Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM UOP I

KONDUKSI
disampaikan kepada Cindy Dianita S.T., M.Eng.

Disusun oleh:

Kelompok 1

Fadel Al Farouq (1506717986)


Irfan Danu Rahatwan (1506717885)
Kuntum Khaira Ummah M (1506717935)
Maretha Putri Ayu (1506746203)

Departemen Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

Depok 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
2.1 Perpindahan Kalor Konduksi .................................................................................................. 4
2.2 Konduktivitas Termal ............................................................................................................. 4
2.3 Tahanan Kontak Termal.......................................................................................................... 5
2.4 Konduksi Tunak (Steady State) Satu Dimensi ........................................................................ 6
2.5 Konduksi Tak Tunak (Unsteady State) ................................................................................... 7
BAB III ...................................................................................................................................................... 8
3.1 Pengolahan Data dan Grafik Percobaan.................................................................................. 8
3.2 Analisa Peralatan dan Prosedur Percobaan ............................................................................. 9
3.3 Analisa Hasil dan Grafik Percobaan ..................................................................................... 10
3.4 Analisa Kesalahan ................................................................................................................. 13
BAB IV.................................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu perpindahan kalor telah dipelajari dari sejak dahulu. Aplikasi dari ilmu ini dapat
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari skala kecil hingga skala industry.
Tentunya dalam bidang ilmu Teknik Kimia, memiliki peran besar dalam berbagai macam
proses dan unit operasi. Perpindahan kalor dibagi menjadi 3 macam, yaitu konveksi,
radiasi dan konduksi yang menjadi fokusan dalam percobaan ini.
Perpindahan kalor secara konduksi terjadi pada suatu zat yang tidak bergerak relative
stabil. Apabila dua jenis benda yang memiliki temperatur berbeda saling berkontak
termal,maka temperatur benda yang lebih panas akan perlahan mendingin, sedangkan
temperatur benda yang lebih dingin akan menjadi panas hingga suhu tertentu. Peristiwa
tersebut terjadi karena adanya perpindahan kalor antara dua benda yang berkontak termal.
Dengan pemahaman mendalam tentunya seorang ahli Teknik Kimia dapat
mengoptimalkan suatu operasi yang memanfaatkan konduksi.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya pemahaman proses konduksi secara konsep
maupun perhitungan, maka hal ini harus dipahami oleh setiap calon sarjana teknik kimia,
khususnya bagi diri praktikan sendiri. Serta untuk mempelajari langsung dari percobaan
untuk mengetahui kondisi dan hubungan nyata dari masing-masing parameter. Atas dasar
inilah, praktikan menulis laporan praktikum konduksi agar dapat memahami lebih lanjut
mekanisme kerja konduksi sehingga nantinya dapat mengoptimalkan unit operasi yang
memanfaatkan konduksi.
1.2 Tujuan
1. Menghitung koefisien perpindahan kalor logam serta pengaruh suhu terhadap
kondutivitas termal (k) dengan menganalisi mekanisme perpindahan kalor steady
dan unsteady.
2. Menghitung koefisien kontak termal pada sambungan logam.
Pada praktikum ini hanya melakukan pengamatan perpindahan kalor dalam
keadaan steady state.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpindahan Kalor Konduksi


Perpindahan kalor konduksi adalah perpindahan kalor yang mengalir dari
lingkungan dengan suhu yang lebih tinggi ke lingkungan dengan suhu lebih rendah
melalui suatu medium tanpa diikuti perpindahan pada partikel mediumnya.

Gambar 1. Perpindahan Kalor Konduksi

(Sumber: Holman, J.P. Heat Transfer 10th edition. Mc-Graw Hill.)

Laju perpindahan kalor konduksi dipengaruhi oleh konstanta konduktivitas


termal, luas permukaan kontak termal, dan gradien perbedaan suhu terhadap arah
perpindahan kalor. Hubungan antara ketiganya dinyatakan dengan Hukum Fourier:

𝑑𝑇
𝑞 = −𝑘𝐴
𝑑𝑥
Dimana: q = laju perpindahan kalor (J/s)
K = konduktivitas termal (W/mK)
A = luas permukaan kontak (m2)
dT/dx = gradien perbedaan suhu (K/m)

2.2 Konduktivitas Termal

Konduktivitas termal (k) adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu


bahan untuk melakukan pengantaran atau perpindahan panas. Konduktivitas termal
mempunyai satuan W/mK. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal, semakin tinggi
pula laju perpindahan panas yang terjadi. Contohnya tembaga dengan nilai k 401
W/mK lebih dapat menghantarkan panas dari kaca dengan k 1,4 W/mK. Nilai k untuk
setiap bahan berbeda-beda, sehingga setiap bahan mempunyai nilai k yang spesifik.

4
Gambar 2. Nilai konduktivitas termal berbagai bahan
(Sumber: Cengel, Y. A & Moran, M.J. Thermodynamics as Engineering Approach)

Konduktivitas termal pada tabel di atas berlaku pada suhu ruangan (20-25oC).
Konduktivitas termal juga merupakan fungsi dari suhu, sehingga ada sedikit kenaikan
apabila perpindahan kalor terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Hubungannya dapat
dilihat dalam fungsi linier seperti berikut:
𝑘 = 𝑘𝑜 𝛽𝑇 + 𝑘𝑜

2.3 Tahanan Kontak Termal


Tahanan kontak termal adalah fenomena temperature drop yang terjadi apabila
perpindahan kalor mengalir melalui dua permukaan logam yang disambungkan. Di
antara dua permukaan yang disambungkan tersebut terdapat celah udara yang
diakibatkan oleh kekasaran permukaan padatan. Celah udara ini membuat penurunan
suhu secara tiba-tiba antara logam atau padatan yang satu ke yang lainnya.

