berlaku yaitu profil suhu akan semakin menurun
sepanjang medium.
1 𝐴 2𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝐴
ℎ𝑐 = 𝐿 ( 𝐴𝑐 × 𝑘 + ( 𝐴𝑣 × 𝑘𝑓 )).
𝑔 𝐴 +𝑘𝐵
Setalah itu, praktikan membuat analisa perubahan harga k terhadap suhu yang
ditunjukkan dari persamaan 𝑘 = 𝑘0 𝛽𝑇 + 𝑘0 dengan memplot grafik k terhadap T
dengan 𝑘0 𝛽 = 𝑏 dan 𝑘0 = 𝑎. Pada bahan alumunium, didapatkan grafik yang
cenderung membentuk parabola dengan persamaan liniernya 𝑘 = 0,1404𝑇 + 41,031.
Sedangkan untuk bahan magnesium, grafik yang didapatkan cenderung menurun
dengan persamaan liniernya 𝑘 − 4,8274𝑇 + 307,49. Dengan begitu, alumunium
memiliki 𝑘0 = 41,031 dan 𝛽 = 3,422 × 10−3 dan magnesium memiliki 𝑘0 = 307,49
dan 𝛽 = 1,570 × 10−3 .
Selanjutnya pada unit 3, praktikan mendapatkan data laju volumetrik air keluar,
suhu air keluar, dan tegangan pada milivoltmeter, mirip dengan perhitungan unit 2,
praktikan mengubah tegangan pada milivoltmeter menjadi suhu pada setiap node dan
mencari rata-rata Tair dan Tnode untuk setiap node. Praktikan juga mencari laju alir massa
air dengan 𝜌 = 993,341 𝑘𝑔/𝑚^3 pada T=34,10C dan mendapatkan
𝑚 = 3,87793̇ × 10−3 𝑘𝑔/𝑠.
Pada unit 3, dicari harga k untuk logam tembaga. Namun, pada unit 3, batang
memiliki luas penampang yang berubah-ubah sehingga perlu dihitung dengan
𝑟 −𝑟
menggunakan metode analitis 𝑑𝑟 = 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑑𝑥 𝑎𝑤𝑎𝑙, di mana 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 = 0,01225𝑚 dan
𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 0,0252 𝑚 dengan 𝑑𝑥 = 9. Luas penampang dari jari-jari yang didapat untuk
setiap node dengan mengasumsikan batang berbentuk silindris panjang. Selanjutnya
dicari nilai k antarnode menggunakan perhitungan seperti pada unit 2 dengan rata-rata
A dari perhitungan sebelumnya. Nilai k hasil percobaan dibandingkan dengan nilai k
dari literatur, didapatkan ketidakcocokan antara teori dengan hasil percobaan. Harga k
tembaga akan berbanding terbalik terhadap suhu namun berdasarkan percobaan
12
didapatkan harga k yang fluktuatif dan cenderung naik seiring kenaikan suhu. Diduga
adanya pengaruh ukuran luas penampang tembaga yang makin lama makin besar, di
1
mana 𝑘 ≈ 𝐴Δ𝑇.
1. Kondisi alat unit konduksi yang sudah tua, keoptimalan alat dalam melakukan uji
coba praktikum patut dipertanyakan. Hal ini diperkuat dengan terjadinya error pada
indikator miliVoltmeter yang sempat error karena ketidakstabilan alat saat
pergantian node.
2. Karena kondisi alat sudah tua, diduga adanya korosi pada batang logam yang
menyebabkan penurunan kerja logam sehinggakonduksi tidak maksimal.
3. Pengukuran suhu saat mengukur suhu air keluar setelah kontak dengan logam
menjadi kurang akurat karena adanya kalor air yang terbuang ke lingkungan (di
sepanjang selang air keluar) akibat adanya kontak air dengan selang di sekitarnya.
4. Suhu air pendingin saat masuk unit tidak bisa diukur karena langsung tersambung
dengan alat sehingga diasumsikan sama dengan suhu air keran pada laboraturium,
padahal belum tentu suhu air akan sama. Bisa saja suhu air masuk pada alat akan
berbeda.
5. Konduksi kalor antara logam dengan air tidak seragam di setiap titik. Apabila jenis
aliran membentuk turbulensi maka tentunya profil persebaran suhu akan mengalami
variasi pada setiap titik pertemuan. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut dengan
menerapkan pemahaman mekanika fluida.
6. Pengolahan data dan sumber literatur yang kurang sesuai dengan permintaan
modul. Karena asisten laboraturium tidak secara jelas menjelaskan cara pengolahan
data dan sumber literatur yang harus digunakan, bisa terjadi variasi dalam
pengolahan data.