Gambar 3. Celah udara pada sambungan logam akibat adanya kekasaran.


(Sumber: Holman, J.P. Heat Transfer 10th edition. Mc-Graw Hill.)

5
Gambar 4. Temperature drop akibat tahanan kontak termal
(Sumber: Holman, J.P. Heat Transfer 10th edition. Mc-Graw Hill.)

Laju perpindahan kalor melewati sambungan padatan tersebut dapat dinyatakan


sebagai berikut:
𝑇2𝐴 − 𝑇2𝐵 𝑇2𝐴 − 𝑇2𝐵 𝑇2𝐴 − 𝑇2𝐵
𝑞= + 𝑘𝑓 𝐴𝑣 =
𝐿𝑔 𝐿𝑔 𝐿𝑔 1/ℎ𝑐 𝐴
+
2𝑘𝐴 𝐴𝑐 2𝑘𝐵 𝐴𝑐
Dimana: Lg = ketebalan dari celah udara
kf = konduktivitas termal dari fluida yang mengisi celah
hc = koefisien kontak
Ac = Luas bidang kontak
Av = luas celah
Sehingga hc:
1 𝐴𝑐 2𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝐴𝑣
ℎ𝑐 = ( + 𝑘 )
𝐿𝑔 𝐴 𝑘𝐴 + 𝑘𝐵 𝐴 𝑓

Dan nilai laju perpindahan kalor pada sambungan:


𝑇2𝐴 − 𝑇2𝐵
𝑞=
1/ℎ𝑐 𝐴

2.4 Konduksi Tunak (Steady State) Satu Dimensi


Proses perpindahan panas konduksi pada keadaan tunak berarti perpindahan
panas atau gradien suhu konstan terhadap perubahan waktu. Akibat tidak adanya
gradien suhu, maka persamaan laju perpindahan kalornya:

(𝑇2 − 𝑇1 )
𝑞 = −𝑘𝐴
∆𝑥

6
Gambar 5. Konduksi melewati 3 pelat datar
(Sumber: Holman, J.P. Heat Transfer 10th edition. Mc-Graw Hill.)

Dalam perpindahan kalor konduksi pada pelat datar untuk beberapa gabungan
pelat seperti yang dilakukan pada unit 2 pada percobaan ini, nilai laju konduksi
totalnya menjadi
(𝑇1 − 𝑇4 )
𝑞=
∆𝑥𝐴 ∆𝑥𝐵 ∆𝑥𝐶
+ +
𝑘𝐴 𝐴 𝑘𝐵 𝐴 𝑘𝐶 𝐴

2.5 Konduksi Tak Tunak (Unsteady State)


Pada perpindahan panas konduksi dalam keadaan tak tunak, gradien suhu
dipengaruhi oleh waktu dan posisi. Perpindahan panas konduksi tak tunak umunya
terjadi di kehidupan sehari-hari, dimana suhu lingkungan yang pasti berubah seiring
terjadinya konduksi (penurunan suhu terhadap berjalannya waktu) agar suhu
mencapai kesetimbangannya.
Akibat dari gradien suhu berubah terhadap waktu dan posisi, maka persamaan
laju konduksinya juga dipengaruhi oleh faktor waktu sebagai fungsi diferensial dari
suhu. Sehingga persamaan laju konduksnya dinyatakan dengan:

𝜕 2 𝑇 1 𝜕𝑇
=
𝜕𝑋 2 ∝ 𝜕𝑡

Dalam melakukan percobaan pendekatan yang dilakukan adalah satu dimensi


(tinjauan satu arah), sehingga laju konduksinya pada keadaan tak tunak untuk satu
dimensi adalah

𝜕 𝜕𝑇 𝜕𝑇
(𝑘 ) + 𝑞 = 𝜌𝑐
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑡

7
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA PERCOBAAN

3.1 Pengolahan Data dan Grafik Percobaan


Berikut ini adalah tabel data praktikum yang praktikan dapatkan.

Unit 2

Tabel 1. Data Percobaan Konduksi pada Unit 2

Node Tair1 V1 Tnode1 Tair2 V2 Tnode2


(oC) (mV) (oC) (oC) (mV) (oC)

1 29,4 7,11 206,2102 29,4 7,334 211,76988

2 30,4 4,434 139,7919 29,1 4,585 143,5397

3 29,9 2,249 85,56018 29,5 2,295 86,7019

4 30,1 1,945 78,0149 29,1 2,018 79,82676

5 30,2 1,689 71,66098 28,7 1,747 73,10054

6 30,2 1,465 66,1013 29,0 1,509 67,19338

7 30,1 1,052 55,85064 28,8 1,083 56,62006

8 30,3 0,840 50,5888 28,8 0,859 51,06038

9 30,1 0,635 45,5007 29,1 0,648 45,82336

10 30,1 0,432 40,46224 30,1 0,432 40,46224

8
Unit 3

Tabel 2. Data Percobaan Konduksi pada Unit 3

Node Tair1 V1 Tnode1 Tair2 V2 Tnode2


(oC) (mV) (oC) (oC) (mV) (oC)

1 34,2 2,897 101,64354 34,2 2,853 100,55146

2 34 2,540 92,7828 34,2 2,525 92,4105

3 33,8 2,197 84,26954 34,2 2,202 84,39364

4 34,4 1,980 78,8836 34,1 1,927 77,56814

5 34,2 1,710 72,1822 34,2 1,688 71,63616

6 33,3 1,505 67,0941 33,9 1,457 65,90274

7 34,2 1,288 61,70816 33,9 1,260 61,0132

8 33,8 1,105 57,1661 33,7 1,090 56,7938

9 34 0,954 53,41828 34,4 0,946 53,21972

10 34,2 0,810 49,8442 34,2 0,810 49,8442

*Perhitungan pengolahan data dan grafik terlampir.

3.2 Analisa Peralatan dan Prosedur Percobaan


Pada modul Konduksi, praktikan diminta untuk melakukan percobaan untuk
menghitung koefisien konduksi atau perpindahan kalor logam serta pengaruh suhu
terhadap konduktivitas termal (k) dengan menganalisa mekanisme perpindahan kalor
pada kondisi steady dan unsteady, serta menentukan koefisien kontak yang terjadi
antara dua logam.

Kegiatan yang dilakukan oleh praktikan ialah mengamati peristiwa perpindahan


panas yang terjadi pada alat unit konduksi dimana unit yang digunakan ialah unit 2 dan
3. Unit 2 dan 3 merupakan rangkaian logam yang terdiri dari berbagai logam dengan
10 node yang memberikan variasi dalam proses konduksi logam. Pada unit 2, logam
dengan jenis bahan Baja, Alumunium, dan Magnesium (memiliki nilai konduktivitas
termal logam berbeda) disusun seri yang kemudian dialirkan kalor yang diperoleh
melalui pemanas elektrik. Praktikan mengamati perubahan tegangan pada indikator
miliVoltmeter serta mengambil data suhu air keluar dari unit (air yang telah mengalami
kontak dengan logam di dalam unit) untuk tiap-tiap node. Data-data tersebut diambil

9
untuk nantinya diolah sehingga praktikan dapat memperoleh nilai konduktivitas termal
logam dan membandingkannya dengan data nilai konduktivitas termal dari literatur.
Pengamatan pada unit 2 ini juga untuk menentukan nilai tahanan kontak termal dari dua
bahan logam yang berbeda dimana pada pertemuan sambungan dua logam yang
berbeda akan terjadi tahanan kontak termal yaitu penurunan suhu yang terjadi secara
mendadak dikarenakan terdapat sambungan yang tidak sempurna dari dua bahan
tersebut akibat kekasaran pada permukaan logam.

Setelah melakukan pengamatan dan pengambilan data pada unit 2, praktikan


diminta untuk mengganti alat ke unit 3 dimana dilaksanakannya pengamatan pengaruh
luas permukaan terhadap nilai konduktivitas termal logam. Pada alat unit 3 ini, batang
logam tembaga (Cu) yang memiiki diameter yang bervariasi dari diameter besar ke
kecil seiring dengan peningkatan node dari bawah ke atas dialirkan kalor dari pemanas
elektrik pada bagian paling bawah. Pada unit 3, praktikan mengambil data perubahan
tegangan pada indikator miliVoltmeter serta mengambil data suhu air keluar dari unit
(air yang telah mengalami kontak dengan logam di dalam unit) untuk tiap-tiap node
seperti yang telah dilakukan pada unit 2.

Unit konduksi yang digunakan memanfaatkan air sebagai media pendingin


dimana air dikontakkan dengan logam yang telah dipanaskan sehingga terjadi
perpindahan kalor dari logam ke air untuk mengetahui seberapa besar perpindahan
kalor yang dikonduksikan logam. Pada kedua percobaan tersebut, suhu air pada aliran
masuk dan keluar dicatat dengan menggunakan termometer digital. Suhu air masuk
diasumsikan sama dengan suhu air keran pada laboraturium DTK lantai 1. Praktikan
tidak bisa mengukur suhu air masuk unit secara langsung karena dari sumber air sudah
dipasang ke dalam alat dan sulit untuk dibuka.

Untuk mempermudah perhitungan, data suhu dan tegangan yang digunakan


pada unit dikondisikan dalam keadaan tunak. Hal ini dilakukan dengan membiarkan
alat untuk stabil selama 1 menit tiap kali berganti node. Ketika mengganti unit 2 ke unit
3, praktikan diminta untuk membiarkan alat menjadi stabil selama kurang lebih 20
menit oleh asisten laboraturium. Selain itu, praktikan juga dianjurkan untuk tidak
memegang-megang kabel miliVoltmeter ketika unit sedang melakukan pengukuran
tegangan karena dapat mempengaruhi kestabilitasan alat. Ketika alat tidak stabil,
indikator miliVoltmeter akan menunjukkan nilai yang tidak konstan atau negatif.

3.3 Analisa Hasil dan Grafik Percobaan


Praktikan melakukan pengolahan data pada unit 2 dan 3. Pada Unit 2, data yang
diperoleh adalah laju volumetrik air keluar (ml/s), suhu aliran air keluar (C), serta
tegangan pada milivoltmeter (mV). Praktikan mendapatkan rata-rata laju volumetrik air
keluar adalah sebesar 3,9 x 10-6 m3/s. Dengan suhu air sebelum menerima panas adalah
29,10C, maka laju alir massa air dapat diketahui dengan mengalikan laju volumetrik
dengan densitas air sehingga didapatkan lajur alir massa air sebesar 5,44390 x 10-3
kg/s. Suhu aliran air keluar untuk setiap node berkisar antara 29,4—30,10C atau
sehingga bisa diasumsikan bahwa suhu air keluar tiap node konstan karena air

10
menerima kalor yang seragam di tiap titik pertemuan dengan logam. Dengan suhu air
sebelum menerima panas sebesar 29,10C dan diasumsikan cp air konstan 4200 J/Kg0C
(sumber literatur) karena perubahan suhu pada air tidak terlalu besar, jumlah kalor yang
diterima air dapat dihitung dengan persamaan :

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 = 𝑚̇ × 𝑐𝑝 × Δ𝑇𝑎𝑖𝑟 .