13
BAB IV
KESIMPULAN
1. Konduksi ialah proses perpindahan kalor yang terjadi pada medium tidak bergerak pada 1
macam atau lebih material, serta memiliki driving force berupa perbedaaan suhu antara 2
titik.
2. Perpindahakan kalor yang diamati pada kondisi steady state yang menjelaskan bahwa laju
perpindahan kalor dianggap konstan dalam suatu sistem. Laju perpindahakan kalor ini
dijelaskan oleh hokum Fourier yang memiliki parameter konduktivias termal, luas
penampang, perbedaan suhu dan jarak perpindahan kalor.
3. Konduktivitas termal dari percobaanmasing-masing logam memiliki nilai yang berbeda,
dimana dari unit 2 diperoleh nilai konduktivitas termal tertinggi setiap logam: 𝑘𝑏𝑎𝑗𝑎 =
𝑊 𝑊 𝑊
5.079 𝑚℃, 𝑘𝐴𝑙 = 54.915 𝑚℃, dan 𝑘𝑀𝑔 = 103.837 𝑚℃ sehingga kMg > kAl >> kbaja.
4. Dari percobaan didapat kecenderungan nilai k naik untuk alumunium pada suhu 70-
820C dan kecendrungan k turun untuk Magnesium pada suhu 42-440C. Sehingga
terdapat nilai suhu optimum agar nilai konduktivitas turut optimum untuk masing-
masing logam.
5. Berdasarkan hasil percobaan pada unit 2, diperoleh nilai tahanan kontak termal baja-
alumunium sebesar 1024957.83 dan alumunium-magnesium sebesar 6200896.17. Hal
ini dikarenakan permukaan antar logam tak merata seingga sambungan yang terdapat
antarlogam tidak berkontak secara sempurna satu sama lain menyebabkan terdapat ruang
kosong yang dapat diisi fluida.
6. Berdasarkan percobaan pada unit 3 yang memiliki perbedaan luas permukaan di setiap
nodenya didapatkan bahwa luas penampang node berbanding terbalik dengan dengan
konduktivitas termal, dimana semakin besar luas penampangnya, konduktivitas termal
logam semakin kecil.
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum Proses & Operasi Teknik 1. Depok: Departemen Teknik
Kimia FTUI.
Holman, J.P. (2010). Heat Transfer, 10th edition. New York : McGraw Hill, Ltd.
15
LAMPIRAN
PENGOLAHAN DATA
4.1 Unit 2
a. Konversi mV ke oC dan perhitungan Tavg
Persamaan yang digunakan adalah:
𝑇[℃] = (24,82 × 𝑇[𝑚𝑉]) + 29,74 … … … (11)
𝑇1 + 𝑇2
𝑇𝑎𝑣𝑔 = … … … (12)
2
1 29,4 208,99004
2 29,75 141,66579
3 29,7 86,13104
4 29,6 78,92083
16
5 29,45 72,38076
6 29,6 66,64734
7 29,45 56,23535
8 29,55 50,82459
9 29,6 45,66203
10 30,1 40,46224
𝑚𝑙 𝑚𝑙 𝑚𝑙
5,5 𝑠 + 5,4 𝑠 + 5,5 𝑠
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 =
3
𝑚𝑙 𝑚3
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 = 5,4667 = 5,4667 × 10−6
𝑠 𝑠
Pengukuran laju alir dilakukan pada T = 29,4 oC sehingga densitas air yang
digunakan sebesar 995,830 kg/m3.
𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌 … … . (15)
𝑚3 kg
𝑚̇ = 5,4667 × 10−6 × 995,830 3
𝑠 𝑚
𝑘𝑔
𝑚̇ = 5,44390 × 10−3
𝑠
Diketahui:
𝑘𝑔
𝑚̇ = 5,44390 × 10−3
𝑠
A = 7,94 x 10-4 m2
17
𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 = 4200 𝐽/𝑘𝑔𝑠
𝑇𝑟𝑒𝑓 = 29,1 ℃
(∆𝑇𝑎𝑖𝑟,1 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (∆𝑇𝑎𝑖𝑟,2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )
∆𝑇𝑎𝑖𝑟 = … … . . (21)
2
ΔT air
Bahan ΔX (m) ΔTavg (oC) K (W/m oC)
Node (oC)
Baja 12 0,025 0,475 67,324254 5,079266445
34 0,025 0,55 7,21021 54,91534435
Alumunium 45 0,025 0,425 6,54007 46,78272004
56 0,025 0,425 5,73342 53,36470446
78 0,025 0,4 5,41076 53,22070904
Magnesium 89 0,025 0,475 5,16256 66,2380339
9 10 0,025 0,75 5,19979 103,8375409
Tabel 7. Data Hubungan Panjang Node terhadap Suhu Air dan Node
18
3 29,7 86,13104 0,265
200
150
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
19
Gambar 5. Grafik hungan Suhu Node Rata-rata dengan Panjang Node
ΔT air
Bahan ΔX (m) ΔTavg (oC) K (W/m oC)
Node (oC)
Baja 12 0,025 0,475 67,324254 5,079266445
34 0,025 0,55 7,21021 54,91534435
Alumunium 45 0,025 0,425 6,54007 46,78272004
56 0,025 0,425 5,73342 53,36470446
20
78 0,025 0,4 5,41076 53,22070904
Magnesium 89 0,025 0,475 5,16256 66,2380339
9 10 0,025 0,75 5,19979 103,8375409
h. Perhitungan k0 dan β
Persamaan yang digunakan:
𝑘 = 𝑘𝑜 𝛽𝑇 + 𝑘𝑜 … (27)
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 … … (28)
Grafik T vs K Alumunium
56
55
54
53
y = 0.1404x + 41.031
52
51
50
49
48
47
46
68 70 72 74 76 78 80 82 84
21
Grafik T vs K Magnesium
120
100
80
60
y = -4.8274x + 307.49
40
20
0
40 42 44 46 48 50 52 54 56
Aluminium:
𝑘𝑜 𝛽 = 0,1404
𝑘𝑜 = 41,031
0,1404
𝛽 = 41,031 = 3,422 × 10−3
Magnesium
𝑘𝑜 𝛽 = −4,8274
𝑘𝑜 = 307,49
−4,8274
𝛽= = 1,570 × 10−3
307,49
4.2 Unit 3
a. Konversi mV ke oC dan perhitungan Tavg
Persamaan yang digunakan:
𝑇[℃] = (24,82 × 𝑇[𝑚𝑉]) + 29,74 … … (29)
𝑇1 + 𝑇2
𝑇𝑎𝑣𝑔 = … … . . (30)
2
22
Tabel 11. Data Percobaan Unit 3
1 34,2 101,0975
2 34,1 92,59665
3 34 84,33159
4 34,25 78,22587
5 34,2 71,90918
6 33,6 66,49842
7 34,05 61,36068
8 33,75 56,97995
9 34,2 53,319
10 34,2 49,8442
23
b. Penghitungan laju alir massa
Persamaan yang digunakan:
𝑣
𝑣̇ = → 𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌 … … (31)
𝑡
𝑚𝑙 𝑚𝑙 𝑚𝑙
3,9 𝑠 + 3,9 𝑠 + 3,9 𝑠
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 =
3
𝑚𝑙 𝑚3
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 = 3,9 = 3,9 × 10−6
𝑠 𝑠
Pengukuran laju alir dilakukan pada T = 34,1 oC sehingga densitas air yang
digunakan sebesar 994,341 kg/m3.
𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌 … . . (32)
−6
𝑚3 kg
𝑚̇ = 3,9 × 10 × 994,341 3
𝑠 𝑚
𝑘𝑔
𝑚̇ = 3,87793 × 10−3
𝑠
Tabel 13. Diameter dan Luas Penampang Logam pada Setiap Node
24
9 9 0,001383 0,023817 0,0017822
Diketahui:
𝑘𝑔
𝑚̇ = 3,87793 × 10−3
𝑠
𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 = 4200 𝐽/𝑘𝑔𝑠
𝑇𝑟𝑒𝑓 = 29,1 ℃
(∆𝑇𝑎𝑖𝑟,1 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (∆𝑇𝑎𝑖𝑟,2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )
∆𝑇𝑎𝑖𝑟 =
2
A Avg
Node dx (m) dT air (C) dT Avg (C) (m2) K (W/mC)
12 0,025 4,85 8,50085 0,000569 573,1477044
23 0,025 4,75 8,26506 0,000692 474,7237313
34 0,025 4,825 6,10572 0,000827 546,2033531
45 0,025 4,925 6,31669 0,000974 457,5695885
56 0,025 4,6 5,41076 0,001133 428,912881
67 0,025 4,525 5,13774 0,001304 386,0720019
78 0,025 4,6 4,38073 0,001487 403,6452204
89 0,025 4,675 3,66095 0,001682 433,971555
9 10 0,025 4,9 3,4748 0,001889 426,7109104
|𝑘𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 |
𝑘𝑅 = × 100% … … . (35)
𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
25
Tabel 15. Kesalahan Relatif Nilai Konduktivitas Percobaan
f. Perhitungan k0 dan β
Persamaan yang digunakan:
𝑘 = 𝑘𝑜 𝛽𝑇 + 𝑘𝑜 … … (36)
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 … … . . (37)
700
y = 3.1197x + 228.03
600
500
400
300
200
100
0
40 50 60 70 80 90 100 110
𝑘𝑜 𝛽 = 3,1197
𝑘𝑜 = 228,03
3,1197
𝛽 = 228,03 = 1,368 × 10−2
26