Tegangan pada milivoltmeter yang praktikan dapatkan selalu menurun untuk


setiap kenaikan node. Untuk mengkonversi tegangan pada node menjadi suhu,
digunakan persamaan 𝑇 = (24,82 × 𝑉) + 29,74. Profil suhu yang menurun untuk
setiap node sesuai dengan hukum fourier dimana
ΔT
𝑄 = −𝑘𝐴 ,
Δx

Δ𝑥 adalah jarak antar node dan A adalah luas penampang batang logam.
Berdasarkan data pengamatan, diketahui bahwa terdapat perbedaan suhu yang cukup
jauh pada node 2-3 dan node 6-7 akibat adanya tahanan kontak termal (hc) pada
sambungan baja-alumunium dan sambungan alumunium-magnesium yang
menyebabkan penurunan profil suhu pada node-node tersebut.

Melalui pengolahan data, diketahui suhu rata-rata antar node (Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 ) pada
setiap bahan logam. Untuk baja, yaitu rata-rata suhu node 1-2, alumunium rata-rata
suhu node 3-4, 4-5, dan 5-6, dan magnesium rata-rata suhu node 7-8, 8-9, dan 9-10.
Dengan diketahui 𝐴 = 7,94 × 10−4 𝑚2, maka dapat diketahui harga konduktivitas
termal (k) untuk setiap rata-rata suhu antar node dengan menggunakan :

𝑚̇×𝑐𝑝×Δ𝑇𝑎𝑖𝑟
𝑘= Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 .
𝐴 Δ𝑥

𝑊 𝑊
Didapatkan 𝑘𝑏𝑎𝑗𝑎 = 5,07927 𝑚℃, 𝑘𝐴𝑙 = 51.68759 𝑚℃, dan 𝑘𝑀𝑔 =
𝑊
74.43209 𝑚℃ atau kMg > kAl > kbaja. Setelah didapatkan harga konduktivitas termal
logam berdasarkan percobaan, praktikan membandingkan nilai k dengan nilai k
berdasarkan teori literatur. Ditemui bahwa data yang diperoleh dari percobaan tidak
sesuai dengan data literatur yaitu karena menurut literatur kAl > kMg > kbaja. Kesalahan
ini selanjutnya akan dibahas pada analisis kesalahan.

Selanjutnya praktikan membuat plot grafik suhu rata-rata air (Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 𝑎𝑖𝑟) vs.
jarak ujung batang logam menuju node (L) dan mendapatkan grafik yang fluktuatif,.
Hasil grafik bertentangan dengan asumsi bahwa jumlah kalor yang diterima air untuk
setiap node adalah sama. Namun karena perbedaan suhu yang tidak sampai 10C dapat
diabaikan, disimpulkan bahwa jumlah kalor yang diterima air untuk setiap node dari
konduksi logam adalah konstan. Praktikan juga membuat plot grafik suhu rata-rata node
(Δ𝑇𝑎𝑣𝑔 𝑛𝑜𝑑𝑒) terhadap L dan mendapatkan grafik yang cenderung menurun secara

11
eksponensial dimana Hukum Fourier berlaku yaitu profil suhu akan semakin menurun
sepanjang medium.

Langkah berikutnya adalah menghitung koefisien kontak termal (hc)


menggunakan

1 𝐴 2𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝐴
ℎ𝑐 = 𝐿 ( 𝐴𝑐 × 𝑘 + ( 𝐴𝑣 × 𝑘𝑓 )).
𝑔 𝐴 +𝑘𝐵

Disumsikan 𝐴𝑐 = 𝐴𝑣 = 0,5𝐴 dan 𝑘𝑓 = 1 (udara), didapatkan besar tahanan


kontak termal baja-alumunium sebesar 1024957,83 dan alumunium-magnesium
sebesar 6200896,17. Sedangkan, tahanan kontak termal literatur untuk baja-alumunium
sebesar 2732478,63 dan alumunium-magnesium sebesar 18286666,67.

Berikutnya dihitung kehilangan kalor (QLoss) akibat konduksi kalor logam ke


air. QLoss dicari menggunakan 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑄𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 − 𝑄𝑎𝑖𝑟 di mana 𝑄𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 ×
Δ𝑇𝑎𝑣𝑔
𝐴 dan 𝑄𝑎𝑖𝑟 = 𝑚̇ × 𝑐𝑝 × (𝑇𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑇𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 ). QLoss semakin menurun seiring
Δ𝑥
meningkatnya node dikarenakan profil suhu yang juga semakin menurun pada batang
logam.

Setalah itu, praktikan membuat analisa perubahan harga k terhadap suhu yang
ditunjukkan dari persamaan 𝑘 = 𝑘0 𝛽𝑇 + 𝑘0 dengan memplot grafik k terhadap T
dengan 𝑘0 𝛽 = 𝑏 dan 𝑘0 = 𝑎. Pada bahan alumunium, didapatkan grafik yang
cenderung membentuk parabola dengan persamaan liniernya 𝑘 = 0,1404𝑇 + 41,031.
Sedangkan untuk bahan magnesium, grafik yang didapatkan cenderung menurun
dengan persamaan liniernya 𝑘 − 4,8274𝑇 + 307,49. Dengan begitu, alumunium
memiliki 𝑘0 = 41,031 dan 𝛽 = 3,422 × 10−3 dan magnesium memiliki 𝑘0 = 307,49
dan 𝛽 = 1,570 × 10−3 .

Selanjutnya pada unit 3, praktikan mendapatkan data laju volumetrik air keluar,
suhu air keluar, dan tegangan pada milivoltmeter, mirip dengan perhitungan unit 2,
praktikan mengubah tegangan pada milivoltmeter menjadi suhu pada setiap node dan
mencari rata-rata Tair dan Tnode untuk setiap node. Praktikan juga mencari laju alir massa
air dengan 𝜌 = 993,341 𝑘𝑔/𝑚^3 pada T=34,10C dan mendapatkan
𝑚 = 3,87793̇ × 10−3 𝑘𝑔/𝑠.

Pada unit 3, dicari harga k untuk logam tembaga. Namun, pada unit 3, batang
memiliki luas penampang yang berubah-ubah sehingga perlu dihitung dengan
𝑟 −𝑟
menggunakan metode analitis 𝑑𝑟 = 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑑𝑥 𝑎𝑤𝑎𝑙, di mana 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 = 0,01225𝑚 dan
𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 0,0252 𝑚 dengan 𝑑𝑥 = 9. Luas penampang dari jari-jari yang didapat untuk
setiap node dengan mengasumsikan batang berbentuk silindris panjang. Selanjutnya
dicari nilai k antarnode menggunakan perhitungan seperti pada unit 2 dengan rata-rata
A dari perhitungan sebelumnya. Nilai k hasil percobaan dibandingkan dengan nilai k
dari literatur, didapatkan ketidakcocokan antara teori dengan hasil percobaan. Harga k
tembaga akan berbanding terbalik terhadap suhu namun berdasarkan percobaan

12
didapatkan harga k yang fluktuatif dan cenderung naik seiring kenaikan suhu. Diduga
adanya pengaruh ukuran luas penampang tembaga yang makin lama makin besar, di
1
mana 𝑘 ≈ 𝐴Δ𝑇.

Praktikan kemudian membuat plot grafik antara k tembaga terhadap T untuk


mencari hubungan antara keduanya. Grafik yang praktikan dapatkan berupa grafik
fluktuatif dengan kecenderungan naik dengan persamaan linearnya 𝑘 = 3,1197𝑇 +
228,03. Maka didapatkan harga 𝑘0 = 228,03 dan harga 𝛽 =1,368 × 10−2.

3.4 Analisa Kesalahan


Pada pelaksanaan praktikum dan pengolahan data, praktikan menemui nilai
kesalahan relatif pada konduktivitas termal tembaga yang cukup bervariasi yaitu 0
hingga 49%. Nilai ini mengindikasikan adanya error yang dilakukan. Kesalahan ini
dapat terjadi akibat metode pengambilan data yang kurang baik, adanya permasalahan
teknis pada alat, dan ketidaktelitian praktikan dalam mengolah data. Akibatnya, data
nilai konduktivitas termal tembaga hasil praktikum menunjukkan perbedaan yang
cukup signifikan dengan data berdasarkan literatur. Berikut adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya kesalahan dalam percobaan :

1. Kondisi alat unit konduksi yang sudah tua, keoptimalan alat dalam melakukan uji
coba praktikum patut dipertanyakan. Hal ini diperkuat dengan terjadinya error pada
indikator miliVoltmeter yang sempat error karena ketidakstabilan alat saat
pergantian node.

2. Karena kondisi alat sudah tua, diduga adanya korosi pada batang logam yang
menyebabkan penurunan kerja logam sehinggakonduksi tidak maksimal.

3. Pengukuran suhu saat mengukur suhu air keluar setelah kontak dengan logam
menjadi kurang akurat karena adanya kalor air yang terbuang ke lingkungan (di
sepanjang selang air keluar) akibat adanya kontak air dengan selang di sekitarnya.

4. Suhu air pendingin saat masuk unit tidak bisa diukur karena langsung tersambung
dengan alat sehingga diasumsikan sama dengan suhu air keran pada laboraturium,
padahal belum tentu suhu air akan sama. Bisa saja suhu air masuk pada alat akan
berbeda.

5. Konduksi kalor antara logam dengan air tidak seragam di setiap titik. Apabila jenis
aliran membentuk turbulensi maka tentunya profil persebaran suhu akan mengalami
variasi pada setiap titik pertemuan. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut dengan
menerapkan pemahaman mekanika fluida.

6. Pengolahan data dan sumber literatur yang kurang sesuai dengan permintaan
modul. Karena asisten laboraturium tidak secara jelas menjelaskan cara pengolahan
data dan sumber literatur yang harus digunakan, bisa terjadi variasi dalam
pengolahan data.

13
BAB IV
KESIMPULAN

1. Konduksi ialah proses perpindahan kalor yang terjadi pada medium tidak bergerak pada 1
macam atau lebih material, serta memiliki driving force berupa perbedaaan suhu antara 2
titik.
2. Perpindahakan kalor yang diamati pada kondisi steady state yang menjelaskan bahwa laju
perpindahan kalor dianggap konstan dalam suatu sistem. Laju perpindahakan kalor ini
dijelaskan oleh hokum Fourier yang memiliki parameter konduktivias termal, luas
penampang, perbedaan suhu dan jarak perpindahan kalor.
3. Konduktivitas termal dari percobaanmasing-masing logam memiliki nilai yang berbeda,
dimana dari unit 2 diperoleh nilai konduktivitas termal tertinggi setiap logam: 𝑘𝑏𝑎𝑗𝑎 =
𝑊 𝑊 𝑊
5.079 𝑚℃, 𝑘𝐴𝑙 = 54.915 𝑚℃, dan 𝑘𝑀𝑔 = 103.837 𝑚℃ sehingga kMg > kAl >> kbaja.
4. Dari percobaan didapat kecenderungan nilai k naik untuk alumunium pada suhu 70-
820C dan kecendrungan k turun untuk Magnesium pada suhu 42-440C. Sehingga
terdapat nilai suhu optimum agar nilai konduktivitas turut optimum untuk masing-
masing logam.
5. Berdasarkan hasil percobaan pada unit 2, diperoleh nilai tahanan kontak termal baja-
alumunium sebesar 1024957.83 dan alumunium-magnesium sebesar 6200896.17. Hal
ini dikarenakan permukaan antar logam tak merata seingga sambungan yang terdapat
antarlogam tidak berkontak secara sempurna satu sama lain menyebabkan terdapat ruang
kosong yang dapat diisi fluida.
6. Berdasarkan percobaan pada unit 3 yang memiliki perbedaan luas permukaan di setiap
nodenya didapatkan bahwa luas penampang node berbanding terbalik dengan dengan
konduktivitas termal, dimana semakin besar luas penampangnya, konduktivitas termal
logam semakin kecil.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Praktikum Proses & Operasi Teknik 1. Depok: Departemen Teknik
Kimia FTUI.

Holman, J.P. (2010). Heat Transfer, 10th edition. New York : McGraw Hill, Ltd.

THERMAL CONTACT RESISTANCE [ONLINE] Available at:


http://www.thermopedia.com/content/1188/[Accessed 1 1 November 2017].

Thermal Conductivity Metals. [ONLINE] Available at:


https://www.engineeringtoolbox.com/thermal-conductivity-metals-d_858.html.[Accessed
1 1 November 2017].

Table Element. [ONLINE] Available at:


http://www.efunda.com/materials/elements/TC_Table.cfm?Element_ID=Mg. [Accessed 12
November 2017].

15
LAMPIRAN
PENGOLAHAN DATA
4.1 Unit 2
a. Konversi mV ke oC dan perhitungan Tavg
Persamaan yang digunakan adalah:
𝑇[℃] = (24,82 × 𝑇[𝑚𝑉]) + 29,74 … … … (11)
𝑇1 + 𝑇2
𝑇𝑎𝑣𝑔 = … … … (12)
2

Tabel 1. Data Percobaan Konduksi pada Unit 2


Node Tair1 V1 Tnode1 Tair2 V2 Tnode2
(oC) (mV) (oC) (oC) (mV) (oC)

1 29,4 7,11 206,2102 29,4 7,334 211,76988

2 30,4 4,434 139,7919 29,1 4,585 143,5397

3 29,9 2,249 85,56018 29,5 2,295 86,7019

4 30,1 1,945 78,0149 29,1 2,018 79,82676

5 30,2 1,689 71,66098 28,7 1,747 73,10054

6 30,2 1,465 66,1013 29,0 1,509 67,19338

7 30,1 1,052 55,85064 28,8 1,083 56,62006

8 30,3 0,840 50,5888 28,8 0,859 51,06038

9 30,1 0,635 45,5007 29,1 0,648 45,82336

10 30,1 0,432 40,46224 30,1 0,432 40,46224

Tabel 4. Data Suhu Rata-rata Air dan Node Setelah Dikonversi

Node Tavg air (oC) Tavg node (oC)

1 29,4 208,99004

2 29,75 141,66579

3 29,7 86,13104

4 29,6 78,92083

16
5 29,45 72,38076

6 29,6 66,64734

7 29,45 56,23535

8 29,55 50,82459

9 29,6 45,66203

10 30,1 40,46224

b. Perhitungan laju alir massa


Persamaan yang digunakan:
𝑣
𝑣̇ = → 𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌 … … . (13)
𝑡

𝑚𝑙 𝑚𝑙 𝑚𝑙
5,5 𝑠 + 5,4 𝑠 + 5,5 𝑠
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 =
3
𝑚𝑙 𝑚3
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 = 5,4667 = 5,4667 × 10−6
𝑠 𝑠

Pengukuran laju alir dilakukan pada T = 29,4 oC sehingga densitas air yang
digunakan sebesar 995,830 kg/m3.
𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌 … … . (15)
𝑚3 kg
𝑚̇ = 5,4667 × 10−6 × 995,830 3
𝑠 𝑚
𝑘𝑔
𝑚̇ = 5,44390 × 10−3
𝑠

c. Perhitungan nilai konduktivitas termal (k)


Persamaan yang digunakan:
∆𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑘𝐴 … … … (16)
∆𝑥
𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 = 𝑚̇𝐶𝑝 ∆𝑇𝑎𝑖𝑟 … … (17)
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 … … . . (18)
∆𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑘𝐴 = 𝑚̇𝐶𝑝 ∆𝑇𝑎𝑖𝑟 … … (19)
∆𝑥
𝑚̇𝐶𝑝 ∆𝑇𝑎𝑖𝑟 ∆𝑥
𝑘= … … (20)
𝐴∆𝑇𝑎𝑣𝑔

Diketahui:
𝑘𝑔
𝑚̇ = 5,44390 × 10−3
𝑠
A = 7,94 x 10-4 m2
17
𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 = 4200 𝐽/𝑘𝑔𝑠
𝑇𝑟𝑒𝑓 = 29,1 ℃
(∆𝑇𝑎𝑖𝑟,1 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (∆𝑇𝑎𝑖𝑟,2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )
∆𝑇𝑎𝑖𝑟 = … … . . (21)
2

Tabel 5. Nilai Konduktivitas Termal Unit 2

ΔT air
Bahan ΔX (m) ΔTavg (oC) K (W/m oC)
Node (oC)
Baja 12 0,025 0,475 67,324254 5,079266445
34 0,025 0,55 7,21021 54,91534435
Alumunium 45 0,025 0,425 6,54007 46,78272004
56 0,025 0,425 5,73342 53,36470446
78 0,025 0,4 5,41076 53,22070904
Magnesium 89 0,025 0,475 5,16256 66,2380339
9 10 0,025 0,75 5,19979 103,8375409

d. Perhitungan kesalahan relatif


Persamaan yang digunakan:
|𝑘𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 |
𝑘𝑅 = × 100% … . . (22)
𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

Tabel 6. Kesalahan Relatif Percobaan Unit 2

K (W/m Klit (W/m


Bahan Node oC) oC) kR (%)
Baja 12 5,07926645 14 63,71953
34 54,9153444 220 75,03848
Alumunium 45 46,78272 220 78,73513
56 53,3647045 220 75,74332
78 53,220709 155 65,66406
Magnesium 89 66,2380339 155 57,26578
9 10 103,837541 155 33,00804

e. Grafik Tavg node dan Tavg air terhadap L

Tabel 7. Data Hubungan Panjang Node terhadap Suhu Air dan Node

Node Tavg air (oC) Tavg node (oC) L (m)

1 29,4 208,99004 0,183

2 29,75 141,66579 0,208

18
3 29,7 86,13104 0,265

4 29,6 78,92083 0,31

5 29,45 72,38076 0,355

6 29,6 66,64734 0,4

7 29,45 56,23535 0,462

8 29,55 50,82459 0,507

9 29,6 45,66203 0,552

10 30,1 40,46224 0,597

Grafik Tavg air Vs L


30.2
30.1
30
29.9
29.8
29.7
29.6
29.5
29.4
29.3
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Gambar 4. Grafik hungan Suhu Air Rata-rata dengan Panjang Node

Grafik Tavg node Vs L


250

200

150

100

50

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

19
Gambar 5. Grafik hungan Suhu Node Rata-rata dengan Panjang Node

f. Perhitungan nilai koefisien kontak termal (hc)


Persamaan yang digunakan:
1 𝐴𝑐 2𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝐴𝑣
ℎ𝑐 = ( × + ( × 𝑘𝑓 )) … . . (23)
𝐿𝑔 𝐴 𝑘𝐴 + 𝑘𝐵 𝐴
Diketahui:
Lg = 5 µm
Kf = 1 (kf udara)
A = 0,00079 m2
Ac = 0,5A
Av = 0,5A
Kbaja = 5,07926 W/m oC Kbaja,lit = 14 W/m oC
KAl = 51,6876 W/m oC KAl,lit = 220 W/m oC
KMg = 74,43207 W/m oC KMg,lit = 155 W/m oC

Tabel 8. Grafik hungan Suhu Air Rata-rata dengan Panjang Node

Jenis kontak hc hclit KR (%)

Baja-Al 1024957,83 2732478,63 62,48%

Al-Mg 6200896,17 18286666,67 66,1%

g. Perhitungan nilai Qair, Qbahan, dan Qloss


𝑄𝑎𝑖𝑟 = 𝑚̇𝑎𝑖𝑟 𝐶𝑝𝑎𝑖𝑟 (𝑇𝑎𝑖𝑟,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑎𝑖𝑟,𝑖𝑛 ) … . . (24)
∆𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑄𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑘𝑙𝑖𝑡 𝐴 … … . (25)
∆𝑥
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑄𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 − 𝑄𝑎𝑖𝑟 … … . . (26)
Diketahui:
𝑘𝑔
𝑚̇ = 7,651 × 10−3
𝑠
A = 7,94 x 10-4 m2
𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 = 4200 𝐽/𝑘𝑔𝑠

Tabel 9. Nilai Tahanan Kontak Termal

ΔT air
Bahan ΔX (m) ΔTavg (oC) K (W/m oC)
Node (oC)
Baja 12 0,025 0,475 67,324254 5,079266445
34 0,025 0,55 7,21021 54,91534435
Alumunium 45 0,025 0,425 6,54007 46,78272004
56 0,025 0,425 5,73342 53,36470446

20
78 0,025 0,4 5,41076 53,22070904
Magnesium 89 0,025 0,475 5,16256 66,2380339
9 10 0,025 0,75 5,19979 103,8375409

Tabel 10. Nilai Kalor yang Terdapat pada Node

Bahan Node Qair Qbahan Qloss


Baja 1d2 10,8605805 29,9350563 19,0744758
3d4 12,575409 50,37917931 37,80377031
Alumunium 4 d 5 9,7173615 45,6967771 35,9794156
5d6 9,7173615 40,06055222 30,34319072
7d8 9,145752 26,63608933 17,49033733
Magnesium 8 d 9 10,8605805 25,41425037 14,55366987
9 d 10 17,148285 25,59752621 8,449241212

h. Perhitungan k0 dan β
Persamaan yang digunakan:
𝑘 = 𝑘𝑜 𝛽𝑇 + 𝑘𝑜 … (27)
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 … … (28)

Grafik T vs K Alumunium
56
55
54
53
y = 0.1404x + 41.031
52
51
50
49
48
47
46
68 70 72 74 76 78 80 82 84

21
Grafik T vs K Magnesium
120

100

80

60
y = -4.8274x + 307.49
40

20

0
40 42 44 46 48 50 52 54 56

Gambar 6. Grafik Hubungan Suhu Rata-rata Node dengan nilai Tahanan


Kontak Termal

Aluminium:
𝑘𝑜 𝛽 = 0,1404

𝑘𝑜 = 41,031
0,1404
𝛽 = 41,031 = 3,422 × 10−3

Magnesium

𝑘𝑜 𝛽 = −4,8274

𝑘𝑜 = 307,49
−4,8274
𝛽= = 1,570 × 10−3
307,49

4.2 Unit 3
a. Konversi mV ke oC dan perhitungan Tavg
Persamaan yang digunakan:
𝑇[℃] = (24,82 × 𝑇[𝑚𝑉]) + 29,74 … … (29)
𝑇1 + 𝑇2
𝑇𝑎𝑣𝑔 = … … . . (30)
2

22
Tabel 11. Data Percobaan Unit 3

Node Tair1 V1 Tnode1 Tair2 V2 Tnode2


(oC) (mV) (oC) (oC) (mV) (oC)

1 34,2 2,897 101,64354 34,2 2,853 100,55146

2 34 2,540 92,7828 34,2 2,525 92,4105

3 33,8 2,197 84,26954 34,2 2,202 84,39364

4 34,4 1,980 78,8836 34,1 1,927 77,56814

5 34,2 1,710 72,1822 34,2 1,688 71,63616

6 33,3 1,505 67,0941 33,9 1,457 65,90274

7 34,2 1,288 61,70816 33,9 1,260 61,0132

8 33,8 1,105 57,1661 33,7 1,090 56,7938

9 34 0,954 53,41828 34,4 0,946 53,21972

10 34,2 0,810 49,8442 34,2 0,810 49,8442

Tabel 12. Suhu Rata-rata Air dan Node

Node Tavg air (oC) Tavg node (oC)

1 34,2 101,0975

2 34,1 92,59665

3 34 84,33159

4 34,25 78,22587

5 34,2 71,90918

6 33,6 66,49842

7 34,05 61,36068

8 33,75 56,97995

9 34,2 53,319

10 34,2 49,8442

23
b. Penghitungan laju alir massa
Persamaan yang digunakan:
𝑣
𝑣̇ = → 𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌 … … (31)
𝑡

𝑚𝑙 𝑚𝑙 𝑚𝑙
3,9 𝑠 + 3,9 𝑠 + 3,9 𝑠
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 =
3
𝑚𝑙 𝑚3
𝑣̇𝑎𝑣𝑔 = 3,9 = 3,9 × 10−6
𝑠 𝑠

Pengukuran laju alir dilakukan pada T = 34,1 oC sehingga densitas air yang
digunakan sebesar 994,341 kg/m3.
𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌 … . . (32)
−6
𝑚3 kg
𝑚̇ = 3,9 × 10 × 994,341 3
𝑠 𝑚
𝑘𝑔
𝑚̇ = 3,87793 × 10−3
𝑠

c. Perhitungan selisih jarak dan luas setiap node


Persamaan yang digunakan:
𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑑𝑟 = … … (33)
𝑑𝑥
𝐷𝑎𝑤𝑎𝑙 0,0255 𝑚
𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 = = = 0,01225 𝑚
2 2
𝐷𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 0,0504 𝑚
𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = = = 0,0252 𝑚
2 2

Tabel 13. Diameter dan Luas Penampang Logam pada Setiap Node

Node dx dr (m) R (m) A (m2)

1 9 0,001383 0,012750 0,0005108

2 9 0,001383 0,014133 0,0006276

3 9 0,001383 0,015517 0,0007565

4 9 0,001383 0,016900 0,0008974

5 9 0,001383 0,018283 0,0010503

6 9 0,001383 0,019667 0,0012153

7 9 0,001383 0,021050 0,0013922

8 9 0,001383 0,022433 0,0015812

24
9 9 0,001383 0,023817 0,0017822

10 9 0,001383 0,025200 0,0019953

d. Perhitungan nilai konduktivitas termal (k)


Persamaan yang digunakan:
∆𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑘𝐴
∆𝑥
𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 = 𝑚̇𝐶𝑝 ∆𝑇𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
∆𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑘𝐴 = 𝑚̇𝐶𝑝 ∆𝑇𝑎𝑖𝑟
∆𝑥
𝑚̇𝐶𝑝 ∆𝑇𝑎𝑖𝑟 ∆𝑥
𝑘= … . (34)
𝐴∆𝑇𝑎𝑣𝑔

Diketahui:
𝑘𝑔
𝑚̇ = 3,87793 × 10−3
𝑠
𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 = 4200 𝐽/𝑘𝑔𝑠
𝑇𝑟𝑒𝑓 = 29,1 ℃
(∆𝑇𝑎𝑖𝑟,1 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (∆𝑇𝑎𝑖𝑟,2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )
∆𝑇𝑎𝑖𝑟 =
2

Tabel 14. Nilai Konduktivitas Termal Bahan pada Setiap Node

A Avg
Node dx (m) dT air (C) dT Avg (C) (m2) K (W/mC)
12 0,025 4,85 8,50085 0,000569 573,1477044
23 0,025 4,75 8,26506 0,000692 474,7237313
34 0,025 4,825 6,10572 0,000827 546,2033531
45 0,025 4,925 6,31669 0,000974 457,5695885
56 0,025 4,6 5,41076 0,001133 428,912881
67 0,025 4,525 5,13774 0,001304 386,0720019
78 0,025 4,6 4,38073 0,001487 403,6452204
89 0,025 4,675 3,66095 0,001682 433,971555
9 10 0,025 4,9 3,4748 0,001889 426,7109104

e. Perhitungan kesalahan relatif


Persamaan yang digunakan:

|𝑘𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 |
𝑘𝑅 = × 100% … … . (35)
𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

25
Tabel 15. Kesalahan Relatif Nilai Konduktivitas Percobaan

Node Tavg K Klit (pada 74 C) kR (%)


12 101,0975 573,1477044 49,84253709
23 92,59665 474,7237313 24,11077943
34 84,33159 546,2033531 42,79826224
45 78,22587 457,5695885 19,6260362
56 71,90918 428,912881 382,5 12,13408655
67 66,49842 386,0720019 0,933856709
78 61,36068 403,6452204 5,528162192
89 56,97995 433,971555 13,45661569
9 10 53,319 426,7109104 11,55840795
AVG 74,03542667

f. Perhitungan k0 dan β
Persamaan yang digunakan:
𝑘 = 𝑘𝑜 𝛽𝑇 + 𝑘𝑜 … … (36)
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 … … . . (37)

700
y = 3.1197x + 228.03
600

500

400

300

200

100

0
40 50 60 70 80 90 100 110

Gambar 7. Hubungan Suhu Terhadap Konduktivitas Termal Tembaga

𝑘𝑜 𝛽 = 3,1197

𝑘𝑜 = 228,03
3,1197
𝛽 = 228,03 = 1,368 × 10−2

26

Anda mungkin juga menyukai